• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEMPURNAAN ANTI KUSUT KAIN KAPAS DENGAN RESIN DIMETILOL DIHIDROKSI ETILEN UREA DAN DIALKOKSI DIHIDROKSI ETILEN UREA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYEMPURNAAN ANTI KUSUT KAIN KAPAS DENGAN RESIN DIMETILOL DIHIDROKSI ETILEN UREA DAN DIALKOKSI DIHIDROKSI ETILEN UREA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

~

Penyempurnaan Anti Kusut Kain Kapas dengan Resin Dimetilol Dihidroksi Etilen Urea don Dialkoksi Dillidroksi Eti/en Urea (Okay Rukaesih)

PENYEMPURNAAN ANTI KUSUT KAIN KAPAS DENGAN RESIN

DIMETILOL DIHIDROKSI ETILEN UREA DAN DIALKOKSI

DIHIDROKSI ETILEN UREA

Okay Rukaesih

Balai Besar Litbang Industri Tekstil JI. A. Yani 390 Bandung40281

E-mail: texird@bdg.centrin.id

ABSTRAK

PENYEMPURNAAN ANTI KUSUT KAIN KAPAS DENGAN RESIN DIMETILOL DnIIDROKSI ETILEN UREA DAN DIALKOKSI DIHIDROKSI ETILEN UREA. Perbaikan sifat tahan kusut kain kapas dengan resin paling sering dilakukan pada penyempumaan bahan tekstil. Untuk itu resin yang digunakan dipilih dari jenis yang akrab lingkungan, tidak menimbulkan formaldehid bebas didalam penyimpanan, serta memenuhi persyaratan eko-Iabel untuk komoditi perdagangan di pasar global. Resin dimetilol dihidroksi etilen urea (DMDHEU) banyak dipilih sebagai resin anti kusut, karena sifatnya yang reaktif terhadap serat selulosa sehingga menghasilkan ketahanan kusut yang baik. Tetapi karena penyempumaan dengan DMDHEU masih menghasilkan formaldehid bebas yang cukup tinggi, maka dalam penelitian ini digunakanjuga resin dialkoksi dihidroksi etilen urea (DADHEU) yang merupakan hasil modifikasi dari DMDHEU dengan penguatan gugus metilol menjadi alkoksi dan diharapkan akan lebih stabil terhadap hidrolisa, sehingga mengurangi timbulnya formaldehid bebas di dalam penyimpanan. Karena kedua resin tersebut termasuk jenis termoset, maka reaksi polimerisasinya sangat dipengaruhi oleh suhu pemanas

- awetan.

Proses

penyempumaan anti kusut dilakukan dengan memvariasikan suhu pemanas

-

awetan, dari suhu I 10°C

-

160 °C dengan selang 10 °C. Hasil analisa dari data termogram DSC (differential scanning calorimeter) untuk resin DMDHEU dan DADHEU secara berturut-turut menunjukkan bahwa kedua resin meleleh pada suhu sekitar 120 °C dan 130 °C, dan mengalami puncak polimerisasi pada sekitar suhu 140 °C dan 150 °c. Hal tersebut ditunjang oleh hasil pengujian kain kapas yang telah mengalami penyempumaan,

yang menunjukkan sudut kusut optimum dihasilkan pada kain yang dipanas awetkan pada suhu 140 °C

-

150 °C. Kekuatan tarik

dan mulur kain cenderung menurun dengan meningkatnya suhu pemanas awetan. Hasil uji kadar formaldehid bebas pada hasil penyempumaan dengan suhu pemanas awetan optimum tersebut adalah sebesar 82 ppm untuk DMDHEU dan 5 ppm untuk DADHEU.

