A-535 NaOH SiO3 Na2 NaOH SiO3 Na2 NaOH SiO3 Na2
KETAHANAN KUAT TEKAN PASTA GEOPOLIMER
MOLARITAS 8 MOL DAN 12 MOL TERHADAP AGRESIFITAS NaCL
Srie Subekti,
Dosen D-III Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
ABSTRAK
Fly ash adalah Abu sisa pembakaran batu bara yang dipakai dalam banyak industri, fly ash sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat. Semen merupakan bahan yang paling penting digunakan dalam pembuatan beton konvensional. Pada saat proses memproduksi semen, terjadi pula CO2 ke udara yang besarnya sebanding dengan jumlah semen yang diproduksi,
dengan kata lain, bahwa untuk memproduksi 1 ton semen sama dengan memproduksi 1 ton CO2 kedalam udara ( Davidovits
1994 ).
Pasta Geopolimer diperkenalkan sebagai suatu jenis pasta lain yang 100% tidak menggunakan semen. Fly ash digunakan sebagai bahan alternatif pengganti semen dan sebagai aktivatornya digunakan NaOH dan Sodium Silikat (Na2 SiO3).
Berdasarkan molaritas NaOH yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Larutan NaOH 8 Mol dengan perbandingan massa larutan antara = 0,5;1,5
2) Larutan NaOH 12 Mol dengan perbandingan massa larutan antara = 0,5;1,5
Benda uji yang dipakai dalam penelitian ini adalah untuk pasta berdiameter 20 mm tinggi 40 mm. Curing dilakukan dengan dibungkus plastik selama 4 hari kemudian dibuka dan dibiarkan diudara bebas selama 28 hari baru dimasukkan dalam rendaman NaCℓ agar sama dengan larutan air laut selat Madura, dibuat dari larutan air PDAM dicampur NaCℓ dengan PH = 7. Rendaman air tawar dan larutan NaCℓ dilakukan selama 0 hari, 30 hari, 60 hari, 90 hari, 120 hari.
Dari hasil test terlihat benda uji binder geopolimer semakin tinggi molaritas dan semakin besar perbandingan didapat kuat tekan dalam rendaman 120 hari untuk 12 mol 1,5 adalah 126,96 Mpa dan untuk 8 mol 1,5 adalah 119,70 Mpa
Kata kunci : aktivator, fly ash, kuat tekan, pasta geopolimer
PENDAHULUAN
Batu bara merupakan salah satu bahan dasar untuk proses pembakaran, yang masih digunakan pada suatu industri atau perusahaan-perusahaan tertentu seperti pada PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Dari proses pembakaran akan menghasilkan sisa pembakaran yang berupa abu terbang yang sering disebut Fly Ash. Mengingat makin meningkatnya limbah Fly Ash diantaranya dari PLTU Suralaya, PLTU Paiton, dan PLTU Bukit Asam (Andriati Amir Husin, Tahun 2007), penggunaan Fly Ash, pada khususnya dalam produksi beton, mempunyai manfaat lingkungan yang significant: yaitu mengurangi produksi gas rumah kaca, memperbaiki daya tahan beton, mengurangi penggunaan energy, mengurangi jumlah Fly Ash yang harus dibuang di land fill, dan menghemat sumber daya alam dan material (ACAA 2003) dalam Hardjito dkk 2005.
Fly Ash sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen, tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silica yang dikandung oleh Fly Ash akan bereaksi secara kimia dan menghasilkan zat yang
memiliki kemampuan mengikat ( D Hardjito dkk, 2005).
Beton geopolimer adalah sejenis beton yang 100% tidak menggunakan semen. Fly Ash sebagai sumber material untuk membuat pasta yang dibutuhkan dalam campuran beton. Beton geopolimer ini terbentuk dari reaksi kimia bukan dari reaksi hidrasi seperti pada beton biasa (Davidovits, 1999).
Alkali aktivator yang umum digunakan untuk membuat geopolimer adalah kombinasi antara Sodium Hidroksida dengan Sodium Silikat (Davidovits, 1999).
Garam air laut, larutan Sulfat yang terkandung dalam tanah atau air tanah juga dapat menggerogoti beton akibatnya beton akan retak-retak, bahkan menjadi lembek atau soft, MgSO4 bahkan mampu
melarutkan beton, sehingga yang tertinggal hanyalah batu-batu dan pasir tanpa semen (Sudarmadi M, 2006).
