PENGKAYAAN Artemia sp. DENGAN SUMBER ASAM
LEMAK ESENSIAL BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN
LARVA IKAN LELE (Clarias sp.)
SHINTA TIARA NEGARA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengkayaan Artemia sp. dengan Sumber Asam Lemak Esensial Berbeda terhadap Pertumbuhan Larva Ikan Lele (Clarias sp.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016 Shinta Tiara Negara NIM C14120012
ABSTRAK
SHINTA TIARA NEGARA. Pengkayaan Artemia sp. dengan Sumber Asam Lemak Esensial Berbeda terhadap Pertumbuhan Larva Ikan Lele (Clarias sp.). Dibimbing oleh M AGUS SUPRAYUDI dan NUR BAMBANG PRIYO UTOMO.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pemberian Artemia sp. yang diperkaya dengan sumber asam lemak esensial berbeda terhadap pertumbuhan larva ikan lele. Seratus ribu ekor larva lele berumur tiga hari dengan panjang rata-rata 0.67±0.08 cm ditebar ke dalam enam kolam ukuran (5 x 3 x 0,8) m3 berisi air 7,5 m3. Pada hari pertama pemeliharaan, larva diberi tiga jenis perlakuan pakan, yakni Artemia sp. yang diperkaya dengan DHA Selco 0,5 mL/L (kontrol) dan S.presso dengan konsentrasi 0,3 dan 0,5 mL/L. Selanjutnya, larva diberi pakan cacing sutra (Tubifex sp.) dan pakan buatan. Kualitas air dikelola melalui pergantian air sebesar 10% setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva lele yang dipelihara selama 14 hari dengan perlakuan pakan Artemia sp. yang diperkaya dengan DHA Selco dan S.Presso tidak memiliki perbedaan yang nyata (p>0,05) pada parameter kelangsungan hidup, komposisi ukuran, panjang rata-rata, bobot rata-rata, biomassa akhir dan PER (protein efesiensi rasio). Pemberian pakan Artemia sp. yang diperkaya dengan S.Presso memberikan kinerja pertumbuhan yang sama dengan pengkaya DHA Selco.
Kata kunci: Artemia sp., Clarias sp., DHA Selco, kinerja pertumbuhan, S.Presso.
ABSTRACT
SHINTA TIARA NEGARA. Enrichment of Artemia sp. with Different Essential Fatty Acids Source on the Growth Performance of Catfish Larvae (Clarias sp.). Supervised by AGUS SUPRAYUDI and NUR BAMBANG PRIYO UTOMO.
This research aimed to test the application of Artemia sp. enriched with different essential fatty acids source on the growth performance of catfish larvae. One hundred thousand of three days post hatched (3-dph) larvae with an average body length 0.67±0.08 cm were randomly distributed into six plastic ponds with dimension (5 x 3 x 0.8) m3 and previously filled with 7.5 m3 water. On the first day of the cultured period, the larvae were fed with three different types of Artemia, Artemia enriched with DHA Selco 0.5 mL/L (control) and Artemia enriched with S.presso at two different concentrations, i.e. 0.3 and 0.5 mL/L. Futhermore, the larvae were fed with sludge worm (Tubifex sp.) and atrificial feed. The water quality was managed by 10% of water exchange every day. The results showed that 14-dph larvae fed on Artemia enriched with DHA SELCO and S.Presso were not significantly differences (p>0.05) in the survival rate, size composition, average length, average weight, final biomass and PER (protein efficiency ratio). In conclusion, feeding Artemia enriched with S.Presso has similar growth performance with DHA Selco.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
PENGKAYAAN Artemia sp. DENGAN SUMBER ASAM
LEMAK ESENSIAL BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN
LARVA IKAN LELE (Clarias sp.)
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Pengkayaan Artemia sp. dengan Sumber Asam Lemak Esensial Berbeda terhadap Pertumbuhan Larva Ikan Lele (Clarias sp.) Nama : Shinta Tiara Negara
NIM : C14120012
Disetujui oleh
Dr Ir M. Agus Suprayudi, MSi Pembimbing I
Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir M. Agus Suprayudi, MSi Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Pengkayaan Artemia sp. dengan Sumber Asam Lemak Esensial Berbeda terhadap Pertumbuhan Larva Ikan Lele (Clarias sp.)”. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2016. Berbagai pihak telah membantu pada kegiatan pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, Bapak Dr. Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, Ibu Dr. Ir. Iis Diatin, MM selaku dosen penguji tamu dan Ibu Dr. Sri Nuryati, S.Pi, M.Si selaku Kepala Program Studi atas bantuan, masukan dan motivasi yang diberikan selama penyelesaian tugas akhir ini.
2. Kedua Orang tua tercinta, Bapak Mulyadi, M.Pd dan Ibu Dra. Wahju Indrawati. Kakak Kukuh Budi Lazuardi dan Ananta Tintan Pratiwanggana, serta Adik Sarah Safitri Puspita Negara yang senantiasa memberikan doa dan semangat kepada penulis.
3. Rambo Fish Farm & Junior: Kak Bani, Kak Iqbal, Kak Yadin, Kak Asep bagoy dan Kak Daus. Sahabat-sahabat: Rumah Quran, Al-Farabi, BIRENA serta sahabat seperjuangan.
4. Teknisi laboratorium nutrisi ikan, Bapak Wasjan, Mbak Retno, dan teman-teman Nutrition Kids.
5. Keluarga besar Budidaya Perairan, BDP 49 dan 50.
6. Sahabat, teman dan keluarga diluar kampus yang banyak memotivasi, banyak berbagi cerita dan pengalaman serta memberikan pelajaran berharga selama penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.
Bogor, Oktober 2016 Shinta Tiara Negara
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 METODE 2 Rancangan Penelitian 2 Pemeliharaan Ikan 2 Penyediaan Pakan 2 Panen 4 Parameter Uji 4 Analisis Kimia 5 Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Hasil 5
Pembahasan 7
SIMPULAN DAN SARAN 8
Simpulan 8
Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
LAMPIRAN 11
DAFTAR TABEL
1 Kualitas air media budidaya ikan larva lele selama pemeliharaan 2 2 Periode pemberian pakan selama pemeliharaan larva ikan lele 3 3 Kadar air, lemak dan protein pakan yang digunakan selama masa
pemeliharaan larva ikan lele 3
4 Kadar air dan lemak Artemia sp. sebelum dan sudah pengkayaan 5 5 Kinerja produksi benih ikan lele setelah diberi pakan Artemia sp.
yang diperkaya dengan DHA Selco dan S.Presso 6 6 Analisis usaha dari hasil produksi benih lele dalam 1 tahun 6
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perbandingan komposisi sumber bahan pengkaya 11 2 Jumlah konsumsi pakan selama masa pemeliharaan ikan lele 11 3 Jumlah protein yang dikonsumsi ikan lele selama pemeliharaan 11 4 Hasil analisis statistik One-Way ANOVA (Analysis of variance) 11 5 Rincian penerimaan dan biaya produksi selama pemeliharaan 14 6 Analisis usaha setiap perlakuan dalam 1 tahun 17
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu komoditas unggulan produk perikanan air tawar dan produksinya meningkat dari tahun 2014 hingga tahun 2015 sebesar 28.21% (DJPB 2016). Peningkatan produksi selanjutnya harus didukung dengan adanya penyediaan larva yang cukup dan berkualitas. Larva yang berkualitas salah satunya sangat ditentukan oleh pakan yang diberikan untuk pertumbuhan dan peningkatkan kelulushidupannya.
Artemia sp. merupakan salah satu jenis pakan alami yang umum digunakan untuk berbagai jenis larva ikan dan krustasea (Akbary et al. 2010). Naupli Artemia sp. memiliki ukuran sebesar 400-500 μm (Gunasekara et al. 2012) sehingga sesuai dengan bukaan mulut larva ikan lele sebesar 445 µm (Morioka et al. 2012). Berdasarkan hasil penelitian Fitriani (2015), pemberian Artemia sp. pada awal pemeliharaan larva ikan lele mampu meningkatkan pertumbuhan dan keuntungan yang lebih besar dibandingkan hanya mengunakan cacing sutra. Hal ini dikarenakan ukuran Artemia sp. yang lebih kecil memberikan peluang lebih besar larva untuk mendapatkan pakan sedini mungkin dengan jumlah yang cukup dan energi yang digunakan untuk aktifitas makan lebih rendah.
Kualitas Artemia sp. sebagai pakan larva masih perlu ditingkatkan karena umumnya memiliki asam lemak esensial yang relatif rendah khususnya EPA (Asam ekosapentanat, C20:5n-3) 0.27%-0.39% dan DHA (Asam dokosaheksanat, C22:6n-3) tidak terdeteksi (Suprayudi et al. 2002). Larva memerlukan asam lemak esensial yang cukup untuk pembentukan sel-sel jaringan tubuh. Asam lemak esensial yang terpenting adalah DHA dan EPA yang berperan untuk kelangsungan hidup larva serta pertumbuhan yang normal (Watanabe 1988). Larva juga memerlukan lemak untuk energi dan struktur sel, hal ini bisa dipenuhi dari pakan alami yang diperkaya dengan bahan komersial (Bell et al. 2003).
Bahan komersial untuk meningkatkan asam lemak esensial yang digunakan pada penelitian ini adalah DHA Selco dan S.Presso (INVE). Kandungan HUFA (highly unsaturated fatty acids) DHA Selco sebesar 200 mg/g sedangkan S.Presso sebesar 150 mg/g. DHA Selco mengandung EPA 5.3 mg/g dan DHA 20.7 mg/g (Smith et al. 2002) sedangkan S.Presso belum diketahui. S.presso merupakan produk peningkatan teknologi Selco dengan penambahan emulsi dan nutrisi baru. Penelitian Yulianti (2015) membuktikan bahwa pemberian DHA Selco pada proses pengkayaan Artemia sp. dengan konsentrasi 0.25 dan 0.5 mL/L pada larva ikan lele dapat meningkatkan kelangsungan hidup, pertumbuhan dan keuntungan yang lebih besar dibandingkan Artemia sp. tanpa pengkayaan. Sedangkan bahan pengkaya S.Presso belum diaplikasikan untuk pertumbuhan larva ikan lele.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian pakan Artemia sp. yang diperkaya dengan asam lemak esensial yang bersumber dari DHA Selco dan S.Presso terhadap pertumbuhan larva ikan lele Clarias sp.
2
METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan dua ulangan, yaitu: P1 : Artemia sp. yg diperkaya dengan DHA Selco 0.5 mL/L (kontrol); P2 : Artemia sp. yg diperkaya dengan S. Pressso 0.3 mL/L ; P3 : Artemia sp. yg diperkaya dengan S. Pressso 0.5 mL/L
Pemeliharaan Ikan
Larva ikan lele diperoleh dari pembudidaya lele di daerah Cibanteng, Kabupaten Bogor. Larva dengan panjang rata-rata 0.67±0.08 cm ditebar ke dalam 6 kolam berukuran (5x3x0.8) m3 yang diisi air setinggi 50 cm dilengkapi dengan enam buah titik aerasi. Penebaran larva dilakukan pada pukul 20.00 WIB dengan jumlah 100.000 ekor per kolam. Pemeliharaan ikan berlangsung selama 14 hari.
Selama pemeliharaan, suhu air diukur setiap pagi, siang dan sore hari. Pergantian air dilakukan sebanyak 10% setiap hari sekali dari volume air total dan dilakukan pada pagi hari setelah pengukuran suhu. Pengukuran kualitas air seperti pH dan DO dilakukan pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan sedangkan amoniak dilakukan pada akhir pemeliharaan. Hasil pengukuran suhu, oksigen terlarut, pH, dan amoniak disajikan pada Tabel 1. Kualitas air masih dalam kisaran yang dapat ditolerir oleh larva ikan lele. Suhu berkisar antara 29-33.5 ºC, pH berkisar antara 6.34-7.71, Oksigen terlarut berkisar antara 3.5-7.8 mg/L, dan amoniak berkisar antara 0.03-0.04 mg/L.
Tabel 1 Kualitas air media budidaya larva ikan lele selama pemeliharaan
Parameter Perlakuan Tandon Literatur
P1 P2 P3 Suhu (ºC) 29-33 29-32.5 29-33 30-33.5 22-34 (Alhasani 2015) pH 7.08-7.71 7.13-7.67 7.18-7.58 6.34-7.25 6-9 (Wedemeyer 2001) Oksigen terlarut (mg/L) 3.7-7.3 3.6-6.8 3.5-7.8 5.7-7.2 ≥ 3 (Rahman et al. 1992) Amoniak (mg/L) 0.043 0.041 0.031 0.0001 ≤ 0,1 (Rahman et al. 1992) Keterangan: Jenis pengkayaan tiap perlakuan P1 =DHA Selco 0.5 mL/L, P2 = S.Presso 0.3 mL/L,
P3 = S.Presso 0.5 mL/L
Penyediaan Pakan
Pakan yang digunakan selama pemeliharaan terdiri dari naupli Artemia sp., cacing sutra dan pakan buatan komersil. Pemberian Artemia sp. dilakukan pada hari ke-3 setelah larva lele menetas dikarenakan pada hari ke-3 kuning telur akan habis (Mufidah et al. 2009). Periode pemberian pakan disajikan pada Tabel 2. Naupli Artemia sp. diberikan pada hari pertama pemeliharaan sebanyak 5 kali setiap 4 jam sekali (10.00, 14.00, 18.00, 22.00 dan 02.00 WIB) kemudian cacing sutera diberikan pada hari ke-2 hingga hari ke-10 setiap pukul 09.00 WIB secara adlibitum
3 sedangkan pakan buatan diberikan pada hari ke-2 hingga hari ke-13 setiap pukul 13.00, 18.00, 23.00 dan 04.00 WIB secara at satiation. Pada hari ke-14 ikan dipuasakan kemudian pada pukul 20.00 WIB ikan dipanen. Jumlah konsumsi pakan yang diberikan selama pemeliharaan disajikan pada Lampiran 2.
