• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN TRAY TOWER

PERANCANGAN ALAT PROSES

(2)

Ruang Lingkup

1. Pemilihan Tipe Kolom

2. Penentuan Kondisi operasi

3. Perancangan Tray Tower

(3)

Penentuan Kondisi Operasi Kolom

 Ditentukan oleh pasangan suhu dan tekanan yang membentuk kesetimbangan pada suatu tray, di sepanjang Kolom.

(4)

Penentuan Kondisi Operasi Puncak Kolom

Kondisi puncak kolom ditentukan oleh pasangan suhu T1, dan tekanan P1

yang membentuk keseimbangan pada tray puncak (tray ke1) baik menggunakan kondensor total maupun parsial.

(5)

Penentuan Kondisi Operasi Puncak Kolom

Pada suhu T1dan tekanan P1, arus L1 dengan komposisi x1 seimbang dengan arus V1 dengan komposisi y1. Dengan demikian dipenuhi kriteria berikut :

1. Suatu komponen pada suhu T1 dan Tekanan P1 di setiap fasa, baik fasa L1 maupun V1 terdapat distribusi suhu, tekanan dan konsentrasi yang serba sama.

2. Fasa L1 dan fasa V2keduanya jenuh.

3. Netto propertiesnya sama dengan nol, artinya

a. Suhu L1 sama dengan suhu V1  T1

b. Tekanan L1 sama dengan tekanan V1 P1

4. Korelasi komposisi V1 yang seimbang dengan L1 memenuhi persamaan 𝑦1 = K1𝑥1

(6)

Penentuan Kondisi Operasi Puncak Kolom

Jika kondensor yang digunakan KONDENSOR TOTAL

1. Hasil puncak diambil berupa cairan D dengan komposisi xD 2. Komposisi y1 = XD =Xo

Jika kondensor yang digunakan KONDENSOR PARSIAL

1. Hasil puncak diambil berupa uap Dvdengan komposisi yD 2. Komposisi y1≠yD≠Xo

3. Komposisi y1,merupakan komposisi rata-rata dengan Dvdan Lo 𝑦1 = 𝐿𝑜 𝑋0 + 𝐷𝑣𝑦𝐷

(7)

Penentuan Kondisi Operasi Puncak Kolom

4. Arus Dvboleh jadi seimbang dengan arus Lo sehingga

a. Kondensor parsial setara dengan satu tray / plate ideal yang letaknya di luar kolom

b. Korelasi komposisi Antara hasil puncak yDdengan cairan refluk X0 memenuhi persamaan :

c. 𝑦𝐷 = K𝑥0

d. K adalah Konstanta Keseimbangan thermodinamis suatu komponen pada suhu T dan Tekanan P kondensor

5. Kondisi puncak kolom ditentukan setelah suhu dan tekanan yang membentuk keseimbangan pada kondensor parsial ditentukan terlebih dahulu

(8)

Penentuan Kondisi Operasi Dasar Kolom

Ditentukan oleh pasangan suhu Tn dan tekanan Pn yang membentuk

keseimbangan pada Tray ke n atau tray dasar, baik menggunkan reboiler total maupun reboiler parsial.

(9)

Penentuan Kondisi Operasi Dasar Kolom

Pada suhu Tndan tekanan Pn, arus Vndengan komposisi ynseimbang dengan arus Ln dengan komposisi Xn. Dengan demikian dipenuhi kriteria berikut :

1. Di setiap fasa, baik fasa Vnmaupun Ln terdapat distribusi suhu, tekanan dan konsentrasi yang serbasama.

2. Fasa Ln dan fasa Vnkeduanya jenuh.

3. Netto propertiesnya sama dengan nol, artinya

a. Suhu Ln sama dengan suhu Vn  Tn

b. Tekanan Vnsama dengan tekanan Ln  Pn

4. Korelasi komposisi Vn yang seimbang dengan Ln memenuhi persamaan 𝑦𝑛 = K𝑛𝑥𝑛

Knadalah Konstanta Keseimbangan suatu komponen pada suhu Tndan Tekanan Pn

(10)

Penentuan Kondisi Operasi Dasar Kolom

Jika reboiler yang digunakan REBOILER TOTAL

Komposisi Xn = Xw =yn+1

Jika reboiler yang digunakan REBOILER PARSIAL 1. Komposisi Xn≠Xw≠ yn+1

2. Komposisi Xn,merupakan komposisi rata-rata antara arus W dan Vn+1

𝑥𝑛 = 𝑊𝑋𝑤 + 𝑉𝑛+1𝑦𝑛+1 𝑊 + 𝑉𝑛+1

(11)

Penentuan Kondisi Operasi Puncak Kolom

4. Arus Vn+1 boleh jadi seimbang dengan arus W sehingga

a. Reboiler parsial setara dengan satu tray / plate ideal yang letaknya di luar kolom

b. Korelasi komposisi antara hasil dasar xwdengan uap refluk yn+1 memenuhi persamaan :