Oleh karena itu, hal ini merupakan pemicu untuk meneliti dengan judul : Ketahanan kuat
Tekan Pasta Geopolimer Molaritas 8 Mol dan 12 Mol terhadap Agresifitas NaCl.
PERMASALAHAN
Jika pasta semen dibuat menggunakan bahan Fly Ash tahan terhadap lingkungan agresif (air laut Selat Madura) maka permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana perkembangan kuat tekan dan seberapa besar tingkat ketahanan yang terjadi pada pasta geopolimer agar tahan terhadap lingkungan agresif dengan komposisi sebagai berikut :
• Kadar Sodium hidroksida adalah 8 mol dan 12 Mol.
• Perbandingan Sodium silikat dengan Sodium Hidroksida adalah 0,5 dan 1,5 • Massa aktivator dalam binder adalah 26%
sedangkan massa Fly Ash dalam binder 74%
• Pengetesan dilakukan pada pasta dalam umur rendaman air tawar dan NaCl 0 hari, 30 hari, 45 hari,60 hari, 90 hari, dan 120 hari.
TUJUAN MASALAH
Untuk mengetahui perkembangan kuat tekan dan besarnya tingkat porositas yang terjadi pada pasta geopolimer dengan komposisi seperti tersebut di atas, dan di lingkungan agresif.
TINJAUAN PUSTAKA
Manufaktur semen Portland melepaskan karbondioksida (CO2) yang merupakan kontributor
signifikan emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Setiap produksi 1 ton semen Portland berkontribusi dengan 1 ton CO2. Secara global produksi semen
Portland dunia berkontribusi 1,6 Milyard Ton CO2
atau sekitar 7% dari total penyebab efek rumah kaca diseluruh dunia [M.D.J. Sumajouw dkk, 2006].
Fly Ash sumber pengikat geopolimer, terdapat diseluruh dunia. Dari taksiran 1998, produksi abu batu bara global lebih besar dari 390 juta ton tiap tahun tapi penggunaannya kurang dari 15% [ Malhotra, 1999 ] Di USA produksi tahunan Fly Ash kurang lebih 63 juta ton, yang dipakai pada industri beton hanya 18% s/d 20% [ M.D.J. Sumajouw Dkk, 2006]. Dimasa mendatang, produksi Fly Ash akan meningkat khususnya di Negara Cina dan India, ditaksir pada tahun 2010 mencapai sekitar 780 juta ton tiap tahun [M.D.J. Sumajouw dkk, 2006].
jumlah kapur dalam semen, mengurangi kadar semen dalam beton dan mengurangi semen untuk pembangunan dalam dunia konstruksi.
Fly Ash bisa dijadikan sebagai bahan tambahan campuran beton, untuk meningkatkan kualitas beton dalam hal kekuatan, kekedapan air dan ketahanan terhadap sulfat [ Sofwan Hadi ; 2000]. Beton Fly ash lebih tahan terhadap serangan oleh sulfat, mild acid, soft water [ lime hungry water ] dari air laut [ America’s Coal Ash Leader ; thn 2007].
Sebagai campuran beton, mutu fly ash harus memenuhi persyaratan kimia dan fisik berdasarkan ASTM C 618, bisa dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1. Persyaratan Kimia
Kelas
N F C Silikon dioksida (SiO2) +
Aluminium oksida (Al2O3) +
Ferum trioksida
70.0 70.0 50.0 Sulfur trioksida (SO3), max , % 4.0 5.0 5.0
Kandungan Pelembab, max, % 3.0 3.0 3.0 Reduksi dari pembakaran, max,
% 10.0 6.0A 6.0
Sumber : ASTM C 618 Tabel 2. Persyaratan Fisik
Kelas
N F C
Kehalusan :
Sejumlah penahan pada saat ayakan basah pada ayakan 45 mm (No.325), min, %
34.0 34.0 34.0 Aktifitas kekuatan index B
Dengan PC, berumur 7 hari , min, persen dari kontrol 75
C 75 C 75 C
Dengan PC, berumur 28 hari , min, persen dari kontrol 75
C 75 C 75C
Kebutuhan air, max, persen
dari kontrol 115.0 105.0 105.0 Sumber : ASTM C 618
SNI 03-2847-2002
a. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang
A-537 mengandung ion khlorida dalam jumlah yang
membahayakan.
c. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi:
1. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
2. Hasil pengujian pada umur 7 sampai 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Serangan Air Laut
Menurut Hasan Bardja (1992) komposisi kimia air laut berbeda-beda tergantung lokasinya. Pada umumnya air laut mengandung 3,6 – 4 % garam yang terlarut yang terdiri dari 75% - 78% sodium chloride (NaCl), 10% - 11% Magnesium Sulfat (Mg2SO4), dan sisanya kalsium sulfat (Ca2SO4) dan
potassium sulfat (K2SO4).
