• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Hasil Belajar Keterampilan Menulis Resensi Melalui Metode Jigsaw Dan Discovery Learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbandingan Hasil Belajar Keterampilan Menulis Resensi Melalui Metode Jigsaw Dan Discovery Learning"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

78

PERBANDINGAN HASIL BELAJ AR KETERAMPILAN

MENULIS RESENSI MELALUI METODE

JIGSAW

DAN

DISCOVERY

LEARNING

Alfi Syahrin

Dosen Program Studi Bahasa Indonesia FKIP Universitas Almuslim

ABSTRACT

The purpose of this research was to describe the comparison the jigsaw and discovery learning method in making a review skill. The research method was an experiment. There were 222 students involved in class XI at MAN 1 Padang. It took 72 students from 2 classes, they were first experiment class and second experiment class. Each of class consist of 36 student as a sampel for the research. 7KH FKRLFH RI WKH VDPSOH ZDV UDQGRP 7KH K\SRWKHVLV YHULILFDWLRQ ZDV GRQH E\ XVLQJ ³W´ WHVW The result of the research was there were significant (better jigsaw of result if compared to method of study of discovery learning) differences between the result of jigsaw learning method and discovery learning method in making a review skill.

Kata kunci: Hasil Belajar, Keterampilan Menulis Resen si, Metode Jigsaw, Metode Discovery Learning

PENDAHULUAN

Menulis merupakan suatu proses me mindahkan bahasa lisan ke da la m wu jud tulisan untuk mengungkapkan ide, pikiran, dan gagasan yang disusun sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami pembaca. Fisilmikaffah (2008:18) men jelaskan bahwa menulis adalah sebuah proses yang dapat menumbuhkan dan menge mbangkan ke ma mpuan berpikir dinamis, analistis, dan ke ma mpuan me mbeda kan secara valid dan akurat. Menurut Suparno (2008:29), menulis pada dasarnya dipandang sebagai kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa sebagai mediu mnya. Kegiatan menulis juga dianggap sebagai kegiatan produktif karena kegiatan menulis menghasilkan suatu produk yang akan dibaca oleh khalayak, serta kegiatan ekspresif karena menggungkapakan ide, gagasan, pengetahuan, dan pengalaman kepada pembaca.

Tera mpil untuk menulis me mang perlu dilatih kan kepada siswa. Siswa sudah selayaknya difasilitasi guru dala m menuangkan ide dan gagasannya ke dala m tulisan-tulisan mela lui pe latihan yang intensif. Kegiatan tersebut seharusnya dila kukan secara rutin dan berkala agar

siswa dapat terbimbing. Sela in itu, ketera mpilan siswa dalam menulis akan dapat terbentuk secara bertahap melalu i proses tertentu.

Setiap indiv idu pada dasarnya me miliki ke ma mpuan untuk menulis, termasuk siswa. Akan tetapi, kebanyakan siswa tersebut belum terlatih dangan optimal. Rea litanya, permasalahan ketera mpilan menulis siswa ini masih dite mui d itingkat Se kolah Menengah Atas. Keseriusan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mela kukan pembinaan terhadap ketera mpilan menulis siswa belum menunjukkan hasil yang ma ksima l. Ha l itu terbukti dari nila i menulis siswa masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan masing-masing sekolah. Nila i siswa dilihat dari penilaian guru pada materi menulis.

Melalui wa wancara formal dengan salah seorang guru mata pelaja ran Bahasa Indonesia pada tanggal 27 Agustus 2013 di MAN 1 Padang diperoleh informasi tentang beberapa hambatan yang diala mi siswa dala m pe mbela jaran bahasa Indonesia khususnya pembelaja ran ketera mp ilan menulis, antara la in siswa tidak me mpunyai minat dan motivasi dala m menulis. Permasalahan lain adalah kurangnya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki siswa untuk dike mbangkan ke dala m tulisan

(2)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

79

serta masih minimnya penguasaan kosakata

yang dimiliki oleh siswa. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki siswa terlihat dari min imnya informasi yang disampaikan siswa dalam tulisan tersebut. Selain itu, dala m tulisan siswa kalimat yang dibuat sulit untuk dipahami bisa dikatakan kalimat tersebut tidak efe ktif. Pe mbela jaran ketera mpilan menulis khususnya menulis resensi di kalangan siswa belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini terlihat dari rata-rata nila i yang diperoleh siswa pada ketera mpilan menulis resensi berkisar antara 60-75 dan kebanyakan masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minima l (KKM), kriteria ketuntasan min ima l yang ditetapkan oleh pihak sekolah ya itu 75.

