• Tidak ada hasil yang ditemukan

Atlas Rotan Indonesia Jilid 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Atlas Rotan Indonesia Jilid 3"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Jasni Krisdianto Titi Kalima Abdurachman

(3)

Diterbitkan oleh (Published by) :

Pusat Peneli an dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

(The Center for Research and Development on Forestry Engineering and Forest Products Processing)

Alamat (Address) : Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Indonesia Telepon (Phone) : (0251) 8633378

Fax (Faximile) : (0251) 8633413

E-mail : pep_p3hh@yahoo.com

website : www.pustekolah.org

(4)

SAMBUTAN

KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

Memasyarakatkan hasil peneli an merupakan bagian yang dak terpisahkan dari kegiatan peneli an itu sendiri. Oleh karena itu, Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) secara terus menerus berupaya menyampaikan hasil-hasil peneli an melalui berbagai media, salah satunya dengan menerbitkan buku hasil peneli an. Atlas Rotan Jilid 3 dimaksudkan untuk memperkenalkan lebih lanjut jenis-jenis rotan yang terdapat di Indonesia. Buku ini merupakan seri lanjutan dari Atlas Rotan Jilid 1 dan 2 yang sudah diterbitkan oleh Pustekolah.

Kami mengucapkan selamat kepada Dra. Jasni, M.Si., Dr. Krisdianto, S. Hut. M.Sc., Dra. Ti Kalima, M.Si., dan Abdurachman ST, yang telah bekerja keras melakukan peneli an dan menuangkan hasilnya dalam buku Atlas Rotan Jilid 3 ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada para editor dan Kepala Bidang Pengembangan Data dan Tindak Lanjut Peneli an (PDTLP) Pustekolah beserta jajarannya atas perannya membantu menjaga kualitas materi dan penulisan buku ini.

Kami berharap, Atlas Rotan Jilid 3 ini mampu melengkapi informasi yang dibutuhkan masyarakat ilmiah maupun khalayak umum tentang rotan Indonesia. Kekurangan dalam buku ini merupakan tantangan bagi penyusun untuk terus menerus melakukan eksplorasi dan analisa secara lebih mendalam serta komprehensif tentang rotan Indonesia.

Bogor, Nopember 2012 Kepala Pusat

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Berbagai jenis rotan banyak tumbuh secara alami maupun dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia.

Rotan adalah salah satu anugerah Tuhan untuk bangsa Indonesia. Berbagai jenis rotan tersebar dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat, baik secara tradisional maupun modern. Pengolahan rotan yang berkualitas menjadi produk-produk ekonomi diyakini akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Se ap jenis rotan memiliki persebaran, penampakan, dan sifat dasar batang yang berbeda. Keberagaman tersebut membuat rotan bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang sesuai. Pemahaman yang benar mengenai jenis rotan tertentu akan menentukan pemanfaatan yang tepat bagi jenis rotan tersebut.

Atlas Rotan Jilid 3 disusun dan diterbitkan untuk memberikan informasi tentang 10 jenis rotan Indonesia. Sebagai lanjutan dari Atlas Rotan Jilid 1 dan 2, Atlas Rotan Jilid 3 juga memuat berbagai informasi tentang botani, persebaran, perawakan, sifat dasar dan alterna f pemanfaatan rotan Indonesia. Informasi dalam atlas rotan ini merupakan hasil riset Pustekolah yang dilengkapi dengan hasil riset lain yang mendukung.

Buku ini kami harapkan dapat menjadi sumber informasi bagi para pihak yang membutuhkan informasi tentang rotan Indonesia, baik dunia usaha, masyarakat ilmiah, pengambil kebijakan maupun masyarakat. Keterlibatan berbagai pihak yang memiliki informasi tentang rotan Indonesia dalam penyusunan buku ini diharapkan mampu menyediakan lebih banyak informasi yang dibutuhkan oleh parapihak tersebut. Kekurangan yang terdapat dalam buku ini merupakan pekerjaan rumah bagi m penyusun untuk terus menerus melakukan inventarisasi, iden fi kasi, serta mempelajari karakter dari

(7)

Puji syukur penulis panjatkan atas terselesaikan dan terbitnya buku Atlas Rotan Jilid 3 ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kapustekolah, Kabid PDTLP Pustekolah beserta mnya yang telah memfasilitasi terbitnya buku ini. Kami juga memberikan penghargaan se nggi- gginya kepada para editor yang telah membantu dengan berbagai masukan konstruk f untuk materi buku ini.

Semoga bermanfaat.

(8)
(9)

I. Marau ... 51

J. Sanjat ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 61

GLOSARI ... 65

(10)

I. PENDAHULUAN

Rotan merupakan salah satu kelompok tumbuhan berbunga yang termasuk dalam suku Palmae. Sebutan lain untuk rotan yang tumbuh merambat ini adalah suku pinang-pinangan atau Arecaceae. Tumbuhan rotan memiliki batang beruas yang bagian tengahnya berisi dan dak berongga seper bambu. Sebagai bagian dari kelompok besar monoko l, batang rotan tersusun atas ikatan pembuluh yang tersebar dalam jaringan parenkim dasar. Di dalam ikatan pembuluh tersebut terdapat pembuluh metaksilem, protoksilem, fl oem dan ikatan serat

yang menopang kekuatan batang rotan.

Bentuk, ukuran diameter dan panjang ruas rotan bervariasi bergantung pada jenisnya. Rotan umumnya dibedakan berdasarkan ukuran diameter batangnya. Secara alami rotan memiliki diameter terkecil 3 mm (Calamus ciliaris Blume sensu Ridley) dan yang terbesar mencapai 100 mm (Plectocomia elongata Blume). Daun rotan umumnya berduri mulai dari pelepah, tangkai, tulang daun, arkis dan

agelum. Duri-duri yang terdapat dalam agelum, kucir dan rakhis

menjadikan ujung tumbuhan rotan bertahan dan tumbuh merambat pada batang utama atau cabang suatu pohon.

Sebagai salah satu hasil hutan, rotan memiliki nilai ekonomi kedua ter nggi setelah kayu. Indonesia sebagai penghasil rotan terbesar di dunia mampu memasok sekitar 80% dari kebutuhan rotan dunia (Hartono, 1998). Hutan Indonesia juga memiliki variasi jenis tumbuhan rotan yang nggi, yaitu sekitar 312 jenis rotan tumbuh di hutan Indonesia. Dari total 13 marga tumbuhan rotan di dunia, 8 marga diantaranya tumbuh di Indonesia (Rachman dan Jasni, 2008).

(11)
(12)

II. PENJELASAN ISI RISALAH

Jenis rotan yang dimuat dalam Atlas Rotan Indonesia Jilid 3 ini sebanyak 10 jenis. Jenis-jenis tersebut dipilih berdasarkan keberadaan rotan yang tersebar di seluruh Indonesia. Rotan-rotan tersebut sebagian besar telah digunakan secara lokal, namun belum digunakan untuk tujuan komersial. Tujuan penerbitan Atlas Rotan Jilid 3 ini adalah menginformasikan beberapa jenis dan sifat dasar batang rotan dan kemungkinan pemanfaatan secara komersial.

