• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jagad Raya dan Tata Surya IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jagad Raya dan Tata Surya IV"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

geografi

Jagad Raya dan Tata Surya IV

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami fase-fase bulan.

2. Memahami fenomena bulan. 3. Memahami planet kerdil.

4. Memahami teori pembentukan Bumi.

l. FASE-FASE, FENOMENA, DAN GERHANA BUlAN a. Fase-Fase Bulan

Dilihat dari Bumi, rupa Bulan berubah-ubah. Hanya bagian yang menghadap Bumi dan terkena sinar matahari saja yang dapat dilihat. Bulan mengalami beberapa fase kenampakan semu, mulai dari Bulan baru – Bulan sabit – perbani – awal benjol – purnama – akhir benjol – perbani – Bulan sabit – Bulan baru lagi. Fase dari Bulan baru sampai Bulan purnama disebut “Bulan timbul”, sedangkan dari Bulan purnama sampai Bulan baru disebut “Bulan surut”.

Gambar rupa semu Bulan (Ilustrasi ulang gambar dari Sumber: Simamora, 1979: 38)

K

e

l

a

s X

K TSP

(2)

2

b. Fenomena Bulan

Fenomena Bulan terdiri dari posisi konjungsi, oposisi, dan kuarter. 1. Konjungsi

Konjungsi yaitu kedudukan Bulan searah dengan Matahari, jika dilihat dari Bumi. Saat itu bagian Bulan yang menghadap Bumi adalah bagian yang gelap sehingga kita tidak melihat Bulan di langit.

2. Oposisi

Oposisi yaitu kedudukan Bulan berlawanan arah dengan Matahari, jika dilihat dari Bumi. Saat itu bagian Bulan yang menghadap Bumi adalah bagian yang paling terang seperti piring sehingga kita dapat melihat Bulan satu lingkaran penuh di langit. Fenomena oposisi = fase bulan purnama.

3. Kuarter

Kuarter yaitu kedudukan Bulan tegak lurus terhadap garis penghubung Bumi dan Matahari. Fenomena kuarter = fase bulan perbani.

c. Gerhana Bulan

Gerhana bulan terjadi jika Bulan tertutup oleh bayangan Bumi, baik bayangan inti (umbra), maupun bayangan tambahan (penumbra). Pada saat itu posisi Bulan, Bumi, dan Matahari terletak sejajar pada satu garis lurus. Oleh karena Bumi lebih besar daripada Bulan, maka Bulan tertutup oleh Bumi. Akibatnya Bulan tidak menerima dan memantulkan sinar matahari.

(3)

3

Gerhana Bulan terjadi pada wilayah Bumi yang mengalami Bulan purnama. Gerhana Bulan dapat dilihat dari seluruh wilayah Bumi yang mengalami malam hari. Ada dua jenis gerhana Bulan, yaitu sebagai berikut.

1. Gerhana Bulan Total (Sempurna)

Gerhana Bulan total terjadi saat seluruh bagian Bulan masuk ke dalam umbra Bumi. 2. Gerhana Bulan Parsial (Sebagian)

Gerhana Bulan parsial terjadi di sekitar wilayah gerhana Bulan total atau wilayah penumbra.

Gambar gerhana Bulan (Ilustrasi ulang gambar dari Sumber: Simamora, 1979, 41)

Gambar gerhana Bulan total

M. CIRI-CIRI PERMUKAAN BUlAN

Ada 5 ciri-ciri yang terdapat di permukaan Bulan, yaitu sebagai berikut.

a. laut di Bulan

Laut di Bulan sebenarnya adalah dataran luas yang tampak sebagai daerah gelap di permukaan Bulan. Permukaannya licin sehingga kurang memantulkan sinar matahari. Pendaratan pertama di Bulan dilakukan di salah satu dataran yang luas yang disebut Laut Tenang. Di sekitarnya terdapat dataran tinggi yang memantulkan sinar matahari lebih banyak sehingga tampak lebih terang.

