• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELUM DITERAPKANNYA PENCATATAN KEUANGAN BERBASIS SAK ETAP DI UMKM (STUDI KASUS UMKM DI KABUPATEN BULELENG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELUM DITERAPKANNYA PENCATATAN KEUANGAN BERBASIS SAK ETAP DI UMKM (STUDI KASUS UMKM DI KABUPATEN BULELENG)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELUM

DITERAPKANNYA PENCATATAN KEUANGAN BERBASIS SAK

ETAP DI UMKM (STUDI KASUS UMKM DI KABUPATEN BULELENG)

Ni Kadek Sinarwati

Jurusan Akuntansi Program S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha

kadeksinar20@gmail.com Abstrak

Keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan sangat penting bagi pembangunan dan perekonomian bangsa. Selain menyerap tenaga kerja paling banyak, keberadaannya juga dapat berperan dalam mengatasi ketepurukan ekonomi Indonesia. Sampai saat ini masih banyak UMKM yang sulit berkembang, dimana salah satu penyebabnya adalah belum diterapkannya pencatatan keuangan, terutama pencatatan berbasis SAK ETAP.

Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor apakah yang mempengaruhi belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP di UMKM di Kabupaten Buleleng. Sampel ditentukan dengan metode accidental sampling. Data di analisis dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS versi 19.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP pada UMKM (Studi Kasus UMKM di Kabupaten Buleleng) adalah faktor Ketidaksiapan Infrastruktur, Kekurangan SDM dan Ketidakdisiplinan dengan eigen value 4,386 dan nilai percentage of variance sebesar 34,543%.

Kata Kunci: Pencatatan Keuangan, SAK ETAP, UMKM Abstract

The existance ofMicro, Smalland Medium Enterprises(SMEs) have avery important role forthe development andthe nation's economy. In addition toemploymentat most, its existencecan alsoplay a rolein overcoming theeconomicketepurukanIndonesia. Untilnow there are manySMEsaredifficult to grow, where one ofthe causes isnotthe application offinancial records, especiallySAKETAP-based recording.

This study aimsto analyze the factorsthat influencewhetherthe accountshave not beenappliedinSMEsbasedSAKETAPin Buleleng. Sample was determined byaccidental sampling method. Datawere analyzedusingmultiple regression analysis techniqueswith SPSSversion19.

The results showedthat thedominant factoraffecting thefinancial recordshave not beenappliedSAKETAPbasedonSMEs(SME Case Studyin Buleleng) is afactor ofunpreparednessInfrastructure, Lack ofhuman resources andindisciplinewitheigenvalue4.386andthe value ofpercentageofvariance equal to34.543%.

Keywords: FinancialRecording, SAKETAP, SMEs I. Pendahluan

Pengelolaan keuangan yang baik dan transparan memerlukan pengetahuan dan keterampilan akuntansi secara baik oleh pelaku UMKM. Kemampuan pelaku UMKM dalam memberikan informasi keuangan yang akurat akan sangat berdapak terhadap stakeholder bisnis

UMKM tersebut, misalnya pemilik, pegawai, pemasok, pelanggan, pemberi pinjaman, pemerintah, pemerhati lingkungan dan pihak terkait lainnya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh UMKM guna mewujudkan pengelolaan keuangan yang baik dan transparan adalah dengan menerapkan Standar Akuntansi untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik atau yang lebih dikenal dengan sebutan SAK ETAP. SAK ETAP merupakan salah

satu Standar Akuntansi yang

penggunaanya ditujukan untuk entitas

usaha yang tidak memiliki akuntabilitas publik, seperti UMKM. Secara umum SAK ETAP ini lebih mudah dipahami dan tidak sekompleks SAK Umum. Ke depannya tentu sangat diharapkan UMKM mampu melakukan pembukuan akuntansi untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih informatif dengan tujuan tentunya memberikan kemudahan bagi investor maupun kreditor untuk memberikan bantuan pembiayaan bagi para pengusaha UMKM.