Sodium Chlorida (NaCl) tidak merusak beton karena tidak bereaksi dengan kalsium hidroksida ataupun semen gel. Lain halnya MgCl2
(Magnesium Chlorida) yang bereaksi dengan Ca(OH)2, kalsium hidroksida secara perlahan-lahan
dan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut : MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 + CaCl2
Disini CaCl2 mudah terlarut dalam air sehingga
keluar dari beton dan menyebabkan beton keropos dan akhirnya kekuatan beton pun turun. Selain kerusakan di atas serangan air laut juga menyebabkan terjadinya pengembangan (expantion) pada beton akibat adanya pembentukan garam dan kristalisasi di dalam beton akibat garam air laut.
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 1. Diagram Alir Komposisi Binder Geopolimer
Persiapan Bahan
1. PULVERISED Fly Ash
Sebagai material dasar digunakan Fly Ash (abu terbang kelas F) untuk pembuatan pasta geopolimer, Fly Ash yang digunakan berasal dari PLTU Paiton, Probolinggo.
2. Air
Air diambil dari PDAM kota Surabaya setelah diuji di laboratorium TAKI.
3. Alkali Aktivator
Jenis Alkali aktivator yang digunakan adalah Sodium Silikat (Na2SiO3) dan Sodium
Hidroksida yang digunakan adalah larutan (NaOH) 8Mol, 12 Mol.
Tabel 3. Hasil Analisa Kimia Fly Ash Sumber : Hasil Analisa Lab TAKI – ITS
No.
Code Contoh Hasil
Analisa (%) Senyawa Nama Kimia 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Silikon dioksida Fery oksida Aluminium oksida Calsium oksida Magnesium oksida Natrium oksida Oksida belerang Air - SiO2 F2O3 Al2O3 CaO MgO Na2O SO3 H2O LO1 69,32 5,71 3,82 9,96 6,64 1,47 1,67 0,3 0,34 Binder Geopolimer (ukuran 2x4 cm2)
74 % Fly Ash 26% Alkaline Liquid
NaOH 12 M NaOH 8 M
Ratio Massa Sodium Silikat dengan Sodium Hidroksida
Na2SiO3 = 0.5
NaOH
Na2SiO3 = 1.5
Fly Ash
Gambar 2. Fly Ash Sodium Silikat
Gambar 3. Sodium silikat
Larutan Aktivator
Gambar 4. Larutan aktivator Rencana Komposisi Binder
Setelah diketahui komposisi kimia dari Fly Ash, kemudian membuat komposisi binder berdasarkan hasil penelitian dari jurnal yang terdahulu, digunakan komposisi binder sebagai berikut : 1. Kadar Sodium Hidroksida sebesar 8 M dan 12
M
2. Perbandingan antara Sodium Silikat dengan Sodium Hidroksida diambil 0,5 dan 1,5
3. Massa Aktivator dalam binder sebesar 26 %, sedangkan massa Fly Ash dalam binder 74 %. Binder dibuat dengan ukuran 2 cm x 4 cm
Curing
Curing adalah perlindungan yang diberikan pada binder. Dalam curing , binder dimasukkan dalam sebuah plastik selama 4 hari, dan dibiarkan terbuka dalam ruangan pada suhu kamar selama 28 hari, kemudian direndam dalam larutan agresif ; air laut selama 0 hari, 30 hari, 60 hari, 90 hari dan 120 hari. Kemudian dilakukan uji tes kuat tekan pada
Gambar 5. Binder Direndam dalam Larutan NaCl dan Air Tawar
Lingkungan Agresif
Cara Membuat Larutan NaCl adalah sebagai berikut :
Larutan NaCl dibuat agar sama dengan air laut Selat Madura. Cara sebagai berikut : berdasarkan komposisi dari pengetesan air laut di laboratorium teknik lingkungan adalah :
Tabel 4. Hasil Pengetesan Air Laut
