• Tidak ada hasil yang ditemukan

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DTSS DTSS DTSS

(4)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut ii

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iv

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL v

PETA KONSEP MODUL vi

A PENDAHULUAN

A.1 Deskripsi Singkat ……… 1

A.2 Prasyarat Kompetensi ……… 2

A.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ……….3

A.4 Relevansi Modul ………. 3

B KEGIATAN BELAJAR 1 Kegiatan Belajar 1: PENGHENTIAN DAN PENEGAHAN 1.1. Uraian dan Contoh a. Penghentian sarana pengangkut laut……….. − Tata cara penghentian kapal di tengan laut ………. − Pengejaran Hangat (hot pursuit) ……….. b. Tata cara pemeriksaan sarana pengangkut laut …….. − Pemeriksan Kapal Laut (Bootzoeking) di tengah laut ………. − Langkah-langkah pemeriksaan sarana pengangkut ... c. Tata cara penegahan sarana pengangkut laut …….………….. − Persiapan penegahan ... − Langkah-langkah penegahan ... 6 8 10 11 12 14 21 23 23 1.2. Latihan ……… 25

(5)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut iii 2 Kegiatan Belajar 2 :

PENYEGELAN DAN PENGAMANAN DOKUMEN 2.1. Uraian dan Contoh

a. Penyegelan ……… b. Pendeligeran ... c. Pengamanan sarana pengangkut ………. d. Pengamanan Dokumen ……… 31 31 32 34 35 2.2. Latihan ………38 2.3. Rangkuman ………38 2.4. Tes Formatif 2 ………38

2.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……….42

3 Kegiatan Belajar 3 : TINDAK LANJUT DAN ADMINISTRASI PENINDAKAN 3.1. Uraian dan Contoh a. Penanganan barang tangkapan ………. b. Berita Acara Pemeriksaan ... c. Laporan Penindakan ……… d. Surat bukti Penindakan ……….. e. Berita Acara serah terima sarana pengangkut /barang …... 43 43 47 50 53 55 3.2. Latihan ………63 3.3. Rangkuman ……….. 63 3.4. Tes Formatif 2 ………63

3.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……….67

PENUTUP 68 TES SUMATIF 69 KUNCI JAWABAN DAFTAR ISTILAH 75 77

(6)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut iv

Halaman

Gambar 1.1 : Pengejaran Target oleh Kapal Patroli Bea dan Cukai ……… .. 11

Gambar 1.2 : Pemeriksaan Kapal Laut ole h Petugas Bea dan Cukai (1) ……… 16

Gambar 1.3 : Pemeriksaan Kapal Laut ole h Petugas Bea dan Cukai (2) ……… 16

Gambar 1.4 : Petugas pAtroli Bea dan Cukai sedang memeriksa muatan kapal laut target ……… 17

Gambar 1.5 : Alur penindakan sarana pengangkut ……….……… 25

Gambar 2.1 : Pendeligeran sarana pengangkut laut ……… 37

Gambar 3.1 : Contoh Dokumen Pernyataan Hasil Pemeriksaan ……… 44

Gambar 3.2 : Sarana pengangkut yang ditarik tiba di pangkalan………...…... 46

Gambar 3.3 : Penyerahan tersangka kepada bagian penyidikan ………...…... 47

Gambar 3.4 : Contoh Berita Acara Pemeriksaan Pemeriksaan ………...…... 49

Gambar 3.5 : Contoh Laporan Penindakan ………...…...……… 52

Gambar 3.6 : Contoh Surat Bukti Penindakan ………54

Gambar 3.7 : Contoh Berita Acara membawa sarana pengangkut / barang ….……… 56

Gambar 3.8 : Contoh Berita Acara serah terima sarana pengangkut / barang ……… 57

Gambar 3.9 : Paspor ………..………...………...………… 58

Gambar 3.10 : Surat Ukur ………..………...………...…………59

Gambar 3.11 : Passanger / Crew List ……..………...………...………… 60

Gambar 3.12 : Buku Kesehatan …..………..………...………...………… 61

(7)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut v

PENGGUNAAN MODUL

Modul ini telah disusun secara sistematis mulai penghentian sarana pengangkut, penegahan hingga penyegelan dan tindak lanjut penindakan. Dalam upaya memperoleh hasil belajar yang optimal pada mata diklat Penindakan dalam Patroli Laut, kami sarankan agar Anda membaca terlebih dahulu peta konsep yang terlampir pada modul ini. Pemahaman pada peta konsep yang telah tersedia akan memudahkan Anda untuk mempelajari materi-materi pada modul ini sehingga diharapkan dapat memenuhi standar kompetensi yang diharapkan.

Perlu Anda ketahui modul ini merupakan rangkaian tidak terpisahkan dengan modul yang lain yaitu Persiapan dan Penggunaan Kapal Patroli serta modul Pelaksanaan Patroli Laut. Modul ini disusun untuk diklat teknis substantif spesialis Spesialis Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut yang akan diberikan dalam delapan tatap muka (8 JP). Tentu sangat baik bila sebelum pembelajaran di kelas dimulai, Anda membaca modul ini terlebih dahulu sehingga proses pembelajan di kelas dapat lebih efektif.

Untuk mengetahui sejauhmana penguasaan Anda pada modul ini, pada tiap-tiap selesai kegiatan belajar telah tersedia tes formatif dan pada akhir modul ini diberikan tes sumatif sebagai sarana untuk mengukur hasil belajar Anda secara mandiri. Demi mencapai tujuan hasil pembelajaran yang optimal pada peserta diklat, para Widyaiswara dengan tangan terbuka siap untuk membantu Anda baik di kelas maupun di luar kelas untuk memahami materi-materi yang tersaji dalam modul ini.

(8)

DTSS DTSS DTSS

(9)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 1

1. DESKRIPSI SINGKAT

Luasnya lautan dalam wilayah teritorial Republik Indonesia yang merupakan bagian dari daerah pabean Indonesia merupakan tantangan tugas yang tidak ringan untuk diemban Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pada sisi yang lain masih cukup banyak pegawai Bea dan Cukai yang belum memahami hak dan kewajiban serta wewenangnya dalam kegiatan patroli dan pemeriksaan kapal dan/atau barang diatasnya.

Modul ini membahas tentang penindakan dalam patroli laut mulai dari penghentian sarana pengangkut laut, pelaksanaan pemeriksaan, penegahan, penyegelan, pendeligeran, pengamanan dokumen, tindak lanjut penanganan barang dan sarana pengangkut laut hingga pendokumentasian seluruh aktivitas penindakan yang telah dilakukan.

Modul Penindakan Dalam Patroli Laut ini ini disusun secara khusus untuk diajarkan pada DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut. Modul ini penting untuk diajarkan agar para pegawai yang bertugas dalam patroli laut memiliki bekal yang memadai untuk melaksanakan tugas, mengingat begitu luasnya lautan Indonesia dengan ragam permasalahan pelanggaran aturan kepabeanan yang tidak sedikit.

Untuk memberikan gambaran yang lengkap atas materi Penindakan Dalam Patroli Laut, modul ini disusun dalam tiga kegiatan belajar (KB). Materi yang akan disajikan pada kegiatan belajar pertama berkaitan dengan pengertian penindakan dalam patroli laut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. tata cara

(10)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 2 penghentian sarana pengangkut laut, tata cara pemeriksaan sarana pengangkut laut, dan tata cara penegahan sarana pengangkut laut.

Kegiatan belajar kedua berisi tata cara penyegelan sarana pengangkut, tata cara pendeligeran sarana pengangkut, pengamanan sarana pengangkut, pengamanan dokumen sarana pengangkut. Selanjutnya pada kegiatan belajar ketiga akan dijelaskan, penanganan barang tangkapan, Berita Acara Pemeriksaan, laporan penindakan, Surat Bukti Penindakan, Berita Acara serah terima barang dan sarana pengangkut. Materi pada kegiatan belajar ketiga pada prinsipnya berisi penanganan barang tangkapan dan kegiatan administratif penindakan yang telah dilakukan.

