ANGGUR MERAH
Satu Hati
M
embangun
Harapan
Kita Harus Jujur
Dari Redaksi
Saat Manggarai Barat dan Manggarai Timur berdiri sendiri sebagai daerah otonom baru, banyak orang mempertanyakan nasib Kabupaten induk, Manggarai. Potensi pertanian dan perkebunan Manggarai tak sebanding dengan Manggarai Timur yang terkenal dengan kesuburannya. Wisata Manggarai juga belum sehebat Manggarai Barat yang terkenal di seantero jagad dengan ikon Komodonya. Lalu apa yang menjadi kekhasan Manggarai??
Banyak pendapat mulai berkembang. Ada yang menganjurkan Manggarai khususnya Ruteng harus tampil sebagai kota pelajar. Yang lain menjulukinya sebagai kota seribu gereja mengingat banyaknya biara-biara bertebaran di seputaran ibu kota kabupaten dan bahkan menembus daerah kecamatan dan desa. Tak berapa lama kemudian muncul ide untuk menjadikan daerah Manggarai sebagai daerah penghasil bunga. Semua pandangan ini memperlihatkan potensi-potensi besar yang dimiliki bumi Nuca Lale. Teranyar muncul ide untuk menjadikan Tanah Congkasae sebagai daerah transit dan daerah penopang pariwisata.
Hawa dingin dengan curah hujan tinggi tak ayal membuat tanah Manggarai ramah terhadap berbagai jenis buah-buahan dan sayur-sayuran. Rasa-rasanya pengusaha Hotel di Labuan Bajo tak perlu lagi mengimpor kedua jenis kebutuhan ini dari Bima dan Bali. Apalagi dari sisi infrastruktur khususnya jalan raya, sudah menerobos sampai ke kampung-kampung. Jangan lupa, Manggarai juga punya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ulumbu yang konon punya sumberdaya yang bisa menerangi seluruh Wilayah Flores. Pariwisata Manggarai menggeliat seiring dengan ditetapkannya Kampung Adat Wae Rebo sebagai salah satu warisan budaya dunia yang diakui oleh UNESCO pada tahun 2012. Belum lagi, penemuan Homo Floresiensis di Liang Bua menambah daftar objek wisata langka di Manggarai.
Potensi-potensi besar ini merupakan peluang emas bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kucuran dana pemberdayaan dari Pemerintah Pusat maupun Provinsi seperti PNPM dan Anggur Merah harus ditanggapi secara proaktif oleh seluruh komponen di daerah entah itu Pemerintah Kabupaten, Lembaga Swadaya Masyarakat, pemuka agama dan pemuka masyarakat serta berbagai stakeholder terkait lainnya.
Kepentingan beragam harus ditanggalkan, perspektif besar demi kepentingan masyarakat petani, peternak, nelayan, pengrajin harus diutamakan. Temuan BPK harusnya jadi cermin evaluasi demi penyempurnaan pengelolaan dana tersebut. Semakin menyusutnya temuan administrasi dari tahun ke tahun serta keputusan untuk mengelolah dana tersebut melalu i koperasi merupakan upaya penyempurnaan dan tindak lanjut terhadap adanya kegagalan di tahun-tahun sebelumnya.
Pada dasarnya, pandangan boleh berbeda, tetapi harus tetap satu hati atau ca nai membangun Manggarai. Kata-kata bijak yang diwariskan leluhur hendaknya dipegang oleh seluruh masyarakat Manggarai menuju Manggarai yang lebih sejahtera : Nai ca anggit, tuka ca leleng (seia sekata demi kesatuan aksi) karena Ca natas bate labar, ca uma bate duat, ca mbaru bate kaeng, ca wae teku (Satu kampung halaman tempat bermain, satu kebun tempat kerja, satu rumah tempat tinggal, satu sumber, tempat menimba air) yakni Manggarai.
Semoga….
SATU HATI MEMBANGUN HARAPAN
PELINDUNG
Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Frans Lebu Raya
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur
Drs. Benny A. Litelnoni, SH, M.Si
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Fransiskus Salem, SH, M.Si
Asisten Administrasi Umum Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Alexander Sena
Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ir. Wayan Darmawa, MT Ketua Pengarah
Kepala Biro Humas Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur
(Drs. Lambertus L. Ibi Riti, MT)
(Drs. Marsianus Jawa,M.Si)
Wakil Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
(Drs. Kanis H.M Mau,M.Si) (Aplinuksi Asamani, S.Sos,M.Si)
(Maria Rosalinda Ndiwa,S.Sos)
PDE Inspektorat
(Tarsisius Apelabi,SE, MM)
Perencana Muda
(Yohanes A. Kore, S.STP)
Fungsional Umum Bappeda
(Maria T.R Parera,S.Si)
Fotografer
(Frits Isak Lake,S.Sos) (Kaletus Melek Moring)
(Eljunai Puay)
Desain Grafis
(Marcurius Bani Haba,SH) (Roland E. Nope, S.AP)
Mengapa
Anggur Merah...?
9
4
14
17
20
25
31
22
34
37
11
Kita Harus Jujur
M
engatakan
…
DR. Marius Jelamu, penjabat Bupati Manggarai
Status
“Berat, Kalau
Kesa
tah…”
Desa Ladur
Kalau Bisa
Tambah Besar
Ketua Kelompok Padang Gaya II
Satu Hati
Desa Wae RencaLanjutkan...!
Kepala Desa Salama
Harus Obyektif
Saling Lihat
Ketua KSP Golo Wua Desa Gelong
Aduh,
Hidup Sudah…
Bisa Tambah Anak
Mesin Jalan,
Suara PKM
28
Vitus Dabut, Kepala Desa Cireng
Desa Lamba Ketang
21
Tidak Jalan
Semuanya
Kas Koperasi Kosong
Mengapa
Anggur Merah...?
udah lazim setiap
pemimpin merancang
program pembangunan
S
sebagai jawaban atas
panggilannya menjadi
pemimpin. Semua program
pembangunan itu muaranya
adalah kesejahteraan rakyat.
Kondisi dan konteks sosial
masyarakat yang berbeda
menyebabkan disain program itu
berbeda setiap pemimpin. Di
NTT para gubernur merancang
program pembangunan dengan
melihat kondisiDan konteks
sosial masyarakat NTT pada
masanya.
(Gerakan Meningkatkan
Pendapatan Asli Rakyat) dan
GERBADES (Gerakan
Membangun Desa) cocok dan
tepat.
Herman Musakabe melanjutkan
pembangunan sumber daya
manusia yang telah dirintis
Fernandez melalui 7 Program
Strategis Pembangunan.
Perkuatan pembangunan sumber
daya manusia dilanjutkan oleh
Piet Tallo pada masanya dengan
program Tiga Batu Tungku.
Sama seperti para gubernur
terdahulu, ketika Frans Lebu
Raya mengambil alih kemudi
NTT, pembangunan mulai
diarahkan kepada peningkatan
kesejahteraan manusia NTT.
Maka Program Desa Mandiri
Anggur Merah (DeMAM)
dirancang sebagai
pengejawantahan tekad
mengangkat dan meningkatkan
setiap zaman melahirkan
orangnya, dan setiap orang lahir
pada zamannya.
Gubernur WJ Lalamentik
menitikberatkan penataan
birokrasi pada masa awal
pembentukan propinsi ini.
El Tari mulai memasuki era
pembangunan dengan fokus
pada pertanian dan perkebunan.
Ben Mboi melanjutkan estafet
dengan tetap fokus pada
pertanian dan perkebunan.
El Tari dan Ben Mboi sangat
sadar, lebih dari 80 persen
warga NTT bermata pencaharian
petani dan tinggal di desa-desa.
Fokus program keduanya cocok
dan kena menjawabi konteks dan
situasi sosial masyarakat ketika
itu.
Pada masa Hendrik Fernandez
program sudah mulai mengarah
kepada peningkatan sumber
Program Anggur Merah
Program Desa
Mandiri
Anggur Merah
(DeMAM)
Dua tahun setelah menjabat
sebagai Gubernur NTT, Frans
Lebu Raya yang berpasangan
dengan sohib kentalnya Esthon
Foenay, melakukan langkah jauh
dengan membantu secara
langsung uang tunai Rp 250 juta
kepada masyarakat di desa-desa.
Terkesan pemerintah tampil
seperti sinter klas yang
membagi-bagi hadiah kepada
masyarakat.
Tetapi sejatinya, bantuan ini
merupakan langkah konkrit dan
langsung guna membantu
masyarakat keluar dari kubangan
kemiskinan.
