• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS ANAK DENGAN KESUKARAN BELAJAR Amarilys Andaritidya. Kata kunci: Kesukaran belajar, pemeriksaan psikologis, anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS ANAK DENGAN KESUKARAN BELAJAR Amarilys Andaritidya. Kata kunci: Kesukaran belajar, pemeriksaan psikologis, anak"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan sebab mengapa subyek mengalami kesukaran belajar untuk kemudian ditentukan intervensi yang tepat guna membantu subyek mengatasi permasalahannya. Untuk dapat menemukan data terkait tujuan penelitian maka peneliti melakukan observasi, wawancara dan juga sejumlah tes psikologi (Binet, VMI, VSMS, dan Bender Gestalt) kepada subyek.

Kata kunci: Kesukaran belajar, pemeriksaan psikologis, anak

Subyek adalah seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang duduk di kelas lima SLB C, peneliti ingin lebih mendalami hal yang menjadi penyebab sulitnya subyek dalam belajar karena sebelum bersekolah di SLB C, subyek sempat bersekolah di sekolah umum namun harus keluar karena dianggap lamban dalam menerima pelajaran.

Kesulitan belajar secara garis besar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok : (1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan, mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku social, dan (2) kesulitan belajar yang berhubungan dengan akademik. Adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis dan atau matematika (Abdurrahman, 2003).

Proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris atau mencari makna dari data yang diterima oleh berbagai indera merupakan tugas persepsi. Ada berbagai jenis persepsi, yaitu persepsi auditori, persepsi visual, taktil dan kinestetis. Terjadinya gangguan pada salah satu jenis persepsi tersebut dapat menimbulkan masalah dalam belajar akademik.

(2)

a. Persepsi auditori :

Kemampuan memahami atau menginterpretasikan segala sesuatu yang didengar. Ada lima sub bidang dalam persepsi ini :

- Kesadaran fonologis

Anak yang tidak memiliki kesadaran fonologis tidak dapat memahami dan tidak dapat menggunakan prinsip alfabet yang diperlukan untuk belajar fonik dan membaca kata-kata

- Diskriminasi auditori

Anak yang memiliki kesulitan dalam diskriminasi auditori ini akan sulit membedakan antara kata-kata yang sama dengan kata-kata yang berbeda, misalnya kata kakak dengan bapak atau ibu dengan abu.

- Ingatan auditori

Kemampuan menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar - Urutan auditori

Kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan secara lisan. Misalnya urutan alfabet.

- Perpaduan auditori

Kemampuan memadukan elemen-elemen fonik tunggal atau berbagai fonem menjadi satu kata yang utuh

b. Persepsi visual

Anak dengan gangguan persepsi visual akan mengalami kesulitan dalam membedakan bentuk-bentuk geometri, huruf atau kata. Ada lima sub bidang dalam persepsi ini :

- Hubungan keruangan

Persepsi tentang posisi berbagai obyek dalam ruang. Persepsi tentang tempat suatu obyek atau simbol (gambar, huruf, angka) dan hubungan keruangan yang menyatu dengan sekitarnya. Dalam membaca, kata-kata harus dilihat sebagai keseluruhan yang terpisah yang dikelilingi oleh ruang

- Diskriminasi visual

(3)

- Diskriminasi bentuk dan latar belakang

Kemampuan membedakan suatu objek dari latar belakang yang mengelilingi. - Visual closure

Kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu obyek meskipun obyek tersebut tidak diperlihatkan secara keseluruhan.

- Mengenal obyek

Kemampuan mengenal sifat berbagai obyek yang mereka lihat. Pengenala tersebut mencakup berbagai bentuk geometri, hewan, huruf, angka, kata dam sebagainya.

Informasi yang diterima melalui indera harus dapat diintegrasikan dengan berbagai sistem persepsi, anak mampu memindahkan atau memadukan berbagai sistem persepsi. Banyak anak yang mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan dua sistem persepsi yang sangat esensial dalam proses belajar akademik, yaitu persepsi visual dan auditori (Abdurrahman, 2003)

Beberapa hal dibawah ini adalah simptom yang dapat mengindikasikan adanya masalah dalam daerah persepsi tertentu atau biasa disebut perceptual disability : Visual Motor Channel Disability

- Memperlihatkan koordinasi motorik yang buruk

- Memperlihatkan kekakuan motorik ; sering tersandung, menabrak sesuatu, memiliki masalah dalam melompat

