• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PERCEPATAN, PERLUASAN, DAN PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) MELALUI KERJASAMA DENGAN MITRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROPOSAL PERCEPATAN, PERLUASAN, DAN PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) MELALUI KERJASAMA DENGAN MITRA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

PERCEPATAN, PERLUASAN, DAN PENGEMBANGAN

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)

MELALUI KERJASAMA DENGAN MITRA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU Bekerjasama dengan

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN 2013

(2)

2

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Percepatan, Perluasan, dan Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) melalui Kerjasama dengan Mitra

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : Jalan Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DIPA BBP2TP

5. Penanggungjawab Kegiatan :

a. Nama : Wahyuni Amelia Wulandari. S.Pt, M.Si b. Pangkat/Golongan : Penata / III.c

c. Jabatan : Peneliti Muda 6. Lokasi : Provinsi Bengkulu

7. Tahun Mulai : 2013

8. Tahun Selesai : 2014 9. Output Tahunan :

10. Biaya : Rp 70.000.000,- (Tujuh puluh juta rupiah)

Koordinator Program, Penanggung jawab Kegiatan,

Ir. Wahyu Wibawa, Ph.D Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si NIP. 19690427 199803 1 001 NIP. 19750724 199903 2 002

Mengetahui,

Kepala BB Pengkajian, Kepala BPTP Bengkulu

Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng. Dr. Dedi Sugandi, MPKasdi M.Sc Nip. 19610802 198903 1 011 NIP. 19590206 198603 1 002640321 199003 1 001

(3)

3

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mendukung empat kunci sukses pembangunan pertanian di Indonesia, Kementerian Pertanian telah meluncurkan berbagai program yang didukung dengan upaya percepatan penyebarluasan secara masif. Program yang mendukung upaya diversifikasi pangan dan peningkatan ketahanan pangan nasional misalnya, pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yang diluncurkan pada awal tahun 2011, terus diupayakan untuk direplikasi ke seluruh kabupaten/kota.

Presiden Republik Indonesia, pada peluncuran (Grand Launching) KRPL di Desa Kayen, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, tanggal 14 Januari 2012, menyatakan bahwa Rumah Pangan Lestari perlu dikembangkan ke seluruh wilayah di Indonesia. Pengembangan ini utamanya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan antisipasi pada saat harga pangan melonjak tinggi. Menyambut gerakan Presiden tersebut, maka Menteri Pertanian menugaskan kepada instansi terkait di jajaran Kementerian Pertanian agar KRPL dikembangkan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mendapat mandat untuk mengembangkan Model KRPL (M-KRPL). Menindaklanjuti penugasan Menteri Pertanian tersebut, pada tahun 2011 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian mulai menerapkan 1 – 2 unit kawasan di setiap provinsi, dan diperluas lagi pada tahun 2012 menjadi sekitar 70% dari jumlah kabupaten/kota di setiap provinsi.

Prinsip utama pengembangan KRPL adalah mendukung upaya: (1) Ketahanan dan kemandirian pangan keluarga, (2) Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (3) Konservasi tanaman pangan untuk masa depan, dan (4) Peningkatan kesejahteraan keluarga. Pengembangan KRPL ini diimplementasikan melalui pemanfaatan lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, dengan menerapkan budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, tanaman pangan, tanaman obat keluarga (toga), budidaya ikan, dan ternak. Agar upaya tersebut terus berkelanjutan (lestari), maka perlu didukung dengan empat pilar lestari, yaitu: (1) Infrastruktur, (2) Kelembagaan dan partisipasi aktif local champion, (3) Ketersediaan benih/bibit melalui pengembangan Kebun Bibit Desa (KBD) atau Kebun Bibit

(4)

4

Kelurahan (KBK), yang dapat mensuplai kebutuhan benih/bibit anggota masyarakat yang menerapkannya secara berkelanjutan, dan (4) Dukungan pemerintah daerah.

