• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA BELAJAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU

DARI GAYA BELAJAR

Ristina Indrawati

SD Negeri 4 Jaddih Kecamatan Socah ristina1104@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil kemampuan pemecahan masalah matematika ditinjau dari perbedaan gaya belajar, dimana subjek terdiri dari 3 siswa kelas V Sekolah Dasar yang bergaya belajar visual, auditory, dan kinestetik. Penelitian ini merupakan penelitiam kualitatif. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis instrument, yaitu instrumen utama yaitu peneliti itu sendiri dan instrument pendukung yaitu lembar soal tes pemecahan masalah matematika dan lembar dan wawancara. Subjek penelitian ini adalah satu siswa bergaya belajar visual, satu siswa bergaya belajar auditori dan satu siswa bergaya belajar kinestetik kelas V SDN Jaddih 4. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dari hasil analisis diperoleh deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematika adalah sebagai berikut : 1) Subjek (SA), dalam memahami masalah dengan dengan baik dan mampu membuat perencanaan dengan mengaitkan antara fakta yang diketaui dengan konsep yang dimiliki sebelumnya.. 2) Subjek (SV) kurang bisa memahami masalah sehingga berpengaruh pada jawaban yang dihasilkan, kemudian SV tidak melakukan mengecekan kembali hasil yang diperoleh,hal ini terjadi karena kebiasaan SV yang kurang begitu suka membaca, 3) Subjek (SK) dalam proses memahami masalah SK membaca soal sambil menggerakkan anggota badan, merasa gelisah saat membaca sehingga tidak fokus dalam memahami soal, hal ini berdampak pada jawaban yang diberikan oleh subjek SK yang jawabannya kurang sesuai dengan hasil yang diinginkan.

Kata kunci: Masalah matemtika, gaya belajar, audioditory, visual, kinestetik

This study aims to describe the profile of mathematical problem solving abilities in terms of learning style differences, where the subjects consist of 3 elementary school V students with visual, auditory, and kinesthetic style. This research is a qualitative research. In this study there are two types of instruments, namely the main instrument that is the researcher himself and the supporting instrument that is the problem sheet of mathematical problem solving and sheet and interview. The subject of this research is one student of visual learning style, one student of auditory-style and one student of learning kinestetic class V SDN Jaddih 4. Data analysis technique include data reduction, data presentation and conclusion. From the analysis results obtained description of the ability of problem solving mathematics is as follows: 1) Subject (SA), in understanding the problem well and able to make a plan by linking between the facts is knowledge with the concept that had previously, 2) Subject (SV) less Can understand the problem so it affects the resulting answer, then SV does not re-check the results obtained, this happens because the habit of (SV) is less so like to read, 3) Subject (SK) in the process of understanding the problem (SK) read the matter while moving the limbs, Feel restless while reading so as not to focus on understanding the problem, this impact on the answers given by the subject (SK) whose answers are less in accordance with the desired results

Keywords: Mathematical problem, learning style, audioditory, visual, kinestetik

PENDAHULUAN

Setiap individu memiliki

karakteristik yang berbeda-beda, hal ini yang menjadikan keunikan tersendiri bagi mereka baik dalam bersikap, berperilaku bahkan dalam menyelesaikan masalah. Kepribadian mereka dapat dinilai dari

kemampuan dalam berpikir kritis dan bertindak dalam menghadapi masalah. Begitu pula pada karakteristik siswa dalam proses pembelajaran di sekolah, mereka cenderung memiliki pola pikir

(2)

permasalahan yang dihadapi pada pembelajaran di dalam kelas. Rata-rata

siswa cenderung mengeluh saat

pembelajaran yang bersifat eksak karena

menggunakan banyak rumus dan

menguras tenaga serta pikiran, terutama materi matematika yang identik dengan beragam rumus.

Kenyataannya, pembelajaran

matematika disekolah selama ini kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Siswono

(2008: 35) menjelaskan bahwa

pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban. belum tampak jelas. Setiap individu memerlukan tenggang waktu yang berbeda dalam menyelesaiakan masalah bergantung pada strategi dan motivasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Hal ini senada dengan yang

dikemukakan Ormrod (2009:393)

pemecahan masalah adalah menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk menjawab pertanyaan yang belum terjawab dan situasi yang sulit.