- Memiliki rentang perhatian yang pendek, kurang memiliki ketekunan - Memperlihatkan perilaku gelisah

- Tulisan, karya seni dan gambar yang dihasilkan kurang bagus

- Sering terbalik didalam menulis huruf b, d, p, q, u, n, dimana usia anak berada di atas usia tujuh tahun

- Terbalik didalam menulis angka, misalnya akan menulis angka 17 tertulis menjadi angka 71

- Dapat memberikan jawaban yang benar saat guru memberikan pertanyaan secara lisan, namun tidak dapat menuliskan jawabannya pada kertas

(4)

- Memperlihatkan perfoma yang buruk dalam tes prestasi (dibandingkan dengan teman-teman satu kelas)

- Terlihat pintar, jika dibandingkan dengan indikasi dari hasil tes - Memperlihatkan kekurangan dalam memahami ruang dan waktu - Mudah lupa

Auditory Vocal Channel Disability

- Terlihat tidak terlalu pintar, jika dibandingkan dengan indikasi dari hasil tes - Melakukan lebih banyak aktivitas dari yang diharapkan : meletakkan puzzle secara

bersamaan, memperbaiki barang yang rusak dan sebagainya - Memperlihatkan masalah dalam bicara

- Melakukan kesalahan dalam membaca suku kata dalam kalimat - Terdengar ganjil dalam mengurutkan sesuatu

- Menggunakan kalimat sederhana secara tidak tepat - Tampak terlihat tidak mendengarkan atau paham

- Melihat wajah guru atau orang dewasa dengan sungguh-sungguh untuk memahami kalimat yang diucapkan

- Tampak pemalu

- Menjawab dengan jawaban yang pendek-pendek

- Dapat mengikuti intruksi dengan baik setelah dipraktekkan

- Tidak dapat mempelajari tugas-tugas menghafal seperti menghafal alfabet, kombinasi angka dan nomot telepon

Receptive Process Disability Visual

- Tidak senang dengan buku, gambar - Tidak dapat memahami bacaan

- Tidak dapat memberikan penjelasan sederhana tentang isi suatu cerita - Tidak dapat mengkategorikan gambar

(5)

Auditory

- Tidak dapat memahami apa yang didengar - Memperlihatkan kalimat reseprif yang buruk - Gagal untuk mengidentifikasi suara secara benar - Gagal untuk menyelesaikan instruksi

Auditory Association Disability - Tidak dapat menikmati bacaan

- Memiliki kesulitan dalam pertanyaan yang membutuhkan penjelasan

- Mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan namun memberikan respon yang tidak sesuai

- Lamban dalam merespon; butuh waktu lama untuk menjawab

- Memperlihatkan pembentukkan konsep yang kurang (dalam respon verbal) - Sangat tergantung pada petunjuk gambar

Visual Association Disability

- Tidak dapat bercerita berdasarkan gambar; hanya dapat memberi nama obyek yang ada pada gambar

- Tidak dapat memahami apa yang dibaca

- Gagal didalam menangani tugas yang berhubungan dengan buku - Membutuhkan isyarat atau petunjuk auditori

Manual Expressive Disability

- Memperlihatkan kekurangan dalam menulis dan menggambar - Jarang memperlihatkan gesture dalam berkomunikasi

- Memiliki kesulitan dalam “menunjukkan” ide-ide atau perasaan - Terlihat kaku dan memiliki gerakan yang tidak terkoordinasi

- Menunjukkan kekurangan dalam permainan; tidak dapat meniru anak-anak lain dalam permainan

(6)

Verbal Expressive Disability

- Kesalahan dalam mengucapkan kata

- Menggunakan akhiran kata yang kurang tepat - Mengabaikan akhiran kata yang benar

- Membuat tata bahasa yang salah

- Memiliki kesulitan dalam memadukan suara

Memory Disability Auditory Memory

- Tidak mengetahui alamat dan atau nomor telepon - Tidak dapat mengingat intruksi

- Tidak dapat mengingat sajak, puisi - Tidak mengetahui alfabet

- Tidak dapat menghitung

- Gagal didalam mempelajari perkalian, penambahan, dan pengurangan Visual Memory

- Seringkali salah dalam mengeja kata, meskipun telah diberi latihan tambahan - Seringkali salah dalam mengeja nama sendiri