Sela ma proses pembela jaran menulis resensi berlangsung di kelas XI IPS MAN 1 Padang, metode pe mbela jaran yang digunakan guru pada materi ini belu m sesuai. Guru masih menggunakan metode pembela jaran konvensional yang lebih banyak berorientasi pada metode ceramah. Dala m pe mbela jaran menulis resensi metode ini mengakibatkan siswa men jadi pasif. Siswa menjadi t idak berminat dan me rasa bosan mengikuti pe mbela jaran menulis. Se lain itu, kesempatan sis wa berlatih menu lis juga akan berkurang karena sebagian besar waktu siswa akan tersita untuk mendengarkan paparan materi yang diberikan guru.

Sebagai solusi dari masalah in i, diperlukan metode pembela jaran yang dapat me mot ivasi siswa berke inginan untuk me mbangkitkan dan menge mbangkan pengetahuan yang dimilikinya. Metode pembela jaran yang dimaksud adalah metode pembela jaran inovatif yang me muat siswa di ke las menjadi a ktif dan kreatif sehingga suasana pembelaja ran lebih kondusif. Metode yang digunakan sebaiknya me mbe rikan ke le luasan terhadap siswa untuk berlatih menulis.

Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pe mbela jaran menulis, terutama menulis resensi, yakni metode pembela jaran Jigsaw dan Metode pembela jaran Discovery Learning. Metode

Jigsaw adalah bagian dari pe mbela jaran metode kooperatif. Pe mbela jaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan

mudah mene mukan dan me maha mi konsep yang sulit, di mana siswa saling berdiskusi dengan temannya. Alasan inilah men jadi dasar dalam pe milihan metode pembela jaran Jigsaw, di mana da la m metode pembe laja ran Jigsaw siswa dilibatkan secara penuh dalam pe mbela jaran dari beberapa teknik menulis resensi.

Jigsaw merupakan salah satu cara yang dapat dijadikan alternatif pe mecahan masalah. Menurut Suprijono (2010:89), Pe mbela jaran dengan metode jigsaw dia wali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelaja ri pada papan tulis, penayangan power point dan sebagainya. Gu ru menanyakan peserta didik apa yang me reka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dima ksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pela jaran yang baru.

Penerapan metode pembelaja ran Jigsaw

dan discoverylearning dala m pe mbela jaran menulis resensi diharapkan akan dapat me mbe rikan peningkatan kepada siswa. Ke mudian, kedua metode tersebut diperkira kan ma mpu mendukung tindakan kreativ itas siswa yaitu mengembangkan ke ma mpuan siswa dala m berp ikir kritis dan kreatif. Se lain itu juga me mberikan kesempatan yang seluas -luasnya kepada siswa untuk dapat menggunakan ke ma mpuan bernalarnya dan memb iasakan untuk senantiasa berpikir kreatif. Diharap kan kedua metode tersebut akan dapat berpengaruh terhadap keteramp ilan menulis resensi. Dengan demikian, tuntutan ketera mpilan menulis resensi yang diatur dala m Standar Isi Kurikulu m tahun 2006 tingkat SMA, MAN, dan SMK khususnya kelas XI, akan dapat terpenuhi dan terlaksana dengan baik. Jad i, berdasarkan fenomena serta uraian yang telah dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini penting untuk dila ksanakan.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini me mpunyai tiga tujuan, ya itu (1) men jelaskan pengaruh metode pembela jaran

Jigsaw dalam ketera mp ilan menulis resensi buku pada siswa kelas XI MAN 1 Padang, (2) menje laskan pengaruh metode

(3)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

80

pembela jaran Discovery Learning dalam

ketera mpilan menulis resensi buku pada siswa kelas XI MAN 1 Padang, dan (3) men jelaskan perbedaan hasil belaja r antara metode pembe laja ran Jigsaw dengan metode pembela jaran Discovery Learning

dala m ketera mpilan menulis resensi buku pada siswa kelas XI MAN 1 Padang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian in i adalah penelitian eksperimen. Pene lit ian eksperimen me rupakan suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat sesuatu yang dikenakan pada subyek selidik. Sug iono (2012:107) menyatakan metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dala m kondisi yang dikendalikan. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain kelo mpok pe mbanding pretes dan postes (pretest-postest comparation group desain).

