• Tidak ada hasil yang ditemukan

MURUNG RAYA DAN BERBAGAI POTENSI YANG DIMILIKINYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MURUNG RAYA DAN BERBAGAI POTENSI YANG DIMILIKINYA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

TIGA

MURUNG RAYA DAN BERBAGAI

POTENSI YANG DIMILIKINYA

Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Murung Raya sebagai Kabupaten yang secara definitif otonom dan mandiri lepas dari Kabupaten Induknya Barito Utara baru diresmikan pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang Undang No. 05 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 131.42-188 Tahun 2002 tanggal 16 Mei 2002 tetang diangkatnya dan dilantiknya Drs. H Romansyah Bagan sebagai Pejabat Bupati Murung Raya pada tanggal 8 Juli 2002 dengan tugas antara lain adalah mempersiapkan lembaga legislatif dan membentuk Dinas, Badan dan Kantor Pemerintah di Puruk Cahu.

Setelah terbentuknya anggota Legislatif Kabupaten Murung Raya maka anggota dewan pada tanggal 18 Juni 2003 menyelenggarakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Murung Raya serta terpilihnya Ir. Willy M Yoseph dan Drs. Abdul Thalib sebagai Bupati dan Wakil Bupati Murung Raya untuk Periode 2003 - 2008 yang pelantikannya pada tanggal 21 Juli 2003 oleh Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah

(2)

di Palangkaraya bersamaan dengan dilantiknya 7 (tujuh) Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pemekaran lainnya.

Sementara itu, batas-batas wilayah Kabupaten Murung Raya secara administratif adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur; Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur dan Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara dan Kecamatan Kapuas Hulu Kabupaten Kapuas; dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas dan Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Lebih jelasnya lihat peta 3.1. di bawah ini.

Sumber : Murung Raya Dalam Angka, 2016 Gambar 3.1.

Peta Administrasi Kabupaten Murung Raya

Jarak tempuh dari Palangka Raya, Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah ke Kabupaten Murung Raya adalah 702 km (tujuh ratus dua kilometer) dengan waktu kurang lebih 10 (sepuluh) jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda empat.

(3)

Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Murung Raya terdiri dari 10 kecamatan, 115 desa dan 9 kelurahan definitif, seperti yang diperlihatkan pada tabel 3.1. di bawah ini.

Tabel 3.1.

Pembagian Kelurahan dan Desa Kabupaten Murung Raya

No. Kecamatan Luas Jumlah Desa Jumlah Kelurahan Total Desa+ Kelurahan 1. Laung Tuhup 1,611 23 3 26 2. Murung 730 13 2 15 3. Permata Intan 804 10 2 12 4. Sumber Barito 2,797 8 1 9 5. Tanah Siang 1,239 26 1 27

6. Barito Tuhup Raya 1,500 11 - 11 7. Tanah Siang Selatan 310 6 - 6

8. Sungai Babuat 423 6 - 6

9. Seribu Riam 7,023 7 - 7

10. U'ut Murung 7,263 5 - 5

Jumlah 23,700 115 9 124 Sumber : Biro Pusat Statistik, 2012

Tata Letak dan Fisiografi

Letak geografis Kabupaten Murung Raya adalah berada di ujung utara wilayah administratif Kalimantan Tengah dengan Ibukota Kabupaten Puruk Cahu. Secara astronomis, Kabupaten Murung Raya terletak pada garis Lintang 00051’51,87” Lintang selatan dan 00047’

25,24” Lintang Utara serta garis Bujur 1133012’40,98” Bujur Timur dan

115008’ 6,52” Bujur Timur, sehingga merupakan satu-satunya wilayah

di Provinsi Kalimantan Tengah yang berada dalam garis lintas Khatulistiwa.

Karakteristik alam Kabupaten Murung Raya dengan luas wilayah ±23.700 Km² (dua puluh tiga ribu tujuh ratus kilo meter persegi), didominasi oleh pegunungan dan perbukitan, hulu sungai, dan riam-riam menyebabkan udaranya terasa dingin dan agak lembab dengan ketinggian tempat 25-400 meter dari permukaan laut, curah hujan rata-rata sekitar 3.000 mm per tahun, temperatur udara rata-rata berkisar 22º-35ºC dan kelembaban nisbi rata-rata 85%. Bagian Selatan

(4)

berupa hamparan dataran rendah dengan derajat keasaman tanah kurang dari 7. Bagian utara berupa dataran tinggi Pegunungan Muller Schwaner menjadi wilayah yang sangat penting, terutama sebagai hamparan emas hijau hutan hujan tropis yang masih asli dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, juga sebagai menara air (water

reservoir) bagi sungai-sungai utama di wilayah Kalimantan, khususnya

Sungai Barito yang memiliki panjang mencapai 900 km. Dengan kondisi ini wilayah Kabupaten Murung Raya dikategorikan sebagai wilayah dengan tingkat kesulitan geografis relatif tinggi.

Kabupaten Murung Raya adalah Kabupaten terluas di provinsi Kalimantan Tengah, dengan potensi sumber daya alam yang besar terdiri atas perkebunan dan kehutanan, dengan luas wilayah kawasan hutan mencapai 94,36% serta pertambangan dan penggalian, terutama batubara dan emas. Untuk hutan luasnya mencapai 2.370.000 Ha dengan rincian seperti yang diperlihatkan tabel 3.2. di bawah ini:

Tabel 3.2.

Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya

No Fungsi Hutan Luas (Ha) Persentase

1. Hutan Produksi 332.454,44 14,03

2. Hutan Lindung 456.649,38 19,27

3. Hutan Suaka/Wisata/Cagar Alam 228.595,60 9,65 4. Hutan Cadangan/Hutan Produksi yang

dapat dikonversikan (KPP)

21.762,43 0,92 5. Hutan Produksi Terbatas 1.133.174,60 47,81 6. Kawasan Pemukiman dan Penggunaan

Lainnya

179.088,15 7,56

7. Daerah Sempadan 18.275,40 0,77

Jumlah 2.370.000,00 100

Sumber : Biro Pusat Statistik, 2012

Potensi Demografi

Penyebaran penduduk di Kabupaten Murung Raya cenderung tidak merata dan kebanyakan terpusat di Kecamatan Murung (32.08%) disusul Kecamatan Laung Tuhup (18,77%), Kecamatan Tanah Siang (13,01%) dan Kecamatan Permata Intan (11,00%). Jelasnya lihat tabel 3.3. di bawah ini.

(5)

Terkait dengan tidak meratanya persebaran penduduk Murung Raya, dikarenakan beberapa hal: (1) kondisi sarana jalan darat yang menghubungkan antar kecamatan atau desa kadang-kadang tidak memungkinkan untuk dilalui bahkan belum ada; (2) sarana transportasi yang kurang memadai termasuk sarana transportasi air yang jumlahnya masih sangat terbatas, padahal jumlah desa yang terdapat di pinggiran sungai lumayan cukup banyak; dan (3) keempat kecamatan adalah pusat pertumbuhan ekonomi terutama di sektor pertambangan dan sektor pariwisata.

Tabel 3.3.

Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dirinci menurut Jenis Kelamin per Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2011-2013

No. Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2)

Laki-laki (orang) Perempuan (orang) 2011 2012 2013 2011 2012 2013 1. Permata Intan 804 5.673 5.692 5.933 5.376 5.393 5.623 2. Sungai Babuat 423 1.203 1.207 1.258 1.053 1.057 1.102 3. Murung 730 15.776 16.446 17.495 14.619 15.238 16.221 4. Laung Tuhup 1.611 9.667 9.699 10.108 9.199 9.229 9.622 5. B. Tuhup Raya 1.500 2.244 2.250 2.346 2.049 2.057 2.144 6. Tanah Siang 1.239 6.579 6.744 7.110 6.076 6.227 6.568 7. T. Siang Selatan 310 2.514 2.576 2.715 2.377 2.436 2.570 8. Sumber Barito 2.797 4.116 4.050 4.176 3.760 3.699 3.817 9. Seribu Riam 7.023 1.987 1.955 2.017 1.632 1.606 1.656 10 Uut Murung 7.263 1.421 1.399 1.442 1.159 1.140 1.177 Jumlah 23.700 51.180 52.018 54.600 47.300 48.082 50.500 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

Kepadatan penduduk dapat dinyatakan dalam 2 (dua) bentuk kepadatan, yaitu; kepadatan secara geografis dan secara agraris. Kepadatan geografis membandingkan jumlah penduduk terhadap luas wilayah keseluruhan, sedangkan kepadatan agraris merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas tanah atau lahan yang diusahakan baik oleh pemerintah, swasta/perusahaan dan masyarakat sendiri termasuk pemukiman penduduk. Lahan yang diusahakan bisa berupa perkampungan, sawah, ladang/tegal, perkebunan, rawa/tambak serta semak belukar. Kepadatan penduduk Kabupaten Murung Raya semenjak mengalami pemekaran kabupaten sampai dengan tahun 2013 belum mengalami perubahan, yaitu 4 orang

(6)

penduduk per 1 (satu) Km2 wilayahnya. Paling sedikit di antara semua

kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah. Penduduk yang masih jarang ini merupakan salah satu peningkatan usaha pengembangan daerah. Oleh karena itu program penambahan penduduk pada wilayah-wilayah yang sesuai peruntukannya seperti program transmigrasi perlu digalakkan. Lebih jelasnya lihat tabel 3.4. di bawah ini.

Tabel 3.4.

Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Geografis per Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2011 – 2013 No. Kecamataan Luas Wil.

(Km2) Kepadatan Penduduk (orang/Km2) 2011 2012 2013 1. Permata Intan 804 14 14 14 2. Sungai Babuat 423 5 5 6 3. Murung 730 42 43 46 4. Laung Tuhup 1.611 12 12 12

5. Barito Tuhup Raya 1.500 3 3 3

6. Tanah Siang 1.239 10 10 11

7. Tanah Siang Selatan 310 16 16 17

8. Sumber Barito 2.797 3 3 3

9. Seribu Riam 7.023 1 1 1

10. Uut Murung 7.263 1 1 1

Jumlah 23.700 4 4 4

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

Rasio ketergantungan atau dependency ratio adalah banyaknya penduduk 0-14 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas (yang merupakan penduduk yang ditanggung) dibandingkan dengan penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun, sebagai penanggung). Tabel 3.5. memperlihatkan bahwa di Murung Raya pada tahun 2011 s/d 2013, rasio ketergantungan secara berturut-turut adalah sebesar 62, 61, dan 61. Sebagai contoh di angka 57, artinya bahwa setiap 100 penduduk usia 15-64 tahun menanggung 57 orang penduduk usia 0-14 dan 65 tahun ke atas. Semakin rendah nilai rasio ketergantungan maka akan semakin baik, sebaliknya jika semakin tinggi maka akan semakin buruk. Jelasnya lihat tabel 3.5. di bawah ini.

(7)

Tabel 3.5.

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Ketergantungan Murung Raya Tahun 2011-2013

Tahun Kelompok Umur (orang) Rasio Ketergantungan

0-14 15-64 65+

2011 34.960 61.051 2.469 61

2012 35.565 62.020 2.515 61

2013 35.583 63.821 2.696 57

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014

Penduduk yang termasuk angkatan kerja merupakan penduduk yang berusia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Sebaliknya di luar itu penduduk bukan angkatan kerja; seperti penduduk yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.

Bekerja merupakan bagian dari angkatan kerja dimana kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Jelasnya lihat tabel 3.6. dan tabel 3.7. di bawah ini.

Tabel 3.6.

Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013

Tahun Bekerja (orang)

Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Peremp

2012 29.542 15.859 45.401

2013 28.634 15.561 44.195

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014 Tabel 3.7.

Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Perdesaan/Perkotaan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013

Tahun Bekerja (orang)

Perdesaan Perkotaan Perdesaan+Perkotaan

2012 38.985 6.416 45.401

2013 37.606 6.589 44.195

(8)

Pengangguran terbuka terdiri dari mereka yang tidak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan, mereka yang tidak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha, mereka yang tidak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. Jelasnya lihat tabel 3.8., tabel 3.9., tabel 3.10., dan tabel 3.11. di bawah ini.

Tabel 3.8.

Jumlah Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013 Tahun Pengangguran Terbuka (orang)

Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Peremp

2012 68 542 610

2013 1.074 546 1620

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014 Tabel 3.9.

Jumlah Pengangguran Terbuka Menurut Pedesaan/Perkotaan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013 Tahun Pengangguran Terbuka (orang)

Perdesaan Perkotaan Perdesaan+Perkotaan

2012 652 50 702

2013 1.346 274 1620

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014 Tabel 3.10.

Prosentase Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013

Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Peremp

2012 0,44 3,47 3,91

2013 3,62 3,39 7,01

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya, 2014 Tabel 3.11.

Prosentase Pengangguran Terbuka Menurut Pedesaan/Perkotaan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 – 2013

Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka (%)

Perdesaan Perkotaan Perdesaan+Perkotaan

2012 1,64 0,77 3,91

2013 3,02 3,99 7,01

(9)

Potensi Ekonomi

Ciri perekonomian suatu daerah ditunjukkan oleh sumbangan masing-masing sektor ekonomi atau lapangan usaha yang menggambarkan struktur ekonomi daerah. Secara kuantitatif dapat diukur dengan indikator PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku.

Struktur perekonomian nasional telah mengalami pergeseran yang semula dimotori oleh sektor pertanian, maka mulai tahun 1992 yang menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional adalah sektor industri pengolahan. Namun tidak demikian halnya untuk umumnya daerah Kalimantan Tengah dan Khususnya Kabupaten Murung Raya. Sampai tahun 2007 sektor pertanianlah yang menjadi motor utama. Tercatat 33,34 persen kontribusinya terhadap PDRB tahun 2007 dan merupakan kontribusi terbesar jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Akan tetapi mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 konribusi sektor pertanian terus menurun dan perekonomian utama kini dimotori oleh sektor pertambangan dan penggalian sebagai leading sector.

Perekonomian Murung Raya tahun 2011 selain dimotori oleh sektor pertambangan dan penggalian di urutan pertama, dan sektor pertanian di posisi kedua, di posisi ketiga adalah sektor jasa, yang terdiri dari sub sektor pemerintahan umum dan swasta. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2013 mencapai 36,26 persen, sedangkan kontribusi sektor pertanian sebesar 23,75 persen. Sektor jasa dimana termasuk jasa pemerintah selaku pemegang kendali memiliki peran sebesar 11,36 persen terhadap perekonomian Murung Raya.

Di posisi keempat diduduki sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu dengan kontribusi sebesar 10,92 persen pada tahun 2013. Di peringkat selanjutnya ada sektor bangunan di posisi kelima dengan kontribusi terhadap total perekonomian sebesar 6,42 persen. Peringkat enam diduduki oleh kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi yang pada tahun 2013 kontribusinya sebesar 5,18 persen.

(10)

Berturut-turut di posisi tujuh dan delapan adalah sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada tahun 2013 kontribusinya berturut-turut adalah sebesar 3,05 persen dan 2,54 persen. Posisi juru kunci kontributor perekonomian Murung Raya tahun 2012 adalah sektor listrik dan air bersih. Pada tahun 2012 kontribusi sektor ini sebesar 0,52 persen saja. Jelasnya lihat tabel 3.12. di bawah ini.

Tabel 3.12.

Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (%) Kabupaten Murung Raya Tahun 2011 – 2013

No. Lapangan Usaha 2011 2012 2013

1. Pertanian (Tanaman Pangan, Perkebunan,

Perikanan, Peternakan dan Kehutanan) 25,72 24,49 23,75 2. Pertambangan dan Penggalian 37,14 36,84 36,26 3. Industri Pengolahan 2,97 3,00 3,05 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,43 0,45 0,52 5. Bangunan dan Konstruksi 5,57 6,06 6,42 6. Perdagangan, Hotel dan Restauran 9,86 10,42 10,92 7. Angkutan dan Komunikasi 5,49 5,42 5,18 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 2,28 2,41 2,54

9. Jasa-Jasa 10,54 10,91 11,36

Sumber : Biro Pusat Stastistik Kabupaten Murung Raya, 2014

Dengan demikian jelas bahwa sektor-sektor yang menempati urutan atas merupakan sektor-sektor yang sangat mempengaruhi naik-turunnya laju PDRB Kabupaten Murung Raya. Sedangkan kedua sektor urutan terakhir kurang berpengaruh terhadap perkembangan PDRB Murung Raya secara keseluruhan, karena peranannya yang relatif kecil. Namun demikian secara total, Pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupaten Murung Raya mengalami kenaikan pada tahun 2013 ini dibandingkan tahun sebelumnya.

Perekonomian Kabupten Murung Raya sejak Tahun 2009 hingga tahun 2011 selalu bergerak naik semenjak lepas dari dampak krisis global di penghujung tahun 2008. Pada tahun 2013, laju pertumbuhan ekonominya sebesar 6,67 persen dengan PDRB atas dasar harga konstan lebih dari satu trilyun rupiah. Jelasnya lihat tabel 3.13. di bawah ini.

(11)

Tabel 3.13.

PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Murung Raya Tahun 2011-2013 Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rp) Pertumbuhan Nyata (%) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rp) Pertumbuhan Nyata (%) 2011 2.455.698 16,99 1.009.040 6,29 2012 2.712.946 10,48 1.076.529 6,69 2013 2.983.672 9,98 1.148.343 6,67 Sumber : Biro Pusat Stastistik Kabupaten Murung Raya, 2014

PDRB perkapita Kabupaten Murung Raya tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 selalu mengalami peningkatan, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun 2000. Untuk tahun 2010, PDRB perkapita atas dasar harga konstan mencapai9,8 juta rupiah sedangkan tahun 2011 meningkat menjadi 10,2juta rupiah. Begitu juga untuk tahun 2012 kembali mengalami peningkatan menjadi 10,5juta rupiah. Sedangkan berdasar harga berlaku, PDRB perkapita masyarakat Murung Raya tahun 2010 mencapai 21,7 juta rupiah. Dua tahun berikutnya, berturut-turut meningkat menjadi 24,9 juta rupiah pada tahun 2011 dan sebesar 27,2 pada tahun 2012. Jelasnya lihat tabel 3.14. di bawah ini

Tabel 3.14.

PDRB Perkapita Kabupaten Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun 2011-2013

Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan Rp) Pertumbuhan Nyata (%)

Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rp) Pertumbuhan Nyata (%) 2011 24.936.007,93 15,06 10.246.143,74 4,54 2012 27.102.361,50 8,69 10.754.533,72 4,96 2013 28.388.889,14 4,75 10.926.190,92 1,60 Sumber : BPS Kabupaten Murung Raya

Perekonomian Murung Raya sampai dengan saat ini masih sangat tergantung pada sektor primer, yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Dengan kontribusi yang tinggi dari dua sektor ini bukan berarti tidak dibutuhkan perhatian khusus. Sektor pertambangan dan penggalian sebagian besar dikuasai oleh penduduk non residen Murung Raya, sehingga sebenarnya terjadi capital flight

(12)

diperlukan peran pemerintah untuk memberikan kontrol dan evaluasi seberapa besar nilai tambah sektor ini dapat meningkatkan kesejahteraan terhadap masyarakat Murung Raya itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak.

Sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama sebagian besar penduduk Murung Raya, khususnya perkebunan karet. Karena karet merupakan komoditi ekspor, maka harga karet turut berfluktuasi sesuai mekanisme pasar global. Suatu saat harga karet dapat meroket tinggi, namun tak jarang juga harganya terjungkal. Pemerintah perlu memikirkan strategi khusus untuk melindungi petani agar tidak merasakan dampak yang teramat dalam akibat fluktuasi tersebut, mengingat Indonesia merupakan salah satu produsen karet terbesar di dunia di samping Malaysia dan Thailand.

Sektor jasa terutama jasa pemerintahan umum memegang peran cukup signifikan terhadap perekonomian Murung Raya, sehingga ke depan perlu terus ditingkatkan melalui berbagai ragam kebijakan yang lebih pro rakyat. Agar besarnya peran tersebut, secara ekonomis benar-benar dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Sektor industri pengolahan tampaknya sangat perlu pembinaan dan bantuan. Selama ini kebutuhan masyarakat akan barang sekunder sebagian besar didatangkan dari luar wilayah, sehingga harganya cukup tinggi. Hal ini terjadi salah satunya karena sulitnya memperoleh bahan baku penolong dan tingginya biaya antara yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan sendiri suatu barang, sehingga masyarakat lebih memilih untuk membelinya secara langsung, meski harus didatangkan dari luar daerah dengan harga yang relaif tinggi. Ke depan, sektor ini perlu terus dibina dan dimodali agar lebih bergairah.

Sektor Produksi

Potensi Pertanian

Kegiatan pertanian sampai saat ini masih memberikan peran yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya. Kegiatan

(13)

pertanian masih didominasi oleh sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan. Berikut disajikan data hasil produksi dari kegiatan pertanian Murung Raya selama tahun 2013 pada tabel 3.15., tabel 3.16. dan tabel 3.17.

Tabel 3.15.

Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi per Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2013 Kecamatan

Padi Sawah Padi Ladang Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. Permata Intan 48 158,69 4 387 9 675 2. Sungai Babuat - - 160 325,89 3. Murung - - 1 725 3 804,62 4. Laung Tuhup - - 492 1 085,14 5. B.Tuhup Raya - - 108 238,20 6. Tanah Siang - - 749 1 651,98 7. T. Siang Selatan 1 3,31 258 569,04 8. Sumber Barito - - 857 1890,18 9. Seribu Riam - - 151 333,04 10. Uut Murung - - 399 880,03 Jumlah 49 161,99 9 286 20 481,00 Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kab. Murung Raya, 2014

Tabel 3.16.

Luas Panen dan Produksi Jagung, Ubi Kayu dan Ubi Jalar Menurut Kecamatan Tahun 2013

Kecamatan

Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Luas (Ha) Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) 1. Permata Intan 14 31,96 13 155,39 17 119,38 2. Sungai Babuat 7 15,98 5 59,76 4 28,09 3. Murung 24 54,79 8 95,62 6 42,13 4. Laung Tuhup 25 57,07 23 274,92 - - 5. B.Tuhup Raya 11 25,11 10 119,53 - - 6. Tanah Siang 6 13,70 11 131,48 10 70,22 7. T. Siang Selatan 7 15,98 2 23,91 2 14,04 8. Sumber Barito 0 0,00 9 107,58 2 14,04 9. Seribu Riam 1 2,28 2 23,91 3 21,07 10. Uut Murung 4 9,13 2 23,91 1 7,02 Jumlah 99 226,00 85 1 016,00 45 316,00

(14)

Tabel 3.17.

Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah, Kacang Kedelai dan Kacang Hijau menurut Kecamatan Tahun 2013

Kecamatan

Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau Luas (Ha) Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) 1. Permata Intan 10 10,5 19 22,8 - - 2. Sungai Babuat - - - - 3. Murung 3 3,5 5 6 - - 4. Laung Tuhup - - - - 5. B.Tuhup Raya - - - - 6. Tanah Siang 6 6,3 2 2,4 - - 7. T.Siang Selatan 1 1,05 4 4,8 - - 8. Sumber Barito - - - - 9. Seribu Riam - - - - 10. Uut Murung - - - - Jumlah 20 21 30 36 - -

Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya

Potensi pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Murung Raya sangat sedikit dibandingkan dengan luas wilayahnya. Lahan yang sesuai untuk tanaman pangan terletak di sebagian kecil Kecamatan Permata Intan, Kecamatan Murung, dan Kecamatan Laung Tuhup. Komoditi potensial di Laung Tuhup antara lain padi ladang, kacang tanah, tanaman kopi, lada dan kelapa. Kecamatan Murung memiliki komoditi potensial antara lain padi ladang, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, tanaman karet, tanaman kopi, jambu mete.

Areal kawasan hutan relatif makin terbatas sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Murung Raya. Oleh karena itu pelepasan kawasan hutan yang bersifat mengubah fungsi hutan perlu dibatasi. Pengembangan perkebunan dengan menggunakan tanaman tahunan yang berupa pohon, merupakan teknologi yang kompatibel dengan persyaratan ekologis, dapat memberikan fungsi hutan yang berbeda dengan hutan produksi. Redesign perkebunan pada dasarnya berupa membangun suasana harmonis antara unsur-unsur ekologi, ekonomi dan sosial budaya,

(15)

sehingga nantinya bisa menjadi kawasan industri masyarakat perkebunan (Kimbun).

Sebagian penduduk di Kabupaten Murung Raya hidup dari hasil perkebunan. Dengan mengandalkan teknologi tradisional ternyata penduduk tidak bisa meningkatkan taraf hidupnya. Sehubungan hal tersebut di atas, dalam rangka mendorong pengembangan perkebunan, pemerintah dalam hal ini instansi teknis (perkebunan) akan memberikan kemudahan kepada investor untuk menanamkan modalnya.

Pemerintah akan memberikan Hak Penguasaan Hutan Tanaman Perkebunan (HPHTP) yang setara dengan HGU, dimana tahapan untuk mendapatkan HGU melalui tahapan-tahapan yang panjang sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Pertumbuhan agronomis tanaman perkebunan relatif baik. Kendala yang dihadapi oleh petani adalah terutama berkaitan dengan sumberdaya petani yang relatif rendah, masalah sosial ekonomi. Program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) belum menyentuh pada hal-hal yang mendasar berupa teknologi tepat guna, permodalan dan pemasaran. Hal ini menyebabkan petani mengalami hambatan dalam hal meningkatkan mutu produksi perkebunan dan pemasaran.

Pemanfaatan potensi hutan yang melimpah di Kabupaten Murung Raya cukup menjanjikan bagi perekonomian di daerah ini. Tanaman perkebunan dengan nilai ekonomi tinggi seperti karet, kelapa, kopi, lada dan jambu mete telah dikembangkan di daerah ini yang tersebar diseluruh kecamatan dan diharapkan dapat mendorong meningkatnya ekonomi masyarakat. Sampai saat ini tanaman karet masih menjadi produk unggulan di sektor perkebunan dan masih menjadi tanaman idola bagi masyarakat khususnya di pedesaan. Hal ini diperlihatkan pada tabel 3.18. di bawah ini.

Hampir semua kecamatan di Kabupaten Murung Raya memiliki potensi untuk pengembangan karet dan kelapa, akan tetapi bagian tengah sampai ke Utara Kabupaten Murung Raya lebih berpotensi karena didukung oleh kondisi wilayah yang relatif lebih tinggi. Komoditi perkebunan seperti kopi, lada, dan sawit relatif masih dalam

(16)

skala kecil diusahakan oleh masyarakat. Komoditi ini terbatas pada lahan sekitar pemukiman atau lahan pekarangan dan lahan usaha untuk daerah transmigrasi.

Tabel 3.18.

Luas Areal (Ha) dan Produksi Tanaman Perkebunan (ton) Menurut Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2013

Kecamatan Karet Kopi Cengkeh Lada Kelapa

1. Permata Intan 4396,70 51,54 - 2,46 91,20 2. Sungai Babuat 1 510,55 15,50 - 0,71 22,52 3. Murung 3479,68 58,08 0,02 3,33 111,38 4. Laung Tuhup 9297,21 65,29 0,04 3,91 117,50 5. Barito Tuhup Raya 2 020,91 20,15 - 1,04 28,03 6. Tanah Siang 7061,47 53,17 0,09 3,76 66,86 7. T. Siang Selatan 2069,48 19,19 - 0,68 25,83 8. Sumber Barito 3412,97 27,63 - 2,90 43,12 9. Seribu Riam 174,23 18,52 - 0,63 22,52 10. Uut Murung 43,82 13,34 - 0,61 14,58 Jumlah 33 467,02 342,41 0,15 20,03 543,54

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Murung Raya, 2014

Sejalan dengan pengakuan petani setempat hanya dengan membudidayakan karet dan kelapa di lahan usaha mereka, pendapatan dalam jangka panjang akan stabil, sedangkan jika pun ada tanaman pangan yang diusahakan oleh petani hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kelebihan dari budidaya komoditi karet dan kelapa dalam adalah karena masyarakat sudah terbiasa membudidayakan komoditi tersebut dan lebih toleran terhadap kondisi lingkungan sehingga resiko kegagalan budidaya oleh petani relatif kecil. Sedangkan budidaya tanaman pangan umumnya hanya berupa komoditas lokal yang produksinya masih relatif rendah. Usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah dengan membudidayakan varietas yang unggul yaitu dari segi produksinya dan tahan terhadap kondisi lingkungan di Kabupaten Murung Raya.

Pemenuhan kebutuhan ikan di daerah Kabupaten Murung Raya selama ini, masih bertumpu pada hasil perikanan dari daerah lain.

(17)

Namun demikian, pemerintah tidak tinggal diam, penggalakan program budidaya ikan sepertinya sudah mulai membuahkan hasil. Dengan pemberian bantuan benih ikan, diharapkan produksi budidaya ikan kian meningkat dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelas perkembangan produksi perikanan Kabupaten Murung Raya menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel 3.19. di bawah ini. Kecamatan yang mempunyai jumlah produksi terbesar adalah Kecamatan Murung dan Tanah Siang.

Tabel 3.19.

Produksi Perikanan Penangkapan di Sungai dan Budi Daya Tahun 2013 (Dalam Ton)

Kecamatan Jenis Perairan Jumlah Penangkapan Budi Daya

1. Permata Intan 9,5 150,22 159,72

2. Sungai Babuat 9,5 - 9,5

3. Murung 42,5 268,22 310,72

4. Laung Tuhup 28,8 53,54 82,34 5. Barito Tuhup Raya 16,6 118,13 134,73

6. Tanah Siang - 188,58 188,58

7. Tanah Siang Selatan - 102,37 102,37 8. Sumber Barito 8,7 107,26 115,96

9. Seribu Riam 7,8 53,88 61,68

10. Uut Murung 7,8 - 7,8

Jumlah 131,2 1 042,2 1 173,4

Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya, 2014

Kegiatan peternakan di Kabupaten Murung Raya setiap tahun menunjukkan peningkatan perkembangan populasinya untuk semua jenis ternak. Hampir di semua kecamatan terutama kecamatan Murung dan Tanah Siang kegiatan peternakan dikembangkan. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan usaha kegiatan pertanian tanaman pangan khususnya sawah, yang memberikan keuntungan subsitusi dari dua kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan sektor perternakan yang ada di Kabupaten Murung Raya dapat dilihat pada tabel 3.20. di bawah ini.