Anggapan bahwa matematika itu sulit dipelajari oleh siswa harus ditanggapi dengan serius, karena perlunya solusi yang tepat untuk

menghilangkan asumsi bahwa

matematika merupakan pelajaran yang tidak menyenangkan. Polya (1973) memaparkan solusi pemecahan masalah memuat empat langkah fase penyelesaian

yaitu; (1) memahami masalah

(understanding the problem), (2) membuat rencana (defising a plan), (3) melaksanakan rencana (carrying out the plan), (4) memeriksa kembali (looking back). Setiap siswa tentunya memiliki modalitas belajar atau gaya belajar yang berbeda untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Menurut Fleming dan Mills (1992), gaya belajar merupakan

kecenderungan siswa untuk

mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas atau sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.

Pada dasarnya gaya belajar memiliki tiga macam yaitu ; (1) visual (visual learners); gaya belajar ini menitik beratkan pada ketajaman penglihatan. Artinya bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham gaya seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. (2)auditori (auditory learners); gaya

belajar ini mengandalkan pada

pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat

utama menyerap informasi atau

pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. (3) kinestetik (kinesthetic learners);pada gaya belajar ini, pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik. Ciri-ciri pembelajaran ini diantaranya; selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak, berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian fisik, suka mengggunakan berbagai peralatan dan media.

Perbedaan gaya belajar

(3)

struktural, rasional dan extended abstrak (Hasan. B, 2017)

Setiap masalah selalu memerlukan penyelesaian dan pada kemampuan pemecahan masalah matematis sangat bergantung dengan adanya masalah yang ada didalam matematika.maka dari itu perlu adanya pembahasan mengenai masalah matematis.Suatu masalah adalah situasi yang mana siswa memperoleh suatu tujuan dan harus menemukan suatu makna untuk mencapainya sebagai bentuk penyelesaian (Prabawanto, 2009)

.Secara umum masalah adalah

ketidakmampuan seseorang untuk

mengatasi persoalan yang dihadapinya . Shadiq (2014:8) Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan

bahwa masalah merupakan soal

(pertanyaan) yang harus dijawab dan direspons. Mereka juga menyatakan bahwa tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu prosedur rutin (routine procedur) yang sudah diketahui oleh si pelaku.

Gilfeather dan Regato (Prabawanto, 2011) membagi masalah menjadi dua jenis, yaitu masalah rutin dan masalah tidak rutin yang berarti bahwa masalah adalah sesuatu yang harus dicari penyelesaiannya walaupun pada saat itu belum dapat penyelesaiannya.

Hasil penelitian yang terkait gaya belajar atau modalitas belajar diantaranya dilakukan oleh Amir, faizal M (2015) dalam penelitian proses berpikir kritis siswa sekolah dasar dalam memecahkan masalah berbentuk soal cerita matematika berdasarkan gaya belajar menghasilkan bahwa: Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Dalam Memecahkan

Masalah Berbentuk Soal Cerita

Matematika Berdasarkan Gaya Belajar V-A-K (visual, auditory, kinestetik)