Populasi penelitian in i adalah seluruh siswa kelas XI MAN 1 Padang. Siswa ke las XI tersebut tersebar ke dala m ena m ke las dengan jumlah 222 o rang. Te mpat penelitian in i dila kukan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Padang yang beralamat di jalan Durian Tarung. Jangka waktu penelitian ini adalah 20 hari. Penelitian in i dila ksanakan mu lai 17 Oktober sampai 7 Nove mber 2013.

HAS IL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari pretest dan

posttest, maka d idapat perhitungan statistik pada kelas eksperimen I sebagai berikut: Tabel 1. Data Statistik Ke las Eksperimen I

Tes

X

Pretest 2568 71.33

Posttest 2978 82.72

Berdasarkan hasil perh itungan di atas menunjukkan bahwa ketera mp ilan menulis resensi dengan menggunakan metode

pembela jaran Jigsaw adalah baik. Dapat dia mbil kesimpulan bahwa adanya pengaruh metode Jigsaw dalam pe mbela jaran ketera mpilan menulis resensi pada kelas eksperimen I. Hal ini d ibuktikan dengan adanya perubahan nilai siswa, yang mana pada pretest total nilai 2568 dan nilai rata-rata adalah 71.33. setelah diterap kan metode pembela jaran Jigsaw dala m proses belajar di kelas ini, didapat perubahan hasil pembela jaran siswa pada waktu post test dengan total nila i 2978 dan nila i rata-rata 82.72.

Ke mudian, hasil dari pretest dan

posttest kelas eksperimen II, maka didapat perhitungan statistik sebagai berikut: Tabel 2. Data Statistik Ke las Eksperimen II

Tes

X

Pretest 2520 70

Posttest 2865 79.58

Berdasarkan hasil perh itungan di atas menunjukkan bahwa ketera mp ilan menulis resensi dengan menggunakan metode pembela jaran Discovery Learning adalah baik. Dapat diamb il kesimpulan bahwa adanya pengaruh metode Discovery Learning dalam pe mbe laja ran ketera mp ilan menulis resensi pada kelas eksperimen II. Hal ini dibukt ikan dengan adanya perubahan nilai siswa, yang mana pada pretest total nila i 2520 dan nila i rata-rata adalah 70. setelah diterap kan metode pembela jaran Discovery Learning dalam proses belajar di ke las ini, didapat perubahan hasil pembela jaran siswa pada waktu post test dengan total nilai 2865 dan nila i rata-rata 79.58.

Untuk me lihat perbedaan signifikan antara hasil pembe laja ran ketera mp ilan menulis resensi dengan metode pembela jaran Jigsaw dan metode pembela jaran Discovery Learning, penulis me la kukan perbandingan kedua model pembela jaran tersebut. Perbandingan Nila i Posttest antara Kelas Eksperimen I dengan Eksperimen II, kedua metode pembela jaran tersebut dapat dilihat rata-rata post test kelas eksperimen I (82.72) lebih besar dibandingkan kelas eksperimen II (79.58). hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara hasil

(4)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

81

ketera mpilan menulis resensi siswa dengan

menggunakan model pe mbela jaran Jigsaw

dibanding metode pembe laja ran Discovery Learning. Hasil uji hipotesis menunjukkan harga thitung = 2,065 ke mudian

dikonsultasikan t(0,05)(70) maka secara

interpolasi diperoleh harga thitung > ttabel

=2,065 > 1,660 ma ka hipotesis Ha ³GLWHULPD´ VHKLQJJD GDSDW GLVLPSXONDQ adanya perbedaan yang signifikan antara ketera mpilan menulis resensi siswa yang diajar dengan metode pembela jaran Jigsaw

dibanding dengan siswa yang diajar dengan metode pe mbelaja ran DiscoveryLearning. Pembahasan

