• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT Jaya Real Property Tbk. Dan Anak Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PT Jaya Real Property Tbk. Dan Anak Perusahaan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Keuangan Konsolidasi Dan Laporan Auditor Independen

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2000 Dan 1999

(Mata Uang Indonesia)

(2)

Para Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi

PT Jaya Real Property Tbk.

Kami telah mengaudit neraca konsolidasi PT Jaya Real Property Tbk. dan Anak Perusahaan tanggal

31 Desember 2000 dan 1999, laporan laba rugi konsolidasi, laporan perubahan ekuitas konsolidasi dan

laporan arus kas konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan

adalah tanggung jawab manajemen Perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat

atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh

keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi

pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam

laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi

signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara

keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Seperti yang dijelaskan pada Catatan 10 atas laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan tidak melakukan

pencatatan beban bunga atas pinjaman dari pihak kreditur tertentu pada tahun 1999 sehubungan dengan

transaksi penyelesaian pinjaman tersebut melalui pengalihan aktiva tertentu milik Perusahaan (“Asset

Settlement”) yang masih memerlukan tindakan lebih lanjut dari pihak terkait. Sehubungan dengan hal

tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam laporan kami tertanggal 20 Maret 2000, kami memberikan

pendapat wajar dengan pengecualian atas laporan keuangan konsolidasi tahun 1999 atas pengaruh tidak

dicatatnya beban bunga tersebut. Pada tahun 2000, transaksi tersebut telah diselesaikan dan tidak terdapat

pembebanan bunga untuk tahun 1999 yang berkaitan dengan pinjaman tersebut. Berdasarkan

perkembangan tersebut di atas, pendapat kami sekarang atas laporan keuangan konsolidasi tahun 1999,

seperti yang disajikan dalam laporan ini, berbeda dengan pendapat yang kami nyatakan dalam laporan kami

sebelumnya.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan konsolidasi yang kami sebutkan di atas menyajikan secara

wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Jaya Real Property Tbk. dan Anak Perusahaan

tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, hasil usaha, perubahan ekuitas serta arus kas untuk tahun yang

berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

(3)

Laporan keuangan konsolidasi terlampir disusun dengan anggapan bahwa Perusahaan dan Anak

Perusahaan akan melanjutkan operasinya sebagai entitas yang berkemampuan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Catatan 25 atas laporan keuangan konsolidasi berisi pengungkapan dampak

memburuknya kondisi ekonomi Indonesia terhadap Perusahaan dan Anak Perusahaan serta tindakan yang

ditempuh dan rencana yang dibuat oleh manajemen Perusahaan dan Anak Perusahaan untuk menghadapi

dampak kondisi ekonomi tersebut. Pada umumnya, industri real estat di Indonesia pada tahun 2000 masih

mengalami tingkat penjualan yang rendah, penghentian atau penundaan pelaksanaan proyek konstruksi

tertentu, dan kelebihan penawaran dari sektor properti. Operasi Perusahaan dan Anak Perusahaan

terpengaruh secara signifikan dan akan terus terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro dan industri real

estat di masa yang akan datang. Seperti yang dijelaskan dalam Catatan 10 atas laporan keuangan

konsolidasi, Perusahaan tidak dapat memenuhi beberapa kewajiban yang dipersyaratkan dalam perjanjian

pinjaman tertentu, dan belum mendapatkan surat persetujuan penangguhan pembayaran secara formal dari

kreditur atas kewajiban pembayaran pinjaman tersebut. Namun demikian, Perusahaan belum memperoleh

surat pernyataan kelalaian secara formal dari pihak kreditur tersebut. Sampai dengan tanggal laporan

auditor independen, masih belum terdapat syarat-syarat pasti yang telah disepakati atas

kewajiban-kewajiban tersebut. Seperti yang dijelaskan dalam Catatan 9, aktiva tertentu Perusahaan dijaminkan untuk

pinjaman yang diperoleh pemegang saham utama. Sebagai akibat dari hal-hal yang dijelaskan tersebut di

atas dan juga beserta faktor lainnya yang disebutkan pada Catatan 10, terdapat ketidakpastian yang

signifikan tentang kemampuan Perusahaan dan Anak Perusahaan untuk melanjutkan operasinya dan oleh

karena itu, terdapat ketidakpastian signifikan tentang apakah Perusahaan dan Anak Perusahaan akan

merealisasikan aktiva dan kewajiban pada kondisi normal Perusahaan dan pada nilai yang disajikan dalam

laporan keuangan konsolidasi.

PRASETIO, UTOMO & CO.

NIU-KAP 98.2.0024

Drs. Adi Pranoto Leman

NIAP 98.1.0060

(4)

(Jumlah Rupiah Dalam Ribuan) 31 Desember 2000 1999 AKTIVA

KAS DAN SETARA KAS (Catatan 2e, 2f, 3 dan 5) Rp 31.039.849 Rp 37.610.087

PIUTANG Usaha

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa

(Catatan 2f, 2g dan 4) 24.758 82.368

Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 1.236.993 pada tahun 2000 dan Rp 684.630 pada

tahun 1999 (Catatan 2g dan 4) 8.223.827 1.798.686

Lain-lain

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa

(Catatan 2f dan 5) 3.704.094 17.706.714

Pihak ketiga 1.740.002 147.141

PERSEDIAAN (Catatan 2f, 2h, 2k, 5, 6, 10, 20,

23 dan 24) 389.594.804 380.354.992

PAJAK DAN BIAYA DIBAYAR DI MUKA

(Catatan 2i dan 22) 408.320 831.445

TANAH UNTUK PENGEMBANGAN (Catatan 2f,

2h, 2k, 5, 7, 10, 20 dan 24) 777.991.474 741.399.165

PENYERTAAN SAHAM (Catatan 2b, 2f dan 8) 2.125.867 2.125.867

AKTIVA PAJAK TANGGUHAN (Catatan 2p dan 13) 4.124.515

-AKTIVA TETAP - setelah dikurangi akumulasi

penyusutan sejumlah Rp 30.425.174 pada tahun 2000 dan Rp 23.988.798 pada tahun 1999

(Catatan 2f, 2j, 2l, 5 dan 9) 123.021.100 114.036.634

AKTIVA LAIN-LAIN

Lain-lain (Catatan 9, 10 dan 24) 13.221.683 93.982.903

JUMLAH AKTIVA Rp 1.355.220.293 Rp 1.390.076.002

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

(5)

(Jumlah Rupiah Dalam Ribuan, Kecuali Nilai Nominal Saham)

31 Desember

2000 1999

KEWAJIBAN DAN EKUITAS PINJAMAN

Pihak ketiga (Catatan 2o dan 10) Rp 463.524.553 Rp 393.304.539

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa

(Catatan 2f, 5 dan 10) - 76.506.514

HUTANG Usaha

Pihak ketiga (Catatan 11) 5.597.538 4.143.011

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa

(Catatan 2f, 5 dan 11) 650.311 1.994.230

Lain-lain

Pihak ketiga (Catatan 9 dan 12) 46.515.518 55.358.097

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa

(Catatan 2f dan 5) 3.686.136 8.359.091

HUTANG PAJAK (Catatan 2p dan 13) 6.263.168 16.085.195

BIAYA MASIH HARUS DIBAYAR (Catatan 14) 40.414.041 74.722.311

UANG MUKA PENJUALAN (Catatan 2d dan 15) 45.978.145 26.735.995

PENGHASILAN SEWA DITANGGUHKAN

DAN HUTANG LAINNYA (Catatan 2d) 14.720.100 13.713.208

KREDIT DITANGGUHKAN ATAS PINJAMAN

YANG DIRESTRUKTURISASI (Catatan 10) 1.666.668

-HUTANG DIVIDEN (Catatan 2f, 5, 23 dan 24) 9.590.951 17.067.764

HAK MINORITAS ANAK PERUSAHAAN

(Catatan 2b) 52.882.198 45.216.706

EKUITAS

Modal saham - nilai nominal Rp 500 per saham Modal dasar - 500.000.000 saham

Modal ditempatkan dan disetor penuh

-470.000.000 saham (Catatan 16) 235.000.000 235.000.000

Agio saham 147.000.000 147.000.000

Selisih transaksi restrukturisasi entitas

sepengendali (Catatan 2b) ( 7.253.011 )

-Selisih penilaian kembali aktiva tetap (Catatan 2j) 162.375 162.375

Saldo laba 288.821.602 274.706.966

Jumlah Ekuitas – Bersih 663.730.966 656.869.341

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp 1.355.220.293 Rp 1.390.076.002

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

(6)

(Jumlah Rupiah Dalam Ribuan, Kecuali Laba Per Saham)

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember

2000 1999

PENDAPATAN USAHA (Catatan 2d, 2f, 5,

10 dan 17) Rp 209.106.201 Rp 163.722.639

BEBAN POKOK PENDAPATAN

(Catatan 2d, 2f dan 18) 123.236.043 102.252.574

LABA KOTOR 85.870.158 61.470.065

BEBAN USAHA

Beban pemasaran (Catatan 2d) 5.468.134 1.274.399

Beban umum dan administrasi (Catatan 2d, 2f,

2n, 19 dan 22) 22.954.944 17.180.799

Jumlah Beban Usaha 28.423.078 18.455.198

LABA USAHA 57.447.080 43.014.867

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN

Penghasilan bunga (Catatan 2f dan 3) 3.504.382 2.723.374

Beban keuangan (Catatan 2f, 2k, 5 dan 20) ( 29.777.179 ) ( 22.972.267 )

Selisih kurs – bersih (Catatan 2k, 2o dan 20) ( 34.170.482 ) ( 812.234 )

Lain-lain – bersih (Catatan 2j, 9 dan 21) 16.190.023 3.355.614

Beban Lain-lain - Bersih ( 44.253.256 ) ( 17.705.513 )

LABA SEBELUM TAKSIRAN

PAJAK PENGHASILAN 13.193.824 25.309.354

TAKSIRAN PAJAK

PENGHASILAN (Catatan 2p and 13)

