• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil pengamatan awal kematian larva setelah dianalisis sidik ragam. pemberian ekstrak biji jarak berpengaruh tidak nyata terhadap instar Spodoptera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hasil pengamatan awal kematian larva setelah dianalisis sidik ragam. pemberian ekstrak biji jarak berpengaruh tidak nyata terhadap instar Spodoptera"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

4.5.1. Awal Kematian Larva. (Jam).

Hasil pengamatan awal kematian larva setelah dianalisis sidik ragam pemberian ekstrak biji jarak berpengaruh tidak nyata terhadap instar Spodoptera litura. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rerata awal kematian beberapa instar larva dengan pemberian ekstrak biji jarak (Jatroprha curcas)

Instar Larva Awal kematian Larva (Jam)

Ulat instar II 12a Ulat intar I I I 12a Ulat instar I V 12a Ulat instar V 12a Angka-angka pada l^ur yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf

5% setelah di transformasi arcsine.

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan ulat instar II,III,IV dan V tidak berbeda nyata dengan pemberian ekstrak biji jarak. Hal ini menunjukkan bahwa raksi metabolisme tubuh setiap instar larva sama terhadap racun ekstrak biji jarak.

Awal kematian larva yang lebih cepat setelah aplikasi pestisida nabati disebabkan oleh kandungan bahan aktif pestisida nabati jarak pagar. Kandungan bahan aktif pestisida nabati ekstrak biji jarak mempunyai potensi insektisida yang berperan sebagai racun kontak penetrasi melalui kulit). Ekstrak jarak pagar bersifat racun kontak yang sangat kuat dan antifeedam (Pusat Penelitia dan Pengembangan

Perkebunan, Badan Peneiitian dan Pengembangan Pertanian. 2008). Menurut

(2)

dan tripenen alcohol yang bersifat toksik akan mempengaruhi pergantian kulit larva, sehingga setiap pergantian instar, mengalami keracunan kulit menyebabkan kematian larva. Menurut Matsumura (1975), penertasi (penembusan) kutikula biasanya merupakan jalan kecil yang utama menyebabkan larva serangga mengalami kematian, namun suatu insektisida juga masuk melalui mulut, sistem pemafasan, dan tempat lain yang mudaqh dserang seperti mata, dan tarsi. Sehingga setiap bahan toksik yang terkandung dalam ekstrak biji jarak sangat berpotensi masuk kedalam tubuh larva, baik mempengaruhi kulit secara langsung sehingga meyebabkan keracunan maupun yang terserap kedalam sistem pencemaan larva, ksususnya sewaktu memakan daging kulit daun sehingga menyebabkan kematian. Menurut Adebowale dan Adedire (2006) bahwa dalam minyak jarak terdapat bahan kimia yang bersifat unsaponifiable yang sangat bersifat toksik terhadap serangga seperti hydrocarbon/stereo eter, tryacycerol, acam lemak bebas, diacyglycerol, sterol, monoglycerol dan polar lipi. Selain itu terdapat kandungan curcin yang bersifat phytotoxin dan biji jarak juga mengandung hydrocyanic acid yang dapat membunuh serangga.

Bahan aktif yang terdapat pada ekstrak biji jarak dapat masuk ketubuh larva dan berinteraksi dengan bagian sasaran karena selain ekstrak biji jarak tersebut disemprotkan pada tubuh larva, cairan ekstrak biji jarak yang disemprotkan pada tanaman baik pada bagian permukaan daun dan dibawah permukaan daun termakan dan terhisap oleh larva pada saat aktivitas makan larva pada malam hari. Karena aplikasi ektrak biji jaraj dilakukan pada sore hari, maka pestisida nabati tersebut dapat langsung temakan oleh larva karena saat larva mulai aktif memakan daun tanaman

(3)

hingga sampai malam hari. Selain mengenai kulit larva, maka masuknya racun ekstrak biji jarak semaki mempercepat kematian larva.

4.5.2. Persentase Mortalitas Larva Setiap iiari /rumpun. (%).

Hasil pengamatan persentase mortalitas larva setiap hari/rumpun pada Lampiran 6 setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata. Hasil rerata Persentase mortalitas larva setiap hari dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Rerata Persentase Mortalitas Larva Setiap Hari/Rumpun (%) beberapa instar larva dengan pemberian ekstrak biji jarak (Jatroprha curcas)

Instar Larva Awal kematian Larva (Jam)

Ulat instar II 19,2a Ulat intar I I I 18,2a Ulat instar IV 16,8a Ulat instar V 11,2b Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf

5% setelah di transformasi arcsine.