yaitu; (1) pada langkah identify, semua subyek dapat menyebutkan focus permasalahan; (2) langkah define, semua subyek menyebutkan apa yang diketahui dan ditanya dalam soal; (3) langkah enumerate, subyek visual hanya menyebutkan satu cara, cara atau solusi pemecahan yang digunakan kurang tepat, jawaban yang diberikan tidak tepat karena subyek terkecoh dengan informasi tidak penting berupa warna, sedangkan subyek auditory menyebutkan cara dan jawabanyang tepat, namun subyek auditory hanya memberikan satu cara pemecahan masalah dan pada subyek kinestetik menyebutkan kemungkinan cara dan jawaban tepat yang dapat digunakan; (4) langkah analyze, subyek visual kurang dapat menganalisis permasalahan karena subyek visual menggunakan cara yang kurang efektif sehingga berujung pada kesalahan jawaban sedangkan subyek auditory dapat menganalisis cara dan jawaban yang dipilih dan subyek kinestetik dapat menganalisis semua cara dan jawaban yang dipilih; (5) langkah list, subyek visual tidak memberikan alasan tepat atas cara dan jawaban yang digunakan sedangkan subyek auditory menyebutkan alas an yang tepat atas cara dan jawaban terbaik yang dipilih dan subyek kinestetik menyebutkan alasan yang tepat atas cara dan jawaban terbaik yang dipilih; (6) langkah seif-correct, subyek visual mengecek kembali jawaban dengan cara mengecek jawaban dari awal sampai akhir ( simpulan ) sedangkan subyek auditory mengecek kembali jawaban dengan cara mengecek jawaban akhir (simpulan) saja dan subyek kinestetik mengecek kembali jawaban dengan cara memeriksa dari awal sampai akhir jawaban

Soemarjadi, G (2013) profil pemecahan masalah geometri ditinjaudari perbedaan gaya belajar dan perbedaan

(4)

penelitian ini telah diperoleh profil pemecahan masalah geometri siswa ditinjau dari perbedaan gaya belajar dan perbedaan gender. Selain itu diperoleh temuan lain, yaitu dalam memecahkan

masalah geometri semua subjek

menggunakan gambar untuk

memudahkan subjek melakukan

pemecahan masalah geometri, artinya tidak hanya subjek yang bergaya belajar visual saja yang menggunakan gambar untuk memudahkan subjek melakukan pemecahan masalah geometri, tetapi hal tersebut juga dilakukan oleh subjek yang bergaya belajar auditory maupun subjek yang bergaya belajar kinestetik

Pada pemecahan masalah

memungkinkan siswa memperoleh

pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk memecahkan masalah yang bersifat tidak rutin.Hal ini senada dengan yang dikemukaan oleh Ormrod (2009:393) pemecahan masalah adalah menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk menjawab pertanyaan yang belum terjawab dan pada situasi yang sulit.Tahapan pemecahan masalah memperlihatkan bahwa melalui proses pemecahan masalah, aspek kemamapuan matematika yang penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin,penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain dapat dikembangkan secara baik (Sukmawati,2013:159).

Terdapat berbagai pendapat mengenai definisi profil.Budiarto (2006) menjelaskan profil sebagai suatu gambaran tentang sesuatu yang diungkap baik dengan gambar atau dengan deskripsi, berupa kata-kata.Sedangkan dalam KBBI (2006) definisi profil itu sendiri mencakup empat aspek yaitu; a. pandangan dari samping (tentang wajah orang), b. lukisan (gambar) orang dari samping; sketsa biografis, c. penampang (tanah,gunung, dan sebagainya), d. grafik

atau iktisar yang memberikan fakta-fakta tentang hal-hal khusus.

METODE

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2007:6) adalah penlitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Sugiyono

(2015:224) mengungkapkan

pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen.

Pada penelitian kali ini, seorang

peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data berupa:

1. Observasi

Menurut Nasution (1988)

sebagaimana dikutip oleh Sugiyono

(2015:226) menyatakan bahwa,

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta

mengenai dunia kenyataan yang

(5)

2. Wawancara

Esteberg (2002) dikutip oleh Sugiyono (2015:231) mendevinisikan interview sebagai berikut: a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic.

Wawancara digunakan sebagai pengumpulan data apabila peneliti melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapai juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu.dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau

karya-karya mmonomental dari

seseorang. hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

4. Triangulasi / Gabungan

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.dalam teknik pengumpulan data dengan triangulasi ini, peneliti sebenarnya mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data.

