Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS Tahun 2021
“Membangun Sinergi antar Perguruan Tinggi dan Industri Pertanian dalam
Rangka Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka”
Pengaruh Lama Penyimpanan Simplisia Thymus vulgaris L. terhadap
Rendemen Minyak Atsiri dan Kadar Sari
Devi Safrina, Prambayu Brenda Herera dan Nengah Ratri R.K
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Kementerian Kesehatan Jl. Raya Lawu No 11 Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah
Abstrak
Kebutuhan pasar akan thymol sangat tinggi karena bahan ini banyak digunakan di industri farmasi dan kosmetik. Thymol ini merupakan minyak atsiri dan diperoleh dari tanaman timi (Thymus vulgaris L). Thymus vulgaris L. tidak dapat dipanen setiap saat sehingga mendorong untuk dilakukan penyimpanan dalam bentuk bahan kering atau biasa disebut dengan simplisia. Selama penyimpanan, kemungkinan terjadi penurunan mutu terutama dari segi rendemen minyak atsiri dan kadar sari Thymus vulgaris L. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan dalam bentuk simplisia terhadap rendemen minyak atsiri dan kadar sari Thymus vulgaris L. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu pada bulan Februari-April 2020. Sampel yang digunakan adalah simplisia yang telah disimpan di gudang simplisia dengan beberapa umur simpan kemudian diukur rendemen minyak atsiri dan kadar sari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap mutu rendemen minyak atsiri dan kadar sari. Semakin lama penyimpanan maka semakin rendah rendemen minyak atsiri dan kadar sari. Rendemen minyak atsiri tertinggi diperoleh pada simplisia
Thymus vulgaris L. sebelum penyimpanan sebesar 1,72%. Kadar sari larut air tertinggi juga
diperolah pada simplisia Thymus vulgaris L. sebelum penyimpanan.
Kata kunci: lama penyimpanan, rendemen minyak atsiri, kadar sari, Thymus vulgaris L.
Pendahuluan
Tanaman Thymus vulgaris L. merupakan salah satu tanaman dari genus Thymus yang dimanfaatkan dalam industri farmasi, makanan dan kosmetik. Berdasarkan hasil penelitian, tanaman aromatik yang dapat hidup dengan ketinggian 1.500 mdpl ini memiliki khasiat sebagai anti mikroba, analgesik, antioksidan, anti jamur, antitusif, hepatoprotektor, dan juga dapat mengatasi keracunan. Sebagian besar penggunaan tanaman Thymus vulgaris L. di industri industri farmasi, makanan dan kosmetik yaitu dalam bentuk minyak atsiri atau biasa
dikenal dengan minyak timi. Minyak atsiri Thymus vulgaris L setidaknya terdiri dari 36 jenis komponen bahan aktif, dimana thymol merupakan salah satu komponen utama. Minyak atsiri timi berfungsi sebagai antioksidan, antibakteri, antijamur, imunomodulator, antipasmodik, anti ekspektoran, dan karminatif (Rahardjo et al., 2020; Gumus et al., 2017; Safrina et al., 2021).
Minyak atsiri adalah minyak yang mudah menguap dan diperoleh dengan cara penyulingan uap. Minyak atsiri dapat diperoleh dengan beberapa metode, akan tetapi metode yang paling praktis dan efisien yaitu dengan penyulingan (Nur et al., 2019). Kualitas dan kuantitas minyak atsiri dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu umur tanaman, tempat tumbuh, serta perlakuan mulai pemetikan hingga pemrosesan yang salah satunya adalah lama penyimpanan (Guenther, 1987; Haris, 1987). Penentuan kadar sari larut air dan etanol adalah metode kuantitatif untuk mengetahui kandungan senyawa dalam simplisia yang mampu tertarik oleh pelarut. Pengukuran kadar sari bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang tersari dalam pelarut tertentu dan dapat menggambarkan kualitas dari bahan tersebut.
Selama penyimpanan, simplisia dapat mengalami kemunduran mutu dari segi rendemen minyak atsiri maupun kadar sari. Belum terdapat data terkait pengaruh lama penyimpanan
Thymus vulgaris L. dalam bentuk simplisia serta kaitannya terhadap rendemen minyak atsiri
dan kadar sari. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian pengaruh lama penyimpanan simplisia Thymus vulgaris L. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan simplisia Thymus vulgaris L. terhadap rendemen minyak atsiri dan kadar sari.
