BAB VII
KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN
Pada bab ini akan dibahas tentang ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dan hasil dari Analisis Kesenjangan yang terjadi antara hasil penelitian sebelumnya. Dari hasil analisis ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi maka dapat dilihat indikator-indikator pembangunan berkelanjutan apa saja yang menonjol dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas, sedangkan dari hasil analisis kesenjangan dapat dilihat kesenjangan apa saja yang terjadi antara hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti.
7.1 Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup,sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka konsep pembangunan berkelanjutan mengintegrasikan masalah lingkungan,sosial,dan ekonomi.
Pembangunan berkelanjutan harus bersifat holistik, yaitu mempertimbangkan segala aspek pembangunan, baik ekonomi,sosial, lingkungan, kelembagaan dan lainnya secara berimbang dan terintegrasi. Dengan demikian setiap indikator pembangunan saling terkait dengan indikator pembangunan yang lain.
Dalam menghitung analisis pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan, peneliti membandingkan pencapaian indikator pembangunan
berkelanjutan di Kota Sukabumi dengan wilayah yang lebih luas, yaitu Provinsi Jawa Barat yang kemudian ketercapaiannya tersebut akan
divisualisasikan dengan grafik laba-laba.
Pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi pada penelitian ini didasarkan pada indikator pembangunan berkelanjutan dari UNCSD (United Nation Commission Sustainable Development) yang terbagi menjadi 9
tema,16 sub tema dan 28 indikator. Adapun hasil pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi diuraikan sebagai berikut.
1. Tema indikator pembangunan berkelanjutan poverty/kemiskinan
Dalam sub tema pendapatan penduduk miskin, jumlah penduduk miskin di Kota Sukabumi masih dibawah nilai indikator terendah secara nasional. Akan tetapi persentase penduduk miskin di Kota Sukabumi (16,4%) masih lebih besar daripada nilai indikator di Provinsi Jawa Barat, walaupun masih dibawah nilai indikator tertinggi nasional.Garis kemiskinan di Kota Sukabumi berkisar Rp.269.925/kapita/tahun yang lebih tinggi nilainya daripada nilai indikator di Provinsi Jawa Barat dan nilai indikator terendah secara nasional.
Indikator pembangunan berkelanjutan dalam sub tema sanitasi, nilai indikator persentase rumah tangga dengan penampungan akhir tinja dengan septic tank di Kota Sukabumi yaitu 49,28% yang berarti masih dibawah nilai indikator Provinsi Jawa Barat dan nilai indikator tertinggi nasional,akan tetapi masih lebih tinggi dari nilai indikator terendah nasional.Sedangkan dilihat dari indikator pelayanan air minum, maka di Kota Sukabumi masih dibawah nilai indikator Provinsi Jawa Barat dan nilai indikator tertinggi secara nasional.
2. Tema indikator pembangunan berkelanjutan health/kesehatan
Pada tema tentang kesehatan, capaian Kota Sukabumi dalam indikator angka harapan hidup saat lahir yaitu 71,87 tahun dan nilai indikator angka kematian bayi yaitu 34 yang merupakan nilai yang lebih tinggi daripada nilai indikator Provinsi Jawa Barat dan nilai indikator terendah secara nasional.
3. Tema indikator pembangunan berkelanjutan education/pendidikan
Pada tema tentang pendidikan, nilai indikator persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan dasar di Kota Sukabumi yaitu 22,73% masih dibawah nilai indikator Provinsi Jawa Barat dan nilai indikator terendah secara nasional.
Akan tetapi apabila dilihat dari nilai indikator Angka Partisipasi Murni (APM) baik SD maupun SMP, Kota Sukabumi mempunyai nilai indikator yang lebih tinggi daripada Provinsi Jawa Barat ataupun nilai indikator tertinggi secara nasional.Untuk indikator persentase penduduk usia 25-64 tahun dengan
pendidikan tertinggi yang ditamatkan minimal SMA, Kota Sukabumi mencapai nilai sebesar 28,19% yang lebih tinggi daripada nilai indikator di Provinsi Jawa Barat dan nilai indikator terendah secara nasional. Walaupun nilai indikator ini masih dibawah nilai indikator tertinggi secara nasional (55,6%).