Pajak Kini 2.321.223 8.078.981

Pajak Tangguhan ( 4.124.515 )

Taksiran Pajak Penghasilan - Bersih ( 1.803.292 ) 8.078.981

LABA BERSIH SEBELUM HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH

ANAK PERUSAHAAN 14.997.116 17.230.373

HAK MINORITAS ATAS LABA

BERSIH ANAK PERUSAHAAN (Catatan 2b) ( 412.480 ) ( 329.953 )

LABA BERSIH Rp 14.584.636 Rp 16.900.420

LABA PER SAHAM DASAR

Laba bersih (Catatan 2q) Rp 31 Rp 36

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

(7)

(Jumlah Rupiah Dalam Ribuan, Kecuali Data Per Saham)

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2000 Dan 1999

Selisih Nilai

Selisih Transaksi

Penilaian Restrukturisasi

Kembali Entitas

Modal Saham Agio Saham Aktiva Tetap Sepengendali Saldo Laba Jumlah

Saldo, 31 Desember 1998 Rp 235.000.000 Rp 147.000.000 Rp 162.375 Rp - Rp 257.806.546 Rp 639.968.921

Laba Bersih - - - - 16.900.420 16.900.420

Saldo, 31 Desember 1999 235.000.000 147.000.000 162.375 - 274.706.966 656.869.341

Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali

(Catatan 2b) - - - ( 7.253.011 ) - ( 7.253.011 )

Laba Bersih - - - - 14.584.636 14.584.636

Dividen Kas – Rp 1 per saham

(Catatan 23) - - - - ( 470.000 ) ( 470.000 )

Saldo, 31 Desember 2000 Rp 235.000.000 Rp 147.000.000 Rp 162.375 ( Rp 7.253.011 ) Rp 288.821.602 Rp 663.730.966

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

(8)

(Jumlah Rupiah Dalam Ribuan)

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember

2000 1999

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Penerimaan kas dari pelanggan Rp 133.226.183 Rp 96.677.319

Pembayaran kas untuk pemborong,

pemasok dan karyawan ( 88.249.242 ) ( 42.230.761 )

Kas yang dihasilkan dari operasi 44.976.941 54.446.558

Pembayaran pajak ( 2.352.378 ) ( 6.025.820 )

Pembayaran beban keuangan ( 15.399.063 ) ( 12.814.722 )

Pembayaran untuk aktivitas operasi lainnya - bersih - ( 811.022 )

Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi 27.225.500 34.794.994

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

Perolehan aktiva tetap ( 2.740.547 ) ( 370.851 )

Hasil penjualan aktiva tetap 126.528 786.556

Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk)

Aktivitas Investasi ( 2.614.019 ) 415.705

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Pembayaran bersih atas transaksi afiliasi ( 21.064.526 ) ( 4.275.810 )

Pembayaran pinjaman ( 9.664.979 ) ( 22.277.044 )

Pembayaran dividen ( 452.214 )

-Hasil penjualan penyertaan saham - 2.400.211

Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan ( 31.181.719 ) ( 24.152.643 )

KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN

SETARA KAS ( 6.570.238 ) 11.058.056

KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 37.610.087 26.552.031

KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN Rp 31.039.849 Rp 37.610.087

Aktivitas yang tidak mempengaruhi arus kas: Penyelesaian kewajiban melalui kompensasi

dengan persediaan dan piutang Rp 101.052.198 Rp 68.185.013

Reklasifikasi aktiva lain-lain ke aktiva tetap 16.311.217

-Reklasifikasi persediaan ke aktiva lain-lain - 65.283.352

Reklasifikasi tanah untuk pengembangan

ke persediaan - 35.866.278

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

(9)

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2000 Dan 1999 (Jumlah Rupiah Dalam Ribuan)

1. UMUM

PT Jaya Real Property Tbk. (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 25 Mei 1979 dengan akta Notaris Hobropoerwanto, S.H. No. 36 berdasarkan Undang-undang No. 6 tahun 1968 mengenai Penanaman Modal Dalam Negeri yang telah diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1970. Akta tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara No. 23 tanggal 18 Maret 1980 Tambahan No. 148. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta Notaris Sutjipto, S.H. No. 78 tanggal 28 Juni 2000 yang antara lain mengenai peningkatan modal dasar Perusahaan. Sampai dengan tanggal laporan auditor independen, perubahan anggaran dasar tersebut belum disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (lihat Catatan 16).

Perusahaan mencatatkan seluruh sahamnya sejumlah 235.000.000 saham di Bursa Efek Jakarta (company listing) pada tahun 1994. Setelah pemecahan saham pada tahun 1996, jumlah saham yang dicatatkan di Bursa Efek Jakarta menjadi 470.000.000 saham.

Lingkup kegiatan Perusahaan adalah mengusahakan tanah dan bangunan (real estat), dengan cara membebaskan dan mematangkan tanah, membangun infrastruktur dan gedung-gedung baik berupa rumah, kantor, fasilitas olahraga dan rekreasi dan bangunan lainnya, penyewaan bangunan, penjualan tanah dan bangunan serta melakukan kegiatan usaha lainnya yang lazim dilakukan oleh perusahaan real estat. Perusahaan memulai kegiatan usahanya pada tahun 1979 dan saat ini sedang mengembangkan dan membangun kawasan pemukiman di Selatan Jakarta, khususnya daerah Bintaro dan sekitarnya, serta mengelola usaha properti, yaitu Pusat Perbelanjaan Slipi, Pusat Perbelanjaan Senen Blok IV dan V dan Plaza Bintaro Jaya. Kantor Perusahaan beralamat di Plaza Bintaro lantai 3 (tiga), Jl. Bintaro Utama Sektor 3A, Bintaro, Tangerang.

Anak Perusahaan, PT Jaya Gardenpolis (JGP), memulai kegiatan usahanya pada tahun 1996. Lingkup kegiatan JGP adalah membebaskan dan mematangkan tanah; membangun infrastruktur, gedung dan rumah; menjual tanah; dan kegiatan usaha lainnya yang lazim dilakukan oleh perusahaan real estat. Pada tanggal 31 Desember 2000, susunan dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan adalah sebagai berikut :

Komisaris Direksi

1. Ir. Ciputra - Komisaris Utama 1. Trisna Muliadi - Direktur Utama

2. Alm. Dr. Sutjipto Suryo Amidharmo - Komisaris 2. Ir. Y. Henky W., MM - Direktur

3. Ir. Hiskak Secakusuma, SE, MM - Komisaris 3. Ir. Budi Karya Sumadi - Direktur

4. Ir. Haji Daryanto Mangoenpratolo - Komisaris 4. Ir. Diaz Moreno - Direktur

5. Ir. Soekrisman - Komisaris

Jumlah beban gaji dan kompensasi lainnya yang dibayarkan kepada dewan komisaris dan direksi Perusahaan adalah sebesar Rp 2.457.716 pada tahun 2000, sedangkan pada tanggal 31 Desember 2000, Perusahaan dan Anak Perusahaan memiliki sekitar 527 karyawan tetap (tidak diaudit).

(10)

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI

a. Dasar Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi dan praktek yang berlaku umum di Indonesia. Laporan keuangan konsolidasi ini disusun berdasarkan konsep biaya historis, kecuali untuk aktiva tetap tertentu yang telah dinilai kembali. Laporan keuangan konsolidasi ini disusun berdasarkan metode akrual, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasi.

b. Prinsip Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi mencakup akun-akun Perusahaan dan PT Jaya Gardenpolis (JGP – yang 83,86% dan 70% sahamnya dimiliki oleh Perusahaan masing-masing pada tahun 2000 dan 1999) serta Anak-anak Perusahaannya yang dimiliki 100% yaitu:

Tahun Pendirian Jumlah Aktiva

PT Rifi Permata 1986 Rp 300.000

PT Intigraha Citrasejahtera 1994 250.000

PT Sinarmulia Binapersada 1990 140.000

PT Shinta Tangerang Abadi 1992 40.000

PT Alamanda Permata 1986 25.000

PT Loji Elok 1986 25.000

PT Sanggar Idaman 1986 25.000

PT Sanggar Rejeki 1986 25.000

PT Sanggar Kejora 1988 25.000

PT Anugerah Tangerang Indah 1992 25.000

PT Anugerah Melosia Indah 1992 25.000

PT Delta Cendana Citrapersada 1993 20.000

PT Anugerah Tangerang Abadi 1992 20.000

PT Shinta Pratiwi Dinamika 1986 20.000

PT Tomang Karya Pratama 1987 10.000

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2000, seluruh anak perusahaan di atas belum memulai operasi komersialnya.

Hak minoritas pada Anak Perusahaan merupakan hak PT Pembangunan Jaya (PJ) sesuai dengan kepemilikannya pada ekuitas dan laba atau rugi Anak Perusahaan. Semua transaksi dan saldo yang signifikan antara perusahaan yang dikonsolidasi telah dieliminasi.

Penyertaan saham yang dimiliki oleh Perusahaan atau Anak Perusahaan kurang dari 20% baik langsung maupun tidak langsung dibukukan sebesar biaya perolehan (cost method).

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang diadakan pada tanggal 17 November 2000, para pemegang saham menyetujui untuk meningkatkan penyertaan sahamnya pada JGP dari 70% menjadi 83,86% melalui konversi uang muka untuk pemesanan saham sebesar Rp 190.000.000 yang telah disetor seluruhnya oleh Perusahaan pada tahun 1999. Sehubungan dengan transaksi tersebut melibatkan entitas sepengendali, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 38, “Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, selisih antara biaya perolehan/hasil penjualan aktiva bersih JGP dan anak-anak perusahaan yang diperoleh/dialihkan dengan nilai buku bersih dibukukan dan disajikan sebagai “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” dibagian Ekuitas dalam neraca konsolidasi.