UMKM dan Koperasi di daerah Bali dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dari data Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali jumlah UMKM Tahun 2011 mencapai 233.334 unit yang tersebar diseluruh Kabupaten di Bali, salah satunya di Kabupaten Buleleng.

Beberapa hasil penelitian (Pinasti, Hariyanto, Idrus, Marbun) dalam Pinasti

(2)

(2007) menunjukkan bahwa kelemahan usaha kecil di Indonesia adalah pada umumnya pengelola usaha kecil tidak menguasai dan tidak menerapkan sistem keuangan yang memadai. Usaha kecil tidak atau belum memiliki dan menerapkan catatan akuntansi dengan ketat dan disiplin dengan pembukuan yang sistematis dan teratur. Pengusaha kecil secara umum menganggap bahwa informasi akuntansi tersebut tidak penting, selain sulit diterapkan juga membuang waktu dan biaya. Hal terpenting bagi pengelola usaha kecil adalah bagaimana cara menghasilkan laba yang banyak tanpa repot menerapkan akuntansi. Kenyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian Musmini (2008) menemukan bahwa kebanyakan usaha kecil di Kecamatan Buleleng tidak menyelenggarakan catatan akuntansi, beberapa yang mempunyai catatan keuangan modelnya sangat sederhana dan tidak sistematis. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa UMKM kurang

memahami akan pentingnya akuntansi. Padahal akuntansi sebagai alat untuk mengetahui perkembangan usaha melalui laporan keuangan dan juga sebagai sumber data untuk menghitung pajak. Adanya keterbatasan pengetahuan pencatatan akuntansi, rumitnya proses akuntansi, dan anggapan bahwa laporan keuangan bukanlah hal yang penting bagi UMKM (Said, 2009 dalam Rudiantoro, 2011) yang menyebabkan pelaksanaan pembukuan akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan merupakan hal yang masih sulit bagi UMKM. Selain itu berbagai

macam keterbatasan lain yang dihadapi oleh UMKM dalam menyusun laporan keuangan yakni mulai dari latar belakang pendidikan yang tidak mengenal mengenai akuntansi, kurang disiplin dan rajinnya dalam pelaksanaan pembukuan akuntansi, tidak adanya kecukupan dana untuk mempekerjakan akuntan atau membeli

software akuntansi untuk mempermudah

pelaksanaan pembukuan akuntansi, dan tidak adanya peraturan yang mewajibkan

penyusunan laporan bagi UMKM

menyebabkan rendahnya praktek akuntansi pada UMKM di Indonesia (Andriani, 2014).

Berdasarkan penelitian

pendahuluan yang dilakukan, serta temuan Musmini (2008) dan Andriani (2014) dapat dinyatakan dinyatakan bahwa UMKM di Kabupaten Buleleng belum memiliki pencatatan keuangan yang memadai atau belum menerapkan SAK ETAP. Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan belum diterapkannya SAK ETAP di UMKM di Kabupaten Buleleng (Study kasus di Peggy Salon) diantaranya adalah: faktor internal berupa kurangnya pemahaman, kurangnya kedisiplinan pencatatan, kekurangan sumber daya manusia, sedangkan faktor

eksternalnya karena kurangnya

pengawasan dari stakeholder yang berkepentingan dengan laporan keuangan.

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP di UMKM di Kabupaten Buleleng?.

