• Tidak ada hasil yang ditemukan

KLIPING MEDIA CETAK KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KLIPING MEDIA CETAK KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KLIPING MEDIA CETAK

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

No. Tanggal Media Berita

1

16 Mei 2018

Indopos Tanam Mangrove Di Ujung Kulon

2 16 Mei 2018 Tabloid Sinartani Banggai Cardinal Dilepasliarkan

3 16 Mei 2018 mediaindonesia.com Populasi Menipis, Ikan Capungan Banggai Perlu Dilindungi

4 16 Mei 2018 tribunnews.com Larangan Ekspor Koral Dinilai Sudah Tepat, karena Pelaku Nakal, Ini Dampaknya di Bali 5 16 Mei 2018 beritasatu.com Pengusaha Serap Garam Petani dengan

Harga Tinggi

6 16 Mei 2018 liputan6.com Industri Diminta Transparan soal Penggunaan Garam Impor

7 16 Mei 2018 indopos.co.id Satwa Liar Indonesia Terancam Punah 8 16 Mei 2018 eksposkaltim.com DKP3 Bontang Sukses Remajakan

Terumbu Karang

Penyusun

Tim Humas

Mengetahui,

a.n Kepala Bagian Humas dan Kerjasama Ka. Sub Bagian Humas

(3)

Berikut kami sampaikan Ringkasan Pemberitaan PRL 16 Mei 2018 Media Cetak dan Online

No Media Judul Ringkasan

1 Indopos Tanam Mangrove

Di Ujung Kulon

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) kembali mewujudkan komitmennya untuk turut serta dalam upaya menjaga kualitas lingkungan hidup, menjaga ekosistem alam dan mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Komitmen ini diimplementasikan BCA bekerja sama dengan WWF-lndonesia sebagai organisasi konservasi independen melalui program penanaman mangrove.

2 Tabloid Sinartani Banggai Cardinal Dilepasliarkan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melepasliarkan 1.000 ekor ikan Capungan Banggai atau yang biasa dikenal sebagai Banggai Cardinal Fish (BCF) dan 25 ekor lobster di bawah ukuran (undersize), di Pantai Kilo Lima, Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

3 mediaindonesia.co m Populasi Menipis, Ikan Capungan Banggai Perlu Dilindungi

MENTERI Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tengah melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah. Dalam kunjungannya tersebut, Susi meninjau lokasi budidaya Ikan Capungan Banggai atau yang dikenal sebagai Banggai Cardinal Fish (BCF) yang dilakukan Kelompok Pembudidaya Lestari di Desa Bone Baru. BCF merupakan ikan hias asli perairan Banggai Laut dan Banggai Kepulauan

4 tribunnews.com Larangan Ekspor Koral Dinilai Sudah Tepat, karena Pelaku Nakal, Ini Dampaknya di Bali

Hasil wawancara Tribun Bali ke sejumlah eksportir koral mengindikasikan adanya ketidakseriusan dalam hal pengawasan ekspor koral oleh pemerintah. Sumber Tribun Bali menyebutkan, ada eksportir pernah coba mengelabui pihak karantina (BKIPM) yang bertugas untuk memberikan izin kesehatan terhadap koral yang dieskpor.

5 beritasatu.com Pengusaha Serap Garam Petani dengan Harga Tinggi

Salah satu perusahaan garam, PT Mitra Tunggal Swakarsa (MPS), berani menyerap garam petani di beberapa wilayah Madura, Jawa Timur, dengan harga tinggi. Ini sesuai hasil rapat dengar pendapat (RDP) tertutup DPRD Pamekasan, pekan lalu. 6 liputan6.com Industri Diminta

Transparan soal Penggunaan Garam Impor

Importir dan industri pengolahan garam di wilayah Pamekasan, Jawa Timur diminta untuk menaati aturan terkait dengan penggunaan impor garam industri. Hal agar impor yang dilakukan tidak mengganggu garam produksi petani lokal di wilayah tersebut.