Analisis data dimulai dengan menilai hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika berdasar pada pedoman penskoran yang telah dibuat, hal ini digunakan untuk mengumpulkan data profil dan untuk pemilihan subyek.Adapun langkah selanjutnya yakni menganalisis hasil wawancara

untuk mendeskripsikan kemampuan

pemecahan masalah VAK,memulai

membuat transkip dan memutar kembali

rekaman hasil wawancara bila

diperlukan. Selanjutnya, data hasil wawancara yang berupa data kualitatif dianalisis dengan langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data(Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak untuk itu maka perludi catat secara rinci dan teliti.Mereduksi data merangkum,

memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

2. penyajian data ( Data Display)

Dalam penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart.dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) sebagaiman dikutip dalam Sugiyono (2015:249) menyatakan: The most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text. Dengan penyajian

data, akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. penarikan kesimpulan (Conclusion Drawing / Verification)

(6)

berikutnya. tetapi apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti yang valid, konsisten maka kesimpulan dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

BAHASAN UTAMA

Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebanyak dua kali dengan prosedur yang sama dengan pengambilan data yang pertama dengan memberikan soal tes pemecahan masalah yang sama pada tingkat kerumitannya. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk

mengamati apakah subyek konsisten

dengan langkah-langkahpemecahan

masalah yang dilakukan pada saat mengerjakan soal yang pertama, yakni dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan polya; memahami masalah

(understanding the problem),

merencanakan penyelesaian (devinising a plan), menyelesaikan masalah sesuai rencana (carrying out the plan) dan melakukan pengecekan kembali (looking back).

Data hasil tes tertulis beserta transkip wawancara dari subjek

penelitian SV1 dalam memahami

masalah 1 yakni, sebagai berikut :

Gambar 1 Hasil penulisan data yang diketahui dan ditanyakan

Dari paparan data hasil transkip wawancara di atas, bahwa subjek SV setelah mendapat soal yang pertama dilakukan adalah memahami soal,

membaca dan mulai mengerjakan

selanjutnya SV dapat menceritakan kembali soal yang diberikan dengan membaca soal secara lengkap dan terurut.SV dapat menyebutkan secara

lengkap data yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal Selanjutnya, SV dapat menjelaskan keterkaitan dari hal yang diketahui dengan hal yang ditanyakan. SV juga memahami bahwa semua informasi cukup untuk mencari apa yang ditanyakan.

Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memahami masalah SVmampu memahami masalah dengan cara membaca soal diulang beberapa kali dengan suara keras dan lancar, sesekali diam sejenak untuk berfikir lalu menggaris bawahi keterangan-keterangan yang dianggap mudah,SV mampu menyebutkan apa saja yang diketahui dari soal dengan lancar sambil membaca soal dan menggunakan bantuan ilustrasi gambar untuk menggambarkan situasi yang dimaksud dari soal, SV dapat menjelaskan keterkaitan dari hal yang diketahui dan

yang ditanyakan, dan Dalam

menyebutkan apa saja yang ditanyakan dari soal subjek SV mengungkapkan tidak menggunakan bahasanya sendiri melainkan membaca persis yang di tuliskan di soal, SV dapat memahami bahwa data yang diberikan sudah cukup untuk mencari apa yang ditanyakan.

Setiap siswa memiliki kriterianya masing-masing, pada setiap subyek gaya belajar visual, auditori maupun kinestetik dalam memecahkan masalah matematika yang diberikan sesuai dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Hariyanto dan

Suyono. Dalam tahap memahami

(7)

bantuan ilustrasi gambar untuk menggambarkan situasi yang dimaksud dari soal SV dapat menjelaskan keterkaitan dari hal yang diketahui dan yang ditanyakan, dalam menyebutkan apa saja yang ditanyakan dari soal subjek SV mengungkapkan tidak menggunakan bahasanya sendiri melainkan membaca persis yang di tuliskan di soal. Dalam tahap merencanakan penyelesaian (devising a plan) SV mampu menggunakan konsep operasi hitung dengan memandang secara

analitik, subyek SV mampu

merencanakan penyelesaian

menggunakan cara yang mudah

dipahami, subjek SV dapat menjelaskan rencana pengerjaannya dengan cara yang mudah dipahami dan logis yang

