• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kepemimpinan Efektif Supervisor terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Kepemimpinan Efektif Supervisor terhadap "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

K E PE M I M PI NA N E F E K T I F SUPE R V I SO R R UA NG A N

D E NG A N PE NE R A PA N B UD A Y A PA T I E NT S A F E T Y

J aj ar M ar tono1, E ndang Per tiwiwati2, H er ry S etiawan3, Y eni M ulyani4, I swantor o5

1,2,3

Program S tudi Ilmu K eperawatan F akultas K edokteran Universitas L ambung Mangkurat, J l. A . Y ani K M. 36 B anjarbaru, 70714

4

POL T E K K E S K emenkes B anjarmasin, J l. H. Mistar C okrokusumo No. 1A B anjarbaru,K alimantan S elatan

5

R SJ S ambang L ihum, K alimantan S elatan

E mail korespondensi: J ajarmartono31@ gmail.com

A B S T R A K

Program patient safety di R SUD Ulin B anjarmasin dilaksanakan sesuai dengan acuan K A R S 2012 dan berpedoman sesuai dengan aturan K PP-R S . Mengetahui hubungan kepemimpinan efektif supervisor ruangan dengan penerapan budaya patient safety di R S UD Ulin B anjarmasin. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (76,5%), tingkat pendidikan non profesional ( 90%) , pernah mengikuti pelatihan terkait patient safety ( 97%) , dan masa kerj a >6 bulan (86%) , serta rata-rata berusia 29 tahun. T idak ada relasi antara kepemimpinan efektif dengan penerapan budaya patient safety ( p value= 0,931) , sementara komponen pengetahuan, penentuan tujuan, dan pengambilan tindakan terdapat hubungan yang signifikan. K epemimpinan efektif tidak berhubungan secara langsung dengan penerapan budaya patient safety. Namun, beberapa komponen kepemimpinan efektif berhubungan dikarenakan penerapan program di R SUD Ulin B anjarmasin bersifat sentralistik. Pelaksanaan program dan penyusunan kebijakan terkait patient safety yang melibatkan seluruh komponen bisa menj adi alternatif,dan evaluasi berkelanjutan juga perlu untuk optimalisasi budaya patient safety yang ada.

K ata-k ata k unci: kepemimpinan, budaya, patient safety. A B ST R A C T

The program of patient safety in Ulin Banjarmasin hospital was conducted based on K ARS 2012 and guided according the rules of the K K P-RS. T o determine relationship of effective leadership of room supervisor with application of patient safety culture in Ulin Banjarmasin hospital. The majority of respondents were females (76.5%), non-professional education level (90%), attended training related to patient safety (97%), and the period of > 6 months (86%), and the average age of 29 years-old. T here is no significant relationship between effective leadership and implementation of patient safety culture (p = 0.931), while the knowledge component, setting goals and taking action, they have significant relationship. E ffective leadership is not directly related to implementation culture of patient safety. However, some parts of effective leadership are related because of the implementation of programs in Ulin Banjarmasin hospital is centralized. Implementation of the program and policy development is related to patient safety that involves all components could be an alternative, and ongoing evaluation is also necessary for the optimization of the existing culture.

(2)

2 PE ND A H UL UA N

R umah sakit sebagai basis utama dalam pemberi pelayanan kesehatan harus memiliki standar yang optimal dan berkesesuaian dengan kondisi masyarakat yang kompleks saat ini (1). K ondisi rumah sakit yang beragam dan terdiri dari sistem organisasi yang kompleks membuat pola dalam pelayanan beragam dan terjadi ketimpangan, oleh karena itu dibentuklah suatu standar akreditasi yang bermutu dalam pelayanan dan pengawasan rumah sakit agar bisa memberikan pelayanan yang terstandar sebagai respon masyarakat modern era globalisasi yang menuntut dan mempunyai banyak pilihan untuk keselamatan diri klien atau keluarga (2).