II. Teori dan Kajian Pustaka

Laporan Keuangan UMKM sesuai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Sejalan dengan keinginan untuk mencapai adanya suatu bentuk yang sama dalam hal akuntansi pencatatan dan pelaporan, International Accounting Standard Board (IASB) menyusun suatu

acuan standar akuntansi keuangan internasional yang disebut sebagai

International Financial Reporting Standard

(IFRS). Dengan demikian, diharapkan standar akuntansi pencatatan dan pelaporan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia akan disesuaikan dengan standar tersebut sehingga kinerja

perusahaan antar negara dapat

diperbandingkan dalam kerangka standar yang sama.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, dan dengan memperhatikan banyaknya entitas usaha dengan skala kecil dan menengah, maka IASB

menerbitkan acuan standar akuntansi pencatatan dan pelaporan bagi entitas skala tersebut, yang disebut dengan IFRS

for Small and Medium-Sized Entities (IFRS

for SMEs). IFRS for SMEs merupakan modifikasi dan simplifikasi dari IFRS pokok yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan adanya standar pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan sederhana dan tidak banyak membebani pengguna.

Sejalan dengan tujuan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) untuk melakukan konvergensi standar akuntansi pencatatan dan pelaporan Indonesia dengan standar internasional, pada tanggal 16 Desember 2008 telah dilansir Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan untuk Usaha Kecil dan Menengah (ED SAK UKM) yang merupakan adopsi dari IFRS for SMEs

(3)

dengan beberapa modifikasi yang diperlukan.

Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). SAK ETAP ini berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) adalah entitas yang:

a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general

purpose financial statement)

bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

III Metode Penelitian

3.1 Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi belum diterapkan pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP di UMKM di Kabupaten Buleleng.

Faktor-faktor yang

dimaksud dibedakan menjadi dua yakni:

1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam UMKM yang terdiri dari:

a. Ketidakpahaman pemilik UMKM tentang tata cara menyusun pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP

b. Ketidaktahuan pemilik

UMKM akan manfaat

melaksanakan pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP

c. Ketidakdisiplinan pemilik

UMKM di dalam

melaksanakan pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP

d. Kekurangan Sumber Daya Manusia di UMKM untuk melaksanakan pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP

e. Ketidaksiapan infrastruktur di dalam UMKM untuk

melaksanakan pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP

2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar UMKM yang terdiri dari:

a. Kurangnya pengawasan dari stakeholder akan pelaksanaan kewajiban

UMKM dalam

melaksanakan pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP. Stakeholder yang

dimaksudkan dalam

penelitian ini yaitu:

1). Pihak pemberi

pinjaman/kreditur

khususnya lembaga

keuangan bank

2). Pihak pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak.

3.2 Populasi dan Sampel

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2004). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 responden.Hal ini didasarkan pada pendapat J. Supranto (1997:99) yang menyatakan bahwa “untuk memperoleh hasil yang baik dari suatu analisis faktor, maka jumlah responden yang diambil untuk menjawab kuesioner adalah 5 atau 10 kali jumlah item pertanyaan yang dimuat dalam kuesioner”. Jumlah item pernyataan dalam penelitian ini adalah 14 x 5 = 70 responden.

Anggota sampel atau responden yang akan diteliti, ditentukan dengan accidental

sampling, yaitu pengambilan sampel

dengan sesuka hati atau yang ditemui secara kebetulan (Fandy Tjiptono, 2001: 90). Dengan demikian sampel dalam penelitian ini pemilik UMKM di Kabupaten Buleleng yang peneliti temui yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk penelitian.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor. Menurut Widayat, 2004:196 dalam Anggraeny (2010) analisis ini digunakan untuk mereduksi, meringkas, dari banyak variabel ke dalam satu atau beberapa faktor. Proses ini identik dengan proses penggalian faktor dari kumpulan variabel yang ada.

(4)

Menurut Masrun instrumen penelitian dikatakan valid jika memiliki koefisien korelasi Pearson Product Moment (r) > 0,3 dengan alpha 0,05 (Sugiyono, 2001:124). Suatu instrumen dikatakan reliabel (handal) jika memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih Arikunto, 1998:129 dalam Anggraeny (2010). Hasil uji validitas menunjukkan bahwa butir-butir instrumen dapat dikatakan valid, karena koefisien korelasi yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar antara 0,306 sampai dengan 0,649 yang berarti lebih besar dibandingkan 0,30.

