EVALUASI PEMBERIAN
Artemia
YANG DIPERKAYA
SUMBER ASAM LEMAK ESENSIAL TERHADAP
KINERJA PRODUKSI LARVA IKAN LELE
RADEN RINI YULIANTINI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi pemberian Artemia yang diperkaya sumber asam lemak esensial terhadap kinerja produksi larva ikan lele adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
RADEN RINI YULIANTINI. Evaluasi pemberian Artemia yang diperkaya sumber asam lemak esensial terhadap kinerja produksi larva ikan lele. Dibimbing oleh DEDI JUSADI dan JULIE EKASARI.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pemberian Artemia yang diperkaya sumber asam lemak esensial terhadap kinerja produksi larva ikan lele Clarias sp. Seratus ribu ekor larva lele berumur dua hari ditebar ke dalam enam kolam ukuran 5 x 3 x 0,8 m3 berisi air 7,5 m3. Pada dua hari pertama masa budidaya, larva diberi tiga jenis perlakuan pakan Artemia, yakni Artemia tanpa diperkaya (kontrol) dan Artemia diperkaya dengan asam lemak esensial dengan konsentrasi masing-masing 0,25 dan 0,5 mL/L media pengaya. Selanjutnya, larva diberi pakan cacing sutra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva lele umur 14 hari yang diberi pakan Artemia yang diperkaya asam lemak esensial memiliki sintasan yang lebih tinggi daripada larva pada kontrol (P<0,05) dan menghasilkan pertumbuhan larva yang lebih baik yang dicirikan dengan tingginya proporsi ikan berukuran L. Selain itu pemberian pakan Artemia yang diperkaya dengan asam lemak esensial juga memberikan penerimaan yang lebih tinggi daripada pemberian pakan Artemia tanpa diperkaya. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian Artemia yang diperkaya dengan konsentrasi asam lemak esensial 0,25 mL/L menunjukkan kinerja produksi yang paling baik. Kata kunci: Clarias, Artemia, asam lemak esensial, kinerja pertumbuhan
ABSTRACT
RADEN RINI YULIANTINI. Evaluation of performance production of Clarias sp. feeding on Artemia enriched with essential fatty acids source. Supervised by were fed with three different types of Artemia, un-enriched Artemia (control) and Artemia enriched with essential fatty acids at two different concentrations, i.e. 0.25 and 0.5 mL/L enrichment medium. Thereafter, the larvae were fed on sludge worm. The results showed that 14-dph larvae fed on Artemia enriched with esential fatty acids had significantly higher survival than that of the control and higher larval growth as indicated by the higher proportion of the L larval size. Furthermore, feeding the enriched Artemia gave the higher income than feeding the un-enriched Artemia. In conclusion, feeding essential fatty acid enriched Artemia at a concentration of 0.25 mL/L enrichment medium showed the highest performance production.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
EVALUASI PEMBERIAN
Artemia
YANG DIPERKAYA
SUMBER ASAM LEMAK ESENSIAL TERHADAP
KINERJA PRODUKSI LARVA IKAN LELE
RADEN RINI YULIANTINI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Evaluasi Pemberian Artemia yang Diperkaya Sumber Asam Lemak Esensial Terhadap Kinerja Produksi Larva Ikan Lele
Nama : Raden Rini Yuliantini NIM : C14110004
Disetujui oleh
Dr Dedi Jusadi Pembimbing I
Dr Julie Ekasari Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Sukenda Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Evaluasi Pemberian Artemia yang Diperkaya Sumber Asam Lemak Esensial Terhadap Kinerja Produksi Larva Ikan Lele”. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2015. Berbagai pihak telah membantu pada kegiatan pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang tua tercinta, Bapak Rd. Jajat Mudijat dan Ibu Erni Nuraeni. Kakak, Rina Nurapriani, serta adik Reni Noviyani dan Rani Oktaviani yang senantiasa memberikan doa dan semangat kepada penulis.
2. Bapak Dr Dedi Jusadi selaku Dosen Pembimbing I, Ibu Dr Julie Ekasari selaku Pembimbing II, Bapak Dr Tatag Budiardi selaku dosen penguji tamu, dan Ibu Dr Sri Nuryati selaku Kepala Program Studi atas bantuan, masukan, dan motivasi yang diberikan selama penyelesaian tugas akhir ini.
