REVIEW ARTICLE
EFFECTIVENESS OF ACUPRESSURE AS A COMPLEMENTARY THERAPY FOR ENHANCING THE SLEEP QUALITY OF INSOMNIACS
Yudi Abdul Majid1, Sari Fatimah2
1. STIKES Muhammadiyah Palembang. Jln. A. Yani 13 Ulu Palembang (Komplek RSMP dan UMP Palembang) 30252, email yudi_majid@yahoo.co.id
2. Study Program of Nursing Magister, Faculty of Nursing Science, Padjadjaran University of Bandung
Abstract
Background. Insomnia is a sleep disorder the prevalence of which is considerably high in the world. It causes a decrease in the sufferer’s sleep quality. The decreased quality of sleep negatively affects the status of health, capability of activity performance, and quality of life. Insomnia management could be made by either pharmacological or non-pharmacological ways. However, some concerns about the side effects of consuming drugs that insomniacs express make complementary therapies an alternative for a therapy option. As a cheaper, easier, and safer complementary therapy because it has no side effect, acupressure may be used as one of the therapies for enhancing insomniacs’ sleep quality. Purpose: To evaluate the effectiveness of acupressure therapy on insomniacs’ sleep quality. Method. This Review Article included the results of some researchers published in database proquest, ebscho, pubmed, cochrane dan scholar google. There were 16 research results included in this Review
Article. Results. Acupressure is a traditional Chinese medicine technique applying an acupuncture points massage (acupoint). Acupressure is a complementary therapy that is effective in enhancing insomniacs’ sleep quality. The research results in this Review Article showed some significant differences in the scores of sleep quality as seen from Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI) in general and the subcomponents of sleep quality that consist of:
subjective sleep quality, sleep latency, sleep duration, sleep efficiency, sleep disorder, and day sleep dysfunction after being treated with an acupressure therapy. Conclusion.
Acupressure was effective in enhancing the sleep quality of the sufferers of both primary and secondary insomnia.
Pendahuluan
Insomnia merupakan gangguan
tidur yang paling banyak diderita
penduduk dunia, dengan prevalensi 40% pada usia dewasa dan 40 % diderita usia
remaja,7 yang membuat penderitanya
kesulitan dalam mencapai kualitas dan
kuantitas tidur yang efektif.11
Menurut Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders fourth edition
(DSM-IV) insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang buruk selama satu bulan atau lebih. Diagnosis insomnia ditegakkan jika keluhan tersebut yang berlangsung
satu bulan atau lebih.1
Menurunnya kualitas tidur pada penderita insomnia ini disebabkan oleh meningkatnya latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur, sering terbangun lebih awal
dan kesulitan untuk kembali tidur.9,16
Dampak buruk dari penurunan kualitas tidur ini dapat menyebabkan kerentanan
terhadap penyakit, stres, konfusi,
disorientasi, gangguan mood, kurang fresh, menurunnya kemampuan berkonsentrasi,
kemampuan membuat keputusan,17
dampak lanjutnya dapat menurunkan
kemandirian seseorang melakukan
aktivitas sehari-hari yang nantinya akan berujung pada penurunan kualitas hidup
seseorang.12
Penatalaksanaan insomnia dapat secara farmakologis dan non farmakologis.