ABSTRACT

CREASE RESISTANCE FINISHING ON COTTON FABRICS WITH DIMETHYLOL DrnYDROXY ETHYLENE UREA AND DIALKOXY ETHYLENE UREA. Resin finishing to improve the crease resistance of cotton fabrics has been carried out very often in the textile process, then it is reasonable to use the resin with euco-friendly properties and low free formaldehyde content during storaging, as well as fulfilling the euco-Iabelling requirement for business commodity in the global market. Dimethylol dihydroxy ethylene urea (DMDHEU) resin has been chosen favorably as crease resistant resin, for having

good reactivity to cellulose fiber producinggoodcrease recovery. However, resin finishing with DMDHEU has produced

reasonable high free formaldehyde, then dialkoxy dihydroxy ethylene urea (DADHEU) was also examined in this research activity, as it is produced from modified DMDHEU which replaced methylol group into alkoxy group hoping to be more stable to hydrolysis, reducing the possibility of loosing free formaldehyde in the storaging. As both resins have been considered as thermosetting type, then the curing process has influenced a great deal to its polymerization reactions. The crease resistant finishing process was carried out by means of varying the curing temperature from 110°C

-

160 °C with 10°C ranges. Analysis

ofthermogram from DSC (differential scanning calorimeter) f(ir DMDHEU and DADHEU samples has shown the respected melting points at 120 °C and 130°C, and having the polymerization temperatures at 140 °C and 150 °C.Those results have been supported by the verification of the finished cotton fabrics, demonstrating that the optimum crease recovery angles was

produced by the fabric with the curing process at 140 °C

-

150 °C. The breaking strength and its elongation tend to decrease by

increasing curing temperatures. The testing results of loosing free formaldehyde to the finished fabrics cured at optimum temperatures were 82 ppm from DMDHEU and 5 ppm from DADHEU.

Kata kunci : Anti kusut, Bahan tekstiI, Eko-Iabel, DMDHEU, DADDHEU, Suhu pemanas-awetan, Sudut kusut optimum,

Kekuatan tarik, Kekuatan mulur.

PENDAHULUAN

Serat kapas merupakan bahan baku tekstil yang paling banyak digunakan untuk tekstil sandang karena

nyaman dipakai, kekuatan clan daya cuci yang cukup tinggi, serta tahan terhadap panas. Kekurangan kapas R1

(2)

Pros;d;ng Pertemuan Ilmiah lima Pengetahuan dun Teknolog; Bahan '99

Serpong, 19-200ktober 1999 ISSN 1411-2213

yang paling menonjol adalah ketahanan kusutnya yang rendah, sehingga kenampakannya tidak baik.

Usaha untuk memperbaiki sifat kapas yang mudah kusut telah banyak dilakukan clan yang paling umum daD mudah adalah dengan tara penyempurnaan menggunakan resin sintetik yang dapat bereaksi dengan serat serta berpolimer di dalam serat. Dengan penyempurnaan resin terse but, selain tahan kusut meningkat, akan diperoleh pula stabilitas dimensi yang lebih baik, tetapi kekuatan tarik , kekuatan sobek, clan mulur kain akan menurun, serta naiknya kadar formaldehida bebas [1,2,3,4].

Adanya pemberlakuan eko-Iabel dalam perdagangan tekstil dunia yang antara lain mensyaratkan pembatasan kadar formaldehida bebas untuk komoditi tertentu, bahkan sampai 0 ppm untuk pakaian tidur bayi, mengharuskan adanya seleksi terhadap resin-resin yang digunakan [5].

DMDHEU merupakan salah satu jenis resin reaktan yang lebih mudah bereaksi dengan serat dari pada dengan dirinya sendiri. Resin ini sangat reaktif tetapi kurang tahan terhadap hidrolisa, DMDHEU ban yak digunakan untuk penyempurnaan anti kusut clan tekan awet karena tahan terhadap pencucian berulang, hanya kekuatan kain sangatmenurun, termasuk kekuatan tarik, kekuatan sobek, clan ketahanan terhadap gesekan [2].