Sasaran pola penataan pekarangan melalui penerapan budidaya berbagai komoditas tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai Pola Pangan Harapan (PPH). Selain itu, nilai ekonomi juga dapat diciptakan atau ditingkatkan melalui pengembangan kawasan, sebagai himpunan dari beberapa (20 – 30 KK) yang menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL). Oleh karena penerapan KRPL ini lebih banyak menyentuh peran perempuan atau ibu rumahtangga dalam pengelolaannya, maka program ini diharapkan relatif mudah dan cepat disebarluaskan.

Pengembangan M-KRPL di setiap provinsi dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), yang dikoordinasikan oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Tidak hanya itu, pengembangan M-KRPL juga dilakukan melalui sosialisasi, pelatihan, dan advokasi kepada berbagai pemangku kepentingan (stakeholders), seperti Pemerintah Daerah, BKP, Haryono Suyono Center, DWP BPS, MenKUM dan HAM, SESKOAD, TNI-AD, Badan Narkotika Nasional, Organisasi Muslimah (Salimah), Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), dan sebagainya.

Sosialisasi, pelatihan, dan advokasi, serta pengembangan M-KRPL sebagai percontohan untuk komunitas organisasi kemasyarakatan/pemerintah tersebut diperlukan sebagai upaya pengembangan KRPL secara luas. Tidak hanya itu, pengembangan KRPL pada komunitas tersebut juga sebagai upaya Badan Litbang Pertanian dalam mengembangkan Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC).

Kementerian Pertanian melalui BPTP telah melakukan kerjasama dengan SIKIB untuk pengembangan M-KRPL dan replikasi KRPL di 11 lokasi pada tujuh provinsi sejak tahun 2012, serta kegiatan berupa workshop dan Training of Master Trainers (TOMT) bagi fasilitator Salimah di 11 provinsi potensial pada tahun 2011. Disamping tetap melanjutkan kerjasamanya dengan SIKIB dan Salimah untuk membangun M-KRPL, pada tahun 2013 BPTP juga akan membangun kerjasama baru dengan TNI-AD di beberapa provinsi. Komitmen kerjasama mendukung pengembangan KRPL telah dituangkan dalam nota kesepahaman antara Menteri Pertanian dengan berbagai mitra yaitu: (1) Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), MoU tanggal ...

(5)

5

(2) Organisasi Muslimah (Salimah), MoU tanggal 10 Oktober 2011; dan (3) TNI-AD (Nota Kesepahaman No.03/MoU/PP.310/M/4/2012 dan No.NK/9/IV/2012 yang ditandatangani Menteri Pertanian dan Panglima Angkatan Darat pada tanggal 13 April 2012), dan diturunkan dalam Kesepakatan Kerjasama antara Badan Litbang Pertanian dengan TNI-AD (KKS No.1160/HM.240/I/11/2012 dan No.Kerma/10/XII/2012 tanggal 13 November 2012).

Bertitik tolak dari perlunya kerjasama dengan mitra dalam mengembangkan KRPL, maka peran BPTP Bengkulu pada tahun 2013 adalah melakukan pengembangan M-KRPL bekerja sama dengan Salimah.

1.2. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah:

1. Melakukan koordinasi dalam rangka persiapan implementasi model KRPL. 2. Melakukan sosialisasi dan pelatihan konsep KRPL terhadap mitra

kerjasama.

3. Mengimplementasikan Model KRPL sebagai unit percontohan di lingkungan mitra kerjasama.

4. Membangun jejaring kerjasama dengan stakeholders dalam rangka penguatan kelembagaan MKRPL di lingkungan mitra kerjasama.

1.3. Keluaran (output)

Keluaran yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah: 1. Kesepakatan Implementasi model KRPL.

2. Konsep KRPL diadopsi oleh mitra kerjasama. 3. Implementasi model KRPL.

4. Jaringan kerjasama kelembagaan yang kuat. 1.4. Prakiraan Hasil (Outcome)

Hasil (outcome) yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah diadopsinya M-KRPL oleh kelompok sasaran maupun oleh pemangku kepentingan (stakeholders), dan penyebarluasan model tersebut di seluruh provinsi secara cepat.