3. Rambo Fish Farm & Junior: Kak Bani, Kak Doni, Kak Yadin, Asep bagoy dan Wildan. Sahabat-sahabat Fullhouse: Ida, Lussy, Tamy, Hilda dan Dila. Serta sahabat seperjuanganku, Abdul Rohman.
4. Ahli laboratorium nutrisi ikan, Bapak Wasjan, Mbak Retno, dan teman- teman Nutrition Ranger 48.
5. Keluarga besar Budidaya Perairan, BDP 48, 46, 47, 49, dan 50.
6. Sahabat, teman, dan keluarga diluar kampus yang banyak memotivasi, banyak berbagi cerita dan pengalaman serta memberikan pelajaran berharga selama penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Pemeliharaan Ikan 2
Penyediaan Pakan 2
Parameter Uji 4
Analisis Kimia 4
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Hasil 5
Pembahasan 6
KESIMPULAN 8
DAFTAR PUSTAKA 8
LAMPIRAN 10
DAFTAR TABEL
1. Kualitas air media budidaya ikan lele yang diberi pakan Artemia dengan pengayaan asam lemak esensial selama pemeliharaan 2 2. Kadar air, lemak, dan protein pakan yang digunakan selama masa
pemeliharaan larva ikan lele 3
3. Jumlah konsumsi pakan selama masa pemeliharaan ikan lele 3 4. Kinerja produksi ikan lele yang diberi pakan Artemia yang diperkaya
dengan asam lemak esensial dengan konsentrasi yang berbeda setelah
dipelihara selama 13 hari 5
5. Kadar air, lemak dan protein Artemia yang digunakan selama
pemeliharaan 6
6. Jumlah protein yang dikonsumsi ikan lele yang diberi pakan Artemia
dengan dan tanpa pengayaan asam lemak esensial 6
7. Selisih penerimaan dari hasil produksi benih ikan lele yang diberi pakan Artemia yang diperkaya asam lemak esensial 6
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rincian biaya pengeluaran dan perolehan keuntungan hasil pemeliharaan 10
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi budidaya ikan lele salah satunya ditentukan oleh ketersediaan benih yang berkualitas. Benih ikan lele diperoleh dari hasil pemeliharaan larva sampai berukuran benih siap tebar. Pemeliharaan larva merupakan fase kritis karena pada tahap ini, ikan mengalami peralihan dari fase endogenous feeding ke fase exogenous feeding. Menurut Olaniyi dan Omitogun (2013) peralihan fase tersebut dialami oleh larva ikan lele pada hari ketiga dan keempat setelah menetas. Pada masa peralihan tersebut, pakan yang tersedia harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi larva. Pakan yang tidak sesuai dapat menimbulkan kendala seperti pertumbuhan ikan yang lambat, bahkan kematian. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Agadjihouèdé (2012) bahwa hal utama yang menjadi kendala dalam pemeliharaan larva adalah pemilihan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan.
Pakan yang diberikan harus cukup dalam hal kualitas dan kuantitas. Kualitas fisik pakan seperti ukuran pakan penting untuk diperhatikan. Halver (1989) menjelaskan bahwa ukuran pakan yang diberikan harus lebih kecil dari bukaan mulut ikan sehingga direspons positif dengan memangsa pakan tersebut. Pembudidaya ikan lele pada umumnya menggunakan cacing sutera sebagai pakan awal. Cacing sutra memiliki diameter tubuh 800-900 µm (Hung 1999), sedangkan larva ikan lele dengan panjang tubuh 6,3 mm memiliki bukaan mulut sekitar 445 µm (Shirota 1970, Morioka et al. 2012). Cacing sutera umumnya diberikan tanpa dicacah terlebih dahulu sehingga cacing yang berukuran lebih besar dari bukaan mulut larva lele akan sulit dimakan dalam waktu yang singkat. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan larva lele menjadi lambat akibat tidak menerima pakan dalam jumlah yang dibutuhkan. Hal yang sama terjadi pada larva ikan belida, yang diberi pakan cacing sutera yang mengalami pertumbuhan yang lambat (Sarkar et al. 2006). Dengan demikian, perlu dicari alternatif pakan alami lain yang memiliki ukuran lebih kecil dari cacing sutra.