Pengaruh Me tode Pe mbel ajaran Jigsaw

dalam Ke terampil an Menulis Resensi Berdasarkan hasil analisis yang telah dila kukan, bahwa pembela jaran ketera mpilan menulis resensi dengan metode Jigsaw berpengaruh terhadap nilai siswa. Hal in i dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai siswa, yang mana pada waktu pretest total nilai 2568 dengan nilai rata-rata 71.33. setelah diterapkan metode

Jigsaw dalam proses pembelajaran

ketera mpilan menulis resensi maka n ila i siswa mengala mi peningkatan pada waktu posttest dengan total nilai 2978 dengan nilai rata-rata 82.72. hal in i menunjukkan bahwa metode pembe laja ran in i ma mpu me mpe rtinggi hasil be laja r siswa. Te muan ini seja lan dengan konsep Lie (da la m Rusman 2012:218) menyatakan bahwa

Jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pe mbela jaran kooperatif yang fle ksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelaja ran kooperatif dengan dasar Jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di dala m pe mbela jaran model kooperatif metode Jigsaw ini me mperoleh prestasi lebih ba ik, me mpunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembela jaran, d i samp ing saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.

Hasil penelitian ini me mperkuat hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti sebelu mnya tentang metode pembela jaran Jigsaw, seperti Retina (2011)

yang dilaku kan pada siswa SMP Negeri 2 Kutalimbau De li Serdang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar bahasa inggris siswa yang diajarkan dengan model pembe laja ran tipe Jigsaw

lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar bahasa inggris siswa yang diajarkan dengan model pembe laja ran ekspositori. Hal ini dapat dapat dijadikan pertimbangan bagi guru-guru untuk menggunakan metode pembela jaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam pembela jaran, khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia pada tingkat SMP dan MAN.

Dilihat dari hasil ana lisis data metode pembela jaran Jigsaw sesuai digunakan dala m pe mbela jaran ketera mp ilan menulis resensi, karena siswa dala m pe mbela jaran dapat bertukar pikiran dan mene mukan ide-ide baru dala m menulis. Seh ingga mere ka ma mpu me mpe roleh hasil yang baik dala m ketera mpilan menulis resensi. Hasil pengamatan peneliti dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPS 2 menunjukkan bahwa seluruh siswa aktif dala m berdiskusi. Seperti diungkapkan oleh Rusman (2012:218) bahwa pe mbela jaran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model bela jar kooperatif dengan cara siswa belajar dala m ke lo mpok kecil yang terdiri dari e mpat sampai enam orang secara

heterogen dan siswa bekerja sa ma saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Dala m kooperatif metode Jigsaw ini siswa me miliki banyak kese mpatan untuk menge muka kan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat men ingkatkan ketera mp ilan berko munikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelo mpoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampa ikan informasinya kepada kelo mpok lain.

Metode pembelajaran Jigsaw ini t idak terbatas hanya pada pengajaran bahasa, tetapi semua mata pelaja ran bisa diterapkan. Hal tersebut mengacu kepada pendapat Lie (2002:68) bahwa model Jigsaw dapat digunakan dalam pembe lajaran atau perkuliahan yang menggabungkan kegiatan me mbaca, menulis, berhitung, mendengarkan, dan berbicara; model in i

(5)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

82

cocok untuk pembelaja ran atau perkuliahan

ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, mate matika, agama dan bahasa; model ini cocok untuk semua ke las dan tingkatan; pembela jaran yang dila kukan siswa men jadi lebih berma kna; menge mbangkan sikap kerjasa ma dan gotong royong; banyak me mberikan kesempatan kepada siswa untuk mengolah informasi; dan meningkatkan ketera mp ilan berko munikasi.

Pengaruh Me tode Discovery Learning

dalam Ke terampil an Menulis Resensi Dari analisis data yang dilaku kan terhadap sampel penelitian pada ke las ekperimen II. Dari data posttest, ada 33 orang yang nilainya berada di atas KKM, sedangkan 2 orang lainnya berada dibawah KKM. Pada data pretest, dari sampel penelitian hanya 11 orang yang nila inya berada di atas KKM, sedangkan 25 orang lainnya masih belu m tuntas atau belum me menuhi standar dari KKM. Dapat dikatakan bahwa data Pretest dan posttest pada kelas eksperimen II relat if tida k sama dengan selisih tingkat ketuntasan yang jauh berbeda.