Tabel 2 Periode pemberian pakan selama masa pemeliharaan larva ikan lele
Jenis Pakan Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Artemia Cacing P NRD1-2 A NRD2-3 N NRD3-5 E RW400 N NRD5-8
Keterangan: NRD dan RW = pakan buatan komersil
Naupli Artemia sp. diperoleh dari hasil penetasan siste Artemia sp. yang dilakukan dalam wadah berisi air garam dengan konsentrasi 30 g/L. Kepadatan siste Artemia sp. yang digunakan adalah 1.5 g/L dengan asumsi bahwa satu ekor Artemia sp. memiliki bobot kering 2.42 μg/ekor (FAO 1996) dengan kadar air 83.86 % sehingga bobot basah berkisar 15 μg/ekor dan didapat biomassa basah naupli Artemia sp. yang diberikan sebanyak 100 g/kolam. Setelah 24 jam dikultur, naupli Artemia sp. dipisahkan dari cangkang dan siste yang tidak menetas kemudian dipindahkan ke wadah baru dan diperkaya selama 12 jam (Jusadi et al. 2004).
Sumber asam lemak esensial yang digunakan sebagai bahan pengkaya adalah bahan komersil A1 DHA Selco (INVE, Belgia) sebanyak 0.5 mL/L (P1), S.Presso sebanyak 0.3 mL/L (P2) dan 0.5 mL/L (P3). Bahan pengkaya tersebut ditambah dengan 100 mL air dan 1 mL kuning telur lalu dihomogenkan dengan menggunakan blender selama 2 menit (Yulianti 2015). Suspensi bahan pengaya kemudian ditambahkan ke dalam wadah pengkayaan yang berisi 17 L air garam dan Artemia sp. dengan kepadatan 75 individu/mL dan diberi aerasi. Setelah itu, Artemia sp. dipanen dengan menggunakan plankton net dan diberikan pada larva lele sesuai perlakuan. Cacing diperoleh dari pengumpul cacing yang ada di daerah Bogor. Cacing disimpan dalam wadah yang berisi air mengalir dan diaerasi. Pakan buatan komersil yang digunakan adalah NRD ukuran 100-200 µm, 200-300 µm, 300-500 µm, 500-800 µm dan RW 400 µm. Hasil analisis proksimat kandungan nutrisi dari masing-masing pakan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kadar air, lemak, dan protein pakan yang digunakan selama masa
pemeliharaan larva ikan lele
Jenis Pakan Komposisi (%)
Kadar air Lemak Protein
Cacing 86,74 2,88 4,897 NRD 1-2 12,25 11,03 52,135 NRD 2-3 10,62 12,41 53,493 NRD 3-5 11,77 11,46 40,945 RW 400 9,32 12,59 24,422 NRD 5-8 9,11 9 34,781
4
Panen
Panen dilakukan pada hari ke-14 pemeliharaan ikan (umur 16 hari). Pengelompokkan ikan lele berdasarkan ukuran (grading) dengan menggunakan alat grading yang umum digunakan oleh pembudidaya lele berupa baskom dengan ukuran lubang yang berdiameter 0.3 cm (membagi S dan M), 0.4 cm (membagi M dan L) dan 0.5 cm (membagi L dan J). Lele yang dipanen dibagi ke dalam empat kategori ukuran, yakni S (kecil), M (sedang), L (besar) dan J (jumper). Adapun kisaran ukuran larva ikan berdasarkan kategori ini adalah ≤ 2.26 cm untuk ukuran S, 2.27-2.64 cm untuk ukuran M, 2.65-3.30 cm untuk ukuran L dan ≥ 3.40 cm untuk ukuran J. Setelah dipisahkan, proporsi ikan pada masing-masing kelompok ukuran dihitung melalui sampling dengan menggunakan wadah sampling. Perhitungan jumlah ikan total juga dilakukan untuk menentukan nilai kelangsungan hidupnya. Selanjutnya, dilakukan pengukuran panjang total ikan dan berat ikan dengan mengambil 30 ekor sampel ikan dari setiap kelompok ukuran per kolam. Panjang total diukur menggunakan penggaris dengan ketelitian 0.1 cm, sedangkan bobot dihitung dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.01 g.
Parameter Uji
Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah tingkat kelangsungan hidup/sintasan, komposisi ukuran, rerata bobot dan panjang akhir, biomassa dan protein efficiency ratio (PER). Kelangsungan hidup ikan dihitung pada akhir masa pemeliharaan. Kelangsungan hidup dihitung dari jumlah ikan yang masih tersisa di dalam kolam dibagi dengan jumlah ikan awal. Rerata panjang dan bobot akhir ikan merupakan rata-rata dari 30 sampel larva yang diukur pada akhir masa pemeliharan. Tingkat kelangsungan hidup dihitung menggunakan rumus Goddard (1996):
TKH (%) = (𝑁0𝑁𝑡) 𝑥100
Keterangan : TKH : tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No : jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Komposisi Ukuran (%) = (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑆/𝑀/𝐿/𝐽𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 ) 𝑥 100
Panjang Rata-rata = ∑ panjang / n sampel Bobot Rata-rata = ∑ bobot / n sampel
Biomassa = Jumlah ikan x bobot rata-rata
Protein efficiency ratio (PER) dihitung menggunakan rumus Tacon (1987): 𝑃𝐸𝑅 =𝛥𝑊
𝑃𝑖
Keterangan: PER = Protein efficiency ratio
ΔW = Peningkatan biomassa ikan (g)
5 Analisis Usaha (Soekartawi 2016):
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Total biaya produksi adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Keuntungan (profit) adalah selisih antara penerimaan dan total biaya produksi. Revenue-cost ratio (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi.
𝑅/𝐶 =𝑇𝑅 𝑇𝐶 Keterangan: R/C = Revenue-cost ratio
TR = Total penerimaan TC = Total biaya produksi
Analisis Kimia
Analisis kimia yang dilakukan terdiri dari analisis kadar air, lemak dan protein. Analisis proksimat dilakukan terhadap Artemia sp., cacing, pakan buatan dan ikan uji dengan mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Takeuchi (1988).