7 indopos.co.id Satwa Liar Indonesia Terancam Punah

Ikan Capungan Banggai atau Banggai Cardinal Fish (BCF) menjadi penghasilan Pembudidaya di Desa Bone Baru. BCF merupakan ikan hias asli perairan Banggai Laut dan Banggai Kepulauan

8 eksposkaltim.com DKP3 Bontang Sukses Remajakan Terumbu Karang

Program pemerintah Kota Bontang dalam meremajakan terumbu karang di kawasan pesisir berjalan sukses. Terbukti, 98 modul berukuran 2x1 meter yang telah disebar beberapa tahun lalu, kini menjadi ekosistem terumbu karang cukup sehat di perairan laut Bontang

(4)

KLIPING MEDIA CETAK

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Indopos Tanggal : 16 Mei 2018

Halaman : 22

Judul : Tanam Mangrove Di Ujung Kulon

Tone Netral

Ringkasan : PT Bank Central Asia Tbk (BCA) kembali mewujudkan komitmennya untuk turut serta dalam upaya menjaga kualitas lingkungan hidup, menjaga ekosistem alam dan mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Komitmen ini diimplementasikan BCA bekerja sama dengan WWF-lndonesia sebagai organisasi konservasi independen melalui program penanaman mangrove.

(5)

KLIPING MEDIA CETAK

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Tabloid Sinartani Tanggal : 16 Mei 2018

Halaman : 22

Judul : Banggai Cardinal Dilepasliarkan

Tone Positif

Ringkasan : Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melepasliarkan 1.000 ekor ikan Capungan Banggai atau yang biasa dikenal sebagai Banggai Cardinal Fish (BCF) dan 25 ekor lobster di bawah ukuran (undersize), di Pantai Kilo Lima, Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

(6)

Populasi Menipis, Ikan Capungan Banggai Perlu Dilindungi

Media Indonesia, 16 May 2018

MENTERI Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tengah melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah. Dalam kunjungannya tersebut, Susi meninjau lokasi budidaya Ikan Capungan Banggai atau yang dikenal sebagai Banggai Cardinal Fish (BCF) yang dilakukan Kelompok Pembudidaya Lestari di Desa Bone Baru. BCF merupakan ikan hias asli perairan Banggai Laut dan Banggai Kepulauan. Namun, saat ini, populasinya mengalami penurunan secara drastis karena penangkapan berlebih dan kerusakan habitat, termasuk penggunaan bahan beracun sianida, penggunaan bahan peledak, dan pencemaran yang terjadi di wilayah pesisir.

Guna melestarikan dan mencegah kepunahan BCF, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan status perlindungan terbatas BCF melalui melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 49 tahun 2018. Dalam Kepmen tersebut diatur, pada musim puncak pemijahan BCF pada bulan Februari, Maret, Oktober, dan November, tidak boleh dilakukan kegiatan penangkapan BCF. Hal ini dilakukan agar BCF dapat berkembang biak secara alami sehingga populasinya dapat tetap terjaga.

Dalam rangka melindungi habitat penting BCF, pemerintah melalui Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah telah menetapkan sebagian habitat penting ikan Capungan Banggai menjadi kawasan konservasi melalui Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah No. 523 tahun 2017. Sejalan dengan hal ini, Susi meminta warga Banggai Laut menjaga kelestarian BCF sebagai kekayaan Banggai Laut yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

"Kabupaten Banggai Laut dianugerahi lingkungan laut yang sangat indah dan sumber daya ikan yang berlimpah. Keindahan ini harus dijaga bersama. Jangan lagi menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida (potas), karena akan merusak lingkungan laut yang pada akhirnya akan merusak masa depan anak cucu kita," pesan Susi saat bertemu warga, sebagaimana diinfokan melalui keterangan resmi, Rabu (16/5).

Susi tidak sendiri, melainkan didampingi Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Rina dan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi. Nama Banggai Cardinal Fish telah dikenal di dunia internasional. Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Terancam Punah (CITES/ Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) telah dua kali berusaha memasukkan ikan ini dalam daftar Appendiks II CITES namun dua kali juga mengalami kegagalan. Besar kemungkinan negara asing kembali akan mengusulkan ikan ini masuk dalam aturan tersebut. "Oleh karena itu kita harus tunjukkan kepada dunia bahwa pemerintah bersama dengan pemerintah daerah dan masyarakat Banggai Laut dan Banggai Kepulauan mampu mengelola Banggai Cardinal Fish secara lestari," imbuh Susi. Senada dengan hal tersebut, Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo mengatakan, agar BCF tetap lestari, habitat dan pengelolaan BCF harus dilakukan dengan baik. BCF yang diambil dari alam (laut) harus dibatasi secara terukur.