(6)

6

1.5. Manfaat (Benefit), dan Dampak (Impact)

Manfaat (benefit) dari kegiatan ini adalah peningkatan kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi, sosial, dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, melalui penerapan M-KRPL.

Dampak (impact) dari kegiatan ini adalah semakin luasnya implementasi KRPL di seluruh provinsi, menuju masyarakat yang mandiri dan sejahtera.

(7)

7

II. KERANGKA PEMIKIRAN

Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) yang dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian (2011) adalah upaya percepatan diseminasi atau pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian. Dalam pengembangan SDMC tersebut, harus mempertimbangkan: (a) perubahan konsep diseminasi dari yang konvensional menuju yang lebih maju dan cepat, (b) perencanaan penelitian/pengkajian dan diseminasi harus melibatkan pemangku kepentingan dan pengguna, (c) diseminasi teknologi dipersiapkan sejak tahap perencanaan penelitian/pengkajian dirancang, (d) perlunya revitalisasi metodologi diseminasi, (e) harus melibatkan penyuluh dalam proses penelitian/pengkajian serta penyusunan bahan/materi penyuluhan, (f) merencanakan dan melaksanakan diseminasi sesuai dengan kebutuhan pengguna, (g) diseminasi/penyuluhan harus memperhatikan kebutuhan target dan sasaran, dan (h) perlunya membangun model-model percontohan partisipatif.

Sementara itu, terkait dengan SDMC maka operasionalisasi secara optimal model pengembangan inovasi pertanian tetap memerlukan beberapa prakondisi. Menurut perannya, prakondisi dapat dibagi menjadi syarat keharusan (necessary condition) dan syarat kecukupan (sufficient condition). Syarat keharusan adalah suatu kondisi minimum yang harus ada agar model pengembangan inovasi dapat berjalan optimal. Syarat kecukupan adalah lingkungan yang memperlancar mekanisme kerja model pengembangan inovasi.

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) adalah salah satu inovasi Badan Litbang Pertanian yang dapat diterapkan dengan melibatkan keluarga sebagai anggota masyarakat, melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan. M-KRPL merupakan konsep model rumah pangan yang dibangun dalam suatu kawasan (rukun tetangga (RT), rukun warga (RW)/dusun, desa, atau kecamatan) dengan prinsip mewujudkan kemandirian pangan keluarga melalui pemanfaatan pekarangan, agar dapat melakukan upaya diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, sekaligus konservasi tanaman pangan untuk masa depan, serta tercapai pula upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat pada umumnya (Badan Litbang Pertanian, 2011).

Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan KRPL direncanakan akan melewati empat tahapan, untuk menjamin keberlanjutannya. Keempat tahapan

(8)

8

tersebut mulai dari pengembangan model, replikasi, pengembangan usaha dan keberlanjutan usaha. Setiap tahapan pengembangan tersebut melibatkan berbagai pihak, dari mulai BPTP, penyuluh, Dinas Pertanian, swasta, kelompok (wanita) tani, sampai industri pengolahan. Kekuatan peran masing-masing pihak tersebut berbeda setiap tahap pengembangan, seperti yang diuraikan dalam matriks berikut (Tabel 1).

Tabel 1. Keterlibatan para pihak terkait dalam tahap pengembangan KRPL

Tahapan Pengembangan

Keterlibatan Para Pihak

BPTP Penyuluh Dinas Pertanian Swasta/ pedagang Kelompok Petani Industri Pengolahan Pengembangan Model XXXX XXXX XX X XXXX XX Replikasi XX XXXX XXXX XXX XXXX XXX Pengembangan Usaha X XX XX XXXX XXXX XXX Keberlanjutan usaha - X X XXX XXXX XXXX

Pada tahap pertama, diawali dengan pengembangan model dan inisiasi awal replikasi. Pada tahapan ini peran BPTP dan kelompok petani sasaran yang dominan, dan peran BPTP lebih banyak dalam pendampingan pengembangan model. Bersamaan dengan pendampingan pengembangan model ini, BPTP juga menginisiasi replikasi model dengan memberikan peran yang lebih dominan penyuluh lapang yang ada di lokasi dan menjadikan BPP sebagai pusat pengembangannya.

Pada tahap kedua, replikasi terus berlanjut dengan pengawalan dari penyuluh. Pada tahun ini juga penyuluh terus memperkuat posisi kelompok, sehingga kelompok menjadi mandiri dan telah mampu melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, terutama yang terkait dengan pedagang/pemasaran hasil dan pengolahan hasil. Pada tahun kedua ini juga peran kelompok akan semakin dominan, dukungan yang semakin banyak dari pedagang dan industri pengolahan.

Pada tahap ketiga, peran pedagang sebagai perantara akan berkurang dan petani dapat melakukan pengolahan atau telah dapat langsung berhubungan dengan industry pengolahan. Pada fase ini pengembangan kegiatan benar-benar mengait erat dengan industry pengolahan, baik itu industri pada level rumah tangga atau

(9)

9

industri kecil dan menengah. Bila hal ini telah terjadi maka dapat diakatakan bahwa KRPL akan berubah menjadi sentra pengembangan komoditi spesifik lokasi yang berbasis pada pemanfaatan lahan pekarangan. Pada tahapan ini peran BPTP sudah tidak ada, sementara dinas dan penyuluh lebih pada peran fasilitasi dan dukungan kebijakan.

Dari gambaran di atas menunjukkan, bahwa dalam rangka mewujudkan percepatan diseminasi inovasi pertanian seperti M-KRPL tersebut, serta membangun jejaring kerja diseminasi Badan Litbang Pertanian, maka peran organisasi masyarakat sangat dibutuhkan. Di sisi lain, organisasi perempuan, seperti yang terhimpun dalam wadah SIKIB dan enam organisasi perempuan lainnya, juga mempunyai tekad dapat ikut berperan aktif membantu pemerintah dalam memantapkan ketahanan pangan dengan pendekatan pengembangan inovasi pertanian di Indonesia, melalui kemitraan bersama Badan Litbang Pertanian.

(10)

10

III. METODOLOGI

3.1. Pendekatan

Pendekatan yang akan dilakukan dalam kegiatan ini adalah melalui serangkaian pertemuan, baik berupa sosialisasi, pembahasan dan pelatihan dalam rangka memberikan pemahaman dan persamaan persepsi tentang konsep M-KRPL. Selain itu juga akan diterapkan minimal satu unit M-KRPL di setiap provinsi sebagai unit percontohan. Dalam pelaksanaan sosialisasi, pelatihan (TOT), maupun penerapan percontohan dan pendampingan/pengawalan teknologi peran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di setiap provinsi adalah baik sebagai narasumber maupun sebagai tenaga teknis di lapang.

3.2. Waktu dan Pemilihan Lokasi Kegiatan

Waktu pelaksanaan kegiatan dimulai pada bulan Maret 2013 hingga Desember 2013. Kegiatan ini akan dilaksanakan di 1 (satu) Kabupaten, yaitu di Kabupaten Bengkulu Tengah. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah yang sangat potensial dalam pengembangan KRPL, dan diharapkan ke depan dapat bekerjasama dengan Badan Litbang Pertanian dalam menyebarkan inovasi pertanian lainnya.

3.3. Tahapan Kegiatan

Tahapan atau langkah-langkah pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

1. Persiapan, meliputi penyusunan rencana kerja operasional dan penentuan indikator dan parameter keberhasilan pelaksanaan kegiatan. 2. Koordinasi, dilaksanakan bersama pengurus pusat Persaudaraan

Muslimah, serta instansi terkait (UK/UPT) lingkup Badan Litbang Pertanian. Sebagai inikator pelaksanaan kegiatan ini adalah tingkat efektivitas pertemuan, yaitu seberapa jauh kesepakatan/komitmen masing-masing instansi dapat dilaksanakan. Hasil rapat/pertemuan berupa notulensi akan terus dievaluasi, dari proses perencanaan, implementasi, hingga pelaporan.