Analisis Data
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan dua ulangan. Homogenitas ragam dan normalitas sebaran data diuji dengan uji Barlett’s dan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika data tidak homogen, maka dilakukan uji non parametrik Kruskal-Wallis Test. Pengolahan data dilakukan menggunakan Microsoft Excel 2013, analisis sidik ragam One-Way ANOVA (Analysis of variance) dengan menggunakan program Minitab 16 uji beda nyata pada taraf uji 5%, dilanjutkan menggunakan uji Tukey. Sedangkan analisis secara deskriptif meliputi parameter proksimat Artemia, kualitas air dan analisis usaha.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kadar air dan lemak Artemia sp. sebelum dan setelah pengkayaan disajikan pada Tabel 4. Kadar lemak pada Artemia sp. yang diperkaya dengan DHA Selco menghasilkan nilai yang lebih tinggi.
Tabel 4 Kadar air dan lemak Artemia sp. sebelum dan sesudah pengkayaan
Perlakuan Komposisi
Kadar air (%) Lemak (%) Lemak (%BK)
Sebelum pengkayaan 87,00 1,2329 9,48
P1 (Selco 0.5 ml/L) 86,95 2,4791 19,00
P2 (S.Presso 0.3 ml/L) 88,93 1,9804 17,88
P2 (S.Presso 0.5 ml/L) 87,13 1,9759 15,35
6
Kinerja produksi ikan lele yang dipelihara selama 14 hari disajikan pada Tabel 5. Perlakuan pengkayaan Artemia sp. dengan DHA Selco dan S.Presso tidak berbeda nyata (p>0.05) pada parameter kelangsungan hidup, komposisi ukuran, panjang rata-rata, bobot rata-rata, biomassa akhir dan PER (Lampiran 4).
Tabel 5 Kinerja produksi larva lele setelah diberi pakan Artemia sp. yang diperkaya dengan DHA Selco dan S.Presso
Parameter uji Perlakuan
P1 (Selco 0.5) P2 (S.Presso 0.3) P3 (S.Presso 0.5)
Kelangsungan hidup (%) 51,0 ± 3,83a 49,6 ± 12,65a 47,1 ± 13,38a Komposisi Ukuran (%) S 65,0 ± 10,16a 60,9 ± 18,72a 60,6 ± 24,65a M 25,9 ± 5,07a 25,8 ± 6,59a 24,9 ± 9,87a L 8,5 ± 5,10a 12,4 ± 11,94a 13,5 ± 13,91a J 0,6 ± 0,01a 0,8 ± 0,20a 1,1 ± 0,87a Panjang awal (mm) 6,7±0,8 6,7±0,8 6,7±0,8 Panjang akhir (mm) S 20,6 ± 0,14a 19,6 ± 0,33a 20,4 ± 0,54a M 25,1 ± 0,24a 24,7 ± 0,21a 25,2 ± 0,33a L 29,5 ± 0,21a 29,7 ± 0,28a 29,6 ± 0,66a J 52,4 ± 0,47a 52,6 ± 0,26a 50,9 ± 1,06a Bobot awal (mg) 6,0±0,29 6,0±0,29 6,0±0,29 Bobot akhir (mg) S 94,0 ± 1,41a 90,5 ± 0,71a 94,5 ± 2,12a M 143,0 ± 4,24a 143,5 ± 2,12a 138,3 ± 2,36a L 252,5 ± 2,12a 260,0 ± 7,07a 248,0 ± 9,90a J 1304,0 ± 66,4a 1235,5 ± 102,53a 1246,7 ± 89,70a Biomassa awal (g) 600 600 600 Biomassa akhir (g) 6474,6 ± 66a 6537,6 ± 387a 6245,0 ± 141a PER 4,6 ± 0,05a 4,7 ± 0,31a 4,4 ± 0,11a
Keterangan : Nilai yang tertera merupakan rata-rata ± standar deviasi. Huruf cetak atas yang sama dalam setiap baris yang sama menunjukkan tidak beda nyata (P > 0,05). Ukuran (grading) = S (kecil), M (sedang), L (besar), J (jumper)
Keuntungan hasil produksi benih ikan lele disajikan pada Tabel 6 (Rincian biaya disajikan pada Lampiran 5). Keuntungan terbesar diperoleh pada perlakuan pemberian Artemia sp. yang diperkaya dengan DHA Selco 0,5 mL/L.
Tabel 6 Analisis usaha dari hasil produksi benih ikan lele dalam 1 tahun
Uraian Perlakuan
P1 (Selco 0,5) P2 (S.presso 0,3) P3 (S.Presso 0,5)
Investasi 1.043.500,00 1.043.500,00 1.043.500,00 Biaya tetap 9.169.208,33 9.169.208,33 9.169.208,33 Biaya variabel 9.352.080,00 9.341.880,00 9.382.680,00 Biaya total 18.521.228,33 18.511.088,33 18.551.888,33 Penerimaan 23.468.225,52 23.329.827,30 22.164.080,16 Keuntungan 4.946.937,19 4.818.738,97 3.612.191,83 R/C Rasio 1,27 1,26 1,19
Keterangan: P1= pengkayaan DHA Selco 0,5 mL/L, P2 = S.Presso 0,3 mL/L, P3 = S.Presso 0,5 mL/L
7
Pembahasan
Bahan pengkaya DHA Selco dan S.Presso memiliki komposisi yang berbeda (Lampiran 1). Kandungan lemak yang terkandung dalam bahan pengkaya DHA Selco sebesar 65% sedangkan S.Presso sebesar 32%. Akan tetapi tidak memberikan pengaruh signifikan (P>0.05) pada kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan lele. Hal ini dikarenakan perbedaan bahan pengkaya diduga telah melebihi kebutuhan asam lemak larva ikan lele yakni linoleat (18:2n-6) 1.53-1.56% dan linolenat (18:3n-3) 0.6-0.73% (Mokoginta 1989). Menurut Jusadi et al. (2004) komposisi asam lemak n-6 Artemia yang diperkaya dengan minyak ikan, minyak jagung dan minyak kelapa telah melebihi kebutuhan larva ikan nila sehingga memiliki dampak yang sama terhadap pertumbuhan.
Kandungan lemak Artemia sp. yang sudah diperkaya dapat dilihat pada Tabel 4. Peningkatan kandungan lemak pada Artemia sp. setelah diperkaya DHA Selco dan S.Presso menunjukkan bahwa bahan pengkaya dapat diserap oleh Artemia sp. Kandungan lemak pada perlakuan DHA Selco lebih tinggi (19% bobot kering) dibandingkan perlakuan S.Presso (15-17%) sehingga menghasilkan kelangsungan hidup cenderung lebih besar (51%). Berdasarkan penelitian Yulianti (2015) peningkatan kandungan asam lemak esensial pada Artemia sp. yang diperkaya DHA Selco 0.5 ml/l mampu meningkatkan kelangsungan hidup larva lele. Peningkatan kelangsungan hidup larva ikan lele tersebut diduga disebabkan oleh adanya peningkatan asupan EPA dan DHA.