4. Tema indikator pembangunan berkelanjutan demographic/kependudukan
Pada tema indikator pembangunan ini, jumlah penduduk di Kota Sukabumi (282.228 jiwa) masih dibawah nilai indikator di Provinsi Jawa Barat dan nilai terendah secara nasional. Akan tetapi dalam nilai indikator laju pertumbuhan penduduk, capaian nilai indikator di Kota Sukabumi yaitu 1,31%/tahun sehingga lebih tinggi daripada nilai indikator terendah secara nasional.
Nilai indikator angka beban ketergantungan di Kota Sukabumi yaitu 41,64 sehingga lebih tinggi daripada nilai indikator terendah secara nasional.Walaupun nilai indikator ini masih dibawah nilai indikator Provinsi Jawa Barat.
5. Tema indikator pembangunan berkelanjutan atmosfhere/atmosfer
Pada tema ini nilai indikator perkiraan emisi CO2 yang berasal dari
kendaraan bermotor di Kota Sukabumi yaitu sebesar 11,237 ton per tahun. Nilai capaian indikator ini masih lebih rendah daripada nilai indikator di Provinsi Jawa Barat maupun nilai indikator secara nasional.
6. Tema indikator pembangunan berkelanjutan land/lahan
Dalam sub tema pertanian, indikator luas lahan sawah di Kota Sukabumi yaitu1.859 Ha masih dibawah nilai indikator di Provinsi Jawa Barat dan nilai indikator tertinggi secara nasional, akan tetapi lebih tinggi daripada nilai indikator terendah secara nasional.
Dalam pencapaian indikator sub tema hutan,nilai indikator persentase luas wilayah hutan terhadap wilayah di Kota Sukabumi (0,1%) masih lebih rendah daripada nilai indikator di Provinsi Jawa Barat dan nilai indikator tertinggi secara nasional. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan nilai indikator terendah secara nasional maka pencapaian di Kota Sukabumi lebih tinggi.
7. Tema indikator pembangunan berkelanjutan fresh water/sumber daya air Pada sub tema kuantitas air, pencapaian nilai indikator produksi air dan distribusi air di Kota Sukabumi mencapai 4.312 juta m3 yang merupakan nilai yang lebih tinggi baik dari Provinsi Jawa Barat maupun nilai indikator secara nasional.
Kualitas air dengan indikator kandungan BOD dan COD dalam kandungan air di Kota Sukabumi yaitu 6,99 mg/l dan 60,5 mg/l . Nilai indikator ini masih diatas nilai indikator terendah secara nasional, walaupun masih dibawah nilai tertinggi nasional dan Provinsi Jawa Barat.
8. Tema indikator pembangunan berkelanjutan economic
development/pembangunan ekonomi
Pada sub tema tampilan makro ekonomi, nilai indikator PDRB per kapita di Kota Sukabumi yaitu Rp.15.279.800 yang masih dibawah nilai indikator di Provinsi Jawa Barat, akan tetapi masih diatas nilai indikator terendah secara nasional.
Untuk indikator ketenagakerjaan persentase penduduk usia 15 tahun yang bekerja di Kota Sukabumi yaitu 60,89%. Pencapaian nilai indikator ini masih dibawah nilai indikator di Provinsi Jawa Barat dan nilai indikator secara nasional.
Pada nilai indikator teknologi informasi dan komunikasi, pencapaian Kota Sukabumi dalam persentase rumah tangga yang memiliki telepon yaitu 20,33%. Nilai indikator ini diatas nilai indikator Provinsi Jawa Barat dan nilai indikator terendah secara nasional. Akan tetapi nilai indikator ini masih dibawah nilai indikator tertinggi secara nasional.