Risalah yang disajikan dalam BAB II berisi data dan informasi tentang ciri botani, tempat tumbuh, silvikultur, nama perdagangan, nama daerah, nama negara lain, daerah persebaran, sifat dasar antara lain: ciri umum, anatomi, kimia, fi sis dan mekanis,

pelengkungan, ketahanan, serta ciri batang rotan yang terkait dengan pemanfaatannya. Risalah ciri botani melipu nama botani, sinonim (jika ada), nama lokal terseleksi dan nama dagangnya (jika ada). Selain itu, keterangan tempat tumbuh dan daerah persebaran, perbanyakan dan penanaman, sifat dan ciri batang, pemanfaatannya saat ini, serta catatan yang berhubungan dengan pemanfaatan lain juga disajikan. Pertelaan ringkas mengenai habitus rotan di hutan juga memuat karakter morfologi yang mencirikan iden tas jenis rotannya.

Nama yang ditampilkan melipu nama botani, sinonim, nama perdagangan, nama daerah dan nama lain yang mungkin berlaku di daerah atau negara lain. Penetapannya mengacu kepada Dransfi eld

(1974, 1979, 1984 dan 1992); Dransfi eld dan Manokaran (1994, 1996);

Hadikusumo (1994); Boonsermsuk et al. (2007) dan Jasni et.al (2007, 2010a).

(13)

Selain ciri botani, morfologi, habitus dan deskripsi struktur anatomi batangnya, pertelaan jenis rotan dilengkapi dengan data dan informasi tentang komponen kimia, sifat fi sis-mekanis, sifat pelengkungan,

ketahanan terhadap serangga, pemanfaatan dan cara penanamannya. Infomasi risalah diperoleh dari berbagai pustaka dan laporan hasil peneli an terkini yang belum dipublikasikan, termasuk hasil peneli an yang telah dilakukan oleh Pusat Peneli an dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah), Pusat Peneli an dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Pustekolah (Puskonser), Pusat Peneli an Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta beberapa Perguruan Tinggi. Da ar pustaka yang dipakai sebagai bahan acuan dapat dilihat pada bagian akhir buku ini. A. Nama Botani

Se ap tumbuhan hanya memiliki satu nama ilmiah yang benar, yang disebut dengan nama botani. Nama botani terdiri dari dua kata, berbahasa la n. Kata yang pertama menunjukkan marga (genus) dan yang kedua menunjukkan jenis/spesiesnya. Dalam naskah taksonomi, di belakang kata kedua dituliskan nama pengarang. Misalkan untuk rotan manau ditulis sebagai berikut :

Calamus manan Miquel

yang memiliki ar rotan manau termasuk dalam marga Calamus, nama spesies manan dan peneli /taksonomis yang menerbitkan nama botani rotan manau adalah Miquel. Nama family/suku dak dicantumkan karena semua jenis rotan termasuk dalam satu suku yaitu Palmae atau Arecaceae yang termasuk Ordo Palmales, kelas Monocotyledons, sub divisi Angiospermae.

B. Nama Perdagangan dan Nama Daerah

(14)

merupakan kumpulan beberapa rotan yang memiliki nama botani yang berbeda-beda.

Selain nama dagang, rotan juga dikenal memiliki nama daerah/ lokal yang berbeda dari nama dagangnya dan sangat dipengaruhi oleh sebutan nama daerah dimana rotan tersebut tumbuh. Suatu jenis rotan misalnya, memungkinkan memiliki nama daerah lebih dari satu karena adanya perbedaan dialek dan bahasa daerah dimana rotan tumbuh. Jika memungkinkan, seluruh nama daerah akan dicantumkan dalam pertelaan, namun jika dak, maka sedapat mungkin dari ap pulau atau kepulauan utama sekurang-kurangnya dicantumkan satu nama yang banyak digunakan di daerah tersebut.

C. Nama di Negara Lain

Nama rotan dari negara lain adalah nama jenis rotan yang berlaku di luar Indonesia, baik di negara produsen maupun konsumen yang sudah dipakai atau sudah dikenal dalam perdagangan. Informasi nama di negara lain mengacu pada pustaka oleh Dransfi eld (1979, 1984 dan

1992); Dransfi eld dan Manokaran (1994); Boonsermsuk et al. (2007)

dan Jasni et.al (2007, 2010a). D. Daerah Persebaran

Daerah persebaran rotan disusun menurut nama pulau dimana jenis tersebut tumbuh. Daerah persebaran di luar Indonesia dak dicantumkan walaupun banyak jenis rotan yang secara alami tumbuh di sana. Informasi mengenai daerah persebaran mengacu pada pustaka oleh Dransfi eld (1974, 1979 dan 1984); Drans eld dan Manokaran

(1994); Hadikusumo (1994); Tellu (2005) dan Jasni et.al (2007, 2010a). E. Habitus

(15)

habitus mengacu kepada pustaka yang ditulis oleh Dransfi eld (1974,

1979 dan 1984); Alrasyid (1989); Tellu (1992, 2005, 2008); Dransfi eld

dan Manokaran (1994); Kalima (1996, 2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a).

F. Struktur Anatomi

Pertelaan struktur anatomi batang rotan dikelompokkan dalam dua ciri yaitu: ciri umum dan ciri anatomi. Ciri umum ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis yang melipu warna batang, diameter batang tanpa pelepah, panjang ruas, kerapatan ikatan pembuluh (KIP) dan nggi buku. Penetapan ciri umum berdasarkan pengamatan dan pengukuran secara visual dan dengan bantuan lup. Penetapan KIP dilakukan melalui penghitungan jumlah ikatan pembuluh dalam bidang 2 mm x 2 mm pada penampang lintang batang rotan dengan menggunakan lup. Umumnya contoh uji berukuran panjang 5 cm dan diameter tergantung diameter rotan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada bidang seluas 2 mm x 2 mm, masing-masing di bagian tepi, tengah dan pusat rotan (Gambar 1). Hasil pengukuran ke ga bagian sampel dijumlahkan, kemudian ditetapkan banyaknya ikatan pembuluh per mm2 dengan rumus:

KIP = Pi + Te + Pu 12 Keterangan:

KIP = Kerapatan ikatan pembuluh ap 1 mm2

Pi = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian pinggir Te = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian tengah Pu = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian pusat

(16)

Gambar 1. Pembagian daerah tepi, tengah dan pusat pada penampang lintang rotan untuk penghitungan kerapatan ikatan pembuluh

Penyajian ciri anatomi dapat berbeda bergantung kepada data yang diperoleh dari berbagai pustaka seper Siripatanadilok (1974); Wiener dan Liese (1990; Bhat dan Thulasidas (1993); Rachman (1996); SNI 01-7208 (Anonim,2006), Krisdianto dan Jasni (2005); Rachman dan Jasni (2008); Damayan and Jasni (2010) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b)

G. Komponen Kimia

Komponen kimia batang rotan yang disajikan melipu kadar selulosa, lignin dan kadar pa . Penentuan kadar selulosa mengiku prosedur SII 0443-1981 (Anonim, 1981), lignin mengiku prosedur SNI 0492-1989 (Anonim, 1989), sedangkan penetapan kadar pa mengiku prosedur SII – 70 - 1979 (Anonim, 1979). Informasi mengenai persentase komponen kimia berpengaruh pada sifat-sifat batang rotan, misalnya semakin nggi kadar selulosa yang terdapat dalam rotan maka keteguhan lenturnya juga makin nggi. Selulosa juga merupakan makanan serangga terutama rayap, makin banyak kadarnya dalam batang rotan, maka mudah terserang oleh rayap.