Pengkayaan yang diberikan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada parameter kelangsungan hidup (Survival Rate) larva lele (P>0,05) (Tabel 5) karena kandungan lemak dari artemia setelah pengkayaan DHA Selco (2.48% bobot basah) dan S.Presso (1.97-1.98%) tidak memiliki perbedaan yang berarti. Nilai kelangsungan hidup selama pemeliharaan yang rendah (47-51%) disebabkan tingginya angka mortalitas yang diduga akibat tingginya kanibalisme. Sifat kanibalisme muncul disebabkan oleh ukuran larva lele selama pemeliharaan yang cukup beragam dan ukuran jumper yang lebih besar (51-53 mm) dibandingkan penelitian Yulianti (2015) sebesar 35-37 mm. Menurut Suprayudi et al. (2006) bahwa terjadinya kanibalisme biasanya diakibatkan karena variasi ukuran yang tidak sama, keterbatasan ketersediaan pakan, kepadatan yang terlalu tinggi, keterbatasan tempat dan kondisi cahaya.
Pertumbuhan larva ikan lele ditandai dengan penambahan panjang dan bobot larva. Pertumbuhan akan terjadi apabila terdapat kelebihan energi setelah digunakan untuk aktivitas biologis, seperti bernapas, berenang, proses metabolisme dan perawatan (maintanance). Kelebihan energi tersebut akan digunakan untuk membangun jaringan baru yang berakibat pada pertumbuhan. Berdasarkan penelitian Yulianti (2015) pemberian pakan Artemia yang diperkaya dengan DHA Selco memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan larva ikan lele dibandingkan dengan Artemia sp. tanpa pengkayaan. Pada penelitian ini, perbandingan pengkayaan DHA Selco dan S.presso diperoleh pertumbuhan panjang dan bobot larva antarperlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05) sehingga dapat diketahui bahwa pengkaya S.presso juga dapat meningkatkan pertumbuhan larva ikan lele. Asam lemak esensial seperti EPA dan DHA yang ditambahkan ke dalam pakan berperan dalam pembentukan organ dan jaringan pada stadia larva seperti yang ditunjukkan pada ikan Atlantik cod (Garcia et al. 2008). Selain itu Bell
8
(2003) menjelaskan bahwa EPA dan DHA berperan dalam peningkatan daya penglihatan ikan serta pembentukan membran sel sehingga mampu menunjang pertumbuhan larva.
Pengkaya S.presso juga dapat meningkatkan biomassa dan PER larva ikan lele karena menghasilkan hasil yang sama (p>0.05) dengan DHA Selco 0.5 ml/l. Pengkaya DHA Selco 0.5 ml/l dapat meningkatkan biomassa dan PER larva ikan lele, karena ikan dapat memanfaatkan asam lemak yang diberikan sebagai energi untuk hidup (Yulianti 2015). Penggunaan asam lemak sebagai energi untuk hidup dapat memberikan efek penggunakan protein lebih efisien untuk digunakan sebagai pertumbuhan. Lemak menyediakan energi untuk metabolisme, sehingga protein digunakan untuk tumbuh. Penggunaan protein yang efisien dapat dilihat dari nilai PER. PER merupakan perbandingan antara bobot ikan yang terbentuk dengan jumlah protein yang dikonsumsi oleh ikan. Nilai PER antar perlakuan tidak memiliki perbedaan yang nyata karena jumlah protein yang dikonsumsi (Lampiran 3) dan pertambahan biomassa tidak berbeda jauh antar perlakuan.
Larva sangat sensitif terhadap ketersediaan makanan dan faktor lingkungan dikarenakan larva ikan belum dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan sistem pencernaannya yang belum sempurna. Nilai kualitas air pada pemeliharaan masih dalam batas toleransi (Tabel 1) bagi sebagian besar larva lele yang mampu hidup dan berkembang pada media pemeliharaan. Nilai pertumbuhan panjang dan bobot larva selama pemeliharaan juga terus meningkat. Lingkungan tersebut terjadi karena dilakukannya pergantian air sebanyak 10% pada wadah budidaya setiap harinya, sehingga mampu mengakumulasi oksigen dan membuang racun sisa metabolisme. Berdasarkan hasil perhitungan analisis usaha (Lampiran 6) dapat diketahui bahwa perlakuan 1 (DHA Selco 0,5 ml/L) memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 6).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengkayaan Artemia sp. dengan asam lemak esensial bersumber dari DHA Selco dan S.Presso menghasilkan pertumbuhan larva lele yang sama. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa keuntungan yang diperoleh pada perlakuan pemberian Artemia sp. yang diperkaya dengan DHA Selco 0,5 mL/L lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Saran
Pemeliharaan larva lele berumur tiga hari sampai dengan empat belas hari disarankan menggunakan Artemia sp. yang sudah diperkaya dengan DHA Selco 0,5 mL/L. Ulangan setiap perlakuan sebaiknya dilakukan sebanyak lebih dari dua kali.
9
DAFTAR PUSTAKA
Akbary P, Hosseini SA, Imanpoor M, Sudagar M, Makhdomi NM. 2010. Comparison between live food and artificial diet on survival rate, growth and body chemical composition of Oncorhychus mykisslarvae. Iranian Journal of Fisheries Sciences. 9 (1): 19-32.
Alhasani MK. 2015. Pengaruh suhu terhadap daya tetas telur dan laju sintasan larva lele sangkuriang (Clarias sp.) [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada.
Bell JG, McEvoy LA, Estevez A, Shields RJ, Sargent JR. 2003. Optimising lipid nutrition in first-feeding flatfish larvae. Aquaculture. 227(1-4): 211-220. [DJPB] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2016. Laporan Kinerja (LKj)
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya 2015 [internet]. [diuduh 2016 Agustus 24]. Tersedia pada: /www.djpb.kkp.go.id/.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1996. Manual on The Production and Use of Live Food for Aquaculture. Belgium (BE): University of Ghent Ghent. Fitriani F. 2015. Tingkat keseragaman benih ikan lele Clarias sp. yang diberi
Artemia dengan periode yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Garcia AS, Parrish CC, Brown JA. 2008. Use of enriched rotifers and Artemia during larviculture of Atlantic cod (Gadus morhua Linnaeus, 1758): effects on early growth, survival and lipid composition. Aquaculture Res. 39(4): 406-419. Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York (US):
Chapman and Hall. 194p.
Gunasekara RAYSA, Casteleyn C, Bossier P, Van den Broeck W. 2012. Comparative stereological study of the digestive tract of Artemia franciscana nauplii fed with yeasts differing in cell wall composition. Aquaculture. 324-325: 64-69.
Jusadi D, Hasyim BA, Mokoginta I. 2004. Pengaruh Artemia yang diperkaya dengan minyak ikan, minyak jagung dan minyak kelapa terhadap pertumbuhan dan volume otak larva ikan nila Oerochromis niloticus. J Akuakultur Indonesia. 3(1): 5-8.