9. Tema indikator pembangunan berkelanjutan consumption and product
patterns/bentuk konsumsi dan produksi
Pada sub tema penggunaan energi dengan indikator jumlah kendaraan bermotor, maka nilai indikator di Kota Sukabumi yaitu sebesar 57.898 unit kendaraan yang berarti lebih rendah dari nilai indikator di Provinsi Jawa Barat dan nilai indikator nasional.
Indeks komposit dapat merangkum temuan-temuan utama dari analisis pencapaian indikator di Kota Sukabumi. Apabila divisualisaikan dalam bentuk grafik laba-laba, maka masing-masing sudut diagram menunjukkan kelompok yang dicakup dalam analisis pencapaian tujuan.
Dari 9 tema indikator pembangunan berkelanjutan yang dipilih dalam penelitian ini menghasilkan nilai indeks yang berbeda antara Provinsi Jawa Barat dan Kota Sukabumi.Berdasarkan hasil perhitungan indeks komposit antara dua wilayah tersebut memperlihatkan bahwa dari 9 tema tersebut, nilai indeks komposit indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi yang lebih dari nilai indeks komposit dari Provinsi Jawa Barat yaitu tema kesehatan, tema pendidikan dan tema sumber daya air.
Adapun nilai indeks komposit setiap indikator dari dua wilayah tersebut dapat dapat dilihat pada Tabel 57.
Tabel 57Nilai Indeks Komposit dari Pencapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat
Tema Indikator Pembangunan
Berkelanjutan Provinsi Jawa Barat Kota Sukabumi
Poverty/Kemiskinan 1,60 0,73 Health/Kesehatan 0,82 3,98 Education/Pendidikan 3,08 4,97 Demographic/Kependudukan 1,76 1,06 Atmosphere/Atmosfer 0,26 0,00 Land/Lahan 1,02 0,00
Fresh water/Sumber daya air 2,67 4,87
Economic Development/Pembangunan Ekonomi
0,69 0,19
Consumption and production
patterns/Bentuk produksi dan konsumsi
0,27 0,005
Sumber : Hasil analisis,2011
Visualisasi grafik laba-laba yang menunjukkan ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan 9 tema di Kota Sukabumi dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas dapat dilihat pada Gambar 27.
Sumber : Hasil Analisis, 2011.
Gambar 27 Ketercapaian 9 Tema Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi dibandingkan dengan Provinsi Jawa Barat Keterangan :
: Pencapaian Indikator pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi
Apabila realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan yang menonjol di Kota Sukabumi dikaitkan dengan keempat aspek yang ada dalam pembangunan berkelanjutan, maka ternyata hanya terdapat tiga aspek saja yang ketercapaiannya menonjol di Kota Sukabumi. Aspek tersebut yaitu aspek sosial (faktor rasa aman, kesetaraan dan keadilan), aspek lingkungan (faktor potensi SDA dan neraca SDA), serta aspek kelembagaan (faktor partisipasi dan hak-hak publik). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 58.
Tabel 58Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan yang Menonjol di Kota Sukabumi Terkait dengan Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan
No. Nilai Indikator Pembangunan Berkelanjutan yang Menonjol
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tercapainya Pembangunan Berkelanjutan Aspek dalam Pembangunan Berkelanjutan
1. Angka harapan hidup saat lahir Rasa Aman Sosial
2. Produksi air Potensi SDA
Lingkungan
3. Distribusi air Potensi SDA
4. Rendahnya kandungan BOD & COD dalam air
Neraca SDA dan Lingkungan 5. Angka partisipasi murni SD Partisipasi dan Hak-hak
Publik
Kelembagaan 6. Angka partisipasi murni SMP Partisipasi dan Hak-hak
Publik 7. Persentase penduduk usia 15 tahun
ke atas yang tamat pendidikan dasar (SD dan SMP)
Kesetaraan
Sosial 8. Angka melek huruf penduduk usia 15
tahun ke atas
Keadilan
Sumber : Hasil Analisis, 2011.
