• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pada Maret 2016 terjadi deflasi sebesar -0,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 122,41. Dari 82 kota IHK, tercatat 58 kota mengalami inflasi, sedangkan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bukit Tinggi 1,18 persen dengan IHK 123,05 dan terendah terjadi di Singkawang 0,02 persen dengan IHK 122,89. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan -1,22 persen dengan IHK 127,63 dan terendah terjadi di Mamuju -0,02 persen dengan IHK 122,23.

 Deflasi nterjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran yakni : kelompok bahan makanan -0,56 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau -0,14 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga -0,10 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan harga yakni kelompok kesehatan 0,64 persen; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,49 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,18 persen; serta kelompok sandang 0,04 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender Maret 2016 sebesar 0,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2016 terhadap Maret 2015) sebesar 5,53 persen.

No. 18/04/91 Th. X, 01 April 2016

P

ERKEMBANGAN

I

NDEKS

H

ARGA

K

ONSUMEN

/I

NFLASI

P

ROVINSI

P

APUA

B

ARAT

BULAN MARET 2016, DI PROVINSI PAPUA BARAT TERJADI DEFLASI SEBESAR -0.07

PERSEN DENGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) SEBESAR 122.41

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Mulai Januari 2014, pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan IHK tahun dasar 2012=100. Ada beberapa perubahan yang mendasar dalam penghitungan IHK baru (2012=100) dibandingkan IHK lama (2007=100), khususnya mengenai cakupan kota, paket komoditas, dan diagram timbang. Perubahan tersebut didasarkan pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan salah satu bahan dasar utama dalam penghitungan IHK. Hasil SBH 2012 sekaligus mencerminkan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan dengan hasil SBH sebelumnya.

SBH 2012 dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar lainnya. Dari 82 kota tersebut, 66 kota merupakan cakupan kota SBH lama dan 16 merupakan kota baru. Survei ini hanya dilakukan

BADAN PUSAT STATISTIK

(2)

di daerah perkotaan (urban area) dengan total sampel sebanyak 13.608 Blok Sensus dan total sampel rumahtangga sebanyak 136.080. SBH 2012 dilaksanakan secara triwulanan selama tahun 2012 sehingga setiap triwulan terdapat 34.020 sampel rumahtangga.

Paket komoditas Provinsi Papua Barat hasil SBH 2012 di bentuk dari 2 kota SBH yakni Manokwari dan Kota Sorong. Di Kota Manokwari terpilih 343 komoditas dimana 137 merupakan komoditas makanan, dan 206 merupakan komoditas non makanan. Sedangkan di Kota Sorong terpilih 319 komoditas dimana 135 merupakan komoditas makanan, dan 184 merupakan komoditas non makanan.

Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Maret 2016, secara umum menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS, dengan menggunakan penghitungan dan tahun dasar (2012 = 100), di Provinsi Papua Barat pada bulan Maret 2016 terjadi deflasi sebesar -0,07 persen, atau terjadi penurunan IHK dari 122,50 pada bulan Februari 2016 menjadi 122,41 pada bulan Maret 2016. Tingkat inflasi tahun kalender Maret 2016 sebesar 0,90 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2016 terhadap Maret 2015) sebesar 5,53 persen.

Deflasi di Provinsi Papua Barat terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran yakni : kelompok bahan makanan -0,56 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau -0,14 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga -0,10 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan harga yakni kelompok kesehatan 0,64 persen; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,49 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,18 persen; serta kelompok sandang 0,04 persen.

Deflasi yang terjadi di Provinsi Papua Barat dipengaruhi oleh penurunan indeks yang signifikan pada beberapa sub kelompok, yaitu: sub kelompok daging dan hasil-hasilnya -3,71 persen; sub kelompok sayur-sayuran -2,39 persen; sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya -1,13 persen; sub kelompok ikan diawetkan -0,62 persen; serta sub kelompok ikan segar -0,50 persen. Sedangkan beberapa sub kelompok yang mengalami inflasi yaitu: sub kelompok bumbu-bumbuan 7,24 persen; sub kelompok jasa kesehatan 1,36 persen; sub kelompok obat-obatan 1,01 persen; sub kelompok kacang-kacangan 0,98 persen; serta sub kelompok transpor 0,65 persen.