Lignin merupakan polimer phenolik berbentuk amorf yang berfungsi sebagai bahan perekat yang menyatukan serat. Penetapannya dilakukan berdasarkan SNI 14-0492-1989 (Anonim, 1989). Lignin diduga dapat menentukan kekuatan pada batang karena semakin nggi kadar

tepi

(17)

lignin dalam rotan maka rotan makin kuat sehingga ikatan antar serat juga makin kuat.

Kadar pa merupakan kandungan zat pa di dalam batang rotan. Pa yang merupakan cadangan karbohidrat pada tumbuhan ngkat nggi, merupakan makanan utama bagi serangga bubuk rotan kering sehingga semakin banyak kadarnya di dalam batang rotan menjadikan rotan lebih mudah terserang oleh serangan bubuk rotan kering. Data dan informasi kadar pa pen ng untuk mengetahui ketahanan atau keawetan rotan. Penetapan kadar pa batang rotan dilakukan dengan metode Standar SII 070-1979 (Anonim, 1979).

Informasi mengenai komponen kimia batang rotan mengacu pada beberapa hasil peneli an yaitu Tellu (1992); Hadikusumo (1994); Rachman (1996); Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011 b).

H. Sifat Fisis dan Mekanis

Sifat fi sis yang dicantumkan berupa data kadar air kering udara

dan berat jenis batang rotan. Sedangkan sifat mekanis yang disajikan melipu Modulus of Rupture (MOR), Modulus of ElasƟ city (MOE) dan keteguhan tarik sejajar serat, yang merupakan nilai rata-rata keteguhannya dalam kondisi kering udara. Nilai keteguhan diperoleh dari hasil pengujian contoh uji berukuran kecil yang bebas cacat. Sifat mekanis merupakan salah satu sifat pen ng yang digunakan untuk menduga kegunaan suatu jenis rotan. Selain hasil peneli an dan pengujian di Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, data dan informasi mengenai sifat fi sis mekanis ini juga

mengacu pada hasil peneli an Nasa (1989); Hadikusumo (1994); Rachman (1996); SNI 01-7208 (Anonim,2006b); Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b).

1. Kadar air

(18)

adalah kadar air kering udara yang dihitung berdasarkan perbandingan berat rotan pada kondisi kering udara dengan berat kering tanur. Untuk menghitung kadar air secara teli harus dilakukan di laboratorium dengan menggunakan mbangan dan oven. Besarnya kadar air rotan dihitung menurut rumus: BKT = Berat kering tanur

2. Berat jenis

Berat jenis (BJ) adalah perbandingan antara berat dan volume rotan dengan perbandingan berat dan volume air, dihitung menurut rumus :

(19)

grafi k hubungan tegangan dengan regangan atau hubungan beban

dengan defl eksi seper pada Gambar 2b.

(a) (b)

Gambar 2. Pembebanan pada pengujian lentur sta k (a) dan grafi k

hubungan beban dan kelengkungan (b)

MOE dan MOR dinyatakan dalam kg/cm2 dihitung menurut rumus

dari ASTM D 143-94 yang telah dimodifi kasi (Rachman, 1996) sebagai

berikut:

4. Kekuatan tarik sejajar serat

Kekuatan tarik sejajar serat rotan adalah ketahanan batang rotan dalam menahan beban tarik terutama pada rotan berdiameter kecil yang digunakan sebagai komponen mebel yang mengalami tarikan seper landasan tempat duduk, sandaran, pengikat dan lain-lain.

(20)

Pengujian dilakukan di laboratorium dengan cara memberikan gaya tarik pada rotan seper pada Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk contoh uji kuat tarik sejajar serat

Kekuatan tarik sejajar serat rotan dihitung menurut rumus: Kuat tarik sejajar serat (kg/cm2) = P

Data dan informasi sifat fi sis dan mekanis rotan diperoleh dari

pengujian di laboratorium Pustekolah dan informasi yang diperoleh dari hasil peneli an yang telah dipublikasikan seper Hadikusumo (1994), Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b).

(21)

I. Pelengkungan rotan

Data dan informasi sifat pelengkungan batang rotan sangat diperlukan terutama sebagai dasar untuk melengkungkan batang rotan untuk komponen mebel. Secara alami, rotan dapat dilengkungkan, namun hasilnya sangat tergantung dari jenis dan cara melengkungkannya. Untuk menghindari cacat dan rusak akibat dilengkungkan, batang rotan memerlukan perlakuan pendahuluan. Perlakuan pendahuluan yang lazim dilakukan adalah pengukusan (steaming) batang rotan dalam waktu tertentu sebelum dilengkungkan. Selain cara tersebut, terdapat beberapa metode perlakuan pendahuluan yang masih dalam tahap peneli an seper penggunaan bahan kimia tertentu dan pemanasan dengan gelombang mikro (microwave).

Data dan informasi pelengkungan rotan yang disajikan dalam buku ini adalah hasil pengujian pada batang rotan berdiameter besar (>18 mm), dengan perlakuan pendahuluan berupa pengukusan dan atau perebusan selama 30 menit. Pelengkungan batang rotan dilakukan dengan bantuan mal (jig) dengan variasi diameter dari 5 – 50 cm. Rotan dilengkungkan dengan bantuan penjepit (clamp-C). Batang rotan dinyatakan mampu dilengkungkan pada radius tertentu jika kerusakan yang terjadi dak lebih dari 5% jumlah sampel (Rachman, 2000).

Data dan informasi pelengkungan rotan diperoleh dari pengujian di laboratorium Pustekolah dan industri rotan serta informasi yang diperoleh dari hasil peneli an yang telah dipublikasikan seper Hadikusumo (1994), Rachman (2000), Rachman et al. (2006b), Rachman dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b). Informasi yang disajikan berupa radius pelengkungan dan waktu pengukusan/perebusan yang dianjurkan. Klasifi kasi mutu rotan berdasarkan kemampuannya

(22)

Radius lengkung (cm) Kelas Mutu

J. Ketahanan Terhadap Organisme Perusak

1. Bubuk rotan kering

Data ketahanan terhadap bubuk yang disajikan merupakan hasil pengujian di laboratorium terhadap bubuk rotan kering (Dinoderus minutus Fabr.). Pengujian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu terhadap rotan besar (d>18 mm) dan rotan kecil (d<18 mm). Untuk rotan besar, pengujian dilakukan dengan menggunakan contoh uji berukuran panjang 2 cm dan lebar tergantung diameternya. Pada salah satu sisi terlebar dipasang semprong kaca berdiameter 1,3 cm dan

nggi 3 cm. Kemudian ke dalam semprong kaca tersebut dimasukkan bubuk dewasa yang sehat dan ak f sebanyak 10 ekor. Contoh uji berikut semprong dan bubuk tersebut dimasukkan ke dalam tabung plas k berdiameter 4 cm dan nggi 7 cm, kemudian ditutup. Pengamatan dilakukan setelah 5 minggu pengujian berlangsung. Pengurangan berat contoh uji setelah dibiarkan selama 5 minggu dipakai sebagai ukuran untuk menetapkan daya tahan terhadap bubuk.