Hasil pengujian hipotesis penelitian kedua menunjukkan bahwa secara umu m metode Discovery Learning me mberikan pengaruh dalam ketera mp ilan menulis resensi siswa dibandingkan dengan nilai sebelum perla kuan (pretest) metode

discoverylearning. Hal ini d isebabkan oleh keterlibatan intele ktual e mosional siswa yang lebih tinggi dala m keg iatan pembela jaran. Keterlibatan tersebut terjadi pada kegiatan kognitif dala m pencapaian atau perolehan. Saat mengadakan pelatihan dala m penemuan, siswa menghayati dan menginternalisasi nilai-nila i dala m pembentukan sikap. Ha l tersebut mengacu kepada pendapat Saliwangi (1989:41) yang mengatakan bahwa kegiatan Discovery

adalah kegiatan belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip mela lui proses mentalnya sendiri. Dengan kata lain, keaktifan dala m metode discovery learning menunjukkan pada keaktifan mental, baik intele ktual maupun emosional, meskipun untuk

me realisasikan dala m banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan keterlibatan langsung dalam berbagai keg iatan fisik.

Hasil penelitian ini me mperkuat hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti sebelu mnya tentang metode

Discovery Learning, seperti Andheska

(2012) yang dila kukan pada siswa ke las X SMA Negeri 6 Padang. Andheska mene mu kan bahwa metode Discovery Learning ini me mberikan hasil belaja r ketera mpilan menulis eksposisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode pembela jaran konvensional. De mikian juga dengan penelitian yang dila kukan oleh Zaiyasni (2011) yang me lihat metode

Discovery ini dapat men ingkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan alam (IPA) di kelas III seko lah dasar.

Metode discovery me mpunyai implikasi positif bagi perke mbangan nalar berpikir anak didik da la m mengaktualisasikan ke ma mpuannya dalam bentuk nyata, hal in i dilihat dari hasil pengamatan penelit i terhadap aktivitas siswa dikelas. Tidak heran bila Discovery menarik untuk diperbincangkan dan diaplikasikan dala m kegiatan belajar mengajar. Moha mmad (2012:68) mengatakan bahwa ke istimewaan metode Discovery bagi para anak d idik tidak sekedar ketera mpilan dala m mengkaji suatu persoalan, melain kan juga ke ma mpuan dala m mengka ji informasi dan fakta konkret mengenai suatu hal yang dianggap penting.

Keunggulan metode Discovery

me rupakan model pe mecahan masalah. Siswa a ktif mencari solusi secara individu. Hal ini terlihat dari proses pembela jaran di kelas yang dia mati o leh penelit i dan guru mata pela jaran Bahasa Indonesia kelas XI IPS 1. Pernyataan ini diperje las oleh Mohammad (2012:70) men jelaskan bahwa pada metode ini para anak didik langsung menerap kan prinsip dan langkah awa l dala m pe mecahan masalah. Mela lui metode ini, me reka me mpunyai peluang untuk belajar lebih inten dalam me mecahkan masalah, sehingga dapat berguna dalam menghadapi kehidupan dike mud ian hari.

Metode Discovery Learning berbeda penerapannya dengan metode konvensional. Metode pembelajaran konvensional ini

(6)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

83

dala m praktiknya menggunakan komunikasi

satu arah, guru me mberikan penjelasan atau menya mpaikan materi pe mbela jaran kepada siswa secara lisan. Guru terlalu mendo minasi proses pembela jaran, sedangkan siswa tidak begitu aktif karena hanya mendengar dan mencatat (Djafa r dala m Musa, 2005:79). Metode konvensioanal dala m setiap pe mbela jaran selalu didominasi oleh aktivitas guru, sementara peran siswa sangat terbatas. Kondisi ini sema kin parah bagi siswa yang me miliki pengetahuan dibawah standar, me reka lebih cenderung untuk menghindar dari pe mbela jaran yang sedang berlangsung. Untuk pembe laja ran yang menggunakan metode konvensional, guru sering menghabiskan waktu untuk menerangkan materi yang ada dalam sebuah buku. Ha l ini mengakibatkan siswa t idak me mpunyai banyak waktu dala m me la kukan aktiv itas mandiri untuk me maha mi bahan informasi bahan pengajaran dan mengerjakan latihan di kelas. Pada saat penemuan konsep, semua kegiatan pegajaran di pra kars ai oleh guru. Dala m mene mu kan konsep, siswa harus men iru apa yang telah diberikan guru. Akhirnya, siswa d ihadapkan pada situasi menerima apa yang dipolakan oleh guru. Penjelasan pengajaran dilaksanakan secara menyeluruh, semua dianggap sama, dan perbedaan individu kurang diperhatikan guru.