Hasil uji reliabilitas instrumen pada 14 butir pertanyaan dikatakan reliabel. Dalam penelitian ini hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitasnya adalah 0,846. Hal ini berarti bahwa bahwa instrumen penelitian telah reliabel. Dengan terpenuhinya nilai uji validitas dan reliabilitas, maka instrumen penelitian dapat dikatakan handal dan konsisten dalam mengukur gejala yang sama, sehingga dapat dilanjutkan pada analisis selanjutnya yaitu uji analisis faktor. Analisa faktor meliputi tahap-tahap sebagai

berikut:

1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP pada UMKM di Kabupaten Buleleng. Variabel yang digunakan sebanyak 14 dengan skala Likert berjenjang dari satu sampai lima. Jumlah sampel yang digunakan adalah 70 unit UMKM.

2. Matrik Korelasi dapat dilihat pada output analisis faktor yaitu pada tabel koefisien correlation matrix. Dari matriks korelasi ini didapat empat pengujian yang merupakan persyaratan awal agar analisis faktor dapat dilakukan yaitu: a. Nilai uji determinant of correlation

Analisis faktor mensyaratkan bahwa variabel yang diidentifikasikan harus

saling berhubungan yang

ditunjukkan dengan nilai

determinant of correlation yang

mendekati nol. Hasil analisis faktor pada penelitian ini menunjukkan nilai determinant of correlation yang mendekati nol yaitu sebesar 0,001. Dengan nilai yang mendekati nol berarti bahwa variabel-variabel yang

diidentifikasikan saling

berhubungan.

b. Nilai uji Bartlett’s Test of Sphericity

Nilai uji Bartlett’s Test of Sphericity

menunjukkan signifikan tidaknya hubungan antara variabel-variabel. Hasil analisis faktor menunjukkan

nilai Bartlett’s Test of Sphericity adalah 945,502 yang berarti bahwa peluang kesalahan dukungan data yang menyatakan bahwa variabel-variabel saling berhubungan adalah 0% atau dengan kata lain hubungan antara variabel adalah signifikan. c. Nilai uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO)

Nilai uji KMO digunakan untuk menguji derajat interkorelasi antara variabel dan ketepatan pemakaian analisis faktor. Analisis faktor mensyaratkan nilai KMO minimum 0,5. Hasil analisis faktor dalam penelitian ini menunjukkan nilai KMO sebesar 0,721 melewati batas minimum 0,5. Hal ini berarti bahwa variabel ada hubungan satu sama lain sehingga analisis faktor tepat digunakan dalam penelitian ini. d. Nilai uji Measure of Sampling

Adequancy (MSA)

Nilai uji Measure of Sampling

Adequancy (MSA) digunakan untuk

mengetahui kecukupan sampel dimana analisis faktor mensyaratkan nilai MSA minimum 0,5. Pada analisis faktor ini semua variabel memenuhi kriteria nilai MSA yakni sebanyak 14 variabel.

Angka KMO sebesar 0,721 dan

Bartlett’s of Sphericity adalah

sebesar 945,502 dengan signifikansi 0,000. Oleh karena angka tersebut sudah diatas 0,5 dan signifikansinya dibawah 0,05, maka variabel dan sampel yang ada sudah bisa dianalisis lebih lanjut. Selain itu pada angka MSA masing-masing variabel sudah di atas 0,5. Ini menunjukkan variabel tersebut dapat digunakan untuk analisis faktor selanjutnya.

