Bab 2 Landasan Teori
2.1 Definisi Meishi (名詞) dan Doushi (動詞)
Dalam sub bab ini akan membahas mengenai teori yang berhubungan dengan kata benda (名詞) dan kata kerja (動詞) bahasa Jepang.
2.1.1 Definisi Meishi (名詞)
Menurut Okutsu (1990:13) yang dimaksud dengan meishi (名詞) adalah 名詞は自立 語である。文の構造には主題となったっり、補足語となったり、述語となった りする. Terjemahannya yaitu Meshi adalah kata yang dapat berdiri sendiri. Dalam susunan kalimat dapat menjadi subjek, kata bantu, dan predikat.
Masuoka dan Takubo (1993:33) mengelompokkan meishi berdasarkan makna dasarnya, sebagai berikut:
日本語の名詞は、人名詞、物名詞、事態名詞、場所名詞、方向名詞、時 間名詞、と言う基本的な意味範疇に分けて考えることができる。
Nomina bahasa Jepang dapat dikelompokkan berdasarkan makna dasarnya, yaitu hitomeishi (nomina orang), monomeishi (nomina benda), jitaimeishi (nomina situasi), bashomeishi (nomina tempat), houkoumeishi (nomina arah), dan jikanmeishi (nomina waktu).
Berikut penjelasan pengelompokkan meishi berdasarkan makna dasarnya menurut Masuoka dan Takubo (1993:33-34) :
1. 人名詞 (Hitomeishi) yaitu kata benda yang merujuk kepada nama benda-benda hidup seperti orang, hewan dan tumbuhan serta kata ganti orang. Misalnya
2. 物名詞 (Monomeishi) yaitu kata benda yang merujuk pada nama benda-benda mati, seperti tsukue「机」, hon「本」, dan lain-lain.
3. 事態名詞 (Jitaimeishi) yaitu kata benda yang merujuk pada suatu hal, kondisi atau peristiwa, misalnya jinsei「人生」, koufuku「幸福」, dan lain-lain.
4. 場所名詞 (Bashomeishi) yaitu kata benda yang merujuk nama tempat, misalnya kouen「公園」, taiheiyou「太平洋」, dan lain-lain.
5. 方向名詞 (Houkoumeishi) yaitu kata benda yang menunjukkan nama arah atau jalan, misalnya migi「右」, hidari「左」, higashi「東」, dan lain-lain.
6. 時間名詞 (Jikanmeishi) yaitu kata benda yang merujuk pada waktu, misalnya ashita「あした」, kyou「今日」, kinou「昨日」, dan lain-lain.
2.1.2 Definisi Doushi (動詞)
Menurut Masuoka (1993:12), definisi doushi adalah sebagai berikut:
動詞の基本的な性格は、単独で述語の働きをし、文中での働きの違いに 応じて活用することである。
Sifat dasar dari kata kerja yaitu berfungsi sebagai predikat, dan mempunyai kegunaan yang berbeda di dalam suatu kalimat.
Menurut Masuoka (1993:12), kata kerja bisa dibagi menjadi bermacam-macam dilihat dari titik tinjauannya, tetapi di sini jenis-jenis kata kerja yang dianggap penting dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Doutaidoushi-Jyoutaidoushi
Doutaidoushi merupakan kata kerja yang menunjukkan suatu gerakan. Dalam hal ini, kata kerja yang sering digunakan seperti aruku「歩く」, taoreru「倒れる」, hanasu
「 話 す 」 , dan lain-lain. Sebaliknya, kata kerja yang menunjukkan suatu keadaan disebut dengan jyoutaidoushi. Dalam jenis kata kerja ini: 1) kata aru「ある」, iru
「 い る 」 menunjukkan kepemilikan/kepunyaan; 2) kata dekiru 「 で き る 」 menunjukkan arti potensial/kemampuan; 3) kata iru 「 要 る 」 menunjukkan arti kepentingan; 4) kata kotonaru「異なる」, chigau 「違う」 menunjukkan pendapat, dan lain-lain.
2. Jidoushi-Tadoushi
Tadoushi merupakan kata kerja yang menggunakan subjek yang bersifat formalitas, yang berstruktur 「名詞 + partikel を」. Sebaliknya, Jidoushi merupakan kata kerja yang tidak menggunakan subjek.
a. 「車を止める」 (Tadoushi) = menghentikan mobil b. 「車が止まる」(Jidoushi) = mobil berhenti
3. Ishidoushi-Mushidoushi
Ishidoushi merupakan kata kerja yang menunjukkan kegiatan karena kemauan seseorang, misalnya dalam kata aruku「歩く」, yomu「読む」, kangaeru「考える」, dan lain-lain. Sebaliknya, mushidoushi merupakan kata kerja yang tidak berdasarkan kemauan seseorang, misalnya dalam kata taoreru「倒れる」, ushinau「失う」, dan lain-lain.