7.2 Kesenjangan Antara Persepsi dan Pemahaman Stakeholder dan Masyarakat, Dokumen Perencanaan dan Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi
Kesenjangan mempunyai arti ketidakseimbangan, ketidaksimetrisan bahkan berarti jurang. Sub bahasan terakhir pada penelitian ini yaitu mencoba mengidentifikasikan ada/tidaknya kesenjangan/gap antara hasil penelitian pertama, kedua, dan ketiga. Hal ini berarti sub bab ini mencoba membahas apakah ada kesenjangan antara persepsi dan pemahaman stakeholders dan masyarakat di Kota Sukabumi, prinsip pembangunan berkelanjutan dalam dokumen perencanaan yang telah dianalisis sebelumnya dengan realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut maka peneliti menggunakan Analisis Kesenjangan/gap.
7.2.1 Kesenjangan Antara Persepsi Stakeholder dan Persepsi Masyarakat Persepsi tentang pembangunan berkelanjutan menurut stakeholder dan masyarakat berbeda satu sama lainnya. Persepsi stakeholder tentang pembangunan berkelanjutan baik menurut pemahaman sendiri maupun berdasarkan struktur AHP memandang bahwa aspek lingkungan merupakan aspek terpenting dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Walaupun
terdapat perbedaan pendapat pada faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya pembangunan berkelanjutan tersebut. Menurut pemahaman sendiri, stakeholder memandang bahwa faktor neraca SDA merupakan faktor yang paling berpengaruh. Sedangkan hasil persepsi stakeholder dengan struktur AHP memandang bahwa faktor degradasi lingkungan yang paling berpengaruh (lihat Tabel 59).
Tabel 59Kesenjangan Antara Persepsi Stakeholder dan Persepsi Masyarakat tentang Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Persepsi
Pemahaman Stakeholder Preferensi Stakeholder pada
Struktur AHP Masyarakat
1. Lingkungan (Neraca SDA & lingkungan) 2. Sosial (Kesetaraan) 3. Ekonomi(Pendapatan daerah) 4. Kelembagaan (Komunikasi & Koordinasi) 1. Lingkungan (Degradasi lingkungan)
2. Kelembagaan (Partisipasi & hak-hak publik) 3. Ekonomi (Pendapatan masyarakat) 4. Sosial (Keadilan) 1. Sosial (Keadilan) 2. Ekonomi (Pendapatan Masyarakat) 3. Lingkungan (Potensi SDA) Kelembagaan (Komunikasi &Koordinasi)
Sumber : Hasil Analisis, 2011.
Dari hasil persepsi antara stakeholder dan masyarakat juga memperlihatkan perbedaan dalam aspek tentang pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan di Kota Sukabumi. Stakeholder memandang bahwa masyarakat sudah dilibatkan terhadap perencanaan di Kota Sukabumi, sedangkan masyarakat memandang sebaliknya.
Sehingga peneliti membuat kesimpulan bahwa di Kota Sukabumi, pelibatan
masyarakat dalam perencanaan belumlah maksimal dan Pemerintah
Kota Sukabumi haruslah mencari cara yang lebih baik untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan tersebut.
7.2.2 Analisis Kesenjangan Antara Dokumen Perencanaan dengan Kondisi Eksisting Di Kota Sukabumi
Dokumen perencanaan yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya yaitu RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 dan Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009 – 2029. Analisis Kesenjangan yang diharapkan pada sub bab ini yaitu
adanya gap/kesenjangan antara hal-hal yang diinginkan dalam dokumen perencanaan apabila dibandingkan dengan kenyataan yang ada .