(18)

Tabel 3.20.

Banyaknya Populasi Ternak dan Unggas menurut Jenisnya Tahun 2013 (ekor) No Jenis Ternak 2013 Ternak 1. Sapi Perah - 2. Sapi Potong 1.189 3. Kerbau 9 4. Kambing 2.622 5. Babi 8.472 6. Kuda - Unggas

1. Ayam Buras/ Ayam Kampung 122.614

2. Ayam Ras/ Petelur 2.250

3. Ayam Ras Broiler 466.117

4. Itik 1978

5. Kelinci -

Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Murung Raya, 2014

Potensi Pertambangan dan Penggalian

Potensi bahan galian di Kabupaten Murung Raya digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan bagian yaitu :

 Golongan A yaitu bahan galian golongan strategis antara lain minyak, gas bumi, dan batu bara.

 Golongan B, yaitu bahan galian vital antara lain emas, intan dan antiminit.

 Golongan C, yaitu bahan galian golongan yang tidak termasuk strategis dan vital antara lain batu kapur, bentonit, basal, phosphat, mika, andesit, granit, gabro dan lain - lain.

Dari beberapa potensi yang terdapat di Kabupaten Murung Raya yang sudah dimanfaatkan adalah batubara, emas, intan dan sebagian kecil bahan galian C, baik yang sudah mempunyai izin maupun belum, serta yang dilaksanakan secara tradisional.

(19)

Berdasarkan sumber daya alam yang dimilikinya, Kabupaten Murung Raya merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang memiliki potensi bahan galian strategis (golongan B) seperti emas di Kecamatan Sumber Barito, Permata Intan, Murung dan Tanah Siang. Selain itu Kabupaten Murung Raya memiliki bahan galian Intan di Kecamatan Murung dan Permata Intan. Sedang bahan Galian golongan A, batu bara, terdapat di kecamatan Permata Intan, Laung Tuhup, Sumber Barito dan Tanah Siang.Untuk bahan galian golongan C terdapat di Kecamatan Permata Intan, Murung dan Sumber Barito.

Hingga tahun tahun 2012, sebanyak 55 perusahaan baik multinasional, Nasional dan Lokal menginvestasikan dananya untuk mengeksploitasi sumber daya mineral yang ada di Kabupaten Murung Raya dengan status perusahaan sudah melakukan eksploitasi. Jelasnya lihat tabel 3.21. dan gambar 3.2. di bawah ini.

Tabel 3.21.

Banyaknya Perusahaan (Ijin Usaha Pertambangan) Yang Beroperasi Menurut Tingkat Kegiatandi Kabupaten Murung Raya, 2005- 2013 Tahun Penyelidikan

Umum Eksploitasi Eksplorasi Jumlah

2005 - - 9 9 2006 - - 10 10 2007 - - 18 18 2008 - - 29 29 2009 3 3 42 48 2010 - 3 56 59 2011 - 4 51 55 2012 - 8 47 55 2013 NA NA NA NA

(20)

Sumber : Kabupaten Murung Raya Dalam Angka, 2014 Gambar 3.2.

Peta Perusahaan Pertambangan di Wilayah Kabupaten Murung Raya

Dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013, jumlah terbesar dari sektor pertambangan adalah Batubara, seperti pada tabel 3.22.

Potensi Kelembagaan Adat

Pemimpin di kalangan orang Dayak yang masih diakui hingga saat ini adalah Damang Kepala Adat, oleh Riwut (2003) dikatakan hanya kepala adat. Di Kudangan (Dayak Tomon) dikenal sebutan Mas, Patih, Jajaran, dan Kepala Dukuh. Sebutan-sebutan ini sekarang ini hanya

(21)

sebagai penghormatan kepada tamu-tamu, sedangkan yang masih bertahan adalah jabatan Mantir Adat, Damang, dan kepala Dukuh.

Tabel 3.22.

Produksi Pertambangan dan Penggalian Menurut Jenisnya di Kabupaten Murung Raya, 2012 dan 2013

No. Jenis Pertambangan Satuan 2012 2013 1. Batubara MT 3 224 231,70 2 952 545,59 2. Emas Kg 876 717,03 3. Perak Kg 20 966 22 145,05 4. Batu Belah M3 33 026 17 576,75 5. Sirtu M3 230 974,00 6. Pasir M3 2 141 56 220, 60 7. Awkes M3 3078 - 8. Tanah Urug M3 58 937 20 645

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Murung Raya, 2014

Ilon (1987:108-114) dengan menggunakan legenda Bandar yang hidup sekitar abab 16 Masehi menyebutkan bahwa riwayat pelembagaan adat Dayak Kedamangan mulai muncul seiring dengan bertambahnya manusia sehingga banyak urusan yang menuntut pembagian tugas, membentuk struktur pemerintahan adat. Dalam konteks Dayak, struktur pemerintahan dan kepemimpinan kelompok yang pernah ada terdiri dari : (1) Temanggung atau Dambung yang hakekatnya sama dengan raja (penanggungjawab) untuk melindungi, mensejahterakan dan memakmurkan seluruh rakyatnya; (2) Pangkalima bertanggungjawab dalam bidang pertahanan dan keamanan; (3) Patih bertanggungjawab dalam bidang pemerintahan dan kesejahteraan; dan (4) Demang bertanggungjawab dalam bidang pengawasan, penuntutan dan peradilan serta pelestarian.

Setelah masuknya pemerintahan Kolonial Belanda, sebutan yang tadinya Damang menjadi Demang dengan pedoman kerjanya mengacu 96 pasal hukum adat yang dilahirkan dari Rapat Besar Perdamaian di Tumbang Anoi pada tahun 1894 (Tumbang Anoi masuk dalam wilayah Kabupaten Gunung Mas). Secara umum tugas Damang Kepala Adat disamping berperan sebagai Hakim Perdata Adat menyelesaikan dan

(22)

memutuskan perkara yang terjadi dalam wilayahnya8, juga membantu

pemerintah untuk melancarkan roda pemerintahan umum, terutama untuk menjembatani kehendak masyarakat disampaikan ke pemerintahan dan sebaliknya.

Mengenai posisi Damang secara formal dalam struktur masyarakat Dayak tidak mudah menjelaskannya dengan mengacu kepada berbagai hasil penelitian Kedamangan tentang apa dan bagaimana lembaga ini berperan di tengah masyarakat (Kurniawan, 2007). J Mallincrodi (1887-1929) dalam Het Adatrecht van Borneo (1928) ketika menguraikan bagaimana hukum adat di Kalimantan Tengah sama sekali tidak membicarakan lembaga Kedamangan. Thomas Linblad mengartikan Damang sebagai village head. Arti ini sama dengan Pembakal dan Kyai yang disebut Linblad sebagai indigeneous district

officer (Linblad, 1988:271). Scharer (1904-1947), seorang misionaris

yang banyak meneliti kepercayaan Dayak menyatakan Damang adalah

the present-day damangnya (adat chief) dan bukan orang yang

diberikan kepercayaan oleh masyarakat setempat untuk turut mengatur kehidupan mereka (Scharer, 1963:103). Scharer meyakini Damang hanyalah sebuah jabatan dan status yang diberikan pemerintah untuk kepentingan mereka sendiri

Menindak-lanjuti peran Damang, Kepala Adat maka pada tanggal 03 September 1923 di Kuala Kapuas (sekarang menjadi Kabupaten Kapuas) diadakan Rapat Damang Kepala Adat, dihadiri oleh para Damang dari seluruh Kapuas, Kahayan, Rungan, dan Manuhing dengan unsur pemerintah Hindia Belanda untuk menetapkan: (1) Hak Ulayat Adat Kampung seukuran 5 km (sejangkauan bunyi gong dari pinggir