S istem akreditasi rumah sakit yang melingkupi berbagai aspek di rumah sakit sebagai sorotan utama dalam kajian mutu pelayanan, menjadikan isu patient safety di rumah sakit menjadi aspek utama (1). Patient safety merupakan sesuatu yang jauh lebih penting daripada sekedar efisiensi pelayanan. B erbagai resiko akibat tindakan medik dapat terjadi sebagai bagian dari pelayanan kepada pasien (1,2).

Patient safety telah menjadi isu dunia tak terkecuali di Indonesia. Patient safety menjadi prinsif dasar dalam pelayanan kesehatan dan menjadi hak pasien sebagai standar pertama pada tujuh standar patient safety rumah sakit (3).

K epemimpinan efektif meliputi beberapa komponen seperti penentuan tujuan, pengambilan tindakan, penggunaan energi, komunikasi terbuka, pengetahuan dan kesadaran diri (4). K epemimpinan adalah tindakan pengaturan sistem yang berasaskan kebersamaan. K epemimpinan dalam keperawatan meliputi manajer puncak,

manajer menengah, dan manajer lini pertama (5,6).

S upervisor ruangan sebagai lini pertama yang mengendalikan kegiatan perawatan di ruang perawatan memiliki wewenang dan tanggung jawab yang besar terkait patient safety(6). S upervisor ruangan pada R S UD Ulin B anjarmasin dengan kepemimpinannya sebagai pengawas pelaksanaan penerapan budaya patient safety (7).

Hasil laporan observasi program ners PS IK (16 November 2015) terkait tindakan keperawatan yang dilakukan perawat didapat data pemasangan infus 88% sesuai S OP, injeksi obat lewat IV 92%, dan dressing luka 87,5% sesuai S OP rumah sakit. A ngka tindakan yang sesuai S OP tidak mencapai 100% dikarenakan beberapa faktor seperti tidak mencuci tangan sebelum menggunakan sarung tangan, tidak meletakkan alas pasca pemasangan infus, tidak menghapushamakan tutup botol dengan kapal alkohol dan masih ada perawat yang tidak mengawasi tanda reaksi alergi pasien. Maka dari itu peneliti meneliti hubungan antara kepemimpinan efektif yang diterapkan supervisor ruangan dengan penerapan budaya Patient safety R S UD Ulin B anjarmasin.

M E T O D E PE NE L I T I A N

Penelitian ini dilakukan di R S UD Ulin B anjarmasin pada ruangan yang sudah ditentukan peneliti yakni pada ruang tulip L t. I C , tulip L t. II A , tulip L t. III B C , dan ruang S eruni-S troke C enter pada tanggal 28 November sampai 3 D esember 2016. R esponden penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruangan yang sudah ditentukan sebanyak 85 orang. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling.

(3)

3 variabel, serta mengidentifikasi variabel

confounding yang ada. Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner (data primer) dan data pendukung lainnya dari R S UD Ulin B anjarmasin (data sekunder). Penganalisisan data menggunakan program komputer yang dijabarkan dalam tabel dan penjelasan penelitian. H A S I L D A N PE M B A H A SA N

K ar ak ter istik R esponden

K arakteristik responden penelitian paling banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 76,5% (65 orang); tingkat pendidikan profesional 10% (8 orang) dan non profesional 90% (77 orang); sebagian besar responden telah mengikuti pelatihan terkait patient safety (97%); masa kerja >6 bulan sebanyak 86%; dan usia responden berkisar antara 22-45 tahun serta rata-rata usia perawat pelaksana yang bekerja 29 tahun.

K epemimpinan E fek tif S uper visor R uangan

K omponen kepemimpinan efektif supervisor ruangan mengindikasikan kefefektifan kepemimpinan yang ada diruangan dalam proses pelayanan keperawatan. komponen seperti penentuan tujuan, pengambilan tindakan, penggunaan energi, komunikasi terbuka, pengetahuan dan kesadaran diri terkait patient safety di ruangan supervisor bertugas.