dibuatnya dengan lancar tanpa

pertanyaan pancingan sambil melihat soal, subjek SV juga dapat menjelaskan alasannya dalam menggunakan konsep dan rencana tersebut dengan tegas dan logis. Dalam tahap melaksanakan rencana penyelesaian (Carrying out plan); subjek SV mampu melaksanakan rencana penyelesaian dengan baik, mampu menjelaskan langkah-langkah pengerjaan dengan rinci dan terurut sehinggga mudah dipahami, mampu melaksanakan penyelesaiannya sesuai dengan rencana sebelumya, karena menggunakan konsep dan rencana yang benar maka subjek SV menghasilkan jawaban yang benar pula. Dan pada tahap memeriksa kembali (Looking Back) subjek SV dapat menemukan jawaban yang sama seperti yang ditanyakan dengan benar, merasa yakin dengan hasil jawabannya dan untuk mengeroksi jawabannya subjek SV ingin membaca berulang-ulang keterangan-keterangan yang di anggap penting yang ada disoal dan menghitung kembali degan operasi kebalikan.

Begitupun dengan subyek auditori (SA) pada tahap memahami masalah (Understanding the Problem) bahwa

dalam memahami masalah SA mampu

memahami masalah dengan cara

membaca soal dalam hati sambil menggerakkan bibir untuk membaca dalam hati, SA dapat menyebutkan dengan benar mengenai apa saja yang diketahui dari soal menggunakan bahasanya sendiri meskipun awalnya ada yang tidak disebutkan. SA juga memahami bahwa semua informasi

cukup untuk mencari apa yang

ditanyakan. Pada tahap merencanakan penyelesaian (devising a plan) subyek SA dalam merencanakan penyelesaian

mampu mengungkapkan ada atau

tidaknya keterangan yang dapat membantu subyek dalam memecahkan soal dengan menggunakan bahasanya sendiri dan sesekali membaca soal yang danggap keterangan penting sambil menggerak-gerakkan bibirnya, subyek SA mampu mengungkapkan ada atau tidaknya hubungan antara keterangan-keterangan yang ada pada soal sebagai petunjuk untuk memecahkan soal dengan detail dan sedikit ragu dalam

menyampaikan dengan bahasanya

sendiri, subyek SA dapat menggunakan operasi hitung dengan benar dan disertai alasan yang panjang lebar dengan menggunakan bahasanya sendiri. Pada

tahap melaksanakan rencana

penyelesaian (Carrying out plan) subjek SA dapat menjelaskan langkah-langkah pengerjaannya dengan rinci dan terurut, subjek SA mampu mengungkapkan permasalahan tersebut sesuai dengan rencananya dan dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan bahasanya sendiri, subjek SA dapat menyelesaikan

permasalahan dengan baik dan

menghasilkan jawaban yang benar. Dan pada tahap memeriksa kembali (Looking

Back) subjek SA mampu

(8)

menghitung kembali dengan operasi kebalikan .

Dan untuk subyek kinestetik (SK)

pada tahap memahami masalah

(Understanding the Problem) SK dalam

memahami masalah dengan cara

membaca soal dan sesekali memperbaiki kerudungnya, SK dapat mengungkapkan apa saja yang ditanyakan dari soal namun saat peneliti menanyakan apa yang dimaksud dari pertanyaan, subyek SK menjawab dengan kurang lancer sambil sesekali memperbaiki kerudungnya. Pada tahap merencanakan penyelesaian (devising a plan) subjek SK dapat menjawab dengan lancer meskipun tidak disertai dengan alasan, SK dapat menyebutkan konsep yang digunakan untuk merencanakan penyelesaian masalah. Pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian (Carrying out plan)

SK dalam melaksanakan rencana

mengungkapkan bahwa hasil

pengerjaannya sudah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya (tampak dalam tahapan ini SK terlihat tidak tenang dan ingin cepat-cepat menyelesaikannya). Dan pada tahap memeriksa kembali (Looking Back) subjek SK mampu mengungkapkan dengan yakin bahwa jawabannya sudah benar, subjek SK dalam mengoreksi jawabannya dengan menghitung kembali hasil jawaban yang diperoleh dan jika hasilnya sama maka menurut SK jawabnnya sudah benar.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh maka dapat di ambil kesimpulan tentang profil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas V SD di tinjau dari perbedaan gaya belajar adalah sebagai berikut :