8 Jelasnya lihat buku Adat Bana Tipoe Goma yang memuat aturan-aturan dan sanksi

terhadap pelanggaran adat atau kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan orang Dayak di Kecamatan Dalang, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Buku ini merupakan peninggalan sehingga tidak ada penulis dan penerbit serta tahun penulisannya tidak diketahui. Adat dan hukum adat sendiri merupakan produk budaya orang Dayak yang berasal dari akumulasi pengalaman dari adaptive strategy kehidupan terhadap lingkungan hidup agar tetap seimbang dan bisa diwariskan secara turun temurun pada generasi berikutnya dan menjadi pedoman hidup dalam suatu bentuk sistem kehidupan ditengah masyarakat (Odop dan Lakon, 2009:6)

(23)

kiri kanan sepanjang sungai tempat pemukiman penduduk sebagai tempat masyarakat berusaha); (2) Hak tata-batas antara kampung dengan kampung, berkenaan dengan kewajiban pembersihan sungai atau jalan lalu-lintas umum, dan hak perladangan warga kampung masing-masing. Dimufakatkan oleh Kepala Kampung bersangkutan diketahui Damang Kepala Adat setempat dan dikokohkan pemerintah; dan (3) Hak tanggitan, hak rintis patung, hak anak sungai, hak danau, hak beja, hak handel, tatas parit, hak panggul, sapinang, hak bahu

talinjam, hak bahu rimba, hak petak rutas, dan hak pahewan.

Jabatan Damang masih memiliki penghargaan yang tinggi dalam masyarakat, terutama menangani kasus persengketaan atau perselihan antara masyarakat untuk diselesaikan secara adat. Namun sering juga terjadi kasus-kasus di wilayah kecamatan langsung diajukan ke pengadilan negeri. Seorang tokoh Dayak: “…keberadaan para Damang sangat membantu negara dalam menyelesaikan ribuan perkara yang tidak dapat dipecahkan dengan institusi hukum.” Lebih lanjut dikatakan: “…keadaan ini dikatakan teman dari Mahkamah Konstitusi, jadi saya kira Damang harusnya diperankan kembali.”9 Kasus-kasus

yang dimaksud berkaitan dengan semakin maraknya sengkata tanah dengan masuknya para investor untuk mengelola dan mengeksploitasi hutan bagi kepentingan HPH, HTI, KP dan HGU.10 Tanpa

mengembalikan fungsi Damang tentunya hukum adat yang diakui masyarakat akan semakin tenggelam dan digantikan dengan hukum formal yang dalam penyelesaian kasusnya selalu ada yang kalah dan menang. Sementara prinsip hukum adat adalah perdamaian dan keaslian sehingga tidak ada yang menang dan yang dikalahkan. Meskipun hanya dilakukan melalui musyawarah atau mufakat tetapi memiliki kekuatan yang mengikat tidak hanya dari materinya tetapi juga sanksi moral (Elmiyah, 2004) atau dalam bahasa Dayak Ngaju disebut sebagai jipen atau singer (Ilon, 1987).

9 Wawancara dilakukan pada tanggal 05 Oktober 2010 di Palangkaraya.

10 Mengenai kasus tidak diakuinya hukum adat dalam tataran hukum formal (UU

(24)

Menindak lanjuti upaya untuk memerankan kembali fungsi Damang sebagai hakim adat, pemerintah daerah Propinsi Kalimantan Tengah menetapkan Peraturan Daerah (Perda) No. 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah. Perda No. 16 Tahun 2008 pasal 9, ayat (1) selanjutnya menrumuskan fungsi Damang Kepala Adat adalah; Mengurus, melestarikan, memberdayakan dan mengembangkan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan, hukum adat dan lembaga kedamangan yang dipimpinnya; Menegakkan hukum adat dengan menangani kasus dan atau sengketa berdasarkan hukum adat dan merupakan peradilan adat tingkat terakhir, dan Sebagai penengah dan pendamai atas sengketa yang timbul dalam masyarakat berdasarkan hukum adat. Selanjutnya dalam pasal (2) Selain fungsi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), Damang Kepala Adat juga mempunyai fungsi selaku inisiator untuk membawa penyelesaian terakhir sengketa antara para Damang terkait tugas dan fungsinya kepada Dewan Adat Dayak Kabupaten/Kota. Upaya lain juga dilakukan oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) utusan Kalimantan periode tahun 2004-2009 dengan mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perlindungan Masyarakat Adat kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) (Usop, 2008).11 Sayangnya RUU ini belum

menjadi agenda DPR RI untuk dibahas dan ditetapkan.

Perjalanan mengupayakan peran dan fungsi Damang sebagai hakim adat agar memperoleh pengakuan dari negara melalui pembentukan lembaga ke Damangan tidaklah mudah karena dalam banyak hal di lapangan justru membawa kontraversi. Menurut seorang pemuda Dayak “…para Damang sekarang ini sudah tidak lagi seperti dulu yang berjuang untuk mempertahankan norma-norma adat, malahan memihak dan mendukung perusahaan menjual tanah adat kami. Damang sekarang kebanyakan “karbitan” tidak berakar dari masyarakat tetapi diangkat dan ditunjuk untuk kepentingan politik

11 Dalam kegiatan Uji Sahih RUU tentang Perlindungan Hak-hak Masyarakat yang

dihadiri oleh para akademisi, Organisasi Kemasyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak terkait lainnya tanggal 22 Juni 2009 di Universiats Palangkaraya, Palangkaraya. Pada prinsipnya mereka menerima RUU untuk disampaikan ke DPR RI.

(25)

penguasa.”12 Hal ini dibenarnya oleh Kusni (2010). Jika mau jujur pada

diri sendiri, para Damang kita, apalagi Damang-Damang sekarang, berada jauh dari tingkat yang diharapkan untuk menjalankan fungsinya terutama dikaitkan dengan tuntutan zaman. Salah satunya terkait dengan proses pemilihan dari Damang yang didasarkan pada penguasaan terhadap adat-istiadat dan hukum adat terutama dari segi substansi dan filosofinya.

Gaung peran dan fungsi Damang yang diharapkan masyarakat kalah jauh dibandingkan dengan peran dan kepopuleran lembaga-lembaga adat yang dibentuk pemerintah, seperti Majelis Adat Dayak (MAD); dan Dewan Adat Dayak (DAD) sudah merasuki ke seluruhan elemen kehidupan sosial kemasyarakatan. Disamping itu, pembentukan lembaga-lembaga adat ini sebagai wadah untuk memaksa orang Dayak terlibat dalam kegiatan politik, seperti yang pernah terjadi di Malaysia (Salleh, 1993:223-236). Kondisi ini oleh Odop dan Lakon (2010:92-99) sebagai “penghancuran otoritas kedamangan”. Damang kemudian diangkat oleh pemerintah untuk mendapatkan tunjangan tahunan dan harus menghadiri rapat-rapat MAD dan DAD baik di tingkat kelurahan, kecamatan hingga provinsi secara periodik. Dalam memilih Damang juga tidak lagi mengutamakan prinsip-prinsip dipilih langsung dari setiap komunitas Dayak tetapi ditentukan secara sepihak oleh Pemerintah tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan warga kampung sesuai mekanisme pemilihannya.

Muncullah kemudian istilah “Dayak makan Dayak” karena jabatan Damang bukan jabatan adat seperti yang diharapkan tetapi lebih jabatan administasi karena masih ada jabatan tertinggi yang justru dipegang oleh Presiden MADN.13 Artinya ada perbedaan kepentingan

12 Wawancara dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2010 di Sampit. Kusni (2010). 13 Perda No. 1 Tahun 2010 tentang perubahan terhadap Perda No. 16 Tahun 2008,

dimana jabatan Damang yang seharusnya adalah jabatan adat dijadikan sebagai jabatan administrasi sehingga memperoleh tunjangan jabatan setara dengan tunjangan jabatan esolon III b. dan memberi batasan waktu jabatan selama 06 (enam) tahun untuk dipilih kembali secara langsung. Kelembagaan Damang di bawah Langsung Pemerintah dengan dikeluarkannya SK oleh Bupati/Walikota dan bertanggungjawab kepada Majelis Adat Dayak Nasional (Lampiran Perda No. 16 Tahun 2006).