Pener apan B udaya Patient S afety Penerapan budaya patient safety di R S UD Ulin B anjarmasin pada empat ruangan yaitu T ulip L t.II A , seruni-stroke center, T ulip L t. III B C , dan T ulip L t. I C diterapkan sesuai ketetapan dengan skor penilaian 100,89 (S kor 89 - 134). T abel 3.Hasil analisis univariat

(4)

4

A nalisis bivariat hubungan kepemimpinan efektif supervisor ruangan dengan penerapan budaya patient safety di R S UD Ulin B anjarmasin didapat tidak ada relasi antara kepemimpinan efektif supervisor ruangan dengan penerapan budaya patient safety (p=0,931); terdapat relasi yang signifikan antara pengetahuan dengan variabel dependen (p=0,043); kesadaran diri dengan variabel dependen tidak terdapat hubungan (p=0,085); tidak ada relasi antara variabel dependen dengan komunikasi (p=0,412); tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan penggunaan energi (p=0,879); ada relasi antara variabel dependen dengan penentuan tujuan (p=0,033); dan ada hubungan antara pengambilan tindakan dengan variabel dependen (p=0,026).

K epemimpinan E fek tif S uper visor R uangan

K epemimpinan efektif supervisor ruangan pada empat ruang perawatan tempat penelitian di R S UD Ulin B anjarmasin efektif. K epemimpinan efektif adalah kemampuan leadership individu dalam pelayanan diruang

keperawatan, memfasili tasi pemecahan masalah dalam kesenjangan antara kemampuan, prosedur, struktur organisasi dan motivasi ( 8,9).

Namun, berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti antara variabel kepemimpinan efektif supervisor ruangan dengan penerapan budaya patient safety tidak ada hubungan yang berarti. Hal ini terjadi dikarenakan sistem pengelolaan patient safety tidak dikelola langsung oleh supervisor ruangan, tapi di kelola oleh komisi khusus tersendiri di R S UD Ulin B anjarmasin. S ehingga sesi diskusi dan arahan dari supervisor ruangan kepada perawat pelaksana belum optimal, menjadi rutinitas atau menjadi kebiasaan. S elaras dengan hasil yang didapat peneliti, W ardhani (2013) juga mengungkapkan tidak ada relasi antara kedua variabel penelitian (p=0,406) (9). H ubungan Pengetahuan dengan Pener apan B udaya Patient S afety

Pengetahuan adalah gambaran penilaian perawat pelaksana pada ruang perawatan tempat penelitian di R S UD Ulin B anjarmasin terhadap pemahaman supervisor ruangan tentang pengetahuan kepemimpinan dalam patient safety dan keterampilan teknis lainnya. Hasil analisis penelitian terhadap komponen kepemimpinan efektif dengan subvariabel pengetahuan dengan penerapan budaya patient safety adalah terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan positif (p = 0,043). Hal ini didukung oleh D wi setiowati (2010) yang menyatakan terdapat relasi terkait komponen pengetahuan dengan penerapan budaya patient safety (6). C apezuti, R ice, dan W agner (2009) yang melakukan penelitian di A merika S erikat dan K anada juga menyatakan perawat

manajer yang menerapkan

(5)

5 patient safety pada perawatan khusus

dibandingkan dengan perawat biasa (10). H ubungan K esadar an D ir i dengan Pener apan B udaya Patient S afety

D eskripsi penilaian perawat pelaksana di ruang perawatan terhadap kemampuan supervisor ruangan di R S UD Ulin B anjarmasin dalam mengenal dirinya sendiri, baik dari aspek positif dan negatif saat berinteraksi kepada pihak yang ada diruang perawatan (4,9). T appen (2004) mengemukakan bahwa kepala ruangan yang mampu mengenal dirinya dengan baik merupakan salah satu karakter pemimpin yang baik (4). D engan kesadaran diri yang baik dapat membangun rasa empati yang akan membentuk rasa kedekatan dan kepercayaan dari bawahan, sehingga memudahkan kerja sama dalam mencapai tujuan. Hasil analisis hubungan antara komponen kepemimpinan efektif dengan subvariabel kesadaran diri pada penerapan budaya patient safety adalah tidak ada hubungan yang signifikan (p=0,085, p > 0,05).