No Parameter Satuan Perak Laut 1. 2. 3. NaCl CaCO3 MgCO3 Mg/L Mg/L Mg/L 28.215,00 785,70 3915,00
Sumber: Laboratorium Teknik Lingkungan ITS (2007)
Larutan NaCl dibuat dengan mencampurkan 1 liter Air PDAM dengan NaCl 28,215 gram agar sama dengan air laut selat Madura, oleh karena itu dijaga PH-nya = 7
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 5. Hasil Uji Kuat Tekan Binder Geopolimer
8 Mol 0,5
Rendaman Kuat Tekan (MPa)
0 hr 30 hr 60 hr 90 hr 120 hr
NaCl 64.43 85.79 94.89 100.8 102.58
A-539 Gambar 6. Hubungan Kuat Tekan dengan Umur
Binder 8 Mol 0,5
Tabel 6. Hasil Uji Kuat Tekan Binder Geopolimer 8 Mol 1,5
Rendaman Kuat Tekan (MPa)
0 hr 30 hr 60 hr 90 hr 120 hr
NaCl 71.57 89.26 100.74 119.48 119.7
Tawar 71.57 84.06 90.99 99.87 99.98
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 7. Hubungan Kuat Tekan dengan Umur Binder 8 Mol 1,5
Tabel 7. Hasil Uji Kuat Tekan Binder Geopolimer 12 Mol 1,5
Rendaman
Kuat Tekan (MPa)
0 hr 30 hr 60 hr 90 hr 120 hr
NaCl 70.36 88.88 102.47 118.51 118.18
Tawar 70.36 80.38 90.56 99.44 99.66
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 8. Hubungan Kuat Tekan dengan Umur Binder 12 Mol 0,5
Tabel 8. Hasil Uji Kuat Tekan Binder Geopolimer 12 Mol 1,5
Rendaman
Kuat Tekan (MPa)
0 hr 30 hr 60 hr 90 hr 120 hr
NaCl 72.83 95 107.02 124.57 126.96
Tawar 72.83 85.9 90.1 102.37 103.23
Sumber : Hasil Penelitian
Gambar 9. Hubungan Kuat Tekan dengan Umur Binder 12 Mol 1,5
Tes Porositas Binder Geopolimer
Pengukuran porositas pada benda uji pasta yang diperoleh adalah angka pori yang biasa disebut porositas terbuka dan porositas tertutup. Pengukuran angka pori dilakukan setelah benda uji pasta melampaui umur rendaman air tawar, larutan NaCl.
Tabel 9. Hasil Tes Porositas Binder Umur Rendaman 90 Hari.
No. Kode Beton Pt (%) Po (%) Pf (%) 1 A2 = 8 mol 0.5 /NaCl 32.59 27.22 5.37 A2' = 8 mol 0,5 /NaCl
2
A3 = 8 mol 1,5 /Tawar
34.86 30.09 4.77 A3' = 8 mol 1,5 /Tawar
3 B2 = 8 mol 1,5 /NaCl 27.7 21.34 6.36 B2' = 8 mol 1,5 /NaCl 4 B3 = 8 mol 1,5 /Tawar 29.57 24.25 5.32 B3' = 8 mol 1,5 /Tawar 5 C2 = 12 mol 1,5 /NaCl 23.41 16.78 6.63 C2' = 12 mol 1,5 /NaCl 6 C3 = 12 mol 1,5 /Tawar 27.6 22.15 5.45 C3' = 12 mol 1,5 /Tawar 7 D2 = 12 mol 0,5 /NaCl 30.7 24.39 6.31 D2' = 12 mol 0,5 /NaCl 8 D3 = 12 mol 0,5 /Tawar 33.26 27.97 5.29 D3' = 12 mol 0,5 /Tawar
Sumber: Hasil Penelitian
Gambar 10. Grafik Porositas Tertutup Binder Geopolimer Umur Rendaman 90 Hari
Gambar 11. Grafik Porositas Terbuka Binder Geopolimer Umur Rendaman 90 Hari
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Molaritas larutan sodium hidroksida dan rasio
perbandingan antara
NaOH
SiO
Na
2 3semakin tinggi akan didapatkan kuat tekan semakin tinggi pula. Hal ini dapat dilihat pada hasil kuat tekan binder. Binder Geopolimer 12 Mol dan Perbandingan
NaOH
SiO
Na
2 3= 1,5 dalam rendaman Larutan NaCl selama 120 hari kuat tekannya sebesar 126,96 MPa yaitu naik sebesar 74,31 % terhadap nilai awal, sedangkan binder geopolimer 8 Mol dan perbandingan
NaOH
SiO
Na
2 3 = 1,5 dalamrendaman Larutan NaCl selama 120 hari memiliki kuat tekan yang lebih rendah yaitu 119,7 MPa – naik 59,23 % terhadap nilai awal.