2.2 Definisi Nomina dan Verba Bahasa Indonesia
2.2.1 Definisi Nomina
Menurut Sakri (1994:39) nomina atau kata benda adalah kata yang melambangkan sesuatu yang berupa benda, baik yang nyata dapat diserap panca indera, makhluk, maupun segala sesuatu yang kita perlakukan, atau kita bayangkan, sebagai benda abstrak. Menurut Burton-Roberts dalam Putrayasa (2007:72) nomina adalah nama seseorang, tempat atau benda. Mengenali kata benda yang merujuk benda berwujud tidak sulit, misalnya, meja, gunung, binatang, kucing, mawar, orang, dan lain-lain. Untuk mengenali kata benda yang merujuk benda abstrak, kita harus membuka kamus, misalnya, abad, arah, adat, ahli, maksud, dan lain-lain (Sakri, 1994:39).
Dalam kalimat, nomina dapat menduduki posisi subjek, objek atau pelengkap. Misalnya, kata pemerintah dan perkembangan dalam kalimat Pemerintah akan memantapkan perkembangan adalah nomina. Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata ’tidak’. Kata pengingkarnya ialah ’bukan’ (Alwi, et al., 2000:213). Misalnya, untuk mengingkarkan kalimat Ayah saya guru harus dipakai kata ’bukan’ menjadi Ayah saya bukan guru. Nomina umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh kata ’yang’ (Alwi, et al., 2000:213). Misalnya, kata ’buku’ dan kata ’rumah’ adalah nomina karena dapat bergabung menjadi buku baru dan rumah mewah atau buku yang baru dan rumah yang mewah.
2.2.2 Definisi Verba
Menurut Sakri (1994:53) verba atau kata kerja adalah kata yang melambangkan sesuatu perbuatan (aksi) atau kegiatan. Verba atau kata kerja dapat diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata lain karena memiliki ciri-ciri berikut (Alwi, et al., 2003:87):
b. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Misalnya, kata ’membesar’ menyatakan perubahan dari suatu keadaan yang kecil ke keadaan yang tidak kecil lagi.
c. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ’ter’ yang berarti ’paling’. Misalnya, verba seperti ’mati’ atau ’suka’ tidak dapat diubah menjadi ’termati’ atau tersuka’.
d. Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti ’agak belajar’, ’sangat pergi’, dan ’bekerja sekali’.
Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba (Alwi, et al., 2003:100-101), yakni:
a. Verba Asal yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks atau imbuhan. Misalnya, kata ’tinggal’, ’mati’, ’lahir’, dan lain-lain.
b. Verba Turunan yaitu verba yang dibentuk melalui pengafiksan atau menambahkan imbuhan. Ada empat macam afiks atau imbuhan yaitu: 1) prefiks yang diletakkan di awal kata; 2) sufiks diletakkan di akhir kata; 3) konfiks merupakan gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit kata dasar dan membentuk satu kesatuan; 4) infiks atau sisipan adalah bentuk afiks yang ditempatkan di tengah kata dasar.
Menurut Alwi, et al (2003:103), dalam bahasa Indonesia terdapat prefiks verbal yaitu meng- (mengambil, mengikat), per- (perlebar, perluas), dan ber- (berunding, beranting). Disamping itu terdapat pula prefiks di- (dibuat, dipagar) dan ter- (terpercaya, tercermin) yang menggantikan meng- pada jenis klausa atau kalimat tertentu. Jumlah sufiks untuk
MAKNA
pacaran). Konfiks verba adalah ke-an (kelaparan, kecurian) dan ber-an (berjatuhan, berjualan).
2.3 Teori Terjemahan
Dalam sub bab ini akan membahas mengenai teori yang berhubungan dengan terjemahan.
2.3.1 Pengertian Terjemahan
Menurut Larson (1989:3) yang dimaksud dengan menerjemahkan itu, adalah: Menerjemahkan berarti:
1. mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber,
2. menganalisis bahasa sumber untuk menemukan maknanya,
3. mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya.
Proses itu dapat didiagramkan sebagai berikut: Bagan 2.1 Bagan Penerjemahan
BAHASA SUMBER
Teks yang akan diterjemahkan Penafsiran makna BAHASA SASARAN Terjemahan Pengungkapan kembali maknanya
Catford dalam Hoed (1992:4) mendefinisikan penerjemahan adalah sebagai berikut: The replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in other language.
Penggantian unsur teks dalam satu bahasa (BSu) dengan unsur teks yang sepadan ke dalam bahasa lain (BSa).
Pengertian penerjemahan menurut Hoed (1992:4), adalah:
Penerjemahan adalah suatu kegiatan mengalihkan amanat dari satu bahasa, yaitu bahasa sumber (disingkat BSu) ke dalam bahasa lain yaitu bahasa sasaran (disingkat BSa). Dengan demikian, dalam penerjemahan selalu terlibat dua bahasa. Bila suatu teks tertulis dalam BSu, akan disebut teks sumber (disingkat TSu), dan bila suatu teks tertulis dalam BSa, akan disebut teks sasaran (disingkat TSa).