- Tidak dapat menulis alfabet, angka dan hasil perhitungan

- Dapat mengenali kata dalam satu hari namun gagal dalam hari berikutnya (Pierangelo, 1994)

Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya yang terganggu, anak mungkin akan sulit membedakan bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti d dengan b, p dengan q, h dengan n, atau m dengan w. Jika persepsi auditorinya yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata yang diucapkan guru.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan orangtua, Ibu subyek mengatakan pada saat mengandung subyek, ia tidak mau makan karena terus menerus mual. Pada usia kandungan tujuh bulan, ibu subyek baru mau makan. Ibu subyek berusia 40 tahun lebih saat mengandung subyek. Subyek lahir normal pada usia

(7)

kandungan sembilan bulan, berat subyek saat dilahirkan 3,5 kg. Kesehatan normal saat dilahirkan. Subyek pernah dirawat di RS karena muntaber, selain itu tidak ada penyakit serius yang pernah dialami subyek. Subyek akan marah bila dituduh namun subyek mau meminta maaf. Kegiatan sehari-hari yang sering dilakukannya di rumah adalah bermain bersama teman-teman. Subyek pernah dipukuli teman. Subyek pernah melakukan hal-hal yang membuat orangtuanya was-was, seperti duduk di pinggir sumur, dan berlari ke luar rumah langsung ke jalan karena tertarik dengan truk-truk yang lewat di depan rumahnya. Namun subyek mulai berubah saat bulan puasa yang lalu, subyek lebih sering ada di dalam rumah. Subyek telah dapat memakai baju, dan mandi sendiri tapi untuk menyikat gigi masih dibantu karena biasanya tidak bersih kalau menyikat sendiri. Subyek bisa mandiri merawat diri sejak beberapa bulan yang lalu. Subyek mau belajar. Subyek sempat belajar di SD umum, namun lambat dan jarang memperhatikan guru. Subyek bisa menyampaikan keinginannya. Subyek tidak takut dengan orang asing. Menurut ibu subyek komunikasi subyek bagus, namun untuk pelajaran di sekolah terlambat, walau sekarang sudah lebih baik dari sebelumnya

Hasil wawancara dengan wali kelas subyek saat ini, subyek masuk SLB terlambat, dalam artian dia pernah di sekolah umum dalam waktu yang lama dan tidak mendapatkan penanganan (pengajaran) secara khusus. Subyek mengenal angka dari 1-20, tapi untuk 20 ke atas dia kebingungan. Untuk menulis angka, subyek bisa menulis 1-12, namun untuk angka 13 keatas masih sering kebalik-balik. Kelebihan subyek pada membaca namun kurang dalam berhitung. Bila guru mengeja suatu kata secara lisan (kata sederhana), subyek dapat mengaitkan kata tersebut dengan benar, namun ketika harus menuliskannya ada beberapa huruf yang hilang, koordinasi mata dan motoriknya kurang bagus. Daya ingat bagus dibandingkan teman-temannya. Guru sering menceritakan tentang peristiwa yang sedang terjadi, subyek dapat mengingatnya. Subyek berani tampil di depan umum namun kurang percaya diri dalam tugas akademis. Orang tua tidak memberi dukungan pada subyek untuk belajar. Subyek sering meniru perkataan orang tuanya. Awalnya subyek bisa menulis karena hafal, namun ketika dapat menulis tanpa menghafal, tulisannya malah sering kebalik (terutama angka). Subyek dapat membaca kalimat sederhana (SPO). Subyek dapat

(8)

membaca kata yang terdiri dari huruf konsonan vokal. Sering menunjuk di tempat yang salah. Ada huruf yang hilang saat subyek menulis. Subyek tidak terlalu aktif secara fisik. Pelajaran mengarang dilakukan secara lisan. Pengetahuan bagus, perbendaharaan kata cukup bagus. Mencampur antara khayalan dan kenyataan, meski demikian konsentrasinya gampang terpecah. Emosi datar, subyek cenderung cengeng. Punya perhatian pada orang lain.