Secra farmakologis dengan memberikan obat dari golongan sedatif-hipnotik seperti
benzodiazepin. Terapi farmakologis memiliki efek yang cepat, akan tetapi jika diberikan dalam jangka panjang dapat
menimbulkan efek berbahaya bagi
kesehatan. Penggunaan obat tidur secara terus menerus dalam waktu yang lama
dapat menimbulkan efek toksisitas,
habituasi, ketergantungan, gangguan,
psikologis, kognitif dan psikomotor,
menyebabkan rasa kantuk atau cemas pada siang hari serta dapat terjadi gangguan
tidur iatrogenik.23
Terapi non farmakologis untuk insomnia yang efektif, mudah, murah dan tidak menimbulkan efek samping salah
satunya adalah dengan akupresur.13
Akupresur adalah cara pengobatan yang berasal dari Cina, yang biasa disebut dengan pijat akupunktur yaitu metode
pemijatan pada titik-titik akupunktur
(acupoint) ditubuh manusia tanpa
menggunakan jarum.22
Menstimulasi dengan cara
pemijatan dan penekanan (akupresur) pada titik-titik akupunktur akan berpengaruh pada perubahan fisiologi, mental dan emosional seseorang, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai upaya dalam
meningkatkan kualitas tidur pada penderita insomnia.8,22
Metode
Review article ini memasukan hasil
penelitian yang dipublikasi dalam database
proquest, ebscho, pubmed, cochrane
dengan memasukan kata kunci akupresur, insomnia dan kualitas tidur dan pencarian manual melalui scholar google yang membahas tentang pengaruh akupresur terhadap kualitas tidur penderita insomnia. Didapatkan 16 penelitian yang menjadi referensi dalam review article ini. Fokus ulasan adalah efektifitas akupresur untuk penanganan insomnia primer dan sekunder.
Hasil
Akupresur Pada Insomnia Primer
Insomnia primer adalah kesulitan dalam memulai, mempertahankan tidur yang berlangsung selama minimal satu
bulan yang menyebabkan distres,
gangguan sosial, pekerjaan atau peran penting lainya. Permasalahan tersebut tidak berhubungan dengan penyakit, gangguan mental, obat-obatan atau penyalahgunaan zat.1
Berikut ini beberapa hasil
penelitian yang melihat efektifitas
akupresur sebagai upaya penanganan insomnia primer. Penelitian Nordio & Romanelli pada tahun 2008 di Italia yang
meneliti efektivitas seperangkat alat
akupresur “H7-Insomnia Control” yang dipasang pada titik HT 7 (titik dipergelangan tangan sejajar dengan jari
kelingking) selama 20 malam. Hasil yang
didapatkan bahwa perangsangan dengan alat tersebut efektif memperbaiki kualitas tidur dan mengurangi tingkat kecemasan pada penderita insomnia. Kesimpulan dari penelitian disampaikan bahwa akupresur dapat dijadikan terapi non farmakologis yang efektif dalam peningkatan kualitas
tidur pada penderita insomnia.16
Hasil penelitian tersebut sejalan
dengan Penelitian Carotenuto yang
menyatakan bahwa akupresur titik HT 7 pada remaja yang mengalami insomnia,
secara signifikan dapat menurunkan
latency tidur, frekuensi terbangun dan juga penurunan tahap dua dari tidur. Selain itu akupresur juga efektif meningkatkan durasi tidur, efisiensi tidur dan representasi tidur
gelombang lambat.3
Penelitian randomized controlled
trial dengan hasil yang sama oleh Reza,
Kian, Masood di Iran pada 90 lansia yang tinggal dipanti yang mengalami insomnia. Hasil yang didapatkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok akupresur dan kelompok kontrol dalam kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur dan gangguan tidur. Data log
sleep menunjukkan penurunan yang signifikan pada kebiasaan bangun di malam hari pada kelompok akupresur
dibandingkan dengan dua kelompok
Penelitian lain oleh Chen, Lin, Wu dan Lin tahun 2012 yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas akupresur dalam meningkatkan kualitas tidur lansia dan
untuk mengidentifikasi terapi non
farmakologi yang efektif pada lansia yang mengalami gangguan tidur. Hasil yang
didapatkan terdapat perbedaan yang
