• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelembagaan Penanggulangan Bencana di In

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelembagaan Penanggulangan Bencana di In"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESIA

oleh

Djuni Pristiyanto, MPBI

A. Sejarah Singkat Kelembagaan Penanggulangan Bencana di Indonesia

No Peraturan Lembaga

1 Presiden Soekarno (22 Agustus 1945) Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP)

2 Keppres 256 Tahun 1966 Badan Pertimbangan Penanggulangan Bencana Alam

Pusat (BP2BA) 3 Keputusan Presidium Kabinet No

14/U/KEP/I/1967

Tim Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (TKP2BA)

4 Keputusan Presiden No. 28 tahun 1979 Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (BAKORNAS PBA)

5 Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 27 Tahun 1979

Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana (SATKORLAK PBA) di daerah.

6 Keppres Nomor 43 Tahun 1990 dan dipertegas kembali dengan Keppres Nomor 106 Tahun 1999

Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (BAKORNAS PB)

7 Keppres Nomor 3 Tahun 2001 dan diperbaharui dengan Keppres Nomor 111 Tahun 2001.

Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (BAKORNAS PBP)

8 Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005

Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BAKORNAS PB)

9 Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 yang merupakan amanat dari UU Nomor 24 Tahun 2007.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dibentuk tanggal 26 Januari 2008.

B. Kelembagaan Penanggulangan Bencana Sebelum dan Sesudah Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Sebelum UU 24/2007 Tingkatan Sesudah UU 24/2007 Badan Koordinasi Nasional

Penanganan Bencana (BAKORNAS PB)

Landasan: Perpres 83/2005

Nasional Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Landasan: Perpres 8/2008

Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satkorlak PBP)

Landasan: Peraturan/Keputusan Gubernur. [Contoh: Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 96 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Koordinasi Pelaksana

Penanggulangan Bencana dan

Penanganan Pengungsi Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta]

Provinsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi

Landasan: Peraturan Daerah (Perda). [Contoh: Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Provinsi Jawa Timur]

Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satlak PBP)

Landasan: Peraturan/Keputusan Gubernur. [Contoh: SK Gubernur DKI Jakarta 96/ 2002]

Kabupaten/ Kota

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten/Kota

(2)

Unit Operasional PBP

Landasan: Peraturan/Keputusan Gubernur. [Contoh: SK Gubernur DKI Jakarta 96/ 2002]

Kecamatan ??? [Dari Permendagri 46/2008 dan Perka BNPB 3/2008 tidak ada aturan mengenai kelembagaan PB di tingkat kecamatan]

Satuan Perlindungan Masyarakat Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satlinmas PBP)

Landasan: Peraturan/Keputusan Gubernur. [Contoh: SK Gubernur DKI Jakarta 96/ 2002]

Kelurahan ??? [Dari Permendagri 46/2008 dan Perka BNPB 3/2008 tidak ada aturan mengenai kelembagaan PB di tingkat kelurahan]

C. Struktur Kelembagaan Satkorlak – Satlak - Unit Operasional PBP – Satlinmas

Struktur kelembagaan Satkorlak, Satlak, Unit Operasional PBP dan Satlinmas ini berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 96 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (SK Gubernur DKI Jakarta 96/ 2002)

Satkorlak PBP Satlak PBP Unit Operasional PBP

Satlinmas PBP

Defi nisi

Lembaga koordinasi di bidang penanggulangan bencana penanganan pengungsi

Unsur pelaksanaan PB di Kotamadya

Unsur pelaksanaan PB di Kecamatan

Unsur pelaksanaan PB di Kelurahan

Ting kata n

Provinsi Kota Kecamatan Kelurahan

Tuga s

Melaksanakan koordinasi dan

pengendalian kegiatan PBP dengan

berpedoman ketetapan Bakornas PBP, pada tahap Pra, Saat dan Pasca bencana, yang mencangkup

pencegahan, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi.

Melakukan PB di wilayahnya sesuai dengan kebijaksanaan Bakornas PBP dan atau petunjuk Ketua Satkorlak PBP yang meliputi Pra, Saat dan Pasca bencana serta mencangkup

pencegahan, penjinakan, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Melakukan PB di Kecamatan sesuai dengan Bakornas PBP dan atau petunjuk Ketua Satlak PBP dan Satlak PBP meliputi Pra, saat dan Pasca bencana serta mencakup pencegahan, penjinakan, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi

Melakukan PB di Kelurahan sesuai dengan ketetapan Ketua Satlak PBP dan atau petunjuk Ketua Unit Operasional yang meliputi Pra, Saat dan Pasca bencana serta mencangkup pencegahan, penjinakan, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

Fung si

1. Pengkoordinasian, petunjuk,

pengarahan, pembinaan dan pengendalian PB mencangkup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PBP. 2. Pengkoordinasian,

1. Pelaksanaan PB secara langsung di wilayahnya dengan menggunakan aparat, sarana dan prasarana;

2. Perwujudan kerja sama PB dengan Pemerintahan Kotamadya yang

1. Pelaksanaan PB secara langsung di Kecamatan dengan menggunakan aparat, sarana dan prasarana. 2. Perwujudan kerja

sama PB dengan Pemerintah

1. Pelaksanaan PB secara langsung di Kelurahan dengan menggunakan aparat, sarana dan prasarana. 2. Perwujudan kerja

(3)

pengendalian teknis dan administrasi dalam PB baik yang dilakukan oleh instansi vertikal, dinas maupun masyarakat. 3. Pengkoordinasian,

pengendalian penerimaan dan penyaluran bantuan yang dilaksanakan oleh Walikotamadya selaku Ketua Satlak PBP yang

wilayahnya terkena bencana.

terdekat.