Perlu pembaca ketahui bahwasannya materi pada modul ini telah disusun secara sistematis sesuai dengan urutan kegiatan penindakan pada patroli laut sehingga diharapkan dapat dengan mudah dipahami baik oleh peserta diklat maupun oleh pegawai lainnya.

2. PRASYARAT KOMPETENSI

Untuk mempelajari modul ini idealnya Anda telah ditunjuk sebagai Peserta DTSS Diklat Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut dan telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Pangkat minimal II/c

b. Telah lulus diklat tingkat substantif dasar (DTSD) atau telah mengikuti Program Diploma III Bea dan Cukai

c. Usia maksimal 50 tahun

d. Berkepribadian tanggap, tegas dan cekatan e. Sehat jasmani dan rohani

(11)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 3

3. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

Standar kompetensi.

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan kegiatan penindakan dalam patroli laut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Kompetensi Dasar.

Kompetensi dasar yang diharapkan dari peserta setelah mempelajari modul ini adalah mampu menjelaskan:

1. tata cara penghentian sarana pengangkut laut 2. tata cara pemeriksaan sarana pengangkut laut, 3. tata cara penegahan sarana pengangkut laut,

4. tata cara penyegelan dan pendeligeran sarana pengangkut, 5. pengamanan dokumen dan sarana pengangkut,

6. penanganan barang tangkapan, 7. Berita Acara Pemeriksaan,

8. Laporan Penindakan dan Surat Bukti Penindakan,

9. Berita Acara serah terima barang dan sarana pengangkut.

4. RELEVANSI MODUL

Relevansi modul terhadap pelaksanaa tugas yang akan dilakukan peserta diklat adalah sebagai berikut :

1. Materi modul ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan wawasan yang lengkap tentang penindakan pada patroli laut.

2. Materi modul ini dilengkapi dengan petunjuk praktis pelaksanaan penindakan pada patroli laut untuk memudahkan siswa memahami materi dimaksud. 3. Materi modul ini dilengkapi dengan ilustrasi dan gambar yang berkaitan

dengan kegiatan penindakan pada patroli laut yang telah dilaksanakan pada beberapa kegiatan patroli di lapangan.

(12)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 4 B. KEGIATAN BELAJAR

PENGHENTIAN DAN

PENEGAHAN

1.1 Uraian dan Contoh

Sekilas Tentang Penindakan dalam Patroli Laut

Penindakan terhadap barang dan/atau sarana pengangkut serta bangunan atau tempat lain adalah suatu wewenang kepabeanan yang bersifat administratif dalam rangka menjamin hak-hak negara dan dipatuhinya ketentuan larangan dan pembatasan. Disadari bahwa penindakan tersebut tentunya akan menghambat kelancaran arus barang dan mengakibatkan keadaan yang kurang memuaskan bagi pemiliknya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya dituntut kesadaran yang tinggi berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dan bersifat objektif

Pejabat Bea dan Cukai yang akan melaksanakan penindakan harus telah mempunyai petunjuk yang cukup atas tindakan yang akan diambilnya dan tetap mengutamakan tingkat pelayanan yang tinggi serta memberikan kepastian bagi

Indikator keberhasilan :

1. Mampu menjelaskan tata cara penghentian sarana pengangkut laut 2. Mampu menjelaskan tata cara pemeriksaan sarana pengangkut laut 3. Mampu menjelaskan tata cara penegahan sarana pengangkut laut

KEGIATAN BELAJAR

(13)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 5 pemilik barang dan orang yang dikenakan penindakan. Setiap penindakan harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum berdasarkan alasan dan bukti yang cukup untuk mendapatkan penyelesaian akhir berupa penyidikan terhadap tindak pidana atau pengenaan sanksi administratif berupa denda atau penyerahan kembali kepada pemiliknya.

Pejabat Bea dan Cukai mempunyai wewenang untuk melakukan penindakan di bidang Kepabeanan sebagai upaya untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran ketentuan Undang-Undang dibidang Kepabeanan. Penindakan meliputi:

1. Penghentian dan pemeriksaan terhadap sarana pengangkut;

2. Pemeriksaan terhadap barang, bangunan atau tempat lain, surat atau dokumen yang berkaitan dengan barang, atau terhadap orang;

3. Penegahan terhadap barang dan sarana pengangkut;

4. Penguncian, penyegelan, dan/atau pelekatan tanda pengaman yang diperlukan terhadap barang maupun sarana pengangkut.

Penindakan yang dilakukan dengan menggunakan sarana kapal patroli harus dilaksanakan oleh suatu Satuan Tugas Bea dan Cukai yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan Tugas/Komandan Patroli Bea dan Cukai. Adapun sasaran patroli akan meliputi wilayah perairan Indonesia maupun wilayah perairan internasional, termasuk juga dalam rangka pengejaran tidak terputus (hot pursuit). Sarana pengangkut yang menjadi obyek pengawasan akan meliputi sarana pengangkut berbendera Indonesia, sarana pengangkut berbendera asing, dan sarana pengangkut tanpa bendera, kecuali kapal perang.

Komandan Patroli akan bertanggungjawab dan menyampaikan laporan kepada Kepala Seksi Penindakan sebagai komandan satuan tugas operasi yang bertugas memimpin operasi-operasi kapal patroli bea dan cukai di laut.

Suatu kegiatan operasi patroli laut bea dan cukai akan berakhir disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Surat Perintah (SPP/SPB) habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang, b. Atas perintah/persetujuan atasan,

(14)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 6 Sementara itu kegiatan pelaksanaan patroli laut dapat dikatakan berhasil apabila :

a. Kegiatan upaya penyelundupan dan/atau tindakan pelanggaran kepabeanan dan cukai di wilayah perairan yang menjadi tugas pengawasan kapal patroli menjadi berkurang.

b. Kapal patroli berhasil melakukan penegahan Sarana Pengangkut yang menjadi target operasi yang diinformasikan oleh pejabat yang berwenang. c. Satuan Tugas Patroli berhasil melakukan penegahan Sarana Pengangkut

yang menjadi target operasi yang diinformasikan oleh pejabat yang berwenang.

d. Terciptanya suasana kondusif dan aman di wilayah perairan yang diawasi oleh kapal patroli.

e. Keselamatan petugas yang melaksanakan tugas patroli tetap terjaga.

a.

Penghentian Sarana Pengangkut Laut

Penghentian dan pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai terhadap sarana pengangkut serta barang di atasnya bertujuan untuk menjamin hak-hak negara dan dipatuhinya peraturan perundang-undangan yang pelaksanaannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Penghentian sarana pengangkut di laut dan di perairan lainnya terlebih dahulu harus diberi isyarat yang lazim bagi pengangkut di laut dan di perairan lainnya. Demikian juga penghentian sarana pengangkut di darat, terlebih dahulu harus diberi isyarat yang lazim bagi pengangkut di darat.

Pejabat Bea dan Cukai berwenang untuk menghentikan dan memeriksa sarana pengangkut serta barang diatasnya. Sarana Pengangkut yang disegel oleh penegak hukum lain atau dinas pos dikecualikan dari pemeriksaan sarana pengangkut. Pejabat Bea dan Cukai berwenang untuk menghentikan pembongkaran barang dari sarana pengangkut apabila ternyata barang yang dibongkar tersebut bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.

Petugas yang melakukan penghentian kapal segera melaporkan penghentian sarana pengangkut kepada Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang

(15)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 7 menerbitkan Surat Perintah dalam waktu 1 X 24 jam terhitung sejak penghentian dilakukan. Dalam hal Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang tidak menerbitkan Surat Perintah dalam waktu 1 X 24 jam sejak menerima laporan dari Pejabat Bea dan Cukai yang melakukan penghentian, pengangkut/sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dapat segera meneruskan perjalanannya.

Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang menerbitkan Surat Perintah adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai atau Pejabat yang ditunjuk. Adapun rincian pejabat Bea dan Cukai yang berwenang menerbitkan Surat Perintah (terdiri dari Direktur Jenderal dan Pejabat yang ditunjuk), adalah sebagai berikut : 1. Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk,

2. Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menangani Pencegahan dan Investigasi atau Pejabat yang ditunjuk,

3. Kepala Kantor Wilayah,

4. Pejabat Eselon III pada Kantor Wilayah yang menangani Pencegahan dan Investigasi atau Pejabat yang ditunjuk,

5. Kepala Kantor Pabean,

6. Pejabat Eselon IV dan V pada Kantor Pabean yang menangani Pencegahan dan Investigasi.

Dalam menghentikan sarana pengangkut, Satuan Tugas dapat

menggunakan kapal patroli, atau sarana pengangkut lainnya, dan senjata api dalam hal diperlukan. Setiap penghentian sarana pengangkut dengan menggunakan kapal patroli, Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib mencatat dalam jurnal kapal patroli. Satuan Tugas dipimpin oleh seorang Kepala Satuan Tugas/Komandan Patroli Bea dan Cukai.

Penghentian sarana pengangkut di laut dan di perairan lainnya terlebih dahulu harus diberi isyarat yang lazim bagi pengangkut di laut dan di perairan lainnya. Isyarat penghentian kapal dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dan pengangkut wajib mematuhi. Dalam hal isyarat penghentian kapal tidak dipatuhi, maka dilanjutkan dengan tindakan upaya paksa yang dapat menghentikan/melumpuhkan kapal yang menjadi obyek penghentian. Setiap tindakan penghentian dan pemberian peringatan yang dilakukan oleh Satuan Tugas Patroli Bea dan Cukai tersebut, wajib dibuat Laporan Penindakan.

(16)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 8 Penghentian sarana pengangkut untuk pemeriksaan terhadap sarana pengangkut dan/atau barang diatasnya dalam rangka penindakan dilakukan oleh Satuan Tugas yang terdiri dari sekurang-kurangnya 2 (dua) Pejabat Bea dan Cukai berdasarkan Surat Perintah yang dikeluarkan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang dan diterbitkan berdasarkan petunjuk yang cukup.

Penghentian sebagaimana dimaksud dapat dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai tanpa Surat Perintah hanya dalam keadaan mendesak dan berdasarkan petunjuk yang cukup bahwa sarana pengangkut dan/atau barang diatasnya belum dipenuhi/ diselesaikan kewajiban pabeannya, tersangkut pelanggaran Kepabeanan, Cukai atau peraturan larangan/ pembatasan impor atau ekspor.

Keadaan mendesak sebagaimana dimaksud adalah suatu keadaan dimana penegahan harus seketika itu dilakukan dan apabila tidak dilakukan dalam arti harus menunggu surat perintah terlebih dahulu, barang dan sarana pengangkut tidak dapat lagi ditegah sehingga penegakan hukum tidak dapat lagi dilakukan. Petunjuk yang cukup sebagaimana dimaksud adalah bukti permulaan ditambah dengan keterangan dan data yang diperoleh antara lain laporan pegawai, laporan hasil pemeriksaan biasa, keterangan saksi dan/atau informan, hasil intelijen atau hasil pengembangan penyelidikan dan penyidikan.

Tatacara Penghentian Kapal ditengah laut

1. Penghentian kapal di tengah laut harus dilakukan secara selektif, sehingga penghentian tersebut tidak mengakibatkan tergangggunya perjalanan kapal ke pelabuhan tujuan. Jadi penghentian kapal di tengah laut jangan dilakukan apabila tidak memiliki dasar yang akurat. Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan dasar bagi seorang komandan patroli untuk memerintahkan dihentikannya sarana pengangkut kemudian melakukan pemeriksaan, yaitu bila kapal tersebut keluar dari jalur yang ditentukan, bila kapal tersebut masuk dalam daftar hitam, dan bila terdapat informasi intelijen dari kantor pusat, Kantor Wilayah, maupun Kantor Pelayanan.

2. Penghentian kapal yang dicurigai melakukan pelanggaran dilakukan dengan terlebih dahulu diberikan isyarat, berupa isyarat tangan, bunyi, lampu, radio,

(17)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 9 atau lainnya yang lazim digunakan bagi pengangkut di laut dan di perairan lainnya.

3. Isyarat perintah berhenti yang lazim terhadap sarana pengangkut yang dicurigai dilakukan dengan memberikan tanda yang dapat dilihat atau didengar, yaitu dengan cara sebagai berikut :

a. Membunyikan alat bunyi yang ada di kapal patroli (klakson, sirene, suling, dsb).

b. Memberikan perintah berhenti dengan pengeras suara.

c. Memberikan tanda dengan tangan maupun lampu sorot (aldis).

d. Menggunakan sarana komunikasi radio internasional (Channel 16 VHF). e. Mengibarkan bendera semboyan huruf L (tanda berhenti internasional). 4. Isyarat sebagaimana dimaksud wajib dipatuhi oleh sarana pengangkut. Dalam

hal isyarat sebagaimana dimaksud tidak dipatuhi dilanjutkan dengan tembakan peringatan yang tahapannya sebagai berikut :

- tembakan pertama dilakukan dengan peluru hampa diarahkan ke atas sebanyak 3 (tiga) kali,

- tembakan kedua dilakukan 45° ke satu sisi di mana kilatannya dapat dilihat oleh kapal yang bersangkutan,

- tembakan ketiga diarahkan ke depan haluan sehingga kilatannya dapat terlihat.

5. Dalam hal cara-cara tersebut diatas tidak diindahkan oleh sarana pengangkut yang dicurigai, maka dapat dilakukan perintah berhenti dengan upaya paksa berupa tembakan peringatan diarahkan ke bagian yang menghambat /melumpuhkan sarana pengangkut yang dilakukan secara berurutan sebagai berikut:

a. Melepaskan tembakan peluru tajam ke ruang kemudi sedemikian rupa sehingga tidak melukai awak sarana pengangkut yang dicurigai.

b. Melepaskan tembakan peluru tajam ke arah bagian mesin sedemikian rupa sehingga tidak melukai awak sarana pengangkut yang dicurigai.

c. Mengambil tindakan tegas dan keras yang seimbang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, serta kepentingan yang harus dilindungi.

6. Terhadap setiap jenis penghentian wajib dicatatkan dalam jurnal kapal patroli yang ditandatangani Nakhoda Kapal Patroli Bea dan Cukai.

(18)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 10 7. Setiap tindakan sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib

membuat Laporan Penindakan.

Pengejaran Hangat (Hot Persuit)

Dalam hal kapal yang coba dihentikan tersebut tidak berhenti, bahkan melarikan diri, maka komandan patroli dapat segera melakukan perintah pengejaran. Bila kapal tersebut keluar dari wilayah laut teritorial, maka pengejaran tersebut dapat terus dilakukan sepanjang pengejarannya dilakukan tanpa henti, atau tidak terputus-putus. Pengejaran yang tidak terputus-putus inilah yang disebut dengan hot persuit atau pengejaran hangat.

Hot Persuit dapat dilakukan sampai ke laut lepas, dan harus berhenti bila kapal yang dikejar tersebut masuk ke laut teritorial negara lain. Hot persuit juga dapat dilakukan secara bergantian dengan sarana pengejar lain, misalnya sarana pengejar pertama adalah kapal patroli kemudian dilanjutkan dengan pesawat udara, hal ini dapat saja dilakukan asalkan pengejaran tersebut dilakukan tanpa henti-henti.

Penting untuk diketahui aturan dalam pengejaran suatu kapal di laut yaitu setiap kapal yang menyusul kapal lain harus menyimpangi kapal yang dikejar (disusul). Kapal diangggap sedang menyusul bilamana mendekati kapal lain dari jurusan lebih dari 22,5 derajat di belakang arah melintang sehingga terhadap kapal yang disusul di malam hari yang terlihat adalah hanya penerangan buritan saja.

