• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROSES BERKARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PROSES BERKARYA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PROSES BERKARYA

Terdapat beberapa tahapan yang saya lalui dalam menciptakan karya tugas akhir ini. Beberapa tahapan tersebut meliputi gagasan saya dalam berkarya, pendekatan material dan teknik yang saya pilih dalam berkarya dan proses pembentukan karya itu sendiri.

3.1 Gagasan Berkarya

Sebelum merepresentasikan sebuah karya, dibutuhkan sebuah gagasan atau ide yang melatarbelakangi mengapa karya tersebut diciptakan. Gagasan dan ide pada karya tugas akhir ini pun memiliki landasan teori yang membantu saya dalam mengeksekusi karya tersebut hingga tahap akhir. Gagasan dan ide karya tugas akhir saya peroleh melalui hasil pengamatan saya terhadap fenomena perkembangan dan pergeseran nilai-nilai budaya yang terjadi pada masyarakat saat ini.

Pergeseran tersebut dapat dilihat dari dorongan-dorongan hasrat yang banyak disalurkan melalui pengkonsumsian barang-barang komoditi. Pengkonsumsian barang-barang komiditi ini tidak lagi dilakukan karena nilai guna dari benda tersebut, melainkan karena pemenuhan hasrat untuk kesenangan tanpa mensyukuri hal-hal lain yang telah mereka miliki sebelumnya di dalam hidup mereka. Keadaan ini berlangsung terus menerus sehingga membuat manusia lupa untuk mensyukuri segala sesuatu yang telah mereka miliki, telah mereka peroleh, melupakan hal-hal kecil yang juga memiliki nilai penting dalam kehidupan manusia, yaitu sesuatu yang immaterial.

Adanya pergeseran nilai tersebut menimbulkan berbagai macam pertanyaan terhadap diri saya. Melalui proses pemikiran yang panjang, timbul kesadaran dalam diri saya bahwa budaya konsumerisme membawa pengaruh yang sangat besar pada penghargaan dan tujuan manusia atas pencarian kebahagiaan dalam

(2)

hidup mereka. Karya tugas akhir ini saya ciptakan untuk membangun dan memvisualisasikan analogi tersebut dengan menciptakan suasana dan image atas kebahagiaan itu sendiri. Kesadaran inipun kemudian berkembang dengan adanya keinginan saya untuk menciptakan sebuah karya yang menyenangkan, dan ceria melalui bentuk-bentuk sederhana yang berwarna-warni dan berukuran kecil sebagai simbolisasi dari segala kenikmatan dan kebahagiaan yang telah saya peroleh dalam hidup, bahwa kebahagiaan dan kesenangan tidak hanya dapat diperoleh melalui materi. Pada perkembangannya, saya kemudian memutuskan untuk menggunakan aromatheraphy yang berperan sebagai stimuli bagi indera penciuman sehingga image yang ditangkap oleh para audience lebih jelas.

3.2 Pendekatan Bentuk dan Estetik

Karya ini saya visualisasikan dengan mengadaptasi bentuk-bentuk dan warna-warna permen yang cerah. Pada karya seri I, bentuk dan warna-warna bola-bola berukuran kecil yang saya ciptakan pada karya tugas akhir ini diperoleh dengan mengadaptasi bentuk permen jaw breaker, sementara bentuk karya seri II adalah hasil adaptasi dan eksplorasi dari bentuk dan warna lollypop.

3.2.1 Permen Sebagai Inspirasi

Kedua seri karya tugas akhir saya ini menggunakan image permen sebagai sumber inspirasi gagasan berkarya. Terdapat beberapa hal yang melatar belakangi keputusan saya untuk mengadaptasi bentuk dan warna-warna permen pada karya tugas akhir ini. Pertama, pemilihan ini dilakukan untuk menciptakan image dan juga membangun suasana menyenangkan, ceria. Bentuk permen sangat mewakili apa yang saya cari. Bentuk dasar permen yang berbentuk bola cocok untuk dieksplorasi lebih lanjut. Bentuknya sederhana tetapi cukup dinamis, tidak kaku dan sesuai jika diberi warna-warna cerah yang beraneka ragam. Pemilihan bentuk perman akan mengingatkan audience pada dunia yang fancy, penuh dengan kebahagiaan dan kesenangan.