DADHEU merupakan turunan DMDHEU yang gugus metilolnya diubah menjadi alkoksi sehingga lebih stabil. Sifatnya hampir sarna dengan DMDHEU, hanya karena gugus reaktifnya berkurang, maka reaktifitasnya lebih rendah, tetapi lebih tahan terhadap hidrolisa [1]

Reaksi ikatan silang antara resin dengan serat clan polimerisasi resin di dalam serat terjadi saat proses pemanas-awetan dengan bantuan katalis asam, Pemanas-awetan umumnya dilakukan pada suhu tinggi setelah didahului dengan pengeringan untuk menguapkan air, Setelah terjadi reaksi ikatan silang clan polimerisasi resin pada suhu tertentu, diharapkan taboo kusut kain menjadi lebih baik, karena dengan adanya ikatan silang antara resin dengan serat serta terjadinyajaringan tiga dimensi di dalam amorf serat akan mengikat serat menjadi lebih stabil, sehingga dapat mengurangi kecenderungan susunan serat untuk saling menggelincir apabila diberi tekanan atau lipatan [1,2,3].

Apabila suhu polimerisasi sudah tercapai, pemanas-awetan pada suhu yang lebih tinggi tidak memungkinkan terjadinya reaksi polimerisasi lebih lanjut, sehingga diharapkan ketahanan kusutnya mencapai optimum, selanjutnya menjadi konstan atau bahkan turun hila terjadi hidrolisa terhadap polimer resin yang terbentuk oleh asam yang berasal dari penguraian katalis. Pad a suhu yang makin tinggi, ada kemungkinan terjadinya penurunan kekuatan yang lebih besar karena katalis yang terurai membentuk asam memungkinkan terjadinya hidrolisa kapas oleh asam [6,7,8],

PERCOBAAN

Bahan

.

Kain kapas 100% dengan konstruksi sebagai

berikut: Kehalusan :

-

Lusi : Tex 11

-

Pakan : Tex 11 Tetalpercm

-

Lusi : 49 helai - P,.kan : 42 helai Anyaman : palos BeratJ m2 :93,9gram

. Pre-kondensat resin dimetilol dihidroksi etilena urea (I)

.

Pre-kondensat resin dialkoksi dihidroksi etilena urea (2)

.

Katalis MgCI2, pelemas, clan asam asetat

Peralatan

.

Mesin pad laboratorium clan mesin

laboratorium (Werner-Mathis AG)

.

Neraca analitis

.

DSC dan Spectrojotometer

.

Fabric Tensile Strength (Instron)

.

Crease-a-meter

.

Oven clan peralatan gelas

termosol

Persiapan Bahan

Sebelum proses penyempurnaan resin, kain terlebihdahulumengalamipengerjaanpendahuluanyang terdir.'atas :

.

pembakaran buIll dengan alat singeing machine,

.

penghilangan kanji dengan enzym amilase,

.

pemasakan untuk menghilangkan kotoran clan lemak-lemak menggunakan alkali kuat clan deterjen,

.

merserisasi dengan alkali kuat disertai peregangan

untuk mendapat efek kilau,

.

pengelantangan untuk mengoksidasi pigmen alam atau bekas pewarna dengan oksidator

.

Penyempurnaan resin

Kain yang sudah putih dikerjakan dalam 2 resep penyempurnaan sebagai berikut:

Resep 1: DMDHEU MgCI2 Pelemas Asam asetat Efek peras Resep2: D,ADHEU : 40 gII : 12gII : 50 gll :0,5 mill :70% : 60 gII

(3)

Penyempurnaan Anll Kusul Kaln Kopas dengan Resin DlmitJ/o/ Dlhldrolesl Ell/en Urea dan Dlalkolesl Dlhldrolesl Eli/en Urea (Okay Rukaeslh)

MgCI2 Pelemas Asam asetat Efek peras : 12gII : 40 gII :0,5mill :70% Cars kerja

-

Kain direndam dalam larutao pre-kondensat clan zat pembantu lain seperti tereantum pads Resep I clan Resep 2, kemudian dip eras menggunakan mesin padding dengan trek peras 70%

.