Disebutkan dalam RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025, bahwa untuk mencapai sasaran pokok yang dimaksudkan dalam uraian RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025, maka pembangunan jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka menengah. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan yang segera diselesaikan tanpa mengabaikan permasalahan lainnya, oleh karena itu tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, tapi semua itu harus berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya. Untuk mewujudkan sasaran pokok pembangunan jangka panjang tersebut, maka dibuatlah indikator makro pembangunan setiap tahapnya (seperti tercantum pada Bab IV). Adapun indikator makro pembangunan yang akan dianalisis yaitu Tahun 2008 – 2013.
Dari hasil analisis kesenjangan pada indikator tersebut dapat diketahui bahwa dari 25 indikator makro pembangunan Tahun 2009 terdapat 11 nilai kesenjangan yang positif (kondisi eksisting > target) dan 14 nilai kesenjangan negatif (kondisi eksisting<target). Akan tetapi apabila ditelaah nilai tersebut mempunyai dua indikasi yaitu nilai kesenjangan yang membutuhkan perhatian dari Pemerintah Kota Sukabumi untuk perbaikan di masa yang akan datang dan nilai kesenjangan yang mengindikasikan keberhasilan program Pemerintah Kota Sukabumi.
Pada indikator pembangunan kesejahteraan dan pemerataan ekonomi terlihat bahwa indikator laju pertumbuhan ekonomi dan daya beli memerlukan perhatian khusus untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akan tetapi dalam indikator kesejahteraan sosial dan kesehatan, hampir semua indikator memerlukan perhatian yang lebih baik di masa yang akan datang.
Lain halnya pada indikator pembangunan kemiskinan dan keuangan daerah yang memperlihatkan adanya keberhasilan program pemerintah dengan nilai-nilai kesenjangan yang positif. Akan tetapi nilai indikator indeks pembangunan manusia di Kota Sukabumi masih dibawah target yang diharapkan.
Adapun nilai kesenjangan pada indikator makro pembangunan antara kondisi eksisting Tahun 2009 dan target yang ditentukan dalam tahapan pembangunan Tahun 2008 – 2013 dapat dilihat pada Gambar 28 dan Tabel 60.
Sumber : Hasil Analisis,2011
Gambar 28Pengukuran Kinerja Indikator Makro Pembangunan di Kota Sukabumi Tahun 2009
Tabel 60 Nilai Kesenjangan Antara Target dalam Tahapan Rencana Tahun 2008 – 2013 dengan Kondisi Eksisting Tahun 2009
No. Indikator Pembangunan Target 2009 Kondisi Eksisting Tahun 2009 Nilai Kesenjangan (Kondisi Eksisting – Target) 1. Kesejahteraan dan Pemerataan ekonomi
Jumlah Penduduk 289.706 282.228 (7.478) Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP / %) 2,37 1,31 (1,06) Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE / %) 6,76 6,14 (0,62) Inflasi (%) Asumsi 6,27 3,49 (2,78) Ketimpangan Kemakmuran (Gini Ratio) 0,2 0,265 0,07 Pendapatan Perkapita (Rp.) / tahun 12.012.571 15.279.800 3.267.229 Daya Beli (Rp.ribu) per jiwa / bulan 567.784 568.524 740 2. Kesejahteraan Sosial
Angka Melek Huruf (AMH / %) 99,47 97,32 (2) Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS /
tahun 10,01 11,05 1,04 Angka Partisipasi Murni (APM / tahun)
- SD / MI / Paket A 99,99 99,7 (0,29) - SMP / MTs / Paket B 99,94 99,75 (0,19) - SMU / MA / Paket C 99,15 92,21 (6,94) Angka Partisipasi Kasar (APK / tahun)
- SD / MI / Paket A 116,56 90,39 (26) - SMP / MTs / Paket B 107,49 95,29 (12) - SMA / Paket C 103,39 60,14 (43) 3. Kesehatan
Angka Usia Harapan Hidup (AHH / tahun) 72,54 71,87 (0,67) Angka Kematian Bayi (AKB / 1.000
kelahiran hidup) 29,91 34 4 4. Kemiskinan
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) 66.596 46.254 (20.342) Persentase Penduduk Miskin (%) 22,99 16,4 (6,59) Ketenagakerjaan
Angka Partisipasi Angkatan Kerja (%) 45,56 57,81 12 5. Keuangan Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) 53.319.776.000 63.134.763.000 9.814.987.000 Dana Perimbangan 355.340.263.280 384.732.387.000 29.392.123.720 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah 36.697.995.400 62958274000 26.260.278.600 APBD 493.455.000.000 582.333.706.000 88.878.706.000 6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 76,55 74,49 (2) Sumber : Hasil Analisis,2011.