Selain itu, menurutnya, penting dilakukan budidaya untuk memberikan daya dukung terhadap ketersediaan BCF di alam. "Di sini (Banggai Laut) memang habitatnya BCF. Cuma memang yang kita khawatirkan pengambilan dari alam secara berlebihan. Kalau misalnya itu dibudidayakan dan kemudian di ekspor saya kira tidak terlalu masalah. Dengan kuota yang begitu besar, saya khawatirkan nanti diambil kekurangan budidaya diambil dari alam secara berlebihan. Oleh karena itu kontrol dan pengawasan itu sangat penting," tutup Wenny.

http://www.mediaindonesia.com/read/detail/161148-populasi-menipis-ikan-capungan-banggai-perlu-dilindungi

(7)

Larangan Ekspor Koral Dinilai Sudah Tepat, karena Pelaku Nakal,

Ini Dampaknya di Bali

Tribun Bali, 16 May 2018

Hasil wawancara Tribun Bali ke sejumlah eksportir koral mengindikasikan adanya ketidakseriusan dalam hal pengawasan ekspor koral oleh pemerintah. Sumber Tribun Bali menyebutkan, ada eksportir pernah coba mengelabui pihak karantina (BKIPM) yang bertugas untuk memberikan izin kesehatan terhadap koral yang dieskpor. Ternyata, koral yang seharusnya tidak penuhi syarat untuk diekspor, bisa diloloskan oleh petugas karantina.

“Kalau saya boleh sebut, karantina itu seperti formalitas saja. Mereka sepertinya tidak tahu–menahu tentang proses transplantasi koral. Jenis–jenis koral mereka tidak tahu persis juga, sehingga gampang dimanipulasi,” kata seorang pengusaha ekspor koral yang meminta namanya tak disebutkan ini. Namun, koral yang diloloskan pihak BKIPM ditolak oleh pihak pembeli asing, karena antara jenis koral yang tercatat dengan yang dikirim berbeda.

“Itu artinya petugas kita masih lemah kemampuan kontrolnya. Tapi, uniknya Indonesia, yang kurang memiliki kemampuan kontrol dan mengetahui proses ternyata bisa mengeluarkan kebijakan menyetop atau meloloskan sebuah barang,” ungkap pengusaha yang juga bergerak di bidang bisnia kelautan ini.

Pegiat budidaya terumbu karang Bali, I Wayan Patut juga menyampaikan hal serupa. Menurut pria pendiri ekowisata berbasis terumbu karang di Serangan ini, pemerintah tak mampu mengontrol para eksportir koral yang nakal, yang berupaya mencari celah kelalaian petugas. Wayan Patut juga menyebut bahwa kegiatan karantina masih bersifat formalitas, hanya untuk mengikuti ketentuan. “Ketika dibawa ke Bali dari luar pulau, prosedurnya kan juga harus lengkap dan jelas. Kadang– kadang itu kan tidak maksimal dilakukan, karena kita sangat lemah dalam kontrol,” ungkap pria yang sempat meraih penghargaan Kalpataru karena keberhasilannya membudidayakan terumbu karang pada 2001 sampai 2011 silam.

Namun, Wayan Patut mengaku menemukan adanya indikasi pelanggaran dalam proses transplantasi koral yang dilakukan oleh sejumlah pengusaha. Misalnya, pengusaha koral mengklaim koralnya sudah sesuai dengan persyaratan perdagangan ke luar negeri. “Padahal mereka cuma main klaim saja. Misalnya, koral berasal dari luar Bali dan dimasukkan Bali cuma biar dapat izin ekspor saja. Ada koral yang baru berusia dua minggu sudah diekspor. Harusnya kan minimal tiga bulan. Nah ini kadang pengusaha di awal saja taat, tapi semakin lama bandel juga,” ungkap pendiri Kelompok Karya Segara Serangan ini.