Hasil observasi yang dilakukan di rumah, sekolah dan pada saat tes berlangsung. Subyek antusias menyambut observer, dan juga cukup antusias memberitahukan barang-barang baru yang dimilikinya kepada observer. Subyek berani bernyanyi tanpa malu-malu. Subyek dapat mengantar kepergian observer. Subyek tidak dapat menulis alfabet dengan benar. Subyek mau berbagi dengan orang lain. Subyek tidak dapat menulis angka dari 1-10 dengan benar dan lengkap. Kadang ada huruf yang hilang saat subyek menulis kata namun terkadang ada juga tambahan huruf pada kata yang ditulis. Subyek menulis dari kanan ke kiri. Subyek memegang pensil dengan benar, mata tertuju pada kertas, bibir terkatup rapat. Subyek tidak memperhatikan panggilan observer pada saat ia menggambar, namun demikian subyek tetap dapat mengaitkan kata yang observer eja secara dengan benar meskipun sedang menggambar dan tidak melihat ke arah observer. Subyek mengeja secara lisan sebelum membaca. Subyek asal saat membaca, namun ketika observer melisankan kata yang ada subyek dapat menjawab dengan benar. Di sekolah, subyek mampu menceritakan kembali cerita guru meski tidak persis sama. Subyek mengerjakan tugas tanpa banyak bicara, begitupula ketika subyek memperbaiki tugasnya. Subyek bekerja ketika diperhatikan guru, namun ketika guru sedang memperhatikan murid yang lain, subyek berhenti bekerja. Subyek dapat menyelesaikan tugasnya dengan benar setelah diarahkan. Subyek berani mengungkapkan ceritanya pada banyak orang. Subyek dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, terkait dengan cerita yang pernah diceritakan guru. Subyek berani tampil di depan kelas untuk membacakan cerita namun subyek bercerita tanpa membaca (subyek tidak dapat membaca). Subyek tahu informasi. Subyek dapat mengingat warna dalam bahasa inggris. Subyek tidak dapat menulis dengan benar, kata yang ditulis subyek tidak sesuai dengan ucapan.Subyek bermain dengan siapa saja.

(9)

Subyek mampu bekerja sama dengan teman-temannya. Subyek dapat melafalkan iqomah dengan baik. Subyek banyak bercerita, tentang apa saja yang pernah dia dengar atau lihat. Subyek berani berkenalan dengan orang lain, subyek juga dapat menjawab pertanyaan dari orang lain. Subyek banyak bertanya tentang apapun yang dilihatnya. Subyek dapat berinteraksi dengan anak lain (yang normal). Ada kecenderungan emosi labil pada subyek

Hasil tes inteligensi menunjukkan subyek berada dalam rentang mentally defective, dengan usia kronologis 11 tahun 7 bulan, subyek menunjukkan usia mental 5 tahun 8 bulan. Skor inteligensi yang didapat menunjukkan bahwa subyek mengalami lemah mental, dimana usia mentalnya jauh di bawah usia kronologisnya. Kemampuan subyek berada di bawah rata-rata anak seusianya. Untuk pengertian umum dan penalaran, kemampuan subyek setara dengan anak usia 7 tahun. Sedangkan kemampuan visual motorik, pemahaman berhitung serta perbendaharaan kata dan kelancaran verbal setara dengan anak usia 6 tahun. Kemampuan subyek yang paling rendah bahkan di bawah usia mentalnya adalah ingatan dan konsentrasi, yang setara dengan anak usia 4,5 tahun.

Kemampuan subyek dalam visual motorik setara dengan anak usia 5 tahun 3 bulan. Hal ini menunjukkan adanya keterlambatan subjek dalam kemampuan integrasi visual motor. Subjek belum mampu melihat dan meniru gambar tiga dimensi. Subyek belum dapat menggabungkan dua bangun yang berbeda bentuk dengan benar. Subyek belum dapat membentuk sudut yang jelas bagi bangun yang memiliki lebih dari 4 sisi. Untuk stimulus titik atau lingkaran-lingkaran kecil, jumlah titik atau lingkaran yang dibuat subyek lebih banyak dari yang seharusnya. Kemampuan visual motorik subyek masih berada di level 1 (motor proficiency) yang meliputi kemampuan kontrol, speed, scribble dan grasp. Subjek dapat memegang pensil dengan benar, cepat dalam menggambar (tanpa ragu), bebas mengekspresikan garis yang akan dibuat dan dapat menghapus meski tidak bersih.