3. Pelaksanaan upaya pencegahan

terjadinya bencana melalui peningkatan kewaspadaan masyarakat dengan kegiatan

penyuluhan, penataran, gladi dan pembinaan. 4. Penerimaan dan

penyaluran serta pertanggungjawaba n bantuan PB. 5. Kegiatan lain

sesuai petunjuk Ketua Satkorlak PBP dan Ketua Bakornas PBP.

Kecamatan yang terdekat.

3. Pelaksanaan upaya

pencegahan terjadinya bencana melalui peningkatan kewaspadaan masyarakat dengan kegiatan penyuluhan, penataran, gladi dan pembinaan. 4. Penerimaan dan

penyaluran serta pertanggung jawaban bantuan PB.

5. Kegiatan lain sesuai petunjuk Ketua Satkorlak PBP dan Ketua Satlak PBP.

Kelurahan yang terdekat. 3. Pelaksanaan

upaya pencegahan terjadinya bencana melalui peningkatan kewaspadaan masyarakat dengan kegiatan penyuluhan, penataran, gladi dan pembinaan. 4. Penerimaan dan

penyaluran serta pertanggung jawaban bantuan PB.

5. Kegiatan lain sesuai petunjuk Ketua Satlak PBP dan Ketua Unit Operasional PBP. Propinsi DKI Jakarta

• Wakil Ketua: Pangdam Jaya, Kapolda Metro Jaya, Panglima Armada Marinir Barat, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I, Wakil Gubernur Propinsi DKI Jakarta Bidang Kesra

• Pelaksana Harian: Sekretaris Daerah Propinsi DKI Jakarta

• Sekretaris: Kepala Dinas Ketenteraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Propinsi DKI Jakarta

• Anggota : Unsur Instansi Vertikal/TNI-Polri, Unsur

Pemerintahan Daerah (SKPD), Unsur Organisasi Profesi/Sosial Masyarakat (PMI, Kadin Jaya, Kwarda

• Ketua: Walikotamadya Propinsi DKI Jakarta

• Wakil Ketua: Komandan distrik Militer, Kepala Kepolisian Resort

• Pelaksana Harian: Sekretaris

Kotamadya

• Sekretaris: Kepala Suku Dinas Tramtib dan Linmas

Kotamadya

• Anggota: Teritorial, (Kasdim,

Wakapolres), Unsur Pemerintah Daerah (SKPD), Unsur Organisasi Profesi/Sosial Masyarakat (PMI, Pramuka, ORARI, KKKS Kodya, Tokoh

Masyarakat/Pakar)

• Ketua: Camat Propinsi DKI Jakarta

• Wakil Ketua: Danramil, Kapolsek

• Pelaksana Harian: Sekretaris Camat

• Sekretaris: Kasi Tramtib dan Linmas Kecamatan

• Anggota: Unsur Pemerintah Daerah (Lurah, P2K, Tata Kota, Kebersihan, PJU, PU, Pertamanan, PP), Unsur Organisasi Profesi/Sosial Masyarakat (Pramuka, Tokoh Masyarakat)

• Ketua: Lurah

• Wakil Ketua: Binmas, Babinsa

• Pelaksana Harian: Sekretaris Kelurahan

• Sekretaris: Kaur Tramtib dan Linmas Kelurahan

(4)

Gerakan Pramuka, BLLS, ORARI, RAPI, Tokoh Masyarakat)

Sekr etari at

Sekretariat

berkedudukan di Dinas Tramtib & Linmas Propinsi DKI Jakarta

Sekretariat

berkedudukan di Suku Dinas Ketenteraman & Ketertiban dan

Perlindungan Masyarakat Kotamadya

Sekretariat berkedudukan di Kasi Ketenteraman & Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Kecamatan

Sekretariat berkedudukan di Kaur Ketenteraman & Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat Kelurahan

D. Struktur Kelembagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dibentuk berdasarkan Perpres 8/2008 pada tanggal 26 Januari 2008. Pembentukan BNPB ini merupakan amanat dari UU 24/2007.

Visi BNPB:

Ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana

Misi BNPB:

1. Melindungi bangsa dari ancaman bencana melalui pengurangan risiko. 2. Membangun sistem penanggulangan bencana yang handal.

3. Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinir dan menyeluruh.