Kebijakan penghentian semua perdagangan koral di Indonesia, menurut Patut, merupakan langkah tepat dari pemerintah. Sebab, pemerintah dianggapnya belum mampu mengontrol secara baik pelaku ekspor koral ini. Apabila kebijakan ini secara konsisten diterapkan di seluruh provinsi di Indonesia, maka Patut memprediksi kekayaan alam Indonesia akan semakin malimpah.

“Koral sudah ada sejak sekian juta tahun, dan kita cuma mengambil dan menjual saja. Kebijakan ini adalah program untuk memulihkan kembali koral lebih dulu,” kata pria 47 tahun asal Banjar Kaja, Serangan, Denpasar ini.

Jika memang kebijakan akan berlaku seterusnya atau permanen, hal yang seharusnya dilakukan oleh pengusaha adalah melakukan pemulihan (recovery) terhadap usaha–usaha yang selama ini telah berjalan. Recovery yang dimaksud adalah dengan mengubah konsep usaha, dari ekspor koral menjadi budidaya koral dan menjadikannya objek wisata.

“Atau kalau tidak bisa, bikinlah koral buatan. Bisa itu. Saya sudah pernah bikin. Kalau tidak bisa, sini saya ajari,” kata Wayan Patut Wayan Patut menduga, pengusaha koral memprotes kebijakan yang

(8)

dikeluarkan Menteri Susi karena mereka terlanjur nyaman dengan duit yang melimpah dari usaha ekspor koral ini.

Namun Wayan Patut juga menyarankan agar pemerintah juga mencarikan solusi agar dampak dari kebijakan ini tak sampai membuat nelayan dan pengusaha kehilangan pekerjaan. “Pemerintah harus mencarikan solusi. Kalau nelayan dibiarkan tidak diberi pekerjaan baru, mereka akan pergi ke kota. Ketika tidak ada lowongan di kota, mereka akan kembali ke kampungnya dan berpotensi menimbukjan berbagai penyakit sosial, seperti angka kriminal meningkat, dan masalah sosial lainnya,” jelas pria yang juga sempat menjadi salah–satu coordinator nelayan se–Nusantara ini. Sementara itu, Kepala Seksi Program dan Evaluasi Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Permana Yudiarso mengungkapkan bahwa selama 2 tahun terakhir ini upaya penyelundupan koral meningkat di Bali. Hal inilah yang ia duga menjadi penyebab munculnya penghentian ekspor koral baik yang alami maupund hasil budidaya.

“Kami khawatir karena banyak koral yang keluar itu ilegal. Banyak sekali. Mulai dua tahun belakangan ini, sejak 2016 beberapa upaya penggagalan penyelundupan koral itu meningkat di Bali,” ungkapnya. Ia juga mengungkap, ada pengusaha yang memang nakal dan ada yang sudah benar– benar menaati aturan yang ditentukan.

Karang atau koral alam yang seharusnya tidak boleh diperdagangkan membuat sejumlah pengusaha mencari akal untuk bisa menyelundupkan koral atau karang mereka ke Bali melalui jalur ilegal. “Harusnya untuk karang alam perlu waktu tiga sampai enam bulan baru bisa ekspor, nah beberapa dari mereka cari jalan cepat. Satu dua minggu mereka taruh di Bali, dokumennya mereka carikan di BKSDA dan Karantina, terus mereka ekspor,” ungkap Yudiarso.

http://bali.tribunnews.com/2018/05/16/larangan-ekspor-koral-dinilai-sudah-tepat-karena-pelaku-nakal-ini-dampaknya-di-bali

(9)

Pengusaha Serap Garam Petani dengan Harga Tinggi

Rabu, 16 Mei 2018

Jakarta – Salah satu perusahaan garam, PT Mitra Tunggal Swakarsa (MPS), berani menyerap garam petani di beberapa wilayah Madura, Jawa Timur, dengan harga tinggi. Ini sesuai hasil rapat dengar pendapat (RDP) tertutup DPRD Pamekasan, pekan lalu.