Artemia adalah salah satu alternatif pakan alami yang dapat digunakan sebagai pakan awal bagi larva. Naupli Artemia memiliki ukuran 400-500 μm (Gunasekara et al. 2012), sangat cocok diberikan pada larva lele. Penggunaan Artemia untuk larva ikan lele menghasilkan pertumbuhan yang baik (Muchlisin et al. 2003). Namun, Novanda (2014) melaporkan bahwa nilai sintasan ikan lele hanya mencapai 72,61%. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya perbaikan dalam penggunaan Artemia sebagai pakan awal larva lele. Salah satu upaya peningkatan kualitas Artemia sebagai pakan larva adalah dengan meningkatkan kandungan asam lemak esensial. Artemia dapat diperkaya kandungan nutrisinya, seperti dengan asam lemak esensial EPA dan DHA (Mursitorini 2006) karena bersifat non-selective filter feeder.
2
larva lele seperti pada ikan botia (Chumaidi et al. 2009). Salah satu sumber EPA dan DHA yang umum diperjualbelikan adalah A1 DHA Selco. A1 DHA Selco mengandung EPA 5,3 mg/g dan DHA sebanyak 20,7 mg/g (Smith et al. 2002). Dengan demikian, pemberian A1 DHA Selco pada proses pengayaan Artemia diharapkan dapat meningkatkan kandungan EPA dan DHA Artemia.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi pemberian pakan Artemia yang diperkaya sumber asam lemak esensial terhadap kinerja produksi larva ikan lele Clarias sp.
METODE
Pemeliharaan Ikan
Larva ikan lele diperoleh dari petani lele di daerah Cibanteng, Kabupaten Bogor. Larva berumur dua hari dengan panjang rata-rata 0,69±0,04 cm ditebar ke dalam 6 kolam berukuran 5 x 3 x 0.8 m3 yang diisi air setinggi 50 cm. Penebaran larva dilakukan pada pukul 20.00 WIB dengan jumlah 100.000 ekor per kolam. Pemeliharaan ikan berlangsung selama 13 hari.
Untuk menjaga oksigen terlarut agar tetap baik, setiap kolam pemeliharaan ikan dilengkapi dengan enam buah titik aerasi. Selama pemeliharaan, suhu air dan oksigen terlarut diukur setiap pagi dan sore hari. Pergantian air dilakukan sekali sehari sebanyak 10% dari volume air total dan dilakukan pada pagi hari setelah pengukuran suhu dan oksigen terlarut. Pengukuran kualitas air seperti pH dan amoniak dilakukan pada akhir pemeliharaan. Hasil pengukuran suhu, oksigen terlarut, pH, dan amoniak disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kualitas air media budidaya ikan lele yang diberi pakan Artemia dengan pengayaan asam lemak esensial selama pemeliharaan
Parameter Perlakuan Tandon
Keterangan: P1 = Kontrol, P2 = pengayaan 0,25 mL/L, P3 = pengayaan 0,5 mL/L
Penyediaan Pakan
3 Artemia dilakukan setiap 4 jam selama dua hari. Naupli Artemia diperoleh dari hasil penetasan siste Artemia yang dilakukan dalam wadah yang diisi air garam dengan konsentrasi 30 g/L yang dilengkapi dengan aerasi. Kepadatan siste Artemia yang digunakan adalah 2 g/L dengan masa inkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam, naupli Artemia kemudian dipisahkan dari cangkang dan siste yang tidak menetas dan diberikan langsung pada ikan perlakuan kontrol (P1). Sementara untuk perlakuan P2 dan P3, naupli Artemia kemudian dipindahkan ke wadah baru dan dibiarkan selama 6 jam hingga mencapai fase instar II. Selanjutnya Artemia diperkaya dengan asam lemak esensial. Sumber asam lemak esensial yang digunakan sebagai bahan pengaya adalah bahan pengaya komersil A1 DHA Selco (INVE, Belgia) sebanyak 0,25 mL/L (P2) dan 0,5 mL/L (P3). Sebelum digunakan dalam proses pengayaan, A1 DHA Selco ditambah air sebanyak 100 mL dan kuning telur sebanyak 1 mL lalu diaduk dengan menggunakan blender selama 2 menit. Suspensi bahan pengaya kemudian ditambahkan ke dalam wadah pengayaan yang berisi 6 L air garam dan Artemia dengan kepadatan 200 individu/mL serta aerasi. Pengayaan dilakukan selama 6 jam. Setelah itu, Artemia disaring dan diberikan pada larva lele P2 dan P3.