Keterangan :
: Nilai kesenjangan yang mengindikasikan perlunya perbaikan di masa yang akan datang
: Nilai kesenjangan yang mengindikasikan keberhasilan program pembangunan
Apabila hasil Analisis Isi (content analysis) dari RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005 – 2025 dibandingkan dengan hasil persepsi stakeholder yang nota bene merupakan pelaku dibalik penyusunan dokumen tersebut, maka terdapat kesenjangan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 61.
Tabel 61Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder dengan Hasil Analisis Isi pada RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025
Persepsi Hasil Analisis Isi RPJPD
Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 Pemahaman Stakeholder Preferensi Stakeholder pada
Struktur AHP 1. Lingkungan (Neraca SDA
& lingkungan) 2. Sosial (Kesetaraan) 3. Ekonomi (Pendapatan daerah) 4. Kelembagaan (Komunikasi & koordinasi) 1. Lingkungan (Degradasi lingkungan) 2. Kelembagaan
(Partisipasi & hak-hak publik) 3. Ekonomi (Pendapatan masyarakat) 4. Sosial (Keadilan) 1. Sosial (Menghargai perbedaan) 2. Ekonomi (Pendapatan masyarakat) 3. Kelembagaan (Komunikasi & Koordinasi)
4. Lingkungan (Neraca SDA & Lingkungan)
Sumber : Hasil Analisis,2011.
Untuk draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029, karena proses legalisasi dokumen perencanaan tersebut belum sampai ke peraturan daerah, maka keterkaitan antara nomenklatur dalam dokumen tersebut dengan realita ketercapaiannya belum dapat dikaji. Peneliti hanya mengkaji analisis kesenjangan yang dihasilkan dari analisis isi pada draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029 dengan hasil analisis AHP persepsi Stakeholders yang merupakan pelaku dalam proses penyusunan draft tersebut. Adapun hasil Analisis Kesenjangan pada penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 62.
Tabel 62 Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder dengan Hasil Analisis Isi pada Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2009-2029
Persepsi
Hasil Analisis Isi RTRW Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 Pemahaman Stakeholder
Preferensi Stakeholder pada Struktur AHP 1. Lingkungan (Neraca SDA
& lingkungan) 2. Sosial (Kesetaraan) 3. Ekonomi (Pendapatan daerah) 4. Kelembagaan (Komunikasi & koordinasi) 1. Lingkungan (Degradasi lingkungan) 2. Kelembagaan
(Partisipasi & hak-hak publik)
3. Ekonomi (Pendapatan masyarakat)
4. Sosial (Keadilan)
1. Lingkungan (Potensi SDA) 2. Ekonomi (Pendapatan
daerah) dan
Kelembagaan (Komunikasi & Koordinasi serta kepemimpinan)
3. Sosial (Keadilan)
7.2.3 Analisis Kesenjangan Dalam Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi
Hasil analisis pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi yang dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas (Jawa Barat) menghasilkan nilai-nilai indeks komposit. Dari nilai indeks komposit tersebut maka diketahui bahwa ada 3 tema indikator pembangunan berkelanjutan yang mempunyai nilai indeks komposit yang lebih tinggi daripada nilai indeks komposit Provinsi Jawa Barat.