(11)

c. Laporan Arus Kas Konsolidasi

Laporan arus kas konsolidasi menyajikan penerimaan dan pembayaran kas yang diklasifikasikan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No. KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000, semua laporan keuangan yang disiapkan dan diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan publik mulai tanggal 1 Januari 2000 harus menyajikan laporan arus kas dengan menggunakan metode langsung. Untuk itu laporan arus kas konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1999 disusun kembali untuk tujuan perbandingan.

d. Pengakuan Pendapatan dan Beban

d.1. Pengakuan Pendapatan dari Penjualan Real Estat

Perusahaan dan Anak Perusahaan mengakui pendapatan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 44, “Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat”. Pendapatan dari penjualan real estat diakui secara penuh (full accrual method) sebagai berikut:

Penjualan Tanah dan Bangunan Rumah

Pendapatan dari penjualan tanah dan bangunan rumah diakui apabila seluruh syarat berikut terpenuhi:

1. Proses penjualan telah selesai; 2. Harga jual akan tertagih;

3. Tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan

4. Penjual telah mengendalikan risiko dan manfaat kepemilikan unit bangunan kepada pembeli melalui suatu transaksi yang secara substansi adalah penjualan dan penjual tidak lagi berkewajiban atau terlibat secara signifikan dengan unit bangunan tersebut.

Penjualan Tanah

Pendapatan dari penjualan tanah diakui apabila seluruh syarat berikut terpenuhi:

1. Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli;

2. Harga jual akan tertagih;

3. Tagihan penjual tidak subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli di masa yang akan datang;

4. Proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak berkewajiban lagi untuk menyelesaikan kapling tanah yang dijual, seperti kewajiban untuk mematangkan kavling tanah atau kewajiban untuk membangun fasilitas-fasilitas pokok yang dijanjikan oleh atau yang menjadi kewajiban penjual, sesuai dengan pengikatan jual beli atau ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

5. Hanya kavling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan di atas kavling tanah tersebut.

Bagian penghasilan dari penjualan yang telah diterima tetapi belum memenuhi persyaratan pengakuan penghasilan seperti tersebut di atas dicatat sebagai “Uang Muka Penjualan”.

(12)

d.2. Pengakuan Penghasilan Sewa

Penghasilan sewa diakui sesuai dengan masa sewa.

Sewa yang diterima di muka dibukukan sebagai “Penghasilan Sewa Ditangguhkan” dan direalisasi sebagai penghasilan sesuai masa sewa.

d.3. Pengakuan Beban

Beban diakui pada saat terjadinya, kecuali beban pokok penjualan real estat yang di dalamnya termasuk taksiran biaya untuk pengembangan prasarana atas tanah yang terjual.

e. Setara Kas

Deposito berjangka dan penempatan jangka pendek lainnya yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatan dan tidak digunakan sebagai jaminan disajikan sebagai “Setara Kas”.

f. Transaksi dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 7, “Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”, yang dimaksud hubungan istimewa adalah:

(i) perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries), mengendalikan, atau

dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries);

(ii) perusahaan asosiasi (associated company);

(iii) perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor);

(iv) karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan pelapor tersebut serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan

(v) perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh setiap orang yang diuraikan dalam (iii) atau (iv), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari perusahaan pelapor dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan perusahaan pelapor.

g. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu

Penyisihan piutang ragu-ragu ditetapkan berdasarkan penelaahan terhadap kemungkinan tertagihnya piutang tersebut pada akhir tahun yang bersangkutan.

(13)

h. Persediaan

h.1. Tanah Matang

Persediaan tanah dinyatakan berdasarkan harga perolehan yang meliputi biaya pembebasan (ganti rugi), biaya surat-surat tanah, biaya pematangan tanah, biaya prasarana dan kapitalisasi biaya pinjaman yang digunakan untuk membiayai pembebasan dan pengembangan tanah, yang ditentukan berdasarkan metode rata-rata tertimbang dan dialokasikan ke sektor yang dikembangkan. Tanah yang diperoleh untuk pengembangan di masa mendatang dikelompokkan sebagai “Tanah untuk Pengembangan”. Pada saat dimulainya pengembangan dan pembangunan prasarana, nilai tanah tersebut akan dipindahkan ke akun yang lebih tepat antara “Persediaan” dan “Aktiva Tetap”.

h.2. Bangunan Rumah dan Bangunan Rumah dalam Penyelesaian

Bangunan rumah dicatat sebagai persediaan “Bangunan Rumah” pada saat selesai dibangun. Bangunan rumah yang belum selesai dibangun dicatat sebagai “Bangunan Rumah dalam Penyelesaian”. Persediaan bangunan rumah dinyatakan berdasarkan harga perolehan yang meliputi seluruh biaya pembangunan rumah yang dibebankan oleh kontraktor dan biaya pinjaman yang digunakan untuk membiayai pembangunan. Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan pada saat pembangunan selesai dan aktiva yang dibangun siap digunakan.

i. Biaya Dibayar di Muka

Biaya dibayar di muka diamortisasi berdasarkan masa manfaat.

j. Aktiva Tetap

Aktiva tetap, kecuali tanah dan aktiva tertentu yang dinilai kembali berdasarkan peraturan pemerintah, dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan amortisasi. Penyusutan aktiva tetap, kecuali hak atas tanah tidak diamortisasi, dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva tetap sebagai berikut:

Tahun

Gedung kantor dan pusat perbelanjaan 20

Pusat kegiatan olah raga (sport centre) 20

Peralatan gedung kantor dan pusat perbelanjaan 8 - 20

Perabot gedung kantor dan pusat perbelanjaan 5

Kendaraan 3 - 5

Mesin kantor 3 - 5

Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya; pemugaran dan perbaikan dalam jumlah signifikan yang memenuhi kriteria sebagaimana dipersyaratkan dalam PSAK No. 16 mengenai “Aktiva Tetap”, dikapitalisasi. Aktiva tetap yang sudah tidak dipergunakan lagi atau dijual, biaya perolehan serta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aktiva tetap dan laba atau rugi yang timbul dibukukan pada usaha tahun yang bersangkutan.

Sesuai dengan PSAK No. 47, “Akuntansi Tanah”, semua biaya yang terjadi sehubungan dengan perolehan hak atas tanah yang ditangguhkan dan disajikan secara terpisah dari harga perolehan tanah. Beban tangguhan tersebut, yang meliputi antara lain biaya perizinan, biaya notaris, pajak dan biaya lainnya yang berhubungan dengan hal tersebut, diamortisasi selama masa manfaat hak atas tanah yang bersangkutan.

(14)

Selanjutnya, PSAK No. 48, “Penurunan Nilai Aktiva”, yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2000, mengharuskan nilai wajar aktiva dinilai kembali atas kemungkinan penurunan pada nilai aktiva yang disebabkan oleh peristiwa atau perubahan keadaan yang menyebabkan nilai tercatat aktiva tersebut mungkin tidak dapat dipulihkan. Manajemen berpendapat bahwa nilai tercatat dari seluruh aktiva Perusahaan dan Anak perusahaan pada tanggal 31 Desember 2000 dapat dipulihkan, sehingga tidak diperlukan penurunan nilai atas aktiva tersebut.

k . Kapitalisasi Biaya Pinjaman

Perusahaan mengkapitalisasi biaya pinjaman sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 26, “Biaya Pinjaman”.

Biaya pinjaman yang dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan, pematangan dan pembangunan tanah dan bangunan terdiri dari beban bunga, beban bank, rugi selisih kurs, termasuk biaya swap valuta asing dan amortisasi biaya konsultasi dan “commitment fee”, yang terjadi sehubungan dengan perolehan pinjaman tersebut, dikurangi laba selisih kurs.

Besarnya biaya pinjaman yang dikapitalisasi dalam suatu periode ditentukan berdasarkan tingkat kapitalisasi dikalikan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk perolehan, pematangan dan pembangunan tahun berjalan. Tingkat kapitalisasi dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang biaya pinjaman, setelah dikurangi dengan laba kurs atas pinjaman tersebut, dibagi dengan jumlah rata-rata pinjaman tahun berjalan. Kapitalisasi biaya pinjaman dimulai pada saat kegiatan perencanaan pematangan (yaitu pada saat biaya dikeluarkan untuk pembebasan tanah untuk dikembangkan dan pengurusan perizinan yang diperlukan) dan berakhir pada saat tanah dan bangunan telah selesai dikembangkan dan dibangun.

Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan apabila kegiatan perolehan, pematangan atau pembangunan dihentikan untuk periode yang cukup lama.

l. Sewa Guna Usaha

Transaksi sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi (capital lease), apabila memenuhi kriteria kapitalisasi sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30, “Akuntansi Sewa Guna Usaha” (disajikan sebagai bagian dalam Aktiva Tetap). Jika kriteria tersebut tidak terpenuhi, transaksi sewa guna usaha dicatat dengan menggunakan sewa guna usaha biasa (operating lease). Aktiva sewa guna usaha menurut metode capital lease dicatat sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan

taksiran masa manfaat ekonomis aktiva sewa guna usaha tersebut. Laba

dari penjualan dan penyewagunausahaan kembali (“sale-and-leaseback”) ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa manfaat aktiva sewa guna usaha yang bersangkutan dengan metode garis lurus.

m. Aktiva dalam Pembangunan

Aktiva dalam pembangunan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan. Biaya atas pinjaman yang digunakan untuk membiayai pembangunan dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva dalam pembangunan. Pada saat bangunan selesai dikerjakan, akumulasi biaya perolehan dipindahkan ke akun yang lebih tepat antara “Persediaan” dan “Aktiva Tetap”.

(15)

n. Dana Pensiun

Perusahaan dan Anak Perusahaan membukukan program dana pensiun manfaat pasti sesuai dengan PSAK No. 24 mengenai “Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun”, yang berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 1995. Program pensiun manfaat pasti diselenggarakan untuk seluruh karyawan tetap yang memenuhi syarat. Pendanaan program ini berasal dari iuran yang dihitung secara aktuarial termasuk biaya jasa lalu (past service cost) yang diamortisasi selama sisa masa kerja rata-rata peserta pensiun.

o. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Transaksi dalam mata uang asing berdasarkan kurs yang berlaku pada saat transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca, aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan untuk mencerminkan kurs tengah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dalam mata uang asing sesuai dengan pada tanggal terakhir transaksi bank untuk tahun yang bersangkutan. Laba atau rugi selisih kurs yang terjadi dikreditkan atau dibebankan pada operasi tahun berjalan.

Pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, kurs tukar yang digunakan masing-masing Rp 9.595 dan Rp 7.100 per US$ 1 dihitung berdasarkan rata-rata kurs beli dan jual uang kertas dan/atau wesel ekspor masing-masing pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, tanggal-tanggal transaksi pada tahun tersebut.

p. Taksiran Pajak Penghasilan

Mulai tahun 2000, Perusahaan dan Anak Perusahaan menghitung pajak penghasilan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 566/KMK.04/1999 tanggal 27 Desember 1999, yang berlaku efektif 1 Januari 2000, tentang Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang Usaha Pokoknya Melakukan Transaksi Penjualan Atau Pengalihan Hak Atas Tanah atau Bangunan. Berdasarkan peraturan ini, penghasilan atas transaksi penjualan atau pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterima atau diperoleh wajib pajak mulai tanggal 1 Januari 2000 akan dikenakan pajak progresif berdasarkan undang-undang pajak penghasilan yang berlaku. Sebelumnya, taksiran pajak penghasilan untuk perusahaan real estat dihitung berdasarkan jumlah pembayaran yang diterima (dasar pengenaan pajak bersifat final).

Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan PSAK No. 46, “Akuntansi Pajak Penghasilan” yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 1999 untuk perusahaan publik. PSAK No. 46 mensyaratkan pencatatan akuntansi untuk pengaruh pajak atas pemulihan aktiva dan pelunasan kewajiban pada nilai tercatatnya, serta pengakuan dan pengukuran atas aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan sebagai konsekuensi pajak di masa yang akan datang atas pengakuannya dalam laporan keuangan, termasuk akumulasi rugi fiskal yang terkait. Perusahaan dan Anak Perusahaan mulai menerapkan PSAK ini pada tahun 2000. PSAK No. 46 tidak berpengaruh terhadap Perusahaan dan Anak Perusahaan pada tahun 1999 karena pendapatannya telah dikenakan pajak penghasilan final dan tidak ada perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban antara laporan keuangan untuk tujuan komersial dan pajak yang terjadi selama tahun 1999. Oleh sebab itu, laporan keuangan konsolidasi pada tahun 1999 tidak perlu disajikan kembali.

q. Laba Per Saham

Laba bersih per saham dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan (470.000.000 saham).

(16)

Pada tanggal 10 Desember 1999, IAI menerbitkan PSAK No. 56, “Laba per Saham” yang mulai berlaku efektif untuk laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2000. PSAK No. 56 mengharuskan perusahaan publik untuk menghitung dan menyajikan laba per saham dan laba per saham dilusian dalam laporan keuangan mereka. Sehubungan Perusahaan dan Anak Perusahaan tidak menerbitkan efek bersifat ekuitas, maka hanya laba per saham dasar yang dihitung dan disajikan dalam laporan keuangan konsolidasi.

3. KAS DAN SETARA KAS

Akun ini terdiri dari:

2000 1999

Kas:

Rupiah Rp 956.277 Rp 169.506

Dolar AS (US$ 845 dan US$ 16.032

masing-masing pada tahun 2000 dan 1999) 8.110 113.832

Bank:

Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa PT Jayabank International

Rupiah - 934.107

Dolar AS (US$ 1.071) - 7.603

Pihak Ketiga

PT Bank Central Asia Tbk. 3.807.235 1.300.594

PT Bank Tabungan Negara (Persero) 3.384.839 16.058

Citibank N.A., Cabang Jakarta

Rupiah 39.922

-Dolar AS (US$ 193.911 dan US$ 74.230 masing-masing pada tahun 2000

dan 1999) 1.860.571 527.033

PT Bank Mandiri (Persero) 1.146.699 123.845

PT Bank Universal Tbk. 787.470

-PT Bank DBS Buana 539.678 349.914

PT Bank Danamon Indonesia Tbk.

Rupiah 189.313

-Dolar AS (US$ 1.002) 9.613

-PT Bank Internasional Indonesia Tbk.

Rupiah 157.311 7.084

Dolar AS

(US$ 10.189 dan US$ 102.897

masing-masing pada tahun 2000

dan 1999) 97.765 730.574

PT Bank Umum Koperasi Indonesia 129.962 17.533

PT Bank Bumiputera 52.558 266.921

PT Bank Bali Tbk.

Rupiah 31.526 302.791

Dolar AS (US$ 1.284 dan US$ 1.636 masing-masing pada tahun

2000 dan 1999) 12.320 11.617

Lain-lain 246.027 88.496

(17)

2000 1999 Setara Kas: Deposito berjangka PT Bank Universal Tbk. Rp 7.000.000 Rp 5.141.741 PT Bank Bumiputera 6.206.184 -PT Bank Mega 3.000.000

-PT Bank Internasional Indonesia Tbk. 1.376.469 5.057.409

PT Bank Central Asia Tbk. - 22.443.429

Jumlah Rp 31.039.849 Rp 37.610.087

Tingkat bunga deposito berjangka Rupiah berkisar antara 10% sampai dengan 14% per tahun pada tahun 2000 dan antara 9% sampai dengan 46% per tahun pada tahun 1999.

4. PIUTANG USAHA

Akun ini terdiri dari:

2000 1999

Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa Sewa dan pemeliharaan gedung

(air, kebersihan dan keamanan) Rp 24.758 Rp 82.368

Pihak Ketiga

Penjualan tanah dan bangunan rumah 6.435.377 508.138

Sewa dan pemeliharaan gedung

(air, kebersihan dan keamanan) 3.025.443 1.975.178

9.460.820 2.483.316

Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu ( 1.236.993 ) ( 684.630 )

8.223.827 1.798.686

Bersih Rp 8.248.585 Rp 1.881.054

Pada tanggal 31 Desember 2000, piutang usaha tersebut digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diperoleh dari PT Bank Bali Tbk. dan PT Bank Mandiri (Persero) dan untuk pinjaman yang diperoleh dari PT Bank Bali Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) dan PT Jayabank International pada tanggal 31 Desember 1999 (lihat Catatan 10).

Rincian dari piutang usaha berdasarkan umur piutang pada tanggal 31 Desember 2000 adalah sebagai berikut: Jumlah Jatuh tempo: 1 - 30 hari Rp 2.151.188 31 - 60 hari 3.983.263

Lebih dari 60 hari 3.351.127

Jumlah Rp 9.485.578

(18)

Perusahaan tidak memiliki piutang dalam mata uang asing. Manajemen Perusahaan berkeyakinan bahwa seluruh piutang usaha tersebut dapat tertagih.

5. SALDO DAN TRANSAKSI-TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

Dalam kegiatan usaha normal, Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan transaksi usaha dan keuangan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, terutama yang berhubungan dengan penjualan, pembelian, jasa konstruksi dan sewa, dengan syarat dan kondisi yang sama dengan pihak ketiga.

a. Pada tahun 2000 dan 1999, Perusahaan dan Anak Perusahaan menjual tanah dan bangunan

kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa masing-masing sekitar 3,4% dan 4,92% dari jumlah penjualan tanah dan bangunan.

Pada tahun 2000 dan 1999, Perusahaan menyewakan sebagian ruangan di Plaza Bintaro Jaya dan Slipi Jaya Plaza kepada PT Jayabank International, PT Jaya Beton Indonesia dan PT Jaya Trade Indonesia, pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa masing-masing sekitar 0,15% dan 1,61% dari pendapatan sewa.

Setelah PT Jayabank International (JBI) bergabung dengan PT Bank Danamon Indonesia Tbk. pada tahun 2000, JBI bukan merupakan pihak yang mempunyai hubungan istimewa lagi.

b. Pada tahun 1999, terdapat penjualan atas tanah dan bangunan oleh Perusahaan dan Anak

Perusahaan sekitar 4,92% kepada PT Jaya Land (JL), pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Anak Perusahaan juga mempunyai transaksi keuangan dengan JL. Atas transaksi tersebut, pinjaman kepada JL, dikenakan biaya bunga sebesar 21,5% per tahun. Jumlah penghasilan bunga yang diperoleh dari JL masing-masing sebesar Rp 792.866 dan Rp 1.492.970 pada tahun 2000 dan 1999. Pada tanggal 31 Desember 1999, saldo piutang yang timbul sehubungan dengan transaksi-transaksi ini sejumlah Rp 12.350.392 yang telah diselesaikan pada tahun 2000 sebagaimana dijelaskan dibawah ini.

Berdasarkan “Perjanjian Kesepakatan Penyelesaian Hutang” antara JL (debitur) dengan Perusahaan dan Anak Perusahaan (kreditur) masing-masing pada tanggal 3 Januari 2000 dan 30 November 2000, para pihak setuju dimana JL akan melakukan pembayaran untuk penyelesaian kewajibannya sejumlah Rp 12.350.392 dengan mentransfer kepemilikannya atas aktiva-aktiva berikut:

- Tujuh (7) unit apartemen yang berlokasi di Jl. Kemang Selatan VIII, Jakarta Selatan seluas

1.197,68 meter persegi kepada Perusahaan.

- Seratus dua puluh tiga (123) bidang tanah yang berlokasi di Pasar Kemis, Tangerang dengan

luas keseluruhan 227.068 meter persegi kepada JGP (lihat Catatan 24c).

c. Pada tahun 2000 dan 1999, Perusahaan memiliki hutang dividen kepada PT Pembangunan Jaya

(dahulu PT Pembangunan Ibukota Jakarta Raya), pemegang saham, sebesar Rp 17.067.764 yang telah diselesaikan sejumlah Rp 7.476.813 pada tahun 2000 (lihat Catatan 24d).

d. Sebagian aktiva tetap Perusahaan digunakan sebagai jaminan atas pinjaman oleh PJ (lihat Catatan

(19)

e. Perusahaan memberikan jaminan untuk pinjaman yang diperoleh PT Bintaro Serpong Damai (BSD), perusahaan asosiasi (lihat Catatan 24f).

f. Perusahaan mempunyai transaksi keuangan dengan PJ, saldo yang terhutang – bersih pada

tanggal 31 Desember 2000 adalah sebesar Rp 3.082.089 dan disajikan sebagai bagian dari “Hutang Lain-lain Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.”