Pada hari ke-3, pakan yang digunakan selanjutnya adalah cacing sutera. dilakukan dengan frekuensi 3 kali yaitu pada pukul 07.00, 14.00, dan 21.00 WIB. Pakan buatan mulai diberikan pada saat larva berumur delapan hari (Fengli 0) dan sebelas hari (Fengli 1) sebanyak satu kali sehari, yaitu setiap pukul 08.00 WIB. Sementara cacing sutra diberikan sebanyak dua kali sehari pada pukul 14.00 dan 21.00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2 Kadar air, lemak, dan protein pakan yang digunakan selama masa pemeliharaan larva ikan lele
Keterangan: Angka yang dihasilkan merupakan persentase bobot basah
Tabel 3 Jumlah konsumsi pakan selama masa pemeliharaan ikan lele
Perlakuan Jenis pakan
Artemia (g) Cacing (g) Fengli 0 (g) Fengli 1 (g)
P1 254 10.523 100 140
P2 254 10.523 100 140
P3 254 10.523 100 140
4
Larva dipelihara selama 13 hari. Pada hari terakhir masa pemeliharaan (hari ke-13) dilakukan pengelompokkan ikan lele berdasarkan ukuran atau grading dengan menggunakan alat grading yang umum digunakan oleh petani lele. Lele yang dipanen dibagi ke dalam empat kategori ukuran, yakni S (kecil), M (sedang), L (besar) dan J (jumper). Adapun kisaran ukuran larva ikan berdasarkan kategori
ini adalah ≤ 2,26 cm untuk ukuran S, 2,27-2,64 cm untuk ukuran M, 2,65-3,03
cm, untuk ukuran L dan ≥ 3,04 cm untuk ukuran J. Setelah dipisahkan, proporsi
ikan pada masing-masing kelompok ukuran dihitung melalui sampling dengan menggunakan wadah sampling. Perhitungan jumlah ikan total juga dilakukan untuk menentukan nilai sintasannya. Selanjutnya, dilakukan pengukuran panjang total ikan dan berat ikan dengan mengambil 30 ekor contoh ikan dari setiap kelompok ukuran per kolam. Panjang total diukur menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,01 cm, sedangkan bobot dihitung dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g.
Parameter Uji
Sintasan ikan dihitung pada akhir masa pemeliharaan. Sintasan dihitung dari jumlah ikan yang masih tersisa di dalam kolam dibagi dengan jumlah ikan awal. Rata-rata panjang akhir dan bobot ikan merupakan rata-rata dari 30 contoh larva yang diukur pada akhir masa pemeliharan. Protein efficiency ratio (PER) dihitung menggunakan rumus Steffens (1989)
Keterangan:
PER = Protein efficiency ratio
ΔW = Peningkatan biomassa ikan (g)
Pi = Bobot protein pakan yang dikonsumsi (g)
Analisis Kimia
Analisis kimia yang dilakukan terdiri dari analisis kadar air, lemak dan protein pakan uji dengan mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Takeuchi (1988).
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kinerja produksi ikan lele yang dipelihara selama 13 hari disajikan pada Tabel 4. Perlakuan pengayaan Artemia menghasilkan sintasan larva ikan lele yang lebih tinggi dibandingkan dengan Artemia yang tidak diperkaya (P<0,05). Pemberian Artemia yang diperkaya asam lemak dengan konsentrasi tertinggi (P3) menghasilkan proporsi ikan berukuran S yang lebih tinggi daripada perlakuan lain. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perlakuan dengan konsentrasi pengayaan tertinggi menghasilkan panjang dan bobot individu ikan ukuran S lebih baik. Selain itu, semakin tinggi konsentrasi pengayaan, biomassa ikan yang dihasilkan semakin meningkat. Nilai PER menunjukkan bahwa pemberian pakan berupa Artemia yang diperkaya dengan asam lemak esensial menghasilkan nilai yang lebih tinggi daripada kontrol.