Perbe daan Me tode Pe mbel ajaran Jigsaw

de ngan Me tode Pe mbelajar an Discovery Learning Dal am Keter ampil an Me nulis Resensi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelo mpok siswa yang diajar dengan metode pembela jaran Jigsaw (eksperimen I) me miliki hasil belaja r ketera mpilan menulis resensi yang lebih tinggi dibandingkan metode pembela jaran Discovery Learning

(eksperimen II). Menurut Slavin (2009) Kooperatif Tipe Jigsaw menekan kan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa saling me mot ivasi dan saling me mbantu dala m menguasai materi pelaja ran guna mencapai prestasi yang maksima l. Tipe Jigsaw yang dike mbangkan dan diteliti oleh Aronson dan diadaptasi oleh Slavin (2009) menyatakan

pembela jaran ke lo mpok yang terdiri dari 5-6 anggota kelompok bela jar, setiap anggota diberi tanggung jawab untuk me mpela jari bagian tertentu dari pelajaran yang diberikan. Dari ke lo mpok yang sudah ditentukan sebelumnya, d ia mbil satu orang dari tiap ke lo mpok yang dinamakan kelo mpok ah li, yang akan mengajar temannya.

Penerapan metode jigsaw berbeda dengan penerapan metode discovery

learning. Metode Discovery Learning

mengakibatkan ke igintahuan siswa, me mbe ri motivasi untuk bekerja terus sampai menemu kan jawaban. Pe rnyataan ini mengacu kepada pendapat Hamalik (2011:219), metode discovery merupakan suatu prosedur mengajar yang menitik beratkan pada studi individu, manipulasi objek dan mela kukan eksperimen sebelum siswa mengamb il suatu kesimpulan. Da la m metode ini, siswa belajar me lalu i partisifasi aktif dala m mene mukan konsep dan prinsip agar me reka me mpe roleh pengalaman belajar yang akan selalu tertana m la ma dala m ingatan mere ka.

Dari paparan di atas, ada perbedaan yang mendasar bahwa metode Jigsaw

me mbe rikan kebebasan me mberikan pendapat dan ada perwakilan yang ditugaskan untuk menjadi ahli dala m kelo mpoknya. Metode Jigsaw merupakan sebuah wadah pembela jaran agar siswa saling mendengarkan, bekerja sa ma, menghargai, dan me mberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemu kakan gagasannya dengan menyampa ikan pendapat mereka secara berkelo mpok dala m menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Sedangkan metode Discovery

Learning siswa akan lebih bergantung

kepada individual. Bela jar mengajar pada metode ini me mbutuhkan waktu yang lebih la ma d ibandingkan metode Jigsaw. Ha l in i disebabkan untuk bisa me maha mi metode ini, dibutuhkan tahapan yang panjang dan ke ma mpuan me man faatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Seja lan dengan pendapat Mohammad (2012:73) mengatakan bahwa tuntutan terhadap pembelaja ran Discovery

Learning, sesungguhnya membutuhkan

kebiasaan yang sesuai dengan kondisi anak didik. Tuntutan tersebut, setidaknya akan

(7)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

84

me mbe rikan keterpaksaan yang tidak biasa

dila kukan dengan menggunakan sebuah aktivitas yang biasa dalam proses pembela jaran.

Hal ini yang terlihat bahwa metode pembela jaran Jigsaw leb ih tinggi daripada metode pembela jaran Discovery Learning, karena pada tes yang diberikan guru ada sebagian siswa yang turut dalam pembela jaran ini tetapi dia t idak mengerti dan kurang me maha mi materi yang diberikan di mana metode Discovery in i bersifat individu dan berdiskusi dengan teman sebangku, sehingga masalah yang dipecahkan tidak terlalu e fekt if.