Nilai indeks komposit tersebut yaitu pada tema pendidikan, tema kesehatan, dan tema sumberdaya air. Akan tetapi apabila hasil analisis ini digabungkan dengan hasil analisis persepsi dari stakeholders mengenai urutan prioritas faktor yang mempengaruhi pembangunan berkelanjutan dan hasil Analisis Isi pada RPJPD Kota Sukabumi Tahun 20015-2025, maka terdapat 6 indikator pembangunan berkelanjutan faktual yang sesuai. Untuk lebih jelasnya kesesuaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 63.
Tabel 63 Kesenjangan Antara Hasil Persepsi Stakeholder, Hasil Analisis Isi RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 dengan Realita Ketercapaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan di Kota Sukabumi
Persepsi
Hasil Analisis Isi RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 Realita Ketercapaian Indikator pembangunan Berkelanjutan Pemahaman Stakeholder Preferensi Stakeholder pada Struktur AHP 1. Lingkungan (Neraca SDA &lingkungan) 2. Sosial (Kesetaraan) 3. Ekonomi (Pendapatan daerah) 4. Kelembagaan (Komunikasi & koordinasi) 1. Lingkungan (Degradasi lingkungan) 2. Kelembagaan (Partisipasi & hak-hak publik) 3. Ekonomi (Pendapatan masyarakat) 4. Sosial (Keadilan) 1. Sosial (Menghargai perbedaan) 2. Ekonomi (Pendapatan masyarakat) 3. Kelembagaan (Komunikasi &Koordinasi) 4. Lingkungan
(Neraca SDA & Lingkungan) 1. Sosial (Rasa Aman) 2. Lingkungan (Potensi SDA) 3. Kelembagaan (Partisipasi & Hak-hak publik)
Sumber : Hasil Analisis,2011.
Adapun kesenjangan yang terjadi antara hasil-hasil penelitian secara lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 64. Urutan prioritas prinsip pembangunan berkelanjutan ternyata berbeda-beda untuk setiap obyek penelitian. Penentuan faktor-faktor yang paling berpengaruh pada setiap aspek pembangunan
berkelanjutan juga berbeda pada setiap hasil penelitian. Tidak semua aspek dalam prinsip pembangunan berkelanjutan ada pada setiap hasil penelitian terutama pada realita ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan.
Tabel 64 Hasil Output Penelitian
Persepsi Hasil Analisis Isi
RPJPD Kota Sukabumi Tahun 2005-2025
Hasil Analisis Isi RTRW Kota Sukabumi Tahun 2005-2025 Realita Ketercapaian Indikator pembangunan Berkelanjutan
Pemahaman Stakeholder Preferensi Stakeholder pada Struktur AHP Masyarakat 1. Lingkungan (Neraca SDA & lingkungan) 2. Sosial (Kesetaraan) 3. Ekonomi (Pendapatan daerah) 4. Kelembagaan (Komunikasi & Koordinasi 1. Lingkungan (Degradasi lingkungan) 2. Kelembagaan
(Partisipasi & hak-hak publik) 3. Ekonomi (Pendapatan masyarakat) 4. Sosial (Keadilan) 1. Sosial (Keadilan) 2. Ekonomi (Pendapatan Masyarakat) 3. Lingkungan (Potensi SDA) Kelembagaan (Komunikasi & Koordinasi 1. Sosial (Menghargai perbedaan) 2. Ekonomi (Pendapatan masyarakat) 3. Kelembagaan (Komunikasi & Koordinasi) 4. Lingkungan
(Neraca SDA & Lingkungan 1. Lingkungan (Potensi SDA) 2. Ekonomi (Pendapatan daerah) dan Kelembagaan (Komunikasi & koordinasi serta kepemimpinan) 3. Sosial (Keadilan)
1. Sosial (Rasa Aman) 2. Lingkungan (Potensi
SDA)
3. Kelembagaan (Partisipasi & Hak-hak publik)