-

Kain dikeringkan pads subu 100 °C selama 3 menit

-

Bahan dipanas-awetkan pads suhu yang divariasi ( 110 DC,120 DC,130 DC,140 DC,150 °C, clan 160 °C) selama 4 menit.

Pengojian

Untuk mengetahui terjadinya reaksi polimerisasi resin, terhadap kain yang sudah direndam peeRSdengan tarutao pre-kondensat resin, dikeringkan pads suhu kamar, kemudian dilakukan pengujian termogram DSC. Seisin itu, pads kain yang sudah dipanas-awetkan dilakukanpengujianketahanankusut(SNI 08-0292-89), kekuatantarikdanMulOTkain(SNI08-0276-89),dankadar formaldehidabebas (AATCC 112).

BASIL DAN PEMBABASAN

Suhu Reaksi Polimerisasi

Hasil uji termogram DSC pads kain yang sudah direndam dalam tarutao pre-kondensat tereantum pads Gambar I. Dari gambar tersebut tampak bahwa reaksi endotermterjadi pads subu 95

-

97 °Cuntuk menguapkan air clan suhu 120

-

130 °C untuk melelehkan resin, sedangkanreaksi eksotermyang menunjukkanterjadinya reaksi polimerisasi terjadi pads sekitar suhu 140°Cuntuk DMDHEUclansekitar 150°Cuntuk DADHEU.

Resin DMDHEU dikenal juga sebagai glioksal monourein at au 1,3 dimetilol 4,5 dihidroksi 2,2 imidazolidinonmerupakan turunan resin urea siklis yang dapat diperoleh dengan mereaksikan urea, glioksal, clan formaldehida bersama-samadengan perbandingan I: 1:2 seperti terlihat pads reaksi berikut [2]:

?

..-c,

+ 2CHOH- HOCH.-NN-CH.OH I .1 HO-9-\f-oH H H

Resin ini termasuk resin thermosetting yang reaktif, sehingga dapat berikatan dengan serat kapas maupun berpolimerisasi dengan dirinya sendiri, Damon ketahanannya terhadap hidrolisa asam kurang baik, sehingga memungkinkan terjadinya molekul keeil formaldehida sebagai reaksi samping dalam proses polimerisasi.

H,NJ'NHz +

t:

Dialkoksi dihidroksi etilena urea (DADHEU) adalah turunan DMDHEU dimana gugus metilolnya diganti dengan gugus alkoksi (10), sehingga diharapkan menjadi lebih stabil clantidak mudah terhidrolisa, tetapi

kereaktifannya lebih rendah, sehingga suhu

polimerisasinyapun sedikit lebih tinggi dari DMDHEU, seperti terlihat pads Gambar I.

(/)

~

in

I

[fit.

t-:i!!: ICA~A' "'oIJADH "'_DH SUHU .C)

Gambar 1. Tennogram DSC kain kapas dengan

resin DMDHEU dan DADHEU Ketahanan Kosot

Hasil uji ketahanan kusut kain setelah proses penyempurnaan tereantum pads Gambar 2. Dari gambar tersebut tampak bahwajumlah sudut kusut lOBi+ pakan makin tinggi dengan makin naiknya suhu pemanas-awetan, Damon setelah melewati suhu polimerisasi, kenaikannyatidak signifIkanstag dapat disebut konstan.

I-+- /CAPAS-+- SD-DNDH-6- SD-DADHI

8UHU PEMANA8 AWfITAN fcl

Gamba, 2. Sudut kusut arah lusi dan pakan kain kapas dengan resin DMDHEU dan DADHEU

Hal ini terjadi karena apabila resin thermosetting dipanaskansampaititik lelehnya,maka akanmeneair clan reaktif. Pads reaksi lebih lanjut akan terjadi reaksi polikondensasi di mana monomer-monomer bergabung membentuk molekul yang lebih besar dengan jaringan tiga dimensi. Seisin terjadi pembentukan resin,senyawa ini akan mengikat gugus-gugus OH selulosa yang berdekatan membentuk jembatan eter, sehingga terjadi ikatan silang antara satu rantai selulosa dengan rantai selulosa lainnya [2].

1

1

2SEL-OH+ HOCtIz-N N-CHzOH-7Se1.oc:Hz-N N-CHzo.sel +HP

~-6-b~I I

~-6-b~

I I

H H H H

Dengan terbentuknyajaringan 3 dimensi di dalam amorf serat Bertaadanya ikatao silang antara resin dengan

83

-

*

(=

-

:

en 110

(4)

Prosiding Pertemaan IlmJah lima Pengetahuan dan Teknologi Bahan'99

Serpong, 19-200ktober 1999 ISSN 1411-2213

serat, akan mengikat susunan bagian-bagian tersebut satu sarna lain, sehingga molekul-molekul serat menjadi makin stabil. Karena kestabilan molekul-molekul serat ini,makaakan mengurangikecenderungansusunan serat untuk saling menggelincir apabila diberi tekanan atau lipatan. Dengan demikian ketahanan kusutnya menjadi lebih baik. Tetapi bila suhu pemanas-awetandipertinggi melebihi sOOupolimerisasinya, asam yang terurai dan katalisakanmenjadisemakinpekatdan adakemungkinan dapat menghidrolisa polimer resin yang barn terbentuk Kekoatan Tarik daDMolor

Hasil uji kekuatan tarik clanmulur kain seperti tercantum pada Gambar 3 clan4 menunjukkan bahwa makin tinggi suhu pemanas-awetan, kekuatan tarik clan mulur kain cenderung makin rendah, sedangkan kapas

CI I-+-/CAPAS-+-1OW'tDI -t.-I<IWAOII

'6 35

~

~ \I: 31

.-~

i

2S

---20

110 120 131 141 150 160

!IHJ pe,ww; AVEffllojf'q

Gambar 3. Kekuatan tarik arah lusi kain kapas dengan resin DMDHEU daD DADHEU

yang tidak dikerjakan resin tidak terpengarnh oleh naiknya suhu pemanas awetan.

11 I-+-KAPAS -+- NLt:ADI -t.- H.-£IADHI

10 l 9 z ~ 8 ~ 7 ,--- 8,---4 110 120 130 140 150 160

SUfJ PEMANAS AVEfflloj rQ

Gambar 4. Mulur arah lusi kain kapas dengan

DMDHEU daD DADHEU

Sesuai dengan penjelasan daTiTyrone (10) bahwa mekanisme reaksi antara N-metilol dan DMDHEU clan N-alkoksimetil pada DADHEU dengan polimer selulosa berlangsung dalam suasana asam, dengan kemungkinan besar terjadi pemutusan rantai molekul selulosa pada ikatan -C-O- membentuk karbokation. Laju pemutusan rantai selulosa pada reaksi dengan N-alkoksimetil pada DADHEU lebih lambat karena resin ini lebih stabil terhadap hidrolisa, karenanya meskipun kereaktifannya

terhadap selulosa lebih rendah sehingga membutuhkan suhu polimerisasi sedikit lebih tinggi (150 °C)dibanding pada selulosa-N-metilol (140 °C), narnun kekuatan tarik selulosa-DADHEU> kekuatantarik selolosa-DMDHEU.

Penurunan kekuatan tarik pada kain yang sodah disempumakan resin terutama dipengaruhi oleh katalis yang pada saat pemanas-awetan terurai mengeluarkan asam, sehinggadapat menghidrolisakapas menjadirantai yang lebih pendek, yang mengakibatkan turunnya kekuatan. Pada suhu yang lebih tinggi derajat hidrolisa akan makin tinggikarena makin pekatnyaasarn,sehingga penurunan kekuatan makin besar. Seperti terlihat pada reaksi hidrolisis selulosa oleh asam pada gambar 5. hidrolisis asam terjadi karena atom karbon Domer I pada unit anhidroglukosa bersifat seperti asetal [6,7,8].