Simatupang (2000:2) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menerjemahkan itu, adalah sebagai berikut:
Menerjemahkan adalah mengalihkan makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dan mewujudkannya kembali ke dalam bahasa sasaran dan mewujudkannya kembali di dalam bahasa sasaran dengan bentuk-bentuk yang sewajar mungkin menurut aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran. 2.3.2 Pergeseran Penerjemahan
Berdasarkan konsep kesetaraan penerjemahan, tidak semua elemen dari satu bahasa sama dengan elemen yang ada di bahasa yang lain. Pergeseran penerjemahan terjadi pada beberapa poin dan level teks. Pergeseran penerjemahan terjadi ketika tidak ada kesesuaian suatu ekspresi dari teks bahasa sumber untuk direalisasikan secara ekuivalen dalam bahasa sasaran.
Pergeseran penerjemahan, sebuah konsep yang diasosiasikan oleh Catford dalam Machali (1998: 12) sebagai bentuk berbeda yang dihasilkan oleh orang yang berbeda, Larson (1989:20) menyebutnya sebagai ketidaksesuaian struktur, dan Newmark (1989:9) mengartikannya sebagai konsep perubahan. Menurut Halliday dalam Machali
adalah obligartory shift atau pergeseran tetap yang bisa berupa pergeseran struktur gramatikal, kohesi, dan pengucapan. Sedangkan yang kedua adalah optional shift atau pergeseran pilihan. Optional shift bisa berupa pergeseran makna, referensi, interpersonal, dan tekstual.
Penelitian ini termasuk dalam obligartory shift atau pergeseran tetap secara gramatikal. Dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:134), gramatika sering diartikan sebagai aturan-aturan menyusun bentuk satuan bahasa tertentu. Yang dimaksud bahasa tertentu disini yaitu bahasa alami tertentu, bisa bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa Cina, dan sebagainya, lalu yang disebut bentuk satuan bahasa biasanya mengacu pada kata, klausa, kalimat, wacana, dan sebagainya. Sehingga dalam penelitian ini, yaitu pergeseran penerjemahan kata benda bahasa Jepang menjadi kata kerja bahasa Indonesia yang merupakan pergeseran kelas kata termasuk dalam pergeseran tetap atau obligartory shift secara gramatikal dimana kelas kata tersebut merupakan bagian dari gramatika.
Pergeseran penerjemahan ini terjadi karena penerjemah tidak bisa menemukan bentuk yang benar-benar sama dengan teks bahasa sumber, sehingga perlu direalisasikan ke dalam bahasa sasaran. Hal ini dilakukan untuk membuat teks ini dapat diterima dalam masyarakat bahasa sasaran.
Simatupang (2000:74-82) menyebutkan jenis-jenis pergeseran dalam terjemahan sebagai berikut:
1. Pergeseran pada tataran morfem
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia impossible tidak mungkin recycle daur ulang
2. Pergeseran pada tataran sintaksis a. Kata ke frasa
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia girl anak perempuan stallion kuda jantan b. Frasa ke klausa
TSu : Not knowing what to say, (he just kept quiet)
TSa : (Karena) dia tidak tahu apa yang hendak dikatakannya, (…) c. Frasa ke kalimat
TSu : His misinterpretation of the situation (caused his downfall).
TSa : Dia salah menafsirkan situasi (dan itulah yang menyebabkan kejatuhannya). d. Klausa ke kalimat
TSu : Her unusual voice and singing style thrilled her fans, who reacted by screaming, crying, and clapping.
TSa: Suaranya yang luar biasa dan gayanya bernyanyi memikat para penggemarnya.
Mereka memberikan rekasi dengan berteriak-teriak dan bertepuk tangan. e. Kalimat ke wacana
TSu : Standing in a muddy jungle clearing strewn with recently felled trees, the Balinese village headman looked at his tiny house at the end of a line of identical buildings and said he felt strange.
TSa : Kepala kampung orang Bali itu berdiri di sebuah lahan yang baru dibuka di tengah hutan. Batang-batang pohon yang baru ditebang masih berserakan di
deretan rumah yang sama bentuknya dan berkata bahwa dia merasa aneh. 3. Pergeseran kategori kata
a. Nomina ke adjektiva TSu : He is in good health. TSa : Dia dalam keadaan sehat. b. Nomina ke verba
TSu : We had a very long talk. TSa : Kami berbicara lama sekali. 4. Pergeseran pada tataran semantik
Pergeseran makna pada tataran semantik dapat berupa pergeseran makna generik ke makna spesifik maupun sebaliknya. Misalnya pada penerjemahan kata bahasa Inggris leg atau foot ke dalam bahasa Indonesia, maka padanan yang paling dekat untuk kedua kata tersebut adalah kaki. Di sini penerjemahan bergerak dari makna spesifik ke makna generik.
5. Pergeseran makna karena perbedaan sudut pandang budaya
Pergeseran makna juga terjadi karena perbedaan sudut pandang dan budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Misalnya orang Inggris menghubungkan ruang angkasa dengan kedalaman, sedangkan orang Indonesia dengan ketinggian atau kejauhan. Jadi orang Inggris akan mengatakan ’The space-ship travelled deep into space’, sedangkan orang Indonesia akan berkata ’Kapal ruang angkasa itu terbang tinggi sekali di ruang angkasa’.