(3)

Tabel 1

IHK dan Tingkat Inflasi Gabungan Provinsi Papua Barat Maret 2016, Tahun Kalender 2016, Dan Tahun ke Tahun Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100)

IHK IHK IHK Inflasi Laju Inflasi Inflasi Desember 2015 Maret 2015 Maret 2016 Maret 2016 *) Tahun Kalender Tahun Ke Tahun 2016 **) 2016 ***) [2] [3] [4] [5] [6] [7] U m u m 121,33 116,00 122,41 -0,07 0,90 5,53 1 Bahan Makanan 128,60 119,14 131,20 -0,56 2,03 10,12

2 Makanan Jadi, minuman, Rokok dan Tembakau

129,47 120,95 129,76 -0,14 0,23 7,28

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan bakar

117,05 115,08 117,35 0,18 0,26 1,97

4 Sandang 103,93 101,61 104,20 0,04 0,26 2,55

5 Kesehatan 117,52 114,02 120,35 0,64 2,41 5,55

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga 102,75 109,14 102,94 -0,10 0,19 -5,68 7 Transpor dan Komunikasi dan Jasa

Keuangan

119,41 114,94 119,18 0,49 -0,19 3,69

Kelompok Pengeluaran

[1]

Catatan : Angka diatas merupakan pembulatan

*) Persentase perubahan IHK bulan Maret 2016 terhadap IHK bulan sebelumnya. **) Persentase perubahan IHK bulan Maret 2016 terhadap IHK bulan Desember 2015. ***) Persentase perubahan IHK bulan Maret 2016 terhadap IHK bulan Maret 2015.

(4)

URAIAN MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

1.

Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada bulan Maret 2016 mengalami deflasi sebesar -0,56 persen atau terjadi penurunan indeks dari 131,94 pada bulan Februari 2016 menjadi 131,20 pada bulan Maret 2016.

Dari sebelas sub kelompok yang ada dalam kelompok bahan makanan, tujuh sub kelompok mengalami deflasi, sedangkan empat sub kelompok lainnya mengalami inflasi. Deflasi terbesar terjadi pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya -3,71 persen; dan deflasi terkecil terjadi pada sub kelompok lemak dan minyak -0,30 persen. Inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan 7,24 persen; dan inflasi terkecil terjadi pada sub kelompok buah-buahan 0,28 persen.

2.

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada bulan Maret 2016 mengalami deflasi sebesar -0,14 persen atau terjadi penurunan indeks dari 129,94 pada bulan Februari 2016 menjadi 129,76 pada bulan Maret 2016.

Dari tiga sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, semua sub kelompok mengalami deflasi. Deflasi terbesar terjadi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol -0,47 persen; sedangkan deflasi terkecil terjadi pada sub kelompok makanan jadi -0,002 persen.

3.

Perumahan, Air, Lisrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada bulan Maret 2016 mengalami inflasi sebesar 0,18 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 117,14 pada bulan Februari 2016 menjadi 117,35 pada bulan Maret 2016.

Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, semua sub kelompok mengalami inflasi. Inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok bahan bakar, penenrangan, dan air 0,55 persen; sedangkan inflasi terkecil terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal 0,03 persen.

4.

S a n d a n g

Kelompok sandang pada bulan Maret 2016 mengalami inflasi sebesar 0,04 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 104,16 pada bulan Februari 2016 menjadi 104,20 pada bulan Maret 2016.

Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, semua sub kelompok mengalami inflasi. Inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok sandang laki-laki 0,06 persen, dan inflasi terkecil terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya 0,01 persen.

5.

K e s e h a t a n

Kelompok kesehatan pada bulan Maret 2016 mengalami inflasi sebesar 0,64 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 119,58 pada bulan Februari 2016 menjadi 120,35 pada bulan Maret 2016.