Kee fektifan Metode Pe mbelajaran Jigsaw

dalam Ke terampil an Menulis Resensi Ketera mpilan menulis resensi me rupakan ketera mp ilan yang sangat bermanfaat. Jika siswa menguasai ketera mpilan ini dengan baik, t idak tertutup ke mungkinan siswa a kan men jadi seorang penulis resensi yang handal. Ketera mp ilan ini akan dapat dimanfaat kan sampa i kapan saja oleh siswa. Teramp il menulis resensi dengan sendirinya mengharuskan siswa banyak me mbaca. Sesuatu yang mustahil seorang dapat menulis resensi tanpa me mbaca terleb ih dahulu buku dan berbagai referensi yang terkait dengan buku yang diresensinya. Dengan demikian untuk men jadi seorang penulis resensi yang handal, siswa harus banyak me mbaca berbagai jenis buku dan berbagai jenis resensi.

Penelit ian ini telah menunjukkan bahwa penggunaan metode pe mbelaja ran Jigsaw

lebih efe ktif pada pencapaian hasil belaja r siswa dalam ketera mp ilan menulis resensi dibandingkan dengan metode pembela jaran

Discovery Learning. Ada beberapa manfaat penerapan model pe mbela jaran jigsaw

dala m ketera mp ilan menulis resensi. Perta ma, penerapan metode pembela jaran

Jigsaw dalam bentuk kerjasama antar siswa dala m ke lo mpok dapat meningkatkan motivasi yang lebih besar daripada belajar secara individu. Kedua, siswa yang terlibat dala m pe mbela jaran secara kelo mpok dapat men ingkatkan kapasitasnya untuk bekerjasa ma secara produktif. Dengan kata lain, sema kin banyak siswa mendapat

kesempatan untuk bekerjasa ma, ma ka me reka akan sema kin mahir menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Ket iga, metode pembela jaran Jigsaw juga dapat menc iptakan kelas yang rile ks dan menyenangkan, sehingga terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dan guru. Dengan keadaan seperti itu, siswa akan leb ih mudah menyelesaikan tulisannya.

Saat proses pembelajaran berlangsung pendidik selalu me mbe rikan motivasi dan me mb imb ing peserta didik bela jar. Peserta didik yang masih kurang aktif dan peserta didik yang belu m ma mpu menguasai materi belajarnya diminta untuk duduk diantara teman yang me mpunyai ke ma mpuan akademik yang tinggi, supaya peserta didik lebih terlibat lag i di dala m pe mbela jaran. Pendidik juga me mberikan kepada anggota kelo mpoknya untuk saling me mbantu menyelesaikan tugas yang diberikan. PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan, yaitu (1) Terdapat pengaruh metode pembelajaran

Jigsaw dalam pembe laja ran ketera mp ilan menulis resensi pada siswa kelas XI MAN 1 Padang. (2) Terdapat pengaruh metode pembela jaran Discovery Learning dalam pembela jaran ketera mp ilan menulis resensi pada siswa kelas XI MAN 1 Padang. (3) Terdapat perbedaan metode pembela jaran

Jigsaw dengan metode pembelajaran

Discovery Learning dalam ketera mp ilan

menulis resensi pada siswa kelas XI MAN 1 Padang.

Penelit ian ini telah menunjukkan bahwa penggunaan metode pe mbelaja ran Jigsaw

lebih efe ktif pada pencapaian hasil belaja r siswa dalam ketera mp ilan menulis resensi dibandingkan dengan metode pembela jaran

Discovery Learning. Hasil penelitian in i dapat me mberikan beberapa implikasi. (1) Penerapan metode pe mbelaja ran Jigsaw

dala m bentuk kerjasama antar siswa dala m kelo mpok dapat men ingkatkan motivasi yang lebih besar daripada belajar secara individu. (2) Siswa yang terlibat dala m

(8)

Lentera Vol. 15. No. 13. Juni 2015

85

pembela jaran secara kelo mpok dapat

men ingkatkan kapasitasnya untuk bekerjasa ma secara produktif. Dengan kata lain, sema kin banyak siswa mendapat kesempatan untuk bekerjasa ma, ma ka me reka akan sema kin mahir menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. (3) Metode pembela jaran Jigsaw juga dapat menc iptakan kelas yang rile ks dan menyenangkan, sehingga terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dan guru. Dengan keadaan seperti itu, siswa akan leb ih mudah menyelesaikan tulisannya.