Kematangan sosial subyek setara dengan anak usia 9 tahun 2 bulan, usia sosial ini lebih tinggi dari usia mental subyek yaitu 5 tahun 8 bulan. Dalam melihat kematangan sosial ada beberapa hal yang diukur :

(10)

Communication

Subyek telah dapat menggunakan pensil untuk menulis. Perfomansi ini diharapkan telah dapat dikuasai anak berusia 6,15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kategori communication ini, perfomansi subyek telah melampaui usia yang dijadwalkan.

Self Help Eating

Subyek dapat makan sendiri. Perfomansi ini diharapkan telah dikuasai anak berusia 9,03 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kategori self help eating ini, perfomansi subyek telah melampaui usia yang dijadwalkan.

Self Help Dressing

Subyek telah dapat mandi sendiri. Perfomansi ini diharapkan telah dikuasai anak berusia 8,85 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kategori self help dressing ini, perfomansi subyek telah melampaui usia yang dijadwalkan.

Socialization

Subyek dapat bergabung dengan teman-temannya dalam permainan. Perfomansi ini diharapkan telah dikuasai anak berusia 8,28 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kategori socialization ini, perfomansi subyek telah melampaui usia yang dijadwalkan.

Locomotion

Subyek sebenarnya dapat berkeliling kota dengan bebas, hanya saja ada otoritas dari orangtua yang tidak memperbolehkan subyek pergi ke suatu tempat tanpa orangtua. Perfomansi ini diharapkan telah dikuasai anak berusia 9,45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kategori locomotion ini, perfomansi subyek telah melampaui usia yang dijadwalkan.

Occupation

Subyek dapat menyapu lantai rumah ketika ibu subyek memintanya. Perfomansi ini diharapkan telah dikuasai anak berusia 8,53 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kategori occupation ini, perfomansi subyek telah melampaui usia yang dijadwalkan.

(11)

Self Direction

Subyek dapat berbelanja ke warung terdekat. Bila barang yang harus dibeli banyak, ibu subyek akan membuat daftar belanjaan. Perfomansi ini diharapkan telah dikuasai anak berusia 9,38 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa untuk kategori self direction ini, perfomansi subyek telah melampaui usia yang dijadwalkan.

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh perkembangan dan kemasakan kemampuan motorik, faktor emosi dan lain-lain. Indikator wavy line menunjukkan koordinasi motorik subyek kurang bagus dan ada ketidak stabilan emosi. Namun demikian satu indikator yang muncul tidak cukup mendeteksi gangguan emosi. Persepsi subyek tidak dipengaruhi dengan adanya gangguan emosi.

Berdasarkan hasil tes, kemampuan visual motorik subyek berada dibawah usia kronologisnya, dimana rerata hasil yang didapat setara dengan usia 6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa subyek mengalami keterlambatan dalam fungsi visual motoriknya. Kemampuan terbaik subyek terletak pada level satu, meliputi kemampuan kontrol, speed, scribble dan grasp. Subjek dapat memegang pensil dengan benar, cepat dalam menggambar (tanpa ragu), bebas mengekspresikan garis yang akan dibuat dan dapat menghapus meski tidak bersih.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan data bahwa subyek dapat mengenal angka dari 1-20, tapi untuk 20 ke atas dia kebingungan. Untuk menulis angka, subyek bisa menulis 1-12, namun untuk angka 13 keatas masih sering kebalik-balik. Hal ini sesuai dengan salah satu simptom perceptual visual motor disability yakni terbalik didalam menulis angka, misalnya akan menulis angka 17 tertulis menjadi angka 71.

Kemudian bila guru mengeja suatu kata secara lisan (kata sederhana), subyek dapat mengaitkan kata tersebut dengan benar, namun ketika harus menuliskannya ada beberapa huruf yang hilang. Hal ini sangat sesuai dengan salah satu simptom perceptual visual motor disability yakni dapat memberikan jawaban yang benar saat guru memberikan pertanyaan secara lisan, namun tidak dapat menuliskan jawabannya pada kertas

(12)

Subyek tidak terlalu aktif secara fisik, namun sangat aktif secara verbal. Hal ini membuat subyek terlihat lebih pintar dari kondisi yang sebenarnya, sesuai pula dengan salah satu simptom perceptual visual motor disability yaitu terlihat pintar, jika dibandingkan dengan indikasi dari hasil tes.