3. Menentukan Jumlah Faktor

Penentuan jumlah faktor masing-masing merupakan gabungan dari beberapa variabel yang saling berkorelasi yang didasarkan atas eigenvalue. Eigenvalue merupakan penjumlahan variance nilai-nilai korelasi setiap faktor terhadap

masing-masing variabel yang

membentuk faktor bersangkutan. Semakin besar eigenvalue suatu faktor, maka semakin representatif faktor tersebut sebagai wakil dari kelompok variabel. Faktor yang dipilih untuk analisis lebih lanjut dalam suatu model didasarkan pada batasan faktor yang memiliki eigenvalue > 1, berdasarkan hal tersebut maka terdapat 3 faktor yang

(5)

menjelaskan 61,417% dari total variance faktor yang mempengaruhi belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP pada UMKM di Kabupaten Buleleng.

Berdasarkan hasil ananlisis dapat dijelaskan faktor 1 memiliki nilai eigenvalue sebesar 4,836 dengan kontribusi variance 34,543%, faktor 2 sebesar 2,460 dengan kontribusi variance 17,569%, faktor 3 sebesar 1,303 dengan kontribusi variance 9,306% sehingga secara kumulatif total variance yang dibentuk oleh ketiga faktor tersebut adalah 61,4175.

4. Rotasi Faktor

Untuk mempermudah interpretasi pengelompokan variabel ke dalam setiap faktor maka dilakukan rotasi faktor. Metode yang digunakan untuk merotasi faktor pada penelitian ini adalah metode varimax yaitu metode yang bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi yang akan menghilangkan matrik yang lebih

sederhana untuk mempermudah

interpretasi dengan meminimalkan variabel yang memiliki loading yang tinggi terhadap faktornya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat empat belas variabel yang mempunyai loading factor > 0,50, sehingga terkelompokkan menjadi tiga kelompok yang mencapai variasi kumulatif sebesar 61,417%. Ini berarti persentase yang mempengaruhi belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP pada UMKM di Kabupaten Buleleng sebesar 61,417% dapat dijelaskan oleh ketiga faktor tersebut. Masing-masing faktor diberi nama sebagai berikut: faktor 1 diberi nama ketidaksiapan infrastruktur, kekurangan SDM dan ketidakdisiplinan, faktor 2 diberi nama kurangnya pengawasan, faktor 3 diberi nama

Ketidakpahaman manfaat dan

Ketidaktahuan tata cara melaksanakan pencatatan.

5. Interpretasi Faktor

Interpretasi faktor dilakukan dengan mengelompokkan variabel-variabel yang mempunyai loading factor (korelasi) minimal 0,50, semakin tinggi loading

factor berarti semakin erat hubungan

antara variabel dengan faktor tersebut.

Singgih Santoso (2006: 45)

menyarankan bahwa nilai loading factor hendaknya tidak kurang dari 0,50, sehingga empat belas variabel yang

membentuk tiga faktor dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Adapun penjelasan dari masing-masing faktor serta variabel yang dominan mempengaruhi belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP pada UMKM di Kabupaten Buleleng secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor Ketidaksiapan Infrastruktur,

Kekurangan SDM dan

Ketidakdisiplinan memiliki eigen value 4,386 dengan nilai percentage of variance yang mempengaruhi

belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP sebesar 34,543%. Faktor ini

dibentuk oleh variabel

Ketidaksiapan Infrastruktur (X9)

dengan loading factor sebesar 0,774, Ketidak disiplinan menyebabkan tidak melaksanakan (X6) dengan loading factor sebesar

0,735, Kekurangan SDM (X7)

dengan loading factor sebesar 0,731, Ketidakdisiplinan (X5) dengan loading factor 0,696, Kekurangan

SDM menyebabkan tidak

melaksanakan (X8) dengan loading

factor 0,669, Ketidaksiapan

Infrastruktur menyebabkan tidak melaksnakan (X10) dengan loading factor 0,618.

b. Faktor Kurangnya pengawasan memiliki eigen value 2,460 dengan nilai percentage of variance yang mempengaruhi belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP sebesar 17,569%. Faktor ini dibentuk oleh variabel Kurangnya pengawasan dari Ditjen Pajak menyebabkan tidak melaksanakan (X14) dengan loading factor sebesar