Rincian transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan jumlah di atas Rp 1.000.000, adalah sebagai berikut:

2000 1999

Penjualan tanah dan bangunan:

PT Pembangunan Jaya Rp 6.061.191 Rp

-PT Jaya Land - 6.971.052

Jumlah Rp 6.061.191 Rp 6.971.052

Jasa kontraktor untuk proyek pengembangan

selama tahun berjalan:

PT Jaya Trade Indonesia Rp - Rp 2.587.490

PT Jaya Teknik Indonesia - 1.408.295

Lain-lain - 787.919

Jumlah Rp - Rp 4.783.704

Rincian saldo dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan adalah sebagai berikut:

2000 1999

Piutang lain-lain:

PT Bintaro Serpong Damai Rp 2.866.885 Rp 1.500.000

PT Jaya Land 118.930 12.350.392

PT Pembangunan Jaya - 2.882.154

Lain-lain (masing-masing di bawah

Rp 1.000.000) 718.279 974.168

Jumlah Rp 3.704.094 Rp 17.706.714

Hutang usaha:

PT Jaya Trade Indonesia Rp 628.371 Rp 1.806.553

Lain-lain (masing-masing di bawah

Rp 1.000.000) 21.940 187.677 Jumlah Rp 650.311 Rp 1.994.230 Hutang lain-lain: PT Pembangunan Jaya Rp 3.082.089 Rp -PT Jayabank International - 7.000.000

Lain-lain (masing-masing di bawah

Rp 1.000.000) 604.047 1.359.091

Jumlah Rp 3.686.136 Rp 8.359.091

Pinjaman jangka pendek:

PT Jayabank International Rp - Rp 76.506.514

(20)

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut di atas memiliki anggota manajemen kunci yang sama dan mempunyai pengendalian/pemilik yang sama dengan Perusahaan.

6. PERSEDIAAN

Akun ini terdiri dari:

2000 1999

Tanah matang Rp 371.013.989 Rp 368.969.087

Bangunan rumah 13.666.860 8.653.588

Bangunan rumah dalam penyelesaian 4.913.955 2.732.317

Jumlah Rp 389.594.804 Rp 380.354.992

Pada tahun 2000, biaya bunga dan rugi selisih kurs yang dikapitalisasi ke persediaan masing-masing sebesar Rp 3.218.034 dan Rp 11.876.233. Pada tahun 1999, biaya bunga yang dikapitalisasi ke persediaan adalah sebesar Rp 22.834.599 sedangkan laba selisih kurs, yang dikompensasikan dengan rugi selisih kurs yang dikapitalisasi pada tahun-tahun sebelumnya, yang dikapitalisasi ke persediaan adalah sebesar Rp 10.344.522 (lihat Catatan 20).

Pada tahun 1999, Perusahaan menyerahkan beberapa bidang tanah yang berlokasi di Bintaro, Tangerang, kepada PT Bank Artamedia dan PT Bank Pan Indonesia Tbk sebagai penyelesaian pinjaman (lihat Catatan 10).

Pada tahun 2000 dan 1999, masing-masing sekitar 25,76% dan 24,89% dari luas tanah matang dan tanah untuk pengembangan dijaminkan untuk memperoleh pinjaman (lihat Catatan 7 dan 10).

7. TANAH UNTUK PENGEMBANGAN

Akun ini merupakan tanah mentah di daerah Bintaro Jaya dan Pasar Kemis. Tanah mentah tersebut akan dipindahkan ke akun “Persediaan” pada saat kegiatan pengembangan prasarana dimulai.

Pada tahun 2000, tidak ada biaya bunga dan rugi kurs yang dikapitalisasi ke tanah untuk pengembangan sehubungan nilai tercatat tanah untuk pengembangan tersebut telah mencapai nilai realisasi bersih. Pada tahun 1999, Perusahaan hanya mengkapitalisasi laba kurs yang dikompensasikan dengan rugi kurs yang dikapitalisasi pada tahun-tahun sebelumnya sebesar Rp 8.594.552 dan tidak mengkapitalisasi biaya bunga (lihat Catatan 20).

Pada tahun 2000 dan 1999, Perusahaan dan Anak Perusahaan memperoleh tambahan tanah untuk pengembangan yang lokasinya bersebelahan dengan lokasi tanah milik Perusahaan di Bintaro Jaya,

dengan luas masing masing 231.643 m2 dan 14.724 m2.

Pada tahun 2000 dan 1999, masing-masing sekitar 25,76% dan 24,89% dari luas tanah matang dan tanah untuk pengembangan dijaminkan untuk memperoleh pinjaman (lihat Catatan 6 dan 10).

8. PENYERTAAN SAHAM

Akun ini merupakan penyertaan saham yang dicatat dengan metode biaya (cost method) untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999 dengan rincian sebagai berikut:

(21)

Persentase Nilai

Kepemilikan Perolehan

PT Bintaro Serpong Damai 7,5% Rp 2.125.617

PT Sumber Jaya Kelola Indonesia 1,0 250

Jumlah Rp 2.125.867

PT Bintaro Serpong Damai (BSD)

Pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, Perusahaan memiliki 2.250 lembar saham yang merupakan 7,5% pemilikan pada BSD. BSD bergerak dalam bidang konstruksi dan pengelolaan jalan tol.

PT Sumber Jaya Kelola Indonesia (SJKI)

PT Sumber Jaya Kelola Indonesia merupakan perusahaan patungan antara Perusahaan dan PT Jaya Land, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dan bergerak dalam bidang pelayanan jasa kecuali hukum, pajak dan transportasi.

SJKI semula merupakan perusahaan patungan antara PT Jaya Land dan PT Pembangunan Jaya (PJ), dengan nama PT Jaya Management Property, sebelum PJ mengalokasikan kontribusinya, yang merupakan 1% dari pemilikan SJKI ke Perusahaan berdasarkan perjanjian antara PT Jaya Land dan PJ.

9. AKTIVA TETAP

Akun ini terdiri dari:

2000 Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir

Nilai Tercatat: Pemilikan Langsung

Hak atas Tanah Rp 71.691.384 Rp - Rp 661.098 Rp 71.030.286

Gedung kantor dan pusat perbelanjaan 46.017.897 19.825.176 4.357.281 61.485.792

Pusat kegiatan olah raga 830.417 - - 830.417

Peralatan gedung kantor dan pusat perbelanjaan 12.900.242 3.055.740 685.693 15.270.289

Perabot gedung kantor dan pusat perbelanjaan 1.881.517 55.164 - 1.936.681

Kendaraan 551.038 289.027 34.367 805.698

Mesin kantor 1.588.826 498.285 - 2.087.111

Jumlah 135.461.321 23.723.392 5.738.439 153.446.274

Sewa Guna Usaha

Peralatan gedung kantor dan pusat perbelanjaan 2.564.111 - 2.564.111

Jumlah Nilai Tercatat 138.025.432 23.723.392 8.302.550 153.446.274

Akumulasi Penyusutan: Pemilikan Langsung

Gedung kantor dan pusat perbelanjaan 10.885.534 6.871.588 1.345.804 16.411.318

Pusat kegiatan olah raga 410.488 41.521 - 452.009

Peralatan gedung kantor dan pusat perbelanjaan 7.318.898 2.736.587 417.844 9.637.641

Perabot gedung kantor dan pusat perbelanjaan 1.416.944 42.677 - 1.459.621

Kendaraan 424.035 107.583 34.367 497.251

Mesin kantor 1.609.816 357.518 - 1.967.334

Jumlah 22.065.715 10.157.474 1.798.015 30.425.174

Sewa Guna Usaha

Peralatan gedung kantor dan pusat perbelanjaan 1.923.083 - 1.923.083

Jumlah Akumulasi Penyusutan 23.988.798 10.157.474 3.721.098 30.425.174

Nilai Buku Rp 114.036.634 Rp 123.021.100

(22)

1999 Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir

Nilai Tercatat: Pemilikan Langsung

Hak atas Tanah Rp 71.691.384 Rp - Rp - Rp 71.691.384

Gedung kantor dan pusat perbelanjaan 45.888.510 129.387 - 46.017.897

Pusat kegiatan olah raga 830.417 - - 830.417

Peralatan gedung kantor dan pusat perbelanjaan 12.900.242 - - 12.900.242

Perabot gedung kantor dan pusat perbelanjaan 1.812.744 68.773 - 1.881.517

Kendaraan 542.906 85.200 77.068 551.038

Mesin kantor 1.426.836 161.990 - 1.588.826

Jumlah 135.093.039 445.350 77.068 135.461.321

Sewa Guna Usaha

Peralatan gedung kantor dan pusat perbelanjaan 2.564.111 - - 2.564.111

Jumlah Nilai Tercatat 137.657.150 445.350 77.068 138.025.432

Akumulasi Penyusutan: Pemilikan Langsung

Gedung kantor dan pusat perbelanjaan 8.987.003 1.898.531 - 10.885.534

Pusat kegiatan olahraga 370.832 39.656 - 410.488

Peralatan gedung kantor dan pusat perbelanjaan 6.109.680 1.209.218 - 7.318.898

Perabot gedung kantor dan pusat perbelanjaan 1.120.079 296.865 - 1.416.944

Kendaraan 378.311 99.975 54.251 424.035

Mesin kantor 1.271.168 338.648 - 1.609.816

Jumlah 18.237.073 3.882.893 54.251 22.065.715

Sewa Guna Usaha

Peralatan gedung kantor dan pusat perbelanjaan 1.602.569 320.514 - 1.923.083

Jumlah Akumulasi Penyusutan 19.839.642 4.203.407 54.251 23.988.798

Nilai Buku Rp 117.817.508 Rp 114.036.634

Jumlah penyusutan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999 masing-masing sebesar Rp 4.678.504 dan Rp 4.203.407.