(5)

Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, semua sub kelompok mengalami inflasi. Sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok jasa kesehatan 1,36 persen, dan inflasi terkecil terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika 0,01 persen.

6.

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada bulan Maret 2016 mengalami deflasi sebesar -0,10 persen atau terjadi penurunan indeks dari 103,05 pada bulan Februari 2016 menjadi 102,94 pada bulan Maret 2016.

Dari lima sub kelompok yang ada dalam kelompok ini; dua sub kelompok mengalami deflasi; dua sub kelompok mengalami inflasi; sedangkan satu sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Deflasi terbesar terjadi pada sub kelompok rekreasi -0,34 persen, sedangkan deflasi terkecil terjadi pada sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan -0,10 persen. Inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok kursus-kursus/pelatihan 0,51 persen, sedangkan inflasi terkecil terjadi pada sub kelompok olahraga 0,01 persen.

7.

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada bulan Maret 2016 mengalami inflasi sebesar 0,49 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 118,60 pada pada bulan Februari 2016 menjadi 119,18 pada bulan Maret 2016.

Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini; dua sub kelompok mengalami inflasi; sedangkan dua sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Sub kelompok yang mengalami inflasi terbesar adalah sub kelompok transpor 0,65 persen, sedangkan inflasi terkecil terjadi pada sub kelompok sarana dan penunjang transpor 0,22 persen.

(6)

Tabel 2

IHK dan Tingkat Inflasi Gabungan Provinsi Papua Barat Maret 2016, Tahun Kalender 2016, Dan Tahun ke Tahun Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Pengeluaran (2012=100)

IHK IHK IHK Inflasi bulan

Laju Inflasi Inflasi Desember 2015 Maret 2015 Maret 2016 Maret 2016 *) Tahun Kalender Tahun Ke Tahun 2016 **) 2016 ***) [2] [3] [4] [5] [6] [7] U M U M 121,33 116,00 122,41 -0,07 0,90 5,53 I. BAHAN MAKANAN 128,60 119,14 131,20 -0,56 2,03 10,12 Padi-padian, Umbi-Umbian dan Hasilnya 114,97 111,04 115,24 -0,30 0,23 3,78

Daging dan Hasil-hasilnya 127,74 113,39 130,12 -3,71 1,87 14,75

Ikan Segar 139,43 134,25 145,93 -0,50 4,66 8,70

Ikan Diawetkan 126,97 127,38 127,66 -0,62 0,54 0,22

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 128,38 120,90 129,07 -1,13 0,54 6,76

Sayur-sayuran 131,17 109,74 126,71 -2,39 -3,40 15,46

Kacang-kacangan 129,33 126,11 130,87 0,98 1,19 3,77

Buah-buahan 122,75 117,46 126,57 0,28 3,11 7,75

Bumbu-bumbuan 143,34 123,49 158,19 7,24 10,36 28,09

Lemak dan Minyak 120,18 120,49 119,91 -0,30 -0,22 -0,48

Bahan Makanan Lainnya 112,01 108,10 112,69 0,39 0,60 4,25 II. MAKANAN JADI, MINUMAN

ROKOK & TEMBAKAU

129,47 120,95 129,76 -0,14 0,23 7,28

Makanan Jadi 127,29 123,22 127,33 0,00 0,03 3,33

Minuman yang Tidak Beralkohol 117,85 111,22 120,70 -0,03 2,42 8,53

Tembakau dan Minuman Beralkohol 146,40 127,18 144,32 -0,47 -1,42 13,48 III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS

& BAHAN BAKAR

117,05 115,08 117,35 0,18 0,26 1,97

Biaya Tempat Tinggal 108,92 107,56 109,15 0,03 0,21 1,48

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 142,11 138,08 142,40 0,55 0,20 3,13

Perlengkapan Rumahtangga 114,63 113,60 114,95 0,13 0,28 1,19 Penyelenggaraan Rumahtangga 114,66 112,77 115,59 0,06 0,81 2,50 IV. SANDANG 103,93 101,61 104,20 0,04 0,26 2,55 Sandang Laki-laki 101,99 99,10 102,15 0,06 0,15 3,08 Sandang Wanita 106,25 103,71 106,74 0,05 0,46 2,92 Sandang Anak-anak 103,25 101,12 103,35 0,03 0,10 2,21