Metodologi
A. Persiapan sampel penelitian
Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu pada bulan Februari-April 2020. Rancangan penelitian menggunakan metode purposive sampling. Simplisia Thymus vilgaris L. disimpan di gudang simplisia dengan kondisi suhu ruang sekitar 65-75%. Pengamatan dilakukan sesuai dengan lama penyimpanan simplisia meliputi rendemen minyak atsiri dan kadar sari. Sampel yang diamati yaitu simplisia dengan lama penyimpanan 0 bulan (TV0), 2 bulan (TV1), 3 bulan (TV2), 5 bulan (TV3) dan 8 bulan (TV4).
B. Rendemen minyak atsiri
Simplisia Thymus vulgaris L ditimbang sebanyak 200 gram kemudian dicacah selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung destilasi ukuran 2000 ml. Sampel ditambahkan aquadest sebanyak 1500 ml. Sampel didestilasi menggunakan metode destiasi uap air dengan lama destilasi 6 jam.
C. Kadar Sari
Pengujian kadar sari meliputi kadar sari larut air dan kadar sari larut alkohol dilakukan sesuai dengan metode yang ada di Farmakope Herbal Indonesia (FHI) (KEMENKES RI, 2011). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis statistik dengan uji one way annova, jika berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji LSD dengan derajat kepercayaan sebesar 95% menggunakan SPSS.
Hasil dan Pembahasan
Minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga dengan cara ekstraksi. Minyak atsiri mempunyai sifat-sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985; Sastrohamidjojo, 1991; Utomo dan Mujiburohman, 2018)). Tabel 1 menunjukkan rendemen minyak atsiri simplisia Thymus vulgaris L. selama penyimpanan.
Tabel 1. Rendemen minyak atsiri simplisia Thymus vulgaris L. selama penyimpanan No Lama Penyimpanan Rendemen Minyak Atsiri (%)
1 TV0 1,73 ± 0,67 b
2 TV1 1,72 ± 0,36 b
3 TV2 1,50 ± 0,13 ab
4 TV3 0,90 ± 0,23 a
5 TV4 0,86 ± 0,24 a
Keterangan: Nilai adalah nilai rata-rata ± standar deviasi; n=3. Huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata pada taraf 5%
Pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan minyak atsiri terbesar simplisia Thymus vulgaris L tertinggi yaitu sebelum penyimpanan TV0 (1,73%). Setelah penyimpanan selama 2 bulan (TV1) terjadi penurunan menjadi 1,72% dan semakin menurun pada 3 bulan (TV2) menjadi 1,50%. Analisis statistik LSD 5% menunjukkan adanya
perbedaan secara nyata antara TV0 dan TV1 terhadap TV3 (0,90%) dan TV4 (0,86%). Hasil penelitian (Tabel 1) menggambarkan terjadi penurunan rendemen minyak atsiri simplisia
Thymus vulgaris L. selama penyimpanan. Hal ini dikarenakan cairan yang mudah menguap
karena titik uapnya rendah. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung karbon, hidrogen, atau karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat aromatik, sehingga pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Minyak atsiri akan mengabsorpsi oksigen dari udara sehingga akan berubah warna, aroma, dan kekentalan sehingga sifat kimia minyak atsiri tersebut akan berubah (Ketaren, 1985). Penelitian lama penyimpanan minyak sereh pada tahun 2014 juga menunjukkan adanya penurunan pada kuantitas sitronelal (Pertiwi et al., 2009). Penelitian lain yang dilakukan pada daun eukaliptus juga menunjukkan semakin lama waktu penyimpanan, maka rendemen minyak semakin menurun yang diakibatkan dari proses oksidasi (Boreel, 2006).
A. Kadar Sari
Kandungan senyawa yang dapat tersari dalam pelarut tertentu pada suatu tanaman dapat digambarkan melalui penentuan kadar sari. Nilai kadar sari dari ekstrak kasar tersebut secara tidak langsung menggambarkan kualitas dan kemurniannya (Safrina dan Supriadi, 2020). Tabel 2 menunjukkan kadar sari simplisia Thymus vulgaris L. selama penyimpanan.
Tabel 2. Kadar sari simplisia Thymus vulgaris L. selama penyimpanan
No Lama Penyimpanan Kadar Sari Larut Air (%) Kadar Sari Larut Alkohol (%)
1 TV0 27,17 ± 0,16 c 16,02 ± 0,31 d
2 TV1 23,46 ± 0,45 b 13,48 ± 0,54 c
3 TV2 16,70 ± 0,11 b 13,11 ± 0,18 bc
4 TV3 16,62 ± 0,33 b 12,73 ± 0,15 b
5 TV4 14,66 ± 0,68 a 9,35 ± 0,09 a
Keterangan: Nilai adalah nilai rata-rata ± standar deviasi; n=3. Huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata pada taraf 5%
Tabel 2 menunjukkan bahwa lama penyimpanan simplisia Thymus vulgaris L. berpengaruh signifikan terhadap kadar sari larut air maupun kadar lari larut alkohol. Pengujian statistik memberikan hasil semakin lama penyimpanan maka kadar ari larut air dan kadar sari larut alkohol semakin menurun. Kadar sari larut air sebelum penyimpanan yaitu 23,46%, sementara kadar sari larut alkohol yaitu 16,02%. Berdasarkan hasil penelitian, nilai kadar sari larut air pada masing-masing perlakuan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar sari larut alkohol yang menunjukkan bahwa komponen penyusunnya lebih banyak yang bersifat polar. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa lama penyimpanan simplisia Thymus
vulgaris L. dapat menurunkan kandungan kadar sari larut air maupun kadar sari larut alkohol.