𝑦𝑛+1 = K𝑥𝑤

K adalah Konstanta Keseimbangan thermodinamis suatu komponen pada suhu T dan Tekanan P Reboiler

5. Kondisi dasar kolom ditentukan setelah suhu dan tekanan yang membentuk keseimbangan pada reboiler parsial ditentukan terlebih dahulu

(12)

Penting untuk diperhatikan

1. Jika dimungkinkan, operasikan kolom pada tekanan 1 (satu) atmosfer

2. Suhu dan tekanan puncak kolom, harus di bawah suhu dan tekanan kritis masing-masing komponen yang terdapat pada hasil puncak

3. Suhu dan tekanan puncak kolom, lebih rendah dari suhu dan tekanan dasar kolom

4. Kondisi operasi kolom, ditentukan dengan mempertimbangkan utilitas yang ada serta beda suhu yang diizinkan.

5. Pada kondensor parsial, kondisi puncak kolom ditentukan setelah kondisi keseimbangan pada kondensor ditentukan lebih dahulu.

6. Pada reboiler parsial, kondisi dasar kolom ditentukan setelah suhu dan tekanan reboiler parsial dihitung lebih dulu.

(13)
(14)

Algoritma Penentuan Kondisi Operasi Puncak Kolom

1. Tentukan komposisi hasil puncak xD atay yD dan komposisi hasil dasar xW, sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan.

2. Tentukan komposisi uap yi,1

3. Tentukan suhu operasi T1 dengan pertimbangan :

a. Suhu T1 harus di bawah suhu kritis Tc masing-masing komponen yang terdapat dalam hasil puncak.

b. Utilitas yang ada, misalnya air dapat digunakan sebagai pendingin dengan T yang diizinkan antara 6 – 20oC

4. Hitung atau tentukan tekanan operasi P1 dengan pertimbangan :

a. Tekanan P1 harus di bawah tekanan kritis Pc masing-masing komponen yang terdapat pada hasil puncak

(15)

Algoritma Penentuan Kondisi Operasi Puncak Kolom

5. Cek korelasi komposisi uap yi,1 yang seimbang dengan komposisi cairan xi,1 dari hub : yi,1 = Ki,1Xi,1

Harga konstanta keseimbangan Ki dibaca pada Nomogram pada suhu dan Tekanan T1 dan P1

a. Jika Xi,1 = 1, maka benar bahwa T1 dan P1 merupakan kondisi operasi puncak kolom.

b. Jika Xi,1 ≠ 1, maka T1 dan/atau P1 harus diralat dengan pertimbangan bahwa jika dimungkinkan, pertahankan air sebagai pendingin dan hindari penggunaan tekanan vacuum atau tekanan tinggi

(16)

Algoritma Penentuan Kondisi Operasi Dasar Kolom

1. Tentukan komposisi hasil puncak xD dan hasil dasar xW, sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan.

2. Tentukan komposisi cairan xi,n

3. Tentukan suhu operasi Tn dengan pertimbangan : a. Suhu Tn lebih tinggi dari T1

b. Utilitas yang ada, misalnya air (steam) dapat digunakan sebagai pemanas dengan T yang diizinkan antara 10 – 60oC

4. Hitung atau tentukan tekanan operasi Pn dengan pertimbangan : a. Tekanan Pn harus lebih tinggi dari P1

(17)

Algoritma Penentuan Kondisi Operasi Dasar Kolom

5. Cek korelasi komposisi uap xi,n yang seimbang dengan komposisi uap yi,n dari hub : yi,n = Ki,nxi,n

Harga konstanta keseimbangan Ki dibaca pada Nomogram pada suhu dan Tekanan Tn dan Pn

a. Jika yi,n = 1, maka benar bahwa T1 dan P1 merupakan kondisi operasi dasar kolom.

(18)
(19)
(20)

Contoh Soal 1

Menara fraksinasi dirancang untuk memisahkan campuran hidrokarbon yang terdiri dari 50% mol C3H8, 30% mole C3H6 dan 20% mole n-C4H10. Diharapkan hasil puncak dan dasar masing-masing mengandung minimal 98 % mole C3 dan maksimal 1 % mole C3. Hitunglah kondisi operasi puncak dan dasar menara.

Komponen 𝑷𝒊𝒐 (atm) C3H8 17.40 C3H6 20.24 n-C4H10 5.00 Komponen Tc (oC) P c (oC) C3H8 91.4 45.4 C3H6 96.8 42.0

(21)

Tugas 1

Menara Fraksionasi yang bekerja kontinyu pada tekanan 1 atm direncanakan untuk memisahkan 550 lbmol/jam campuran hidrokarbon yang terdiri dari

Diharapkan hasil puncak mengandung minimal 95% mol A dan sisanya B sedangkan hasil bawah maksimal mengandung 5% mol A. Jika diketahui tekanan uap murni B pada berbagai macam suhu. Tentukan kondisi operasi (suhu) puncak dan dasar kolom jika digunakan kondensor dan reboiler total.

Komponen BM % mol  A 32 30 1.75 B 46 20 1.00 C 60 15 0.50 D 74 35 0.20 T (oC) 60 70 80 90 100 PoB (mmHg) 340 540 810 1180 1680

(22)
(23)

Perhitungan Jumlah Tray / Plate Ideal

 Untuk memperoleh produk hasil pemisahan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Jumlah tray / plate ideal yang dibutuhkan dapat dihitung dengan :

1. Cara Grafis (Ponchon-Savarit, Mc Cabe Thiele)

2. Cara “Short-Cut”

3. Cara Analitis

 Dibandingkan dengan cara "short cut", perhitungan jumlah stage ideal menurut cara analitis lebih membertkan ketelitian yang tinggl.

 Distribusi suhu, tekanan, dan komposisi di setiap Tray di setiap seksi di sepanjang kolom dapat diketahui

(24)

Cara “Short-Cut”

 Menggunakan bantuan Grafik korelasi Underwood, Fenske, Girriland

 Pada suatu nilai absis (R-Rmin) / (R+1), jumlah tray / plate ideal yang dibutuhkan (N) dapat dihitung dari nilai ordinat (N-Nmin) / (N + 1).

(25)

Perbandingan Refluk Minimal (R

min

)

Dimana :

Xi = fraksi mol kompenen I yang terdapat dalam distilat i = komponen a, b,.. N

 = Sifat penguapan relatif komponen I terhadap “referensi”  = Konstanta Underwood

(26)

Konstanta Underwood (

)

Dimana :

q = Sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan satu mol umpan dibagi dengan panas laten

(27)

Menghitung q

(28)

Menghitung q

 Jika umpan masuk kolom berupa cairan pada titik didihnya, harga konstanta Underwood 

(29)

Perbandingan Refluk (R)

(30)

Jumlah Stage Minimal (N

min

)

Dalam hubungan ini,

XLK; XHK = Fraksi mol komponen kunci ringan; berat

LK – HK = Sifat pernguapan relative komponen kunci ringan terhadap kunci berat pada suhu rata-rata kolom.

(31)

Penentuan Komponen Kunci

Komponen Kunci adalah Komponen yang terdistribusi baik pada hasil

puncak maupun hasil dasar.

Komponen Kunci Ringan (LK) adalah komponen kunci yang

mempunyai titik didih rendah atau mempunyai tekanan uap murni tinggi, tetapi dia ada dalam hasil dasar W.

Komponen Kunci Berat (HK) adalah komponen kunci yang mempunyai

titik didih tinggi atau tekanan uap murni rendah, tetapi dia terdapat dalam hasil puncak D.

(32)

Penentuan Komponen Kunci

Komponen Umpan Distilat Residu

A xA xA B xB xB C, LK xC xC xC D, HK xD xD xD E xE xE F xF xF

(33)
(34)

Contoh Soal 2

Menara fraksinasi dirancang untuk memisahkan campuran hidrokarbon yang terdiri dari 50% mol C3H8, 30% mole C3H6 dan 20% mole n-C4H10. Diharapkan hasil puncak dan dasar masing-masing mengandung minimal 98 % mole C3 dan maksimal 1 % mole C3. Hitunglah jumlah plate ideal yang dibutuhkan.

(35)

Tugas 2

Menara fraksinasi dirancang untuk memisahkan campuran hidrokarbon yang terdiri dari 45% mol C2H6, 30% mole C2H4 dan 25% mole n-C4H10. Diharapkan hasil puncak dan dasar masing-masing mengandung minimal 95 % mole C2 dan maksimal 2 % mole C2. Hitunglah jumlah plate ideal yang dibutuhkan.

(36)
(37)

Cara Analitis

 Menurut cara analitis, Jumlah tray / plate ideal dapat dihitung dengan bantuan :

1. Persamaan hubungan Neraca bahan

2. Persamaan hubungan Neraca panas

3. Persamaan hubungan Keseimbangan

 Perhitungan dilakukan dari plate satu ke plate yang lain di setiap seksi di Sepanjang kolom

(38)

Neraca pada Plate

Neraca Bahan Total

Ln−1 + Vn+1 = Ln + Vn (1)

Neraca Komponen Pers (1)

Ln−1𝑥𝑛−1 + Vn+1𝑦𝑛+1 = Ln𝑥𝑛 + Vn𝑦𝑛 (2)

Neraca Panas Pers (1)

(39)

Neraca pada Plate

Hubungan Keseimbangan

a. Korelasi komposisi dalam kedua fasa seimbang 𝑦𝑛 = 𝑃𝑜

𝑃𝑡 (𝑥𝑛) atau 𝑦𝑛 =

𝛼𝑥𝑛

1+(𝛼−1)𝑥𝑛 (4)

b. Korelasi Enthalpi – komposisi dalam kedua fasa seimbang

HLn = xnCPA(𝑡𝑛 − 𝑡𝑟) + 1 − 𝑥𝑛 CPB(𝑡𝑛 − 𝑡𝑟) (5) HVn = ynλA + 1 − 𝑦𝑛 λB + HLn (6)