1. Profil kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa kelas V SD

ditinjau dari gaya belajar visual adalah sebagai berikut;

subyek visual (SV) mampu memahami masalah dengan cara membaca soal diulang beberapa kali dengan suara keras dan lancar, sesekali diam sejenak untuk berfikir lalu menggaris bawahi keterangan-keterangan yang dianggap mudah, SV mampu menyebutkan apa saja yang diketahui dari soal dengan lancar sambil membaca soal dan menggunakan bantuan ilustrasi gambar untuk menggambarkan situasi yang dimaksud dari soal SV dapat menjelaskan keterkaitan dari hal yang diketahui dan yang ditanyakan, dalam menyebutkan apa saja yang ditanyakan dari soal subjek SV mengungkapkan tidak menggunakan bahasanya sendiri melainkan membaca persis yang di tuliskan di soal.

Dalam tahap merencanakan

penyelesaian (devising a plan) SV mampu menggunakan konsep operasi hitung dengan memandang secara

analitik, subyek SV mampu

merencanakan penyelesaian

menggunakan cara yang mudah

dipahami, subjek SVdapat menjelaskan rencana pengerjaannya dengan cara yang mudah dipahami dan logis yang

dibuatnya dengan lancar tanpa

(9)

Dan pada tahap memeriksa kembali

(Looking Back) subjek SVdapat

menemukan jawaban yang sama seperti yang ditanyakan dengan benar, merasa yakin dengan hasil jawabannya dan untuk mengeroksi jawabannya subjek SV ingin membaca berulang-ulang keterangan-keterangan yang di anggap penting yang ada disoal dan menghitung kembali degan operasi kebalikan.

2. Profil kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa kelas V SD ditinjau dari gaya belajar auditori adalah sebagai berikut;

Subyek auditori (SA) pada tahap memahami masalah (Understanding the

Problem) bahwa dalam memahami

masalah SA mampu memahami masalah dengan cara membaca soal dalam hati sambil menggerakkan bibir untuk

membaca dalam hati, SA dapat

menyebutkan dengan benar mengenai apa saja yang diketahui dari soal

menggunakan bahasanya sendiri

meskipun awalnya ada yang tidak disebutkan. SA juga memahami bahwa semua informasi cukup untuk mencari apa yang ditanyakan. Pada tahap merencanakan penyelesaian (devising a plan) subyek SA dalam merencanakan penyelesaian mampu mengungkapkan ada atau tidaknya keterangan yang dapat membantu subyek dalam memecahkan soal dengan menggunakan bahasanya sendiri dan sesekali membaca soal yang danggap keterangan penting sambil menggerak-gerakkan bibirnya, subyek SA mampu mengungkapkan ada atau tidaknya hubungan antara keterangan-keterangan yang ada pada soal sebagai petunjuk untuk memecahkan soal dengan detail dan sedikit ragu dalam

menyampaikan dengan bahasanya

sendiri, subyek SA dapat menggunakan operasi hitung dengan benar dan disertai alasan yang panjang lebar dengan menggunakan bahasanya sendiri. Pada

tahap melaksanakan rencana

penyelesaian (Carrying out plan) subjek SA dapat menjelaskan langkah-langkah pengerjaannya dengan rinci dan terurut, subjek SA mampu mengungkapkan permasalahan tersebut sesuai dengan rencananya dan dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan bahasanya sendiri, subjek SA dapat menyelesaikan

permasalahan dengan baik dan

menghasilkan jawaban yang benar. Dan pada tahap memeriksa kembali (Looking

Back) subjek SA mampu

mengungkapkan bahwa hasil jawabannya benar dengan ragu, subjek SA dapat memeriksa kembali jawabannya dengan menghitung kembali dengan operasi kebalikan .