(26)

antara pihak penguasa dan masyarakat adat karena seorang Damang kini hampir-hampir tidak ada perannya lagi (Odop dan Lakon, 2009:93), dimana hak-hak untuk mengambil keputusan langsung dikendalikan oleh Presiden MADN. Kemudian aspek yang berkaitan dengan kebijakan penggabungan beberapa kampung menjadi satu Desa juga sangat membatasi gerak dan peran Damang Kepala Adat. Setelah wilayah kekuasaan dipersempit, dimunculkanlah beberapa organisasi “tandingan” oleh pemerintah tanpa melibatkan masyarakat komunitas, seperti DAD Desa, DAD Kecamatan, DAD Kabupaten. Tidak mengherankan apabila terjadi tumpang tindih kekuasaan, kebingungan, dan saling menunggu dalam menerapkan hukum adat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap otoritas dan eksistensi Damang selaku Kepala Adat.

Damang juga dilibatkan dalam kegiatan politik agar pilihan orang Dayak dapat diarahkan selama masa Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) maupun Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada). Hal ini dinyatakan seorang tokoh Dayak bahwa “…MAD dan DAD dibentuk hanyalah untuk kepentingan penguasa karena banyak Damang yang menjadi anggota MAD dan DAD tidak mengakar dari masyarakat”. Damang kemudian hanya sebagai alat bagi kepentingan penguasa untuk memperoleh suara hingga di pedalaman.

Terlepas dari berbagai persoaloan di atas, mengacu Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah. Kelembagaan Adat Dayak dibentuk secara berjenjang, yakni:

1) Tingkat Nasional. Majelis Adat Dayak Nasional, yakni Lembaga Adat Dayak tertinggi pada tingkat nasional. Sebagai lembaga koordinasi, sinkronisasi, komunikasi, pelayanan, pengkajian dan tindak lanjut aspirasi masyarakat untuk semua tingkat Lembaga Adat Dayak.

2) Tingkat Provinsi. Dewan Adat Dayak Provinsi, yakni Lembaga Adat Dayak tingkat provinsi yang mengemban tugas dari Majelis Adat dayak Nasional. Tugas Pokok, menindaklanjuti program kerja dari Majelis Adat Dayak Nasional serta

(27)

menjalankan fungsi koordinasi dan supervisi terhadap seluruh Dewan Adat Dayak Kabupaten/Kota, dan membantu tugas Damang Kepala Adat.

3) Tingkat Kabupaten/Kota. Dewan Adat Dayak Kabupaten/Kota, yakni Lembaga Adat Dayak tingkat Kabupaten/Kota. Mengemban tugas dari Majelis Adat dayak Nasional dan Dewan Adat Dayak Provinsi.

4) Tingkat Kecamatan terdiri atas: Dewan Adat Kecamatan dan Kedamangan

5) Tingkat Desa/Kelurahan terdiri atas: Dewan Adat Desa/Kelurahan dan Kerapatan Mantir/Let Perdamaian Adat Desa/Kelurahan.

Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Suku Dayak Siang Murung

Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat setempat diperoleh keterangan bahwa, masyarakat hukum adat yang hidup di sekitar Gunung Puruk Kambang adalah Suku Dayak Siang Murung. Masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung dipimpin oleh seorang Damang Ketua Adat yang dibantu oleh Mantir. Kerapatan Mantir Adat merupakan Pengadilan Adat. Pengadilan Adat berada di Puruk Cahu.

Suku Dayak Siang Murung hingga saat ini masih melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hasil hutan tersebut berupa buah-buahan, kayu, tanaman obat, karet dan hasil hutan lainnya termasuk hasil dari sungai yang berada di dalam wilayah adatnya, kecuali emas dan batubara. Hutan tersebut merupakan hutan adat yang diwariskan turun temurun oleh nenek moyang kepada keturunan mereka. Matapencaharian utama masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung adalah berkebun/berladang karet.

Hak masyarakat hukum adat terhadap sumber daya alam berupa bahan tambang emas dan batu bara adalah terlarang. Larangan berasal

(28)

dari pihak Pemerintah Daerah dan perusahaan tambang (PT. Indo Muro Kencana) yang beroperasi di daerah tersebut.

Kawasan Cagar Budaya Gunung Puruk Kambang

Hasil penelitian mengenai hak ulayat masyarakat hukum adat yang dilakukan di Gunung Puruk Kambang, Kecamatan Tanah Siang Selatan, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa di Kawasan Cagar Budaya Gunung Puruk Kambang tersebut terdapat:

a. Masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung, yang dipimpin oleh seorang Damang Kepala Adat dibantu oleh Mantir Perdamaian Adat dalam suatu Wilayah Kedamangan. Kerapatan Mantir merupakan Pengadilan Adat Suku Dayak Siang Murung.

b. Hak ulayat masyarakat hukum adat adalah hak masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung untuk melakukan pemungutan hasil hutan maupun bercocok tanam (berkebun) di atas Tanah Adat yang berada dalam Wilayah Adat, sebagai sumber mata pencaharian utama.

c. Obyek hak ulayat adalah hasil hutan yang diambil dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari berupa buah-buahan, kayu, tanaman obat, karet (getah) termasuk air dan hasil sungai.

d. Wilayah adat, berupa hutan di atas Tanah adat yang berada di dalam Wilayah Kedamangan.

e. Tanah adat, dimiliki secara komunal maupun perseorangan. Batas kepemilikan berupa Patok Adat dengan Bukti kepemilikan berupa Surat keterangan Tanah Adat (SKTA) yang dikeluarkan oleh Damang.

Pengertian hak ulayat masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung dan pengertian masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang

(29)

Murung yang diperoleh penulis dari hasil penelitian memenuhi unsur-unsur pengertian lexical Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2 ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c PMNA/KBPN Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, sehingga dapat ditegaskan bahwa hak yang ada pada masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung atas Tanah Adatnya adalah merupakan hak ulayat dan hak ulayat tersebut masih ada.

Kawasan Cagar Budaya berupa Gunung Puruk Kambang terletak di Kecamatan Tanah Siang Selatan yang berjarak lebih kurang lebih 17 km dari Puruk Cahu, ibukota Kabupaten Murung Raya. Hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara dengan tokoh masyarakat setempat menunjukkan bahwa, masyarakat tidak mengetahui keberadaan benda keramat yang diduga situs peninggalan sejarah di Kawasan Gunung Puruk Kambang. Masyarakat setempat menyatakan bahwa Gunung Puruk Kambang merupakan daerah keramat berdasarkan cerita turun temurun bahwa nenek moyang Suku Dayak Siang Murung diturunkan di Gunung Puruk Kambang. Gunung Puruk Kambang mengandung emas dengan kualitas terbaik dan dalam jumlah sangat besar yang disebut sebagai “urat emas”.

Keterangan yang diperoleh dari Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Kebudayaan Kabupaten Murung Raya adalah bahwa Penetapan Kawasan Cagar Budaya Gunung Puruk Kambang didasarkan pada cerita rakyat mengenai asal usul nenek moyang Suku Dayak Siang Murung yang berasal dari keturunan Purti Sikam. Putri Sikam berasal dari Khayangan, turun di atas Gunung Puruk Kambang dengan menggunakan Palangka Bulau. Palangka Bulau adalah benda serupa timbangan emas terbuat dari emas murni sebesar drum. Putri Sikam membawa tanah dan daun sawang, kemudian hidup menikah dengan pemuda setempat dan menetap di Gunung Puruk Kambang. Pada akhir cerita, suami Putri Sikam meninggal dan dimakamkan di Gunung Puruk Kambang, Putri Sikam kembali ke Khayangan dan meninggalkan Palangka Bulau kepada keturunannya.