(3)

Bentuk permen yang saya pilih untuk karya ini adalah bentuk permen Jaw Breaker. Jaw Breaker adalah permen berbentuk bola yang ukurannya sangat besar, melebihi ukuran standar untuk permen yang dikulum. Jaw Breaker pada awalnya diproduksi untuk memuaskan para pecinta permen dengan membuatnya berukuran sangat besar jika dikulum. Sesuai dengan bentuknya yang besar dan namanya yang berarti penghancur rahang, permen ini menggambarkan kenikmatan yang amat sangat. Warna-warna permen sangat sesuai dengan tujuan saya dalam berkarya, yaitu menciptakan suasana yang ceria dan menyenangkan. Warna-warna yang ditampilkan pada karya ini meliputi warna cokelat, merah marun, pink, kuning, jingga, ungu, hijau dan biru.

Karya tugas akhir seri ke II mangadaptasi bentuk lollypop. Pemilihan bentuk dasar seri ke II ini dilakukan setelah meninjau berbagaimacam bentuk permen yang ada. Secara global, bentuk permen terbagi menjadi dua, yaitu wrap candy dan Lollypop. Bentuk lollypop juga bermacam-macam, saya memutuskan untuk mengadaptasi bentuk Lollypop yang pipih untuk menciptakan visualisasi yang kontras dari karya seri I. Selain pemilihan bentuk dasar permen, pendisplay-an karya seri II ini juga dilakukan dengan visualisasi yang kontras dari karya seri I. Pemilihan bentuk Lollypop yang pipih ini juga dilakukan dengan alasan yang sama dengan pemilihan bentuk permen Jaw Breaker pada karya pertama. Lollypop ini sebagian besar memiliki diameter yang cukup panjang, sehingga menggambarkan kenikmatan dalam jumlah besar bagi para pecinta permen.

3.2.2 Aromaterapi

Karya ini menggunakan aromaterapi Peppermint sebagai bagian dari karya. Aromatheraphy yang dipercaya berfungsi sebagai salah satu terapi kesehatan yang terbuat dari minyak esensial (sari pati) hasil ekstraksi bunga, daun, buah dan bagian-bagian lain yang ada pada tumbuh-tumbuhan. Aromaterapi pada karya ini berfungsi sebagai salah satu stimuli luar yang ditawarkan pada indera penciuman para audience. Telah dikatakan pada bab dua sebelumnya, bahwa Image

(4)

sensasi-persepsi apabila hanya berasal dari satu sistem indera, maka tidak terlalu jelas hasilnya, agak kabur. Image sensasi persepsi dapat menjadi sebuah image yang jelas (image konkret) bila merupakan hasil kerjasama berbagai sistem indera. Pada karya ini saya berusaha untuk menstimulasi indera penciuman melalui penggunaan aromaterapi. Aromaterapi yang saya gunakan pada karya ini adalah aromaterapi Peppermint.

3.3 Pendekatan Material dan Teknik

Berdasarkan keilmuan dan pengetahuan bahan dan teknik yang saya miliki, juga berdasarkan latar belakang konsep berkarya, maka saya memutuskan untuk menggunakan keramik dengan meterial tanah stoneware putih sebagai material utama dalam berkarya. Pemilihan material ini dilakukan karena keramik beberapa karakteristik yang sesuai untuk digunakan sebagai material utama pada karya ini.

Pertama, material keramik dapat memunculkan sebuah nilai penghargaan atas karya ini dari audience bila digunakan. Akan sangat berbeda persepsi dan penghargaan audience bila saya menggunakan material plastik pada karya. Bila menggunakan plastik, audience tidak akan menetapkan sebuah nilai penghargaan yang sama atas karya ini. Kedua, material ini memiliki warna putih, tidak mudah deformasi dan suhu matang yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tanah porcelain sehingga lebih mudah dibentuk dan tetap dapat dengan mudah memunculkan warna-warna glasir yang cerah ketika dilakukan proses pewarnaan.

Karya ini menggunakan stain (pigmen warna) pada glasir yang digunakan. Hal ini dilakukan agar dapat memunculkan warna-warna yang cerah dan beranekaragam pada visualisasi karya, sehingga mendukung konsep yang melatarbelakanginya yaitu image dan suasana yang menyenangkan, ceria dan manis. Untuk mendukung hal tersebut, saya juga menggunakan glasir putih mengkilap (G.2320) pada karya.

