• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPOSITUM BAHASA MUNA ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPOSITUM BAHASA MUNA ARTIKEL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSITUM BAHASA MUNA

ARTIKEL

Penulis Nama : Dedi Swanto

Nim: 311408009

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pembimbing I : Dr. H. Dakia N. Djou, M.Hum

Nip: 19600104 198803 2 002 Pembimbing II: Salam, S.Pd, M.Pd Nip: 19770806 200312 1 003

ABSTRAK

Bahasa Muna adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Muna sebagai media komunikasi dalam interaksi sosial. Bahasa Muna juga merupakan salah satu budaya Indonesia yang diwariskan oleh nenek moyang yang harus dibanggakan dan dilestarikan. Kompositum adalah gabungan dua kata atau lebih mneghasilkan makna baru. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimanakah jenis-jenis kompositum bahasa Muna ? dan bagaimanakah makna kompositum bahasa Muna ?. Tujuanya yaitu untuk mendeskripsikan jenis-jenis kompositum bahasa Muna dan makna kompositum bahasa Muna. Data penulisan ini diperoleh langsung dari penutur bahasa Muna di desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Metode yang digunakan pada penulisan ini yakni metode deskripsi. Metode pengumpulan data yakni metode simak. Hasil penulisan ini disimpulkan bahwa kompositum bahasa Muna tidak jauh berbeda dengan kompositum bahasa Indonesia. Berdasarkan bentuk komponen-komponen pembentuknya, jenis kompositum bahasa Muna terdiri dari 4 jenis, yakni 1) kompositum murni. Kompositum murni terdiri atas tiga tipe yakni (1) kompositum subordinatif subtantif, (2) kompositum subordinatif atribut, dan (3) kompositum koordinatif, 2) kompostum afiksasi. Jenis ini terdiri atas 4 jenis, yakni (1) komponen pertama leksem nomina dan diikuti prefiks mo- pada leksem nomina, (2) komponen pertama dilekati prefiks noko- dan diikuti leksem nomina, (3) komponen pertama dilekati konfiks ka-,-hano dan diikuti leksem ajektiva. 3)

(2)

kompositum reduplikasi. 4) kompositum sintetis. Makna kompositum bahasa Muna 2) berkategori kelas kata nomina, 2) berkategori kata ajektiva, dan 3) berkategori kata verbal.

Kata Kunci: bahasa muna, kata dan kompositum

PENDAHULUAN

Bahasa adalah media komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Begitu juga dengan wamba Wuna (bahasa Muna). Wamba Wuna (bahasa Muna) adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Muna sebagai media komunikasi dalam interaksi sosial. Bahasa Muna juga merupakan salah satu budaya Indonesia yang diwariskan oleh nenek moyang yang harus dibanggakan dan dilestarikan. Untuk melesatarikan bahasa daerah, pemerintah telah memberikan kebijakan dalam UUD 1945 Pasal 36 disebutkan, di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri yang harus dipelihara oleh rakyatnya dengan baik, negara menghormati dan memelihara bahasa daerah yang masih digunakan penuturnya, karena bahasa tersebut merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup. Lalu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah provinsi wajib melakukan pembinaan bahasa daerah. Bahasa daerah kalau disadari sangat berfungsi bagi daerah. Menurut Marsono (2011) bahasa daerah berfungsi sebagai 1) lambang kebanggaan daerah, 2) lambang identitas daerah, dan 3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.

Meskipun pemerintah telah memberikan kebijakan, namun kenyataan penggunaan bahasa daerah khususnya bahasa Muna sangat mempirihatikan. Berdasarkan kenyataan sekarang, penggunaan bahasa Muna khususnya bagian perkotaan di Kabupaten Muna sudah mulai memudar. Sementara masyrakat Kabupaten Muna 90 persen dihuni oleh suku Muna. Kenyataan lain, baik diperkotaan maupun dipelosok desa anak yang baru belajar berbicara sudah diajarkan dengan bahasa Indonesia, sementara walaupun bahasa Indonesia tidak diajarkan dalam lingkungan keluarga tetap dipelajari melalui pendidikan baik SD, SMP, SMA bahkan sampai diperguan tinggi. Berbeda dengan bahasa Muna hanya dipelajari dalam lingkungan keluarga. Jika hal ini dibiarkan dan dianggap hal

(3)

yang biasa, sedikit demi sedikit bahasa Muna akan mengalami kepunahan. Ketika bahasa Muna punah, maka budaya yang ada di daerah tersebut akan ikut sirna. Punanya suatu bahasa daerah bagaikan manusia yang tidak memiliki alat ucap atau dikategorikan cacat.