Mufidah N, Rahardja B dan Satyantini W. 2009. Pengkayaan Daphnia sp. dengan viterna terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). J Perikanan dan Kelautan. 1(1): 59-65.
Mokoginta I. 1986. Kebutuhan ikan lele (Clarias batrachus) akan asam-asam lemak linoleat dan linolenat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Morioka S, Vongvichith B, Phommachan P, Chantasone P. 2012. Growth and
morphological development of laboratory-reared larval and juvenile bighead catfish Clariasmacrocephalus (Siluriformes: Clariidae). Ichthyol Res. 60(1): 16-25.
Rahman MM, Varga I, Chowdhury SN. 1992. Manual of African Magur (Clarias gariepinus) Culture in Bangladesh. FAO Corporate Repository. Bangladesh: Institutional Strenghthening in The Fisheries Sector.
10
Suprayudi MA, T Takeuchi, K Hamasaki, J Hirokawa. 2002. The effect of n-3 HUFA content in rotifer on the development and survival of mud crab, Scylla serrata, larvae. Japan Aquaculture Society. 50(2): 205-212.
Suprayudi M, Mursitorini E, Jusadi D. 2006. Pengaruh pengkayaan Artemia sp. dengan EPA (Asam ekosapentanat, C20:5n-3) dan DHA (Asam dokosaheksanat, C22:6n-3) terhadap kelangsungan hidup rajungan portunus pelagicus. J Akuakultur Indonesia. 5(2): 119-126.
Smith GG, Ritar AJ, Phleger CF, Nelson MM, Mooney B, Nichols PD, Hart PR. 2002. Changes in gut content and composition of juvenile Artemia after oil enrichment and during starvation. Aquaculture. 208(1-2): 137-158.
Tacon AG. 1987. The Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp-A Traning Mannual. FAO of The United Nations, Brazil, pp. 106-109.
Takeuchi T. 1988. Laboratory Work Chemical Evaluation of Dietary Nutrition. In Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture, JICA Textbook the General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa 179-229.
Watanabe T. 1988. Fish nutrition and mariculture. JICA Text of the General Aquaculture Course, Tokyo. 233p.
Wedemeyer GA. 2001. Fish Hatchery Management, 2nd Edition. Bethesda, Maryland: American Fisheries Society.
Yulianti R. 2015. Evaluasi pemberian Artemia yang diperkaya sumber asam lemak esensial terhadap kinerja produksi larva ikan lele [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
11
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perbandingan komposisi sumber bahan pengkaya
Komposisi Satuan DHA Selco S.presso
Moisture % 30 58 Crude protein % - 3 Crude lipids % 65 32 Crude ash % 1,5 2 Phosphorus % 0,2 0,5 Vit. A IU/kg 1.500.000 110.000 Vit. D3 IU/kg 150.000 10.000 Vit. E mg/kg 3.600 5.400 Vit. C mg/kg 800 8.000
Antioxidant Ethoxyquin BHA, Ethoxyquin, Propylgallate
total HUFA mg/g dwt 200 150
DHA/EPA 2,5 9
Lampiran 2 Jumlah konsumsi pakan selama masa pemeliharaan ikan lele
Perlakuan Jenis pakan (g) Artemia Cacing NRD 1-2 NRD 2-3 NRD 3-5 RW 400 NRD 5-8 P1 100 4.334 317 433 1150 385 250 P2 100 4.334 317 433 1150 385 250 P3 100 4.334 317 433 1150 385 250
Keterangan: Jenis pengkayaan tiap perlakuan P1 =DHA Selco 0,5 mL/L, P2 = S.Presso 0,3 mL/L, P3 = S.Presso 0,5 mL/L ; NRD dan RW = pakan buatan komersil.
Lampiran 3 Jumlah protein yang dikonsumsi ikan lele selama pemeliharaan
Perlakuan
Jenis pakan (g) Jumlah
Artemia Cacing NRD 1-2 NRD 2-3 NRD 3-5 RW 400 NRD 5-8 (g) P1 7,721 212 165 232 471 94 87 1.268,7 P2 7,938 212 165 232 471 94 87 1.268,9 P3 7,619 212 165 232 471 94 87 1.268,6
Keterangan: Jenis pengkayaan tiap perlakuan P1 =DHA Selco 0,5 mL/L, P2 = S.Presso 0,3 mL/L, P3 = S.Presso 0,5 mL/L ; NRD dan RW = pakan buatan komersil.
Lampiran 4 Hasil analisis statistik One-way ANOVA pada parameter pertumbuhan ANOVA: SR versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 15 8 0,06 0,939 Error 3 354 118
Total 5 369
Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 1 2 50,99 A
2 2 49,57 A 3 2 47,14 A
12
ANOVA: PER versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 0,0581 0,0291 0,81 0,525 Error 3 0,1082 0,0361
Total 5 0,1663 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 2 2 4,6786 A
1 2 4,6302 A 3 2 4,4499 A
ANOVA: BAK versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 73740 36870 0,47 0,664 Error 3 235066 78355
Total 5 308806 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 2 2 6474,2 A
1 2 6485,7 A 3 2 6245,0 A
ANOVA: BoS versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 19,00 9,50 4,07 0,140 Error 3 7,00 2,33
Total 5 26,00 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 3 2 94,500 A
1 2 94,000 A 2 2 90,500 A
ANOVA: BoM versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 32,48 16,24 1,74 0,315 Error 3 28,06 9,35
Total 5 60,54 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 2 2 143,500 A
1 2 143,000 A 3 2 138,333 A
ANOVA: BoL versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 147,0 73,5 1,45 0,363 Error 3 152,5 50,8
Total 5 299,5 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 2 2 260,000 A
1 2 252,500 A 3 2 248,000 A
ANOVA: BoJ versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 5413 2707 0,35 0,728 Error 3 22995 7665
Total 5 28408 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 2 2 1304,00 A
3 2 1246,50 A 1 2 1235,50 A
ANOVA: PS versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 1,110 0,555 4,02 0,142 Error 3 0,415 0,138
Total 5 1,525 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 1 2 20,6333 A
3 2 20,4138 A 2 2 19,6310 A
ANOVA: PM versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 0,3293 0,1646 2,36 0,242 Error 3 0,2094 0,0698
Total 5 0,5387 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 3 2 25,2000 A
1 2 25,0667 A 2 2 24,6500 A
13
ANOVA: PL versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 0,023 0,011 0,06 0,942 Error 3 0,561 0,187
Total 5 0,583 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 2 2 29,6667 A
3 2 29,6000 A 1 2 29,5167 A
ANOVA: PJ versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 3,285 1,642 3,48 0,165 Error 3 1,414 0,471
Total 5 4,699 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 2 2 52,5833 A
1 2 52,3667 A 3 2 50,9167 A
ANOVA: KS versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 24 12 0,03 0,968 Error 3 1061 354
Total 5 1085 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 1 2 64,98 A
2 2 60,93 A 3 2 60,62 A
ANOVA: KM versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 1,4 0,7 0,01 0,988 Error 3 166,5 55,5
Total 5 167,8 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 1 2 25,931 A
2 2 25,804 A 3 2 24,867 A
ANOVA: KL versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 27 14 0,11 0,897 Error 3 362 121
Total 5 389 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 3 2 13,45 A
2 2 12,44 A 1 2 8,51 A
ANOVA: KJ versus perlakuan
Source DF SS MS F P perlakuan 2 0,227 0,113 0,43 0,688 Error 3 0,799 0,266
Total 5 1,026 Tukey Method
perlakuan N Mean Grouping 3 2 1,0603 A
2 2 0,8289 A 1 2 0,5842 A Non parametrik Kruskal-Wallis Test on KJ (Komposisi Jumper) perlakuan N Median Ave Rank Z
1 2 0,5842 2,5 -0,93 2 2 0,8289 4,5 0,93 3 2 1,0603 3,5 0,00 Overall 6 3,5 H = 1,14 DF = 2 P = 0,565 Keterangan : SR = Survival Rate KS = Komposisi S KM = Komposisi M KL = Komposisi L KJ = Komposisi J
BAK = Biomassa Akhir BoS = Bobot S
BoM = Bobot M
BoL = bobot L
BoJ = Bobot J
PER = Protein Efesiensi Rasio
PS = Panjang Small
PM = Panjang Medium
PL = Panjang Large
14
Lampiran 5 Rincian penerimaan dan biaya produksi selama pemeliharaan
Asumsi yang digunakan dalam analisis usaha adalah sebagai berikut:
a. Satu tahun dapat dilakukan 12 siklus produksi, dengan waktu 20 hari pada setiap siklusnya (5 hari untuk persiapan, 15 hari untuk produksi). 1 tahun = 240 hari produksi.