Maka, desa yang dipilih
mendapat bantuan ini melalui
kriteria-kriteria tertentu. Lebih
dari itu, bantuan ini juga bukan
hadiah, tetapi dimaksudkan
sebagai modal usaha bagi
masyarakat. Bantuan ini bergulir
dari satu kelompok usaha ke
Bak gayung bersambut, DPRD
NTT ketika itu setuju dan sepakat
dengan pemerintah. Program
Desa Mandiri Anggur Merah
pun mulai jalan tahun 2011.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah didukung alokasi dana
APBD, yaitu dana segar
(fresh
money)
Rp 250 juta untuk
ekonomi produktif, Rp 50 juta
untuk pembangunan rumah
layak huni, pendamping
Operasional pengendalian
pembangunan tingkat desa,
kelurahan dan unsur tripika
yaitu pemerintah kecamatan
didukung Polsek dan Koramil
diharapkan dapat menciptakan
masyarakat desa/kelurahan
maju dan produktif.
Program Desa Mandiri Anggur
Merah disinergikan
pelaksanaannya dengan PNPM
Mandiri, Program
Pro Rakyat
“Menciptakan masyarakat
desa/kelurahan yang
maju dan produktif”
Pro Rakyat
Program Hibah Lembaga
Internasional, CSR BUMN dan
Replikasi Program Desa Mandiri
Anggur Merah melalui APBD
Kabupaten/Kota serta partisipasi
masyarakat pada Gerakan Pulang
Kampung (GPK).
Untuk mendukung
pembangunan ekonomi pada
lokasi program Desa Mandiri
Anggur Merah, maka kemitraan
Bank NTT dan Bank mitra
lainnya, akan mendorong
kemitraan dengan Koperasi Desa
Mandiri Anggur Merah dan
Koperasi lainnya.
Optimalisasi strategi
pembangunan termasuk
suksesnya pelaksanaan Program
Desa Mandiri Anggur Merah
merupakan upaya mewujudkan
visi pembangunan daerah tahun
2013-2018 yaitu “Terwujudnya
masyarakat Nusa Tenggara
Timur yang berkualitas,
sejahtera, dan Demokratis, dalam
Bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
Visi tersebut merupakan harapan
bersama untuk dapat
d
iwujudkan melalui sinergi
Investasi pembangunan
pemerintah, masyarakat, swasta,
asosiasi profesi, kelembagaan
agama dan kelembagaan
masyarakat.
Kebijakan program
pembangunan untuk
mewujudkan visi dan misi
p
embangunan dilaksanakan
melalui kebijakan 8 agenda
pembangunan, 6 tekad
pembangunan dan
Pembangunan Terpadu Desa
Mandiri Anggur Merah.
Delapan agenda pembangunan pemerintah provinsi didukung Kementrian/Lembaga
dan sinergi dengan program kabupaten/kota serta sumber pendanaan lainnya sebagai
berikut :
1.
Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan Keolahragaan.
2.
Agenda Pembangunan Kesehatan.
3.
Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan Pariwisata.
4.
Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah.
5.
Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup.
6.
Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
7.
Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan.
8.
Agenda Khusus: Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pembangunan Daerah
Kepulauan, Penanggulangan Bencana dan Pembangunan Daerah Perbatasan.
Tujuan Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah :
1. Mengurangi angka kemiskinan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
keunggulan komparatif dan kompetitif desa/kelurahan;
2. Memberdayakan kelembagaan pedesaan yang dapat mendukung pelaksanaan empat tekad
pembangunan dan 8 agenda pembangunan daerah;
3. Menciptakan calon wirausahawan baru yang dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di desa/kelurahan.
Sasaran Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ekonomi dan daya saing desa/kelurahan sesuai dengan basis unggulan;
2. Meningkatnya pemerataan dan keadilan pembangunan di desa/kelurahan yang memiliki
persentase rumah tangga miskin tinggi;
3. Terwujudnya desa/kelurahan yang mandiri secara ekonomi dan bebas dari kemiskinan.
Sasaran
Lokasi Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah yaitu seluruh desa dan kelurahan di 1 kota dan
21 kabupaten se-Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelaksanaan dilaksanakan dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Tahun 2011-2013
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2011-2013 yaitu setiap kecamatan
dialokasikan 1 desa/kelurahan
b. Tahun 2014-2018
Lokasi sasaran program Desa Mandiri Anggur Merah tahun 2014- 2018 mengacu pada kriteria
sebagai berikut:
- 1 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 8
- 2 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 14
- 4 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa < 20
- 5 desa/kelurahan untuk kecamatan dengan jumlah desa > 20
Tujuan Anggur Merah
Pembangunan Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah dilakukan dengan beberapa prinsip antara lain :
1. Pemberdayaan, upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dan kapasitas pemerintah
desa/kelurahan melalui pelaksanaan kegiatan yang berdampak langsung terhadap pemenuhan
hak-hak dasar masyarakat miskin serta keberlanjutan pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan
pemerintahan yang optimal;
2. Partisipatif, upaya mengedepankan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan,
baik dalam bentuk pikiran, tenaga maupun material sehingga tumbuh rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab;
3. Demokratis, pengambilan keputusan dalam setiap tahapan kegiatan didasarkan atas
musyawarah-mufakat dan kesetaraan gender;
4. Bertumpu pada sumber daya lokal, penetapan jenis kegiatan didasarkan pada ketersediaan potensi
dan kecocokan kegiatan sesuai kebutuhan setempat sehingga tercapai daya guna dan hasil guna
pembangunan;
5. Efisiensi: menjamin pencapaian target program dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan
dana dan daya yang tersedia serta dapat dipertanggungjawabkan;
6. Efektivitas: pelaksanaan kegiatan harus mempertimbangkan prioritas masalah dan kebutuhan
masyarakat;
7. Transparansi: manajemen penggelolaan pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dilakukan
secara transparan dan dipertanggungjawabkan;
8. Keterpaduan dan keberlanjutan: pembangunan Desa Mandiri Anggur Merah dapat dilaksanakan
secara simultan dengan program-program pembangunan perdesaan lainnya dengan
memperhatikan keterkaitan dan keberlanjutannya, sehingga mampu menjawab berbagai persoalan
mendasar setiap desa/kelurahan.
Program Anggur Merah
Untuk keberhasilan program ini, setiap Desa/Kelurahan Anggur Merah didampingi seorang
pendamping kelompok masyarakat (PKM). Gaji dan biaya operasional PKM sebesar Rp 2.000.000/bulan
untuk PKM yang mendampingi 1 desa/kelurahan, dan Rp 2.500.000/bulan untuk PKM yang
mendampingi 2 desa/kelurahan.
(Tim redaksi)Dibantu PKM
“ Pada prinsipnya, semua program pemberdayaan pasti punya pengaruh
positif untuk masyarakat. Jika sebelumnya kebanyakan masyarakat kita tidak
bisa mengelola uang, saat ini mereka mulai belajar. Untuk melihatnya bisa
dibedah dari aspek Kelembagaan, SdM maupun Financing.”
Kita Harus Jujur
M
engatakan
…
urang lebih seperti itu komentar DR.Marius Jelamu saat kami jumpai di ruang kerjanya Senin (2/11). Penjabat Bupati Manggarai itu
K
menjelaskan seringnya kita melakukan generalisasi untuk berbagai kegagalan.
“Kalau nilai mahasiswa jelek, apakah universitasnya harus dibubarkan? Tentu tidak. Universitas pasti melakukan evaluasi untuk memperbaiki kualitas lulusannya” demikian analogi yang terlontar menanggapi beberapa kritik dalam penyelenggaraan Program Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah di Manggarai.
“Semua program pemerintah, pasti ada kelemahannya. Kekurangannya, kita benahi sama-sama…” Lebih lanjut beliau berharap agar
DR. Marius Jelamu, penjabat Bupati Manggarai
penilaiannya terkait program pemberdayaan besutan Pemerintah Provinsi NTT itu. Ia juga mengharapkan dukungan berbagai pihak untuk mewujudkan niat baik Pemerintah Provinsi NTT tersebut.
“Harus obyektif menilai, proporsional dan logis. Mari kita didik masyarakat juga. Generalisasi yang tidak benar, tidak logis dapat menyesatkan masyarakat” demikian tambah mantan Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan II di Bappeda Provinsi NTT itu.
Fokus
Maklum, untuk penugasan lapangan seperti ini menjadi kendala tersendiri bagi sebagian orang, terutama yang tidak terbiasa menuliskan hasil liputannya. Bagi teman-teman yang cinta kampung, penugasan ini seru, mengasyikan.
Beberapa semangat itu bisa lebih jelas terlihat, pada anggota tim yang pernah meliput pada tujuh kabupaten sebelum ini. Kompak, gerak cepat, senyum pasti, sesekali saling melucu, joak, itulah ciri anggota tim ini. Semangat bertambah, saat produk bulletin kami mendapat apresiasi beragam, termasuk dari anggota tim sendiri.
Excited, Inspiring…
Bersama Kepala Bagian Humas dan Kepala Bagian Umum Manggarai, DR.Marius juga menggambarkan aneka usaha produktif yang dilakoni masyarakat Manggarai. Usaha ternak kecil hingga ternak besar, Holtikultura terutama sayur-masyur, cabe dan tomat. Beberapa anggota kelompok di antaranya juga melakoni usaha perkiosan.