I I I

0 0 0

I I I

/ct!.. /ct!.. /ct!..

HOCH HC-CH2OH HOCH HC,CH20H HOCH HC,CH20H

l

I

I OH I OH

He. ~H 0 HOCH HOC

~

~

~

,

f

:::;.

~---

_K~=':.

~~~

- ....

I Hldrollsa PH pH

-CI:!. c,H C-H

HOH2cH HCOH HOH2cH HCOH HOH2cH HCOH

I

I

I

I

I

I

HOCH 0 HOCH 0 HOCH"J>

~

0

~

0

fH

0

Gambar 5. Reaksi hidrolisis selulosa oleh asam

Pada penyempumaan selulosa dengan resin, hidrolisa asam merupakan reaksi yang tidak dapat dihindari,sehinggaharns dicaricara menghindarinyaatau ditekansekecilmungkin.SifatreaktifitasDMDHEUyang lebihtinggi menyebabkanterjadinyapenurunan kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan DADHEU. Pengerjaan dengan asam memungkinkan memberikan senyawa hidroselulosa jenis B dimana selain terjadi pemutusan rantai molekul selulosa juga terjadi pembentukan gugus aldehida, tetapi apabila diikuti pengeringan suhu tinggi seperti pemanas-awetan dalam peny( mpurnaan resin, akan terbentuk senyawa hidroselulosa jenis C dimana gugos aldehida daTireaksi B akan teroksidasi oleh energi panas membentuk gugus karboksilat.

Penurunan mulur kain yang makin rendah dengan makin naiknya suhu pemanas-awetan, kemungkinan berhubungan erat dengan reaksi polimerisasi resin yang terjadi. Dengan makin besarnya molekul resin di dalam amorf serat, kain akan makin kaku, sehingga derajat elastisitasclanmulumya akan menjadi rendahapabilakain tersebut mengalami penarikan. Pada suhu yang lebih tinggidaTisOOupolimerisasi,penurunanmulur lebihIanjut kemungkinan lebih banyak dipengaruhi oleh hidrolisa asam pad a kapas, karena konsentrasi asam sangat berpengaruh terhadap bentuk fisik kain kapas. Seperti

(5)

Penyempurnaan And Kusut Koin Kapas dengan Resin Dimetilol Dihidroksi Etilen Urea daft Dialkoksi Dihidroksi Etilen Urea (Okay Rukaesih)

halnya pads proses Parchmentising, makin pekat konsentrasi asam dapat mengubah bentuk fisik kapas karena terjadinya hidrolisa mulai dari kaku sampai transparan [3,8].

Sifat-sifat lain

Pengujian sifat-sifat lain yang berkaitan dengan mutu kain, khususnya persyaratanmutu kain kemeja clan persyaratan eko-Iabel menunjukkan bahwa pads suhu polimerisasi telah diperoleh basil yang memenuhi syarat seperti tercantum pads Tabell.

Tabel 1. Karakter kain kapas setelah reaksi

polimerisasi

Jika dibandingkan dengan kain kapas yang belum disempurnakan resin, terjadi perbaikan ketahanan kusut clan kenampakan yang cukup tinggi dengan derajat putih yang relatif tetap, naiknya kadar formaldehida serta turunnya kekuatan tarik, mulur, clan kekuatan sobek kain, tetapi masih memenuhi persyaratan yang ditetapkan, kecuali kekuatan sobek untuk kain yang disempurnakan dengan resin DMDHEU yang menurun sangat besar (53 -60 %). Terjadinya penurunan kekuatan sobek yang sangat besar ini, seisin adanya hidrolisa asam yang berasal daTikatalis,juga erst kaitannya dengan reaktifitas DMDHEU yang lebih tinggi. Reaksi polimerisasi DMDHEU lebih tinggi dari pads DADHEU, sehingga ketahanan kusut, kenampakan, clan kekakuannya lebih tinggi, tetapi mulumya lebih rendah. Tingginya kekakuan dan rendahl)~ mulur menyebabkan kain lebih mudah