(40)

Neraca pada Plate Umpan

Neraca Bahan Total

F + Lf−1 + Vf+1 = Lf + Vf (7)

Neraca Komponen Pers. (7)

F𝑥𝑓 + Lf−1𝑥𝑓−1 + Vf+1𝑦𝑓+1 = Lf𝑥𝑓 + Vf𝑦𝑓 (8)

Neraca Panas Pers. (7)

FHf + Lf−1HLf−1 + Vf+1HVf+1 = LfHLf + VfHVf (9)

Lf−Lf−1

F = 𝑞 dan 𝑞 =

𝐻𝑉−𝐻𝐹

(41)

Neraca pada Kondensor

Pada Kondensor Total

V1 = Lo + D (11)

y1 = Xo = XD (11)

V1HV1 = LoHL0 + DHD + (−qc) (13) R = L0

(42)

Neraca pada Reboiler

Pada Reboiler Parsial

Ln = VN+1 + W (15) xn = VN+1yN+1+Wxw VN+1+W (16) L1HLN + 𝑞𝑟 = VN+1HVN+1 + WHW (17) 𝑦𝑁+1 = 𝑃𝑜 𝑃𝑡 (𝑥𝑊) atau 𝑦𝑁+1 = 𝛼𝑥𝑊 1+(𝛼−1)𝑥𝑊 (18)

(43)

Neraca di Sekitar Kolom

Neraca Bahan Total

F= D + W (19)

Neraca Komponen Pers. (19)

Fxf = DxD + WxW (20)

Neraca Panas pers.(19)

(44)

ALGORITMA

1. Hitung L0 L0 = R + D 2. Hitung V1 V1 = D(R + 1) 3. Tentukan y1

Pada kondensor total y1 = Xo = XD

4. Gunakan hubungan keseimbangan untuk menentukan x1

𝑦𝑛 = 𝑃𝑜

𝑃𝑡 (𝑥𝑛) atau 𝑦𝑛 =

𝛼𝑥𝑛

(45)

ALGORITMA

5. Tentukan entalpi HL0, HV1, HL1

6. Hitung L1, V2, HV2

7. Asumsikan HV2=HV1

8. Gunakan asumsi (7) untuk menghitung V2 dan L1

9. Hitung y2. Gunakan neraca komponen pada plate ke 1 (satu)

10. Hitung HV2 dari hubungan Entalpi-komposisi pada suatu nilai y=y2

11. Ulangi langkah 7-10 hingga diperoleh HV2 asumsi (7) = HV2 hasil perhitungan (10)

12. Lanjutkan perhitungan untuk stage ke 2 (dua) dan seterusnya hingga plate ke (f)

13. Lanjutkan perhitungan dari plate ke plate lain secara berturutan hingga diperoleh komposisi cairan sama dengan komposisi hasil dasar

(46)

Penyederhanaan Perhitungan

 Jika suatu sistem kesimbangan memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh Mc. Cabe Thiele

 Neraca panas dapat diabaikan.

 Jumlah plate ideal yang dibutuhkan dapat dihitung hanya dengan bantuan

1. Persamaan hubungan Neraca Bahan, yang dikenal sebagai Persamaan

Garis Operasi

(47)
(48)
(49)

Persamaan Hubungan Keseimbangan

Di setiap tray di setiap seksi di sepanjang kolom pada suhu dan tekanan tertentu memenuhi persamaan :

Dimana :

Xi,n= fraksi mol komponen i dalam fasa cair yang keluar dari tray/plate ke n Yi,n= fraksi mol komponen i dalam fase uap yang keluar dari tray / plate ke n

Pn Tn = Pasangan tekanan dan suhu yang membentuk keseimbangan pada tray ke n Ki,n = Konstanta keseimbangan komponen i pada suhu dan tekanan Tn dan Pn

(50)

Algoritma

1. Tentukan komposisi hasil puncak xDdan komposisi hasil dasar xWsesuai spesifikasi yang direncanakan

2. Hitung L, V, L dan V

3. Tentukan persamaan garis operasi atas dan persaman garis operasi bawah

4. Tentukan komposisi uap y1

5. Tentukan suhu dan tekanan yang membentuk keseimbangan pada Tray 1 misalnya T1 dan P1

6. Hitung x1dengan bantuan persamaan y1 = K1x1

7. Hitung y2 dengan bantuan persamaan garis operasi atas 𝑦2 = 𝐿

𝑉 𝑥1 + 𝑥𝐷 𝑅+1

(51)