Berdasarkan gambaran di atas, langkah awal dalam melestarikan bahasa Muna adalah melakukan pendokumentasian terhadap bahasa Muna dari berbagai aspek kebahasaan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mencoba mendeskripsikan kompositum bahasa Muna. Permasalahan yang akan dikaji adalah bagaimana jenis-jenis kompositum bahasa Muna dan makan kompositum bahasa Muna. Kompositum adalah gabungan dua kata atau lebih menghasilkan makna baru, sedangkan menurut Harimurti (2007) yang dimaksud dengan perpaduan atau pemajemukan atau komposisi adalah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Output proses itu disebut paduan leksem atau kompositum yang menjadi calon kata majemuk. Misalnya buta warna, daya juang dan lain-lain.

TUJUAN

Tujuan penulisan ini ialah untuk mendeskripsikan jenis-jenis kompositum bahasa Muna dan makna kompositum bahasa Muna. Harapan penulis dari hasil penulisan ini yaitu didokumentasikan dan dijadikan sebagai bahan ajar bagi peserta didik di sekolah khususnya di Kabupaten Muna.

METODE

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan jenis-jenis kompositum bahasa Muna dan makna kompositum bahasa Muna. Sumber data diperoleh langsung dari penutur bahasa Muna yang ada di desa Bone Tondo Kecamatan Bone Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Metode pengumpulan data adalah metode simak berdasarkan teori yang dikemukan oleh Mahsun (2011). Dalam prakteknya, Penulis menyimak secara langsung percapakan-percakapan yang dilakukan oleh masyarakat. Setelah menyimak, akan dilanjutkan dengan teknik sadap. Artinya, setelah penulis menyimak percakapan tersebut kemudian menyadap gabungan

(4)

kata yang mengasilkan makna baru yang telah dituturkan oleh penutur. Lama pengumpulan data dalam penulisan ini selama 2 bulan. Setelah data yang dibutuhkan ada, langkah-langkah dalam menganalisis yakni 1) mentranskrip data, 2) mengidentifikasi data, 3) pengklasifikasian data, 4) menganalisis data dan terakhir 5) menyusun hasil.

HASIL DAN PEMBAHAN

Berdasarkan proses pengumpulan data dilokasi penelitian, penulis berhasil mengumpulkan sebanyak 90 contoh kompositum bahasa Muna. Dari 90 contoh kompositum ini, penulis menganalisis dan mengklasifikasikan jenis-jenis kompositum bahasa Muna. Setelah pengkalasifikasian, kemudian penulis menganalisis makna kompositum bahasa Muna. Di bawah ini akan diuraikan jenis-jenis kompositum bahasa Muna dan makna kompositum bahasa Muna.

Jenis-Jenis Kompositum Bahasa Muna

Kalau dilihat berdasarkan bentuk, pembentuknya bahwa jenis-jenis kompositum bahasa Muna terdiri atas 4 jenis, yaitu 1) kompositum murni, 2) kompositum afiksasi, 3) kompositum reduplikasi, dan 4) kompositum sintetis. Masing-masing jenis kompositum tersebut dapat diuraikan secara singkat di bawah ini.

1) Kompositum Murni

Kompositum murni adalah gabungan komponen-komponen pembentuknya tidak dapat disisipi partikel dan tidak mengalami proses afiksasi dan reduplikasi. Berikut ini contoh kompositum murni.