Barang Pribadi dan Sandang Lain 105,62 104,39 106,08 0,01 0,44 1,62

V. KESEHATAN 117,52 114,02 120,35 0,64 2,41 5,55

Jasa Kesehatan 121,39 118,89 126,36 1,36 4,10 6,28

Obat-obatan 114,89 113,83 117,39 1,01 2,18 3,13

Jasa Perawatan Jasmani 118,12 117,63 119,00 0,05 0,75 1,16

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 117,24 111,72 119,41 0,01 1,85 6,89

Kelompok Pengeluaran

[1]

Catatan : Angka diatas merupakan pembulatan

*) Persentase perubahan IHK bulan Maret 2016 terhadap IHK bulan sebelumnya. **) Persentase perubahan IHK bulan Maret 2016 terhadap IHK bulan Desember 2015. ***) Persentase perubahan IHK bulan Maret 2016 terhadap IHK bulan Maret 2015.

(7)

Tabel 2 (Lanjutan)

IHK dan Tingkat Inflasi Gabungan Provinsi Papua Barat Maret 2016, Tahun Kalender 2016, Dan Tahun ke Tahun Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Pengeluaran (2012=100)

IHK IHK IHK Inflasi Laju Inflasi Laju Inflasi Desember 2015 Maret 2015 Maret 2016 Maret 2016 *) Tahun Kalender Tahun Ke Tahun 2016 **) 2016 ***) [2] [3] [4] [5] [6] [7]

VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 102,75 109,14 102,94 -0,10 0,19 -5,68 Jasa Pendidikan 96,24 109,02 96,24 0,00 0,00 -11,72 Kursus-kursus/Pelatihan 110,82 110,15 111,39 0,51 0,51 1,12 Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 106,61 104,59 108,23 -0,10 1,52 3,48 Rekreasi 113,07 111,51 112,86 -0,34 -0,18 1,21 Olahraga 103,01 103,46 103,27 0,01 0,25 -0,19

VII. TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN

119,41 114,94 119,18 0,49 -0,19 3,69

Transpor 127,94 121,26 127,50 0,65 -0,35 5,14 Komunikasi dan Pengiriman 100,43 100,40 100,43 0,00 0,00 0,03 Sarana dan Penunjang Transpor 103,34 102,52 103,67 0,22 0,32 1,12 Jasa Keuangan 121,87 121,87 124,13 0,00 1,85 1,85

Kelompok Pengeluaran

[1]

Catatan : Angka diatas merupakan pembulatan

*) Persentase perubahan IHK bulan Maret 2016 terhadap IHK bulan sebelumnya. **) Persentase perubahan IHK bulan Maret 2016 terhadap IHK bulan Desember 2015. ***) Persentase perubahan IHK bulan Maret 2016 terhadap IHK bulan Maret 2015.

PERBANDINGAN ANTAR KOTA

Pada Maret 2016, Papua Barat mengalami deflasi sebesar -0,07 persen dengan IHK sebesar 122,41. Dari 82 kota IHK, tercatat 58 kota mengalami inflasi, dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bukit Tinggi 1,18 persen dengan IHK 123,05 dan terendah terjadi di Singkawang 0,02 persen dengan IHK 122,89. Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan -1,22 persen dengan IHK 127,63 dan terendah terjadi di Mamuju -0,02 persen dengan IHK 122,23.

Perbandingan Antar Kota di SULAMPUA

Kota-kota IHK di wilayah Sulampua yang berjumlah 18 kota, pada Maret 2016 tercatat bahwa 10 kota mengalami inflasi, dan 8 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual 0,82 persen dengan IHK 135,79 dan terendah terjadi di Watampone 0,04 persen dengan IHK 118,27. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Parepare -0,90 persen dengan IHK 119,77 dan terendah terjadi di Mamuju -0,02 persen dengan IHK 122,23 (lihat Tabel 3).