(5)

Sementara itu, untuk teknik pembentukan karya, saya memilih untuk menggunakan teknik cetak tuang (slip casting) dan slab. Teknik ini digunakan karena merupakan teknik yang paling efisien, mudah, efisien dalam membuat bentuk dasar karya. Teknik slip casting digunakan untuk membuat karya yang berbentuk bola, karena dengan menggunakan teknik ini, saya dapat menghasilkan bentuk dan ukuran karya yang serupa dan dapat menghasilkan sejumlah karya (500-600 buah) yang cukup banyak dalam kurun waktu yang relatif singkat. Sementara itu teknik slab digunakan ketika membentuk karya yang mengadaptasi bentuk permen lollypop. Teknik ini digunakan karena cocok untuk membentuk karya yang datar, pipih dengan ketebalan yang sama.

3.4 Proses Berkarya

Proses berkarya diawali dengan memilih bentuk dasar yang sesuai dengan tema dan permasalahan yang ingin saya angkat. Hal ini sangat penting karena visualisasi karya yang sesuai dengan tema yang diangkat merupakan hal utama yang harus diperhatikan agar permasalahan dan tema tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada para audience. Oleh sebab itu, saya memutuskan untuk memilih bentuk-bentuk dan warna juga image permen sebagai hal yang akan saya olah dan saya eksplorasi pada karya ini. Permen memiliki image yang dapat menampilkan hal-hal yang menyenangkan, manis, dan ceria dengan warna-warnanya yang cerah.

Terdapat beberapa tahapan yang saya lalui dalam proses berkarya, yaitu: pembuatan model, pembuatan cetakan negatif model, pengolahan tanah atau material yang digunakan, pembuatan model cetakan positif, pewarnaan, pembakaran dan pendisplay-an karya. Sementara itu untuk karya kedua (yang berbentuk seperti lollypop) meliputi pengolahan tanah, pembentukan material, pewarnaan dan pembakaran.

(6)

3.4.1 Pembuatan Model Positif dan Cetakan Negatif

Pembuatan model positif dilakukan untuk karya pertama yang berbentuk bola-bola kecil. Pembuatan model positif ini dimaksudkan untuk membuat cetakan negatif yang digunakan ketika proses pembentukan karya. Model positif karya ini dibuat dari tanah liat yang dibentuk menjadi bola yang memiliki diameter sebesar 4 cm, 6 cm dan 8 cm. Model positif tersebut masing-masing dibuat sebanyak 2 buah. Pada proses selanjutnya, keenam model positif ini dicetak dengan menggunakan bahan dasar gips untuk membuat cetakan negatif sebanyak 30 buah cetakan, dimana masing-masing ukuran dibuat cetakan negatifnya sebanyak 10 buah. Cetakan dibuat menjadi dua bagian muka. Proses pembuatan cetakan negatif adalah sebagai berikut:

• Model positif dibagi menjadi dua bagian, dimana satu bagian mukanya dibatasi dengan menggunakan tanah liat

• Bagian muka model positif yang tidak dibatasi oleh tanah liat kemudian di cor menggunakan gips yang sudah cair.

• Setelah gips pada satu bagian muka model telah mengeras, bagian model lainnya dapat di cor dengan menggunakan gips setelah tanah liat yang digunakan sebagai pembatas dilepaskan.

• Ketika kedua bagian cetakan negatif tersebut telah mengeras, maka cetakan dapat dibuka kemudian dirapihkan.

3.4.2 Proses Pengolahan Tanah

Karya ini menggunakan stoneware putih sebagai material dasar karya. Untuk karya yang pertama, diperlukan tanah dalam bentuk slip agar dapat dibentuk melalui proses slip casting. Proses pengolahan tanah ini dilakukan dengan merendam tanah tersebut ke dalam seember air. Kemudian proses ini dilanjutkan dengan mencampurkan water glass ke dalam tanah slip casting agar tanah yang digunakan untuk slip casting tidak mengendap di bagian bawah cetakan ketika

(7)

proses pembentukan dilakukan. Setelah perendaman tanah selama satu hari satu malam, agar tanah ini dapat tercampur dengan baik, dilakukan pengadukan tanah dengan menggunakan bor.

Untuk karya kedua, sebelum tanah slip dicampur dengan water glass, tanah slip tersebut dijemur di atas meja gips agar kandungan air yang ada di dalam tanah dapat berkurang hingga tanah slip tersebut menjadi tanah plastis. Stoneware putih yang telah plastis tersebut kemudian di ulen di atas meja gips untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam tanah dan agar tanah plastis tersebut menjadi padat.