Pada tahun 1998, Perusahaan telah menerima penggantian klaim asuransi atas kebakaran untuk proyek Senen Blok IV dan V (kebakaran terjadi pada bulan November 1996) sebesar Rp 36.705.087 dan US$ 1.428.032. Penggantian asuransi tersebut termasuk untuk proyek Senen Blok IV sebesar Rp 28.679.440 dan US$ 433.662. Pada tahun 2000, Senen Blok IV masih dalam tahap awal renovasi dan pembayaran. Oleh karena itu, selisih antara nilai penggantian klaim dengan biaya perbaikan dan pembangunan untuk Proyek Senen Blok IV tersebut masing-masing senilai Rp 24.025.328 dan Rp 27.061.863 pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999 dan disajikan sebagai akun “Hutang Lain-lain”, sedangkan nilai buku aktiva tetap sebesar Rp 12.373.442, disajikan sebagai “Aktiva Lain-lain” pada neraca konsolidasi. Blok V telah selesai direnovasi dan dibayarkan kembali dan selisih antara nilai penggantian klaim dengan biaya perbaikan dan pembangunan kembali Senen Blok V diakui sebagai bagian dari “Penghasilan lain-lain - Bersih” dalam laporan laba rugi konsolidasi (lihat Catatan 21). Pada 2000, Perusahaan telah selesai melakukan pembangunan dan perbaikan kembali gedung Pusat Pembelanjaan Slipi dan telah menerima penggantian klaim asuransi atas kebakaran gedung yang terjadi pada bulan Mei 1998, sebesar Rp 11.440.178 dan US$ 1.355.108. Tidak terdapat selisih antara nilai penggantian klaim asuransi dengan biaya perbaikan dan pembangunan Pusat Pembelanjaan Slipi. Sehubungan dengan selesainya pembangunan dan perbaikan gedung tersebut, maka nilai buku aktiva tetap tersebut yang disajikan sebagai “Aktiva Lain-Lain” sebesar Rp 16.311.217 pada neraca konsolidasi tahun 1999, direklasifikasikan kembali sebagai aktiva tetap pada neraca konsolidasi pada tanggal 31 Desember 2000. Pusat Pembelanjaan Slipi merupakan bagian dari aktiva yang dijaminkan atas pinjaman pemegang saham utama.

(23)

Pada tanggal 31 Desember 2000, Perusahaan mengasuransikan aktiva tetap, di luar hak atas tanah, terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya dalam beberapa polis gabungan dengan nilai pertanggungan keseluruhan sebesar US$ 19.150.000 dan Rp 18.154.600 untuk proyek Senen Blok IV dan V, Pusat Perbelanjaan Slipi, kantor taman dan “Driving Range”, dimana manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian atas aktiva tetap yang dipertanggungkan.

Pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, nilai aktiva tetap Perusahaan yang digunakan sebagai jaminan atas pinjaman oleh pemegang saham utama sejak tahun 1997 masing-masing adalah sebesar 45,42% dan 16,15% dari nilai konsolidasi aktiva tetap (lihat Catatan 24e).

Perusahaan memiliki Hak Guna Bangunan (HGB) atas tanah di Jakarta dan Tangerang seluas

24.031 m2 dengan masa berlaku hak atas tanah antara 5 sampai dengan 18 tahun. Manajemen

berpendapat bahwa kepemilikan hak atas tanah tersebut dapat diperpanjang pada saat jatuh tempo.

10. PINJAMAN

Akun ini terdiri dari:

Jumlah Pinjaman

Ref Pagu Kredit 2000 1999

Pihak Ketiga:

PT Bank Bali Tbk. ( a ) Rp 182.273.105 Rp 173.765.539 Rp 173.765.539

Badan Penyehatan Perbankan Nasional (eks PT Bank Indonesia

Raya Tbk) ( b ) US$ 10.000.000 95.950.000 71.000.000

PT Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Raya (Bank DKI) ( c ) Rp 50.000.000 72.699.234 49.400.000

Denholm Properties Limited ( d ) Rp 12.950.000

US$ 4.000.000 58.387.659 41.350.000

PT Bank Mandiri (Persero) ( e ) Rp 9.800.000

US$ 1.500.000 25.856.121 20.450.000

PT Koexim BDN Finance ( f ) US$ 2.000.000 17.271.000 14.200.000

PT Hanil Bakrie Finance ( g ) US$ 2.000.000 9.595.000 11.360.000

Badan Penyehatan Perbankan Nasional (eks PT Bank Dagang

Nasional Indonesia Tbk) ( h ) Rp 9.500.000 9.500.000 9.500.000

PT Bank Artamedia ( i ) Rp 1.000.000 500.000

-PT Bank Tabungan Negara ( j ) Rp 9.800.000 - 1.679.000

Jardine Fleming Investment

Management Limited ( k ) Rp 1.200.000 - 600.000

463.524.553 393.304.539

Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa:

PT Jayabank International ( l ) - 76.506.514

Jumlah Rp 463.524.553 Rp 469.811.053

Suku bunga pinjaman bank dalam Rupiah berkisar antara 3% sampai dengan 19% per tahun pada tahun 2000 dan 4% sampai dengan 32,5% per tahun pada tahun 1999. Suku bunga pinjaman dalam mata uang Dolar Amerika Serikat berkisar antara 2% sampai dengan 11% per tahun pada tahun 2000 dan 1999.

(24)

a. PT Bank Bali Tbk.

Pada tahun 1999, Perusahaan telah menyelesaikan sebagian pinjaman yang telah diperoleh dari PT Bank Bali Tbk. dengan mengalihkan Gedung Jaya III sebesar Rp 35.000.000 untuk penyelesaian saldo pinjaman dan biaya bunga masing-masing sebesar Rp 6.269.056 dan Rp 28.730.944. Selanjutnya, Perusahaan juga telah melakukan restrukturisasi atas sisa saldo pinjaman tersebut menjadi:

i. Pinjaman berjangka (“term loan”) sejumlah Rp 93.765.539 akan jatuh tempo dalam jangka

waktu 5 tahun, termasuk masa tenggang waktu (“grace period”) selama 2 (dua) tahun yang dimulai sejak tanggal penarikan dana. Saldo pinjaman tersebut dibayarkan dengan pembayaran angsuran selama 36 bulan, yang dimulai pada tahun 2001 dengan angsuran sebesar Rp 2.600.000 untuk 35 bulan pertama dan pembayaran angsuran terakhir sebesar Rp 2.765.544.

ii. Pinjaman aksep (“demand loan”) sejumlah Rp 80.000.000 yang jatuh tempo pada tanggal

31 Desember 1999 dan akan direstruksturisasi menjadi obligasi konversi dengan tingkat bunga berkisar antara 3% - 18% per tahun dengan nilai konversi yang akan ditentukan lebih lanjut dalam penjanjian obligasi konversi. Namun, sampai dengan tanggal auditor independen (19 Maret 2001), pinjaman tersebut belum dikonversi menjadi obligasi konversi karena masih dalam proses perundingan dengan pihak yang terkait.

Pada tahun 2000, seluruh pinjaman dari PT Bank Bali Tbk. dialihkan ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Pinjaman tersebut dijamin dengan:

• Beberapa bidang tanah, yang terletak di desa Tangerang, dengan luas keseluruhan 129,4 ha.

• Tagihan piutang dagang atas sewa ruangan di Pasar Senen.

• Tanah dan bangunan Pasar Senen yang terletak di daerah Senen.

b. BPPN (eks PT Bank Indonesia Raya Tbk. - Bira)

Perusahaan menerbitkan Surat Aksep untuk pinjaman yang diperoleh dari Bira sebesar US$ 10.000.000, yang telah jatuh tempo pada tanggal 22 Desember 1997. Pinjaman tersebut dijamin dengan 3 (tiga) bidang tanah di desa Pondok Aren, Tangerang. Sampai saat ini, pihak manajemen Perusahaan masih melakukan proses perundingan dengan BPPN, dimana pemerintah telah menghentikan kegiatan operasi bank tersebut pada tahun 1999. Sampai dengan tanggal laporan auditor independen (19 Maret 2001), masih belum terdapat syarat-syarat pasti yang telah disepakati untuk penyelesaian kewajiban tersebut, termasuk kesepakatan atas tingkat bunga pinjaman yang ditentukan oleh Bira pada tahun 1998 atas pinjaman yang bersangkutan (lihat Catatan 24g).

c. PT Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya (Bank DKI)

Kredit Modal Kerja yang diperoleh dari Bank DKI dengan fasilitas kredit sebesar Rp 50.000.000 telah jatuh tempo pada tanggal 27 November 1999. Pada tanggal 13 September 2000, Perusahaan menyelesaikan perundingan restrukturisasi pinjaman dengan Bank DKI sebesar Rp 73.299.234 (terdiri dari pokok pinjaman dan bunga tunggakan masing-masing sebesar Rp 48.500.000.dan Rp 24.799.234). Berdasarkan perjanjian pinjaman yang direstrukturisasi, pokok pinjaman akan dibayar berdasarkan angsuran mulai Januari 2003 sampai dengan Juni 2007, sedangkan bunga tunggakan akan dibayar berdasarkan angsuran mulai dari Juli 2000 sampai dengan Juni 2008, dan selama tahun 2000, Perusahaan telah melakukan pembayaran tunggakan bunga sebesar Rp 600.000. Jadwal pembayaran pada tanggal 31 Desember 2000 adalah sebagai berikut:

(25)

Jumlah Angsuran

Tahun Pokok pinjaman Bunga Jumlah

2001 Rp - Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 2002 - 2.400.000 2.400.000 2003 2.400.000 2.400.000 4.800.000 2004 29.000.000 3.000.000 32.000.000 2005 6.000.000 3.600.000 9.600.000 2006 6.000.000 4.200.000 10.200.000 2007 5.100.000 4.800.000 9.900.000 2008 - 2.599.234 2.599.234 Jumlah Rp 48.500.000 Rp 24.199.234 Rp 72.699.234

Pinjaman tersebut dijamin dengan sebidang tanah di desa Parigi Baru, Parigi Lama, Jurangmangu Barat, Pondok Aren dan Pondok Kacang Timur, Tangerang.