(11)

11

3. Pembahasan dalam rangka menyusun rencana kerja dan identifikasi kebutuhan teknologi. Indikator dari kegiatan ini adalah tersedianya rencana kerja sebagai pedoman dalam penerapan M-KRPL di lokasi kegiatan.

4. Sosialisasi dan Training of Trainers (TOT). Kegiatan ini untuk manjawab Tujuan 1, yaitu memberikan pemahaman dan menyamakan persepsi tentang Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) beserta langkah-langkah penerapannya. Sasarannya adalah pengurus dan anggota Salimah, yang ditunjuk sebagai fasilitator dari lokasi terpilih. Indikator yang digunakan adalah peningkatan pengetahuan peserta TOT tentang konsep M-KRPL, dengan melakukan test sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) menggunaan kuesioner saat pelaksanaan TOT.

5. Penerapan Percontohan M-KRPL, dilaksanakan di lokasi terpilih menurut tahapan dalam Pedoman Umum M-KRPL yang diterbitkan oleh Badan Litbang (2011). Kegiatannya meliputi sosialisasi, identifikasi rumahtangga dan pembentukan kelompok pelaksana, pelatihan, pengembangan kebun bibit desa (KBD), dan penerapan/pengembangan M-KRPL. Penerapan M-KRPL melibatkan kelompok sasaran ibu-ibu yang tergabung dalam keanggotaan organisasi kemasyarakatan dan sekitarnya di tingkat Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) atau desa. Kelompok sasaran tersebut akan dibagi menjadi 3 strata yaitu: Strata I (yang memiliki lahan pekarangan sempit; Strata II (lahan pekarangan sedang); dan Strata III (lahan pekarangan luas). Jumlah anggota rumahtanga dalam kelompok sasaran tersebut sekitar 20-30 KK per unit M-KRPL. Jumlah rumah tangga untuk setiap strata dibagi secara proposional, berdasarkan musyawarah/secara partisipatif. Implementasi di lapangan juga akan melibatkan tenaga fasilitator dari ormas Salimah dan tenaga ahli (narasumber) dari BPTP, serta untuk memperkuat aspek teknis budidaya diperbantukan tenaga teknis (datasir) dari BPTP terdekat. Indikator keberhasilan dalam kegiatan ini adalah penerapan prinsip KRPL oleh seluruh rumah tangga kooperator.

(12)

12

6. Pengawalan Teknologi dan Pendampingan. Kegiatan ini merupakan pembinaan yang dilakukan oleh peneliti dan teknisi lapang, kepada kelompok sasaran tentang penerapan M-KRPL. Pengawalan dan pendampingan ini dilakukan mulai dari persiapan sampai pada implementasinya. Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah selain diterapkannya KRPL oleh rumah tangga kooperator, juga agar percontohan ini sebagai media percepatan diseminasi sehingga M-KRPL dapat berkembang meluas secara cepat.

7. Membangun jejaring kerjasama kelembagaan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara memfasilitasi pertemuan antar mitra kerjasama (Kelompok MKRPL Salimah) dengan stakeholders (Lembaga Penyedia Input, Lembaga Penyalur Hasil, Lembaga Keuangan, Lembaga Penentu Kebijakan) dalam berbagai bentuk kegiatan seperti : Temu Lapang, Temu usaha, Temu Mitra, Temu Usaha. Indikator yang diukur antara lain : Terbangun kesepakatan kerjasama dalam bentuk MOU dll.