(8)

Tabel 3

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Maret 2016 Kota-Kota di Sulampua (2012 = 100)

No Kota Bulan Maret 2016

IHK Inflasi Peringkat

1 MANADO 123,92 -0,03 60 2 PALU 124,42 0,38 17 3 BULUKUMBA 127,18 -0,31 74 4 WATAMPONE 118,27 0,04 52 5 MAKASSAR 124,40 0,17 35 6 PAREPARE 119,77 -0,90 81 7 PALOPO 121,60 0,25 29 8 KENDARI 120,18 0,23 30 9 BAU BAU 126,94 -0,04 61 10 GORONTALO 120,50 0,15 37 11 MAMUJU 122,23 -0,02 59 12 AMBON 121,97 -0,36 77 13 TUAL 135,79 0,82 3 14 TERNATE 127,64 0,28 24 15 MANOKWARI 116,09 0,13 41 16 SORONG 124,52 -0,14 68 17 MERAUKE 128,07 -0,41 78 18 JAYAPURA 125,08 0,30 21 Grafik 1

Grafik Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Maret 2016 Kota-Kota di Sulampua (2012 = 100) -1,00 -0,80 -0,60 -0,40 -0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80

1,00

Perbandingan Inflasi di Wilayah SULAMPUA

(9)

Tabel 4

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Maret 2016 Kota-Kota di Luar Sulampua (2012 = 100)

No Kota Bulan Maret 2016

IHK Inflasi Peringkat

1 MEULABOH 122,18 -0,07 65 2 BANDA ACEH 116,73 -0,26 72 3 LHOKSEUMAWE 118,26 -0,19 71 4 SIBOLGA 126,56 0,75 5 5 PEMATANG SIANTAR 127,04 0,66 6 6 MEDAN 127,42 0,88 2 7 PADANG SIDEMPUAN 121,51 0,54 10 8 PADANG 128,91 0,55 8 9 BUKIT TINGGI 123,05 1,18 1 10 TEMBILAHAN 127,48 0,27 25 11 PEKAN BARU 123,16 0,54 10 12 DUMAI 124,23 0,23 30 13 BUNGO 121,38 -0,31 74 14 JAMBI 122,79 0,26 26 15 PALEMBANG 121,05 0,22 32 16 LUBUK LINGGAU 121,28 0,58 7 17 BENGKULU 129,19 0,04 52 18 BANDAR LAMPUNG 124,20 0,49 13 19 METRO 131,84 0,13 41 20 TANJUNG PANDAN 127,63 -1,22 82 21 PANGKAL PINANG 125,74 0,26 26 22 BATAM 122,93 0,26 26 23 TANJUNG PINANG 124,20 0,29 22 24 JAKARTA 123,75 0,15 37 25 BOGOR 122,98 0,20 33 26 SUKABUMI 122,62 -0,16 70 27 BANDUNG 122,42 0,20 33 28 CIREBON 119,28 0,05 51 29 BEKASI 120,68 0,15 37 30 DEPOK 121,94 0,35 19 31 TASIKMALAYA 122,01 0,13 41 32 CILACAP 125,32 0,11 44 33 PURWOKERTO 121,31 0,55 8 34 KUDUS 129,16 0,51 12 35 SURAKARTA 120,82 0,42 15 36 SEMARANG 122,35 0,39 16 37 TEGAL 120,13 0,32 20 38 YOGYAKARTA 121,00 0,02 55 39 JEMBER 120,99 0,07 48 40 BANYUWANGI 121,19 0,03 54 41 SUMENEP 120,80 -0,27 73 42 KEDIRI 121,27 0,09 45 43 MALANG 123,69 0,02 55

(10)

Tabel 4 (Lanjutan)

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Maret 2016 Kota-Kota di Luar Sulampua (2012 = 100)