segnifikan dari kualitas tidur secara subyektif, latency, durasi dan efisiensi
serta terjadi pengurangan frekuensi
terbangun pada malam hari pada kelompok
lansia yang mendapatkan intervensi
akupresur pada titik baihui, fengchi,
anmian di kepala dan shenmen
dipergelangan tangan dan telinga. Peneliti menyimpulkan bahwa terapai akupresur adalah terapi nonfarmakologi yang efektif untuk diaplikasikan pada lansia yang
mengalami gangguan tidur.6
Penelitian yang serupa oleh Wang tahun 2013 yang memfokuskan akupresur
pada titik shenmen ditelinga. Hasil
penelitian di dinyatakan bahwa akupresur bermanfaat untuk pengobatan insomnia, akupresur juga dapat menurunkan denyut jantung (heart rate) dan meningkatkan variabilitas denyut jantung (heart rate
variability) pada penderita insomnia.27
Penelitian randomized controlled
trial yang serupa dilakukan di Cina yang
bertujuan mengetahui efektivitas terapi aurikularis terhadap peningkatan kualitas tidur pada lansia. Responden dalam
penelitian dikelompokan secara acak menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol A (n=30) diterapi dengan menggunakan Junci Medulla yaitu batang tanaman kering (juncaceae) yang betekstur lembut, kontrol B (n=30) diterapi dengan menggunakan Semen Vaccariae yaitu
biji-bijian yang berbentuk bulat yang
berukuran kecil, dan kelompok intervensi C (n=60) yang diterapi menggunakan
Mutiara Magnetik. Oleh peneliti pada
kelompok kontrol yang menggunakan terapi dengan Junci Medulla dan Semen
Vaccariae diasumsikan tidak memberikan
reaksi yang positif terhadap kualitas tidur lansia. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok dalam hal jumlah waktu tidur pada malam hari (p<0,05) dan
efisiensi tidur (p<0,05). Peneliti
menyimpulkan bahwa terapi aurikularis menggunakan mutiara magnetik adalah cara yang efektif untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas tidur pada lansia.21
Akupresur Pada Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder adalah insomnia dimana gejala yang muncul sebagai akibat
dari gangguan mental, obat-obatan,
penyalahgunaan zat tertentu, gangguan tidur primer seperti sindrom kaki gelisah (restless legs syndrome) dan penyakit
medis.1 Dalam review ini akan dibahas
tidur (insomnia) pada pasien yang
menderita penyakit kanker, penyakit
kardiovaskuler dan penyakit gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.
Penelitian di Italia tahun 2008 yang bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas akupresur titik shenmen (HT 7) untuk mengatasi insomnia pada penderita kanker. Penelitian dilakukan pada 25 pasien yang
mengalami ganguan tidur dan 14
diantaranya dengan penyakit neoplastic. Setelah dilakukan akupresur pada titik
shenmen (HT 7) selama dua minggu
berturut-turut didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan kualitas tidur pada 15 pasien (60%) dari 25 pasien yang menjadi responden, dengan khasiat yang lebih jelas
pada pasien kanker yaitu terjadi
peningkatan kualitas tidur 11 pasien (79%) dari 14 responden. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa akupresur efektif
dalam pengobatan gangguan tidur,
terutama pada penderita kanker yang
mengalami insomnia.4
Penelitian two-group double blind
clinical trial pada 60 pasien Acute coronary syndrome (ACS) di Fatimahzahra
(Heart Center of Mazandaran). Responden dibagi menjadi kelompok intervensi (n=30) dan kelompok kontrol (n=30) secara random. Kelompok akupresur menerima acupoint massage pada titik feng chi, yin
tang, wrist shenmen, yangchuan dan ear shenmen selama tiga malam. Didapatkan
hasil yang signifikan terhadap peningkatan kualitas tidur pasien kelompok akupresur (p<0,05). Sehingga akupresur ini dapat dipelajari oleh perawat sebagai intervensi untuk meningkatkan kualitas tidur pada
pasien ACS.15
Penelitian lain pernah dilakukan
tahun 2012 oleh Shariati, Jahani,
Hooshman dan kawan-kawan yang
