• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Koperasi merupakan soko guru perekonomian negara. Disebut demikian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Koperasi merupakan soko guru perekonomian negara. Disebut demikian"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi merupakan soko guru perekonomian negara. Disebut demikian karena koperasi memiliki andil besar dalam membantu melaksanakan pemerataan ekonomi di Indonesia. Koperasi didirikan untuk dapat meningkatkan perekonomian para anggota yang mayoritas merupakan masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Masyarakat dapat terbantu dengan adanya koperasi dalam membuka atau meningkatkan usaha agar dapat lebih berkembang. Selain bertujuan untuk menyejahterakan anggota, koperasi juga memiliki peran dalam meningkatkan kemandirian finansial masyarakat secara umum.

Koperasi sangat berkembang dan terdapat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Koperasi dan UKM terdapat 212.135 koperasi di Indonesia pada tahun 2015. Koperasi-koperasi tersebut tersebar mulai dari Provinsi Aceh hingga Papua Barat. Berdasarkan jumlah tersebut, koperasi yang masih aktif sebanyak 150.233 dan jumlah tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2014 yang hanya memiliki koperasi aktif sebanyak 147.249.

Di Indonesia terdapat berbagai jenis koperasi, salah satunya adalah koperasi simpan pinjam. Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang melakukan transaksi simpan dan pinjam kepada para anggotanya. Koperasi simpan pinjam dibagi

(2)

menjadi dua, yaitu konvensional dan syariah. Koperasi yang kegiatannya dilaksanakan dengan prinsip syariah disebut dengan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS).

Baitul Maal Wat Tamwil Bina Ummat Sejahtera (BUS) merupakan salah satu koperasi yang bergerak dalam bidang simpan pinjam syariah. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) yang berdiri 20 tahun silam ini sudah berkembang pesat hingga memiliki lebih dari 100 kantor cabang dan memiliki total aset sebesar 667 miliar rupiah di akhir tahun 2015. Anggota koperasi yang dinaungi oleh BMT BUS sangat besar. Selain itu, BMT BUS memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengelola dana yang dipercayakan oleh masyarakat, sehingga koperasi perlu untuk menerapkan pangelolaan manajemen yang baik.

Lembaga keuangan seperti perbankan atau koperasi simpan pinjam sangat bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat. Mereka selalu berusaha untuk memberikan keyakinan kepada masyarakat agar bersedia untuk menyimpan atau menanamkan dana kepada lembaga. Berbeda dengan perbankan yang telah memiliki Lembaga Penjamin Simpanan atau LPS, koperasi hingga saat ini belum memiliki lembaga serupa yang dapat memberikan jaminan kepada masyarakat atas simpanan yang ditanamkan. Oleh karena itu, perlu ada penilaian atas kinerja manajemen untuk dapat memantau tingkat kesehatan koperasi.

Kementerian Koperasi dan UKM mengeluarkan peraturan tentang penilaian kesehatan koperasi berbasis syariah di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri

(3)

Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor 35.3/Per/M.KUKM/X/2007, tujuan dari penilaian kesehatan adalah memberikan pedoman kepada para penilai, pelaku koperasi serta masyarakat agar koperasi tersebut dapat menjalankan aktivitas bisnisnya berdasarkan pada prinsip syariah dan jati diri koperasi secara professional, serta hati-hati. Penilaian kesehatan dilaksanakan sebanyak satu kali tiap tahun. Hasil dari penilaian tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan dapat memberikan manfaat secara maksimal.

Penilaian yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM terdiri atas penilaian kinerja keuangan dan nonkeuangan. Penilaian dari segi nonkeuangan adalah manajemen dan kepatuhan terhadap prinsip syariah. Kriteria manajemen yang dinilai terdiri atas manajemen umum, kelembagaan, permodalan, aktiva, dan likuiditas. Berdasarkan pada penilaian tersebut, BMT BUS mengalami penurunan nilai pada aspek manajemen umum, yaitu hanya mendapatkan nilai 2,25 di tahun 2014. Pada tahun buku 2013, BMT BUS mendapatkan nilai 3 yang merupakan nilai tertinggi untuk manajemen umum.