Merujuk pada data yang ada, setidaknya program pemberdayaan ini telah menyentuh 97 Desa di Kabupaten Manggarai. Kabupaten dengan 11 Kecamatan itu mendapatkan bantuan sejumlah 9 desa di Tahun 2011. Pada Tahun 2012, juga terdapat 9 desa. Tahun 2013 jumlah bantuan diarahkan bagi 11 desa penerima. Untuk Tahun 2014, terdapat 34 desa dibantu. Pada Tahun 2015, tercatat 34 desa penerima manfaat.
Model pemberdayaan yang dilakukan pemerintah diyakininya dapat mendukung ekonomi masyarakat. Beliau bahkan optimis, jika hasilnya dapat mengungkit keberhasilan sektor-sektor pembangunan lainnya. Keberhasilan yang diharapkan pada gilirannya tentu dapat mendongkrak berbagai bidang pembangunan. Tak terkecuali, bidang pariwisata.
Secara gamblang, ia kemudian menjelaskan sedikit informasi tentang upayanya membangun Manggarai. “Manggarai sebagai the beyond city of Labuan Bajo perlu terus berbenah agar tidak tertinggal. Setiap hari Jum'at, saya minta para aparatur menggunakan bahasa inggris untuk berkomunikasi. Biarlah para pegawai kami adaptif dengan semua wisatawan. Mendukung tekad menjadikan NTT sebagai Provinsi Pariwisata“ jelas Kepala Dinas Pariswisata Provinsi NTT yang terpilih melalui mekanisme lelang jabatan (open recruitmen), pada tahap pertama di Tahun 2015 ini.
Setelah mendapatkan penjelasan yang cukup, tim peliputan kemudian membagi diri ke dalam tiga tim. Tim pertama, kami sepakati bertugas untuk mengunjungi Kelurahan/Desa dalam Kecamatan Ruteng dan tiga kecamatan lain di sekitarnya, Wae Rii, Langke Rembong serta Rahong Utara.
Tim dua, bertugas mengunjungi desa-desa yang ada di Wilayah Selatan Manggarai. Kecamatan-Kecamatan dimaksud meliputi Lelak, Satarmese dan Satarmese Barat.
Sedangkan Tim tiga, bertugas meliput hingga desa-desa yang ada di Wilayah Utara. Tim ini sering dijuluki sebagai “Tim Panser.” Sejak awal tugas peliputan, mereka memang selalu tertarik memasuki kampung-kampung yang dikenal sulit. Bukan karena badan mereka yang tambun…
Semoga Manggarai tetap kompak. Seperti motonya yang terpampang di balik partisi, menaiki anak tangga menuju ke ruang kerja bupati “CAMA LEMANG NGGER PEANG, CAMA POE NGGER ONE.” Mirip maknanya seperti Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh. Atau Kurang lebih artinya adalah: ke luar sesuara, ke dalam bersatu.
Semoga… (Lwl/hms)
“Berat, Kalau Status
Kesa
tah…”
Kesa dalam terjemahan lurus orang Manggarai adalah sebutan untuk status ipar
atau sepupu. Dalam beberapa urusan yang melibatkan keluarga,
status kesa sering dipandang penting. Biasanya, mereka sangat dihargai
oleh anak-anak. Tidak jarang, juga dipandang sebagai orang tua.
erita berikut mungkin bisa menggambarkan bagaimana mirisnya
C
status kesa itu. Bermula saat penugasan kami mengunjungi salah satu desa dalam wilayah Kecamatan Cibal, itulah Desa Ladur.
Tersebut nama Vitalis Mus(54) sebagai salah satu pengurus Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Ladur Jaya. Ia adalah
Bendahara koperasi desa itu. Kami diterima Yohanes Halen (48), sang Kepala Desa untuk periode Tahun 2013 hingga Tahun 2019. Hadir pula sore itu, Petrus Pit (51) Ketua Koperasi dan Valentinus Damis (43) selaku Sekretaris Koperasi. Turut menunggu kami saat itu
sedikitnya 10 orang anggota koperasi. Beberapa orang anggota lainnya hadir setelahnya, satu persatu.
Sebagai desa yang boleh dibilang masuk dalam rumpun suku yang sama, para pengurus memiliki hubungan keluarga yang dekat. Salah satunya adalah Bendahara KSP Ladur Jaya yang menjadi kesa dari ketua koperasi.
Hubungan antara Bendahara dengan Kepala Desa adalah adik sepupu. Sedangkan, hubungan antara Bendahara dengan Ketua KSP Ladur Jaya
cukup enggan untuk
menceritakan persoalan yang dihadapi koperasi mereka itu.
Akhirnya terungkap juga. Buruknya peran bendahara menjadi salah-satu sebab utama. Koperasi yang berdiri pada Januari 2014 lalu itu, kesulitan berkoordinasi dengan
Kelompok Tengku Ajang adalah juga Bendahara KSP Ladur Jaya. Yah, Vitalis Mus, sang kesa itu…
Desa dengan 548 kepala keluarga itu, memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.908 jiwa. “Saya berkecil hati, karena rangkap jabatan. Sebagai
Koperasi. Yang penting uang selamat. Semua lancar, kecuali kelompok Tengku Ajang.
Kelompok Tengku Ajang tidak mengembalikan pinjaman koperasi, yang mulai
mencairkan pinjaman kepada anggota pada tanggal 22 Desember 2014. Komunikasi kami tidak bagus dengan Bendahara Koperasi yang sekaligus juga adalah Ketua Kelompok Tengku Ajang. Kalau bisa ada pihak ke tiga
membantu menyelesaikan persoalan ini. Jangan kami, tidak enak tah...” ujar Petrus Pit disahut angguk Yohanes Halen. Kelompok mereka didominasi oleh jenis usaha ternak babi. Jumlah anggotanya adalah sebanyak 21 orang. Sejak Januari 2015 tidak pernah mencicil.
“Kami sudah dua kali lakukan pendekatan keluarga, tidak berhasil juga. Tidak enak juga, dia lebih umur. Akhirnya, untuk sementara tugas Bendahara diperankan oleh PKM dan Ketua Koperasi” demikian jelas
Yohanes Halen demi lancarnya koperasi dengan 17 Kelompok itu.
Untuk diketahui, koperasi ini memiliki 17 kelompok perdana. 13 Kelompok diantaranya mengusahakan tenun. Satu Kelompok melakukan
penggemukan kambing. Tiga kelompok sisanya melakukan penggemukan babi.
Pada putaran kedua, telah dilakukan perguliran lagi untuk 13 kelompok. Usaha mereka bervariasi disesuaikan dengan tempat tinggal, untuk
memudahkan komunikasi. “Pencairan keuangan oleh pihak bank, memprasyaratkan
Oleh Ketua, Sekretaris dan Bendahara Koperasi. Kami kesulitan selama ini, karena Ka'e Bendahara tidak aktif. Apalagi, semua anggota kelompoknya juga tidak lagi menyetor pengembalian. Kalau sudah begitu, bagaimana jalan keluarnya pak?” demikian tanya kepala desa menambahkan.
Menjawab pertanyaan ini, pimpinan rombongan
mempersilahkan anggota tim kami dari Bappeda untuk menjelaskannya.
“Beberapa langkah bisa ditempuh. Revisilah struktur Kepengurusan Koperasi. Sebagai buktinya, agar dibuatkan berita acara hasil rapat tentang pemilihan
pengurus baru. Kemudian dapat di tetapkan lewat keputusan penunjukan pengurus baru tersbut, ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Koperasi. Lampirkan juga Akta Notaris. Selanjutnya, agar diteruskan kepada Bappeda Provinsi NTT. Kami akan bantu memfasilitasi untuk perubahan spacement bersama Bank NTT” demikian jawab Abi untuk persoalan
“Untuk persoalan anggota kelompoknya, kembali dilakukan pendekatan
kekeluargaan. Jika tidak dapat diselesaikan juga, maka dikoordinasikan dengan Tim Pengendali yaitu Camat, Kapolres serta Danramil
setempat. Untuk persoalan yang ke dua ini, jika tidak selesai dengan pendekatan
kekeluargaan, dapat dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Karena koperasi adalah asset anggota yang berbadan hukum, anggota berhak mengambil sikap” kurang lebih seperti itu penjelasan Abi Kore, Perencana Muda pada Bappeda Provinsi NTT itu.
Untuk diketahui, rekening kas koperasi mereka tercatat
sebesar lebih dari Rp.22 juta. Simpanan Wajib yang mereka sepakati adalah sebesar Rp.50.000,- untuk setiap anggota.
Dari Simpanan Wajib ini terkumpul modal usaha senilai Rp.29.050.000,- dengan
kesepakatan bunga sebesar 1% dan denda senilai Rp.20.000,-/bulan, maka cukup besar dana
Menunjukan hasil kain tenun yang dijemput para pembeli dari Ruteng. (Dari kiri ke kanan), Yohanes Halen bersama istri, Yanuarius Darmance Damon, Petrus Pit bersama istri dan anak.