Algoritma

8. Tentukan suhu dan tekanan T2 dan P2 yang membentuk keseimbangan pada Tray 2

9. Hitung x2 dengan persamaan y2= K2x2

10. Hitung 𝑦3= 𝐿

𝑉 𝑥2 + 𝑥𝐷 𝑅+1

11. Tentukan suhu dan tekanan T3 dan P3 yang membentuk keseimbangan pada Tray 2

12. Hitung x3 dengan persamaan y3= K3x3

13. Ulangi langkah 10 – 12 untuk Tray ke 4, 5 dan seterusnya hingga diperoleh komposisi sama dengan komposisi umpan.

14. Ulangi langkah 10 – 12 untukTray ke (f+1); (f+2) dan seterusnya sampai dengan tray ke N hingga diperoleh komposisi xN = xWdengan

(52)

Contoh 3

Menara fraksionasi yang bekerja pada 1 atm direncanakan untuk memisahkan campuran hidrokarbon yang terdiri 50% mole pentana (A), 30% mole heksana (B) dan 20% mol heptane. Hasil puncak diharapkan maksimal mengandung 0.5 % mole heksana dan hasil dasar mengandung 1% mol pentane. Umpan pada titik didihnya dimasukan menara tepat pada plate yang mempunyai suhu yang sama. Jika dalam operasi tersebut digunakan perbandingan refluk sama dengan 4. Hitung jumlah plate idealnya.

(53)
(54)

Perhitungan Efisiensi Kolom

 Pada keadaan seimbang komposisi ringan dalam fasa uap maksimal dan komposisi ringan dalam fasa cairan minimal.

 Kenyataannya sulit dicapai oleh alat kontak antar fasa jenis apapun

 Komposisi uap sesungguhnya relatif lebih rendah dibandingkan komposisi idealnya jika keseimbangan benar-benar terwujud. Juga sebaliknya untuk komposisi cairannya.

 Jika x* dan y*adalah komposisi cairan dan uap idealnya ketika keseimbangan

benar-benar terwujud kemudian x dan y merupakan komposisi cairan dan uap aktual yang dapat dicapai, maka

y <y*dan x > x*

𝑵

(55)

Efisiensi Murphree

Jika efisien setiap tray di sepanjang kolom tidak sama, Murphree mendefinisakan efisiensi tray sebagai berikut :

Tinjauan fase uap

𝐸𝑀𝑉 = 𝑦𝑛−𝑦𝑛+1

𝑦𝑛∗−𝑦𝑛+1

Tinjauan fase cair

𝐸𝑀𝐿 = 𝑥𝑛−1−𝑥𝑛

(56)

Tinjauan fase uap Tinjauan fase cair

𝐸𝑀𝑉 = 𝐵𝐶

𝐴𝐶 𝐸𝑀𝐿 =

𝑃𝑄 𝑃𝑅

(57)

Contoh Soal 4

Menara Distilasi direncanakan untuk memisahkan 100 kmol/jam campuran A dan B dengan komposisi 50% A hingga diperoleh hasil puncak dan dasar masing-masing dengan kemurnian 90% dan 10%A, sedangkan efisiensi Murphree pada berbagai komposisi ditunjukan pada tabel. Jika sifat penguapan relatif A terhadap B adalah 4 dan pada operasi ini digunakan perbandingan refluk = 2 dan umpan dimasukan pada titik didihnya, hitung jumlah plate aktual yang dibutuhkan.

Xa 0,05 0,20 0,40 0,60 0,80 0,90

(58)

Contoh Soal 5

Menara fraksionasi direncanakan untuk memisahkan campuran a dan b hingga diperoleh hasil puncak dan dasar seperti yang ditunjukan pada tabel 1, sedangkan efisiensi Murphree pada berbagai komposisi ditunjukan pada tabel 2.

Jika sifat penguapan relatif a terhadap b adalah 4 dan pada operasi ini digunakan perbandingan refluk = 1,5; hitung jumlah plate aktual yang dibutuhkan.

Arus bahan Jumlah Komposisi Kondisi

Umpan I 50 lbmol/jam 0,5 Cair jenuh

Umpan II 100 lbmol/jam 0,35 Uap jenuh

Distilat 0,90 Cair jenuh

Residu 0,05 Cair jenuh

Xa 0,05 0,20 0,40 0,60 0,80 0,90

(59)

Penyelesaian

1. Gambar diagram x-y

𝑦0 = 𝛼.𝑥𝑎 1+(𝛼−1)𝑥𝑏 = 4𝑥𝑎 1+3𝑥𝑎 2. Melukis garis “q” F1 = cair jenuh HF1 = HL 𝑞 = 𝐻𝑉−𝐻𝐹1 𝐻𝑉−𝐻𝐿 = 1 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 = 𝑞 𝑞−1 = 1 1−1 = 1 0 = ~

Garis q untuk F1 dapat dilukis dari titik y = x = 0,5 dengan arah tegak luruh ke atas,

(60)

Penyelesaian

F2 = uap jenuh HF1 = HV 𝑞 = 𝐻𝑉−𝐻𝐹1 𝐻𝑉−𝐻𝐿 =0 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 = 𝑞 𝑞−1 = 0 0−1 = 0

garis q untuk F2 dapat dilukis dari titik y = x = 0,35 dengan arah mendatar ke kiri.