Berdasarkan perjanjian pinjaman yang direstrukturisasi, Perusahaan harus memperoleh persetujuan tertulis dari Bank DKI untuk memperoleh pinjaman baru, penggabungan usaha, akuisisi, menjual atau mentransfer bagian utama dari aktiva Perusahaan, dan untuk membagikan bonus dan/atau dividen (sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pasar Modal).

d. Denholm Properties Limited

Pada bulan November dan Desember 1997, Perusahaan menerbitkan Surat Aksep melalui PT Danpac sebagai koordinator, dengan jumlah Rp 86.166.803, yang telah jatuh tempo pada berbagai tanggal mulai bulan Januari sampai Mei 1998. Pada tanggal 31 Desember 1998, Surat Aksep tersebut dimiliki oleh PT Jayabank International (JBI), PT Pembangunan Jaya Ancol (PJA), pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (lihat butir l) dan Bear, Stearns Securities Corp. Surat Aksep yang dimiliki oleh Bear, Stearns Securities Corp. sejumlah Rp 4.750.000 dialihkan kepada Kingsford Holding Inc. pada tahun 1999 dan dijamin dengan tanah di desa Parigi Baru, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang (lihat juga butir k di bawah).

Perusahaan juga menerbitkan Surat Aksep sebesar US$ 4.000.000 kepada Kingsford Holdings Inc., yang telah jatuh tempo pada tanggal 27 Januari 1999. Surat Aksep tersebut juga dijamin dengan tanah di desa Parigi Baru, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang.

Pada tanggal 29 Oktober 1999, Perusahaan telah berhasil merestrukturisasi pinjaman dari Kingsford Holdings Inc. dengan pokok hutang sebesar Rp 12.950.000 dan US$ 4.000.000 dan bunga tunggakan sebesar Rp 2.077.317 dan US$ 519.056. Berdasarkan perjanjian restrukturisasi pinjaman, seluruh pokok pinjaman dan bunga tunggakan akan jatuh tempo pada tanggal 29 Oktober, 2004. Pinjaman dari Kingsford Holdings Inc. dijamin dengan beberapa bidang tanah di Tangerang sebesar 120% dari seluruh pokok pinjaman ditambah bunga tunggakan dan bunga yang akan timbul di masa datang sampai dengan tanggal 29 Oktober 2004. Berdasarkan perjanjian tersebut diatur pula bahwa kreditur mempunyai opsi untuk mengkorversikan hutang tersebut menjadi Obligasi Konversi selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2003. Jika pihak kreditur menggunakan pilihan untuk mengkonversi pinjaman tersebut menjadi Obligasi Konversi (OK), maka dikenakan tingkat suku bunga khusus sebesar 3% per tahun untuk OK dalam Rupiah dan 2% per tahun untuk OK dalam Dolar AS yang akan berlaku efektif pada tahun 2000. Dan jika kreditur tidak melaksanakan opsi tersebut, dikenakan tingkat suku bunga untuk pinjaman dalam Rupiah sebesar 16% per tahun dan untuk pinjaman dalam Dolar AS sebesar 9%. Pada tanggal 17 Desember 1999, seluruh Surat Aksep tersebut telah dibeli oleh Denholm Properties Limited (DPL). Pada tanggal 31 Desember 2000, Perusahaan belum membayar bunga yang telah jatuh tempo pada tanggal 29 Oktober 2000 (lihat Catatan 27).

(26)

e. PT Bank Mandiri (Persero)

Pinjaman yang diperoleh dari PT Bank Mandiri (Persero) merupakan Surat Aksep sebesar US$ 1.500.000 yang sebelumnya dimiliki oleh BDN - BANK - AG DUSSELDORF, sebelum dimerger menjadi PT Bank Mandiri (Persero), dan pinjaman modal kerja sejumlah Rp 9.800.000, yang sebelumnya terhutang kepada PT Bank Dagang Negara, sebelum dimerger menjadi PT Bank Mandiri (Persero). Surat Aksep tersebut telah jatuh tempo pada tanggal 18 Februari 1998 sedangkan pinjaman modal kerja senilai Rp 4.500.000 telah jatuh tempo tanggal 19 Desember 1999 dan senilai Rp 5.300.000 jatuh tempo tanggal 17 Januari 2000. Pinjaman modal kerja tersebut dijamin dengan tanah dan bangunan yang dibiayai oleh pinjaman ini dan piutang usaha (lihat Catatan 4 dan 6).

Pada tanggal 30 Juni 2000, Perusahaan juga berhasil menyelesaikan restrukturisasi pinjaman dengan PT Bank Mandiri (Persero) dengan pokok pinjaman sebesar Rp 9.800.000 dan US$ 1.500.000 dan kewajiban bunga tunggakan sebesar RP 4.966.668. Berdasarkan perjanjian restrukturisasi pinjaman, Bank Mandiri setuju bahwa kewajiban bunga tunggakan yang telah direstrukturisasi tersebut tidak dikenakan bunga lagi dan dikurangi sebesar Rp 1.666.668, selanjutnya sisa bunga tunggakan harus dibayar sebagai berikut:

i. Rp 1.000.000 harus dibayarkan selambat-lambatnya satu hari sebelum penandatanganan

perjanjian perubahan kredit.

ii. Rp 2.300.000 akan dibayar secara mengangsur sampai dengan Desember 2003.

Berdasarkan perjanjian restrukturisasi pinjaman, kredit modal kerja sebesar Rp 9.800.000 akan dibayar secara mengangsur sampai dengan 31 Desember 2006, sedangkan Kredit Modal Kerja sebesar US$ 1.500.000 akan jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 2002.

Jadwal pembayaran pinjaman sebesar Rp 9.800.000 pada tanggal 31 Desember 2000 adalah sebagai berikut:

Jumlah Angsuran

Tahun Pokok pinjaman Bunga Jumlah

2001 Rp 491.030 Rp 575.000 Rp 1.066.030 2002 797.923 575.000 1.372.923 2003 1.600.588 575.000 2.175.588 2004 2.283.027 - 2.283.027 2005 2.283.027 - 2.283.027 2006 2.283.027 - 2.283.027 Jumlah Rp 9.738.622 Rp 1.725.000 Rp 11.463.622

Berdasarkan perjanjian pinjaman yang baru, Perusahaan harus mempertahankan rasio hutang terhadap ekuitas tidak lebih dari 300% dan memperoleh persetujuan tertulis dari bank untuk memperoleh pinjaman baru, penggabungan usaha, akuisisi, menjual atau mengalihkan dalam jumlah besar aktiva Perusahaan, dan untuk membagikan bonus dan/atau dividen (sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pasar Modal).

Semua pinjaman dari Bank Mandiri dijaminkan dengan piutang Perusahaan dan beberapa bidang

tanah yang terletak di Pondok Aren, Tangerang dengan luas keseluruhan 144.844 m2

.

Sehubungan dengan restrukturisasi pinjaman Perusahaan dengan PT Bank Mandiri (Persero) yang terdiri dari beberapa skema, maka transaksi tersebut diperlakukan sesuai dengan PSAK No. 54, “Akuntansi Restrukturisasi Hutang/Piutang Bermasalah” yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

(27)

f. PT Koexim BDN Finance (Koexim)

Pinjaman yang diperoleh dari Koexim merupakan Surat Aksep sebesar US$ 2.000.000. Surat Aksep tersebut jatuh tempo pada tanggal 25 Oktober 1999 dijamin dengan sebidang tanah di desa Pangadegan, Tangerang, milik Anak Perusahaan. Pada bulan November 2000, Perusahaan membayar sebagian dari pinjaman tersebut sebesar US$ 200.000. Pada tanggal 21 Desember 2000, Koexim menyetujui untuk menjadwal ulang pembayaran Surat Aksep tersebut. Berdasarkan perjanjian penjadwalan ulang pembayaran, Perusahaan harus membayar pinjaman dalam delapan kali angsuran. Total angsuran pembayaran untuk pokok pinjaman sampai dengan 2001 sebesar US$ 337.500 dan sisanya dibayar dalam tahun 2002 dengan pembayaran terakhir dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2002.

g. PT Hanil Bakrie Finance (Hanil)

Pinjaman yang diperoleh dari Hanil merupakan Surat Aksep yang diterbitkan oleh Perusahaan sebesar US$ 2.000.000. Surat Aksep tersebut dijaminkan dengan sebidang tanah di desa Sindangsari dan Pangadegan, Tangerang, milik Anak Perusahaan, Perusahaan telah melunasi sebagian dari Surat Aksep tersebut sebesar US$ 600.000 dan US$ 400.000 masing-masing pada tahun 2000 dan 1999. Surat Aksep tersebut jatuh tempo pada tanggal 15 Desember 2000 dan telah diperpanjang sampai dengan 16 Juni 2002 (lihat Catatan 27a).

h. BPPN (eks PT Bank Dagang Nasional Indonesia Tbk. - BDNI)

Pinjaman yang diperoleh dari BDNI telah jatuh tempo dan belum dibayar pada tanggal 18 Juni 1998. Pada tanggal 21 Agustus 1998, Pemerintah melalui BPPN, menghentikan kegiatan operasional bank tersebut bersama 15 bank lainnya. Sampai dengan tanggal 19 Maret 2001 (tanggal laporan auditor independen), Perusahaan masih dalam tahap perundingan dengan BPPN sehubungan dengan restrukturisasi pinjaman tersebut.

i. PT Bank Artamedia

Pada tahun 2000, Anak Perusahaan memperoleh pinjaman dari PT Bank Artamedia sebesar Rp 500.000. Pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka yang dimiliki oleh salah satu pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebesar Rp 1.000.000 dengan tingkat bunga pinjaman sebesar 1,5% di atas tingkat bunga deposito tersebut.

j. PT Bank Tabungan Negara (Persero)

Pada tahun 1998, pinjaman yang diperoleh Anak Perusahaan dari PT Bank Tabungan Negara (Persero) sebesar Rp 1.818.000. Pinjaman ini dijamin dengan sebidang tanah berlokasi di desa Sindangsari, Tangerang. Pinjaman tersebut telah dilunasi sebesar Rp 139.000 pada tahun 1999 dan Rp 1.679.000 pada tahun 2000.

k. PT Bank Pan Indonesia Tbk.