Total asset sampai dengan 22 Desember mencapai Rp.280 juta. Aset Koperasi termasuk yang bergulir di masyarakat saat ini adalah senilai Rp.290.050.000,-.
Dukungan terhadap program datang dari semua anggota dan pengurus yang hadir saat
itu.“Malah saya dukung pak, arah positifnya sangat jelas” kata Yohanes, sang kepala desa itu.
Anggota koperasi mereka saat ini berjumlah 270 orang masing-masing Rp.1,1 juta/orang. Desa tersebut memiliki empat Dusun, dengan jumlah warga sebanyak 548 Kepala Keluarga atau 1.980 jiwa. Terinformasikan pula desa ini pernah mendapatkan
bantuan PNPM berupa Telfor (jalan pengerasan).
Panjang jalan pengerasan itu kira-kira 500 meter, sampai ke Dusun Nara. Bantuan lainya berupa tambahan ruang kelas, untuk Sekolah Dasar.
Yohanes Pangkur (32), salah
program bantuan Anggur Merah ini. Tidak ada sibuk-sibuk
persyaratan, asal menjadi anggota koperasi, minta pinjam, pasti kasih. Cicilan saya
perbulan adalah Rp.103.000,-. Pekerjaan pokok saya adalah bertani. Hasil panen kemiri dari kebun, biasanya mencapai hingga 500 kilogram setiap tahunnya. Saat panen pada bulan Agustus lalu, bisa laku terjual dengan harga Rp.16.000,- untuk setiap kilogramnya” begitu ungkap ayah empat
Pandangan serupa terucap dari Yosefina Abeng (50). Ibu ini mengusahakan pembuatan kain tenun. “Rata-rata dalam
sebulan bisa menghasilkan 1 lembar kain. Jika dijual bisa dihargai dengan nilai
Rp.400.000,-. Untuk modal beli benang dan lain-lain setidaknya menghabiskan uang sebesar Rp.170.000,- Biasanya, pembeli dari ruteng datang menjemput sendiri” demikian keterangan Ibu Yosefina.
Kesulitan air bersih terungkap juga dalam perbincangan kami. Untuk mencukupi kebutuhan air bersih, mereka membeli air. harga yang berlaku di situ adalah Rp.10.000, untuk 1
jerigen dengan kapasitas 35 liter. Rata-rata setiap hari dibutuhkan minimal 2 jerigen, untuk memenuhi kebutuhan masak, mandi dan cuci piring saja.
Suasana bersahabat sore itu terasa mendalam. Semula, sedikit raut tegang terbersit di wajah mereka, berakhir
suasana akrab. Usulan lain pun bermunculan. Dari usulan untuk ditambahkan modal bagi koperasi, hingga keberanian mereka untuk memimpikan kios sendiri. Beberapa ibu
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan desa sendiri, lewat usaha kios bersama.
(Lwl/hms)
Yohanes Pangkur Yosefina Abeng
Kalau Bisa Tambah Besar
“Kami sudah Lunas pak. Kami sangat merasakan betul manfaat program ini.
Kelompok kami tidak pernah terlambat mengembalikan pinjaman,
setiap bulannya. Karena itu, kami usul agar bisa ditambahkan modal usaha
yang lebih besar lagi.”
B
egitulah tanggapan Musatafa Kadang (73), selaku Ketua Kelompok Padang Gaya II. Kelompok ini merupakan salah satu dari 8 kelompok penerima manfaat yang ada di Kelurahan Wangkung, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai.Hadir juga bersama kami sore itu (4/11). Usman Riton selaku Sekretaris dan Jainudin sebagai Bendahara Koperasi. Anggota kelompok mereka adalah Amirudin Dahos, Gaspar Hamu, Adrianus Japa, Agutinus
Gatang, Petrus Amin, Yos Sudarso dan Tadeus Jama.
Kelompok ini memilih usaha pengembangbiakan kambing. Modal awal sebagai bantuan usaha kelompok mereka adalah sebesar Rp.15.520.000,- Modal usaha yang kami dapat itu, kami bagikan merata.
Kami bagikan untuk 10 orang anggota kelompok. Masing-masing orang mendapatkan bantuan di kisaran Rp.1,5 juta,-. Bagaimana kisah sukses
mereka itu...?
Kenapa kelompok lain gagal...? Begitu pikir kami mencoba terus menggali keterangan mereka.
“Kami beli kambing pada usia tujuh hingga delapan bulan. Kambing itu kami siapkan untuk dijadikan bibit.
Biasanya, kambing seumuran itu bisa didapatkan dengan harga Rp.700 ribu hingga Rp.800 ribu. Setelah satu tahun usianya, bisa laku dijual
dengan harga minimal satu juta rupiah. Karena itu, kami pasti untung. Kami bahkan bisa mendapatkan untung lebih. Karena kambing kami bisa beranak hingga empat ekor dalam setahun” jelas pria paruh baya yang selalu bercanda dengan anggota kelompoknya itu.
“Itu kambing kami pak. Induknya sudah kami jual. Sisa ini adalah anaknya. Ada juga yang baru berumur dua minggu. Baru lahir dua minggu lalu” begitu keterangannya, sambil mengajak
kami melihat ke kandang. Sebenarnya lokasi rumah mereka tidaklah jauh dari pusat Kota Kecamatan Reok. Akan tetapi, karena sebelumnya kami telah mengunjungi Lumarang dan Kelompok Cakalang (nelayan), maka tim mesti kembali ke arah Lumarang lagi. Menanjak dan beberapa
tikungan sejenak, sampai juga. Perkampungan serumpun dengan posisi sedikit di atas bukit.
Usman Riton mengajak tim ke kandang kambing mereka
“Kelompok Pandang Gaya II merupakan kelompok penerima bantuan pada Tahun 2013. Secara umum, kelurahan ini memilki delapan kelompok usaha. Pada tahap pertama pencairan, terdapat 74 orang anggota. Saat ini kami telah melakukan perguliran. Untuk pencairan tahap ke dua ini, KSP Golo Phangga mendapatkan tambahan 22 orang baru”.
Lanjutnya, “Kesepakatan koperasi berlaku ketentuan bunga sebesar 1,5% dari besaran pinjaman. Untuk pencairan tahap ke dua, kami gulirkan lagi dana sebesar Rp.46.000.000,-. Kondisi Kas saat kunjungan sore ini sebesar Rp.106.597.678,-“ demikian jawab Lilis Widyawati, tenaga Pendamping Kelompok
Masyarakat sambil membuka laporannya.
Suasana sore itu terasa nyaman, tim mendapat suguhan kelapa muda, kopi juga
panganan seadanya.
Pandangan mata nampak jelas menatap Lokasi Pelabuhan
menjorok ke arah laut utara. Hadir juga Martinus Mitrakarta, Sekretaris Lurah Wangkung mewakili pihak kelurahan. Markus Radu,A.md Lurah Wangkung sedang mengikuti kegiatan di Ruteng.
“Saya belum mengikuti secara detail program ini. Akan tetapi, PKM selalu
berkoordinasi. Untuk
perkembangan bulanan selalu dilaporkan ibu Lilis kepada kami, pihak kelurahan. Karenanya, walau baru menjabat di Tahun 2013, saya dapat mengikuti beberapa informasi program ini” demikian
komentar Martinus Mitrakarta (44), memberi apresiasi untuk kinerja tenaga Pendamping Kelompok Masyarakat.
Sekretaris Lurah Wagkung itu juga menambahkan informasi umum tentang wilayah
Cerita Sukses
masyarakat di lingkungan itu telah lama mengusahakan tembakau. Alat linting, sudah mereka usahakan. Lahan juga sudah ada, difasilitasi oleh Dinas Kehutanan setempat” demikian gambaran umum Sekretaris Lurah yang memilki 3.583 jiwa atau 375 kepala keluarga itu.
Apresiasi juga diberikan kepada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Menurutnya, kualitas kerjaan lebih baik karena melibatkan penduduk lokal. Rasa memiliki masyarakat dihidupkan, sehingga mereka merasa bertanggungjawab.
“Sebenarnya bayak bantuan kepada masyarakat, tetapi disalahgunakan.
mendukung program
pemerintah. Kami memang telah diperintahkan untuk
memfasilitasi kegiatan seperti ini. Asal kami diberitahu, pasti kami bantu” demikian jawab Andreas Korsini Ta(33), dengan tegas.
Dia adalah seorang
Babinkantibmas yang bertugas di Polsek Reo. Sore itu, dia diberitahukan tenaga PKM terkait kunjungan kami.
Sebelumnya, Andreas bertugas di Bajawa. Ia dipindahtugaskan ke Wankung, sejak April 2014.