meneliti efek dari akupresur terhadap kualitas tidur pada pasien hemodialisis. Hasil penelitian menunjukan terdapat
perbedaan yang signifikan antara
kelompok responden yang mendapatkan intervensi akupresur dan kelompok kontrol dilihat dari kualitas tidur secara subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur dan gangguan tidur. Sehingga dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa akupresur efektif sebagai terapi non-invasif dalam meningkatkan kualitas tidur pada
penderita penyakit ginjal stadium akhir.20
Penelitian yang sama dilakukan di rumah sakit Taipei di Taiwan tahun 2003 yang bertujuan untuk menguji efektivitas pijat acupoints (shenmen, ear shenmen dan
yung chuan) pada pasien dengan penyakit
ginjal stadium akhir yang mengalami gangguan tidur dan penuruan kualitas hidup. Penelitian ini dilakukan pada 98 pasien yang dibagi menjadi kelompok akupresur, sham akupresur, dan kontrol. Akupresur dilakukan tiga kali seminggu selama 4 minggu pada pasien dengan
hemodialisis didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok akupresur dan kelompok kontrol setelah dilihat dari Pitsburgh Sleep
Quality Index (PSQI) baik pada skor total
kualitas tidur maupun pada skor
subkualitas tidur: subjektif tidur, durasi
tidur, efisiensi tidur, kecukupan tidur.26
Penelitian Tsay dan Chen pada tahun 2003 yang menguji efektivitas akupresur terhadap kualitas tidur pada pasien pasien penyakit ginjal stadium akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor PSQI kelompok akupresur memiliki peningkatan signifikan lebih besar (p<0,0) daripada kelompok kontrol. Begitu juga
subskala dari kualitas tidur juga
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok akupresur dan kelompok kontrol dalam kualitas tidur subyektif (p=0,009), durasi tidur (p=0,004), efisiensi tidur (p=0,001), dan kecukupan tidur (p=0,004). Data log Sleep menunjukkan
bahwa kelompok akupresur secara
signifikan menurunkan waktu terjaga dan meningkatkan kualitas tidur dibandingkan
kelompok kontrol (p<0,01).24
Pada tahun 2004 Tsay, Cho dan Chen melanjutkan penelitian melalui
randomized controlled trial yang menguji
efektivitas akupresur dan stimulasi elektrik
transcutaneous acupoint terhadap
kelelahan, kualitas tidur dan depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang mengalami
hemodialisis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pasien yang menerima terapi akupresur (p=0,006) dan stimulasi elektrik transcutaneous acupoint (p=0,02) secara signifikan mengurangi kelelahan,
menenangkan suasana hati dan
meningkatkan kualitas tidur dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun, tidak ada perbedaan hasil antara terapi akupresur dan stimulasi elektrik transcutaneous acupoint.25
Penelitian randomized clinical trial yang sama pada pasien yang menjalani hemodialisis di rumah sakit Razi di Rasht Iran. Responden dalam penelitian ini
adalah 62 pasien yang menjalani
hemodialisis dengan keluhan gangguan tidur. Kemudian secara acak dibagi menjadi kelompok kontrol dan intervensi. Kelompok intervensi dilakukan akupresur pada titik (quze, ximen, jianshi, neiguan,
daling, yuan chuan, shaohai, lingdao, tongli, yinxi, shenmen, ear shenmen ) 3
kali seminggu selama 4 minggu sedangkan
kelompok kontrol hanya menerima
perawatan secara rutin. Hasil penelitian menunjukan perbedaan signifikan pada
kelompok eksperimen dibandingkan
kelompok kontrol berdasarkan tujuh
komponen kualitas tidur PSQI: kualitas tidur subjektif (p=0,042 ), waktu yang dibutuhkan untuk tidur (p=0,007), durasi tidur (p=0,017), efisiensi tidur (p=0,001),
kinerja sehari-hari (p=0,002) dan skor
keseluruhan (p=0,001).14
Penelitian randomized double blind
clinical trial yang melibatkan 108 pasien
pada tiga unit hemodialisis dirumah sakit Imam Reza, Shahid Hasheminejad, dan Emam Zaman Kota Mashhad. Akupresur
pada titik shenmen (HT 7) pada