Bilamana dua kapal bertemu dengan haluan berhadapan atau hampir berhadapan sehingga mengakibatkan bahaya tubrukan, masing-masing kapal harus mengubah haluannya ke kanan sehingga saling berpapasan pada lambung kirinya. Kondisi sebagaimana tersebut diatas sangat mungkin terjadi di malam hari. Hal itu dapat terlihat dari penerangan tiang kapal lain segaris atau hampir segaris dan juga dapat terlihat dari kedua penerangan lambung. Dalam hal kapal ragu-ragu apakah situasi demikian ada atau tidak maka harus dianggap ada dan bertindak sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Illustrasi tindakan pengejaran dalam kegiatan patroli laut bea dan cukai dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

(19)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 11

Gambar 1.1

Pengejaran Target oleh Kapal Patroli Bea dan Cukai

b. Tatacara Pemeriksaan Sarana Pengangkut

Sarana pengangkut yang tiba dari luar daerah pabean mempunyai resiko untuk dijadikan alat untuk melakukan pelanggaran di bidang kepabeanan. Hal ini mengingat banyak pihak memiliki akses terhadap sarana pengangkut ketika sarana pengangkut tersebut berada di luar daerah pabean. Dapat Anda bayangkan bagaimana ramainya suatu pelabuhan laut internasional atau bandara internasional. Belum lagi bila hal tersebut dikaitkan dengan kemungkinan adanya konspirasi internal antara pelaku pelaku dengan oknum di lingkungan agen sarana pengangkut tersebut.

Dari pemikiran seperti itu maka pemeriksaan sarana pengangkut menjadi penting, hal ini dimaksudkan agar hak-hak negara, berupa penerimaan pajak, dapat terjamin. Juga agar jangan sampai barang-barang impor yang masuk jenis larangan dan pembatasan masuk secara illegal dengan menggunakan sarana pengangkut tersebut.

(20)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 12 Tujuan penghentian Kapal untuk dilakukan pemeriksaan kapal, pemeriksaan kapal dilakukan dengan cara konvensional dan dengan cara modern. Pengertian dari pemeriksaan dengan cara konvensional adalah pemeriksaan dengan menggunakan alat dan peralatan yang sederhana, yang dominan menggunakan pengalaman dalam pelaksanaan tugas, dan biasanya dilakukan untuk kapal yang belum memiliki peralatan dan kelengkapan yang modern. Sedangkan pemeriksaan kapal secara modern adalah pemeriksaan kapal secara sistematik dengan menggunakan peralatan modern dan dibutuhkan keahlian khusus dibidang pemeriksaan kapal, yaitu patroli dan pemeriksaan sarana pengangkut.

Untuk keperluan pemeriksaan sarana pengangkut atas permintaan atau isyarat Pejabat Bea dan Cukai pengangkut wajib menghentikan sarana pengangkutnya.Pejabat Bea dan Cukai berwenang meminta agar sarana pengangkut dibawa ke Kantor Pabean atau tempat lain yang sesuai untuk keperluan pemeriksaan. Atas permintaan Pejabat Bea dan Cukai, pengangkut wajib membuka sarana pengangkut atau bagiannya untuk diperiksa.Segala biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan pemeriksaan merupakan tanggung jawab pengangkut, apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran ketentuan Undang-undang; Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, apabila dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pelanggaran ketentuan Undang-undang.

Pemeriksaan Kapal Laut (Bootzoeking) di Tengah Laut

Setelah kapal berhenti, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan pemeriksaan terhadap kapal tersebut atau bootzoeking. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan bootzoeking adalah sebagai berikut :

- temui nakhoda kapal yang bersangkutan dan tunjukan Surat Tugas dan informasi kan bahwa kapal tersebut akan periksa.

- minta dan lakukan pemeriksaan terhadap surat-surat kapal (Surat Laut/Pas Kapal, Jurnal Kapal,Surat Muatan Kapal berupa manifes,store list,crew list, stowage plan).

(21)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 13 - periksa kapal dengan didamping oleh seorang perwira kapal. Pemeriksaan

dilakukan secara sederhana dan taktis, tidak perlu mendetail, namun mengarah ke tempat-tempat utama yang menjadi sasaran.

Ada beberapa kemungkinan yang dapat ditemukan dari pemeriksaan Kapal tersebut, antara lain :

- kedapatan barang-barang yang tidak tercantum dalam manifest, - kedapatan barang-barang yang disembunyikan,

- kedapatan barang-barang perbekalan yang jumlahnya melebihi kewajaran, - kedapatan barang-barang larangan yang membahayakan keamanan, - terdapat barang larangan seperti narkotika atau psioktropika.

Bila dalam pemeriksaan tersebut terdapat barang dagangan yang cukup banyak sementara di dalam manifest diberitahukan nihil, atau barang larangan yang mem-bahayakan keamanan (seperti senjata api dan sejenisnya), atau barang larangan berupa narkoba, atau barang yang tidak diberitahukan 50% lebih banyak dari yang diberitahukan dalam manifes, maka terhadap kapal tersebut dapat dilakukan penderigeran atau ditarik ke kantor atau kantor pelayanan Bea dan Cukai yang mudah dicapai.

Sedangkan bila tidak maka seluruh barang-barang dagangan yang ditemukan diperintahkan untuk dikumpulkan dalam satu ruangan/tempat, kemudian disegel dan dibuatkan Berita Acara Penyegelean rangkap tiga. Lembar 1 dipegang oleh komandan patroli, sedangkan lembar 2 dan 3 serahkan kepada nakhoda yang bersangkutan. Selanjutnya kapal tersebut dapat melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan tujuan. lalu informasikan kepada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai tujuan tentang adanya penyegelan barang-barang dimaksud untuk penyelesaian lebih lanjut.

Dalam hal hasil pemeriksaan tidak terdapat pelanggaran, maka kapal segera diizinkan untuk melanjutkan perjalanan. Namun, Surat Pernyataan pemeriksaan harus tetap dibuat, sebagai laporan kepada atasan yang memberikan perintah patroli. Hal yang perlu diingat dalam melakukan pemeriksaan kapal laut adalah bahwa kapal laut yang telah disegel oleh instansi lain atau Dinas Pos tidak dapat dilakukan pemeriksaan oleh petugas Bea dan Cukai.

(22)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 14

Langkah-langkah pemeriksaan sarana pengangkut

1. Petugas pemeriksa dan petugas pengamanan turun secara bersamaan ke sarana pengangkut yang akan diperiksa.

2. Dalam melaksanakan pemeriksaan petugas melakukannya dengan urutan sebagai berikut :

a. Menemui nakhoda atau pengurus SP untuk menunjukan surat perintah, dan menjelaskan maksud serta tujuan pemeriksaan.

b. Memeriksa surat-surat muatan (manifest, bill of lading, store list, tally list, dsb); surat-surat awak kapal (crew list, passenger list, paspor, buku kesehatan, dsb); dan surat-surat kapal (surat laut atau Pas, surat izin berlayar, jurnal kapal, dsb).

c. Meminta nakhoda atau pengurus SP untuk menyaksikan pemeriksaan yang akan dilakukan.

d. Memeriksa muatan/barang di semua ruangan yang ada (palka, ruang ABK, ruang mesin, dek, dan ruang-ruang tersembunyi), serta mencocokkannya dengan manifest atau dokumen lainnya.

e. Komandan patroli dapat memerintahkan atau membawa SP ke KPPBC terdekat atau Kantor Penerbit Surat Perintah untuk dilakukan pemeriksaan, dalam hal pemeriksaan muatan barang SP tidak dapat dilakukan di laut. f. Membuat berita acara hasil pemeriksaan untuk ditandatangani Komandan

Patroli dan nakhoda atau pengurus SP.

g. Membuatkan surat pernyataan hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa pemeriksaan berjalan dengan tertib dan tidak menimbulkan kerugian bagi pihak yang diperiksa, untuk ditandatangani nakhoda atau pengurus SP. h. Mencatat posisi dan tanggal/waktu pemeriksaan, serta melaporkan hasil

pemeriksaan kepada Komandan Patroli.

i. Berdasarkan hasil pemeriksaan Komandan Patroli memutuskan ada tidaknya pelanggaran yang telah dilakukan oleh sarana pengangkut yang diperiksa.

3. Dalam hal tidak terdapat pelanggaran, Komandan Patroli memerintahkan Nakhoda SP yang diperiksa untuk melanjutkan perjalanannya.