Manajemen koperasi memiliki kewajiban untuk mengelola koperasi dengan baik dan memberikan pertanggungjawaban kepada anggota koperasi. Pengelolaan perusahaan yang baik atau good corporate governance perlu untuk diterapkan pada setiap perusahaan atau organisasi, tidak terkecuali dengan koperasi. Good corporate governance dilakukan dengan mengendalikan setiap aktivitas atau kegiatan dalam organisasi agar sesuai dengan peraturan atau regulasi yang ada dan dapat memenuhi kepentingan para pemilik perusahaan (shareholders) maupun pemangku

(4)

kepentingan-kepentingan lain (stakeholders). Adanya pelaksanaan good corporate governance, selain perusahaan mendapatkan kepercayaan dari shareholders atas pengelolaan bisnisnya, perusahaan juga akan mendapatkan dukungan serta kepercayaan dari masyarakat, karyawan serta para pemangku kepentingan lain. Sebaliknya, dengan penerapan corporate governance yang buruk dapat memberikan dampak negatif kepada perusahaan.

Sudah banyak contoh koperasi yang bangkrut dikarenakan pengelolaan yang buruk. Beberapa di antaranya adalah kasus Koperasi Bina Mandiri dan Koperasi Cipaganti. Kedua koperasi tersebut bangkrut disebabkan adanya penggelapan dana koperasi yang dilakukan oleh para pengurus koperasi. Pengurus Koperasi USP Bina Mandiri melakukan penggelapan dana sebesar 10 miliar rupiah, sedangkan Koperasi Cipaganti yang merupakan milik Cipaganti group tersebut dinyatakan pailit pada tahun 2016. Para pengurus Koperasi Cipaganti telah terbukti melakukan tindak pidana penipuan dan penggelapan dana koperasi. Dana yang diselewengkan hingga sebesar 3,2 triliun rupiah. Selain itu, proses pengelolaan dana anggota juga tidak

sesuai dengan kesepakatan awal. Pihak pengurus pun tidak dapat

mempertanggungjawabkan penggunaan dana koperasi. Fungsi-fungsi yang terdapat pada Koperasi Cipaganti dinilai tidak berjalan dengan baik. Pengawas yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja pengurus koperasi dinilai gagal dalam menjalankan fungsinya. Akibatnya, ratusan anggota koperasi mengalami kerugian atas penipuan tersebut.

(5)

Kepercayaan masyarakat pada koperasi dapat tercederai dengan adanya kasus-kasus penipuan yang terjadi pada beberapa koperasi di Indonesia. Koperasi perlu untuk menerapkan good corporate governance untuk dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi. Kasus-kasus tersebut semakin menegaskan betapa pentingnya pelaksanaan good corporate governance. Buruknya penerapan corporate governance pada suatu entitas bisnis akan membuat peluang terjadinya pelanggaran semakin besar.

Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang penilaian good corporate governance pada KSPPS BMT BUS dengan menggunakan model peratingan Center for Good Corporate Governance Universitas Gadjah Mada (CGCG UGM). CGCG UGM merupakan bentuk pengembangan model corporate governance yang telah dirancang untuk dapat diimplementasikan pada berbagai jenis perusahaan atau organisasi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Seperti telah dijelaskan di atas, corporate governance adalah suatu sistem seluruh aktivitas bisnis yang dijalankan perusahaan harus mewakili kepentingan para shareholder. Perusahaan memiliki tanggung jawab sosial dengan memperhatikan kepentingan stakeholders. Good corporate governance penting untuk dapat diimplementasikan pada tiap-tiap perusahaan atau organisasi.

(6)

Penerapan governansi yang buruk dapat merusak keberlangsungan hidup perusahaan. Salah satu dampak penggunaan corporate governance yang buruk adalah munculnya fraud. Resiko terjadinya fraud terdapat di setiap organisasi. Adanya pengelolaan corporate governance yang buruk dapat memperparah peluang terciptanya fraud dan akhirnya akan merugikan organisasi itu serta mencederai kepercayaan masyarakat. Good corporate governance dapat mencegah dan mengurangi peluang terciptanya fraud.

KSPPS BMT BUS merupakan salah satu koperasi yang memiliki aset besar dan jumlah anggota terbanyak di Indonesia. BMT BUS memiliki aset senilai 667 miliar rupiah dengan total kantor cabang sebanyak lebih dari 100 cabang. BMT BUS merupakan koperasi syariah yang melakukan penghimpunan dana dari anggota koperasi. Pengelolaan dana koperasi berdasarkan pada prinsip koperasi yang dilaksanakan secara terbuka, adil, dan demokratis.

Kinerja manajemen KSPPS BMT BUS menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Penilaian kesehatan koperasi pada BMT BUS pada aspek manajemen mengalami penurunan untuk rentang waktu tahun 2013-2014. Selain itu, pada tahun 2016 Nugraha melakukan penelitian terkait potensi korupsi pada BMT BUS dengan menilai pada pengendalian keuangan, sistem nonkeuangan serta pengawasan, dan perilaku manajemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi fraud yang pada BMT BUS adalah tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa item penilaian, seperti, pengendalian keuangan atas penyalahgunaan aset lain yang memiliki potensi fraud cukup tinggi, pengendalian keuangan atas kecurangan dalam pelaporan yang

(7)

menunjukkan potensi fraud tinggi, pengendalian untuk kecurangan lain, penyalahgunaan, tindakan ilegal yang dilakukan oleh, untuk atau melalui organisasi, juga memiliki potensi yang tinggi.