0,856, Kurangnya pengawasan dari bank (X11) dengan loading factor

sebesar 0,783, Kurangnya

pengawasan dari Ditjen Pajak (X13)

dengan loading factor sebesar 0,736, Kurangnya pengawasan dari

bank menyebabkan tidak

melaksanakan (X12) dengan loading factor sebesar 0,724.

c. Faktor Ketidakpahaman manfaat dan Ketidaktahuan tata cara melaksanakan pencatatan memiliki

eigen value 1,303 dengan nilai

percentage of variance yang

mempengaruhi belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP sebesar 9,306%. Faktor ini

(6)

dibentuk oleh variabel Ketidakpahaman manfaat (X3)

dengan loading factor sebesar

0,823, Ketidaktahuan menyebabkan tidak melaksanakan pencatatan (X2)

dengan loading factor sebesar

0,777, Ketidaktahuan cara melaksanakan (X1) dengan loading factor sebesar 0,619.

Hasil penelitian ini mendukung riset sebelumnya yang dilakukan oleh Musmini (2012) dan Andriani (2014) yang menemukan bahwa kurangnya pemahaman, kurangnya kedisiplinan pencatatan, kekurangan sumber daya manusia dan kurangnya pengawasan dari stakeholder yang berkepentingan dengan laporan keuangan menyebabkan UMKM (Study Kasus di Peggy Salon) belum melakukan pencatatan keuangan yang memadai/belum menerapkan pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP.

6. Uji Ketepatan Model

Langkah ini merupakan langkah yang terakhir dari analisis faktor. Ketepatan model dapat diketahui dari besarnya residual yang terjadi. Residual adalah perbedaan korelasi yang diamati dan yang diproduksi berdasarkan estimasi matrik faktor. Pada penelitian ini besarnya persentase residual yang ditunjukkan adalah sebesar 49% atau sebanyak 45residual atas dasar nilai absolut > 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa model memiliki ketepatan model sebesar 51% pada tingkat kesalahan 5% atau dengan kata lain model dapat diterima dengan ketepatan 51%.

V. Penutup Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi

belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP pada UMKM di Kabupaten Buleleng adalah:

a. Faktor Ketidaksiapan

Infrastruktur, Kekurangan SDM dan Ketidakdisiplinan memiliki

eigen value 4,386 dengan nilai percentage of variance yang

mempengaruhi belum

diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP sebesar 34,543%.

b. Faktor Kurangnya pengawasan memiliki eigen value 2,460 dengan nilai percentage of variance yang mempengaruhi

belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP sebesar 17,569%.

c. Faktor Ketidakpahaman manfaat dan Ketidaktahuan tata cara

melaksanakan pencatatan

memiliki eigen value 1,303 dengan nilai percentage of variance yang mempengaruhi

belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP sebesar 9,306%.

2. Faktor yang dominan mempengaruhi belum diterapkannnya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP pada UMKM di Kabupaten Buleleng adalah faktor Ketidaksiapan Infrastruktur, Kekurangan SDM dan Ketidakdisiplinan dengan eigen value 4,386 dan nilai percentage of variance sebesar 34,543%.

Saran-saran

1. Pihak pemilik UMKM hendaknya

memperhatikan kesiapan

infrastruktur, SDM serta bertindak disiplin dalam melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi pada usahanya.

2. Mengingat kurangnya pengawasan dari stakeholder dalam hal ini pihak perbankan dan Ditjen pajak juga mempengaruhi belum diterapkannya pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP, maka hendaknya stakeholder tersebut memberikan pengawasan kepada UMKM.

3. Berkenaan dengan faktor terakhir

yang mempengaruhi belum

diterapkannya pencatatan keuangan

berbasis SAK ETAP adalah

ketidaktahuan tata cara menyususn

pencatatan keuangan serta

ketidaktahuan manfaatnya, maka hendaknya pihak perguruan tinggi (akademisi) memberikan pelatihan tentang tata cara menyusun pencatatan keuangan berbasis SAK ETAP.