(61)

Penyelesaian

3. Melukis persamaan garis operasi Persamaan garis operasi atas

𝑉 = 𝐿 + 𝐷 Neraca komponen 𝑉𝑦 = 𝐿𝑥 + 𝐷𝑥𝐷 Pada plate ke n 𝑦𝑛+1 = 𝐿 𝑉 𝑥𝑛 + 𝐷𝑥𝐷 𝑉

(62)

Penyelesaian

Persamaan garis operasi tengah

𝑉 + 𝐹1 = 𝐿 + 𝐷 𝑉𝑦 + 𝐹1𝑥𝐹1 = 𝐿𝑥 + 𝐷𝑥𝐷 Pada plate ke m 𝑦𝑚+1 = 𝐿 𝑉𝑥𝑚 + 𝐷𝑥𝐷−𝐹1𝑋𝐹1 𝑉

Persamaan garis operasi bawah

𝐿 = 𝑉 + 𝑊 𝐿𝑥 = 𝑉𝑦 + 𝑊𝑥𝑊 Plate N 𝑦𝑁 = 𝐿 𝑉𝑥𝑁 − 𝑊𝑥𝑤 𝑉

(63)

Penyelesaian

4. Menghitung parameter neraca bahan

Neraca bahan total 𝐹1 + 𝐹2 = 𝐷 + 𝑊 50 + 100 = 𝐷 + 𝑊 150 = 𝐷 + 𝑊 (1) Neraca komponen a 𝐹1𝑥𝐹1 + 𝐹2𝑥𝐹2 = 𝐷𝑥𝐷 + 𝑊𝑥𝑊 50 0,5 + 100 0,35 = 𝐷 0,9 + 𝑊 0,05 60 = 𝐷 0,9 + 𝑊 0,05 (2)

Eliminasi (1) dan (2) didapat

(64)

Penyelesaian

L = R. D = 1,5x61,75 = 92,625 lbmol/jam V = L + D = 92,625 + 61,75 = 154,375 lbmol/jam L−L F1 = q = 1 L = F1 + L = 50 + 92,625 = 142,625 lbmol/jam V = V = 154,375 lbmol/jam F2 + V + L = V + L L− L F2 = q = 0 L = L = 142,625lbmol jam V = V − F2 = 54,375 lbmol/jam

(65)

Penyelesaian

5. Melukis garis operasi :

1. Garis operasi atas dapat dilukis dari titik y=x=0,9 dengan :

a. Slope = L/V = 92,625/154,375 = 0,6 atau

b. Intersep = 𝐷 𝑉 𝑥𝐷 = 61,75 154,375 0,9 = 0,36

2. Garis operasi tengah dapat dilukis dari titik potong antara garis operasi atas dengan garis qF1 dengan :

a. Slope = L V = 142,625 154,375 = 0,923 atau

b. Titik potong garis operasi bawah dengan garis qFII c. Intersep = DxD−F1XF1

V =

61,75 0,9 − 50 0,05

154,375 = 0,20

3. Garis operasi bawah dapat dilukis dari titik y=x=0,05 dengan

a. Slope = L V = 142,625 154,375 = 2,63 b. Intersep = Wxw V = − 88,25 54,375 0,05 = −0,081

(66)

Penyelesaian

6. Melukis kurva aktual

𝐸𝑀𝑉 = 𝑦𝑛−𝑦𝑛+1

𝑦𝑛∗−𝑦𝑛+1

Untuk xn= 0,05 EMV = 0,67

Dari titik 0,05 dibuat garis lurus keatas kemudian cari titik potongnya dengan garis operasi dan kurva seimbang, misalkan pada titik A dan C. A (0,05; 0,05) dan C (0,05;0,18). 0,67 = 𝑦𝑛−0,05 0,18−0,05 𝑦𝑛= 0,14 Xa 0,05 0,20 0,40 0,60 0,80 0,90 EMV 0,67 0,67 0,67 0,50 0,50 0,50 𝑦𝑛 0,14 0,46 0,68 0,79 0,89 0,935

(67)
(68)

Korelasi Empiris

 Efisiensi plate dapat dinyatakan sebagai fungsi dari viskositas dan sifat penguapan relatif suatu komponen.

 Korelasi ini hanya menggunakan (1) atau (2) perubah saja sehinggah tidak dapat digunakan untuk sistem yang kompleks.