3. Profil kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa kelas V SD ditinjau dari gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut;

Subyek kinestetik (SK) pada tahap memahami masalah (Understanding the Problem) SK dalam memahami masalah dengan cara membaca soal dan sesekali memperbaiki kerudungnya, SK dapat

mengungkapkan apa saja yang

ditanyakan dari soal namun saat peneliti menanyakan apa yang dimaksud dari pertanyaan, subyek SK menjawab dengan

kurang lancer sambil sesekali

memperbaiki kerudungnya. Pada tahap merencanakan penyelesaian (devising a plan) subjek SK dapat menjawab dengan lancer meskipun tidak disertai dengan alasan, SK dapat menyebutkan konsep yang digunakan untuk merencanakan penyelesaian masalah. Pada tahap melaksanakan rencana penyelesaian

(Carrying out plan) SK dalam

(10)

tahap memeriksa kembali (Looking

Back) subjek SK mampu

mengungkapkan dengan yakin bahwa jawabannya sudah benar, subjek SK dalam mengoreksi jawabannya dengan menghitung kembali hasil jawaban yang diperoleh dan jika hasilnya sama maka menurut SK jawabnnya sudah benar.

DAFTAR RUJUKAN

Amir, faizal M (2015) Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Dalam Memecahkan Masalah Berbentuk

Soal Cerita Matematika

Berdasarkan Gaya Belajar

Arikunto,S, (2013). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik, Jakarta : Rineka cipta.

G.Polya, 1973.How To Solve It, A New Aspect Of MathematicalMethod. New Jersey :Princeton University Press

Hasan, B. (2017). Karakteristik Respon Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri Berdasarkan Taksonomi SOLO. JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), 3(1).

Moleong, Lexy J, 2007. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung : Penerbit PT Remaj Rosdakarya

Ormrod, J.E, 2009. Psikologi Pendidikan : Membatu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Jakarta: Erlangga.

Shadiq, Fadjar, M.App.Sc, 2014. Strategi

Pemodelan Pada Pemecahan

Masalah Matematika, Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu

Slameto.2010. Belajar dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi

(EdisiRevisi).Jakarta : Rineka Cipta

Sukmawati, 2013.Asesmen Portofolio,

Kreatifitas dan Kemampuan

Pemecahan masalah Matematika. Jurnal evaluasi Pendidikan, vol.4, No.2

Solso, R. dkk, 2008.Psikologi Kognisi Edisi ke- 8. PT. Gelora Aksara Pratama

Biografi Penulis

Ristina Indrawati, S.Pd

Gambar

Gambar 1  Hasil penulisan data yang diketahui dan ditanyakan

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran Ken semasa Satrio melakukan kampanye menunjukkan bahwa Satrio berusaha memenuhi kebutuhannya akan aktualisasi diri, dalam hal ini menjadi seorang

Melalui metode analisis kuantitatif berdasarkan data-data sekunder yang peneliti dapatkan serta analisis kualitatif berupa observasi dan wawancara langsung terhadap

Yunus, dkk (2008 dalam Riwu Kaho, 2012) yang mengkaji tentang neraca air ( water budget atau yang secara sederhana dapat diartikan sebagai pada saat kapan air hujan akan berada

Hasil angket kepuasan mahasiswa terhadap pemakaian modul ajar hasil pengembangan terdiri dari 100 responden yang merupakan mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah

Pemetaan penelitian menggunakan sejumlah dimensi pembentuk ekosistem TIK antara lain: Kebutuhan dan Keselarasan, Proses dan Tata Kelola Penyelenggaraan

Salah satu representasi PCA untuk pengenalan wajah adalah Eigenface yang diusulkan oleh Turk dan Pentland. Mereka berpendapat bahwa peningkatan signifikan dari

Dalam menjelaskan potongan ayat tedrsebut, ath-Thabari menyertakan pendapat beberapa ahli ta’wil, salah satunya melalui penjelasan para sahabat yang menyatakan bahwa

Oleh karena itu, sifat- sifat resonansi akan mewarnai setiap interior ruang dan tentunya di dukung oleh standar perancangan anak autis dan standar akustik yang baik..