H ubungan K omunik asi dengan Pener apan B udaya Patient S afety

K omunikasi adalah gambaran penilaian perawat pelaksana di ruang perawatan terhadap kemampuan supervisor ruangan dalam menyampaikan informasi kepada stafnya (4). K omunikasi merupakan bagian terpenting dalam kepemimpinan efektif. K omunikasi dapat secara verbal dan nonverbal. K eterampilan komunikasi dapat berupa pendengar aktif, saluran informasi, asertif, memberikan umpan balik, upaya menciptakan perantara apabila terdapat masalah dalam komunikasi, membenrtuk jaringan, dan menyatakan komunikasi sebagai visi (4,6).

Hasil analisis peneliti terkait komponen kepemimpinan efektif

supervisor ruangan yaitu komunikasi dengan penerapan budaya patient safety di R S UD Ulin B anjarmasin didapat tidak ada hubungan yang si gnifikan dengan p value = 0,412. Hal ini berlawanan dengan penelitian D wi setiowati (2010) terdapat hubungan berkekuatan lemah, hal ini didukung Marpaung (2005) yang menyatakan terdapat hubungan bermakna tentang komunikasi kepala ruang dengan budaya kerja perawat pelaksana (p value < 0,05) (6).

H ubungan Penggunaan E ner gi dengan Pener apan B udaya Patient S afety

T ujuan utama terkait penggunaan energi oleh pemimpin, yaitu energi sesuai dapat meningkatkan kinerja supervisor sebagai pemimpin yang ada (6). E nergi tidak hanya pada kekuatan fisik, namun juga pengaturan emosi. S emangat dan gairah bekerja yang besar dapat berpengaruh ke bawahan dalam bertindak dan memberikan inspirasi kepada bawahannya untuk bekerja lebih baik (8). Hasil analisis penelitian terkait komponen kepemimpinan efektif berupa penggunaan energi terhadap penerapan budaya patient safety di R S UD Ulin B anjarmasin adalah tidak adanya hubungan yang berarti dengan p value = 0,879. Hal ini selaras dalam penelitian D wi setiowati (2010) menyatakan penggunaan energi Head Nurse tidak berhubungan dengan penerapan budaya patient safety, W ardhani (2013) juga mengungkapkan tak ada relasi antara penggunaan energi yang dimiliki oleh kepala ruangan dengan penerapan budaya keselamatan pasien (p=1,000) (4,9). H ubungan Penentuan T uj uan dengan Pener apan B udaya Patient S afety

(6)

6 terhadap hasil yang jeals pula (12).

Perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan dan merupakan pola pikir yang dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaan kegiatan lanjutan (6,11).

Hasil analisis penelitian terkait komponen kepemimpinan efektif supervisor ruangan berupa penentuan tujuan terhadap penerapan budaya patient safety di R S UD Ulin B anjarmasin adalah terdapat hubungan signifikan nilai p value= 0,033. D wi setiowati (2010) yang menyatakan kemampuan Head Nurse dalam menentukan tujuan berhubungan dengan penerapan budaya patient safety (6). W ardhani (2013) memaparkan ada hubungan antara penentuan tujuan sebagai komponen kepala ruangan dengan penerapan budaya keselamatan pasien (p value =0,010) ( 9).

H ubungan Pengambilan T indak an dengan Pener apan B udaya Patient S afety

Pemimpin efektif adalah kepemimpinan yang berorientasi kepada penentuan tindakan yang rasional dan sesuai. Pemimpin mampu bertindak berdasarkan pertimbangan komponen kepemimpinan efektif yang dijelaskan sebelumnya. Pengambilan tindakan yang dilakukan seorang supervisor harus memperhatikan sikap kritis yang terencana dengan baik, bekerja sama dengan orang lain dalam bertindak, bertindak secara profesional, mampu mengambil keputusan, memberikan ide, dan teknik sesuai saat bertindak (4,6).