Terbagi menjadi

1. Korelasi Drickamer dan Bradfort

(69)

1. Korelasi Drickamer dan Bradfort

Pengaruh viskositas terhadap efisiensi kolom telah diteliti oleh Drickamer — Bradfort dan korelasinya dinyatakan oleh persamaan:

𝐄𝐨 = 𝟏𝟕 − 𝟔𝟏. 𝟏 𝐥𝐨𝐠 𝛍𝐚𝐯𝐠

Dimana

Eo = Efisiensi kolom, %

(70)

1. Korelasi Drickamer dan Bradfort

(71)

2. Korelasi O'Connel

O'Connel mempelajari pengaruh viskositas dan sifat penguapan relatif komponen kunci ringan terhadap komponen kunci berat kaitannya dengan efisiensi kolom.

𝐥𝐨𝐠 𝐄𝐨 = 𝟏. 𝟔𝟕 − 𝟎. 𝟐𝟓 𝐥𝐨𝐠 𝛍𝐅𝐚𝐯𝐠𝜶𝒂𝒗𝒈+ 𝟎. 𝟑 𝐥𝐨𝐠 (𝑳𝑴′ 𝑽𝑴′ ) + 𝟎. 𝟎𝟗(𝑺𝒎 + 𝑪 𝟐) Dimana :

Sm = Static Submergence, ft 𝐶 = Tinggi slot, ft

𝐿′𝑀 = Laju alir cairan. Ibmole/jam 𝑉𝑀′ = Laju alir uap, Ibmole/jam

𝛼𝑎𝑣𝑔 = Sifat penguapan relatif Lk – Hk

(72)

2. Korelasi O'Connel

(73)

Contoh Soal 5

Menara fraksinasi dirancang untuk memisahkan campuran hidrokarbon yang terdiri dari 50% mol C3H8, 30% mole C3H6 dan 20% mole n-C4H10. Diharapkan hasil puncak dan dasar masing-masing mengandung minimal 98 % mole C3 dan maksimal 1 % mole C3. Hitunglah efisiensi kolom dan Jumlah plate aktual

Komponen 𝑷𝒊𝒐 (atm) C3H8 17.40 C3H6 20.24 n-C4H10 5.00 Komponen Tc (oC) P c (oC) C3H8 91.4 45.4 C3H6 96.8 42.0

(74)

Penyelesaian

Dari penyelesaian contoh soal 2 diperoleh

1. Distribusi komposisi seimbang pada puncak menara (T=122oF)

2. Distribusi komposisi seimbang pada puncak menara (T=160oF)

Komponen y K x = y/K C3H6 0,98 1,0 0,98 C3H8 0,02 0,9 0,018 Komponen y K x = y/K C3H6 0,01 1,30 0,0130 C3H8 0,70 1,20 0,8400 n-C4H8 0,29 0,45 0,1305

(75)

Penyelesaian

3. Menghitungavg 𝛼𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 = 𝐾C3H6 𝐾C 3H8 = 1,0 0,9 = 1,11 𝛼𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 = 𝐾C3H6 𝐾C 3H8 = 1,3 1,2 = 1,0833 𝛼𝑎𝑣𝑔 = 1,0965

4. Menghitung viscositas pada Tavg

𝑇𝑎𝑣𝑔 = 122+160 2 = 141 𝑜F Komponen, Cp C3H6 0,07 C3H8 0,08 n-C4H8 0,14

(76)

Penyelesaian

Komponen xf C3H6 0,30 C3H8 0,50 n-C4H8 0,20 μavg = 0,30 0,07 + 0,50 0,08 + 0,20 0,14 = 0,089 Cp αavgμavg = 1,0965 x 0,089 = 0,0976

(77)

Penyelesaian

Dengan metode Drickamer dan Bradfort

μavg = 0,089 Cp

Dengan menggunakan Tabel korelasi Drickamer dan Bradfort E0 = 0,8 Naktual = Nideal

E0 = 108

0,8 = 135 buah

Dengan metode O’Connel

αavgμavg = 1,0965 x 0,089 = 0,0976

Dengan menggunakan Tabel korelasi O’Connel didapat E0 = 0,9 Naktual = Nideal

E0 = 108

(78)
(79)
(80)
(81)

Penentuan Diameter Kolom

 Diameter Tray Tower, ditentukan berdasarkan kecepatan linier uap V dibawah kecepatan linier uap maksimal VF dimana banjir atau "flooding" tepat terjadi.

 Banjir atau "Flooding" adalah peristiwa tergenangnya tray oleh cairan yang boleh jadi disebabkan

1. Naiknya kecepatan uap, sementara kecepatan cairannya tetap.

2. Naiknya kecepatan cairan, sementara kecepatan uapnya tetap.

 Flooding, harus dihindari. Sebab tergenangnya tray oleh cairan akan menurunkan efisiensi pemisahaan.