SARAN

Berdasarkan simpulan dan imp likasi seperti yang telah dike muka kan di atas dan berkenaan dengan hasil penelitian yang diperoleh, berikut ini diberikan beberapa saran sebagai berikut (1) Secara u mu m metode pembe laja ran Jigsaw lebih baik hasilnya bila dibandingkan dengan metode pembela jaran Discovery Learning. Oleh karena itu, dala m men ingkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia, disarankan agar menggunakan model pe mbela jaran Jigsaw. (2) Untuk men ingkatkan hasil belaja r ketera mpilan menulis resensi, sebaiknya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat MAN/SMA menggunakan metode pembela jaran kooperatif t ipe Jigsaw. (3) Para peneliti la in disarankan agar b isa menge mbangkan penelitian yang berka itan dengan menulis. (4) Seko lah dapat menge mbangkan budaya menelit i, sehingga semua pendidik dapat mencari solusi atas masalah-masalah yang ditemui dala m pembela jaran d ike las.

DAFTAR PUS TAKA

Andheska, Harry. 2012. Pengaruh Metode

Discovery Learning dan

Kebiasaan Membaca terhadap Ketera mpilan Menulis Eksposisi Siswa Ke las X SMA Negeri 6 Padang. (Tesis). Padang: UNP. Abizar. 1995. Strategi Instruk sional: Latar

Belak ang Teori dan

Penelarannya. Padang: IKIP

Padang Press.

Fisilmika ffah, Badai. 2008. Jurus Maut

Menulis Buku Best Seller.

Jogjakarta. A raska.

Ha ma lik, Oe mar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bu mi Aksara. Illahi, Mohammad Takd ir. 2012.

Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Sk ill Vocational.

Jogjakarta : DIVA Press.

Isma wati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidik an Bahasa dan Sastra.

Surakarta : Yu ma Pustaka. Irma , Chairiah. 2011. Pengaruh Model

Pe mbela jaran Kooperatif dan Interaksi Sosia l terhadap Hasil Be laja r Sosiologi d i SMA Negeri 1 Sei Ba mban. Jurnal Tabularasa PPs UNIM ED. Vo lu me 8 No. 1, Juni 2011.

Lie, Anita. 2002. Cooperative learning. Jakarta: P2LPTK.

Nur, Mohammad. 2005. Pe mbelajaran Kooperatif. Jakarta: LPM P Jawa Timur.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran

(mengembangkan profesional

guru). Jakarta: Ra jawa li Pe rs. Sagala, Sya iful. 2012. Konsep dan Makna

Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta.

Saliwangi, Basennang. 1989. Pengantar

Strategi Belajar Mengajar

Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperatif

Learning. Yogyakarta: Pustaka

Pela jar.

Suparno dan Mohamad Yunus. 2008.

Keterampilan Dasar Menulis.

Jakarta: Un iversitas Terbuka. Slavin, Robert E. 2009. Cooperatitive

Learning: Teori, Riset dan

Referensi

Dokumen terkait

Metode pelaksanaan dimulai dengan diskusi awal dengan Mitra untuk mengetahui kebutuhan kelompok-kelompok UKM dan menetukan solusi yang tepat dalam mengatasi

Berdasarkan hasil penelitian ini dari lima kasus yang ditemukan dapat diambil kesimpulan bahwa pemenuhan nafkah anak dari perkawinan tidak tercatat di beda warga negara

Bentuk kebebasan yang menjadi karakteristik dalam karya komposisi fantasia (khususnya pada abad ke-19 dan abad ke- 20) adalah, ritmik dan tempo yang bebas, pelebaran

Perendaman telur dengan larutan daun jambu biji (Psidium guajava) yang disimpan dalam suhu 27 0 C selama 28 hari dengan kadar tanin 3.90% dan perendaman selama

Sentra Yanduan Divisi Propam Mabes Polri berdiri sejak tahun 2003 dan mengalami perubahan pola layanan sejak tahun 2010 dengan mengadakan layanan elektronik

Pengetahuan dan Sikap tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada. Siswa Sekolah Dasar Negeri 3

penyesuaian tingkah laku secara spesifik, dua hal ini mempengaruhi pola kepribadian individu dalam perkembangannya.24 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

Sambungan baut dilakukan dengan cara suatu pasak melintang (baut) dipasang pada suatu lubang, yang dengan menembus masuk pada bagian konstruksi yang