6
Hasil uji kadar air, lemak dan protein pada Artemia disajikan pada Tabel 5. Komposisi lemak dan protein pada Artemia yang diperkaya dengan konsentrasi berbeda menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari pada Artemia yang tidak pengayaan 0,25 mL/L, P3 = pengayaan 0,5 mL/L
Jumlah protein yang dikonsumsi ikan lele berdasarkan jumlah pakan yang diberikan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah protein yang dikonsumsi ikan lele yang diberi pakan Artemia dengan dan tanpa pengayaan asam lemak esensial
Perlakuan Jenis pakan Jumlah
Keterangan: P1 = kontrol, P2= pengayaan 0,25 mL/L, P3 = pengayaan 0,5 mL/L
Potensi keuntungan hasil produksi benih ikan lele disajikan pada Tabel 7 (rincian biaya disajikan pada Lampiran 1). Keuntungan yang diperoleh pada perlakuan pemberian Artemia yang diperkaya lebih tinggi dibanding dengan perlakuan pemberian Artemia tanpa diperkaya.
Tabel 7 Selisih penerimaan dari hasil produksi benih ikan lele yang diberi pakan Artemia yang diperkaya asam lemak esensial
Perlakuan Penerimaan (Rp) Biaya pakan (Rp) Penerimaan Kotor (Rp)
P1 7.847.040 915.600 6.931.440
P2 10.805.036 956.700 9.848.336
P3 8.090.544 986.400 7.104.144
Keterangan: P1 = kontrol, P2= pengayaan 0,25 mL/L, P3 = pengayaan 0,5 mL/L
Pembahasan
7 (Chumaidi et al. 2009) dan ikan nila (Jusadi et al. 2004). Peningkatan sintasan larva ikan lele yang diberi pakan Artemia yang diperkaya sumber asam lemak esensial diduga disebabkan oleh adanya peningkatan asupan EPA dan DHA. Kedua asam lemak ini terbukti mampu meningkatkan sintasan Indian prawn menjadi 88,93% (Immanuel et al. 2001).
Pertumbuhan larva ikan lele ditandai dengan penambahan panjang dan bobot larva (Wibawa 2006). Pertumbuhan terjadi ketika larva mampu memanfaatkan energi yang diperoleh dari pakan yang dikonsumsi untuk melakukan proses metabolisme (Steffens 1989). Pemberian pakan Artemia yang diperkaya dengan A1 DHA Selco memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan larva ikan lele. Hal ini dicirikan dengan semakin banyaknya persentase ikan berukuran L. Larva ikan lele yang diberi pakan Artemia yang diperkaya dengan konsentrasi 0,25 mL/L tumbuh dengan baik karena menghasilkan ikan berukuran L paling banyak. Asam lemak esensial seperti EPA dan DHA yang ditambahkan ke dalam pakan berperan dalam pembentukan organ dan jaringan pada stadia larva seperti yang ditunjukkan pada ikan Atlantik cod dan surubim (Garcia et al. 2008 dan Arslan et al. 2008). Selain itu Bell (2003) menjelaskan bahwa EPA dan DHA berperan dalam peningkatan daya penglihatan ikan serta pembentukan membran sel sehingga mampu menunjang pertumbuhan larva.
Konsentrasi 0,25 mL/L mampu menghasilkan komposisi ukuran L lebih banyak meskipun sintasannya lebih rendah dari perlakuan konsentrasi 0,5 mL/L. Hal ini diduga karena kebutuhan EPA dan DHA telah terpenuhi dalam jumlah optimal sehingga berpengaruh baik pada pertumbuhan. Pada keadaan normal, larva lele yang diberi Artemia tanpa diperkaya, mampu menghasilkan komposisi ukuran M yang lebih banyak, namun jumlah total ikan yang lebih sedikit. Sementara pada perlakuan konsentrasi 0,5 mL/L, larva ikan lele yang dihasilkan didominasi oleh ukuran S. Hal ini diduga disebabkan oleh sintasan ikan yang lebih tinggi dari perlakuan lain yang menyebabkan kepadatan ikan lebih tinggi pada perlakuan ini. Tingginya kepadatan ikan pada perlakuan 0,5 mL/L diduga menyebabkan jumlah pakan kurang optimal, mengingat tingkat pemberian pakan yang digunakan pada penelitian ini didasarkan pada tingkat pemberian pakan yang mengasumsikan sintasan ikan pada kisaran 80%. Tingginya kepadatan ikan dan pemberian pakan yang kurang optimal menyebabkan pertumbuhan ikan lele menjadi lebih lambat (Petkam et al. 2001 dan Van de Nieuwegiessen et al. 2009).