pergelangan tangan tiga kali seminggu
selama empat minggu dialisis. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan pada skor global PSQI (p=0,000) dan skor subskala dari kualitas tidur subjektif (p=0,000), latensi tidur
(p=0,000), durasi tidur (p=0,000),
kecukupan tidur (p=0,000), gangguan tidur (p=0,003), dan kinerja harian (p=0,000)
pada kelompok akupresur setelah
intervensi.2
Efektivitas akupresur juga diteliti pada pasien yang dirawat diruang ICU,
sebagaimana penelitian randomized
clinical trial oleh Chen, Chao, Lu, Shiung
dan Chao tahun 2012 yang bertujuan
untuk melihat efektifitas valerian
akupresur terhadap kualitas tidur pada pasien yang dirawat diruang ICU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah
terapi valerian akupresur shenmen,
neiguan, dan yongquan acupoints, terjadi
peningkatan jam tidur, berkurangnya frekuensi terbangun dan data variabilitas
heart rate menunjukkan respon relaksasi
setelah terapi akupresur valerian.5 Hal ini
sejalan dengan hasil Systematic Review of
Randomized Controlled Trials oleh Yeung,
Chung dan Poon tahun 2012 yang
menyimpulkan bahwa pasien dalam
perawatan yang mengalami gangguan tidur menunjukan hasil yang lebih efektif terhadap peningkatan kualitas tidur, ketika perawatan rutin dikombinasikan dengan
akupresur.28
Pembahasan
Akupresur adalah cara pengobatan yang berasal dari Cina, yang biasa disebut dengan pijat akupunktur yaitu metode
pemijatan pada titik-titik akupunktur
(acupoint) ditubuh manusia tanpa
menggunakan jarum.22 Akupresur
merupakan terapi komplementer yang efektif, mudah dilakukan, dan lebih aman atau tidak memiliki efek samping karena
tidak melakukan tindakan invasif.3
Akupresur dilakukan dengan
merangsang titik-titik akupunktur
(acupoint), dimana pada titik-titik tersebut banyak terdapat serabut saraf sensorik. Pemijatan dan penekanan pada titik-titik akupresur akan menstimulasi sel saraf Aß di kulit atau sel saraf type 1 diotot yang merupakan sel saraf bermyelin diameter besar yang membawa pesan rabaan atau sensori, sehingga pemberikan stimulus pada titik-titik tersebut dapat memberikan beberapa respon positif terhadap kualitas
Disekitar titik-titik akupresur juga terdapat banyak pembuluh darah sehingga
pemberikan stimulus pada titik-titik
akupresur akan menstimulasi sel mast untuk melepaskan histamin. Histamin merangsang pelepasan nitric oxide dari endotel vaskuler yang merupakan mediator vasodilatasi pembuluh darah sehingga
sirkulasi darah menjadi lancar,
terpenuhinya suplai nutrisi dan O2 pada
organ dan jaringan tubuh yang pada akhirnya dapat meningkatkan relaksasi dan
kualitas tidur seseorang.19
Menstimulasi dengan cara
pemijatan dan penekanan (akupresur) pada titik-titik akupunktur akan berpengaruh pada perubahan fisiologi, mental dan
emosional seseorang.8,22 Akupresur pada
titik shen men, ear shenmen, baihui,
fengchi, anmian secara fisiologis akan
menstimulus peningkatan pengeluaran
serotonin.6 Serotonin berperan sebagai
neurotransmiter yang membawa sinyal ke
otak untuk mengaktifkan kelanjar pineal
memproduksi hormon melatonin.
Kemudian hormon melatonin ini akan mempengaruhi suprachiasmatic nucleus (SCN) di hipotalamus anterior otak dalam pengaturan ritme sirkadian sehingga terjadi
penurunan sleep latency, nocturnal
awakening, dan peningkatan total sleep time dan kualitas tidur.10
Melalui terapi akupresur juga dapat merangsang pengeluaran endorfin yang
secara mental dan emosional dapat memberikan perasaan tenang dan nyaman
pada seseorang.8 Prinsip healing touch
pada akupresur menunjukan prilaku caring
bagi seorang perawat yang dapat
memberikan ketenangan, kenyamanan,
rasa dicintai dan diperhatikan bagi klien sehingga lebih mendekatkan hubungan
terapeutik perawat dan klien.13
Berdasarkan dari manfaat dan pengaruh akupresur terhadap perubahan positif terhadap fisiologis, mental dan
emosional seseorang tersebut.