b. Harga faktor produksi dianggap tetap selama siklus produksi.
c. Kolam berukuran (5x3) m2 sebanyak 6 unit (3 perlakuan 2 ulangan) diisi air dengan ketinggian 50 cm.
d. Setiap kolam memiliki 6 batu aerasi dengan harga Rp 1.000,-/buah dan 12 meter selang aerasi dengan harga Rp 500,-/meter.
e. Padat tebar setiap kolamnya sebanyak 100.000 ekor atau 14 ekor/L.
f. Kelangsungan hidup pada perlakuan 1 sebesar 51,0 ± 3,83 ; perlakuan 2 sebesar 49,6 ± 12,65 dan perlakuan 3 sebesar 47,1 ± 13,38.
g. Jumlah ikan total dihitung dengan cara: padat tebar dikali dengan presentase kelangsungan hidup.
h. Jumlah ikan setiap kelompok ukuran (S, M, L dan J) dihitung dengan cara: jumlah ikan total dikali dengan presentase komposisi ukuruan.
i. Harga jual benih ukuran S sebesar Rp 30,00/ekor, M sebesar Rp 50,00/ekor, L sebesar Rp 65,00/ekor dan J sebesar Rp 80,00/ekor.
j. Penerimaan dihitung dengan cara: jumlah ikan dikali dengan harga jual benih. k. Biaya tetap dianggap sama setiap perlakuan dan ulangan.
l. Biaya variabel dianggap sama setiap ulangannya.
Biaya investasi yang dikeluarkan selama kegiatan produksi dalam 1 tahun
Komponen Satuan
Jum-lah Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp)
Nilai Sisa Umur Teknis (tahun) Penyusu-tan (Rp) Kolam Terpal Unit 6 400.000 2.400.000 240.000 5 432.000 Drum Unit 3 100.000 300.000 30.000 3 90.000 Ember 15L Unit 6 15.000 90.000 3.000 2 43.500 Ember 5L Unit 3 10.000 30.000 1.000 2 14.500 Baskom 2L Unit 2 8.000 16.000 500 2 7.750 Sortiran Set 1 200.000 200.000 6.500 3 65.000 Blender Unit 1 200.000 200.000 8.000 3 64.500 Timbangan Unit 1 300.000 300.000 12.000 3 96.000 Hi – Blow Unit 1 1.500.000 1.500.000 150.000 5 270.000
Pompa Air Unit 1 1.000.000 1.000.000 100.000 5 180.000
Selang Air Meter 15 10.000 150.000 0 2 75.000
Sifon Unit 1 30.000 30.000 0 2 15.000
Senter Unit 1 45.000 45.000 0 3 15.000
Total untuk 6 kolam 6.261.000 551.000 - 1.367.250
15 Biaya tetap yang dikeluarkan setiap kolamnya dalam 1 tahun
Komponen Satuan
Jum-lah
Biaya untuk 6 kolam Biaya untuk 1 kolam
Bulan Tahun Bulan Tahun
Sewa lahan dan
bagunan Unit 1
1.000.000 12.000.000
166.667
2.000.000
Manager Orang 1 2.100.000 25.200.000 350.000 4.200.000
Tenaga kerja Orang 1 900.000 10.800.000 150.000 1.800.000
Penyusutan - - - 1.367.250 18.990 227.875
Listrik - - 300.000 3.600.000 50.000 600.000
Perawatan - - 41.667 500.000 6.944 83.333
Toples Unit 1 10.000 120.000 1.667 20.000
Saringan Artemia Unit 1 20.000 240.000 3.333 40.000
Selang Aerasi Meter 72 36.000 432.000 6.000 72.000
Batu Aerasi Unit 36 36.000 432.000 6.000 72.000
Seser Besar Unit 1 15.000 180.000 2.500 30.000
Seser Kecil Unit 1 7.000 84.000 1.167 14.000
Sikat Unit 1 5.000 60.000 833 10.000
Total (Rp) 4.584.604 55.015.250 764.101 9.169.208
Keterangan: Jumlah yang dicantumkan merupakan jumlah keseluruhan untuk 6 kolam.