Tugas Pokok BNPB:

1. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;

2. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;

3. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat;

4. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

5. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional; 6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara;

7. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan 8. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Fungsi BNPB:

1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisien; dan

2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

Kebijakan dan Strategi BNPB:

(5)

2. Mengutamakan pengurangan risiko bencana, dengan tetap melakukan penanganan darurat yang cepat dan tepat.

3. Mendukung dan mengembangakan voluntarisme yang mempunyai kapasitas dalam menghadapi bencana.

Struktur BNPB:

Struktur BNPB terlampir.

E. Struktur Kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi

Petunjuk pelaksanaan pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat provinsi adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Permendagri 46/2008) serta Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Perka BNPB 3/2008). Di tingkat provinsi adalah wajib membentuk BPBD. Uraian yang lebih ditil mengenai BPBD dapat dibaca pada makalah penulis yang berjudul: “Pembentukan BPBD Berdasar Permendagri 46/2008 dan Perka BNPB 3/2008” dan dapat diunduh dengan bebas di alamat: http://www.mpbi.org/content/pembentukan-bpbd-berdasar-permendagri-462008-dan-perka-bnpb-32008

Sampai hari ini (17 Juni 2009) dari 33 provinsi yang ada di Indonesia baru terbentuk 10 BPBD, yaitu: 1. Sekretariat BPBD Provinsi Jawa Tengah.

2. BPBD Provinsi Jawa Timur.

3. BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat 4. BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur 5. BPBD Provinsi Sulawesi Utara 6. BPBD Provinsi Papua Barat 7. BPBD Provinsi Kalimantan Timur 8. BPBD Provinsi Bengkulu

9. BPBD Provinsi Sumatera Selatan 10. BPBD Provinsi …. (data belum lengkap)

Struktur BPBD Provinsi

Struktur BPBD Provinsi berdasarkan Permendagri 46/2008 terlampir.

F. Struktur Kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten/Kota

Petunjuk pelaksanaan pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat kabuapten/kota adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Permendagri 46/2008) serta Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Perka BNPB 3/2008).

(6)

Sampai hari ini (17 Juni 2009) dari hampir 500 kabupaten/kota yang ada di Indonesia baru terbentuk … BPBD, yaitu:

1. BPBD Kota Palu 2. BPBD Kota Denpasar 3. BPBD Kabupaten Cilacap 4. BPBD Kabupaten Bojonegoro 5. BPBD Kota Padang

6. BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai 7. BPBD Kabupaten Cianjur

8. …. (data belum lengkap)

Struktur BPBD Kabupaten/Kota

Struktur BPBD Kabupaten/Kota berdasarkan Permendagri 46/2008 terlampir.

G. Penutup

Uraian mengenai “Kelembagaan Penanggulangan Bencana di Indonesia” disusun untuk membantu diskusi yang dilakukan oleh MPBI dan ACF pada tanggal 17 Juni 2009. Uraian ini bersifat sebagai pengantar, untuk mendalami isu kelembagaan PB di Indonesia mestilah mempelajari bahan-bahan dan peraturan terkait.

Jakarta, 17 Juni 2009

Djuni Pristiyanto

Email: belink2006@yahoo.com.sg

Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI)

Jl. Kebon Sirih No. 5G Kebon Sirih Jakarta Pusat 10340 Telp/Fax: +62-21-3103535, +62-21-3147321

(7)

LAMPIRAN 1

(8)

LAMPIRAN 2

(9)

LAMPIRAN 3

(10)

LAMPIRAN 3

Referensi

Dokumen terkait

menolak peluru dengan peraturan yang dimodifikasi Tes tertulis Tes observasi Tes praktik (Kinerja) Tes tertulis Tes observasi ganda/uraia n singkat Lembar observasi Tes Contoh

Berdasarkan hasil output SPSS diatas diperoleh t hitung untuk variabel Lingkungan Sosio-Budaya sebesar 3,308 sehingga jika t hitung dibandingkan dengan t tabel sebesar

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melepasliarkan 1.000 ekor ikan Capungan Banggai atau yang biasa dikenal sebagai Banggai Cardinal Fish (BCF) dan 25 ekor

Dalam proses ini terdapat tiga elemen yang harus dipenuhi yaitu penulis (writer), karya tulis (piece of literature) dan pembaca (reader). Dalam proses ini

Setelah membaca teks, siswa mampu menyebutkan kata-kata sulit dan menuliskan gagasan pokok setiap paragraf dalam teks dengan benar.. Setelah berdiskusi, siswa mampu menjelaskan

Panitia
 mengganti
 Transport
 Udara
 Kelas
 Ekonomi
 PP
 bagi
 Peserta
 dari
 luar
 Pulau
 Sumatera
 dan
 Transport
 Darat
 Executive
 PP
 bagi


Hulu Sungai Utara berupa Pasar Rakyat Muara Tapus yang terletak di Desa Muara Tapus, Kecamatan Amuntai Tengah (+ 5 km dari Kota Amuntai ), maka dengan ini.. kami

Setelah melakukan penelitian prediksi kepribadian Big five menggunakan TF-IDF dan dengan metode k-NN ini dapat ditarik kesimpulan ,yaitu akurasi tertinggi dari