Hasil analisis dalam penelitian terhadap komponen kepemimpinan efektif supervisor ruangan berupa pengambilan tindakan dengan penerapan budaya patient safety terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p value = 0,026. S ependapat D wi setiowati (2010) yang menyatakan terdapat hubungan

komponen ini dengan penerapan budaya patient safety oleh perawat pelaksana (6). Namun, W ardhani (2010) menyatakan dalam penelitiannya tidak terdapat hubungan antara pengambilan tindakan yang dimiliki oleh kepala ruangan dengan penerapan budaya keselamatan pasien (p value=0,359) di R S Unhas Makassar (9). PE NUT UP

B erdasarkan analisis hasil penelitian didapat kesimpulan tidak ada hubungan antara kesadaran diri, komunikasi, dan penggunaan energi sebagai komponen kepemimpinan efektif supervisor ruangan dengan penerapan budaya patient safety di R S UD Ulin B anjarmasin. T erdapat hubungan antara pengetahuan, penentuan tujuan dan tindakan sebagai komponen kepemimpinan efektif supervisor ruangan dengan penerapan budaya patient safety di R S UD Ulin B anjarmasin.

T erkait penerapan budaya patient safety di R S UD Ulin B anjarmasin bisa ditingkatkan melalui peningkatan standar pelatihan terkait patient safety. Mengintensifkan diskusi supervisor ruangan dengan perawat pelaksana terkait patient safety melalui media log book yang terjadwal dan pemantauan berkala melalui sistem monitoring dan evaluasi lanjutan.

K E PUS T A K A A N

1. D epkes, R I. Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient safety). J akarta: D epkes R I; 2008.

(7)

7 3. D epkes, R I. Panduan nasional

keselamatan pasien rumah sakit (patient safety) : Utamakan keselamatan pasien. J akarta: D epkes R I; 2006.

4. T appen. E ssential of nursing leadership and management: third edition Philadelphia; F . A . D avis C ompany; 2004.

5. S wanburg, R .C . Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan untuk perawat klinis (S uharyati S amba, penerjemah). J akarta:E GC ; 2000.

6. S etiowati, D wi. Hubungan kepemimpinan efektif head nurse dengan penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di R S UPN D r. C ipto Mangunkusumo. F akultas Ilmu K eperawatan, Program Magister Ilmu K eperawatan: Universitas Indonesia; 2010.

7. W alshe, K & B oaden, R . Patient Safety: Research into practice. New Y ork: Open University Press; 2006. 8. D ollan, J & S ellwood, M. How be an

effective leader. F riends and E arth, Issue 72. A pril 08; 2010.

9. Nursya'baniah W arhani, N. B . Hubungan kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan penerapan budaya keselamatan pasien di instalasi rawat inap R S UNHA S T ahun 2013. Makassar: F ak. K esehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin; 2013.

10. C apezuti, E ., R ice, J .C ., dan W agner, L .M. Nursing perception of safety culture in long-term setting. J ournal of nursing Scholarship. 2 (41), (184-289). October 12; 2016. http://www.proquest.com/pqdauto ;2009.

11. Marquis, B .L , & Houston, C .J . L eadership roles and management functions in nursing: T heory and application third edition: Philadelphia: L ippincott; 2006.

Gambar

Tabel 4. Analisis univariat komponen variabel dependen di RSUD

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perbaikan citra bertujuan meningkatkan tampilan citra untuk pandangan manusia atau untuk mengkonversi suatu citra agar memiliki format yang lebih baik sehingga

Santoso (1998) menyebutkan secara fisis manisan kering nenas yang masih bertahan pada warna kuning keemasan dengan tekstur kenyal dan penampakan menarik selama

Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tahap ini yang melakukan observasi adalah guru kelas IV SD Negeri 2 Jatisari, observasi dilakukan

Hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah saw sering menjalankan ibadah puasa pada hari senin kamis. Beliau selalu menunggu kehadiran hari senin dan kamis

Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think, Pair, Share pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas III Sekolah

a) Kesabaran (shober): kemampuan untuk bertahan dalam situasi sulit dengan meyakini bahwa setiap peristiwa sulit memiliki arti positif dan bahwa stiap peristiwa adalah

Cerita tersebut sesuai dengan sumbangan pemikiran penting teori Vygotsky dalam Santrok (2008; 285) yaitu, penekanan pada hakekatnya.. Inti teori Vygotsky adalah