Gambar 3.1 Proses Penjemuran Tanah

(8)

Gambar 3.2 Proses Pemadatan Tanah

Sumber: Penulis

3.4.3 Proses Pembentukan Karya

Setelah cetakan negatif telah kering, proses pembentukan karya yang pertama dapat dilakukan. Karya ini dibentuk dengan menggunakan teknik slip casting. Slip tanah stoneware putih yang telah jadi dituang ke dalam cetakan negatif, kemudian setelah mencapai ketebalan yang diinginkan, tanah slip yang ada di dalam cetakan kemudian dituang. Model positif karya ini dapat dilepaskan dari cetakan setelah kandungan air yang ada pada tanah telah terserap ke dalam gips. Model positif ini kemudian dirapikan permukaannya dengan menggunakan butsir dan ampelas.

Karya kedua dibentuk dengan menggunakan teknik pembentukan slab. Tanah plastis yang sudah dikeluarkan udaranya kemudian disusun di atas sebuah papan kayu yang telah dilapisi kain kemudian di slab dengan menggunakan roller besi hingga tanah tersebut membentuk sebuah lempengan datar yang rata. Proses selanjutnya adalah memotong tanah yang telah di slab tersebut menjadi sebuah bulatan dengan diameter 25 cm. Proses pembentukan terakhir adalah

(9)

pembentukan “motif” pada permukaan karya dengan menggunakan teknik sgrafitto kemudian dirapihkan dengan menggunakan ampelas.

Gambar 3.3 Pembentukan Menggunakan Teknik Slip Casting

Sumber: Penulis

Gambar 3.4 Proses Mengeluarkan tanah Slip

(10)

Gambar 3.5 Pembentukan Menggunakan Teknik Slab

Sumber: Penulis

Gambar 3.6 Pembentukan Menggunakan Teknik Sgrafitto

(11)

Gambar 3.7 Finishing

Sumber: penulis

3.4.4 Proses Pewarnaan

Proses pewarnaan karya ini dilakukan setelah karya tersebut kering dan dibakar pada suhu 960 derajat celcius. Proses pewarnaan dilakukan dengan metode pencelupan karya ke dalam glasir yang telah disaring dengan menggunakan screen berukuran 100 mesh. Untuk mendapatkan hasil akhir yang glossy, saya menggunakan glasir putih mengkilap G2320 yang telah ditambahkan stain dengan berbagaimacam warna dengan persentase sebanyak 10% dari berat glasir.

Gambar 3.8 Proses Pengglasiran

(12)

3.4.5 Proses Pembakaran

Proses pembakaran dilakukan setelah semua karya berada dalam keadaan bone dry, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya keretakan pada proses pembakaran. Proses pembakaran dilakukan dalam dua tahapan, yaitu pembakaran setengah matang atau biskuit pada suhuh 960 derajat celcius selama 6 jam. Ketika pembakaran biskuit dilakukan dan karya dicelup dalam glasir, proses selanjutnya adalah pembakaran karya pada suhu 1130 derajat celcius hingga glasir yang digunakan matang dengan sempurna menutupi seluruh permukaan karya dengan glasir mengkilap. Proses ini memakan waktu kurang lebih 8 hingga 10 jam.

Gambar 3.9 Proses Pembakaran Biskuit

Sumber: Penulis

Gambar 3.10 Hasil Pembakaran Glasir

Gambar

Gambar 3.1 Proses Penjemuran Tanah
Gambar 3.2 Proses Pemadatan Tanah
Gambar 3.3 Pembentukan Menggunakan Teknik Slip Casting
Gambar 3.5 Pembentukan Menggunakan Teknik Slab
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menguraikan peran serta masyarakat dan swasta da lam pengelolaan persampahan serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam masyarakat Penukal Abab Lematang Ilir

Praktik pengalaman lapangan merupakan semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

dari target awal 52.61 km tidak terjadi perubahan pada target revisi. 5) Rehabilitasi Mayor : Persentase capaian pada kegiatan rehabilitasi mayor sebesar 100% dari target awal 72.17

objek juga yang mendukung mood yang menciptakan pengalaman emosional untuk mengingat kenangan masa lalu sesuai dengan salah satu karakter buku ini dan pemilihan objek juga

Apabila pola pengambilan mata kuliah mahasiswa sudah didapatkan, maka dapat dilakukan analisis lanjutan untuk menemukan temuan – temuan baru dari pola tersebut,

Begitu juga, utang tidak menceagah kewajiban sepersepuluh (untuk tanaman dan buah-buahan), kewajiban, pajak, dan kafarat. Maksudnya ialah bahwa utang.. tidak mencegah

Kespontan reaksi substitusi nukleofilik antara tersier butil klorida dengan hidroksida menunjukan reaksi tidak spontan, hal ini terbukti dari nilai energi bebas