Public Relation MPS Ardi Setya Budi menyampaikan, MTS selama ini sudah menyerap garam petani sekitar 10 ribu ton, yang terdiri atas wilayah Sumenep, Pamekasan, dan Sampang. “Kami membeli garam petani dengan harga tertinggi,” ujar Ardi, Senin (14/5).

Ardi mengatakan, serapan garam rakyat MTS bertujuan menciptakan stabilitas dan meningkatkan kesejahteraan para petani garam setempat. Bahkan, MTS telah menjadi alternatif bagi para petani dalam menjual hasil garam mereka.

“Komitmen kami adalah menyejahterakan dan mengembangkan petani lokal dan telah membina hubungan yang baik bersama petani dalam menjaga komitmen bersama,” terang Ardi.

Sebelumnya, polemik impor garam industri yang sempat mencuat dan membuat gelisah petani garam Pamekasan membuat DPRD setempat menggelar RDP. Hasilnya, DPRD setempat meminta kepada Pemerintah Kabupaten Pamekasan untuk memperketat pengawasan importir garam yang ada di wilayah mereka.

Selain itu, disebutkan para petani garam Pamekasan tidak keberatan dengan adanya impor garam yang dilakukan oleh perusahaan garam, baik MTS maupun perusahaan garam lainnya, asalkan mereka bisa menyerap garam rakyat dengan harga maksimal. Adapun garam yang mereka impor dugunakan untuk industri, bukan konsumsi.

(10)

Industri Diminta Transparan soal Penggunaan Garam Impor

16 Mei 2018, 12:31 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Importir dan industri pengolahan garam di wilayah Pamekasan, Jawa Timur diminta untuk menaati aturan terkait dengan penggunaan impor garam industri. Hal agar impor yang dilakukan tidak mengganggu garam produksi petani lokal di wilayah tersebut.

Anggota Komisi II DPRD Pamekasan, Harun Suyitno mengatakan, perusahaan yang mendapatkan izin impor harus bersikap transparan. Selain itu, garam yang dibeli dari luar negeri itu tidak boleh digunakan untuk konsumsi. Sebab, berdasarkan ketentuan garam impor itu digunakan untuk keperluan industri.

Menurut dia, jika perusahaan bisa memenuhi dua hal tersebut dan mampu menjaga keseimbangan antara impor dengan serapan garam rakyat, serta tidak menyalahi peruntukkan garam industri dan konsumsi, maka mereka dipersilakan impor. Pemerintah daerah tidak memiliki hak untuk melarang impor tersebut.

"Jika ada pelanggaran pada impor garam tersebut, dewan akan mengeluarkan rekomendasi tegas yakni peninjauan ulang terhadap izin yang dikeluarkan pemerintah. Silakan impor asal sesuai ketentuan dan tidak melupakan garam rakyat,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (16/5/2018).

Menurut Harun , saat ini ada sejumlah perusahaan tengah diawasi penggunaan garam impornya , salah satunya Mitra Tunggal Swakarsa (MTS) yang berdomisili di Desa Ambat, Kecamatan Tlanakan. Perusahaan tersebut diminta untuk memperketat distribusi garam yang diimpor agar sesuai peruntukkan industri.

"Perusahaan yang memiliki izin impor garam dipersilahkan mendatangkan garam dari luar negeri dengan catatan harus sesuai prosedural," kata dia.

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3527338/industri-diminta-transparan-soal-penggunaan-garam-impor

(11)

Satwa Liar Indonesia Terancam Punah

16 Mei 2018

Salah satu satwa langka yang mulai musnah.

INDOPOS.CO.ID - Ikan Capungan Banggai atau Banggai Cardinal Fish (BCF) menjadi penghasilan Pembudidaya di Desa Bone Baru. BCF merupakan ikan hias asli perairan Banggai Laut dan Banggai Kepulauan. Akan tetapi belakangan mengalami penurunan Produksi. Dalam kunjungannya ke Banggai, Selasa (15/5) lalu , Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan Masyarakat harus bekerja ekstra untuk melestarikan.