(Lwl/hms)
sasaran. Bagi yang belum dapat, mereka bilang tidak adil, belum merasa merdeka dll. Bagi masyarakat yang gagal usaha, sering saya menyindir mereka, pergi monyet, pulang kera. Kami sesalkan beberapa program, seperti Program Keluarga Harapan (PKH). Jumlah penduduk miskin kelurahan kami tercatat sebanyak 354 Kepala Keluarga. Akan tetapi kelurahan tidak dilibatkan. Sejak awal program, Pemerintah Pusat langsung berhubungan dengan kelompok-kelompok masyarakat” demikian tambahnya mengurai.
Pihak kepolisian yang hadir juga menyatakan kesiapan
Satu
2
Hati
Pernahkah anda melihat
iklan motor Honda di
televisi? One Heart…
kata-kata itu diulang Nidji,
Grup Band kenamaan dalam
lagu promo, untuk iklan
jenis Motor Revo.
Rupanya ada juga istilah itu
dalam Bahasa Manggarai.
Ca nai…
tulah nama salah satu Koperasi Simpan Pinjam yang ada di Desa Wae
I
Renca, Kecamatan Cibal Barat. Yah, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Satu Hati.
“Kami tidak menggunakan istilah Ca nai (Satu Hati), karena sudah ada kelompok lain yang menggunakan nama itu. Karena niat dan semangat anggota koperasi kami seperti itu, kami namakan begitu…” terang Fendy Gunawan,SE dengan logat Manggarai, menjawab pertanyaan usil kami di sela obrolan siang itu.
Koperasi ini memiliki 90 orang anggota. Supaya adil, mereka
kelompok, sesuai jumlah dusun yang ada. Desa dengan luas 83,4 km itu terdiri dari Dusun Ngancar, Ponto, Cimpar dan Dusun Lecem. Sebagian besar anggota kelompok mereka adalah ibu-ibu. Usaha kain tenun ikat, menjadi andalan para ibu di desa itu.
Koperasi yang didirikan 1 Juni 2015 itu, rupanya adalah
kelompok yang pernah didirikan pada Tahun 2013. Ternyata, saat itu mereka sempat mandek. Tidak banyak anggota kelompok yang lancar mengembalikan kewajiban pinjaman mereka. Ada beberapa orang anggota kelompok diantaranya bahkan
“Awalnya, saya tidak minat. Ketika itu modelnya kelompok. Kalau ada anggota kelompok macet bayar, kelompok itu pasti macet pak. Tapi kalau koperasi, pasti bisa ka…” demikian tutur Sislaus Elma Eda (43)
menjelaskan alasan tidak menjadi anggota di awal Tahun 2013 lalu. Saat ini, Karaeng Sislaus telah menjadi
Bendahara Koperasi Simpan Pinjam itu.
Salah satu anggota taat yang kami jumpai, membenarkan juga cerita itu. Silvester Jeharut (35), salah satu orang yang sukses mengusahakan kios dengan pengembalian
Cerita Sukses
“Saya tidak pernah macet sejak awal. Sekarang juga saya tidak tunggak dan saya sangat bersyukur karena saya tidak merasa kesulitan dalam mengembalikan pinjaman saya” demikian kata Silvester dengan dialek yang kental.
Meski sempat gagal,
semangat itu muncul kembali. Mereka sering berdiskusi hingga subuh. Mereka
mempelajari kekurangan dari model usaha yang mereka jalani.
Saat itulah mereka bersepakat membentuk
koperasi. Pengurus baru dipilih, pembukuan dibuat lebih baik. 1 Juni 2015 adalah tanggal bersejarah bagi mereka. Pembukuan dimulai saat itu.
Mula-mula sembilan orang dari Kelompok Ngancar mendaftar dengan simpanan pokok dan uang pangkal
masing-masingnya Rp.100.000,-. Terbukukan sejak awal Juni 2015, ikut mendaftar Kelompok Lecem dengan 27 orang anggota, Kelompok Kolong 10 orang anggota, Kelompok Bea Denger 8 orang, kelompok Ponto 7 orang dan Kelompok Karot 8 orang anggota baru.
Beberapa waktu kemudian, jumlah anggota kelompok terus bertambah. Kini, mereka telah memiliki 90 orang anggota. Mayoritas ibu-ibu dengan usaha tenun kain, turut andil memberi semangat para bapak, untuk kembali joint. Anggota lainnya mengusahakan ternak babi, sapi juga usaha kios.
Kepala Desa Yohanes Sudin tidak kami jumpai.
Informasinya, beliau sedang mengikuti pelatihan terkait Alokasi Dana Desa di Kota
oleh Ibu Kepala Desa, pengurus dan sejumlah anggota koperasi. “Program ini (Desa/Kelurahan Mandiri Anggur Merah) lebih mudah. Bagi kami, pinjam ke Bank lebih sulit. Harapan kami, perlu dilakukan pembinaan berkali-kali. Kalau dapat kami di back up dari dinas terkait, untuk mengurus akta pendirian koperasi” pinta Yakobus
Jehakon (51).
menjabat selaku Kepala Desa Wae Renca untuk periode 2007 hingga 2013 lalu. Ia mengikuti benar, perkembangan program sejak awal sosialisasi.
Sekarang, dia adalah Ketua Koperasi.
“Saudara Fendy ini sangat membantu. Dia selalu terlibat dalam setiap kesepakatan yang kami ambil” demikian tambah ketua koperasi memuji tenaga PKM yang saat ini bertugas di
Martinus Gaul Sedang mengembalikan pinjaman bulanannya. Diterima oleh bendahara, kebetulan hari itu bertepatan dengan tanggal angsuran
ketinggian 100 hingga 500 meter di atas permukaan laut. Dengan Kondisi topografi desa yang berbukit dan berbatu, rata-rata tanjakan jalan memiliki
kemiringan 30 . Jika
dibandingkan dengan kondisi jalan yang sempat kami lewati, desa-desa di Manggarai Barat memiliki kondisi yang lebih sulit.
Insiden kecil pun terjadi. Motor kami terpental, untung tidak parah. Benar kata orang bijak. The Good Driver is Drifing. Pengemudi yang baik haruslah
berkonsentrasi. Akan tetapi Penumpang yang santun, mestinya juga tidak menggoda pengemudi.
Bruukkk, kami tumbang… lecet kaki pengemudi, luka gores tangan penumpang. “Ole...Mancing ta!” teriak kami.. sesaat sebelum insiden jatuh itu. “Nekarabo ta karaeng, maaf kalau berlebihan…” teriak kami setelah jatuh. Dua motor lainnya telah selamat, mereka berhenti sejenak menunggu kami di atas tanjakan kali itu. (Lwl/hms)
Bersama Eduardus Fidelis Mus (53), mereka coba
menjelaskan setiap pertanyaan kami. Karena piawainya tim, beberapa informasi lain
berhasil digali. Bapak Eduardus ini, pernah menjadi salah satu anggota DPRD Kabupaten Manggarai.
Sebagai Pengganti Antar Waktu dari salah sati Partai Politk di Manggarai, kami sempat meminta pendapatnya tentang pengalaman menjabat selama empat bulan. “Repot pak. Daripada urus partai, lebih baik urus koperasi pak” ujarnya optimis.
Lebih jauh mereka bergantian menggambarkan keinginan mereka membangun desa. Tercatat asset koperasi saat itu berjumlah Rp.193.054.500,- Telah dilakukan perguliran kembali sejumlah
Rp.190.916.500,-.
Dengan demikian, besarnya saldo yang tersisa adalah sebesar Rp. 2.138.000,- Cocok dengan pencatatan dalam buku rekening Bank NTT, bernomor 006 02.02. 030259-4.
Desa ini memiliki iklim sedang karena berada pada
Pose bersama usai peliputan di lokasi rumah kepala desa sekaligus kantor Desa Wae Renca
Cerita Sukses
Semuanya tidak jalan
emuanya tidak jalan, demikian jawaban singkat Bapak Yoseph Hasa pejabat Kepala Desa Bangka La'o tentang pelaksanaan
S
Program Desa mandiri Anggur Merah tatkala dimintai komentarnya oleh Tim Peliputan Buletin Desa Mandiri Anggur Merah, Selasa, 3 Nopember 2015 di ruang tamu rumahnya di Bangka La'o.
Lebih lanjut Bapak Pejabat Kades menuturkan, Program Desa mandiri Anggur Merah diterima di Desa Bangka La'o tahun 2013. Oleh Kepala Desa Bangka La'o yang lama Bapak stanis Kelabu dan PKM saudara Bonefasius Bagus telah dibentuk 14 kelompok dengan jenis usaha ternak babi, mesin pres kayu untuk usaha mebel, kios serta usaha jahe.
Namun sampai saat saya menjadi penjabat Kades Bangka La'o semuannya tidak jalan. Di rekening desa hanya ada dana sebesar Rp. 4 juta. Saya bersama PKM (Pendamping Kelompok Masyarakat) pengganti, coba mendekati kelompok masyarakat, memberikan penjelasan tentang dana Program Desa mandiri Anggur Merah yang harus digulirkan dalam desa, namun sampai saat ini belum ada hasilnya.