Koito wiwi “gatal bibir” Wubha randa “mulut perut”, Lambu dopi “rumah papan”, Kapala kampo “tuan kampung”, Bhie she “berat sebelah”, Kabhala wubha “besar mulut” Kahali lolo “mahal hati”, Kadada katembe “sayur tawar”, Fotu gure, kepala keriting”, Rangku dadi “muda hidup”, Kabhala melangke “besar tinggi”, Kadiu ghanti “mandi keringat” Langke gholeo “tinggi matahari”, Ana pulagku “anak tangga”, Ina pulangku “ibu tangga”, Kapala sikola “kepala sekolah”,

(5)

Katara tumpu “tahan akar”, Dadi lalo “hidup hati” Wubha randa “mulut perut”, Ndawu lalo “jatuh hati” Lambu kontu “rumah batu”, Kaharo lia “sapu lidi”,

Ghato padaase “atap seng”, Kadada katembe “sayur tawar”, Fotu gure “kepala keriting”, Rangku dadi “muda hidup”, Kabhala melangke “besar tinggi”, Foni sumampu “naik turun”,

Pomai nsuli “pulang pergi”, Mangka kantalea “lewat terang”, Mangka karondo “lewat gelap”, Kabusa modaino “cebok buruk”, Kabusa metaano “cebok baik”, Pokatumba lalo “bertengkar hati”, Kadiu ghanti “mandi keringat”, Dopi kaeburiha “papan tulis”, Manu kahole “ayam goreng”, Raporapo katoofi “kacag rebus”, Gholeo balano “hari besar”, Ware kadeeha “lebar tai”,

Langke gholeo “tingi matahari”

Berdasarkan contoh tersebut jika dilihat dari segi fungsi pembentuknya dan makna hubungan antara unsur-unsurnya kompositum murni dapat dibagi lagi atas tiga jenis yaitu kompositum suborditf subtantif, kompositum subordinatif atributif, dan kompositum koordinatif. Lebih jelas, masing-masing ketiga jenis tersebut akan diuraikan di bawah ini.

(1) Kompositum subordinatif subtantif

Kompositum subordinatif subtantif adalah semua kompositum itu merupakan kompositu subtantif, dan tidak ada penghubung berupa partikel atau afiks di antara komponen-komponennya. Berdasarkan data kompositum murni, kompositum subordinatif subtantif dapat diberikan contoh sebagai beriktu ini.

Kapala kampo “tuan kampong”, Dopi kaeburiha “papan tulis”, Kansilo mata “lirik mata”, Lambu kontu “rumah batu”, Ana pulangku “anak tangga”, Kapala sikola “kepala sekolah”, Lambu dopi “rumah papan“, Kaharo lio “sapu lidi”,

Ghato padaase “atap seng”, Ndawu lalo “jatuh hati”,

Ngkoli siito “putar otak”, Manu kahole “ayam goreng”, Raporapo kahole “kacang goreng” Rapo-rapo katoofi “kacang rebus”, Dalam bahasa Indonesia kompositum subordinatif subtantif terdiri atas 19 tipe sedangkan dalam bahasa Muna hanya ditemukan 4 tipe saja. Dari keempat tipe

(6)

ini, kesamaan di antaranya adalah bahwa semua kompositum ini merupakan kompositum subtantif sebagai predikatif dan tidak bisa disisipi berupa partikel, proses afiksasi dan reduplikasi di antara komponen-komponennya. Adapun keempat tipe tersebut di anataranya adalah:

a. Tipe 1: „a bagian dari b‟ (urutan bagian keutuhan).

Jenis ini sebagian besar kompositum yang komponen awalnya berupa kata ana „anak‟, kapala „kepala‟, dan mata „mata‟. Gabungan kompositum ini berupa leksem nomina dan diikuti leksem nomina. Komponen pertama sebagai predikatif. Semua jenis ini dipakai secara metaforis. Misalnya, kapala kampo “tuan kampong”, anano pulangku “ibu tangga”, mata gholeo “mata hari”, kapala sikola “kepala sekolah”, dan lain-lain.

b. Tipe 2: a yang di b-(kan) atau a hasil pe-b-an‟ (urutan benda-perlakuan). Kompositum ini terjadi dari leksem nomina dan leksem verbal. Leksem pertama itu merupakan sasaran perbuatan leksem kedua. Konpositum ini berkontruksi endosentris. Artinya, salah satu di antara gabungan komponen-komponennya berupa inti. Misalnya, dopi kaeburiha “papan tulis, raporapo katoofi “kacang rebus” dan lain-lain.

c. Tipe 2: a dengan b (urutan perbuatan–alat).