(82)

Penentuan Diameter Kolom

Dalam perancangan, digunakan kecepatan linier uap sebagai berikut :

1. Jika campuran yang akan dipisahkan cenderung mudah membentuk buih, v = 0,75 VF

2. Jika campuran yang akan dipisahkan tidak mudah membentuk buih, v = 0,85 VF Kecepatan linier uap VF dimana banjir tepat terjadi dihitung dengan persamaan:

Dimana :

VF= Kecepatan linier uap dimana banjir terjadi, ft/dt CF = Konstanta yang harganya tergantung pada jenis tray 𝜌𝐿= density cairan Ib/cuft

𝜌𝑉 = density gas lb/cuft

𝑉𝐹 = 𝐶𝐹(𝜌𝐿−𝜌𝑉

(83)

Penentuan Diameter Kolom

Konstanta CF dapat dihitung dengan bantuan persamaan : 1. Bubble Cap Tray

𝐶𝐹 = 𝑎 log 1 𝐿′ 𝑉′ 𝜌𝑉 𝜌𝐿 0.5 + 𝑏 𝜎 20 0.2

2. Perforated / Sieve Tray

𝐶𝐹 = 𝑎 log 1 𝐿′ 𝑉′ 𝜌𝑉 𝜌𝐿 0.5 + 𝑏 𝜎 20 0.2 5𝐴ℎ 𝐴𝑎 + 0.5

(84)

Penentuan Diameter Kolom

Dimana

L’, V= Kecepatan massa cairan ; gas, lb/jam, ft2

 = Tegangan permukaan cairan, lb/ft

a ; b = Konstanta yang harganya tergantung pada jenis tray dan rentang batas harga 𝐿′ 𝑉′ 𝜌𝑉 𝜌𝐿 0.5

Ah = Luas lobang per tray Aa = Luasan aktif

(85)
(86)

Penentuan Diameter Kolom

Diameter kolom, ft Tray Spacing, in

Kurang dari 4 ft 18 - 20

4 - 10 24

10 - 12 30

(87)

Penentuan Diameter Kolom

Secara grafis, kecepatan linier uap maksimal dimana banjir tepat terjadi dapat diperkirakan dengan menggunakan korelasi Fair's

Korelasi ini, penggunaannya terbatas pada suatu sistem 1. Tegangan permukaannya 20 Dyne/cm

Untuk sistem dengan tegangan permukaan lain, maka harga parameter Csb, perlu dikoreksi dengan :

Csb / (Csb)=20 = (/20)0,2

2. Perbandingan luas lobang tiap luasan aktif = 0,10.

Untuk harga luas lobang tiap luasan aktif 0,08 dan 0,06 maka harga Csb perlu dikalikan dengan 0,90 dan 0,80.

(88)

Penentuan Diameter Kolom

(89)

Penentuan Diameter Kolom

Pada suatu nilai absis (L/V) (v/L)0.5tertentu, maka harga ordinat Csb dapat dibaca pada berbagai tray — spacing , t. Dari harga Csb, maka kecepatan linier uap dimana-flooding terjadi dapat dihitung.

𝑣

𝐹

=

𝐶𝑠𝑏

(𝜌𝑣 𝜌𝐿−𝜌𝑣)0.5

Diameter kolom D dapat dihitung dengan persamaan

𝐴 = 𝑄

𝑣 𝐷 =

4𝑄 𝜋𝑣 Dimana

Q = Kecepatan volume uap, ft3/dt

(90)

Contoh Soal 6

Tray Tower yang bekerja pada tekanan 1 atm direncanakan untuk memisahkan campuran 60% mol benzene dan 40% mol Toluene. Diharapkan hasil puncak dan dasar masing-masing mengandung 95% dan 5% mol benzene. Jika umpan dimasukkan pada titik didihnya dengan kecepatan 13.100 lb/jam. Hitunglah diameter jika tray yang dipakai adalah jenis sieve tray dimana luas downcomer adalah 12% dari luas penampang menara.

Data :

 Densitas cairan rata-rata = 43,3 lb/ft3

 Densitas uap pada puncak dan dasar menara : 0,168 dan 0, 182 lb/ft3

 Viskositas cairan rata-rata = 0,32 cp  Perbandingan refluk = 4

(91)

0,43

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, disamping patuh dan taat kepada tata tertib/peraturan kepegawaian yang ada, seorang ,aparat pemerintah seharusnya memiliki kepribadian yang baik antara lain patuh

Penelitian Pengungkapan CSR ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Kinerja Lingkungan (Permana dan Raharja, 2012; Khadifa dan Chariri, 2014; Astuti

Kata “bersama-sama” atau kata “dan kawan-kawan (dkk)” dalam setiap dokumen hukum baik pada tahapan pra-adjudikasi maupun pada tahapan adjudikasi, merupakan representasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dapat disimpulkan bahwa, faktor yang menyebabkan

Pengembangan olein dan stearin sebagai bahan baku biodiesel dari minyak kelapa sawit dengan kombinasi kenaikan pajak ekspor minyak kelapa sawit dapat meningkatkan produksi

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data, mencari informasi serta menambah literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian

Model konseptual untuk simulasi numerik penurunan muka air tanah akibat pemompaan disesuaikan dengan model fisik yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.. Tipe

Perceived Quality adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh konsumen