-- - - -disobek bmma kain lebih getas.

./-,

KESIMPULAN

.

Resin DMDHEU clan DADHEU dapat digunakan

untuk penyempurnaan tahan kusut kain kapas.

.

Suhu pemanas-awetan pads proses penyempurnaan

berpengaruh terhadap sifat ketahanan kusut, kekuatan, dan mulur kain.

.

Resin DMDHEU lebih reaktif dari pads DADHEU.

Reaksi polimerasasi untuk resin DMDHEU terjadi pads suhu 140°C, sedangkan untuk resin DADHEU terjadi pads suhu 150°C.

.

Ketahanan kusut kain makin bertambah dengan

naiknya suhu pemanas-awetan sampai terjadi reaksi polimerisasi, selanjutnya konstan; sedangkan Makin tinggi suhu pemanas-awetan, kekuatan tarik clan mulur kain makin menurun.

.

Pads kondisi pemanas-awetan optimum, diperoleh

basil uji lain yaitu kadar formaldehidabebas,

kenampakan kain , derajat putih, clankekuatan sobek yang cukup balk clan lfiemenuhi syarat, kecuali kekuatan sobek kain yang disempurnakan dengan DMDHEU mengalami penurunan yang sangat besar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ueapan terima kasih clan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada DR.

Isminingsih clanternan-ternan di Laboratorium Pengujian clan Laboratorium Polimer, Balai Besar Litbang Industri tekstil atas bantuan clan kerjasamanya.

DAFTARACUAN

[I]. John W. Palmer, "Textile Processing and Finishing

Aids", Noyes Data Corpora-tion, Park Ridge, New Jersey, USA, 1977.

[2]. Mark, H et all, "Chemical After Treatment o/Textile", Interscience a Division of John Wiley & Sons Inc, New York, 1971.

[3]. Mars, J.T., "Self Smoothing Fabrics", Chapman and Hall Limited, London, 1962.

[4]. Okay Rukaesih daD Achmad Syukur, "Pengaruh

Perlakuan Akhir pada Proses Penyempurnaan Tahan Kusut terhadap Kadar Formaldehida Bebas daft Sifat Fisika Kain", Jurnal Balai Besar Tekstil,

1993.

[5]. "Oko-Tex Standard JOO", Textil Serviee-Verlags-Und Zertifizierungsstelle Oko-Tex Gmbh

HRB-Nr25524,F~1997

[6]. Rasjid Djufri, dkk.,"Teknologi Pengelantangan, Pencelupan, daft Pencapan", Cetakan ke 2, Institut

Teknologi Tekstil, 1976.

[7]. Textile Chemist and Colorist, "Chemical Reactions

with Cellulosic Fibers", November, 1972, Vol 4, No.

II.

[8]. TYRONE L. VIGO, Textile Processing and Properties, Elsvier, Amsterdam 1994.

85

No. Karakter DMDHEU DADHEU 1. Kadar Cormaldehida 82 5 bebas,ppm Kenampakansetelah: 2. 1 x pencucian 3,5 3 3 x pencucian 3,5 3 Sx pencucian 3,5 3 3. Derl\lat putih, Y % 93,4 93,5 Kekuatan Sobek, 4. gram. Lusi 652,8 921,6 416,0 745,6

-

Pakan

Ke Daftar Isi

Gambar

Gambar 1. Tennogram DSC kain kapas dengan resin DMDHEU dan DADHEU
Gambar 3. Kekuatan tarik arah lusi kain kapas dengan resin DMDHEU daD DADHEU
Tabel 1. Karakter kain kapas setelah reaksi polimerisasi

Referensi

Dokumen terkait