Pinjaman yang diperoleh Perusahaan dari PT Bank Pan Indonesia Tbk. terdiri dari pinjaman jangka pendek sebesar Rp 10.000.000 dan penerbitan Surat Aksep sebesar Rp 6.800.000. Pada tahun 1999, pinjaman jangka pendek tersebut telah dilunasi dengan tanah yang terletak di kawasan Perumahan Bintaro Jaya, Tangerang, Jawa Barat (lihat Catatan 6). Sebagian Surat Aksep yang dimiliki oleh Kingsford Holdings Inc. sebesar Rp 5.000.000, yang telah direstrukturisasi pada bulan Oktober 1999, dijamin dengan sebidang tanah di desa Parigi Baru, kecamatan Pondok Aren, Tangerang (lihat butir d di atas dan Catatan 6). Sedangkan Surat Aksep sebesar Rp 1.800.000, dimiliki oleh Jardine Fleming Investment Management Limited dan PT Asuransi Allianz Aken Life masing-masing sebesar RP 1.200.000 dan Rp 600.000. Sebagian dari Surat Aksep tersebut sebesar Rp 600.000 telah dilunasi selama tahun 1999 dan sisanya dilunasi seluruhnya pada tahun 2000.

(28)

Pada tahun 1997, Perusahaan menerbitkan Surat Aksep sebesar Rp 7.450.000 melalui PT Asia Kapitalindo dimiliki oleh Morgan Grenfell Investment Management. Sebagian dari Surat Aksep tersebut sebesar Rp 4.250.000 telah dilunasi pada tahun 1998 dan pada tanggal 18 November 1998, Surat Aksep tertentu sebesar Rp 3.200.000 telah dibeli oleh Kingsford Holdings Inc. dan telah diperpanjang sampai dengan 19 Mei 1999, dan telah direstrukturisasi pada bulan Oktober 1999. Surat Aksep tersebut dijamin dengan sebidang tanah di desa Parigi Baru, kecamatan Pondok Aren, Tangerang (lihat butir d di atas).

l. PT Jayabank International (JBI) and PT Pembangunan Jaya Ancol (PJA)

Surat Aksep yang dibeli oleh PJA dan JBI, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, merupakan Surat Aksep yang diterbitkan oleh Danpac (lihat butir d) dan telah dikonversi menjadi pinjaman jangka pendek. Pada tahun 1999, Perusahaan telah melunasi seluruh pinjaman yang diperoleh dari PJA sebesar Rp 7.000.000. Selanjutnya, pada tahun 1998, Perusahaan telah menandatangani perjanjian penyelesaian pinjaman dengan JBI sehubungan dengan penyelesaian pinjaman kepada JBI sebesar Rp 76.506.514 dengan penyerahan aktiva tertentu milik Perusahaan. Pada bulan Maret 1999, JBI termasuk salah satu bank yang diambil alih oleh BPPN dan berdasarkan surat konfirmasi dari Koordinator Tim Pengelola JBI yang menyatakan bahwa pihak JBI telah mengalihkan aktiva terkait kepada BPPN pada bulan November 1999. Perusahaan belum melakukan pencatatan atas penyelesaian kewajiban dan beban bunga tahun 1999 sekitar Rp 25.247.150 atas pinjaman tersebut sebab diperlukan tindakan lebih lanjut dari pihak terkait pada tanggal 31 Desember 1999. Selanjutnya, aktiva tertentu yang dialihkan oleh Perusahaan kepada JBI direklasifikasikan dan disajikan sebagai akun “Aktiva Lain-lain” pada neraca konsolidasi sebesar Rp 52.261.945. Sehubungan dengan bergabungnya JBI ke PT Bank Danamon Indonesia Tbk. yang telah selesai dan tidak ada permintaan lebih lanjut dari BPPN mengenai aktiva JBI yang telah dialihkan ke BPPN maka penyelesaian pinjaman tersebut telah diselesaikan pada tahun 2000 dan tidak ada pembebanan bunga tahun 1999 yang dibebankan ke Perusahaan oleh karenanya beban bunga tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap laporan keuangan 1999.

Secara ringkas, selama tahun 2000, Perusahaan telah menyelesaikan restrukturisasi hutang atas kreditur tertentu sebagaimana dibahas pada paragraf-paragraf di atas. Namun demikian, Perusahaan tidak dapat memenuhi beberapa kewajiban yang dipersyaratkan dalam perjanjian pinjaman dari BIRA, BDNI dan DPL, terutama kewajiban pembayaran atas bunga dan pokok pinjaman yang telah jatuh tempo. Sampai dengan tanggal laporan auditor independen (19 Maret 2001), Perusahaan belum memperoleh surat pernyataan kelalaian secara formal sehubungan dengan hal tersebut di atas dan belum mendapatkan surat persetujuan penangguhan pembayaran dari pihak kreditur tersebut atas kewajiban pembayaran pinjaman yang telah jatuh tempo tersebut, serta masih melakukan perundingan untuk menjadwal kembali pembayaran pokok pinjaman dan bunganya dengan kreditur tersebut. Berdasarkan perjanjian pinjaman, kegagalan dalam memenuhi persyaratan pinjaman tersebut dapat mengakibatkan pinjaman jangka pendek tersebut dapat dimintakan pembayarannya sekaligus oleh kreditur.

Pada tahun 2000 dan 1999, masing-masing sekitar 25,76% dan 24,89% dari keseluruhan luas tanah dalam pengembangan dan tanah untuk dikembangkan digunakan sebagai jaminan atas pinjaman-pinjaman tersebut di atas (lihat Catatan 6 dan 7).

(29)

11. HUTANG USAHA

Akun ini terdiri dari:

2000 1999

Pihak Ketiga

PT Pakujaya Perkasa Rp 1.849.180 Rp 1.849.180

PT Kentanik 739.243 739.243

PT Karya Dinamika Maju Utama 571.667

-PT Intibangun Buana Lestari 375.480

-PT Nurcahyo Sasono 280.190 300.511

PT Yanlapa 262.487

-PT Tata Cipta Surya 232.686

-PT Axindo 133.468 133.468

PT Wikanjaya Mandiri 100.686

-Lain-lain (masing-masing di bawah

Rp 100.000) 1.052.451 1.120.609

5.597.538 4.143.011

Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

PT Jaya Trade Indonesia 628.371 1.806.553

PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama - 134.564

Lain-lain 21.940 53.113 650.311 1.994.230 Jumlah Rp 6.247.849 Rp 6.137.241

Hutang usaha tersebut di atas berasal dari transaksi pembelian tanah, pengembangan prasarana dan pembangunan rumah.

12. HUTANG LAIN-LAIN

Pada tanggal 31 Desember 2000 dan 1999, hutang kepada pihak ketiga terutama merupakan:

a. Hutang atas klaim asuransi masing-masing sebesar Rp 24.025.328 dan Rp 27.061.863 yang telah

diterima di muka (lihat Catatan 9);

b. Hutang kepada pelanggan atas pembelian Tanah dan Bangunan yang akan dikembalikan dalam

jangka waktu tiga sampai delapan tahun masing-masing senilai Rp 10.375.394 dan Rp 10.943.174; dan

c. Uang muka penjualan tanah yang harus dikembalikan kepada pihak pembeli karena dibatalkannya penjualan tersebut masing-masing sebesar Rp 530.199 dan Rp 1.154.086.

13. HUTANG PAJAK

Akun ini terdiri dari:

2000 1999

Taksiran hutang pajak penghasilan, setelah dikurangi dengan pembayaran pajak di muka sejumlah Rp 1.310.143 dan Rp 4.349.083

masing-masing pada tahun 2000 dan 1999 Rp 1.011.080 Rp 3.729.898

Referensi

Dokumen terkait

Hasil observasi dan wawancara dengan ibu ratna laila musyarafah selaku guru bidang studi ekonomi kelas X SMA Negeri 3 selong diperoleh informasi bahwa : (1) Keaktifan siswa

Spektroskopi FTIR dan kombinasinya dengan analisis komponen utama dan analisis diskriminan telah digunakan untuk identifikasi dan autentikasi jahe merah dari dua

biasanya memiliki catatan sejarah (history), baik sosial atau religius yang terdapat di setiap kota di Indonesia; 4) Kuliner juga menjadi daya tarik wisata

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pengaruh kualitas produk, kualitas layanan, harga, dan tempat secara parsial terhadap keputusan

Dengan meneliti responden yang memiliki Laptop, maka hasil penelitian ini dapat digeneralisir atau dapat mewakili pengguna memiliki Laptop dimanapun.uga lebih mudah

Technical Requirement Adanya website untuk pemasaran dan pelayanan keluhan konsumen Penetapan dan peraturan mengenai harga beras organik Desain dan warna kemasan beras organik

Dengan sistem yang baik pula perusahaan akan memperoleh informasi yang akurat tentang flow bisnis yang terjadi, karena dengan rekapitulasi dari semua transaksi

Tidak sesuai untuk penggunaan: Material ini tidak diperuntukkan untuk digunakan dalam produk yang kontak dalam jangka waktu lama dengan selaput lendir, cairan tubuh atau