(23)

pengujian yang nan nya ditentukan persen pengurangan berat dengan rumus:

berat sebelum uji – berat setelah uji

% Pengurangan berat = x 100% berat sebelum uji

Klasifi kasi daya tahan rotan terhadap bubuk sebagai berikut:

Kelas Pengurangan berat (%) Ketahanan

I <0,81 Sangat tahan

II 0,82 – 1,33 Tahan

III 1,34 – 1,98 Sedang

IV 1,99 – 2,76 Buruk

V >2,76 Sangat buruk

Data dan informasi mengenai ketahanan terhadap bubuk mengacu hasil pengujian di laboratorium dan hasil peneli an yang telah dipublikasikan seper Jasni dan Roliadi (2011a, 2011b) serta Rachman dan Jasni (2008).

2. Rayap tanah

(24)

air secukupnya sehingga kadar airnya kembali seper semula SNI 01-7207-2006, modifi kasi (Anonim, 2006a).

Pengamatan dilakukan setelah 4 minggu pengujian yang nan nya ditentukan persentase pengurangan berat dengan rumus:

berat sebelum uji – berat setelah uji % Pengurangan berat = x 100%

berat sebelum uji

Klasifi kasi daya tahan rotan terhadap rayap tanah sebagai berikut:

Kelas Pengurangan berat (%) Ketahanan

I < 17 Sangat tahan

II 17 – 24 Tahan

III 24 – 31,7 Sedang

IV 31,8 – 39,8 Buruk

V > 39,8 Sangat buruk

Data dan informasi mengenai ketahanan terhadap rayap tanah mengacu pada tulisan Jasni dan Roliadi (2010b, 2011b).

K. Pemanfaatan Rotan

Data dan informasi pemanfaatan batang rotan jenis tertentu saat ini adalah hasil dari wawancara dengan masyarakat di daerah dimana rotan ditemukan dan berdasarkan data yang telah dipublikasikan oleh Dransfi eld dan Manokaran (1994, 1996); SNI 01-7208-2006 (Anonim,

2006b); Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010 a, 2011b).

L. Silvikultur

(25)

pertumbuhan rotan diuraikan secara singkat, terutama kondisi tempat tumbuh pada umumnya seper ke nggian dari permukaan laut. Uraian mengenai permudaan melipu permudaan alam dan buatan. Pada beberapa jenis rotan juga diuraikan mengenai persemaiannya. Informasi mengenai silvikutur ini diperoleh dari Dransfi eld (1979;

1984); Dransfi eld dan Manokaran (1994; 1996) dan Jasni et.al (2007,

(26)

III. RISALAH ROTAN

A. SIGISI

Nama Botani : Calamus orthostachys Warburg ex Beccari

Sinonim : -

Nama Perdagangan : Rotan sigisi

Nama Daerah : Rotan sigisi (Gorontalo), Popini Nama di Negara Lain :

-Daerah Persebaran : Sulawesi (Utara, Selatan, Barat, Tenggara dan Tengah) (Gambar 4)

Gambar 4. Persebaran jenis rotan sigisi

Perawakan

(27)

daun 46 pada satu sisi rakis. Pada permukaan atas dan bawah rakis berduri rapat seper pada tangkai daun. Perawakan rotan dapat dilihat pada Gambar 5.

A (Foto : TiƟ Kalima) B

Gambar 5. Habitus rotan sigisi (A), pelepah daun rotan sigisi (B)

Struktur Anatomi Batang

Ciri umum:

Diameter tanpa pelepah : 11 – 19 mm Panjang ruas : 11 – 25 cm Tinggi buku rata-rata : 0,21 mm

KIP : 11 buah/mm2

(28)

(Foto : Jasni)

Gambar 6. Bentuk batang rotan sigisi

Ciri anatomi:

Diameter metaksilem : 209 μm Diameter protoksilem : 62 μm Panjang sel serat : 1.577 μm Diameter serat : 26 μm Tebal dinding sel serat : 2,4 μm

(Foto: RaƟ h DamayanƟ )

Gambar 7. Struktur anatomi batang rotan sigisi

Keterangan:

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim dasar;

(29)

Komponen Kimia

Selulosa : 59,20%

Lignin : 21,20%

Pa : 20,01%

Sifat Fisis dan Mekanis

Kadar air : 13%

Berat jenis : 0,52 kg/cm2

MOE : 17.029 kg/cm2

MOR : 628 kg/cm2

Pelengkungan

Radius pelengkungan dengan pengukusan termasuk kelas I (sangat baik).

Ketahanan

Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan) Terhadap rayap tanah : Kelas IV (buruk)

Pemanfaatan

(30)

Silvikultur

(31)

B. UDANG

Nama Botani : Korthalsia echinometra Beccari Sinonim : K. horrida Beccari

Nama Perdagangan : Rotan udang

Nama Daerah : Rotan semut, rotan dahan, rotan meiya,

uwi hurang

Nama di Negara Lain :

-Daerah Persebaran : Jawa, Sumatera, Bengkulu Semenanjung Malaysia dan Kalimantan (Gambar 8)

Gambar 8. Persebaran jenis rotan udang

Perawakan

(32)

A B

C

(Foto: J.P. Mogea dan TiƟ Kalima)

(33)

Struktur Anatomi Batang

Ciri umum:

Diameter tanpa pelepah : 7 – 20 mm Panjang ruas : 9 – 25 cm Tinggi buku rata-rata : 0,20 – 0,70 mm

KIP : 9 buah/mm2

Warna : Kemerahan

(Foto: Jasni)

Gambar 10. Bentuk batang rotan udang

Ciri anatomi:

Diameter metaksilem : 265 μm Diameter protoksilem : 63 μm Panjang sel serat : 2.342 μm Diameter serat : - Tebal dinding sel serat : 2,1 μm

(34)

(Foto: RaƟ h DamayanƟ )

Gambar 11. Struktur anatomi batang rotan sigisi

Keterangan:

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim dasar;

6=epidermis; 7=endodermis.

Komponen Kimia

Selulosa : 51,21%

Lignin : 22%

Pa : 19,81%

Sifat Fisis dan Mekanis

Kadar air : 14%

Berat jenis : 0,51 kg/cm2

MOE : 21.669 kg/cm2

MOR : 585 kg/cm2

Pelengkungan

Radius pelengkungan dengan pengukusan termasuk kelas III (sedang). Ketahanan

(35)

Pemanfaatan

Batang rotan dapat digunakan untuk komponen mebel Silvikultur

Tempat tumbuh rotan K. echinometra tersebar luas dan sangat toleran terhadap gangguan dan kondisi yang kurang menguntungkan untuk rotan jenis lain. Umumnya tumbuh di dataran rendah dan lereng bukit hutan pegunungan mulai pada ke nggian 400-1100 meter di atas permukaan laut. Perbanyakan umumnya dengan biji, jenis rotan ini telah dibudidayakan oleh para petani pada skala kecil di Sarawak bagian barat, sedangkan pasokan rotan yang tumbuh alami hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal, seper pembuatan keranjang oleh perajin lokal.