(23)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 15 4. Dalam hal terdapat pelanggaran Komandan Patroli melakukan hal-hal sebagai

berikut :

a. Memanggil nakhoda/pengurus SP yang diperiksa, dan memberitahukan bahwa ia akan melakukan penindakan sesuai dengan jenis pelanggaran yang telah dilakukan.

b. Memerintahkan petugas pemeriksa dan petugas pengamanan untuk mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan jenis penindakan yang dilakukan.

c. Berkoordinasi dengan nakhoda dalam melaksanakan pengamanan hasil tindakan.

5. Nakhoda BC mencatat ke dalam jurnal kapal tentang posisi, tanggal/waktu dan semua kejadian sejak penghentian, pemeriksaan, sampai penindakan yang dilakukan.

a. Dalam hal di tempat penghentian tidak mungkin dilakukan pemeriksaan karena alasan mengganggu ketertiban umum; dan membahayakan keselamatan pengangkut, sarana pengangkut atau Pejabat Bea dan Cukai,Satuan Tugas Bea dan Cukai memerintahkan pengangkut untuk membawa sarana pengangkut ke tempat lain yang sesuai untuk pemeriksaan, Kantor Pabean terdekat atau Kantor Pabean tempat kedudukan pejabat penerbit Surat Perintah.

b. Dalam hal pengangkut tidak mematuhi perintah sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai dapat melakukan upaya paksa untuk membawa sarana pengangkut ke tempat lain yang sesuai untuk pemeriksaan; Kantor Pabean terdekat; atau Kantor Pabean tempat kedudukan pejabat penerbit Surat Perintah.

Illustrasi tindakan pemeriksaan atas sarana pengangkut/kapal laut dalam kegiatan patroli laut bea dan cukai dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

(24)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 16

Gambar 1.2

Pemeriksaan kapal laut oleh Petugas Patroli Bea dan Cukai (1)

Gambar 1.3

(25)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 17

Gambar 1.4

Petugas Patroli Bea dan Cukai sedang memeriksa muatan kapal laut target

Pemeriksaan Ditempat Penghentian Atau Tempat Yang Sesuai Untuk Pemeriksaan

Satuan Tugas Bea dan Cukai yang melakukan pemeriksaan sarana pengangkut wajib menunjukkan Surat Perintah kepada pengangkut dan memberitahukan maksud dan tujuan pemeriksaan.

1. Dalam pemeriksaan, pengangkut wajib menunjukkan semua surat dan dokumen yang berkaitan dengan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya serta denah situasi bagi sarana pengangkut di laut kepada Pejabat Bea dan Cukai.

2. Dalam hal pengangkut tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai berwenang mencari semua surat dan dokumen dan memeriksa tempat-tempat dimana disimpan surat atau dokumen yang diperlukan.

3. Setiap tindakan sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib membuat Laporan Penindakan

4. Untuk keperluan pemeriksaan barang di atas sarana pengangkut, pengangkut atau kuasanya wajib:

(26)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 18 a. menunjukkan bagian-bagian/tempat-tempat dimana disimpan barang b. menyerahkan barang dan membuka peti kemas/kemasan barang; dan c. menyaksikan pemeriksaan.

5. Dalam hal pengangkut atau kuasanya tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan karena jabatan.

6. Setiap tindakan sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib membuat Laporan Penindakan

a. Dalam hal hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pelanggaran, pengangkut/sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dapat segera meneruskan perjalanannya

b. Dalam hal hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran, sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya ditegah dan dibawa ke Kantor Pabean terdekat atau Kantor Pabean tempat kedudukan pejabat penerbit Surat Perintah dan diserahkan kepada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai untuk penyelidikan/penyidikan lebih lanjut.

7. Atas hasil pemeriksaan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya, Pejabat Bea dan Cukai wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan

8. Atas penyerahan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya sebagaimana dimaksud, Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib membuat Berita Acara Serah Terima

9. Atas pemeriksaan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya Satuan Tugas Bea dan Cukai wajib membuat Surat Bukti Penindakan dengan menyebutkan alasan dan hasil pemeriksaan atau jenis pelanggaran.

Pemeriksaan Di Kantor Pabean Terdekat Atau Kantor Pabean Tempat Kedudukan Pejabat Penerbit Surat Perintah

1. Satuan Tugas Bea dan Cukai yang melakukan penghentian sarana pengangkut menyerahkan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya kepada Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang berwenang melakukan pemeriksaan dengan Berita Acara Serah Terima

(27)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 19 2. Pemeriksaan terhadap sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya

sebagaimana dimaksud dalam poin1 dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk oleh Pejabat yang berwenang

3. Atas hasil pemeriksaan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya, Pejabat Bea dan Cukai sebagaimana dimaksud wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan

a. Dalam hal hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pelanggaran, pengangkut/sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dapat segera meneruskan perjalanannya

b. Dalam hal hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran, Pejabat Bea dan Cukai melakukan penegahan dan menyerahkan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya kepada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai untuk penyelidikan/ penyidikan lebih lanjut

4. Atas penyerahan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dari Pejabat Bea dan Cukai yang melakukan pemeriksaan kepada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai dibuatkan Berita Acara Serah Terima 5. Atas pemeriksaan dan atau penegahan sebagaimana dimaksud di atas,

Pejabat Bea dan Cukai wajib membuat Surat Bukti Penindakan

Segala biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan pemeriksaan merupakan tanggung jawab :

1. Pengangkut, apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran ketentuan undang-undang

2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, apabila dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pelanggaran ketentuan undang-undang.

Satuan Tugas Bea dan Cukai memerintahkan pengangkut untuk membawa kapalnya ke tempat lain yang sesuai untuk pemeriksaan, Kantor Pabean terdekat atau Kantor Pabean tempat kedudukan pejabat penerbit surat perintah, sekarang ketentuannya dapat dibawa ke tempat atau kantor pabean yang mudah dicapai. Satuan tugas bea dan cukai yang melakukan pemeriksaan kapal di tempat penghentian atau tempat yang sesuai untuk pemeriksaan, wajib menunjukkan surat perintah kepada pengangkut; dan memberitahukan maksud dan tujuan pemeriksaan.

(28)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 20 Dalam pemeriksaan pengangkut wajib menunjukkan semua surat dan dokumen yang berkaitan dengan sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya serta denah situasi bagi kapal di laut kepada pejabat Bea dan Cukai. Bagaimana kalau pengangkut tidak memenuhi kewajibannya? Satuan tugas Bea dan Cukai berwenang mencari semua surat dan dokumen dan memeriksa tempat-tempat dimana disimpan surat atau dokumen yang diperlukan. Setiap tindakan, satuan tugas Bea dan Cukai wajib membuat Laporan Penindakan. Untuk keperluan pemeriksaan barang di atas kapal, pengangkut/nakhoda atau kuasanya wajib menunjukkan bagian-bagian/tempat-tempat dimana barang disimpan, menyerahkan barang dan membuka peti kemas/kemasan barang dan menyaksikan pemeriksaan.

Dalam hal pengangkut atau kuasanya tidak memenuhi kewajibannya, satuan tugas Bea dan Cukai berwenang melakukan pemeriksaan karena jabatan. Setiap tindakan pemeriksaan kapal secara jabatan, Satuan tugas Bea dan Cukai wajib membuat Laporan Penindakan. Dalam hal hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya pelanggaran, pengangkut/sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dapat segera meneruskan perjalanannya.

Dalam hal hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran, kapal dan/atau barang di atasnya ditegah dan dibawa ke Kantor Pabean yang mudah dicapai atau Kantor Pabean tempat kedudukan pejabat penerbit Surat Perintah dan diserahkan kepada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai (PPNC DJBC) untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut. Atas hasil pemeriksaan kapal dan/atau barang di atasnya, pejabat Bea dan Cukai wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Penyerahan kapal dan/atau barang di atasnya, Satuan tugas Bea dan Cukai wajib membuat Berita Acara Serah Terima. Pemeriksaan kapal dan/atau barang di atasnya Satuan tugas Bea dan Cukai, wajib membuat Surat Bukti Penindakan dengan menyebutkan alasan dan hasil pemeriksaan atau jenis pelanggaran.