(4)

4

b. Gunung di Bulan

Di permukaan Bulan terdapat beberapa pegunungan. Beberapa gunung memiliki ketinggian sekitar 30.000 kaki di atas permukaan Bulan. Nama gunung-gunung tersebut, antara lain Alpes, Apenninus, dan Caucasus.

c. Kawah Bulan

Permukaan Bulan dipenuhi ribuan kawah dengan berbagai ukuran. Diameter kawah ada yang mencapai 500 mil dengan ketinggian dinding kawah 30.000 kaki.

d. lembah Bulan

Permukaan Bulan juga ditandai dengan lembah yang berliku-liku dan tampak seperti jurang atau dasar sungai.

e. Sinar Bulan

Sinar bulan terbentuk dari gumpalan material yang terlempar keluar dari dalam kawah. Material-material tersebut memantulkan cahaya, tetapi tidak memantulkan bayangan. Lebar sinar mencapai 10 mil dengan panjang mencapai 2.000 mil serta pancaran yang mencapai ratusan mil.

Gambar Bulan (Sumber: www.nasa.gov)

C. PlANET KERDIl, ASTEROID, METEORID, DAN KOMET a. Planet Kerdil

Planet kerdil adalah planet yang berdiameter 100–3.000 km. Planet kerdil beranggotakan Pluto, Ceres (asteroid terbesar), dan U 313 yang dijuluki Xena.

(5)

5

Kondisi Pluto sangat dingin dan beku dengan suhu mencapai -233°C. Pluto memiliki orbit bernama Charon. Pluto memiliki orbit (lintasan) yang unik, yaitu setiap 20 tahun sekali orbit Pluto memotong orbit Neptunus sehingga posisi Pluto lebih dekat dengan Matahari dan Neptunus berada pada orbit paling jauh. Hal ini terjadi pada tahun 1979, tahun 1999, dan akan terjadi pada tahun 2019.

Itulah sebabnya Pluto dikeluarkan dari susunan tata surya kita karena Pluto tidak memenuhi salah satu syarat planet, yaitu harus memiliki jalur orbit yang jelas dan bersih, tidak ada benda langit di orbit tersebut. Selanjutnya Pluto dimasukkan ke dalam kelompok planet kerdil bersamaan dengan Ceres dan Xena.

Gambar Pluto sebagai planet kerdil yang memiliki lintasan orbit yang unik (Sumber: www.edb. utexas.edu)

b. Asteroid

Asteroid atau planetoid adalah mineral planet atau planet-planet kecil berdiameter 0,5–35 km. Puluhan ribu asteroid menempati ruang angkasa di antara lintasan planet Mars dan Yupiter.

(6)

6

c. Meteorid

Meteorid adalah benda angkasa di sekitar planet berukuran kecil dan padat yang terdiri dari batuan dan bongkahan logam seperti besi dan nikel.

Meteorid jatuh ke Bumi karena gravitasi bumi. Jalur jatuhnya meteorid ke atmosfer bumi disebut meteor. Saat memasuki atmosfer, batu-batu meteor bergerak dengan kecepatan luar biasa dan bergesekan dengan udara sehingga menjadi panas dan berpijar. Sekitar 75 juta meteor memasuki atmosfer bumi setiap harinya. Hujan meteor jatuh hampir pada tanggal yang sama setiap tahunnya, yaitu sekitar tanggal 3 Januari, 12 Agustus, dan 14 Desember.

Meteor yang masuk atmosfer bumi sebagian besar terbakar habis sebelum mencapai permukaan Bumi. Meteor yang berukuran besar masih tersisa hingga mencapai permukaan Bumi. Batuan sisa-sisa meteor ini disebut meteorit, namun orang-orang juga sering menyebutnya sebagai bintang jatuh atau batu bintang. Jumlah meteorit yang sampai permukaan Bumi setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500 meteorit. Meteorit terkecil memiliki berat 6 gram dan meteorit terbesar mencapai 60.000 kg.

Gambar meteor yang jatuh menuju Bumi dan kawah tempat jatuhnya meteor.