8. Monitoring dan Evaluasi, dilakukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan menilai apakah kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut sudah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

9. Seminar dalam rangka memaparkan hasil kegiatan di hadapan stakeholders .

10. Penyusunan laporan, sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan dan penggunaan anggaran kegiatan.

(13)

13

IV. ANALISIS RESIKO

DAFTAR PENANGANAN RISIKO

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

UNIT KERJA /UPT : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu NAMA PIMPINAN : Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP

NIP : 19590206 198603 1 002

KEGIATAN : Percepatan, Perluasan dan Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari melalui Kerjasama dengan Persaudaraan Muslimah (Salimah) TUJUAN KEGIATAN :

1. Melakukan koordinasi dalam rangka persiapan implementasi model KRPL. 2. Melakukan sosialisasi dan pelatihan konsep KRPL terhadap mitra kerjasama. 3. Mengimplementasikan Model KRPL sebagai unit percontohan di lingkungan mitra

kerjasama.

4. Membangun jejaring kerjasama dengan stakeholders dalam rangka penguatan kelembagaan MKRPL di lingkungan mitra kerjasama.

No. Risiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan 1. Penerapan M-KRPL tidak dapat di lanjutkan Kegiatan rohani lebih dominan dari kegiatan produktif Pelaksanaan kegiatan tidak berkelanjutan Melakukan pembinaan secara intensif terhadap manfaat penggunaan pekarangan bagi kesehatan dan ekonomi keluarga 2. Penerapan M-KRPL tidak dapat di kembangkan Variasi umur didominasi oleh usia lanjut Kegiatan replikasi model tidak berjalan dengan baik Pemilihan anggota diperioritaskan pada usia muda

Disusun Tanggal: Maret 2013

Penyusun:

(Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si)

NIP. 19750724 199903 2 002

Disetujui Diperiksa Tanggal: Kepala BPTP Bengkulu Pemeriksa:

(Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP) (...) NIP. 19590206 198603 1 002

(14)

14

III. JADWAL KEGIATAN, RENCANA ANGGARAN BELANJA,

DAN PERSONALIA

3.1. Jadwal Kerja

No. Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan X 2. Koordinasi X 3. Pembahasan rencana kerja X 4. Sosialisasi dan

pelaksanaan TOT tingkat wilayah/provinsi X X 5. Penerapan percontohan M-KRPL di lokasi kegiatan X 6. Pengawalan Teknologi dan Pendampingan X X X X X 7. Seminar X 8. Pelaporan X

3.2. Rencana Anggaran dan Belanja

NO Uraian Volume Satuan Harga Jumlah 1 Belanja bahan 1 tahun 31.400.000 31.400.000 2 Honor output kegiatan 1 kegiatan 6.000.000 6.000.000 3 Belanja barang non operasional

lainnya 3 kali 2.000.000 6.000.000

4 Belanja jasa profesi 4 OJ 500.000 2.000.000 5 Belanja perjalanan lainnya 1 kegiatan 24.600.000 24.600.000

(15)

15

Rincian Anggaran dan Belanja Kegiatan (Kegiatan Salimah)

No Uraian Volume Harga

Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

1 Belanja Bahan 31,400,000

ATK, komputer supplies, dan

perlengkapan lainnya 1 tahun 5,000,000 5,000,000 Saprodi (KBD, benih, pupuk, dan

peralatan pertanian) 1 tahun 20,400,000 20,400,000 Konsumsi 3 kali 2,000,000 6,000,000 2 Honor Output Kegiatan 6,000,000 Upah petugas lapang 30 OH 100,000 3,000,000 Upah petani 120 OH 25,000 3,000,000 3 Belanja Barang Non

Operasional Lainnya 6,000,000 Akomodasi, konsumsi dalam

rangka konsinyasi, sosialisasi, pelaksanaan kegiatan, dan pelatihan

3 kali 2,000,000 6,000,000

4 Belanja Jasa Profesi 2,000,000 Narasumber 4 OJ 500,000 2,000,000 5 Belanja Perjalanan Lainnya 24,600,000

Perjalanan dalam rangka persiapan, koordinasi, serta pelaksanaan kegiatan

40 OP 365,000 14,600,000

Perjalanan dalam rangka

konsultasi, seminar, dan worksho ke luar provinsi

2 OP 5,000,000 10,000,000

(16)

16

3.3.