Ketika ditanyai Tim Peliput Buletin Desa Mandiri Anggur Merah soal kendalanya, Pejabat Kades Bangka La'o secara blak-blakan mengatakan, sejak awal sosialisasi tidak maksimal, sehingga masyarakat hanya paham bahwa dana Program
Desa Mandiri Anggur Merah sifatnya hibah. Hibah dalam benak kelompok masyarakat sama dengan dana IDT (Inpres Desa tertinggal Red) sehingga perlu dihabiskan.
Tatkala dijelaskan Tim Buletin Desa Mandiri Anggur Merah bahwa, memang dana ini dari provinsi sifatnya Hibah, dalam arti bahwa dana Rp. 250 juta diserahkan ke desa dan menjadi milik abadi masyarakat di Desa Bangka La'o untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dana ini tidak diambil kembali oleh Provinsi.
Namun setelah berada di desa, dana ini harus digulirkan di antara kelompok masyarakat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa, dikembalikan pokok uang dan bunga yang disepakati bersama besarannya ke rekening desa untuk digulirkan lagi kepada warga masyarakat lainnya di Desa Bangka La'o, Pejabat Yosep Hasa menegaskan bahwa, kami sudah optimal dari pintu ke pintu untuk menyadarkan masyarakat namun mereka belum tergerak untuk kembalikan dana ini.
Kalau boleh ada Tim Pengendali yang turun untuk membantu kami menyelesaikan kendala ini, pungkas Kraeng tua Yoseph penuh harap.
Iyo Kraeng tua. Tetap semangat tah. Tabe... ungkap Tim Peliput sambil mohon pamit dari Desa Bangka La'o Kecamatan Ruteng. (VM/hms)
Kas Koperasi Kosong
etelah melalui perjalanan melelahkan, naik turun gunung dengan tikungan tajam yang ekstrim sejak pertigaan Santa Klaus Desa
S
Cumbi menuju Paroki Beokina, belok kanan di pertigaan Golo Pau, berkelok-kelok melalui kebun kopi menuruni Langke Teras Golo Manuk, Tim Peliput Buletin Desa Mandiri Anggur Merah tiba juga di rumah Kepala Desa Liang Bua, Kraeng Tua Romanus Roeng. Lelah, menegangkan, menyenangkan dan puas. Semua rasa berbaur menyatu saat kaki melepas sandal memasuki ruang tamu Bapak Romanus.
Selamat sore. Saya coba memberi salam kepada tuan rumah yang menatap kami penuh keheranan. Sambil tersenyum penuh tanya, kami dipersilahkan masuk oleh tuan rumah dan duduk di ruang tamu. Sejenak ibu Pak Kades dan anak-anaknya keluar ke ruang tamu. Kami berjabat tangan sambil memperkenalkan diri.
Setelah memperkenalkan diri sebagai Tim Peliput Buletin Desa Mandiri Anggur Merah, yang datang ke Desa Liang Bua untuk meliput pelaksanaan Program Desa Mandiri Anggur Merah, suasana menjadi cair.
Bapak Romanus dengan antusias menceritakan bahwa, “Program Desa Mandiri Anggur Merah dengan dana Rp. 250 juta, kami terima tahun 2011. Sesuai juknis (Petunjuk Teknis Red), kami telah membentuk 27 kelompok dengan rincian 25 kelompok usaha penggemukan babi, dan 2 kelompok lainnya untuk usaha kios dan kebun sayur.”
Lebih lanjut, Kepala Desa Liang Bua menjelaskan, setiap anggota kelompok mendapat Rp. 900.000,- per orang sesuai usulan proposal kelompok. Dalam perjalanannya, babi besar dijual. Uangnya kami gunakan untuk cari babi lagi, tapi uang habis dalam perjalanan mencari babi. Di rekening pernah terkumpul dana sebesar Rp. 36 juta.
Ketika ditanya soal perguliran dana Rp. 36 juta yang ada di rekening desa, Bapak Romanus menjelaskan bahwa, kami sudah buat koperasi. Namanya “KSU Compang Mose”. Compang Mose dalam Bahasa Manggarai artinya pupuk hidup,
hidup subur, jelasnya soal filosofi KSU Compang Mose dengan antusias.
Ketika ditanya Tim Peliput Buletin Desa Mandiri Anggur Merah, soal pengurus Koperasi dan modal koperasi dengan dana Rp. 36 juta, “eh.. ketua Koperasi., ketua koperasi... saya to, saya to, jawab Pak Kades Romanus sambil menatap istrinya yang duduk di sampingnya. Bendahara istri saya, Bibiana Bis, Bibiana Bis ulangnya memberi ketegasan. Sekretaris.... suaranya agak ditarik turun namun tidak dijelaskan lebih lanjut, soal sekretaris koperasi. Anggota koperasi sekitar 40-an orang. Bukan kata Ibu Bibiana, ada 20-an orang. Dananya sudah dipinjamkan kepada anggota, sehingga kas koperasi kosong saat ini karena dana belum dikembalikan anggota” pungkas Kades Romanus mengakhiri wawancara.
Sambil berlalu dari Desa Liang Bua, sebuah pikiran usil sekonyong terbersit, kas kosong berarti dananya kosong ya? Hus... bentakku pada diri sembari mengetuk jidatku. Aku bergegas meninggalkan Liang Bua melalui Desa Golo Watu. Kembali ke Ruteng .... (VM/hms)
Cerita Sukses
Lanjutkan....
“Kami tidak sepakat
kalau program ini
dihentikan. Hampir
seluruh warga desa
kami bekerja sebagai
buruh tani. Setelah
ada Program
Desa/Kelurahan
Mandiri Anggur
Merah, masyarakat
bisa beternak dan
menambah
penghasilan mereka”
sman, selaku Kepala Desa Salama berkesempatan
U
memberi tanggapannya di awal pembicaraan. “Selaku aparat Pemerintah Desa, saya
berterimakasih sekali kepada Pemerintah Provinsi NTT karena telah membantu desa saya. Desa kami memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.890 jiwa atau kurang lebih terdiri dari 400 Kepala Keluarga”.
Lanjutnya, “jumlah penerima manfaat di desa ini dalah
sebanyak 93 orang. Saya berani mengatakan kalau rata-rata masyarakat berhasil merubah hidupnya. Hingga 80%
anggota Koperasi di sini berhasil. Beberapa di antara mereka, masih harus berusaha lagi. Paling tidak, ternak mereka masih terlihat” demikian komentar Kepala Desa
Salah satu desa dalam Kecamatan Reok itu memiliki tiga dusun. Masing-masing dusun memiliki tiga Kelompok usaha yang masuk dalam wadah Koperasi Simpan Pinjan (KSP) Salama Jaya. Dengan demikian total sembilan kelompok dimilki desa yang mendapatkan bantuan program pada Tahun 2014 itu.
Koperasi itu mulai dibentuk pada tanggal 13 Pebruari 2014. Untuk menghindari hal-hal yag tidak diinginkan, sejak awal program kepala desa tidak meminjam.
“Untuk kelompok yang belum menyelesaikan kewajiban mereka, mayoritas
mengusahakan ternak kambing hingga sapi. Mereka
membutuhkan waktu lebih untuk melunasi pinjaman. Beberapa kendala yang dijumai yaitu adanya alih usaha. Jika sebelumnya, dalam proposal mengusulkan kambing, dalam perjalanan mereka memelihara sapi. Ada juga sebaliknya” kata Usman.
“Ada juga anggota kelompok yang mengusahakan sayur mayur dan ternak ayam
berhasil mengusahakan bengkel. Ia meminjam hingga Rp.10 juta. Sedangkan jumlah pinjaman anggota lainnya bervariasi antara Rp.2 juta hingga Rp.2,7 juta” demikian tambah kepala desa yang selalu tersenyum ramah itu.
Malam itu, hadir bersama kami Suwardi, Babinkantibmas beserta beberapa pengurus dan anggota kelompok. Suasana perkampungan islam sangat terasa. Beberapa orang lainnya menyusul, usai menjalankan ibadah magrib. Sholat
berjamaah, suara dari corong masjid terdengar.
Mushola desa itu tepat berada di depan rumah yang kami kunjungi. Beberapa
anggota yang datang kemudian bahkan masih mengenakan peci. Ada yang sudah mengganti sarung dengan celana. Jelasnya mereka nampak segar, sepertinya sudah mandi. Berbeda dengan Pemerintah Provinsi NTT malam ini, saya menegaskan siap mendukung!” demikian kata Suwardi, Babinkantibmas yang malam itu mengenakan jaket cokelat.
Ketua Kelompok yang hadir, satu persatu mendapatkan kesempatan mengusul juga berpendapat. Berikut hasil liputan yang terekam.
“Aktivitas pengembalian terasa sudah hilang, karena rasanya sudah lama tidak ada pertemuan lagi. Karena itu, kami meminta kelonggaran.
kelonggaran untuk mencicil semampu kami. Tidak sesuai kesepakatan sebesar Rp.187.000 perorang” usul Kanisius, Ketua Kelompok Suka Maju.