(Sumber: scienceblogs.com, member.cox.net)

d. Komet

Komet adalah benda angkasa yang bergerak dengan orbitnya sendiri. Komet tersusun dari es, gas, dan debu kosmis yang menggumpal dan memantulkan sinar matahari. Komet beredar mengelilingi Matahari dengan lintasan berbentuk lonjong. Komet tampak melintasi lebih dari setengah belahan langit di waktu malam. Panjang komet mencapai 16 km dengan ekor komet yang panjangnya jutaan km sehingga komet disebut sebagai bintang berekor.

(7)

7

Saat dekat dengan Matahari, komet mendapat tenaga dari angin matahari. Angin tersebut melelehkan es yang menggumpal dan melepaskan gas serta debu sehingga memantulkan sinar matahari. Akibat tenaga dari angin matahari, komet berekor terang setiap mendekati Matahari dengan posisi ekor menjauhi Matahari.

Pada tahun 1976 komet West melintas di dekat Bumi dan terus mengarah ke Matahari hingga pecah menjadi empat bagian. Tahun 1986 komet Halley terlihat dari Bumi. Komet Halley melintasi Matahari dan Yupiter dengan periode 76 tahun sekali. Diperkirakan komet Halley akan tampak lagi pada tahun 2061.

Gambar beberapa komet yang terdapat dalam tata surya (Sumber: thebutterfl ydiaries.wordpress. com, fromtheleft.wordpress.com)

D. TEORI PEMBENTUKAN BUMI

a. Teori Apungan Benua (Continental Drift Theory)

Dikemukakan oleh Alfred lothar Wegener bahwa awalnya di Bumi hanya ada satu benua, yaitu Pangea dan Laut Tethis.

Akibat rotasi bumi terjadilah gerakan lempeng tektonik sehingga Pangea terpecah, lalu bergerak ke arah barat dan utara menuju ekuator.

(8)

8

Gambar pergerakan benua-benua pada zaman dahulu hingga sekarang Akibat gerakan lempeng tektonik, antara lain sebagai berikut.

1. Lempeng benua dan samudera mengapung sendiri-sendiri.

2. Samudera Atlantik semakin luas karena Amerika bergerak ke barat sehingga terjadi lipatan kulit bumi menjadi deretan pegunungan di sepanjang pantai Amerika Utara dan Selatan bagian barat.

3. Ada kegiatan seismik di sepanjang patahan St. Andreas.

4. Benua bergerak sehingga celah-celah alur dasar samudera semakin besar. Bukti-bukti teori apungan benua, yakni sebagai berikut.

1. Persamaan formasi geologi dan spesies fosil pantai timur Amerika Utara dengan pantai barat Eropa.

2. Persamaan formasi geologi dan spesies fosil pantai timur Amerika Selatan dengan pantai barat Afrika.

3. India lepas dari Afrika menuju Erasia.

4. Greenland menjauhi Eropa dengan kecepatan 36 m per tahun.

5. Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan kecepatan 9 m per tahun. 6. Batas Samudera Hindia makin mendesak ke utara.

(9)

9

7. Samudera Atlantik semakin luas.

Afrika Amerika

Selatan

Gambar bentuk garis pantai Amerika Selatan dengan Benua Afrika merupakan bukti dari teori apungan benua (Modifikasi dari sumber: science.taskermilward.org.uk)

b. Teori Dua Benua (Teori laurasia-Gondwana)

Teori ini dikemukakan oleh Edward Zuess. Awalnya Bumi terdiri dari dua benua besar, yaitu Laurasia di sekitar Kutub Utara dan Gondwana di sekitar Kutub Selatan. Keduanya bergerak perlahan ke arah ekuator dan terpecah. Laurasia terpecah menjadi Amerika Utara, Greenland, dan Erasia. Gondwana pecah menjadi Amerika Selatan, Afrika, India, Australia, dan Antartika.