Biomassa ikan lele semakin meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi bahan pengaya pada Artemia. Biomassa tertinggi dicapai pada perlakuan P3 (0,5 mL/L) diikuti dengan perlakuan P2 (0,25 mL/L) dan P1 (kontrol). Biomassa ikan menunjukkan kinerja pertumbuhan ikan yang baik, karena ikan dapat memanfaatkan asam lemak yang diberikan sebagai energi untuk hidup. Penggunaan asam lemak sebagai energi untuk hidup dapat memberikan efek penggunakan protein lebih efisien untuk digunakan sebagai pertumbuhan. Penggunaan protein yang efisien dapat dilihat dari nilai protein efficiency ratio (PER). Pada perlakuan P3 dapat terlihat bahwa dalam pemberian jumlah pakan yang sama, ikan mampu menggunakan pakan secara efisien sehingga biomassa yang dihasilkan lebih besar.
8
pemberian Artemia tanpa diperkaya. Keuntungan terbesar didapat pada perlakuan pengayaan dengan konsentrasi 0,25 mL/L.
KESIMPULAN
Peningkatan kualitas Artemia dengan pengayaan asam lemak esensial konsentrasi 0,25 mL/L menghasilkan kinerja produksi larva ikan lele maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Agadjihouèdé H, Chikou A, Bonou CA, Lalèyè PA. 2012. Survival and growth of Clarias gariepinus and Heterobranchus longifilis larvae fed with freshwater zooplankton. Journal of Agricultural Science and Technology. B(2):192-197. Arslan M, Rinchard J, Dabrowski K, Portella MC. 2008. Effects of different
dietary lipid sources on the survival, growth, and fatty acid composition of south american catfish, Pseudoplatystoma fasciatum, surubim, juveniles. J World Aquaculture Soc. 39(1):51-61.
Bell JG, McEvoy LA, Estevez A, Shields RJ, Sargent JR. 2003. Optimising lipid nutrition in first-feeding flatfish larvae. Aquaculture. 227(1-4):211-220.
Chumaidi, Nurhidayat, Priyadi A. 2009. Pemeliharaan larva ikan botia (Chromobotia macracanthus) menggunakan pakan alami yang diperkaya nutrisinya. Jurnal Akuakultur Indonesia 8(1): 11-18.
Garcia AS, Parrish CC, Brown JA. 2008. Use of enriched rotifers and Artemia during larviculture of atlantic cod (Gadus morhua Linnaeus, 1758): effects on early growth, survival and lipid composition. Aquaculture Res. 39(4):406-419. Gunasekara RAYSA, Casteleyn C, Bossier P, Van den Broeck W. 2012.
Comparative stereological study of the digestive tract of Artemia franciscana nauplii fed with yeasts differing in cell wall composition. Aquaculture. 324-325:64-69.
Halver JE. 1989. Fish Nutrition. Second edition. New York (US): Academic Press Inc.
Hung L. 1999. Larval rearing of the mekong catfish, Pangasius bocourt (pangasiidae, siluroidei): substitution of Artemia nauplii with live and artificial feed. Aquatic Living Resources. 12(3):229-232.
Immanuel G, Palavesam A, Petermarian. 2001. Effects of feeding lipid enriched Artemia nauplii on survival, growth, fatty acids and stress resistance of postlarvae Panaeus indicus. Asian Fisheries Science 14:377-388.
Jusadi D, Hasyim BA, Mokoginta I. 2004. Pengaruh Artemia yang diperkaya dengan minyak ikan, minyak jagung dan minyak kelapa terhadap pertumbuhan dan volume otak larva ikan nila Oerochromis niloticus. Jurnal Akuakultur Indonesia. 3(1): 5-8.
9 catfish Clariasmacrocephalus (siluriformes: clariidae). Ichthyol Res. 60(1):16-25.
Muchlisin ZA, Damhoeri A, Fauziah R, Muhammadar, Musman M. 2003. Pengaruh beberapa jenis pakan alami terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan lele dumbo Clarias gariepinus. Biologi 3(2) 105-113. Mursitorini E. 2006. Pengaruh pengkayaan Artemia sp. dengan EPA
(Eicosapentaeonic Acid, C20:5n-3) dan DHA (Deicosahexaeonic Acid, C22:6n-3) terhadap pertumbuhan karapas dan kelangsungan hidup larva rajungan Portunus pelagicus [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Novanda R. 2014. Produksi larva lele sangkuriang Clarias sp. dari ukuran induk 0,8-1,5 kg dengan pemberian pakan awal cacing sutera dan Artemia sp. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Olaniyi WA, Omitogun OG. 2013. Stages in the early and larval development of the african catfish Clarias gariepinus (teleostei, clariidae). Zygote. 22(03):314-330.