(36)

C. LANGGANE

Nama Botani : Plectocomia muelleri Blume Sinonim : P. minor Ridley

Nama Perdagangan :

-Nama Daerah : Rotan langgane (Kalimantan Tengah); Rotan sadak, Sanggau (Kalimantan Barat), Berau (Kalimantan Timur)

Nama di Negara Lain : Rotan mantang paya (Semenanjung Malaysia) Daerah Persebaran : Kalimantan dan Semenanjung Malaysia

(Gambar 12)

Gambar 12. Persebaran jenis rotan langgane

Perawakan

(37)

A B

C

(Foto: TiƟ Kalima)

Gambar 13. A. Habitus, B. Pelepah daun, C. Rumpun rotan

Struktur Anatomi Batang

Ciri umum:

Diameter tanpa pelepah : 25 – 35 mm Panjang ruas : 17 – 30 cm Tinggi buku rata-rata : 1,1 – 1,9 mm

KIP : 4 buah/mm2

(38)

(Foto: Jasni)

Gambar 14. Bentuk batang rotan langgane

Ciri anatomi:

Diameter metaksilem : 267 μm Diameter protoksilem : 72 μm Panjang sel serat : 2.766 μm Diameter serat : 28,1 μm Tebal dinding sel serat : 2,3 μm

(Foto: RaƟ h DamayanƟ )

Gambar 15. Struktur anatomi batang rotan langgane

Keterangan:

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim dasar. 5

2 4

3

(39)

Komponen Kimia

Selulosa :

-Lignin : 17,75%

Pa : 23,32%

Sifat Fisis dan Mekanis

Kadar air : 14%

Terhadap bubuk : Kelas IV (buruk) Terhadap rayap tanah : Kelas IV (buruk) Pemanfaatan

Batang rotan ini direkomendasikan dimanfaatkan dalam bentuk poles untuk kerangka mebel.

Silvikultur

Tempat tumbuh Plectocomia muelleri di hutan primer dan sekunder dataran rendah sampai hutan pegunungan, pada tanah miskin hara, pada ke nggian sampai 1400 meter di atas permukaan laut.

(40)

D. SAMARE

Nama Botani : Plectocomiopsis mira J.Dransf.

Sinonim :

-Nama Perdagangan :

-Nama Daerah : Rotan marak, Wi matar, Samare (Kalimantan) Nama di Negara Lain :

-Daerah Persebaran : Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaysia (Gambar 16)

Gambar 16. Persebaran jenis rotan samare

Perawakan

Rotan tumbuh berumpun, memanjat nggi mencapai 35 m. Diameter batang dengan pelepah 35 mm. Pelepah daun warna hijau mengkilap dengan ditumbuhi indumentum warna keabu-abuan. Lutut

(41)

A (Foto: TiƟ Kalima) B

Gambar 17. Habitus rotan samare (A), pelepah daun rotan samare

Struktur Anatomi Batang

Ciri umum:

Diameter tanpa pelepah : 15 – 30 mm Panjang ruas : 12 – 20 cm Tinggi buku rata-rata : 0,21 mm

KIP : 4 buah/mm2

(42)

(Foto: Jasni)

Gambar 18. Bentuk batang rotan samare

Ciri anatomi:

Diameter metaksilem : 320 μm Diameter protoksilem : 92 μm Panjang sel serat : 2.370 μm Diameter serat : - Tebal dinding sel serat : 2,4 μm

(Foto: RaƟ h DamayanƟ )

Gambar 19. Struktur anatomi batang rotan samare

Keterangan:

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim dasar;

(43)

Komponen Kimia

Holoselulosa : 65,80%

Alphaselulosa : 50,75%

Lignin :

-Pa : 19,36%

Sifat Fisis dan Mekanis

Kadar air :

-Berat jenis : -

MOE : -

MOR : -

Pelengkungan

Data belum tersedia Ketahanan

Terhadap bubuk :

-Terhadap rayap tanah : Kelas V (sangat buruk) Pemanfaatan

Batang rotan ini hanya dapat digunakan dalam bentuk poles untuk kerangka mebel yang lurus, dak membutuhkan proses pelengkungan. Silvikultur

(44)

E. SUSU

Nama Botani : Daemonorops macroptera (Miquel) Beccari

Sinonim :

-Nama Perdagangan :

-Nama Daerah : Rotan susu (Gorontalo Utara); lauro manu (Toli-toli), pondas valukan, pondas rasisagan, pondas kuluwi (Manado)

Nama di Negara Lain :

-Daerah Persebaran : Sulawesi (Utara, Selatan, Barat, Tenggara, Tengah) (Gambar 20)

Gambar 20. Persebaran jenis rotan susu

Perawakan

(45)

permukaan atas dan bawah anak daun berwarna hijau, jumlah anak daun 84 pada satu sisi rakis. Pelepah rotan dapat dilihat pada Gambar 21.

(Foto: Jasni)

Gambar 21. Pelepah daun rotan susu

Struktur Anatomi Batang

Ciri umum:

Diameter tanpa pelepah : 20 – 36 mm Panjang ruas : 16 – 30 cm Tinggi buku rata-rata : 1,5 – 3,3 mm

KIP : 7 buah/mm2

(46)

(Foto: Jasni)

Gambar 22. Bentuk batang rotan susu

Ciri anatomi:

Diameter metaksilem : 266 μm Diameter protoksilem : 76 μm Panjang sel serat : 3.038 μm Diameter serat : 26 μm Tebal dinding sel serat : 2,2 μm

(Foto: RaƟ h DamayanƟ )

Gambar 23. Struktur anatomi batang rotan susu

Keterangan:

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim aksial;

(47)

Komponen Kimia

Selulosa : 55,87%

Lignin : 18,33%

Pa : 20,08%

Sifat Fisis dan Mekanis

Kadar Air : 13%

Berat Jenis : 0,53 kg/cm2

MOE : 19.131 kg/cm2

MOR : 612 kg/cm2

Pelengkungan

Radius pelengkungan dengan pengukusan termasuk kelas I (sangat baik).

Ketahanan

Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan) Terhadap rayap tanah :

-Pemanfaatan

Batangnya cukup baik, digunakan dalam bentuk bulat yang umumnya cukup dikikis buku atau dipoles sebagai kerangka mebel dan sebagai komponen bahan baku pembuat mebel yang membutuhkan bentuk lengkung dengan radius kecil.

Silvikultur

(48)

F. MALDO JORMAL

Nama Botani : Plectocomiopsis geminifl ora (Griff .) Beccari Sinonim : Calamus geminifl orus Griff ., C. turbinatus Ridl., Plectocomia geminifl ora (Griff .) H. Wendl., Plectocomiopsis geminifl ora var.

billitonensis Beccari, Plectocomiopsis geminifl ora var. borneensis Beccari.

Nama Perdagangan :

-Nama Daerah : Wi matar, rotan batu (Kalimantan), rotan gilang (Malaya), bungkulang, rotan buluh

(Sumatera)

Nama di Negara Lain : Rotan gilang, rotan rilang (Semenanjung Malaysia), Phdao Teang Oa, Phdao Thngae

(Thailand)

Daerah Persebaran : Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaysia dan Thailand Selatan (Gambar 24)

(49)

Perawakan

Rotan tumbuh berumpun, memanjat sampai 30 m ngginya. Diameter batang dengan pelepah daun 35 mm. Pelepah daun hijau tua, dengan indumentum warna coklat keabu-abuan. Lutut dak ada. Okrea ada. Daun termasuk sirus panjangnya 376 cm, tangkai daun sampai 7 cm; tangkai daun sirus dengan duri kelompok 1-5. Helaian anak daun berjumlah 28-30 pada satu sisi rakis, tersusun menyirip teratur, berukuran 30-48 cm x 3,5-4,5 cm, bentuk ellips, warna hijau terang berkilau, tulang sekunder jelas berjumlah 5. Perawakan rotan dapat dilihat pada Gambar 25.