Pemeriksaan terhadap sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk oleh Pejabat yang berwenang. Atas hasil pemeriksaan sarana pengangkut dan/atau barang di

(29)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 21 atasnya, Pejabat Bea dan Cukai wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan. Dalam rangka pemeriksaan kapal, diperlukan juga pengetahuan ketentuan dan terminologi nautika, nautika ini penting agar kapal berlayar tidak ada gangguan teknis, maupun non teknis.

Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Yang Diputuskan Komandan Patroli

Sasaran penegahan adalah Sarana Pengangkut yang diduga atau dicurigai, atau berdasarkan informasi telah/akan melakukan pelanggaran terhadap undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Undang-undang Nomor 17 tentang perubahan atas Undang-Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai dan setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan lain yang penegakan hukumnya dititipkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

c. Tata Cara Penegahan Sarana Pengangkut Laut

Pengertian Penegahan

Penegahan adalah tindakan administratif untuk menunda pengeluaran, pemuatan, dan pengangkutan barang impor atau ekspor sampai dipenuhinya kewajiban pabean. Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan penegahan terhadap :

a. Barang impor yang berada di Kawasan Pabean yang oleh pemiliknya akan dikeluarkan ke peredaran bebas tanpa memenuhi kewajiban pabean,

b. Barang impor yang keluar dari Kawasan Pabean yang berdasarkan petunjuk yang cukup belum memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban pabeannya, c. Barang ekspor yang berdasarkan petunjuk yang cukup belum memenuhi

sebagian atau seluruh kewajiban pabeannya,

d. Sarana pengangkut yang memuat barang yang belum dipenuhi kewajiban pabeannya,

(30)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 22 Penegahan tidak dapat dilakukan terhadap:

a. Paket atau barang yang disegel oleh Penegak Hukum lain atau Dinas Pos, b. Barang yang berdasarkan hasil pemeriksaan ulang atas Pemberitahuan atau

Dokumen Pelengkap Pabean menunjukkan adanya kekurangan pembayaran Bea Masuk,

c. Sarana pengangkut yang disegel oleh Penegak Hukum lain atau Dinas Pos, d. Sarana pengangkut milik Negara atau Negara Asing.

Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai dikuasai negara dan disimpan di Tempat Penimbunan Pabean. Pemilik barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai, dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Menteri dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya surat bukti penegahan, dengan ketentuan menyebutkan alasan-alasan keberatan, dan melampirkan bukti-bukti yang menguatkan keberatan.

Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah diselesaikan dengan cara sebagai berikut:

1. diserahkan kembali kepada pemiliknya, dalam hal telah memenuhi kewajiban pabean:

a. penegahan barang dan/atau sarana pengangkut yang dilakukan tanpa surat perintah penegahan karena alasan mendesak dan perlu, tidak mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal,

b. keberatan yang diajukan oleh pemilik barang dan/atau sarana pengangkut diterima oleh Menteri,

c. keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 tidak mendapat putusan Menteri setelah lewat waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak diterimanya permohonan keberatan,

d. tidak diperlukan untuk bukti di pengadilan, setelah diserahkan uang pengganti yang besarnya tidak melebihi harga barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah.

2. dimusnahkan karena barang tersebut busuk,

3. dilelang, karena sifatnya tidak tahan lama, merusak, berbahaya, atau pengurusannya memerlukan biaya tinggi, sepanjang bukan merupakan barang yang dilarang atau dibatasi,

(31)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 23 4. diserahkan kepada penyidik sebagai bukti dalam proses penyidikan, 5. dalam hal menyangkut barang yang dilarang atau dibatasi, menjadi milik

negara.

Persiapan Penegahan Sarana Pengangkut Laut

1. Sebelum menyandarkan kapal patroli ke SP yang akan ditegah, Komandan Patroli/Nakhoda BC harus mempertimbangkan keadaan cuaca, kondisi kapal, keselamatan kapal dan ABK BC, serta posisi SP yang akan ditegah.

2. Komandan Patroli berkoordinasi dengan Nakhoda BC menunjuk dan memberikan arahan kepada :

a. Paling sedikit 1 (satu) orang tugas pemeriksa untuk memeriksa kapal. b. Paling sedikit 1 (satu) orang petugas pengamanan bersenjata api untuk

mengamankan petugas pemeriksa selama melakukan pemeriksaan.

c. Paling sedikit 2 (dua) orang petugas pengamanan bersenjata api untuk berjaga-jaga di geladak kapal patroli.

d. Petugas pemeriksa wajib mengenakan baju pelampung (life jacket) dan membawa perlengkapan pemeriksaan seperti peralatan tulis menulis, peralatan kerja (tang, obeng, alat pemotong, alat ukur, senter, kamera, dan sebagainya), peralatan komunikasi, serta peralatan penyegelan.

e. Petugas pengamanan wajib mengenakan baju pelampung (life jacket), peralatan komunikasi, dan selalu dalam keadaan siaga dengan senjata api. 3. Komandan patroli dan Nakhoda BC bertanggung jawab terhadap kelancaran,

ketertiban, dan keamanan proses pemeriksaan, kelancaran lalu lintas kapal-kapal lainnya, serta selalu siaga menghadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.

Langkah-langkah Penegahan

1. Komandan Patroli memerintahkan Pembantu Kopat untuk melakukan pengamanan terhadap Sarana Pengangkut dan dokumen-dokumen yang ada di Sarana Pengangkut yang dapat dijadikan sebagai barang bukti dalam proses penyelidikan dan penyidikan, serta Nahkoda kapal membuat Surat Pernyataan Penyerahan Manifest dan Dokumen Kapal. Apabila diperlukan,

(32)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 24 Komandan Patroli berkoordinasi dengan Nakhoda BC memerintahkan kepada ABK kapal patroli untuk membantu pelaksanaan tugas. Nakhoda BC dan ABK kapal patroli diutamakan bersiaga di Kapal Patroli dengan tetap memperhatikan tugasnya di kapal patroli.

2. Terhadap penegahan tersebut wajib dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Komandan Patroli, meliputi sekurang-kurangnya:

a. Laporan Kejadian

b. Berita Acara Pemeriksaan c. Laporan Penindakan d. Surat Bukti Penindakan

e. Berita Acara Serah Terima Sarana Pengangkut / Barang

3. Apabila pada saat penegahan terjadi kejadian-kejadian penting, maka Komandan Patroli menginformasikan kepada Pusdalops (Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi, Kepala Seksi Penindakan atau pejabat lain yang ditunjuk).

4. Komandan Patroli menempatkan minimal 2 (dua) orang ABK Kapal Patroli yang dilengkapi dengan senjata api di Sarana Pengangkut yang ditegah dalam rangka pengamanan selama proses penarikan ke Kantor Terdekat atau Kantor Lain sesuai arahan Pusdalops (Misalnya Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau) dan dalam perjalanan tersebut Komandan Patroli atau Nahkoda selalu melakukan komunikasi dengan ABK Kapal Patroli yang ditunjuk tersebut.

5. Sesampainya di pangkalan/dermaga Kantor Bea Cukai terdekat/Kantor Tujuan (Misal Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau), Komandan Patroli menyerahkan hasil tangkapan kapal patroli dan laporan penangkapan kepada Kepala Seksi Penindakan dan/atau Kepala Bidang Penindakan dan Sarana Operasi.

6. Dalam hal tangkapan hasil patroli diserahkan ke KPPBC terdekat, Komandan Patroli menyerahkan laporan penangkapan, berkas penindakan, tersangka, dan barang bukti kepada Kepala Seksi P2 KPPBC terdekat tersebut.

7. Komandan Patroli melaporkan penyerahan hasil tangkapan ke KPPBC terdekat kepada Kepala Seksi Penindakan.

(33)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 25 Nah setelah Anda belajar secara lengkap kegiatan belajar pertama, bila materi tersebut diringkas terlihat sebagaimana gambar 1.1 dibawah ini.

Gambar 1.5

Alur penindakan sarana pengangkut

1.2 Latihan

Agar Anda dapat lebih memahami materi pada kegiatan belajar 1, coba kerjakan latihan-latihan berikut ini.