Biaya variabel yang dikeluarkan setiap kolamnya dalam 1 tahun
Jenis pakan
Harga
(Rp) Satuan
Pemakaian Biaya Variabel (Rp)
P1 P2 P3 P1 P2 P3 Artemia 1.800 Gram 75 75 75 135.000 135.000 135.000 Cacing 30 Gram 4333 4333 4333 129.990 129.990 129.990 NRD 1-2 200 Gram 317 317 317 63.400 63.400 63.400 NRD 2-3 200 Gram 433 433 433 86.600 86.600 86.600 NRD 3-4 200 Gram 1150 1150 1150 230.000 230.000 230.000 RW 400 200 Gram 385 385 385 77.000 77.000 77.000 NRD 5-8 200 Gram 250 250 250 50.000 50.000 50.000 Telur 1.500 Butir 0,33 0,33 0,33 500 500 500 Selco 700 mL 9 - - 5.950 - -S.Presso 1.000 mL - 5 9 - 5.100 8.500 Garam 3 Gram 300 300 300 900 900 900
Total per siklus 20 Hari 779.340 778.490 781.890
Total per tahun 12 Siklus 9.352.080 9.341.880 9.382.680
P ene rimaa n y an g did apa t setia p kolamn y a da lam 1 tahun K et er ang an Per lak uan P1 .1 P1.2 P2 .1 P2 .2 P3.1 P3.2 Padat Teba r ( ek or ) 100.000 ,00 100.000 ,00 100.000 ,00 100.000 ,00 100.000 ,00 100.000 ,00 SR ( % ) 53,70 48,28 58,52 40,63 56,60 37,68 Jum lah I k an T ot al 53 .700 ,00 48 .280 ,00 58 .520 ,00 40 .630 ,00 56 .600 ,00 37 .680 ,00 K om posi si i k an (% ) S 72,16 57,79 74,16 47 ,69 78,05 43,19 M 22,35 29,52 21,15 30,46 17,89 31,85 L 4,90 12,1 2 4,0 0 20,88 3,6 2 23,29 J 0,59 0,58 0,4 4 0,97 0,4 4 1,68 T o ta l ( % ) 100 ,00 100 ,00 100 ,00 100 ,00 100 ,00 100 ,00 Jum lah ik an (ek or ) S 38.749,92 27.901,01 43.398,43 19.376,45 44.176,30 16.273,99 M 12.001,95 14.252,26 12.376,98 12.375,90 10.125,74 12.001,08 L 2.631,30 5.851,54 2.340,80 8.483,54 2.048,92 8.775,67 J 316,83 280,02 257,49 394,11 249,04 633,02 Pener im aa n ( R p) S 1.162.497, 60 837.030,36 1.301.952, 96 581.293,41 1.325.289, 00 488.219,76 M 600.097,50 712.612,80 618.849,00 618.794,90 506.287,00 600.054,00 L 171.034,50 380.349,84 152.152,00 551.430,36 133.179,80 570.418,68 J 25.346,40 22.401,92 32.303,04 31.528,88 19.923,20 50.641,92 T o ta l pe r si k lu s 1.958.976, 00 1.952.394, 92 2.105.257, 00 1.783.047, 55 1.984.679, 00 1.709.334, 36 T o ta l pe r ta hun 23.507.712 ,00 23.428.739 ,04 25.263.08 4,00 21.396.5 70,60 23.816.148 ,00 20.512.012 ,32 K et er ang an: P1.1 = P er lak uan DH A Sel co 0.5 m L/L ul ang an 1 P1 .2 = P er lak uan DH A Sel co 0.5 m L/L ul ang an 2 P2 .1 = P er lak uan S.Pre ss o 0.3 m L/L ul ang an 1 P2 .2 = P er lak uan S.Pre ss o 0.3 m L/L ul ang an 2 P3 .1 = P er lak uan S.Pre ss o 0.5 m L/L ul ang an 1 P3 .2 = P er lak uan S.Pre ss o 0.5 m L/L ul ang an 2 16
L ampi ra n 6 Ana li sis usa ha setia p kolam da lam 1 tahun K om ponen Per lak uan P1.1 P1.2 R at a-rat a P1 P2.1 P2.2 R at a-rat a P2 P3.1 P3.2 R at a-rat a P3 In v es tas i 1.043.500, 00 1.043.500, 00 1.043.500, 00 1.043.500, 00 1.043.500, 00 1.043.500, 00 1.043.500, 00 1.043.500, 00 1.043.500, 00 B iay a t et ap 9.169.208, 33 9.169.208, 33 9.169.208, 33 9.169.208, 33 9.169.208, 33 9.169.208, 33 9.169.208, 33 9.169.208, 33 9.169.208, 33 B iay a v ar iab el 9.352.080, 00 9.352.080, 00 9.352.080, 00 9.341.880, 00 9.341.880, 00 9.341.880, 00 9.382.680, 00 9.382.680, 00 9.382.680, 00 B iay a t ot al 18.521.228 ,33 18.521.228 ,33 18.521.228 ,33 18.511.088 ,33 18.511.088 ,33 18.511.088 ,33 18.551.888 ,33 18.551.888 ,33 18.551.888 ,33 Pener im aa n 23.507.712 ,00 23.428.739 ,04 23.468.225 ,52 25.263.084 ,00 21.396.570 ,60 23.329.827 ,30 23.816.148 ,00 20.512.012 ,32 22.164.080 ,16 K eun tung an 4.986.158, 67 4.907.450, 71 4.946.937, 19 6.611.547, 67 2.885.482, 27 4.818.738 ,97 5.264.259, 67 1.960.123, 99 3.612.191, 83 R /C R as io 1,27 1,26 1,27 1,36 1,16 1,26 1,28 1,11 1,19 K et er ang an: P1.1 = P er lak uan DH A Sel co 0.5 m L/L ul ang an 1 ; P1 .2 = P er lak uan DH A Se lco 0.5 m L/L ul ang an 2 P2 .1 = P er lak uan S.Pre ss o 0.3 m L/L ul ang an 1 ; P2 .2 = P er lak uan S.Pr es so 0.3 m L/L ul ang an 2 P3 .1 = P er lak uan S.Pre ss o 0.5 m L/L ul ang an 1 ; P3 .2 = P er lak uan S.Pr es so 0.5 m L/L ul ang an 2 17
18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pasuruan pada tanggal 23 Juli 1995 dari ayah bernama Mulyadi dan ibu bernama Wahju Indrawati, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis telah menempuh pendidikan formal di TK Tunas Rimba Ngawi (1999-2001), SD Muhammadiyyah 1 Ngawi (2001-2007), MTs Husnul Khatimah Kuningan Cirebon (2007-2010) dan MAN 1 Ngawi (2010-2012). Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan pada tahun 2012. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah PAI (Pendidikan Agama Islam) (2014). Penulis pernah menjadi panitia divisi PDD pada kegiatan MPKMB (Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru) pada tahun 2013 dan tergabung dalam Dewan Musholla Asrama A4 (2012-2013), FKMC (Forum Keluarga Muslim C (2013-2015), BIRENA (Bimbingan Remaja dan Anak-anak) (2012-2016) dan Rohis kelas (2013-2016). Penulis juga pernah melakukan praktik magang di Balai Pengembangan Budidaya Air Payau (BPBAP) Yogyakarta dan Praktik Lapang Akuakultur di BLK (Biru Laut Khatulistiwa) Kalianda Lampung Selatan.
Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan berjudul
“Pengkayaan Artemia sp. dengan sumber asam lemak esensial berbeda terhadap pertumbuhan larva ikan lele (Clarias sp.)”.