(Foto: Teo Siang, fl ora of Singapore; www).

A B

Gambar 25. A. Habitus, B. Pelepah daun rotan maldo jormal

Struktur Anatomi Batang

Ciri umum:

Diameter tanpa pelepah : 15 – 31 mm Panjang ruas : 28 – 38 cm Tinggi buku rata-rata : 1,4 – 4,8 mm

KIP : 4 buah/mm2

(50)

(Foto: Jasni)

Gambar 26. Bentuk batang rotan maldo jormal

Ciri anatomi:

Diameter metaksilem : 705 μm Diameter protoksilem : 64 μm Panjang sel serat : 2.682 μm Diameter serat : -

Tebal dinding sel serat : 2,3 μm

(Foto: RaƟ h DamayanƟ )

Gambar 27. Struktur anatomi batang rotan maldo jormal

Keterangan:

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim aksial;

(51)

Komponen Kimia

Selulosa : 61,85%

Lignin : 21,94%

Pa : 21,85%

Sifat Fisis dan Mekanis

Kadar air :

-Berat jenis : 0,44 kg/cm2

MOE : 18.313 kg/cm2

MOR : 314 kg/cm2

Pelengkungan

Radius pelengkungan dengan pengukusan termasuk kelas III (sedang). Ketahanan

Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan) Terhadap rayap tanah : Kelas II (tahan) Pemanfaatan

Rotan berwarna gelap, tampilan kurang menarik, sebaiknya digunakan sebagai komponen rangka mebel dan/atau anyaman pengisi.

Silvikultur

(52)

G. PELAH

Nama Botani : Daemonorops rubra (Reinw. ex Blume) Mart.

Sinonim :

-Nama Perdagangan : Rotan getah

Nama Daerah : Rotan leules, rotan pelah, rotan selang, rotan teretes (Sunda), rotan penjalin sepet, rotan penjalin ayam (Jawa), rotan getah (Sumatera) Nama di Negara Lain :

-Daerah Persebaran : Jawa dan Sumatera (Gambar 28)

Gambar 28. Persebaran jenis rotan pelah

Perawakan

(53)

A B

C

(Foto: TiƟ Kalima)

Gambar 29. A. Habitus, B. Pelepah, C. Daun rotan pelah

Struktur Anatomi Batang

Ciri umum:

Diameter tanpa pelepah : 12 – 16 mm Panjang ruas : 17 – 32 cm Tinggi buku rata-rata : 1,0 – 1,5 mm

KIP : 4 buah/mm2

(54)

(Foto: Jasni)

Gambar 30. Bentuk batang rotan pelah

Ciri anatomi:

Diameter metaksilim : 198 μm Diameter protoksilem : 82 μm Panjang sel serat : 1.689 μm Diameter serat : -

Tebal dinding sel serat : 2,1 μm

(Foto: RaƟ h DamayanƟ )

Gambar 31. Struktur anatomi batang rotan pelah

Keterangan:

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim aksial;

(55)

Komponen Kimia

Selulosa : 50,44%

Lignin : 24,62%

Pa : 20,68%

Sifat Fisis dan Mekanis

Kadar air : 14%

Berat jenis : 0,44 kg/cm2

MOE : 18.447 kg/cm2

MOR : 734 kg/cm2

Pelengkungan

Data dak tersedia Ketahanan

Terhadap bubuk : -Terhadap rayap tanah : -Pemanfaatan

Rotan ini baik digunakan untuk komponen bahan baku pembuat mebel seper sandaran kursi dan untuk pembuatan keranjang.

Silvikultur

(56)

H. KAPUAS

Nama Botani : Korthalsia ferox Beccari

Sinonim :

-Nama Perdagangan :

-Nama Daerah : Rotan kapuas (Kalimantan Barat) Nama di Negara Lain :

-Daerah Persebaran : Kalimantan (endemik)(Gambar 32)

Gambar 32. Persebaran jenis rotan kapuas

Perawakan

(57)

A (Foto : TiƟ Kalima) B

Gambar 33. A. Habitus, B. Pelepah daun rotan kapuas

Struktur Anatomi Batang

Ciri umum:

Diameter tanpa pelepah : 14 – 26 mm Panjang ruas : 16 – 30 cm Tinggi buku rata-rata : 1,0 – 1,5 mm

KIP : 8 buah/mm2

Warna : Kemerahan

(Foto: Jasni)

(58)

Ciri anatomi:

Diameter metaksilem : 333 μm Diameter protoksilem : 66 μm Panjang sel serat : 1.802 μm Diameter serat : -

Tebal dinding sel serat : 2,2 μm

(Foto: RaƟ h DamayanƟ )

Gambar 35. Struktur anatomi batang rotan kapuas

Keterangan:

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim aksial;

6=parenkim dasar.

Komponen Kimia

Selulosa : 51%

Lignin : 26,35%

Pa : 22%

Sifat Fisis dan Mekanis

Kadar air : 15%

Berat jenis : 0,49 kg/cm2

MOE : -

(59)

Pelengkungan

Data dak tersedia Ketahanan

Terhadap bubuk : Kelas II (tahan) Terhadap rayap tanah : Kelas I (sangat tahan) Pemanfaatan

Rotan ini dapat digunakan dalam bentuk poles untuk kerangka mebel dan dapat juga diolah dalam bentuk ha atau fi trit.

Silvikultur

(60)

I. MARAU

Nama Botani : Korthalsia rigida Blume Sinonim : K. polystachya Mart.

K. wallichiaefolia (Griff .) H.Wendl . Nama Perdagangan : Rotan cabang

Nama Daerah : Rotan dane (Aceh), rotan cabang dan rotan simpang (Berau, Kalimantan Timur), rotan marau (Sanggau, Kalimantan Barat)

Nama di Negara Lain : Rotan dahan, wae guun, wae seleda (Semenanjung Malaysia).

Daerah Persebaran : Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Palawan dan Thailand (Gambar 36).

Gambar 36. Persebaran jenis rotan marau

Perawakan

(61)

rapat. Lutut dak ada. Okrea sangat jelas, panjangnya mencapai 4 cm, melekat erat pada pelepah daun, hanya sedikit membelah pada bagian tepi atas seper serabut. Daun bersirus, panjang rakisnya mencapai 75 cm, panjang sirus sampai 75 cm permukaannya ditumbuhi barisan duri, duri-duri tersebut mengelompok se ap kelompok terdiri atas 4-5. Panjang tangkai daun 9,5-10 cm permukaannya berduri. Helaian anak daun berbentuk rhomboid berukuran 15 cm x 8 cm, permukaan helaian anak daun bagian atas hijau muda, bagian bawahnya abu-abu kecoklatan sampai kebiruan; jumlah anak daun 4-6 pada ap sisi rakis. Perawakan rotan dan sebagian duri daunnya dapat dilihat pada Gambar 37.