No Kota Bulan Maret 2016

IHK Inflasi Peringkat

44 PROBOLINGGO 121,54 -0,08 66 45 MADIUN 120,77 0,08 47 46 SURABAYA 122,67 0,06 49 47 TANGGERANG 131,06 0,02 55 48 CILEGON 126,94 0,38 17 49 SERANG 130,13 0,29 22 50 SINGARAJA 131,22 0,81 4 51 DENPASAR 120,32 0,06 49 52 MATARAM 122,43 -0,05 64 53 BIMA 127,14 -0,14 68 54 MAUMERE 117,50 -0,77 80 55 KUPANG 125,64 -0,76 79 56 PONTIANAK 130,56 -0,08 66 57 SINGKAWANG 122,89 0,02 55 58 SAMPIT 123,84 -0,34 76 59 PALANGKA RAYA 120,69 -0,04 61 60 TANJUNG 124,37 0,17 35 61 BANJARMASIN 122,79 0,14 40 62 BALIKPAPAN 126,67 -0,04 61 63 SAMARINDA 126,54 0,44 14 64 TARAKAN 132,39 0,09 45 Grafik 2

Grafik Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Maret 2016 Kota-Kota di Luar Sulampua (2012 = 100)

-1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 ME U LA B OH LH OKS EU MA W E P EMA TA N G SI A N TA R P A D A N G SI D EMP U A N B U K IT TI N G G I P EK A N B A R U B U N G O P A LE MB A N G B EN G K U LU ME TR O P A N G K A L P IN A N G TA N JU N G P IN A N G B OG OR B A N D U N G B EK A SI TA SI K M A LA Y A P U R W OKE R TO SU R A KA R TA TE G A L JE MB ER SUME N EP MA LA N G MA D IU N TA N G G ER A N G SE R A N G D EN P A SA R B IMA KU P A N G SI N G K A W A N G P A LA N G K A R A Y A B A N JA R MA SI N SA M A R IN D A

Perbandingan Inflasi di Luar Wilayah SULAMPUA

(11)

Diterbitkan oleh :

Bidang Statistik Distribusi

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Jalan Trikora – Sowi IV, Manokwari 98315.

Telp. (0986) 2702414, Fax. (0986) 213038

Contact Person :

Hendra Wijaya, S.ST, M.Si (081344441704)

Leonardo A Simamora, S.ST (081370556151)

Gambar

Grafik Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Maret 2016  Kota-Kota di Sulampua (2012 = 100)  -1,00-0,80-0,60-0,40-0,200,000,200,400,600,80
Grafik Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Maret 2016  Kota-Kota di Luar Sulampua (2012 = 100)

Referensi

Dokumen terkait

Maluku Tenggara Barat 13210456910222 ESTER RESIMANUK SMP NEGERI 1 WERMAKTIAN Seni Musik Non Klasik 5 SENI MUSIK MENGULANG KE-2 OBJEKTIF.

Dalam hal pengadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani ada dua hal yaitu dengan membeli atau dengan membuat. Jika membeli maka perlu persyaratan-persyaratan tertentu,

  Bulan  Januari  –  Mei  merupakan  periode  pelayanan  yang  padat  bagi  Langham  Indonesia.  Pelatihan  Tahap  I  diadakan  di  Lampung,  Cianjur, 

Setiap posisi tersebut akan dikaitkan dengan sebuah nilai yang disebut nilai objektif atau nilai fitness yang dihitung berdasarkan fungsi objektif dari masalah optimasi

Dimensi lain yang penting dalam makna adalah basicness karena beberapa makna mempunyai makna yang lebih mendasar daripada yang lain. Dalam kehidupan sehari-hari

APLIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 UNTUK MENGANALISIS KINERJA PABRIK TIANG PANCANG (Studi Kasus PT. Wijaya Karya Beton Jl. Raya Boyolali-Solo Km.4,5, Boyolali)..

Semakin lama waktu temper yang diberikan maka martensit temper yang terbentuk akibat proses temper akan semakin banyak pula sedangkan martensit hasil quench makin sedikit, hal

Pada saat erupsi berlangsung, air masuk ke kawah yang sedang erupsi dan menjadikan erupsi yang efusif, menjadi eksplosif seperti tipe Strombolian, hal ini dikarenakan