(10)

10

Gambar ilustrasi teori Laurasia-Gondwana (Sumber: Environmental Geology, 2003)

c. Teori Ed Suess

Menurut teori ini ada persamaan formasi geologi antara Amerika Selatan, Afrika, India, Australia, dan Antartika. Persamaan tersebut membuktikan bahwa daratan-daratan tersebut pernah bersatu sebagai Gondwana.

d. Teori Tim Peneliti Amerika

Tim ini beranggotakan 17 orang yang ingin membuktikan teori apungan benua. Lokasi penelitian berada di Kutub Selatan. Hasilnya tim ini menemukan fosil tulang rahang binatang amfibi air tawar purba yang disebut Labyrintodont. Fosil tersebut juga ditemukan di Amerika Selatan dan Afrika. Tim ini menyimpulkan bahwa Kutub Selatan dahulu terletak di dekat ekuator. Jadi, menurut tim ini, Bumi pada awalnya terdiri dari dua benua besar, yaitu daratan Laurasia di sebelah utara dan Gondwana di sebelah selatan.

e. Teori Konveksi

Dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry Hess. Di dalam Bumi yang sangat panas terjadi arus konveksi. Arus konveksi ini berasal dari lapisan mantel (astenosfer) yang merambat ke kulit bumi (litosfer) dan membawa materi lava. Lava-lava tersebut membeku membentuk lapisan kerak bumi yang baru, lalu menggeser dan menggantikan kerak bumi yang lebih tua. Di dasar laut lava tersebut membentuk punggung dasar laut (pematang tengah samudera). Di puncak pematang tengah samudera (mid oceanic ridge) lava mengalir terus hingga tersebar ke kedua sisinya hingga membeku dan membentuk kulit bumi baru.

Bukti dari teori konveksi, antara lain sebagai berikut. 1. Terbentuk pematang tengah samudera, seperti:

Mid Atlantic Ridge East Pacific RidgePacific Atlantic Ridge Atlantic Indian Ridge

(11)

11

Gambar arus konveksi di dalam Bumi (Modifikasi dari sumber: http://www.ucmp.berkeley.edu)

f. Teori Pergeseran Dasar laut

Teori ini dikemukakan oleh Robert Diesz. Teori ini mendukung hipotesis teori konveksi. Menurut teori ini, di dasar laut terjadi pergeseran dari pematang tengah samudera (punggung dasar laut) ke kedua sisinya karena semakin jauh dari punggung dasar laut, semakin tua umur batuannya.

g. Teori Kontraksi

Teori ini dikemukaan oleh oleh Descartes. Menurut teori ini kerak bumi mengalami penyusutan dan pengerutan karena pendinginan sehingga membentuk gunung, lembah, pegunungan, dan dataran.

h. Teori lempeng Tektonik

Teori ini dikemukakan oleh Mc. Kenzie dan Robert Parker. Kerak bumi berupa lempengan yang mengapung di atas lapisan yang lebih cair yang disebut astenosfer. Aliran panas dari astenosfer menyebabkan kerak bumi terpecah-pecah menjadi beberapa lempeng tektonik, dua belas di antaranya merupakan lempeng besar yang bergerak mendatar (bergeser). Aliran panas dari astenosfer menjadi sumber tenaga bagi pergerakan lempeng-lempeng tersebut.

Adapun gerak pergeseran lempeng tersebut ada tiga jenis, yaitu sebagai berikut. 1. Dua lempeng saling menjauh (divergen).

2. Dua lempeng saling bertumbukan (konvergen). 3. Dua lempeng saling berpapasan (transfrom).

(12)

12

Gambar

Gambar rupa semu Bulan  (Ilustrasi ulang gambar dari Sumber: Simamora, 1979: 38)
Gambar gerhana Bulan  (Ilustrasi ulang gambar dari Sumber: Simamora, 1979, 41)
Gambar Bulan  (Sumber: www.nasa.gov)
Gambar Pluto sebagai planet kerdil yang memiliki lintasan orbit yang unik  (Sumber: www.edb.
+7

Referensi

Dokumen terkait