A (Foto: TiƟ Kalima) B

Gambar 37. A. Habitus, B. Pelepah daun rotan marau

Struktur Anatomi Batang

Ciri umum:

Diameter tanpa pelepah : 10 – 21 mm Panjang ruas : 15 – 35 cm Tinggi buku rata-rata : 0,36 – 0,8 mm

KIP : 8 buah/mm2

(62)

(Foto : Jasni)

Gambar 38. Bentuk batang rotan marau

Ciri anatomi:

Diameter metaksilem : 345 μm Diameter protoksilem : 91 μm Panjang sel serat : 3.248 μm Diameter serat : -

Tebal dinding sel serat : 2,6 μm

(Foto: RaƟ h DamayanƟ )

Gambar 39. Struktur anatomi batang rotan marau

Keterangan:

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim aksial;

(63)

Komponen Kimia

Selulosa : 49%

Lignin : 22,15%

Pa : 20,36%

Sifat Fisis dan Mekanis

Kadar air : 14%

Terhadap bubuk : Kelas II (tahan) Terhadap rayap tanah :

-Pemanfaatan

Batang rotan digunakan dalam bentuk poles atau digunakan untuk kerangka mebel. Selain itu, batang rotan marau dapat diambil ha nya atau menjadi fi trit, dan digunakan sebagai bahan anyaman.

Silvikultur

(64)

J. SANJAT

Nama Botani : Calamus paspalanthus Beccari

Sinonim : -

Nama Perdagangan :

-Nama Daerah : Rotan marau tunggal, rotan sanjat (Sanggau, Kalimantan Barat).

Nama di Negara Lain : Wi singkau, wae jaging (Sarawak)

Daerah Persebaran : Kalimantan, Semenanjung Malaysia, Palawan (Gambar 40).

Gambar 40. Persebaran jenis rotan sanjat

Perawakan

(65)

A B

(Foto: TiƟ Kalima)

Gambar 41. A. Habitus, B. Pelepah daun dan fl agella,

(66)

Struktur Anatomi Batang

Ciri umum:

Diameter tanpa pelepah : 5 – 10 mm Panjang ruas : 11 – 15 cm Tinggi buku rata-rata : 0,5 – 0,58 mm

KIP : 5 buah/mm2

Warna : pu h krem

(Foto: Jasni)

Gambar 42. Bentuk batang rotan sanjat

Ciri anatomi:

(67)

Komponen Kimia

Selulosa : 59%

Lignin : 23,35%

Pa : 19,42%

(Foto: RaƟ h DamayanƟ )

Gambar 43. Struktur anatomi batang rotan sanjat

Keterangan:

1=metaksilem; 2=protoksilem; 3=fl oem; 4=berkas serat; 5=parenkim aksial;

6=parenkim dasar.

Sifat Fisis dan Mekanis

Kadar air : 14%

Berat jenis : 0,49 kg/cm2

Sejajar : 949 kg/cm2

Pelengkungan

(68)

Ketahanan

Terhadap bubuk : Kelas I (sangat tahan) Terhadap rayap tanah : Kelas III (sedang) Pemanfaatan

Batang rotan ini cocok untuk bahan baku mebel, untuk anyaman pada sandaran kursi, untuk alas meja dan keranjang.

Silvikultur

(69)
(70)

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyid, H. 1989. Teknik penanaman rotan. Pusat Peneli an dan Pengembagan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Peneli an dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Tidak diterbitkan. Anonim. 1979. Standar Industri Indonesia. Mutu dan Cara Uji Tepung

Gaplek. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. SII-70-1979.

______. 1981. Standar Industri Indonesia. Cara Uji Kadar Selulosa, Alfa, Beta, dan Gamma dalam Pulp. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. SII 0443-1981

______. 1989. Standar Nasional Indonesia. Cara uji kadar lignin dan pulp (metode Klason). Badan Standardisasi Nasional. SNI 14-0492-1989.

______.2006 a. Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu. Standar Nasional Indonesia (SNI 01 – 7207 – 2006). Badan Standarisasi Nasional (BSN), Jakarta. ______, 2006 b. Jenis, Sifat dan Kegunaan Rotan. SNI 01-7208-2006,

Jakarta: Badan Standarisasi Nasional (BSN), Jakarta.

Bhat, K.M and P.K. Thulasidas. 1993. Anatomy and iden fi ca on of

South Indian Ra an (Calamus sp). IAWA Journal. 14(1): 63-76.

Boonsermsuk, S., R. Pa anavibool and K. Sombun. 2007. Ra an in Thailand. Bangkok: Aksornsiam Prin ng.

(71)

__________. 1979. A Manual of the Ra an of Malay Peninsula. Malayan Forest Record No. 29. Malaysa: FRIM.

__________. 1984. The Ra an of Sabah. Sabah Forest Record. No 13. Sabah: Forest Department Sabah.

__________. 1992. Ra ans of Sarawak. Kucing, Sarawak, Malaysia: Royal Botanic Gardens, KEW. Richmond, Surrey TW9 3AB UK & Sarawak Forest Department.

___________ and N. Manokaran. 1994. PROSEA 6: Ra ans. Bogor, Indonesia: PROSEA.

___________ dan N. Manokaran. 1996. PROSEA 6: Rotan. Yogyakarta dan Bogor: Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, dan PROSEA, Bogor.

Hadikusumo, S. A. 1994. Explora on of physical and mechanical proper es of precently unused Ra an. Bule n Fakultas Kehutanan 25:1-19.

Hartono. 1998. Prospek industri rotan dan saran yang diperlukan. Makalah pada Workshop tentang deregulasi rotan. Jakarta: Asmindo.

Jasni.R. Damayan dan T. Kalima. 2007. Atlas Rotan Indonesia. Jilid 1. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor.

_______, R. Damayan , T.Kalima dan Abdurachman. 2010a. Atlas Rotan Indonesia. Jilid II. Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor. ______ dan H. Roliadi. 2010b. Daya tahan 25 jenis rotan terhadap

rayap tanah (Coptotermes curvignathus). Jurnal Peneli an Hasil Hutan. Pusat Peneli an Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor. Vol.28(1):55 – 65.

_____ dan H.Roliadi. 2011a. Daya Tahan 16 Jenis Rotan terhadap Bubuk Rotan (Dinoderus minutus Fabr.). Jurnal Peneli an Hasil Hutan. Pusat Peneli an Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor. Vol.29(2):115 – 127.

(72)

Proper es of Ten Lesser Use Species of Ra an. Disampaikan pada Seminar Interna onal. Strategis and Challenges on Bamboo and Potensial Non Timber Forest Products (NTFPs) Monogenen and U liza on. Centre Forest Produc vity Improvement Researh and Development. Bogor.

Kalima, T. 1996. Flora rotan di Pulau Jawa serta kerapatan dan persebaran populasi rotan di ga wilayah kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Tesis S2. Depok, Indonesia: Program Studi Biologi Program Pasca Sarjana. Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan.

______ 2008. Keragaman spesies rotan yang belum dimanfaatkan di hutan Tumbang Hiran, Ka ngan Kalimantan Tengah. Info Hutan Vol.5. No.2. Pusat Peneli an dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.

Krisdianto dan Jasni. 2005. Struktur Anatomi Tiga Jenis Batang Rotan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis: 3 (2). Cibinong: Masyarakat Peneli Kayu Indonesia.