1. Apa alasan dilakukannya pemeriksaan sarana pengangkut? 2. Apa dasar hukum pemeriksaan sarana pengangkut?

3. Apa yang dimaksudkan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai?

4. Sebutkan dokumen apa saja yang dapat dijadikan bahan utama dalam melakukan pemeriksaan sarana pengangkut yang datang dari luar daerah pabean !

5. Jelaskan perbedaan antara penahanan dengan penegahan? Jelaskan pendapat saudara !

1.3 Rangkuman

1. Setiap sarana pengangkut yang datang dari luar daerah pabean yang berpotensi dijadikan alat untuk melakukan pelanggaran merupakan obyek pemeriksaan sarana pengangkut.

2. Pemeriksaan didahului dengan penghentian sarana pengangkut yang akan diperiksa. Penegahan dilakukan pejabat bilamana diduga atau dicurigai, atau berdasarkan informasi telah/akan dillakukan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(34)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 26 1.4 Tes Formatif

Untuk menguji hasil belajar pada kegiatan belajar 1, kerjakan tes formatif berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar.

1. Yang tidak termasuk ruang lingkup penindakan adalah … a. Pengejaran sarana pengangkut

b. Penghentian dan pemeriksaan terhadap sarana pengangkut; c. Penegahan terhadap barang dan sarana pengangkut

d. Penguncian, penyegelan, dan/atau pelekatan tanda pengaman yang diperlukan terhadap barang maupun sarana pengangkut

2. Tujuan penghentian kapal adalah … a. untuk dilakukan penyegelan

b. untuk dilakukan pemeriksaan kapal c. untuk dilakukan pendeligeran d. untuk dilakukan penegahan

3. Dalam keadaan mendesak dan berdasarkan petunjuk yang cukup bahwa sarana pengangkut dan/atau barang di atasnya belum dipenuhi/ diselesaikan kewajiban pabeannya, maka penghentian sarana pengangkut…

a. harus berdasarkan izin tertulis dari Penanggung Jawab Operasi b. menggunakan Surat Perintah

c. dapat dilakukan tanpa Surat Perintah d. sebaiknya menggunakan Surat Perintah

4. Yang benar dari pernyataan-pernyataan dibawah ini adalah …

a. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan memberikan tembakan peringatan ke atas sebanyak 3 (tiga) kali.

b. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan melepaskan tembakan peluru tajam didepan haluan sarana pengangkut.

c. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan melepaskan tembakan peluru tajam kearah ruang kemudi.

d. Penghentian sarana pengangkut didahului dengan memberikan isyarat berupa sirene atau lampu sorot.

(35)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 27 5. Yang tidak termasuk isyarat perintah penghentian sarana pengangkut

adalah…

a. memberikan tembakan peringatan keatas atau didepan haluan.

b. membunyikan alat bunyi yang ada di kapal patroli seperti klakson dan sirene.

c. memberikan tanda dengan lampu sorot (aldis).

d. mengibarkan bendera semboyan huruf L.

6. Dalam hal hasil pemeriksaan tidak terdapat pelanggaran, manakah dari pernyataan dibawah ini yang tepat…

a. kapal diizinkan untuk melanjutkan perjalanan dan Surat Pernyataan pemeriksaan tidak perlu dibuat.

b. kapal diizinkan untuk melanjutkan perjalanan dan Surat Pernyataan pemeriksaan harus tetap dibuat.

c. kapal tidak diizinkan untuk melanjutkan perjalanan dan Surat Pernyataan pemeriksaan harus dibuat.

d. kapal tidak diizinkan untuk melanjutkan perjalanan dan Surat Pernyataan pemeriksaan tidak perlu dibuat.

7. Langkah pertama dalam pelaksanaan bootzoeking adalah … a. melakukan pemeriksaan surat-surat kapal

b. melakukan pemeriksaan pada tempat-tempat yang rawan terjadinya penyimpangan

c. menemui nahkoda dan menunjukkan Surat Tugas untuk pemeriksaan kapal

d. melakukan penegahan atas pelanggaran yang terjadi

8. Yang tidak termasuk surat-surat yang diperiksa pada saat bootzoeking adalah…

a. Pas Kapal b. Manifes

c. Store list d. Packing List

9. Kegiatan operasi dapat dihentikan bilamana terdapat kondisi-kondisi berikut kecuali...

a. Persediaan logistik menipis

(36)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 28 c. ada perintah/persetujuan atasan

d. target operasi tercapai

10. Patroli laut dikatakan gagal apabila ... a. tingkat penyelundupan berkurang

b. kapal patroli tidak dapat melakukan penegahan sarana pengangkut yang menjadi target operasi

c. informasi operasi diketahui seluruh petugas operasi

d. kapal patroli menegah sarana pengangkut dengan jumlah barang yang tidak terlalu banyak

11. Yang tidak termasuk kategori patroli laut dikatakan berhasil adalah ...

a. Menegah jenis komoditi yang sangat berpengaruh dalam kegiatan sosial ekonomi masyarakat

b. adanya tangkapan hasil patroli laut

c. informasi operasi diketahui pihak eksternal d. kerugian negara berhasil diamankan

12. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah oleh Pejabat Bea dan Cukai dikuasai negara dan disimpan di …

a. Tempat Penimbunan

b. Tempat Penimbunan Sementara c. Tempat Penimbunan Berikat d. Tempat Penimbunan Pabean

13. Penegahan dilakukan dengan cara paling sedikit … a. 1 (satu) orang petugas untuk memeriksa kapal b. 2 (dua) orang petugas untuk memeriksa kapal.

c. 2 (dua) orang petugas pengamanan bersenjata api untuk mengamankan petugas pemeriksa selama melakukan pemeriksaan.

d. 1 (satu) orang petugas pengamanan bersenjata api untuk berjaga-jaga di geladak kapal patroli.

14. Yang tidak termasuk dalam pertimbangan Komandan Patroli ketika menyandarkan kapal untuk melakukan penegahan adalah …

(37)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 29 a. cuaca

b. banyaknya muatan pada sarana pengangkut c. kondisi kapal

d. keselamatan kapal dan ABK kapal patroli

15. Yang benar dari pernyataan dibawah ini adalah …

a. Komandan Patroli tidak perlu menempatkan ABK Kapal Patroli yang dilengkapi dengan senjata api di sarana pengangkut yang ditegah

b. Komandan Patroli menempatkan minimal 1 (satu) orang ABK Kapal Patroli yang dilengkapi dengan senjata api di sarana pengangkut yang ditegah c. Komandan Patroli menempatkan minimal 2 (dua) orang ABK Kapal Patroli

yang dilengkapi dengan senjata api di sarana pengangkut yang ditegah d. Komandan Patroli menempatkan minimal 3 (tiga) orang ABK Kapal Patroli

(38)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 30 1.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Coba cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan cocokan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci sebagaimana rumus dibawah ini.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100% Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai:

91 % s.d 100 % : Sangat Baik 81 % s.d. 90,00 % : Baik

71 % s.d. 80,99 % : Cukup 61 % s.d. 70,99 % : Kurang

0 % s.d. 60 % : Sangat Kurang

Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah menguasai materi kegiatan belajar 1 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.

(39)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 31

PENYEGELAN DAN

PENGAMANAN DOKUMEN

2.1 Uraian dan Contoh

a. Penyegelan

Salah satu jenis penindakan yang dilakukan dalam patroli laut adalah penyegelan. Penyegelan yaitu tindakan untuk menjamin barang-barang yang ada di atas kapal tidak mengalami perubahan, baik dari segi jumlah dan jenis barang dan cara penumpukan sampai di tempat tujuan. Penyegelan merupakan tindak lanjut dari penegahan atas sarana pengangkut yang diduga kuat telah melakukan pelanggaran.

Penyegelan dilakukan pada tempat-tempat :

a. Tutup palka dan pintu menuju palka untuk barang-barang yang disimpan di dalam palka, dan barang-barang di atas dek yang dapat dipindahkan ke dalam palka.