Sebagaimana bukti penelitian yang
dilakukan pada lansia yang telah
mengalami degeneratif dan penurunan
fungsi neurontransmiter yang
menyebabkan menurunnya produksi
hormon melatonin. Setelah di intervensi dengan akupresur dapat meningkatkan
produksi hormon melatonin, hormon
endorfin, meningkatkan aliran darah yang menimbulkan relaksasi, sehingga terjadi peningkatkan kualitas tidur lansia, dilihat dari skor Pitsburgh Sleep Quality Index
(PSQI) secara keseluruhan dan
komponennya: kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, gangguan kinerja sehari-hari.6,18,21
Begitu juga penelitian yang
dilakukan pada seseorang yang mengalami gangguan tidur karena penyakit (insomnia sekunder) seperti pada penderita kanker,
penyakit sindrom koroner akut dan gagal ginjal kronis serta pada insomnia primer, dengan manfaat pengaktifkan hormon yang mempengaruhi tidur, melancar sirkulasi, efek nyaman dan menenangkan dari terapi akupresur terbukti efektif meningkatkan kualitas tidur bagi penderitanya.2,3,5,14,15,20, 24,26
Gambar 1
Titik-titik Akupresur Untuk Insomnia
Simpulan
Dari beberapa penelitian
menunjukan bukti bahwa akupresur
merupakan terapi komplementer yang efektif untuk meningkatkan kualitas tidur pada penderita insomnia primer dan
insomnia sekunder. Pada insomnia
sekunder artikel penelitian yang ditemukan terkait dengan penderita penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis, kanker dan sindrom koroner akut, namun belum
ditemuan penelitian yang menguji
efektifitas akupresur pada penderita
insomnia dengan kasus penyakit laninya ataupun pada penderita gangguan tidur karena gangguan mental, pengunaan obat-obatan, atau karena penyalahgunaan zat tertentu.
Saran
Penelitian lebih lanjut perlu
dilakukan khususnya pada beberapa
kondisi insomnia sekunder seperti
penelitian efektifitas akupresur terhadap kualitas tidur seseorang yang mengalami ganguan mental, mengkonsumsi
obat-obatan tertentu, penyalahgunaan zat
tertentu, penderita penyakit atau gangguan tidur primer lainya.
Shaohai (H3) Lingdao (H4)
Tongli (H5) Yinxi (H6) Shenmen (H7)
Yuan Chuan (K1) Ear Shenmen (Ht 7) Quze (P3) Ximen (P4) Jianshi (P5) Neiguan (P6) Daling (P7)
Baihui (Du 20) Fengchi(G 20)
Referensi
1. American Psychiatric Task Force on
DMS-IV. (1994) Diagnosis and
statistical manual of mental disorders: DSM-IV. Washington, DC: American Psychiatric Association.
2. Arab Z., Shariati A.R., Bahrami H.R., Asayesh H., Vaklili M.A. (2011). The Effect of Acupressure on Quality of Sleep in hemodialysis patients. J Urmia Nurs Midwifery Fac 10 (2): 1-9.
3. Carotenuto M., Gallai B., Parisi L., Roccella M., Esposito M. (2013). Acupressure Therapy For Insomnia In
Adolescents: a Polysomnographic
Study. Neuropsychiatric Disease and Treatment 9: 157–162
4. Cerrone R., Giani L., Galbiati B. et al. (2008). Efficacy of HT 7 Point
Acupressure Stimulation in the
Treatment of Insomnia in Cancer Patients and in Patients Suffering From
Disorders Other Than Cancer. Minerva
Medica Vol 99 (6): 535-7
5. Chen J.H., Chao Y.H, Lu S.F., Shiung T.F., dan Chao Y.F (2012). The effectiveness of valerian acupressure on the sleep of ICU patients: A
randomized clinical trial. International
Journal of Nursing Studies Vol49 (8): 913–920
6. Chen ML., Lin LC., Wu S.C & Lin J.G. (2012). The effectiveness of acupressure in improving the quality of sleep of institutionalized residents. Journal of Gerontology 54A: 389-39
7. Doghramji K. (2006). The
epidemiology and diagnosis of
insomnia. Am J Manag Care.12: 214-220
8. Hartono R. I. W. (2012). Akupresur Untuk Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Rapha Publishing
9. Israel, S.A., Bliwise, D. L., Norgaard, J. P (2011). The effect of Nocturia On
Sleep. Sleep Medicine Reviews 15(2): 91-97
10. Iswari dan Wahyuni. (2013). Melatonin
dan Melatonin Receptor Agonist
Sebagai Penanganan Insomnia Primer Kronis. E-jurnal medika udayana 2 (4):1-14
11. Kozier et al. (2011). Fundamental of Nursing : Concepts, Process and
Practice. New Jersey: Pearson
Education Inc
12. Lo C. M. H and Lee P. H. (2012). Prevalence and impacts of poor sleep on quality of life and associated factors of good sleepers in a sample of older Chinese adults. Diunduh 17 Maret