Nasa. 1989. Studi perbandingan beberapa sifat fi sik, mekanik dan kimia

antara rotan bubuai (Plectocomia elongata Bl) dengan rotan manau (Calamus manan). Skripsi S1. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan, IPB: x + 121 hal. Tidak diterbitkan. Rachman, O. 1996. Peranan Sifat Anatomi, Kimia dan Fisis terhadap

mutu rekayasa rotan. Disertasi Doktor. Bogor: Program Pasca Sarjana IPB. Tidak diterbitkan.

_______, O. 2000. Protokol pengujian pelengkungan rotan utuh. Laboratorium pengerjaan kayu. Puslitbang Teknologi Hasil Hutan, Bogor. Tidak diterbitkan.

________, Jasni dan Krisdianto. 2006. Teknologi Pelengkungan dan Peningkatan Kemampuan Radius Lengkung untuk Efi siensi Industri Pengolahan Rotan. Sub judul: Peningkatan

(73)

________ dan Jasni. 2008. Rotan Sumberdaya, Sifat dan Pengolahannya. Jakarta: Badan Peneli an dan Pengembangan Kehutanan. 133 hal.

Siripatanadilok, S. 1974. Anatomical inves ga on of Javanese Ra an cane as a quide to their iden fi ca on. Bogor, Indonesia:

Biotrop Tropical Forest Research.

Tellu, T. 1992. Anatomi dan morfologi jenis rotan dari Sulawesi Tengah. Tesis Pasca Sarjana S2. Bandung: Ins tut Teknologi Bandung. Tidak diterbitkan.

Tellu, T. 2005. Kunci iden fi kasi rotan (Calamus sp.) asal Sulawesi

Tengah berdasarkan struktur anatomi batang. Biodiversitas: 6 (2) Bulan April: 113-117.

Tellu,T. 2008. Sifat kimia jenis-jenis rotan yang diperdagangkan di Propinsi Sulawesi Tengah. Biodiversitas: 9 (2) Bulan April: 108-111.

(74)

GLOSARI

Alfaselulosa: bilangan yang menunjukkan kemurnian kandungan selulosa.

Anyaman rotan: hasil anyaman dengan bahan baku kulit atau ha rotan yang dapat dibentuk lebih lanjut untuk meningkatkan manfaat dan nilai tambah.

Bahan baku mebel rotan: bahan baku mebel yang terdiri dari rotan WS, rotan bulat pendek, rotan kikis buku, rotan bulat kupasan, rotan belahan ha , kulit rotan dan anyaman rotan.

Berat Jenis: merupakan perbandingan berat kering tanur dan volume rotan dalam keadaan kering udara dengan kadar air rotan rata-rata sekitar 15%.

Biji: unit pembiakan yang dibentuk dari bakal biji yang telah dibuahi, tersusun atas embrio dan kulit, dan dalam beberapa hal juga memiliki endosperma.

Buah: bakal buah yang masak dengan bagian-bagian yang menggala. Bubuk rotan kuning: jenis bubuk yang bersarang didalam hutan,

biasanya memiliki hutan yang sudah kering sebagai sasaran serangan dan menyebarkan serbuk berbentuk tepung.

Buku: suatu k di batang atau cabang tempat munculnya daun atau cabang.

Duri: struktur keras berujung runcing-lurus kaku pendek.

Filtrit: hasil pembelahan rotan yang berdiamater berkisar antara 3-5 mm.

Flagelum: organ panjat pada rotan yang dikembangkan dari suatu perbungaan yang termodifi kasi, tumbuh pada suatu pelepah

daun, hanya terdapat pada marga Calamus.

(75)

HaƟ (core): hasil pembelahan rotan yang berdiameter di atas 5 mm. Ikatan pembuluh: sel-sel metaksilem, fl oem, protoksilem dan sel-sel

serat yang membentuk suatu ikatan yang terletak menyebar di antara jaringan parenkim dasar.

Indumentum: bulu-bulu yang biasanya terdapat pada helai daun dan pelepah daun.

Kadar air (%): merupakan hasil pengukuran kandungan air rotan pada kondisi kering udara.

Keranjang: hasil anyaman jalinan bahan baku rotan bulat WS, rotan bulat pendek, rotan kikis buku, rotan bulat kupas, kulit rotan atau ha rotan yang ditandai dengan aneka bentuk kerajinan bermo f kembang.

Kucir: organ panjat dari rotan yang dikembangkan dari perpanjangan ujung daun.

Lignin: Polimer kompleks dari unit fenilpropana dengan berat molekul nggi yang berfungsi memberikan kekakuan pada batang rotan.

Lutut: suatu pembengkakan pelepah daun pada pangkal tangkai. Mebel: hasil pengerjaan dari beberapa bentuk bahan baku yang

sudah dirakit menjadi suatu produk barang jadi.

Metaksilem: xilem yang berdiameter besar yang terdapat dalam ikatan pembuluh yang berfungsi sebagai saluran air dan zat hara dari akar ke daun.

Modulus elasƟ sitas/Modulus of ElasƟ city/MOE: perbandingan antara tegangan dan regangan yang berlaku sepanjang garis elas s. Modulus patah/Keteguhan lentur staƟ s maksimum/ Modulus of

Rupture/MOR: tegangan pada batas maksimum.

Okrea: perpanjangan pelepah daun yang melampaui pangkal tangkai.

(76)

Pinak daun (leafl et) : lembar daun majemuk.

Protoksilem: xilem berdiameter kecil yang terdapat dalam ikatan pembuluh, dindingnya berbentuk spiral, dan berfungsi sebagai saluran air dan zat hara dari akar ke daun.

Rakis: dalam selembar daun, sumbu tempat pinak-pinak daun tumbuh; dalam suatu perbungaan, sumbu yang ditumbuhi cabang-cabang ngkat pertama.

Rotan: palem memanjat yang termasuk anak suku Calamoideae. Ruas: antar buku-bagian dari batang antara dua buku.

Sel serat : sel-sel jaringan dalam komponen struktural yang memberikan kekuatan pada rotan, dimana tebal dinding sel serat merupakan parameter anatomi yang paling pen ng dalam menentukan kekuatan rotan dan dinding yang lebih tebal membuat rotan menjadi lebih keras dan lebih berat. Selulosa: molekul gula linier berantai panjang dalam golongan

holoselulosa yang berfungsi untuk memberikan kekuatan tarik dan lentur batang. Kemurnian selulosa alami ditunjukkan oleh prosentase alfaselulosa.

Silika: zat kaca yang sangat keras yang dapat menumpulkan pisau pengolahan dan diperoleh setelah rotan diabukan.

Tumbuh berumpun (cluster): rotan tumbuh lebih dari satu batang pada satu rumpun.

Tumbuh tunggal (soliter): rotan tumbuh tunggal, dak mempunyai tunas-tunas pada batang.

Tunas: cabang atau ran ng tumbuh yang muda.

(77)

INDEKS NAMA ROTAN

(78)
(79)
(80)

Gambar

Gambar 1. Pembagian daerah tepi, tengah dan pusat pada penampang lintang rotan untuk penghitungan kerapatan ikatan pembuluh
Gambar 3. Bentuk contoh uji kuat tarik sejajar serat
Gambar 5. Habitus rotan sigisi (A), pelepah daun rotan sigisi (B)
Gambar 8. Persebaran jenis rotan udang
+7

Referensi

Dokumen terkait