Personalia

No Nama/NIP Fungsional/Bidang Jabatan Keahlian Jabatan dalam Kegiatan Uraian Tugas Alokasi Waktu (Jam/ Minggu)

1 Dr. Dedi Sugandi,MP Peneliti Madya /Farming Sistem Ka Balai Memberiakan arahan kepada

penanggung jawab 2 2 Wahyuni A.Wulandari, MSi Peneliti Muda/ Peternakan Penanggung Jawab

Membuat perencanaan, petunjuk teknis, pelaporan,

5

3 Dr. Umi Pudji Astuti, MP Penyuluh Ahli Madya/ Sosek Anggota

Membantu penjab melakukan pendampingan, koordinasi dan kerjasama 5

4 Bunaiyah Honorita, SP Calon Penyuluh/ Sosek Anggota

Membantu penjab melakukan pendampingan di bidang Peternakan

5

5 Waluyo, A.Md Teknisi Anggota

Membantu penjab melakukan pendampingan di lapangan

(17)

17

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Pedoman Umum Pemanfaatan Pekarangan.

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/ artikel/pangan/DEPTAN/New Folder/II/Pedum Pengembangan Pekarangan.doc.

Erwidodo, 1994. Analisis Aspek Keuntungan Penggunaan Pupuk di Sektor Pertanian. Makalah disampaikan pada Pelatihan Uji Tanah di safari Garden, Cisarua Bogor, Tanggal 9 – 11 Nopember 1994.

FAO. 1996. Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit Plan of Action. World Food Summit 13-17 November 1996. Rome.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Panduan Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Panduan Umum Model Spektrum Diseminasi Multi Chanel. Jakarta.

Hendayana, Rachmat. 2011. Tips & Trik Praktis Menganalisis Data untuk Karya Ilmiah. Hand out Seminar di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor, Tanggal 22 Maret 2011.

Kementerian Pertanian. 2011. Panduan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta. Novitasari, E. 2011. Studi Budidaya Tanaman Pangan Di Pekarangan Sebagai Sumber

Ketahanan Pangan Keluarga (studi Kasus Di Desa Ampel Gading Kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang). Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.

Putri, E. I. K. 2009. Ancaman dan Solusi atas Krisis Pangan, Energi, dan Air serta Peran Keilmuan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan dalam Mengatasi Krisis Tersebut. Orange Book. Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Global. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. IPB Press.

Rusastra, I. W., Supriyati, W. K. Sejati, dan Saptana. 2008. Model Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan: Analisis Program Ketahanan Pangan dan Desa Mandiri Pangan. Kerjasama PenelitianBadan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian dan Centre for Alleviation of Poverty through Secondary Crops’ Development in Asia and the Pacific (UNESCAP CAPSA). Sayogya. 1994. Menuju Gizi Baik Yang Merata di Pedesaan dan Di Kota. Gajah Mada

Gambar

Tabel 1.  Keterlibatan para pihak terkait dalam tahap pengembangan KRPL

Referensi

Dokumen terkait

• Uang saku (Jika ada alokasi dari instansi pengirim), karena biaya hari libur tidak ditanggung Pusbindiklatren dan alokasi biaya SBM yang dirasakan kecil. • Biaya lain di

Bari dapat dipergunakan untuk menganalisa data pasien sehingga didapat informasi jumlah pasien RSUD Palembang Bari dari berbagai dimensi (waktu, pasien, asuransi,

Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma dapat menyebabkan kerusakan pada medulla spinalis, tetapi lesi traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi karena fraktur

Berdasarkan survei awal, wilayah Pantai Kalasey mengalami abrasi dan mengakibatkan hilangnya sebagian lahan daratan yang disebabkan oleh proses laut berupa gelombang dan

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Per.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan..  Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja

Berdasarkan pada hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan D dengan nilai 11,55% merupakan perlakuan terbaik dan dianjurkan untuk meningkatkan

Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang lamtoro 0,5% b/v; 1% b/v; 2% b/v; dan 4% b/v berkemampuan membunuh cacing gelang babi dengan