2. Untuk Tes Porositas bider Geopolimer , secara keseluruhan dapat disimpulkan jika semakin tinggi molaritas larutan Sodium Hidroksida dan semakin tinggi pula perbandingan
NaOH
SiO
Na
2 3maka angka pori tertutup akan semakin tinggi dan angka pori terbuka semakin kecil. Sehingga binder memiliki kuat tekan yang lebih tinggi. Pada binder 12 mol 1,5 dalam rendaman NaCl – 90 hari memiliki angka pori tertutup terbesar yaitu 6,63 % dan pada umur rendaman yang sama, angka pori
A-541 Mengingat penelitian ini masih mungkin
untuk dikembangkan lebih lanjut, maka terdapat beberapa saran yaitu :
1. Pada tes benda uji yang bisa memanfaatkan sisa benda uji jenis tes sebelumnya lebih baik dilakukan agar didapat hasil yang lebih sesuai dan ekonomis.
2. Perlu dilakukan pengecekan awal terhadap kondisi alat – alat tes yang akan dipakai agar nantinya tidak menghambat proses penelitian. 3. Agar didapat kuat tekan binder yang optimum
maka sebaiknya memakai Sodium Hidroksida (NaOH) murni dengan great 1 dan pada saat mencetak binder harus ditutup selama 24 jam baru dilepas dari cetakan.
DAFTAR PUSTAKA
ACI Committee E-701 (2001), Cementitious Materials for Concrete, American Concrete Institute, Detroit.
Allahverdi, Ali., and Skvara, F. (2005), “ Mechanism of Corrosion at Relatively High Concentrations “, Sulfuric Acid Attack on Hardened Paste of Geopolymer Cements, Vol. 49, No.4, hal. 225-229.
ASTM Committee C 29/C 29M – 97 (1997) ASTM Committee C 39 / C 29M-97 (1997) ASTM Committee C 117-95 (1995) ASTM Committee C 127 – 01 (2001) ASTM Committee C 128 – 01 (2001) ASTM Committee C 131 – 03 (2003) ASTM Committee C 150 – 02a (2002a) ASTM Committee C 192/ C 192M – 02 (2002b) ASTM Committee C 618 – 03 (2003)
Hadi, Sofwan. (2000), Studi Pengaruh Ukuran Butir dan Komposisi Abu Terbang PLTU Suralaya Sebagai Bahan Pengisi Pozzolan, Tesis Magister., Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Hardjito, Djwantoro., and Rangan, B.V. (2005), “ Development and Properties of Low-Calcium Fly Ash – Based Geopolymer Concrete ”. Research Report GC 1
Faculty of Engineering Curtin University of Technology Perth, Australia.
Internet News Group (2007), The Modern Pozzolan Improving Concrete Performance Enhancing Our Environment, America’s Coal Ash Leader, www.flyash.com.
Khatulistiani, Utari. (1997), Sifat Phisik dan Mekanik Beton dengan Tambahan Bahan Lateks – Emulsion Pada Lingkungan Agresif , Tesis Magister., Instiut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Surabaya.
Laboratorium Beton dan Bahan Bangunan Teknik Sipil ITS. (1995), Praktikum Teknologi Beton, Petunjuk Pratikum, Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS, Surabaya.
Mulyono, Tri, (2005), Teknologi Beton, Edisi II, CV. Andi Offset.,Yogyakarta.
Nawy, Edward G, (1990), Beton Bertulang [Suatu Pendekatan Dasar], Edisi 1, PT. Eresco, Bandung.
SNI 03-2847-2002 : Tata cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Standard Nasional Indonesia. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Sudarmadi. (2006), Garam Sulfat dan Klorida, Laten Bagi Kekuatan Beton Bangunan. 28 Agustus 2006.
Sumajouw, M.D.J., and Rangan, B.V. (2006), “ Low - Calcium Fly Ash – Based Geopolimer Concrete : Reinforced Beams And Columns ”, Research Report GC3 Faculty of Engineering Curtin Universitiy Of Technology Perth, Australia.
Triwulan., Raka, IGP., dan Sadji. (1997), “ Perubahan Tegangan Tekan Beton Fly Ash Karena Pengaruh Steam Curing “. Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Dasar, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.