Kompositum ini terjadi dari leksem verbal diikuti leksem nomina yang dapat diberi makna alat. Leksem nomina sebagai predikatif terhadap leksem verbal. Misalnya, kansilo mata “lirik mata”, ngkoli siito “putar otak” dan sebagainya. d. Tipe 4: a menerangkan b (urutan benda-bahan).

Kompositum ini sama dengan tipe 1 yaitu komponen-komponennya semua bekelas kata nomina. Kompositum ini terjadi dari leksem nomina lalu diikuti leksem nomina yang dapat diberi makna „bahan‟. Perbedaannya dengan tipe 1 adalah penggunaan pada kompositum ini tidak secara metaforis tetapi kompositum ini maknanya masih berhubungan dengan komponen-komponen pembentuknya, dan berkontruksi endosentris. Artinya, salah satu komponen-komponen pembentuknya berupa inti. Selain itu, kompositum ini memiliki ciri hukum DM (a diterangkan mendahului b menerangkan. Misalnya, lambu kontu “rumah batu”, lambu dopi “rumah papan” dan sebagainya. Lambu kontu “rumah

(7)

batu” yang berperan menjadi predikatif sekaligus sebagai inti merupakan leksem kontu “batu”.

(2) kompositum subordinatif atributif

Kompositum subordinatif atribut merupakan kompositum atributif (yang sebagian besar juga berfungsi secara predikatif) dan sebagai satuan maknanya tergantung dar nomina di luar kompositum itu, Jadi bersifat peka konteks. Atributif yang dimaksud disini adalah ajektiva sebagai predikatif terhadap gabungan kompositum ini. Adapun contoh kompositum subordintaif subtantif dapat dilihat di bawah ini.

Koito wiwi “gatal bibir”, Fotu gure “ kepala keriting”, Mangka kantalea “lewat terang”, Kabhala wubha “besar mulut”, Bhie seweta “berat sebelah”, Wubha randa “mulut perut”,

Katara tumpu “tahan akar”, Kadada katembe “sayur tawar”, Kabhla melangke “besar tinggi”, Kabusa modaino “cebok buruk”,

Mata gholeo “mata hari”, Kahali lalo “mahal hati”, Dadi lalo “hidup hati”, Rangku dadi “muda hidup”, Ware kadeeha “lebar tai”, Langke gholeo “tinggi hari”, Mangka knatalea “lewat terang”, Kabusa modaino “cebok buruk”, Kompositum subordinatif subtantif dalam bahasa Indonesia terdirir atas 17 tipe sedangakan pada bahasa Muna, kompositum subordinatif subtantif penulis hanya menemukan 3 tipe. Kesamaan dari ketiga tipe ini adalah sebagian besar ajektiva sebagai predikatif dari beberapa komponen kelas kata pembentuknya. (huruf a kecil dan b kecil dipakai untuk menandai komponen kompositum dan tanda X diapakai untuk menandai nomina di luar kompostum ini, sedangkan unsur lain ditandai dengan Y). Ketiga tipe tersebut akan diuraikan satu persatu di bawah ini.

a. Tipe 1: b dari atau x adalah a (urutan predikatif-subyek).

Kompositum ini pernah diamati oleh Alisjahbana (dalam Harimurti 2007) dan dianggapnya tidak bertentangan dengan hukum DM, walaupun komponen pertama berupa verba atau ajektiva dan komponen kedua nomina. Ciri yang menyolok pada kompositum ini adalah bahwa komponen pertama merupakan predikatif bagi komponen kedua, juga berfungsi sebagai predikatif bagi nomina.

(8)

Berdasarkan contoh kompositum subordinatif atributif, tipe ini dapat diberi contoh sebagai berikut. Kabhala wubha “besar mulut”, kakapa hula “tebal muka”, katugha fotu “keras kepala”, koito wiwi “gatal bibir” dan lain-lain.

b. Tipe 2: b milik ax (urutan benda-predikatif).

Kompositum ini berupa leksem nomina lalu diikuti leksem ajektiva. Ajektiva merupakan milik X. Makna tipe ini dapat ditafsirkan melalui X. Salah satu dari gabungan komponennya merupakan inti Misalnya, fotu gure “kepala keriting”, kadada katembe “putar otak” dan lain-lain.

c. Tipe 3: a y induk dari b (ururtan tindakan-cara).

Kompositum ini terjadi dari leksem verbal dan diikuti leksem ajektiva. Leksem pertama merupakan sebagai subyek dan leksem kedua sebagai predikatif. Kompositum ini memiliki hukum DM (a diterangkan, b menerangkan). Selain itu, jenis kompositum ini bersifat idiomatik. Misalnya, mangka kantalea “lewat terang”, kabusa modaino “cebok buruk” dan lain-lain.

(3) Kompositum koordinatif

kompositum koordinatif bahasa indonesia terdiri atas 7 tipe, sedangkan kompositum koordinatif bahasa muna hanya ditemukan satu yaitu tipe a bereposisi dengan b. Kompositum ini memiliki ciri bahwa masing-masing komponennya saling diterangkan dan masing-masing komponennya merupakan leksem verba. Selain itu, kompositum ini bersifat kopula. Artinya, komponen-komponen pembentuknya sederajat, seolah-olah bisa dihubungkan dengan kata dan. Misalnya, foni sumampu “naik turun” dan pomai nsuli “pulang pergi”.

2. Kompositum afiksasi

Kompositum afiksasi adalah salah satu komponen pembentuknya mengalami afiksasi. Proses afiksasi berfungsi sebagai penyatu di antara kata desar komponen pembentuknya. Selain itu, adanya proses afiksasi memberikan atau menghasilkan makna yang baru. Tanpa proses afiksasi, kedua komponen tersebut tidak bisa digabungkan. Jadi yang berperan besar pada jenis ini adalah afiksasi yang melekat pada kata dasar. Misalnya, ana moelu “anak berludah”, nokorewu lalo “bersampah hati” kalambehano rea “berkubangnya darah”, kalambe

(9)

ngkodadi “gadis berumur”. Berdasrkan contoh tersebut, kompositum afiksasi memiliki bentuk-bentuk: 1) leksem nomina lalu diikuti prefiks mo- pada leksem nomina. Misalnya, anahi moelu “anak berludah”; 2) leksem nomina dilekati prefiks noko- dan diikuti leksem nomina. Misalnya, nokorewu lalo “bersampah hati”; 3) leksem nomina dilekati konfiks ka-hano dan diikuti leksem nomina. Misalnya, kalembohano rea “berkubanya darah”; 4) leksem nomina lalu diikuti prefiks ngko- pada leksem ajektiva. Misalnya, kalambe ngkodadi “gadis berumur”.

3. Kompositum reduplikasi

Kompositum reduplikasi adalah salah satu komponen pada gabungan kompositum ini sebagian mengalami pengulangan. Adanya proses reduplikasi terhadap salah satu komponen pembentuknya berfungsi memadukan kedua kata dasar sehingga menjadi kompositum. Misalnya, Kompositum mate-mate manu „mati-mati ayam‟. Ketika leksem manu tidak mengalami pengulangan kemudian digabungkan dengan manu sehingga menghasilkan gabungan mate manu. Gabungan mate manu “mati ayam” maknanya tetatp bahwa yang mati adalah ayam. Jadi gabungan mate manu “mati ayam” merupakan frasa bukan kompositum. Berbeda dengan gabungan mate-mate manu “mati-mati ayam” yang memiliki makna baru yaitu penyakit manusia yang menyerupai penyakit ayam. Berikut contoh lain kompositum reduplikasi.

Ghoro-ghoro pogau “buang-buang bicara”, Mate-mate manu “mati-mati ayam”,

Giu-giu karambau “usaha-usaha kerbau”, Podea buku-buku “teriak tulang-tulang”, 4. Kompositum sintetis

Gabungan kompositum ini secara morfologi terikat dan secara morfologi bebas. Kompositum sintetis adalah kompositum yang sekurang-kurangnya salah satu anggotanya berupa bentuk terikat, Harimurti (2008). Kompositum semacam ini berasal dari bahasa asing. Kompositum ini ditemukan pada bahasa Muna. Perbedaan dengan yang dikemukan oleh Harimurti (2008) hasil gabungan antara unsur yang satu dengan yang lain saling melekati. Misalnya desimeter, dekameter, psikologi, sosiometri dan sebagainya. Berdasarkan data yang diperoleh, setelah

(10)

penulis analisis ada gabungan secara morfologi terikat dan secara morfologi bebes. Namun, gabungan hasil komponennya secara terpisah. Berikut contohnya: Salah ngkolau, kuli ntulasi, sabhara bansa, folo biti, busi barani, ana wee, ina mpu dan sebagainya.

Makna Kompositum Bahasa Muna

Jika ditelusuri melalui kelas kata yang membentukanya makna kompositum bahasa Muna berkategori verbal, nomina, ajektiva. Berikut ini akan diurakan secara singkat dan sekaligus mewakili dari berbagai contoh yang dibahas sebelumnya.

1) Kategori verbal

Adapun contoh makna yang berkategori verbal yakni:

a. Makna “melakukan kegiatan” misalnya podea buku-buku “teriak tulang-tulang”, pomai nsuli “pulang pergi”, dan kabusa modaino “cebok buruk” b. Makna “cara” misalnya kansilo mata “lirik mata”, magka kantalea “ leawat

terang” dan mangka karondo “lewat gelap” 2) Kategori nomina

a. Makna “bahan” misalnya lambu kontu “rumah batu”, kaharo lio “sapu lidi”, lambu dopi “rumah papan” dan ghato padaase “atap seng”.

b. Makna “kepunyaan atau milik” misalnya ana pulangku “anak tangga”, kapala kampo “tuan kampung” dan ina pulangku “ibu tangga”.

3) Kategori ajektiva

a. Makna “sifat” misalnya kabhala wubha “beasar mulut”, koito wiwi “gatal bibir”, kalangko lalo “tinggi hati” dan lain-lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kompositum bahasa Muna terdiri atas 4 jenis-jenis yaitu 1 kompositum murni, 2 kompositum afiksasi, 3 kompositum reduplikasi, dan 4 kompositum sintetis. Makna kompositum bahasa Muna berkategori verbal, nomina dan ajektiva. Dari ketiga kategori makna tersebut bermakna cara, pekerjaaan seseorang, melakukan kegiatan, bahan, kepunyaan dan sifat.

(11)

Kompositum bahasa Muna memiliki ciri-ciri seperti, 1) gabungan kedua komponennya menghasilkan makna baru. Misalnya katugha fotu “keras kepala” yang bermakna sifat yakni bandel, 2) gabungan kedua komponennya tidak dapat ditukarkan posisinya. Misalnya ghato padaase “ata seng” tidak bisa ditukarkan posisi seperti padaase ghato “seng atap”, 3) Di sela gabungan kedua komponennya tidak bisa disisipkan partikel bhe dan so. Misalnya kapala kampo “kepala kampung” tidak bisa disisipkan bhe dan so seperti kapala so kampo “kepala untuk kampung”. 4) salah satu komponennya dapat berbentuk afiksasi. Misalnya nokorewu lalo “bersampah hati”, 5) salah satu komponennya dapat berbentuk reduplikasi. Misalnya giu-giu karambau “usaha-usaha kerbau”.

DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

---. 2008. Kamus linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Marsono. 2011. Morfologi Bahasa Indonesia dan Nusantara (Morfologi Tujuh Bahasa Anggota Rumpun Austronesia dalam Perbandingan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Tahapan, Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian teori diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang menghasilkan suatu

Uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi bangkitan dengan fungsi kognitif pada pasien epilepsi (p=0.000) dan juga terdapat hubungan

Adapun latar belakang penelitian ini bahwa Rapa’i di Aceh merupakan media dalam bentuk kesenian yang digunakan oleh masyarakat Aceh untuk menyampaikan pesan- pesan semangat

Governance dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. 5) Direksi dalam penyelenggaraan tugas yang bersifat strategis

Al-quran karim adalah firman Allah SWT yang tidak mengandung kebatilan sedikitpun.Al- quran memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberikan bimbingan kepada

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang negatif dan signifikan dari kondisi kerja fisik dan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap

Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran Talking Stick ini sangat cocok diterapkan bagi