“Saya sungguh sangat berterimakasih. Kambing saya kini telah berkembang menjadi delapan ekor, semula cuman dua ekor kambing saja. Ada juga anggota kami yang
memilki dua ekor induk. Saat ini rata-rat memilki delapan ekor kambing” demikian tambah Sama Ani, Ketua Kelompok Usaha Sukses.
Sementara itu Husein, mengusulkan dibentuknya tim tagih dari anggota koperasi. “Saya usul, agar dibentuk satu tim tagih ke para anggota. Mungkin saja ketua koperasi sibuk. Kalau bisa juga kami, anggota mengangsur semampu kami” demikian pintanya.
Beberapa cerita sukses kemudian terlontar. Hadir Mohammad Ali yang serius mendengar sejak awal. Dia adalah sosok pemuda beranak dua yang meminjam Rp.8 juta.
Selama satu tahun, Ali wajib mengembalikan cicilan sebesar Rp.335 ribu setiap bulannya. Dibandingkan pengalamannya meminjam di bank, dia merasa lebih terbantu dengan program ini.
Terdengar juga Bapak Bahari dari Kelompok Anugerah, membagi pengalamannya. Sesuai kesepakatan bersama, diberikan waktu hingga 30 bulan untuk anggota kelompok ternak sapi. Untuk ternak kambing dan babi diberikan masa waktu pinjaman selama 18 bulan. Sedangkan, untuk ayam pedaging diberikan kemudahan waktu hingga 12
Suwardi
Bahari
Cerita Sukses
Tim sempat bergambar bersama beberapa anggota kelompok sesaat sebelum pulang
Saat itu, waktu telah
menunjukan hampir tepat pukul 18.00 Wita. Hari itu, tim belum sempat makan siang. Maklum, kami menargetkan tiga desa utuk hari penugasan itu. Desa Lumarang telah usai. Kelurahan Wangkung dengan kelompok nelayan dan ternaknya sudah kami kunjungi juga. Rasa capa mulai terasa. Rupanya kami masuk angin, karena belum makan siang.
Agar kelompok masyarakat yang kami datangi merasa dihargai, kami selalu
menyantap suguhan pembuka yang disiapkan. Kopi
Manggarai jelas selalu tersaji. Sisanya yang berikut…
Tetapi makan nasi belum sama sekali, sejak beranjak pagi itu dari Reo. Beberapa anggota tim kami juga doyan sirih pinang. Cocoklah, masyarakat pun merasa senang. Perut mulai mules, maklum kami tidak terbiasa minum kopi lebih dari segelas.
“Bapak Kepala Desa sudah tunggu dari siang pak.
Bagaimana pak, kita pergi atau tidak?” kata bu lilies, sang PKM. Pertanyaan yang mudah
dijawab, kalau perut telah terisi, tidak mules karena kekenyangan kopi.
Mata semua anggota tim termasuk dua orang PKM yang setia
mendampingi tertuju kepada ketua
rombongan. Dengan berat hati, ketua tim menjawab pasti “ya, kita pergi!” Tiba-tiba ada suara pelan menyambar. “Tapi kita makan dulu pak, mama sudah siap makanan…” sambung Ibu Lilis, tenaga Pendamping Desa Selama itu.
Paham juga ibu-ibu. Mereka biasanya penuh perhatian,
tahu saat yang tepat, untuk menawarkan makanan. Sesaat kemudian, meja ruang tamu keluarga itu sudah dipenuhi sayuran dan ikan. Hmmm… nampak sangat lezat, mata kami semuanya melotot ke hidangan ikan kuah, ikan goreng, sayuran, nasi dan lauk lainnya.
“Ok, kita makan dulu” semoga jawaban ini
menguatkan, demikian pikirku. Memang sejak siang, sudah ada yang mengingatkan untuk mencari maka dulu. Ternyata Lumarang tidak memilki rumah makan. (Lwl/hms)
Lilis, Tenaga PKM
Harus Obyektif
“Bantuan apa saja selama ditujukan untuk masyarakat hendaknya dinilai
secara obyektif. Jangan campur adukan masalah bantuan pemberdayaan ini
dengan kepentingan lainnya. Selama dana bantuan seperti Anggur Merah
membantu upaya peningkatan taraf ekonomi masyarakat, semua pihak
baik itu kalangan legislative dan pers agar dapat memberikan penilaian
yang seimbang dan proporsional”
Aleksius Ramung, Papang Kecamatan Satar Mese menanggapi
berbagai isu seputaran dana Anggur Merah yang sempat direkamnya dari media.
Menurut pengamatannya sebagai aparat desa,dana ini sangat membantu ekonomi masyarakat di Desa Papang.Pertemuan yang dijadwalkan sehari sebelumnya itu terpaksa ditunda sehubungan dengan adanya peristiwa duka yang terjadi pada salah satu keluarga di Desa Papang.
Kerinduan masyarakat Papang terhadap datangnya musim penghujan rupanya akan segera terobati seiring dengan seiring dengan semakin
tebalnya awan yang menggelayut di atas langit Satar Mese.
“Saat ini, masyarakat Desa Papang sedang memasuki musim panen padi. Memang sebagian besar masyarakat sudah sangat merindukan
mereka yang telah menetapkan jadwal panenan menaruh asa agar hujan tidak datang saat mereka lagi mengetam padi,” jelas Bapak beranak satu ini sembari meminta maaf karena ia sedikit telat bergabung sangat bersyukur karena program Anggur Merah memberikan banyak
memperoleh pinjaman dan tidak pilih kasih.
“Sebelum adanya Anggur Merah masyarakat
kebanyakan meminjam uang dari para pemilik modal serta Bank Perkreditan Rakyat dengan bunga yang sangat tinggi. Animo warga untuk meminjam di Koperasi sangat tinggi seiring denga banyaknya kelompok antrian yang menunggu jadwal perguliran baru” urai Kades yang dilantik sejak tahun 2011 tersebut. Dengan kondisi tersebut, banyak masyarakat yang datang mengeluhkan terlalu sedikitnya pasokan dana Anggur Merah tersebut.
Ketua Koperasi Tunas Harapan, Philipus Mor menjelaskan bahwa sumber dana bagi Koperasi murni dari bantuan Anggur Merah.
Ada 15 kelompok dengan jumlah anggota 194 orang yang bergabung dengan Koperasi sejak terbentuk pada Januari 2014. Dari jumlah tersebut, dana Anggur Merah sudah
disebarkan ke 10 kelompok awal, sementara 5 kelompok berikutnya masuk dalam daftar antrian.
Bapak Philipus sendiri merangkap sebagai ketua kelompok Kembang Mekar. Kelompok yang diinisiasi sejak tahun 2010 tersebut sengaja dibentuk sebagai salah satu Kelompok Gapoktan yang menerima bantuan pupuk selama 3 tahun berturut-turut dari pemerintah.
“Anggota Kelompok kami berjumlah 22orang. Kami meminjam dana tersebut untuk membeli 2 buah traktor
tanggan,”jelas pria berumur 39 tahun ini dengan muka
sumringah.
Wensislaus Jenggo, Sekretaris
memanfaatkan dana itu untuk membantu pengadaan pupuk, pembelian obat-obatan serta biaya kerja,” jelas pria berumur 37 tahun ini.
Untuk menghidupkan dana pada kelompok tersebut, setiap anggota diwajibkan untuk menyetor simpanan pokok sebesar Rp. 50.000 per orang dan simpanan wajibnya Rp.5000 Kelompok Beras Beramo yang
terbentuk sejak tahun 2015 dengan jumlah anggota 13 orang merasakan sungguh manfaat dana bantuan Anggur Merah.
“Dengan total pinjaman Rp 19 juta yang dibagi merata ke seluruh anggota kelompok, masing-masing anggota mendapatkan dana segar
Philipus Mor,
Ketua Koperasi Tunas Harapan
Bunga pinjaman yang dikembalikan oleh anggota kelompok menjadi 2% dengan rincian 1% unyuk penambahan kas kelompok.
Marselina Jati, Ketua Kelompok Mawar Melati sekligus Bendahara Koperasi pada awal percakapan dengan tim Buletin menceriterakan sedikit tentang keuangan Koperasi. Total uang yang di kas adalah Rp. 43.154.000, sementara yang beredar di masyarakat sebesar Rp 276.567.000.
Kelompok Mawar Melati sendiri terbentuk sejak tahun 2007 sementara iuran wajibnya Rp 5000,- per bulan. Kelompok ini mendapatkan pinjaman uang sebesar Rp. 24 juta.
memutuskan untuk beternak babi. Besaran modal kelompok kami sampai dengan saat ini suda mencapai Rp. 70
juta,”jelas ibu 4 orang anak ini. Mereka sungguh merasakan manfaat Anggur Merah
terutama dalam meringankan urusan rumah tanga dan membiayai anak sekolah.
Besar harapannya agar setelah melunasi pinjaman selama kuurn waktu 14 bulan, mereka dapat mengajukan pinjaman baru yang lebih besar untuk membeli traktor.
“Sesuai dengan kesepakatan anggota, bunga 1% dibagi untuk penambahan kas
koperasi sebesar 0,5, 0,3 untuk jasa pengurus dan 0,2 nya untuk membeli ATK Kantor dan SHU Kelompo,” pungkas Marselina di akhir percakapan.
Saat sedang asik berkisah tentang Anggur Merah, hujan mulai membasahi tanah Papang yang berdebu.
Keinginan untuk segera kembali lagi ke Ruteng ditunda. Cahaya merasuk di tengah kegelapan malam.
Sampai-sampai kami tidak memperhatikan lagi jarum bahan bakar telah mencapai titik merah saat menggapi dakian pertama Golo Lusang. Tak mau mengambil resiko, kami berbalik arah kembali ke arah Papang menjangkau Desa Umung, desa yang terdekat dengan kawasan hutan untuk membeli bahan bakar.
Waktu menunjukkan pukul 21.00, saat kami meninggalkan desa Umung dan mendaki puncak Golo Lusang untuk kedua kalinya menuju kota dingin Ruteng.
Saling Lihat
“Anggur Merah buat semua orang punya kesibukan. Tidak ada lagi ibu-ibu
yang tinggal diam dan gosip kiri kanan. Masyarakat juga tidak peduli
dengan situasi politik. Semua orang sibuk dengan usahanya.
Mesen todo ritak, eme toe ngance leko
(Besar sekali rasa malunya, kalau tidak bisa bayar pinjaman)”
al ini ditegaskan oleh Ludovikus Handu, Ketua Koperasi Simpan
H
Pinjam (KSP) Golo Wua Desa Gelong, Kecamatan Lelak saat ditemui tim buletin Anggur Merah di kediamannya, Senin (2/11). Menyisir jalan sempit beraspal dan berkelok-kelok dari Lamba Ketang menuju Gelong ditemani redupnya cahaya mentari senja sungguh menantang.
Keinginan untuk cepat sampai sekaligus tidak ingin
mengecewakan kelompok masyarakat yang sedang menunggu. Memacu sepeda motor dengan kencang sambil tetap berhati-hati melewati tikungan tajam yang datang silih berganti. Setelah
Menempuh waktu perjalanan selama 45 menit, kami tiba di Desa Gelong. Waktu sudah memperlihatkan pukul 18.30 wita.
Ditemani PKM Desa Gelong Vinsensius Selman, Ludovikus memberikan gambaran sedikit tentang KSP Golowua.
Terbentuk sejak 25 Maret 2014, KSP ini terdiri dari 125 orang anggota yang kesemuanya dibagi dalam 12 kelompok dengan bidang usaha beternak babi, kios, mebel serta jual beli ternak kerbau. Simpanan pokoknya sebesar Rp. 100 ribu per orang.
“Saya bersama sekretaris, bendahara serta badan pengawas dipilih dalam musyawarah bersama seluruh anggota pada 25 Maret 2014. Dana Anggur Merah sendiri dicairkan pada bulan Nopember 2014,” jelas alumnus Akademi Manajemen Kupang jurusan Keuangan tahun 1992 ini.
Ia menambahkan bahwa sesuai
kesepakatan anggota, besarnya bunga adalah 1% dengan rincian 0,3 untuk insentif pengurus koperasi, 0,1 untuk jasa diperhitungkan sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU), 0,1 untuk desa serta 0,2 untuk
penambahan modal koperasi. Di tengah penjelasan yang menggebu dari Bapak Vinsen, Sekretaris Koperasi Yoseph Sandi turut bergabung dengan kami setelah mengikuti misa memperingati hari Arwah. Tak lama berselang isteri ketua Koperasi, Reineldis Selia serta Kosmas Sangkang selaku anggota badan pengawas menyusul.
lebih lanjut bahwa dana tersebut akan digulirkan lagi sesudah rapat direncanakan per bulan mulai tahun depan. bahwa dana tersebut ditahan oleh pengurus. Kami
menanggapi semuanya itu dengan transparan dan berbesar hati,” jelas Bapak Yoseph.
Menimpali hal ini, Ibu Reineldis Selia, Isteri Ketua Koperasi selalu mengingatkan suaminya untuk mengutamakan kejujuran, menjadi panutan serta yang terutama menjaga kepercayaan yang diberikan anggota.
Yoseph Sandi,
Sekretaris Koperasi Golo Wua
Iuran wajib belum ada. Rencananya SHU akan dijadikan sebagai simpanan wajib anggota. Semua itu akan diputuskan dalam rapat
evaluasi bersama yang akan digelar pada bulan Desember 2015.
“Setiap anggota
diperkenankan meminjam minimal 2 juta. Disertai dengan surat pernyataan dengan jaminan tanah, kebun kopi, kendaraan, babi dan lain sebagainya. Pembayarannya dengan sistem cicil 2 kali setahun atau per semester. Untuk semester pertama, jatuh temponya pada bulan Mei menunggu hasil penjualan ternak. Jumlah pengembalian sampai sekarang adalah pokok sebesar Rp. 39.990.000,- dengan bunganya Rp. 7.980.000,-.
Sekretaris Koperasi, Bapak Yoseph Sandi menjelaskan
“Seturut pengamatan saya Dana Anggur Merah ini membantu mengatasi praktek rentenir dengan bunga uang sekitar 5 sampai dengan 10%. Saya tidak akan menerima setoran dari anggota kalau ketua koperasinya tidak ada. Saya tidak ingin ikut campur terlalu jauh dalam urusan yang menjadi tanggung jawab suami saya,” ujar Guru SD ini sambil menatap sang suami.
Ia hanya sebatas “mengintip” saja apa semua penyetoran sudah dibukukan atau belum.
Selanjutnya Bapak Yoseph Sandi mewakili para anggota koperasi menyampaikan terima kasih atas bantuan dana Anggur Merah yang sangat membantu peningkatan kesejahteraan anggota.
“Kesibukan para anggota semakin meningkat sesudah melakukan pinjaman di
koperasi. Budaya lelo tau atau saling lihat kesibukan anggota lain menjadi penyemangat dan motivasi bagi anggota lainnya. Orang-orang yang sudah tua dan ibu-ibu tidak mau
ketinggalan untuk
memanfaatkan dana anggur merah, membeli babi atau buka kios” jelas Bapak Yoseph.
Ia pun menguraikan lebih lanjut keuntungan lain dari Anggur Merah dibandingkan dana-dana lain semisal PNPM.
“Kalau pinjaman di PNPM, tidak ada jasa pinjamannya bunganya juga besar setelah dihitung seluruhnya. Selain itu untuk mengurusnya harus mengeluarkan uang transport ke Kantor Camat dengan biaya Rp. 50 ribu kalau dengan ojek dan Rp 30 ribu dengan
angkutan umum. Sudah begitu sampai di sana tunggu lama. Sementara kalau di Koperasi Anggur Merah, bunganya kecil, dilayani di rumah. Jam 8 malam pun, pengurus masih siap melayani,” jelasnya sedkit berbangga.
Kosmas Sangkang, anggota pengawas koperasi sekaligus peminjam merasakan sungguh manfaat dana tersebut. Dengan
bantuan pinjaman sebesar Rp. 2 juta rupiah, ia bisa membeli tambahan satu ekor babi.
“Saya suka memelihara babi karena babi sangat diperlukan untuk berbagai urusan adat atau juga dijual untuk
membantu ekonomi keluarga. Saya telah menjual babi Anggur Merah seharga Rp 2 juta. Hasil penjualan tersebut saya
gunakan untuk mengembalikan pokok beserta bunga untuk satu semester, sementara sisanya lagi saya pakai untuk membeli babi baru,”jelas ayah 6 orang anak ini.
Wilhelmus Gan, penerima bantuan Anggur Merah (berbaju putih) dengan mesin kayu mebelernya
Wilhelmus Gan, penerima bantuan lainnya yang bergerak dalam usaha Mebeler
menjelaskan bahwa kehadiran program ini luar biasa
membantu usahanya.”Dengan pinjaman dana sebesar Rp 2 juta, saya bisa beli skap kayu baru, memperbaiki mesin bor kayu serta membuat profil mebel. Sisanya saya pakai menambah modal usaha,” jelas alumni AMK Tahun 1991 ini.
Ayah 2 orang anak mengakui dari hasil perkembangan usaha mebelernya, ia bisa
mengongkos anaknya hingga diwisuda di STIPAS Ruteng pada bulan September lalu. Karena itu ia belum
mengembalikan pinjaman tersebut. Ia berencana menjual babinya untuk melunasi
pinjaman koperasi sekaligus mengajukan pinjaman baru yang lebih besar untuk memperluas usahanya mengingat permintaan jasa mebeler semakin meningkat di akhir tahun ini. (Ar/hms)
Reineldis Selia