Konsentrasi subyek gampang terpecah, subyek seringkali menghentikan pekerjaannya atau ikut nimbrung ketika ada orang lain yang sedang berbicara pada saat dia sedang mengerjakan tugasnya, hal ini sesuai dengan salah satu simptom perceptual visual motor disability yakni Memiliki rentang perhatian yang pendek, kurang memiliki ketekunan.

Tulisan, karya seni dan gambar yang dihasilkan kurang bagus. Hal ini sesuai pula dengan salah satu simptom dari perceptual visual motor disability. Selain itu subyek juga memperlihatkan kekurangan dalam memahami ruang dan waktu, ia masih belum dapat membedakan kanan dan kiri atau menyebutkan waktu yang tampak dari jam.

Berdasarkan data-data yang telah didapat, maka hipotesis bahwa subyek mengalami kesukaran belajar terutama dikarenakan adanya gangguan persepsi visual motorik, sehingga tidak mampu memahami makna kata yang kemudian berdampak pada ketidakmampuannya dalam menulis dapat diterima.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. PT Rineka Cipta. Jakarta

Canning, P.M., Orr, R.R., Rourke, B.P. 1980. Sex Differences in the Perceptual, Visual Motor, Linguistic and Concept-Formation Abilities of Retarded Readers. Journal of Learning Disabilities. Volume 13, Number 9, p : 37-41

Pierangelo, R. 1994. A Survival Kit For The Special Education Teacher. The Center For Applied Research in Education. New York

(14)

Subyek salah saat membaca, namun ketika observer mengeja kata yang sama subyek dapat mengaitkannya dengan benar. Setelah subyek dapat mengaitkannya dengan benar, observer meminta subyek untuk menuliskannya. Subyek menulis dari kanan ke kiri…kadang huruf yang harus ada dalam suatu kata ditulis semua walaupun susunannya salah, kadang ada huruf yang hilang dari kata, bahkan ada huruf yang seharusnya tidak ada dalam suatu kata.

Salah satu kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian atau yang sering disebut perhatian selektif. Perhatian selektif adalah kemampuan untuk memilih salah satu diantara sejumlah rangsangan seperti rangsangan auditif, taktil, visual dan kinestetik yang mengenai manusia setiap saat. Perhatian selektif membantu manusia membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses pada suatu waktu tertentu. Jika seorang anak memperhatikan dan bereaksi terhadap banyak rangsangan, maka anak semacam itu dipandang sebagai anak yang terganggu perhatiannya (Abdurrahman, 2003).

Kondisi subyek berbeda dari kebanyakkan anak-anak seusianya. Subyek hanya bisa membaca kalimat sederhana (terdiri dari SPO), dan belum bisa menulis dengan benar. Ciri-ciri kesulitan belajar adalah terdapat masalah dalam satu aspek atau lebih yaitu :

1. Gangguan pada aktivitas motorik

Subyek tidak terlalu aktif secara fisik dan terkesan lamban. Profile Binet subyek menunjukkan kemampuan visual motoriknya setara dengan anak usia 6 tahun. Hal ini selaras dengan hasil tes VMI, dimana kemampuan visual motoriknya setara dengan anak usia 5 tahun 3 bulan.

2. Gangguan pada persepsi

3. Gangguan pada atensi atau perhatian 4. Gangguan pada ingatan

5. Hambatan dalam orientasi ruang, arah atau spasial 6. Hambatan dalam perkembangan bahasa

7. Hambatan dalam pembentukkan konsep 8. Masalah perilaku

(15)

Dalam menulis terjadi suatu aktivitas yang didukung oleh beberapa indera dan individu harus mampu mentransfer dan mengintegrasikan antara kemampuan visual, auditori, kinestetis maupun berpikir.

Pelajaran menulis mencakup : 1. Menulis dengan tangan

Menulis dengan tangan disebut juga menulis permulaan dan karena menulis terkait erat dengan membaca, maka pelajaran membaca dan menulis di kelas-kelas permulaan SD sering disebut juga pelajaran membaca dan menulis permulaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menulis : a. Motorik

Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami gangguan, akan mengalami kesulitan dalam menulis, tulisannya tidak jelas, terputus-putus atau tidak mengikuti garis

b. Perilaku

Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis.

c. Persepsi

Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya yang terganggu, anak mungkin akan sulit membedakan bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti d dengan b, p dengan q, h dengan n, atau m dengan w. Jika persepsi auditorinya yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata yang diucapkan guru.