Indikator keberhasilan :

1. Mampu menjelaskan penindakan berupa penyegelan sarana pengangkut 2. Mampu menjelaskan penindakan berupa pendeligeran sarana pengangkut 3. Mampu menjelaskan pengamanan sarana pengangkut

4. Mampu menjelaskan pengamanan dokumen sarana pengangkut

KEGIATAN BELAJAR

(40)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 32 b. Tutup tangki, keran, atau selang pemasukan/pengeluaran barang-barang

cair/gas.

c. Barang-barang lain tidak memiliki tempat penyimpanan sendiri. d. Tempat-tempat atau ruangan lain yang dianggap perlu untuk disegel. Pejabat Bea dan Cukai berwenang melakukan penyegelan terhadap: a. Barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya,

b. Barang ekspor yang harus diawasi yang berada di sarana pengangkut atau di tempat penimbunan atau tempat lain,

c. Barang dan/atau sarana pengangkut yang ditegah.

Segel dan/atau tanda pengaman yang digunakan oleh instansi pabean di negara lain atau pihak lain dapat diterima sebagai pengganti segel. Pemilik dan/atau yang menguasai sarana pengangkut atau tempat-tempat yang disegel oleh Pejabat Bea dan Cukai wajib menjaga agar semua kunci, segel, atau tanda pengaman tidak rusak atau hilang. Kunci, segel, atau tanda pengaman yang telah dipasang tidak boleh dibuka, dilepas atau dirusak tanpa izin dari Pejabat Bea dan Cukai.

Penyegelan dihentikan dalam hal :

a. Barang dan/atau sarana pengangkut telah diselesaikan kewajiban pabeannya; b. Penyegelan sebagai tindak lanjut dari penegahan yang dilakukan tanpa surat

perintah tidak mendapatkan persetujuan dari Direktur Jenderal;

c. Barang dan/atau sarana pengangkut diserahkan kepada penyidik sebagai barang bukti.

b. Pendeligeran

Pendeligeran adalah upaya penarikan kapal yang ditegah menuju ke kantor pabean yang mudah dijangkau, ke Kantor Pabean atasan dari komandan patroli yang melakukan penegahan, atau ke Kantor Pabean tempat komandan patroli berasal yang dimaksudkan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh pemeriksa Bea dan Cukai. Yang dimaksud dengan pendeligeran adalah juga berarti pengertian membawa suatu kapal tahanan ke suatu pelabuhan untuk pemeriksaan / penyidikan lebih lanjut oleh pemeriksa Bea dan Cukai.

(41)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 33 Membawa suatu kapal tahanan ke suatu pelabuhan untuk pemeriksaan / penyidikan lebih lanjut dapat ditempuh beberapa alternatif sebagai berikut:

1. Menerbitkan Surat Perintah Pendeligeran kepada Nakhoda / tersangka supaya membawa sendiri kapalnya kepangkalan yang disebutkan oleh komandan patroli Bea dan Cukai. Dalam Surat Perintah Pendeligeran disebutkan :

a. Pangkalan tujuan (tempat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut) dengan route pelayaran yang dilalui.

b. Pejabat / instansi yang dihubungi oleh nakhoda / tersangka di pangkalan. c. Alat bukti surat-surat dan benda-benda yang mudah dipindahkan telah

diamankan oleh kapal pemeriksa.

d. Dapat ditempatkan petugas atau tanpa petugas.

e. Cara membawa kapal tahanan dengan Pendeligeran hanya dapat dikenakan kepada kapal berbendera Indonesia.

f. Perintah Pendeligeran dapat diberikan kepada kapal berbendera asing untuk meninggalkan perairan Indonesia menuju laut lepas karena sesuatu pelanggaran hukum tetapi karena demikian ringannya sehingga dianggap tidak perlu diproses dipengadilan. Dalam hal pelanggaran kapal tersebut memenuhi unsur tindak pidana yang dimaksud dalam Undang-Undang Kepabeanan dan cukai maka diteruskan kepada PPNS DJBC untuk dilakukan penyidikan.

2. Penempatan komandan patroli Bea dan Cukai dan anggota tim patroli Bea dan Cukai diatas kapal yang Dideliger.

3. Kapal tetap dibawa nakhoda kapal yang dideliger/tahanan dengan dikendalikan oleh petugas kapal patroli Bea dan Cukai ke pangkalan yang dituju :

a. Barang bukti di kapal kapal yang dideliger/tahanan berada dalam pengawasan petugas kapal patroli Bea dan Cukai.

b. Lakukan tindakan pengamanan.

4. Pemindahan sebagian atau seluruhnya tersangka dari kapal tahanan: a. Kapal dibawa oleh petugas dari tempat kejadian kepangkalan yang dituju. b. Para tersangka ditempatkan diatas kapal petugas.

(42)

DTSS DTSS DTSS

DTSS Patroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut LautPatroli dan Pemeriksaan Sarana Pengangkut Laut 34 a. Kapal tahanan dibawa tersangka Nakhoda dan ABK nya menuju pangkalan

yang dituju.

b. Kapal petugas mengawal dari samping pada jarak yang sama dan aman. 6. Kapal tahanan diseret oleh kapal petugas :

a. Kapal tahanan yang rusak/ tidak bisa jalan sendiri, diseret petugas. b. Tersangka untuk Nakhoda dan ABK dipindahkan kekapal petugas

7. Dalam hal kapal tahanan rusak berat dan dapat menimbulkan bahaya kepada kapal tersangka, Nakhoda dan ABK nya serta karena cuaca tidak memungkinkan diseret, maka kapal yang akan dideliger tersebut dapat ditenggelamkan.

8. Buat berita acara penenggalamannya dengan menyebutkan alasan – alasan serta posisi tenggelamnya.

c. Pengamanan sarana pengangkut

Untuk pengamanan terhadap Sarana Pengangkut yang ditegah, antara lain dengan :

a. Mengamankan ABK Sarana Pengangkut, agar tidak melakukan perlawanan atau sabotase.

b. Melumpuhkan atau mengambil alih sarana komunikasi dan navigasi.

c. Mengamankan kamar mesin agar Sarana Pengangkut tetap dalam kondisi siap berlayar.

d. Mengambilalih kemudi dan mengarahkan Sarana Pengangkut yang ditegah ke KPPBC terdekat, atau tempat lain sesuai petunjuk Kepala Seksi Penindakan. e. Dalam keadaan mendesak dan dianggap perlu, dapat mengadakan upaya

paksa lainnya.

Dalam hal Sarana Pengangkut yang ditegah mengalami kerusakan mesin atau kemudi:

a. Upayakan untuk melakukan perbaikan.

b. Apabila perbaikan tidak berhasil, lakukan penggandengan / penarikan atau menghubungi Pusdalops.

Dalam hal Sarana Pengangkut yang ditegah mengalami kebocoran : a. Upayakan melakukan perbaikan untuk menutup kebocoran.

Gambar

Gambar 3.5  Laporan Penindakan
Gambar 3.9  Paspor
Gambar 3.10  Surat Ukur
Gambar 3.11  Passenger / Crew List
+2

Referensi

Dokumen terkait

data debit yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera III Provinsi Riau masih dalam bentuk grafik elevasi AWLR dengan satuan sentimeter sehingga harus

Hattâ muayene günü akşam üzeri kendi evine döndükten sonra, yüzü gözü sarkık büyük bir karamsarlık içinde gelmiş ve bunun sebebini gerek dadı kalfa ve gerek Canan

Alhamdulillah, penelitian pengembangan model pendidikan karakter bagi anak sejak dini melalui program terpadu “Sekolah Ibu” PAUD nonformal di pedesaan dapat

Dari tabel A2 menunjukkan bahwa tidak ada pejabat eselon I di Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional III Sumatera Selatan dan pada tingkat Jabatan Eselon II tidak ada pejabat

Kelima prinsip tersebut adalah pertama, pengalaman belajar yang diberikan ditentukan oleh tujuan yang akan dicapai, kedua, pengalaman belajar harus cukup sehingga

- OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH,

Aset tidak lancar mengalami peningkatan menjadi 127,79% pada tahun 2012 yang disebabkan oleh peningkatan aset tetap dan properti investasi, secara keseluruhan dapat dilihat

Dari materi yang terdapat dalam ketiga sumber buku Ilmu Alamia Dasar (IAD) tersebut, Terutama tentang Pokok Pembahasan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup dapat