2014, dari
http://www.hqlo.com/content/10/1/72
13. Metha H. (2007). The Science and Benefits of Acupressure Therapy.
Diunduh 13 Maret 2014, dari
http://voices.yahoo.com/the-science-
benefits-acupressure-therapy-403107.html
14. Nasiri E., Raei M., Vatani J., and Kazemi R.K. (2011). The Effect of Acupressure on Quality of Sleep in Hemodialysis Patients. J. Med. Sci., 11 (5): 236-240.
15. Nesami M.B., Gorji M.A.H., Rezaie S., Pouresmail Z, Chorati J.Y. (2014). The effect of acupressure on the quality of sleep in patients with acute coronary syndrome in CCU. Iran J Crit Care Nurs 2014;7(1):7-1
16. Nordio M & Romanelli F. (2008).
Efficacy of wrists overnight
compression (HT 7 point) on
insomniacs: possible role of melatonin.
Minerva Medica Vol. 99 (6): 539-47 17. Potter P. A. & Perry A.G. (2009).
Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7. Terjemahan. Diah Nurfitriani, Onny T, Farah D. Jakarta: Salemba Medika
18. Reza H., Kian N., Masood K et al. (2009). The Effect of Acupressure on Quality of Sleep in Iranian Elderly
Nursing Home Residents.
Complementary TherapiesIn Clinical Practice 16: 81-5
19. Saputra K., Sudirman S. (2009). Akupunktur Untuk Nyeri Dengan Pendekatan Neurosain. Jakarta: Sagung Seto
20. Shariati, Jahani, Hooshman et al. (2012). The Effect of Acupressure on Sleep quality in Hemodialysis Patients. Complementary Therapies in Medicine 20.6: 417-423
21. Suen L.K.P., Wong T.K.S., Leung
A.W.N. (2002). Effectiveness of
Auricular Therapy on Sleep Promotion in the Elderly. The American Journal of Chinese Medicine, Vol. 30, No. 4, 429–449
22. Sukanta, P. O. (2008). Pijat Akupresur Untuk Kesehatan. Jakarta: Penebar Plus
23. Sykes R. (2003). Current Issues in The Use of Benzodiazepines for The Treatment of Insomnia. SA Psych Rev 2003(6):4-6
24. Tsay S.L., Chen M.L. (2003).
Acupressure and Quality of Sleep in Patients With Stage Renal Disease A
Randomized Controlled Trial.
International Journal Of Nursing
Studies Vol. 40 (1): 1-7
25. Tsay S.L., Cho Y.C., Chen M.L.
(2004). Acupressure and
Transcutaneous Electrical Acupoint Stimulation in Improving Fatigue, Sleep Quality and Depression in Hemodialysis Patients. Journal of Chinese Medicine, Vol. 32(3):407-416
26. Tsay S. L., Rong J.R., Lin P.F. (2003). Acupoints Massage In Improving The Quality of Sleep and Quality of Life in
Patients With End-Stage Renal
Disease. J Adv Nurs 42(2):134-42 27. Wang L., Cheng W., Sun, Z, Xu Y,
Cheng G., Gaischek et al. (2013). Ear Acupressure, Heart Rate, and Heart Rate Variability in Patients with
Insomnia. Evidence Based
Complementary and Alternative
Medicine Article, ID 763631.
http://dx.doi.org/10.1155/2013/763631 28. Yeung W.F., Chung K.F., Poon
M.M.K et al. (2012). Acupressure, reflexology, and auricular acupressure for insomnia: A systematic review of randomized controlled trials. Sleep Medicine 13 (8): 971-984