Daftar Pustaka

Anna, Yane Devi. 2011. Analisis Penerapan

Akuntansi dan Laporan Keuangan pada Usaha Kecil dan Menengah - Sentra Industri Kaos di Jawa Barat. Seminar

Nasional “Perkuatan UMKM sebagai

Leading Sector Perekonomian

Indonesia”. Institut Manajemen Telkom (IMT). Bandung.

Anggraeny, Merry Via. 2010. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen untuk lebih memilih maskapai penerbangan Singapore Airlines di Bandara Udara Ngurah Rai Bali. Skripsi Mahasiswa

(7)

Jurusan Manajemen. Dalung: STIE Triatma Mulya.

Dharma Tintri ES. Hotniar Sironggoringo dan Prihandoko. 2006. Pengaruh Lingkungan

Bisnis dan Renstra Terhadap Kinerja UKM. Jurnal Ekonomi dan Komputer, Vol

11 No. 3.

Ediraras, Dharma T. Akuntansi dan Kinerja UKM. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2, Volume 15, Agustus 2010. Universitas Gunadarma. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba EmpatJakarta.

J. Supranto.1997. Teknik Sampling untuk Survai dan Eksperimen. Jakarta: PT. Rineka Cipta Andriani, Lilya. 2014. Analisis Penerapan

Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) (Sebuah Studi Interpretatif Pada Peggy Salon)Skripsi

Mahasiswa Jurusan Akuntansi Program S1. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja

Musmini, Lucy Sri. 2012. Sistem Informasi

Akuntansi Untuk Menunjang

Pemberdayaan Pengelolaan Usaha

Kecil. (Studi Kasus Pada Rumah Makan Taliwang Singaraja).VOKASI

Jurnal Riset Akuntansi Vol. 2 No.1, April 2013, ISSN 2337 – 537X. Jurusan Akuntansi Program Diploma III, FEB Undiksha.

Pinasti, M. 2007. PengaruhPenyelenggaraan

danPenggunaan InformasiAkuntansi

Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperiman.

Rudiantoro, Rizki dan Sylvia Veronica Siregar. 2011. Kualitas Laporan Keuangan

UMKM serta Prospek Implementasi SAK ETAP. Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

a) Peneliti dapat secara langsung mengamati objek yang menjadi fokus penelitian, yaitu mengenai sejauh mana peranan Pengadilan Agama Tulungagung dalam melaksanakan

Peringkat SPM, pelajar Tingkatan 4 dan 5 di SMKA disajikan dengan dua subjek utama dalam pengajian Islam iaitu mata pelajaran Pendidikan Syariah Islamiyyah (PSI) dan

15 Tahun 2008, yaitu mempunyai tugas pokok melaksanakan dan mengkoordinasikan penyusunan teknis, pemantauan, pembinaan Administrasi, Evaluasi serta Pengendalian Pelaksanaan

Untuk mengetahui apakah variabel variasi jenis elektroda dan kuat arus mempunyai pengaruh terhadap kekuatan tarik terhadap baja ST 41 setelah dilakukan analisa variasi

Penelitian ini menggunakan model penelitian pengembangan Research and Develompment ( R&D ) yang mengacu pada model ADDIE (Analysis, Design, Development,

Driver solenoid dalam sistem rangkaian berfungsi sebagai pengendali besar kecilnya medan magnet yang dihasilkan oleh solenoid dengan mengendalikan besarnya arus yang mengalir

Loan to Deposit Ratio (LDR) menurut Kasmir (2007) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana

Nilai PER yang tinggi akan membuat nilai perusahaan naik karena, akan meningkatkan minat investor untuk menanamkan saham mereka di perusahaan tersebut (Sukamulja,