Berdasarkan pada penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk menilai good corporate governance pada KSPPS BMT Bina Ummat Sejahtera dengan menggunakan model peratingan Center for Good Corporate Governance Universitas Gadjah Mada (CGCG UGM).

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana penilaian atas good corporate governance pada KSPPS BMT BUS dengan menggunakan model peratingan CGCG UGM?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menilai good corporate governance pada KSPPS BMT BUS dengan menggunakan model peratingan CGCG UGM.

1.5 Manfaat penelitian Penelitian ini bermanfaat: a Perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada perusahaan dalam menilai pengelolaan bisnisnya agar dapat menerapkan GCG dengan lebih baik.

(8)

b Stakeholders

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada stakeholders, terkait usaha koperasi dalam memenuhi kepentingan mereka. Selain itu, untuk mengetahui kondisi sesungguhnya pada koperasi, karena dalam peratingan CGCG UGM dilakukan dengan transparan, independen, dan adil.

c Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literatur bagi para akademisi terkait penilaian GCG pada koperasi syariah di Indonesia.

1.6 Proses Penelitian

1.6.1 Tahap prapenelitian sebagai berikut:

a Melakukan penyusunan proposal penelitian.

b Mengurus izin penelitian kepada pihak-pihak terkait.

c Melakukan beberapa perubahan kuesioner dan disesuaikan dengan regulasi yang berlaku pada koperasi.

d Mengajukan usulan penelitian tentang penilaian corporate governance pada KSPPS BMT BUS dengan model peratingan CGCG UGM dengan melakukan seminar proposal.

1.6.2 Tahap penelitian sebagai berikut:

a Melakukan konfirmasi atas perubahan isi kuesioner yang disesuaikan dengan regulasi yang berlaku untuk koperasi kepada dosen pembimbing dan tim pengelola model CGCG.

(9)

b Menentukan daftar responden yang akan berpartisipasi dalam pengisian kuesioner.

c Menyebarkan kuesioner untuk mendapatkan data yang kemudian akan diolah.

d Melakukan beberapa wawancara dengan narasumber. 1.6.3 Tahap setelah penelitian sebagai berikut:

a Melakukan penginputan dan pengolahan data yang didapatkan dari kuesioner ke dalam model peratingan CGCG UGM.

b Melakukan analisis dari hasil peratingan serta wawancara yang telah dilakukan.

c Memberikan simpulan atas hasil penelitian diseminarkan dengan tim penguji.

1.7 Sistematik Penulisan

Sistematik penulisan ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu: BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, proses penelitian, dan sistematik penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai dasar penelitian.

(10)

BAB III Metode Penelitian dan Data Perusahaan

Dalam bab ini menerangkan tentang langkah-langkah sistematis yang dilakukan dalam proses penelitian meliputi sumber data, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab ini juga akan menjelaskan tentang gambaran umum dari perusahaan yang akan diteliti, yaitu KSPPS BMT BUS.

BAB IV Hasil Penelitian

Dalam bab ini menjelaskan tentang hasil yang didapat dalam penelitian, yaitu hasil penilaian good corporate governance pada KSPPS BMT BUS dengan menggunakan model peratingan CGCG UGM.

BAB V Simpulan dan Saran

Pada bab terakhir ini, penulis menyimpulkan hasil penelitian serta mencantumkan saran untuk perkembangan penelitian di masa yang akan datang.

Referensi

Dokumen terkait

Sel superfisial hasil gambaran ulas vagina pada kambing kacang ( Capra aegagrus ), dengan ciri-ciri sel yaitu bentuk sel poligonal dan pipih, memiliki inti

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

“Sekitar tiga tahun R bekerja dan memiliki banyak pengalaman dalam perusahaan X tersebut tapi setelah R mendapat tawaran oleh temannya untuk ikut bergabung dalam

profesionalisme guru, dan motivasi belajar mampu menerangkan atau memprediksi nilai variabel terikat prestasi belajar siswa sebesar 3,1% 2 Noer Endah Astuti

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Hasil analisis rata-rata tebal kerabang dan haugh unit telur (HU) setelah pemeliharaan dengan pemberian ransum yang ditambahkan ekstrak daun katuk, probiotik, dan

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja