• Tidak ada hasil yang ditemukan

I Nyoman Adi Susrawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I Nyoman Adi Susrawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL BALI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER (PBK) PADA SISWA KELAS VIII DI SMP N 1 KUBU

KARANGASEM

I Nyoman Adi Susrawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mahasaraswati Denpasar Adisusrawan1988@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menggunakan media berupa video pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal melalui model Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) pada siswa kelas VIII di SMP N 1 Kubu Karangasem. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses rancang bangun dan kelayakan pengembangan video pembelajaran, serta respon siswa terhadap video pembelajaran. Model pembelajaran ini terdiri atas beberapa tahapan, diantaranya: (1) Tahap konsep, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan mata pelajaran yang dikembangkan sebagai video pembelajaran sesuai dengan kebutuhan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD) dan perumusan Indikator yang ingin dicapai setelah materi ajar disampaikan. (2) Tahap desain, ada dua kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, yaitu pembuatan naskah (script/storyboard) dan pemilihan softwere yang digunakan dalam pembuatan media. (3) Tahap pengumpulan materi, kegiatan pada tahap ini, dimulai dari pengumpulan dan pembuatan materi, pengumpulan dan pembuatan gambar serta video. (4) Tahap penyusunan produk, produk yang dibuat didasarkan pada naskah (script/storyboard) yang telah dirancang pada tahap desain. (5) Tahap Validasi, untuk mengetahui kelayakan dari produk yang dikembangkan berupa video pembelajaran yang dikemas dalam bentuk CD maka diuji tingkat validitasnya. Tingkat validitas video pembelajaran diketahui melalui hasil review dari para ahli, diantaranya ahli isi mata pelajaran (88%), ahli desain media pembelajaran (86%), dan ahli media pembelajaran (86%) serta hasil validasi perorangan (90,66%), validasi kelompok kecil (90,88%), dan validasi lapangan (92,85). Setelah tahap validitas berakhir, tahap berikutnya yang dilakukan adalah distribusi atau penyebarluasan produk kepada target sasaran, yaitu guru dan siswa yang berpartisipasi dalam pelaksanaan validitas. Selanjutnya, untuk respon siswa terhadap media berupa video pembelajaran ini ditinjau dari tiga aspek, yaitu aspek evektivitas media (91,43), aspek motivasi belajar siswa (92,27), dan aktivitas belajar siswa (92,52). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media yang dikembangkan beruapa video pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal Bali melalui pembelajaran berbantuan komputer mendapat respon yang sangat positif dari para siswa di SMP N 1 Kubu Karangasem. Hal ini dikarenakan media pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk berlatih berpikir kritis dan kreatif serta membuat siswa lebih tertarik dan bersemangat untuk belajar bahasa Indonesia.

Kata Kunci: Pengembangan, Model Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK), Video Pembelajaran Bahasa Indonesia

(2)

ABSTRACT

The present research is research and development which used media such as Bahasa Indonesia learning video based on the local wisdom of Bali through computer assisted learning model. This research was carried out at the eighth grade students at SMPN 1 Kubu Karangasem. The purpose of this study was to describe the process of design and feasibility of developing learning videos, as well as the students' response to the learning videos. This learning model consisted of several steps as follows. (1) The concept stage, the activities carried out at this stage were to determine the materials that were developed as the learning video in accordance with the needs of the competency standard, basic competency and the formulation of indicators that were expected to be achieved after teaching materials were delivered. (2) The design stage, there were two activities that were carried out at this stage, namely the manufacture of a script and the election of the software used in the developing the media. (3) The material collection phase, the activities at this stage were started from collecting and developing materials, collecting and producing image and video. (4) The developing stage, the product that was created was based on the script that has been designed at the design stage. (5) The validation stage, to determine the feasibility of the product which was developed in the form of learning video that was packaged in a CD, the validity level was then tested. The validity level of the learning video was identified by the results of the review of the experts, including the experts of the course content (88%), the experts of the learning media design (86%), and the experts of learning media (86%) and the results of the individual validation (90.66%), small group validation (90.88%), and field validation (92.85%). After the validation stage was completed, the next stage was distributing or disseminating the product to the target, the teachers and students, who participated validating the product. Furthermore, the students' responses to the learning media were reviewed from three aspects, namely the effectiveness of the media (91.43), the students’ motivation (92.27), and the students’ learning activities (92.52). In line with these results, it can be concluded that the media which was developed in the form of Bahasa Indonesia learning video based on the local wisdom of Bali through computer assisted learning model got positive responses from the students at SMPN 1 Kubu Karangasem. This was because the learning media can help the students to practice critical thinking and creativity and make them more interested and eager to learn Bahasa Indonesia.

Keywords: Development, Computer Assisted Learning Model, Bahasa Indonesia Learning

Video PENDAHULUAN

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan dewasa ini adalah dengan mengembangkan sikap profesionalisme guru terutama dalam hal mengembangkan media dan materi pelajaran yang sesuai dengan perkembangan peserta didik. Akhir-akhir ini proses pembelajaran yang dilaksanakan pada semua mata pelajaran tak terkecuali mata pelajaran bahasa Indonesia cenderung pasip dalam artian siswa selalu dihadapkan pada rutinitas membosankan, yaitu mendengarkan ceramah dari guru dilanjutkan pemberian tugas serta selalu berpedoman pada buku lembar kerja siswa (LKS) tanpa dibarengi dengan adanya media pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru dan kepala SMP Negeri 1 Kubu Karangasem, diperoleh informasi bahwa proses

(3)

pembelajaran yang berlangsung selama ini selalu dilakukan dengan metode ceramah dan berpatokan pada buku paket dan LKS tanpa dibarengi dengan media yang dapat diobservasi, ditanyakan, dinalar, dicoba bahkan untuk dikomunikasikan oleh siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan media dan materi pelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa (Kontekstual Teacing and Learning). Hal ini tentunya berimbas kepada aktivitas dan hasil belajar siswa.

Melihat kondisi semacam ini, peneliti sebagai pendidik bahasa Indonesia mencoba memberikan alternatif solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut, yaitu dengan mengembangkan media dan materi pembelajaran. Ada dua kegiatan inti yang dilakukan dalam pengembangan media dan materi pelajaran ini, yaitu yang pertama adalah menentukan kosep media yang dikembangkan. Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan oleh peneliti dengan guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kubu Karangasem, diperoleh konsep bahwa media pembelajaran yang dikembangkan harus mampu menampilkan audio dan visual secara bersamaan, yakni berupa video pembelajaran. Selain itu, media yang dikembangkan berupa video pembelajaran ini diharapkan: (1) memiliki tampilan yang menarik sehingga mampu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar; (2) mudah digunakan oleh siapa saja yang ingin menggunakannya; (3) video pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di atas nilai Kriteri Ketuntasan Minimal (KKM). Yang kedua, adalah menentukan konsep materi yang dikembangkan. Konsep materi yang dikembangkan diharapkan dekat dengan karakteristik peserta didik. Berdasarkan hasil diskusi diperoleh konsep materi yang digunakan dalam video pembelajaran ini adalah dengan memanfaatkan kearifan lokal yang ada di Bali khususnya tradisi Megibung (makan bersama).

Dipilinya tradisi Megibung sebagai materi dalam video pembelajaran dikarenakan oleh beberapa alasan, diantaranya: (1) tradisi Megibung merupakan sebuah tradisi yang berkembang di Karangasem dan dekat dengan karakteristik peserta didik; (2) Megibung merupakan tradisi yang dipertahankan dan harus dilestarikan (3) tradisi Megibung banyak mengandung nilai-nilai filosofis yang mendalam, karena di dalam kegiatan itu terkandung unsur kebersamaan, disiplin, kekerabatan, pengendalian diri, sopan santun, nilai etika, persamaan derajat dan martabat, serta kegotongroyongan. Nilai-nilai inilah yang menjadi dasar utama dipilihnya Megibung sebagai materi dalam video pembelajaran ini dengan tujuan melahirkan generasi penerus yang tidak hanya terampil berbahasa (prestasi belajar) tetapi mampu melahirkan peserta didik yang berkarakter, serta mampu membantu peserta didik untuk mengenal dirinya dan budayanya melalui berpikir kritis dan kreatif.

Setelah menetukan kosep media dan materi yang dikembangkan menjadi video pembelajaran selanjutnya peneliti kemudian menetukan model yang digunakan dalam mengembangkan video pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan oleh peneliti bersama guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Kubu Karangasem, diperoleh model yang tepat digunakan dalam mengembangkan video pembelajaran ini, yaitu model Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) yang dikembangkan oleh Luther. Pemilihan model ini didasarkan karena model pengembangan ini tersusun secara sistematis sesuai dengan urutan-urutan kegiatan dalam upaya pemecahan masalah belajar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, yaitu dimulai dari tahap konsep atau pemilihan mata pelajaran, tahap desain, tahap pengumpulan materi, tahap pembuatan media, tahap validasi

(4)

untuk mengukur kelayakan dari video pembelajaran ini hingga tahap distribusi yaitu penyaluran media kepada target sasaran (guru dan siswa).

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan media berupa Video Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kearifan Lokal Bali Melalui Model Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) pada Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Kubu Karangasem”. Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah berdasarkan uraian masalah, tujuan dan analisis kebutuhan di atas. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Pengembangan video pembelajaran berbasis kearifan lokal Bali sebagai materi pelajaran bahasa Indonesia yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa di SMP N 1 Kubu, Karangasem (2) Video pembelajaran yang diproduksi hanya mengembangkan satu Standar Kompetensi (SK) dan satu Kompetensi Dasar (KD) karena materi yang terlalu cukup padat.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan (Research and Development) yang bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi sebuah produk. Dalam penelitian ini model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan pembelajaran berbantuan komputer (PBK) yang di kembangkan oleh Luther dengan tahapan-tahapan pengembangan sebagai berikut.

1) Tahap Konsep

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan mata pelajaran yang akan dikembangkan sebagai video pembelajaran sesuai dengan kebutuhan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD) dan perumusan Indikator yang nantinya ingin dicapai setelah materi ajar disampaikan.

2) Tahap Desain

Setelah melewati tahap konsep, tahap berikutnya yang dilakukan adalah tahap desain. Pada tahap ini, peneliti bersama tim merancangan media yang akan dikembangkan dalam video pembelajaran meliputi pembuatan naskah (script/storyboard) dan pemilihan softwere yang akan digunakan dalam pembuatan media.

3) Tahap Pengumpulan Materi

Kegiatan pada tahap ini, dimulai dari pengumpulan dan pembuatan materi, pengumpulan dan pembuatan gambar serta video.

4) Tahap Penyusunan Produk

Setelah materi ajar yang dibutuhkan terkumpul dengan lengkap barulah beranjak pada tahap berikutnya, yaitu tahap penyusunan produk. Produk yang dibuat didasarkan pada naskah (script/storyboard) yang telah dirancang pada tahap desain.

5) Tahap Validasi

Untuk mengetahui kelayakan dari produk yang dikembangkan berupa video pembelajaran yang dikemas dalam bentuk CD maka harus diuji tingkat validitasnya. Tingkat validitas video pembelajaran diketahui melalui hasil review dari para ahli, baik ahli isi mata pelajaran, ahli desain media pembelajaran, dan ahli media pembelajaran serta hasil validasi perorangan, validasi kelompok kecil, dan validasi

(5)

lapangan. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan digunakan untuk memperbaiki atau merevisi media yang sudah dikembangkan. Pada hasil akhirnya diharapkan produk yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai upaya dalam peningkatan kompetensi guru untuk memanfaatkan media pembelajaran dan dengan adanya media pembelajaran ini dapat memberikan kesan pembelajaran yang berbeda dan mendorong terciptanya kreativitas dan antusiasme yang tinggi dalam memahami materi ajar yang disampaikan.

6) Tahap Distribusi

Setelah tahap validitas berakhir, tahap berikutnya yang dilakukan adalah distribusi atau penyebarluasan produk kepada target sasaran, yaitu guru dan siswa yang berpartisipasi dalam pelaksanaan validitas.

Lokasi Penelitian

Penelitian pengembangan media berupa video pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal Bali melalui model pembelajaran berbantuan komputer (PBK) ini tepatnya dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kubu, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas informasi dari Kepala SMP 1 Kubu Karangasem bahwa kompetensi guru terutama dalam merancang media dan materi pembelajaran masih kurang. Bahkan, mereka sangat mengharapkan penelitian ini bisa berlangsung dengan segera. Hal ini dikarenakan, mereka memandang para guru sangat mengharapkan adanya “penyegaran” terkait dengan pengembangan media pembelajaran. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua yaitu metode pencatatan dokumen dan metode angket. Menurut Agung (2012:65) mengenai metode pencatatan dokumen yaitu bahwa “metode pencatatan dokumen merupakan cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis”. Dari pencatatan dokumen yang dilakukan, nantinya akan menghasilkan sebuah laporan berupa laporan perkembangan produk video pembelajaran.

Selanjutnya, metode angket digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dengan mengirimkan suatu daftar pertanyaan-pertanyaan kepada responden/subjek penelitian”. Angket yang berisi item-item pertanyaan serta saran/komentar yang akan diiisi oleh para ahli dan siswa pada saat validasi. Angket digunakan untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli mata pelajaran, ahli desain, ahli media pembelajaran dan respon siswa. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan bentuk istrumen yang digunakan untuk memperoleh data sebagai bahan untuk mengevaluasi program media pembelajaran yang dikembangkan.

Tabel 01. Kisi-Kisi Angket Untuk Ahli Isi Mata Pelajaran

Aspek Penilaian No. Indikator Skor

5 4 3 2 1

Ahli Isi Mata Pelajaran

1 Kesesuaian materi dengan standar

(6)

2 Kedalaman dan keluasan materi

3 Kejelasan penyajian materi

4 Kesesuaian materi dengan indikator

capaian

5 Kesesuaian judul dengan materi

6 Kesesuaian contoh dengan materi

7 Kesesuaian visual (tayangan) dan

audio (suara) dengan materi

8 Kemudahan memahami materi

9 Ketepatan penyampaian

latihan/evaluasi.

10 Ketepatan durasi penyajian materi

Total Skor Saran:

Tabel 02 Kisi-Kisi Angket Untuk Ahli Desain Media Pembelajaran

Aspek Penilaian No. Indikator Skor

5 4 3 2 1

Ahli Media Pembelajaran

1 Ketepatan pemilihan standar

kompetensi dengan jenis media

2 Ketepatan pemilihan indikator

dengan jenis media

3 Ketepatan visualisasi dengan materi

4 Ketepatan ilustrasi/animasi/adegan

dengan materi

5 Ketepatan pemilihan dan

penempatan musik dan sound effect

6 Kualitas suara presenter

7 Kesesuaian suara presenter dengan

gambar

8 Kualitas gambar

9 Kualitas teks yang digunakan

10 Keidealan durasi dengan sasaran

Total Skor Saran:

Tabel 03 Kisi-Kisi Angket Untuk Ahli Media Pembelajaran

Aspek Penilaian No. Indikator Skor

5 4 3 2 1

Ahli Desain Media

Pembelajaran

1 Ketepatan penggunan

desain/racangan penyajian materi

2 Kesesuaian durasi waktu dengan

karakteristik sasaran

3 Petunjuk belajar/petunjuk

(7)

4 Materi sesuai dengan indikator capain

5 Materi mudah untuk dipahami

6 Materi menarik dan menimbulkan

rasa ingin tahu

7 Alur penyajian materi runtut dan

jelas

8 Penggunaan bahasa yang

komunikatif

9 Konsistensi evaluasi dengan tujuan

pembelajaran

10 Media dapat digunakan dengan

mudah Total Skor

Saran:

Tabel 04 Kisi-Kisi Instrumen Untuk Siswa

Aspek Penilaian No. Indikator Skor

5 4 3 2 1

Uji Coba Perorangan, Uji Coba Kelopok Kecil, Uji Coba lapangan

1 Memotivasi untuk belajar mandiri

2 Kejelasan penyajian materi pelajaran

3 Kemudahan memahami materi/isi

yang disajikan

4 Kualitas gambar dan animasi

5 Ketepatan penggunaan warna

6 Keterbacaan teks

7 Kualitas suara presenter

8 Kejelasan bahasa yang digunakan

9 Kualitas dan kesesuaian musik latar

yang digunakan

10 Soal-soal sesuai dengan indikator

Total Skor Saran:

Tabel 05 Kisi-Kisi Angket Untuk Mengetahui Respon Siswa

Aspek Penilaian No. Indikator Skor

5 4 3 2 1

Evektivitas Media 1 Apakah media pembelajaran sesuai

dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran?

2 Apakah isi media sudah relevan

dengan materi yang dipelajari?

3 Apakah isi media mudah dimengerti

(8)

4 Apakah isi media sudah sesuai dengan konsep materi yang dipelajari?

5 Apakah media pembelajaran

mencantumkan soal yang sesuai dengan tujuan pembelajaran?

6 Apakah media dapat digunakan

dengan mudah dan fleksibel?

7 Apakah media menyajikan tampilan

(warna, huruf, gambar, animasi) yang baik dan menarik?

8 Apakah penggunaan media sebagai

media pembelajaran dapat membantu siswa memperoleh informasi tentang pembelajaran bahasa Indonesia yang dipelajari?

Motivasi Belajar Siswa

9 Apakah penggunaan media sebagai

media pembelajaran membuat siswa untuk bersemangat untuk belajar?

10 Apakah penggunaan media

pembelajaran yang disusun membuat siswa lebih tertarik untuk belajar bahasa Indonesia?

11 Apakah penggunaan media sebagai

media pembelajaran merangsang rasa ingin tahu siswa?

12 Apakah penggunaan media sebagai

media pembelajaran meningkatkan perhatian siswa untuk belajar? Aktivitas Belajar

Siswa

13 Apakah penggunaan media sebagai

media pembelajaran dapat membuat siswa belajar mandiri?

14 Apakah penggunaan media sebagai

media pembelajaran dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia?

15 Apakah media pembelajaran

membantu siswa menyelesaikan persoalan yang muncul dalam pembelajaran bahasa Indonesia? Total Skor

Keterangan:

Skor 5 : Sangat Baik Skor 4 : Baik

Skor 3 : Cukup Baik Skor 2 : Kurang Baik

(9)

Metode Analisis Data

Dalam penelitian pengembangan ini digunakan dua teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. “Analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis/pegolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertetu), sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum”. (Agung, 2012:67). Analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli isi mata pelajaran, ahli media pembelajaran, ahli desain pembelajaran, validasi perorangan, validasi kelompok kecil dan validasi lapangan. Teknik analisis deskriptif kualitatif ini berupa saran, tanggapan dan kritik dari data hasil validasi para ahli dan siswa. Data hasil hasil analisis deskriptif kualitatif dari para ahli dan siswa ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan.

Selain melakukan analisis deskriptif secara kualitatif analisis juga perlu dilaksanakan secara kuantitatif. Agung (2012:67) menyatakan bahwa “metode analisis kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Data yang diperoleh dari teknik analisis ini, berupa angka dari hasil review para ahli dan validasi siswa baik perorangan, kelompok kecil maupun validasi lapangan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subyek menurut Tegeh dan Kirna (2010:101) sebagai berikut.

Persentase =

100%  

tertinggi bobot n pilihan tiap bobot jawaban Keterangan: Σ = jumlah

n = jumlah seluruh item angket

Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus: Persentase = (F : N)

Keterangan: F = jumlah persentase keseluruhan subyek N = banyak subjek

Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan terhadap hasil review para ahli dan uji coba produk sebagai berikut.

Tabel 6. Konversi PAP Tingkat Pencapaian dengan skala 5

Tingkat Pencapaian (%) Kualifikasi

90-100 Sangat baik

(10)

65-74 Cukup

55-64 Kurang

0-54 Sangat kurang

(Adaptasi dari Tegeh dan Kirna, 2010:101) HASIL PENELITIAN

Proses Rancang Bangun dan Tingkat Kelayakan Video Pembelajaran

Proses rancang bangun dan tingkat kelayakan video pembelajaran dimulai dari tahap konsep atau pemilihan mata pelajaran, tahap desain, tahap pengumpulan materi, tahap pembuatan media, tahap validasi untuk mengukur kelayakan dari video pembelajaran ini hingga tahap distribusi yaitu penyaluran media kepada target sasaran (guru dan siswa). Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan tahapan-tahapan dari pembuatan media berupa video pembelajaran bahasa Indonesia berasis kearifan lokal Bali melalui model Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK).

1) Tahap Konsep

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan konsep mata pelajaran yang dikembangkan sebagai video pembelajaran sesuai dengan kebutuhan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD) dan perumusan Indikator yang nantinya ingin dicapai setelah materi ajar disampaikan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia diperoleh konsep media pembelajaran, yaitu media pembelajaran yang dikembangkan harus mampu menampilkan audio dan visual secara bersamaan, yakni berupa video pembelajaran. Selain itu, media yang dikembangkan berupa video pembelajaran ini diharapkan: (1) memiliki tampilan yang menarik sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar; (2) mudah digunakan oleh siapa saja yang ingin menggunakannya; (3) video pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di atas nilai Kriteri Ketuntasan Minimal (KKM). Setelah tahap ini selesai dibuat, selanjutnya divalidasi oleh ahli isi/materi pelajaran, yaitu guru dan dosen bahasa Indonesia.

2) Tahap Desain

Setelah melewati tahap konsep, tahap berikutnya yang dilakukan adalah tahap desain. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merancangan media yang dikembangkan dalam video pembelajaran meliputi pembuatan naskah (script/storyboard) dan pemilihan softwere yang digunakan dalam pembuatan media. Script/storyboard merupakan pemikiran yang divisualisasikan dan dideskripsikan melalui tulisan dan direncanakan dala m narasi. Hasil dari penulisan script/storyboard digunakan dalam proses produksi media berupa video pembelajaran sehingga produksi media lebih terstruktur dan teratur. Selanjutnya, untuk software yang digunakan sebagai program utama dalam pembuatan video pembelajaran berbantuan komputer ini adalah dengan program Microsoft Powepoint 2007, sedangkan program pendukungnya, yaitu Movie Maker dan Cool Edit untuk pengeditan video dan suara, serta Nero untuk dokumentasi ke dalam bentuk CD. Selain itu, untuk menjalankan media berupa video pembelajaran ini diperlukan sebuah unit computer/laptop yang dilengkapi dengan CD Room RW untuk keperluan membaca dan burning video pembelajaran dalam

(11)

format CD, LCD untuk menampilkan program, keyboard dan mouse, serta speaker aktif untuk mengakses sounds yang ada dalam video pembelajar.

3) Tahap Pengumpulan Materi

Kegiatan pada tahap ini dimulai dari menentukan konsep materi yang dikembangkan menjadi video pembelajaran, dilanjutkan dengan pengumpulan dan pembuatan materi, serta pengumpulan dan pembuatan gambar untuk dijadikan video pembelajaran. Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan peneliti bersama guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Kubu, Karangasem diperoleh konsep materi yang digunakan sebagai materi dalam video pembelajaran, yakni tradisi Megibung (makan bersama). Dipilihnya tradisi Megibung sebagai materi dalam video pembelajaran dikarenakan oleh beberapa alasan, diantaranya: (1) tradisi Megibung merupakan sebuah tradisi yang berkembang di Karangasem dan dekat dengan karakteristik peserta didik; (2) Megibung merupakan tradisi yang dipertahankan dan harus dilestarikan (3) tradisi Megibung banyak mengandung nilai-nilai filosofis yang mendalam, karena di dalam kegiatan itu terkandung unsur kebersamaan, disiplin, kekerabatan, pengendalian diri, sopan santun, nilai etika, persamaan derajat dan martabat, serta kegotongroyongan. Nilai-nilai inilah yang menjadi dasar utama dipilihnya Megibung sebagai materi dalam video pembelajaran ini dengan tujuan melahirkan generasi penerus yang berdaya guna dalam kehidupan manusia yakni manusia yang sadar budaya. Artinya, memiliki nilai-nilai budaya nasional yang bersifat menyongsong masa depan, serta mampu pula menghayati kearifan-kearifan lokalnya. Secara lebih rinci adapun materi yang dimuat dalam video pembelajaran ini adalah (1) sejarah tradisi Megibung; (2) pengertian Megibung; (3) persiapan dalam kegiatan Megibung; (4) aturan dalam kegiatan Megibung; (4) nilai filosofi yang terkandung dalam kegiatan Megibung. Selanjutnya, untuk pengumpulan dan pembuatan gambar serta video pembelajaran dilakukan dengan cara mendokumentasikan kegiatan Megibung dalam bentuk foto dan video yang selanjutnya didesain ssedemikian rupa sehingga layak untuk diimplementasikan kepada pengguna media dalam hal ini adalah siswa SMP N 1 Kubu Karangasem.

4) Tahap Penyusunan Produk

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun produk yang dibuat didasarkan pada naskah (script/storyboard) yang telah dirancang pada tahap desain. Produk yang disusun dalam media berupa video pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal Bali melalui Pembelajaran Berbatuan Komputer (PBK) di mulai dari desain halaman muka (cover), desain halaman pengantar, desain halaman kompetensi, desain halaman materi pelajaran, desain halaman video pembelajaran, dan desain halaman evaluasi pembelajaran yang selanjutnya akan dikemas dalam bentuk Compact Disc (CD). Selain itu, dalam video pembelajaran ini juga disajikan petunjuk penggunaan media yang bertujuan memudahkan siswa dalam menggunakan media yang telah dikembangkan.

5) Tahap Validasi

Untuk mengetahui kelayakan dari produk yang dikembangkan berupa video pembelajaran yang dikemas dalam bentuk CD maka harus diuji tingkat validitasnya. Tahap

(12)

valiadasi ini dimulai dari validasi oleh ahli isi mata pelajaran, validasi ahli desain media pembelajaran, dan validasi ahli media pembelajaran. Adapun skor rata-rata yang diberikan oleh masing-masing ahli tersebut adalah 88%, 86%, dan 86% dengan penilaian sebagian besar tersebar pada skor 4 (baik) dan skor 5 (sangat baik). Dengan demikian, jika ketiga penilaian tersebut dikonversi ke tabel konversi maka dapat dikatakan bahwa media berupa video pembelajaran berbasis kearifan lokal melalui pembelajaran berbantuan komputer ini berada pada kualifikasi baik atau layak dipergunakan dalam proses pembelajaran. Selain validasi dari ketiga ahli tersebut juga dilakukan uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji lapangan. Adapun skor dari masing-masing uji coba ini adalah 90,66%, 90, 88%, dan 92,85%. Jika ketiga skor tersebut dikonversi ke dalam tabel konversi maka hasil tersebut masuk dalam kategori sangat layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan uji coba, baik uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, maupun uji coba lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi kekurangan dari produk yang dikembangkan. Dari hasil uji coba ini diperoleh saran dan komentar dari siswa, secara umum media yang dikembangkan berupa video pembelajaran sudah bagus. Dengan adanya media berupa video pembelajaran ini membuat siswa lebih termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Selain meningkatkan motivasi untuk belajar, media pembelajaran ini juga mengajak siswa untuk lebih memahami kearifan lokal yang ada disekitar siswa. Berdasarkan penilaian tersebut maka dapat disimpulkan media pembelajaran yang dikembengakan berupa video pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal Bali melalui model pembelajaran berbantuan komputer ini layak digunakan dalam proses pembelajaran.

6) Tahap Distribusi

Tahap distribusi atau penyebarluasan produk ini dilakukan setelah tahap validitas berakhir. Proses penyebarluasan produk diberikan kepada target sasaran, yaitu guru dan siswa kelas VIII SMP N 1 Kubu Karangasem yang berpartisipasi mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan validitas dari media pembelajaran yang dikembangkan. Respon Siswa Terhadap Video Pembelajaran

Skor rata-rata untuk respon siswa terhadap pengembangan video pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal Bali melalui model Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) adalah sebesar 91,87% yang penilaiannya sebagian besar penilaiannya tersebar pada skor 4 (baik) dan skor (5) sangat baik, bahkan tidak ada siswa yang memberikan respon (3) cukup baik, (2) kurang baik atau (1) sangat kurang baik. Sesuai dengan skala presentase hasil tersebut masuk ke dalam kategori sangat baik. Adapun aspek yang digunakan untuk memperoleh respon siswa terhadap media berupa video pembelajaran ini adalah aspek evektivitas media, aspek motivasi belajar siswa, dan aktivitas belajar siswa. Jika ditinjau dari aspek evektivitas media, sebagian besar siswa mengatakan bahwa media pembelajaran ini dapat digunakan dengan mudah dan fleksibel serta dapat membantu siswa untuk berlatih berpikir kritis dan kreatif dalam memilih materi pelajaran yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Selanjutnya, jika dikaji dari aspek motivasi belajar siswa, mendapatkan respon yang sangat baik dari siswa karena media pembelajaran ini membuat siswa lebih tertarik dan bersemangat untuk belajar bahasa Indonesia. Yang terakhir, jika dikaji dari aspek aktivitas

(13)

belajar siswa, media pembelajaran yang dikembangkan ini membuat siswa lebih aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) serta mampu membuat siswa untuk belajar mandiri. PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1) Proses rancang bangun dan tingkat kelayakan video pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal Bali melalui model Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) pada siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 Kubu Karangasem terdiri atas beberapa tahapan diantaranya sebagai berikut.

(1) Tahap Konsep. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menentukan mata pelajaran yang akan dikembangkan sebagai video pembelajaran sesuai dengan kebutuhan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD) dan perumusan Indikator yang nantinya ingin dicapai setelah materi ajar disampaikan.

(2) Tahap Desain. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pembuatan naskah (script/storyboard) dan pemilihan softwere yang digunakan dalam pembuatan media.

(3) Tahap Pengumpulan Materi. Kegiatan pada tahap ini, dimulai dari pengumpulan dan pembuatan materi, pengumpulan dan pembuatan gambar serta video.