d. Memori

Anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika menyangkut gangguan ingatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau kata. Jika mengalami gangguan ingatan auditori, anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru saja diucapkan guru.

e. Kemampuan melaksanakan cross modal

Kemampuan melaksanakan cross modal menyangkut kemampuan mentransfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik. Ketidak mampuan di bidang ini dapat menyebabkan anak mengalami gangguan koordinasi mata tangan sehingga tulisan menjadi tidak jelas, terputus-putus, atau tidak mengikuti garis lurus. f. Penggunaan tangan yang dominan

Anak yang tangan kirinya lebih dominan, tulisannya sering terbalik-balik dan kotor

g. Kemampuan memahami instruksi

Ketidakmampuan memahami instruksi dapat menyebabkan anak sering keliru menulis kata-kata yang sesuai dengan perintah guru.

Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia (dysgraphia). Disgrafia menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika

(16)

Untuk mengetahui apakah anak mengalami kesulitan menulis tangan, guru dapat melakukan observasi terhadap berbagai kemampuan sebagai berikut :

1) Menulis dari kiri ke kanan 2) Memegang pensil dengan benar 3) Menulis nama panggilan sendiri 4) Menulis huruf-huruf

5) Menyalin kata-kata dari papan tulis ke buku atau kertas 6) Menulis pada garis yang tepat

2. Mengeja

Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kreativitas atau berpikir divergen. Hanya ada satu pola susunan huruf-huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda.

Kesulitan mengeja dapat terjadi jika anak tidak memiliki memori yang baik tentang huruf-huruf. Memori dapat berkaitan dengan memori visual untuk mengenal bentuk-bentuk huruf dan atau memori auditif untuk mengenal bunyi-bunyi hurf. Gangguan persepsi visual dapat menyebabkan anak sukar membedakan huruf-huruf yang bentuknya hampir sama, dan akibat dari kesukaran itu anak sukar untuk membedakan nama-nama huruf. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai anak yang mampu mengeja huruf-huruf dari suatu kata tetapi tidak mampu membaca rangkaian huruf yang membentuk kata. Hal semacam ini tentu saja bukan tergolong kesulitan mengeja tetapi sudah merupakan kesulitan membaca.

Untuk mengetahui kemampuan anak dalam mengeja dapat dilihat adanya berbagai kesalahan pada tulisan mereka. Adapun berbagai kesalahan yang sering dilakukan oleh anak-anak dalam mengeja adalah :

1) Pengurangan huruf (buku ditulis bku)

2) Mencerminkan dialek (contoh sapi ditulis sampi)

3) Mencerminkan kesalahan ucap (contoh namun ditulis nanum) 4) Pembalikan huruf dalam kata (ibu ditulis ubi)

5) Pembalikan konsonan (contoh air ditulis ari)

6) Pembalikan konsonan atau vokal (contoh berjalan ditulis berjrlan) 7) Pembalikan suku kata (contohnya laba ditulis bala)

Referensi

Dokumen terkait

1) Mekanisme kontrol pemerintah daerah menjadi lemah, dimana jumlah dan kualitas cendana yang diperdagangkan di pasaran tergantung jumlah transaksi jual beli antara pedagang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelo mpok siswa yang diajar dengan metode pembela jaran Jigsaw (eksperimen I) me miliki hasil belaja r ketera mpilan menulis resensi

bahwa dalam rangka mendukung percepatan realisasi investasi kepada perusahaan yang telah mendapatkan Izin Investasi/Izin Prinsip Penanaman Modal yang berlokasi di

Pada hasil wawancara terlihat bahwa SB mampu menjawab pertanyaan dari soal yang diberikan dengan menentukan rumus balok dan kubus yang dapat digunakan dalam

perhitungan mengenai kesetimbangan energi pada sistem PLTU dapat digambarkan dengan diagram sankey (gambar 4.14), besar energi yang dihasilkan dari pembakaran batubara yakni

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuisioner untuk mendapatkan informasi apa yang menjadi prioritas pengguna pada fitur sistem yang

(b) jika amaun yang diterima dan/atau direalisasikan oleh Bank di bawah Perjanjian ini dan/atau Dokumen Cagaran, selepas pemotongan semua kos dan perbelanjaan yang

Namun kenyataannya proses pengolahan data keuangan pada PT PITA Trans Line (PIPOSS) masih dilakukan dengan pencatatan pada sebuah buku sehingga sering