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan ulat instar I I , perlakuan ulat instar I I I dan perlakuan ulat instar IV pada persentase mortalitas larva setiap 12 jam yang berbeda tidak nyata tetapi berbeda nyata dengan perlakuan ulat instar V, Hal ini menunjukkan bahwa pestisida nabati mempunyai potensi insektisida yang dapat mengakibatkan kematian pada larva S. Litura yang relatif tinggi setiap hari pengamatan, namun larva pada instar V menunjukkan kemampuan hidup yang lebih tahan dari dampak pemberian ektrak biji jarak dibanding dengan larva pada instar II,III dan IV. Hal tersebut memperlihatkan semakin tua tinggakatan larva maka

(4)

semakin tinggi kemampuan larva tersebut untuk terhindar dari kematian karena ekstrak biji jarak tersebut.

Don Herbinson dan Evan (2006) semakin menguatkan hal tersebut yang menyatakan bentuk morpologis larva yang semakin tua semakin besar, kulit lebih tebal dan keras mengakibatkan larva pada instar lebih tua pupulasinya yang menaglami kematian lebih sedikit dibandig larva yang lebih muda, dimana kulit lebih tipis dan lubang kutikula lebih besar sehingga racun ekstrak biji jarak lebih mudah masuk kedalam kulit sehingga angka kematian populasi larva instar kedua lebih tinggi diikuti larva pada instar berikutnya.

4.53. Lethal Time (LT 50) (Jam).

Hasil analisis sidik ragam pada pengamatan lethal time 50% dapat dilihat pada lampiran 6 yang menunjukkan bahwa perlakuan beberapa instar ulat grayak

berpengaruh nyata terhadap lethal time 50%. Hasil uji lanjut DNMRT p;ada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rerata Lethal Time (LT 50) beberapa instar larva dengan pemberian ekstrak biji jarak (Jatroprha curcas)

Instar Larva Awal kematian Larva (Jam)

Ulat instar I I 12a Ulat intar I I I 12a Ulat instar IV 16a Ulat instar V 43,2b Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf

(5)

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan instar I I dan perlakuan ulat instar I I I dan ulat instar IV Lethal Time 50% (LT 50%) yang berbeda tidak nyata tetapi berbeda nyata

dengan ulat instar V. Hal ini menunjukkan kemapuan ekstrak biji jarak untuk membunuh larva S. litura sangat cepat dan respon larva pada instar II,III dan IV hampir sama disbanding larva pada instar V. Hal ini memperlihatkan bahwa kemampun larva pada instar V untuk menahan racun ekstrak biji jarak lebih kuat, sehingga dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk membunuh populasi larva pada instar V.

larva yang mati pada pemberian pestisida dari ekstrak biji jarak 50% untuk instar II,III sudah tercapai pada 12 jam sesudah penyemprotan, dan pada jak ke enambelas kemudia instar IV. Barulah setelah 43 jam kematian larva pada instar V mencapai 50%.

Hal ini disebabkan bahan aktif pestisida dari ekstrak biji jarak mampu membunuh larva dengan daya bunuh yang tinggi sehingga pada 12 jam pertama populasi larva instar II,III, dan IV sudah mencapai 50%, bahkan instar V yang daya tahan tubuhnya lebih tinggi pada akhimya tetap menaglami kematian walaupun tidak secepat larva pada instar yang lebih muda dan tidak sebanyak instar yang lebih muda. Diduga bahwa reaksi racun pestisida nabati tersebut efektif pada waktu pemberian pada 12 jam pertama sama halnya dengan reaksi racun untuk membunuh larva paling awal.

Proses penetrasi, reaksi racun pada larva dan gejala atau gejala keracunan yang ditimbulkan pestisida nabati dari ekstrak biji jarak pada kematian l ^ a seanyak 50% sama halnya pada kematian larva paling awal. Ekstrak biji jarak sebagai racun kontak

(6)

maupun sistemik meyebabkan gejala seperti: pergerakan cepat, hal ini menunjukkan reaksi larva terhadap racun ekstrak biji jarak tersebut cepat sehingga ingin menghindar, tubuh ulat meregang, kemudian gerakannya lambat dan tubuh melipat kemudian mati. Hal ini menunjukkan toksik yang terdapat pada ektrak biji jarak sangat cepat membunuh larva tersebut.