"Kita harus tunjukkan pada dunia pemerintah pusat, daerah, masyarakat Banggai Laut dan Banggai Kepulauan mampu mengelola Banggai Cardinal Fish secara lestari," ujar Menteri Susi.

Lebih lanjut Susi mengatakan Kabupaten Banggai Laut dianugerahi lingkungan laut yang sangat indah dan sumber daya ikan yang berlimpah. Keindahan ini harus dijaga bersama.

“Jangan lagi menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida (potas), karena akan merusak lingkungan laut yang pada akhirnya akan merusak masa depan anak cucu kita," pinta Susi saat bertemu warga didampingi oleh Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Rina dan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi.

Selama ini Banggai Cardinal Fish telah dikenal di dunia internasional. Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Terancam Punah (CITES/ Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) telah 2 kali berusaha memasukkan ikan ini dalam daftar Appendiks II CITES. Namun, 2 kali juga mengalami kegagalan. Besar kemungkinan negara asing kembali akan mengusulkan ikan ini masuk dalam aturan tersebut. (nel)

(12)

DKP3 Bontang Sukses Remajakan Terumbu Karang

Ekspos Kaltim, 15 May 2018

Program pemerintah Kota Bontang dalam meremajakan terumbu karang di kawasan pesisir berjalan sukses. Terbukti, 98 modul berukuran 2x1 meter yang telah disebar beberapa tahun lalu, kini menjadi ekosistem terumbu karang cukup sehat di perairan laut Bontang. “Kita lihat kemarin sudah ditumbuhi karang–karang cantik,” kata Kasi Tangkap dan Budidaya, Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian (DKP3) Bontang, Syamsu Wardi kepada media ini.

Dijelaskannya, dari hasil plantation terumbu karang di wilayah Pulau Segajah dan Kedindingan, hasilnya cukup memuaskan. Terumbu karang yang tumbuh sangat sehat di rumah (98 apartemen terumbu karang) yang telah disebar. Saat ini rekayasa apartemen karang yang disebar telah dihuni beraneka macam spesies ikan. Bahkan, lokasi tersebut layak menjadi spot pemancingan. “Sudah cantik, cocok untuk spot mancing ataupun wisata bawah air,” kata dia.

Kata Syamsu, pemerintah terus melakukan pengawasan terumbu karang di kawasan pesisir. Upaya ini dilakukan untuk melihat tingkat tumbuh karang, serta mengevaluasi program peremajaan terumbu ini. Kedepan, diharapkan program ini mampu menciptakan habitat pesisir yang sehat. Sehingga, potensi dari kawasan pesisir dapat dimaksimalkan. “Misalnya saja untuk wisata seperti spot snorkeling atau diving,” pungkasnya

Referensi

Dokumen terkait

menyalurkan zakat profesinya pada lembaga atau majelis ta’lim yang sudah dipercaya dengan alasan mereka sudah tahu alokasinya buat apa saja. Hal ini seperti yang

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul”Analisis Strategi Pemasaran Telur Ayam (Studi

Pelaksanaan layanan informasi bimbingan karier sangat membantu siswa dalam mendapatkan pedoman mengenai karier dengan tujuan untuk memperoleh penyesuaian diri,

Kendala lain yang dihadapi dalam pembenihan kelapa adalah buah yang memiliki sifat rekalsitran, yaitu tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dikarenakan biji

Koefisien Determinasi R 2 diperoleh hasil sebesar 0,580 artinya variabel motivasi kerja, insentif dan lingkungan kerja mampu menjelaskan terhadap variasi perubahan variabel

Untuk pencari kost, infokost memiliki fasilitas compare untuk membandingkan rumah kost yang satu dengan yang lain, fasilitas ini dapat membandingkan 4 rumah kost, selain itu

Perilaku penelusuran informasi eksternal dan kognisi mempengaruhi afeksi atau perasaan dari seseorang, informasi yang diterima seseorang akan mempengaruhi pengetahuan seseorang,

Mendengar kata “kost” setiap orang pasti mempunyai kesamaan dalam arti kata tersebut, yaitu mereka pasti akan berfikir bahwa kost adalah sebuah tempat