Petkam R, Moodie GEE. 2001. Food particle size, feeding frequency, and the use of prepared food to culture larval walking catfish (Clarias macrocephalus). Aquaculture. 194(3-4):349-362.
Sarkar UK, Lakra WS, Deepak PK, Negi RS, Paul SK, Srivastava A. 2006. Performance of different types of diets on experimental larval rearing of endangered Chitala chitala (Hamilton) in recirculatory system. Aquaculture. 261(1):141-150.
Shirota A. 1970. Studies on the mouth size of fish larvae. Bull Jap Soc Scient Fish. 36:353-368
Smith GG, Ritar AJ, Phleger CF, Nelson MM, Mooney B, Nichols PD, Hart PR. 2002. Changes in gut content and composition of juvenile Artemia after oil enrichment and during starvation. Aquaculture. 208(1-2):137-158.
Steffens W.1989. Principles of Fish Nutrition. New York (US): Halsted Pr.
Takeuchi T. 1988. Laboratory Work Chemical Evaluation of Dietary Nutrition. In Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture, JICA Textbook the General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa internat. hlm 179-229
Van de Nieuwegiessen PG, Olwo J, Khong S, Verreth JAJ, Schrama JW. 2009. Effects of age and stocking density on the welfare of african catfish, Clarias gariepinus Burchell. Aquaculture. 288(1-2):69-75.
10
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rincian biaya pengeluaran dan perolehan keuntungan hasil pemeliharaan
Biaya pakan yang dikeluarkan selama pemeliharaan
Penjualan ikan lele dan penerimaan setelah dikurangi biaya pakan
Ukuran Harga
Total (Rp) 7.847.040 10.805.036 8.090.544
Lampiran 2 Hasil analisis data
Anova sintasan ikan
Sumber keragaman Jumlah kuadrat db Rataan kuadrat F Sig.
11
Anova komposisi ikan
Ukuran Sumber keragaman Jumlah kuadrat db Rataan kuadrat F Sig.
S Antar kelompok 2200,73 2 1100,36 31,75 0,01
Ukuran Sumber keragaman Jumlah kuadrat db Rataan kuadrat F Sig.
12
Ukuran Sumber keragaman Jumlah kuadrat db Rataan kuadrat F Sig.
S Antar kelompok 93,00 2 46,50 9,62 0,050
Sumber keragaman Jumlah kuadrat db Rataan kuadrat F Sig.
Antar kelompok 2,03 2 1,02 8,91 0,06
Dalam kelompok 0,34 3 0,11
13
Uji Duncan PER
Perlakuan N
Untuk alpha = 0,05
1 2
P1 2 5,05
P2 2 5,93 5,93
P3 2 6,46
Sig. 0,08 0,22
Anova Biomassa ikan
Sumber keragaman Jumlah kuadrat db Rataan kuadrat F Sig.
Antar kelompok 2468557,60 2 1234278,80 9,09 0,053
Dalam kelompok 407338,09 3 135779,36
Total 2875895,69 5
Uji Duncan Biomassa ikan
Perlakuan N
Untuk alpha = 0,05
1 2
P1 2 5851,85
P2 2 6829,05 6829,05
P3 2 7405,92
14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 30 Juli 1993 yang dilahirkan dari ayah bernama Raden Jajat Mudijat dan ibu bernama Erni Nuraeni, merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis telah menempuh pendidikan formal di TK Tunas Rimba 1 Cepu (1997-1999), SDN 1 Ciomas (1999-2005), SMPN 7 Bogor (2005-2008) dan SMA Rimba Madya Bogor (2008-2011). Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan pada tahun 2011. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Teknologi Pembuatan dan Pemberian Pakan (2014) dan mata kuliah Teknologi Produksi Plankton Bentos dan Alga (2015). Penulis pernah menjadi panitia acara PORIKAN pada tahun 2013 dan tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) di Divisi Riset dan Keilmuan tahun 2013-2014, Penulis juga pernah melakukan praktik magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.