(4) Tahap Penyusunan Produk Setelah materi ajar yang dibutuhkan terkumpul dengan lengkap barulah beranjak pada tahap berikutnya, yaitu tahap

penyusunan produk. Produk yang dibuat didasarkan pada naskah

(script/storyboard) yang telah dirancang pada tahap desain.

(5) Tahap Validasi. Untuk mengetahui kelayakan dari produk yang dikembangkan berupa video pembelajaran yang dikemas dalam bentuk CD maka harus diuji tingkat validitasnya. Tingkat validitas video pembelajaran diketahui melalui hasil review dari para ahli, diantaranya ahli isi mata pelajaran (88%), ahli desain media pembelajaran (86%), dan ahli media pembelajaran (86%) serta hasil validasi perorangan (90,66%), validasi kelompok kecil (90,88%), dan validasi lapangan (92,85).

(6) Tahap Distribusi. Setelah tahap validitas berakhir, tahap berikutnya yang dilakukan adalah distribusi atau penyebarluasan produk kepada target sasaran, yaitu guru dan siswa yang berpartisipasi dalam pelaksanaan validitas.

2) Adapun aspek yang digunakan untuk memperoleh respon siswa terhadap media berupa video pembelajaran ini adalah aspek evektivitas media (91,43), aspek motivasi belajar siswa (92,27), dan aktivitas belajar siswa (92,52). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media yang dikembangkan beruapa video pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal Bali melalui pembelajaran berbantuan komputer mendapat respon yang sangat positif dari para siswa di SMP N 1 Kubu Karangasem. Hal ini dikarenakan media pembelajaran ini dapat

(14)

membantu siswa untuk berlatih berpikir kritis dan kreatif serta membuat siswa lebih tertarik dan bersemangat untuk belajar bahasa Indonesia.

Saran

Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan dari hasil pengembangan media berupa video pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal Bali melalui pembelajaran berbantuan komputer (PBK) ini kepada peneliti berikutnya adalah sebagai berikut.

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai batu loncatan atau motivasi oleh para guru dalam mengembangkan media pembelajaran yang lebih menarik atau lebih menantang siswa untuk berlatih berpikir kritis dan kreatif, serta belajar mandiri.

2) Media pembelajaran yang dikembangkan diharapkan memiliki tampilan yang lebih menarik sehingga mampu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar

3) Animasi yang ada pada setiap halaman desain video pembelajaran dibuat lebih menarik;

4) Materi yang dikembangkan diharapkan lebih dekat dengan karakteristik peserta didik sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa.

5) Kearifan lokal yang dijadikan materi pelajaran diharapkan mengandung nilai-nilai filosofi yang dapat dijadikan sebagai tauladan bagi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha.

Mahadewi, Luh Putu Putrini. dkk. 2012. Media Video Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Maladi, Agus. 2009. “Mahasiswa dan Kearifan Lokal”. http://staff.undip.ac.id/sastra/ agusmaladi/2009/02/28/mahasiswa-dan-kearifan-lokal/. Diakses 9 Juni 2015.

Tegeh, I Made. dan I Made Kirna. 2010. Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan Dengan ADDIE Model. Laporan Penelitian Puslit (tidak terpublikasikan).

Gambar

Tabel 01. Kisi-Kisi Angket Untuk Ahli Isi Mata Pelajaran
Tabel 02 Kisi-Kisi Angket Untuk Ahli Desain Media Pembelajaran
Tabel 04 Kisi-Kisi Instrumen Untuk Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan group account dapat anda lakukan dengan mengklik group pada main bar KDE User Manager-KUser seperti yang tampak pada gambar berikut. Sorot opsi

Puji syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya, saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan

Seperti terlihat pada Gambar 2, proses otomatisai penghitungan jumlah sperma aktif dimulai dengan mengolah video sperma, video diperoleh dari data real dan data

Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah adalah petugas dari Lembaga Pemasyarakatan sendiri juga dari lembaga lain seperti Kementrian Agama kota Kendal serta dari narapidana

Dari permasalahan umum yang dihadapi guru penjas dalam menyampaikan materi khususnya gerak dasar lompat jauh gaya jongkok, maka peneliti merasa tertarik melakukan

Membangun sistem yang mempermudah supervisor dalam memantau setiap kegiatan bengkel melalui smartphone dengan melihat laporan transaksi harian yang di laporkan oleh setiap

dilakukan terhadap korporasi dan/atau pengurusnya; 2 Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila ndak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan

Merupakan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antara Brand Awareness dan Celebrity Endorser terhadap Repurchase pada sepeda motor Yamaha