Penurunan kadar sari selama proses penyimpanan juga terjadi pada komoditas lengkuas (Khathir et al., 2014). Hal ini dikarenakan senyawa yang terkandung di dalam simplisia ada yang rusak selama penyimpanan. Hal ini dapat diakibatkan oleh mikroba yang semakin meningkat karena terjadinya peningkatan uap air selama penyimpanan (Manoi, 2006).
Kesimpulan dan Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan simplisia Thymus vulgaris L, dapat menurunkan rendemen minyak atsiri dan kadar sari. Rendemen minyak atsiri tertinggi yaitu pada penyimpanan 0 bulan dengan rendemen sebesar 1,73 %. Kadar sari simplisia
Thymus vulgaris L. baik larut air maupun larut alkohol tertinggi pada penyimpanan 0 bulan
sebesar 23,46 % dan 16,02 %. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait pengujian kualitas minyak atsiri Thymus vulgaris L. menggunakan Kromatografi Gas Spektrometri Massa (GC-MS).
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih disampaikan kepada B2P2TOOT atas sarana dan prasarana yang diberikan.
Daftar Pustaka
Boreel, A. (2006). Pengaruh metode dan lama penyimpanan daun terhadap rendemen volume minyak eukaliptus (Eucalypt urophylla). Jurnal Agroforestri, 1:34–39.
Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri Vol. I. Jakarta: UI Press.
Gumus, A., Ercan, N., & Imik, H. (2017). The Effect of Thyme Essential Oil (Thymus
Vulgaris) Added to Quail Diets on Performance, Some Blood Parameters, and the
Antioxidative Metabolism of the Serum and Liver Tissue. Brazilian Journal of Poultry
Science, 19(2), 297–304.
Haris, R. (1987). Tanaman minyak atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.
Khathir, R., & Putri, R. N. (2014). Penentuan umur simpan lengkuas dengan model arrhenius berdasarkan kadar air dan kadar sari larut dalam air. Rona Teknik Pertanian, 7(1): 9–17. Manoi, F. (2006). Pengaruh cara pengeringan terhadap mutu simplisia sambiloto. Bul. Littro,
17(1): 1–5.
Nur, S., Baitanu, J. A., & Gani, S. A. (2019). Pengaruh tempat tumbuh dan lama penyulingan secara kandungan kimia minak daun kemangi (Ocimum canum Sims L.). Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, 6(2):363–367.
Pertiwi, G. P., & Ifttitah, E. D. (2009). Pengaruh lama waktu penyimpanan dan penyinaran cahaya terhadap sitronelal serta uji toksisitas dengan menggunakan metode BSLT ( Brine Shrimp Lethality Test ) Penelitian tentang efek penyimpanan pada minyak atsri pernah dilakukan oleh Soner , dkk , ( 2009. Kimia Student Journal, 1(1), 98–104.
Rahardjo, R., Darwati, I., & Nurhayati, H. (2020). Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan, produksi, dan mutu tanaman timi (Thymus vulgaris L.). Jurnal Penelitian
Tanaman Industri, 20(4): 195.
RI, Kemenkes. (2011). Suplemen II farmakope herbal indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Safrina, D., Herera, P. B., & Supriyanto, E. (2021). Model kinetika pengeringan, kadar sari dan kadar abu simplisia timi (Thymus vulgaris L.) dengan beberapa metode pengeringan manual dan oven. Agrointek, 15(1), 57–71.
Safrina, D., & Supriadi, M. B. (2020). Efektivitas metode blansir terhadap peningkatan kualitas simplisia temu mangga (Curcuma Mangga Val.) setelah masa simpan. Jurnal
Penelitian Pascapanen Pertanian, 16(1): 28.
Sastrohamidjojo, H. (1991). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.
Utomo, D. B. G., & Mujiburohman, M. (2018). Pengaruh kondisi daun dan waktu penyulingan terhadap rendemen minyak kayu putih. Jurnal Teknologi Bahan Alam,