Keberadaan Palangka Bulau hingga saat ini diperkirakan masih ada dan di simpan oleh keturunan Putri Sikam, tetapi tidak diketahui

(30)

secara pasti. Pemerintah daerah tidak pernah melihat langsung, tidak menyimpan dan tidak mengetahui keberadaan Palangka Bulau. Tidak ada bukti fisik maupun bukti dokumentasi mengenai keberadaannya.

Dinas Kebudayaan hanya berpegang pada Keputusan Bupati Murung Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang Sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya, tertanggal 5 Juli 2013. Tujuan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati dimaksud adalah untuk meredam konflik yang terjadi antara masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung dengan Perusahaan Tambang PT. Indo Muro Kencana.

Pada saat penelitian ini dilakukan, Keputusan Bupati Murung Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang Sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya masih di revisi pada bagian zonasi dan pihak Dinas Kebudayaan Kabupaten Murung raya tidak bersedia memberikan berkas revisi tersebut, berikut Hasil track foto lokasi Gunung Puruk Kambang dari udara dengan alasan titik zonasi yang masih salah. Menurut Kasi Dinas Kebudayaan Kabupaten Murung Raya, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Cagar Budaya untuk Gunung Puruk Kambang didasarkan pada Situs Cagar Budaya berupa benda, yaitu Palangka Bulau. 14

Dalam perkembangannya status Gunung Puruk Kambang “bukan“ merupakan Cagar Budaya. Namun karena hak ulayat masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung pada kenyataannya masih ada, maka Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012 memperkuat keberadaan hak ulayat tersebut. Masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung, berhak melakukan Pemanfaatan hutan adat dalam rangka Pelaksanaan hak ulayat. Penetapan ini ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Murung Raya No. 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang Sebagai

14 Wawancara dengan Leni Mentari Dewi, MP., Kasi Kebudayaan Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Murung Raya Provinsi kalimantan Tengah. 6 Nopember 2013.

(31)

Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya yang intinya menyatakan :

a. Cagar Budaya dimaksud dalam Keputusan Bupati Murung Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya, tidak memenuhi konsep tentang Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Bab I, Pasal 1 angka 1, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Palangka Bulau, yang dimaksud oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Murung Raya sebagai Benda Cagar Budaya Gunung Puruk Kambang, hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya secara pasti. Tidak terpenuhinya salah satu jenis Cagar Budaya, sebagaimana ditentukan dalam Bab I, Pasal 1 angka1, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Gunung Puruk Kambang bukan merupakan Cagar Budaya.

b. Situs Cagar Budaya dimaksud dalam Keputusan Bupati Murung Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya, tidak memenuhi ketentuan dalam Bab III, Pasal 9, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Lokasi Gunung Puruk Kambang bukan merupakan Situs Cagar Budaya.

c. Kawasan Cagar Budaya dimaksud dalam Keputusan Bupati Murung Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya, tidak memenuhi kriteria kumulatif mengenai Kawasan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan dalam Bab III, Pasal 10, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Satuan ruang geografis Gunung Puruk Kambang bukan merupakan Kawasan Cagar Budaya.

d. Tim Ahli Cagar Budaya dimaksud dalam Konsideran Menimbang huruf c, Keputusan Bupati Murung Raya Nomor

(32)

118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya, tidak memenuhi ketentuan Bab VI Pasal 31 ayat (3) huruf c, yakni Tim Ahli Cagar Budaya untuk tingkat kabupaten kota yang bersertifikasi. Hingga saat ini Sertifikasi Tim Ahli Cagar Budaya untuk tingkat kabupaten kota, belum ada. Rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya untuk Gunung Puruk Kambang adalah tidak sah.

e. Penetapan Sistem Zonasi, pada Diktum Kedua Keputusan Bupati Murung Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya pada Diktum Kedua angka 1, angka 2, angka 3, dan angka 4, tidak disebut secara tegas dan jelas mengenai 2 (dua) atau lebih Situs Cagar Budaya yang dilindungi dalam area Zonasi Cagar Budaya dimaksud. Tolok ukur penentuan area adalah “kaki Gunung” yang secara jelas tidak termasuk salah satu Kriteria Cagar Budaya sebagaimana ketentuan Bab I, Pasal 1 angka 1 jis. Bab III, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

f. Pemanfaatan Zona Cagar Budaya, pada Diktum Ketiga Keputusan Bupati Murung Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang sebagai Kawasan Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya, ditentukan larangan aktifitas operasional pertambangan PT. IMK memasuki Zona Penyangga. Interpretasi Argumentum Acontrario, menafsirkan bahwa operasional PT. IMK dapat memasuki Zona Penunjang dan Zona Pengembangan. Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Penjelasan Pasal 73 ayat (3) huruf c, Penjelasan Pasal 73 ayat (3) huruf d Undang-Undang Nomor 11 Tahu 2010 tentang Cagar Budaya.

g. Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya, Pada Diktum Kelima Keputusan Bupati Murung Raya Nomor 118.45/358/2013 tentang Penetapan Situs Puruk Kambang sebagai Kawasan

(33)

Cagar Budaya Kabupaten Murung Raya, dilakukan oleh SKPD tanpa menyebut Masyarakat hukum adat Suku Dayak Siang Murung yang secara de facto dan de jure dinyatakan ada, sebagai salah satu subyek hukum yang berhak dalam Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya, sebagaimana ketentuan dalam Bab VIII, Pasal 97 ayat (3), Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Adanya pengakuan ini menempatkan Kawasan Cagar Budaya Gunung Puruk Kambang merupakan konsepsi ruang dan politik teritorial komunitas. Karenanya setiap tempat di daerah komunitas Dayak menurut keyakinan masyarakat adat Dayak bukan hanya sekedar soal geografis dan wilayah administrasi tetapi juga berkaitan dengan keyakinan spritual dan keterkaitan mereka secara bathin.

Referensi

Dokumen terkait

Model ini memetakan setiap thread tingkatan user ke setiap thread. One to One menyediakan lebih banyak concurrency dibandingkan model Many to One. Keuntungannya sama

Sedangkan iklim organisasi menurut Schneider (2000), merupakan deskripsi dari hal yang terjadi kepada karyawan dalam suatu organisasi.SelanjutnyaWirawan(2008)juga

Target luaran dari program pengabdian kepada masyarakat mandiri dengan judul “Pembinaan dan Pemanfaatan TI pada Madrasah Aliyah Abadiyah sebagai Pendukung Kompetitif dan

Banyak pengalam baru yang kami dapat dari tempat-tempat ini, salah satu yang paling berharga buat saya adalah tentang usaha para santri di Ponpes Sunan Drajat

Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia menyelenggarakan fungsi, yaitu penyusunan perencanaan rumah sakit; pelaksanaan urusan sumber daya manusia, organisasi, hukum dan

Dari tabel chi-square tests menyatakan bahwa nilai probabilitas 0,417 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan tingkat pendidikan

Penelitian bertujuan untuk menganalisis interaksi genotipe dan lingkungan menggunakan teknik regresi dari Eberhart dan Russell dan analisis pengaruh utama adititif dan

SATA2_0/1/2/3(KonektorSATA3Gb/s) Konektor SATA sesuai dengan standar SATA 3Gb/s dan kompatibel dengan standar SATA 1.5Gb/s. Setiap konektor SATA mendukung sebeuah piranti SATA