Menurut Adebowale dan Adedire (2006) bahwa dalam minyak jarak terdapat bahan kimia yang bersifat unsaponifiable yang sangat bersifat toksik terhadap serangga seperti hydrocarbon/stereo eter, tryacycerol, acam lemak bebas, diacyglycerol, sterol, monoglycerol dan polar lipi. Selain itu terdapat kandungan curcin yang bersifat phytotoxin dan biji jarak juga mengandung hydrocyanic acid yang dapat membunuh serangga.

4.5.4. Perubahan Tingkah Laku Dan Morfologis

Perubahan tinkah laku dan morfologis larva S. litura pada stiap instar dapat dilihat pada Lampiran 5.

Pada peneiitian yang telah dilakukan terlihat bahwa terjadi perubahan tingkah laku dan morfologi larva ulat Spodoptera litura F. setelah diberikan perlakuan. Selama pengamatan dilakukan terlihat perubahan tingkah laku dan morfologi larva Spodoptera litura F. hampir sama pada setiap perlakuan.

Pada awal infestasi larva ulat Spodoptera litura F. pada tanaman sawi hijaut, larva terlihat aktif bergerak dan memakan daun dengan lahap. Perubahan awal tingkah laku larva Spodoptera litura F terlihat beberapa jam setelah perlakuan yaitu pergerakan yang cepat, tubuh ulat meregang dan aktifitas makan daun menurun.

(7)

Perubahan morfologi yang terjadi adalah wama tubuh menjadi pucat. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak biji jarak mulai bekerja dengan mengeluarkan toksin yang mengakibatkan jaringan larva Spodoptera litura F. rusak sehingga pergerakan lebih cepatt dan aktifitas makan menurun.

Perubahan tingkah laku selanjutnya terlihat bahwa pergerakan lamban, aktifitas memakan daun semakin menurun. Perubahan morfologi yang terjadi adalah wama tubuh menjadi pucat kehitaman.

4.5.5. Lama Hidup Larva (Hari).

Setelah aplikasi pestisida ekstrak biji jarak ada bebeapa ulat yang masih bertahan hidup. Dan memerlukan waktu yang berbeda untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Perlakuan ulat instar I I menyelesaikan siklus hidupnya sampai instar V yaitu pada hari kelima pengamatan. Perlakuan ulat instar I I I menyelesaikan siklus hidupnya sampai instar terakhir pada hari kelima setelah aplikasi. Perlakuan ulat instar IV menyelesaikan siklus hidupnya samapai instar terakhir pada hari ketiga setelah aplikasi. Perlakuan ulat instar V menyelesaikan siklus hidupnya sampai instar terakhir pada hari ketiga setelah aplikasi.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran fisika menggunakan teknologi Augmented Reality pada materi teori kinetik gas SMA kelas XI

SMA PERUNGGU INFORMATIKA/ KOMPUTER 1 Ariell Zaki Prabaswara Ariza SMAN 2 Bandar Lampung Kota Bandar Lampung Lampung SMA PERUNGGU INFORMATIKA/ KOMPUTER 2 Rico Filberto SMAK 7 BPK

Selanjutnya, adapun hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat kelemahan antara kerja sama Pemerintah Indonesia dan ECPAT dalam pelaksanaan Rencana Aksi

Tulisan ini ingin mengetengahkan jenis-jenis silabus (tema-tema pokok) dalam buku pembelajaran bahasa Arab, sehingga diharapkan mampu menjadi pedoman bagi pelajar

Hal tersebut ditunjukkan dari bagaimana warga mengatasi atau mencari pengobatan bila anak terjadi diare, tetap memberikan ASI pada bayi yang masih menyusu, memasak air

Media pembelajaran interaktif adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan isi materi ajar

Eksperimen ini mencoba menguji hipotesis sebagai berikut: 1) Ada perbedaan pengaruh antara mading dengan pesan informatif dan pesan persuasif terhadap sikap anti korupsi para

dalam perencanaan sistem transportasi kota. KA komutcr mcrupakan sa lah sa tu program pemerintah da l am upayanya guna meningkatkan kualitas transportasi dalam