• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Internal Dan Eksternal Terhadap Kelompok Tani (Universitas Ekasakti Padang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Internal Dan Eksternal Terhadap Kelompok Tani (Universitas Ekasakti Padang)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Internal Dan Eksternal Terhadap Kelompok Tani (Universitas Ekasakti Padang)

MAHMUD

Studi Kasus di BPP Cubadak Mentawai Kabupaten Padang Pariaman I. Pendahuluan

Tujuan pembangunan sektor pertanian, terutama pada sub sektor tanaman pangan, adalah untuk (1) memelihara dan meningkatkan swasembada pangan, (2) meningkatkan pendapatan masyarakat, dan (3) memperbaiki kualitas gizi masyarakat melalui diversifikasi pangan. Peningkatan ini antara lain dicapai melalui peningkatan pemanfaatan sumberdaya pertanian yang ada dan didukung oleh peningkatan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, penanganan pasca panen yang efisien dan kebijaksanaan harga yang berpihak kepada produsen/petani (Kasryno, 1993).

Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, masyarakat petani yang merupakan potensi sumberdaya lokal yang akan berperan sebagai pelaksana pembangunan pertanian melalui kelompok tani perlu memiliki sikap keterbukaan dan spontanitas dalam menerima dan menggunakan teknologi pertanian yang senantiasa berkembang yang merupakan salah satu syarat utama pembangunan pertanian.

Terbentuknya kelompok tani ini adalah melalui interaksi antara petani dan petugas penyuluh lapangan (PPL) yang mendapat dukungan dan tokoh formal maupun tokoh informal masyarakat setempat. Dalam proses pembentukannya peranan PPL dan kontak tani sangat penting, karena sikap petani untuk bergabung dalam kelompok tani juga tergantung dan dukungan PPL beserta kontak tani tersebut. Sikap keterbukaan masyarakat petani melalui kelompok tani untuk menerima inova suatu paket teknologi pertanian yang dianjurkan mempunyai peranan sangat penting dalam usaha meningkatkan pembangunan pertanian.

Kelompok tani pada akhir-akhir ini telah berkembang dengan pesat dikalangan petani Indonesia. Untuk Kabupaten Padang Pariaman Propinsi Sumatera Barat pada Tahun 2005 telah dicapai kurang lebih 700 kelompok tani, baik yang sudah dikukuhkan berdasarkan SK Gubernur maupun yang belum dikukuhkan, dan kelompok tani ini tersebar di sepuluh Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian (WKBPP). Salah satu WKBPP Kabupaten Padang Pariaman adalah Wilayah Kerja BPP Cubadak Mentawai yang membawahi sebelas

(2)

wilayah binaan (Wibi) dengan jumlah 72 kelompok tani dan jumlah anggota sebanyak 1.924 petani yang tersebar di 3 (tiga) kecamatan yaitu, Kecamatan Pariaman Utara, Pariaman Tengah dan Pariaman Selatan. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa jumlah kelompok tani yang aktif yang dicirikan oleh adanya peranserta anggotanya belum mencapai hasil yang diharapkan. Menurut laporan Kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Cubadak Mentawai Kabupaten Padang Pariaman (2008) jumlah kelompok tani aktif hanya 36,10 persen dan jumlah kelompok tani yang ada di Wilayah Kerja BPP Cubadak Mentawai.

Salah satu masalah rendahnya persentase kelompok tani ini dapat dilihat dari anggota dan peran ketua kelompok tani (kontak lani) serta perkembangan kelompok tani di wilayah ini. Partsipasi anggota dapat dilihat peran serta anggota setiap kegiatan kelompok, sedangkan kontak tani kemampuan dalam mengembangkan kelompoknya, maka kontak tani tersebut harus lebih aktif dari anggotanya apakah mencari informasi baru tentang berusaha tani, menyusun rencana kelompok, menyebarkan informasi yang ia dapatkan yang ada hubungannya dengan usahatani dan perkembangan kelompok, dan sebaliknya anggota kelompok harus meningkatkan peranserta dalam kegiatan usahatani kelompok bersama kontak tani.

Dengan demikian, timbul pertanyaan dalam penelitian yang menyangkut eksistensi kelompok tani tersebut, sebagai berikut: (1) Bagaimana perkembangan kelompok tani padi sawah di Wilayah Kerja (BPP) Cubadak Mentawai Kabupaten Padang Pariaman, dan (2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat keaktifan kelompok tani padi sawah di Wilayah Kerja BPP Cubadak Mentawai Kabupaten Padang Pariaman.

II. Metode Penelitian

Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok tani. Jumlah kelompok tani sebanyak 72 kelompok yang terdiri, 26 kelompok tani aktif dan 46 kelompok tani kurang aktif. Dalam hal ini, penetapan tingkat keaktifan kelompok tani diasumsikan benar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Kantor BPP Cubadak Mentawai Kabupaten Padang Pariaman. Masing-masmg kategori kelompok tani tersebut (kelompok tani aktif dan kurang aktif) diambil 20 persen dan jumlah kelompok, yaitu 5 kelompok tani aktif dan 10 kelompok

(3)

tani kurang aktif sehingga jumlah sampel kelompok tani keseluruhan sebanyak 15 kelompok. Pengambilan sampel kelompok tani pada kedua kategori kelompok dilakukan secara random.

Setiap kelompok tani sampel dipilih satu orang ketua kelompok dan lima orang petani dan anggota kelompok untuk dijadikan sebagai responden, jadi jumlah responden adalah 90 orang yang terdiri 15 responden ketua kelompok dan 75 responden anggota kelompokbyang dilakukan secara random.

Data yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian mi meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer ini dikumpulkan melalui (1) wawancara terhadap anggota kelompok tani dan kontak tani dengan menggunakan daftar pertanyaan penelitian, (2) pengamatan peran serta tentang keadaan kelompok tani (struktur organisasi atau tatanan kerja administrasi, kegiatan kelompok tani dan sebagainya), dan (3) pengamatan langsung dilapangan tentang kondisi usahatani anggota kelompok.

Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan mencakup gambaran umum lokasi penelitian seperti keadaan alam, keadaan penduduk, keadaaan pertanian dan perkembangan kegiatan penyuluhan, sarana dan prasarana, dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian. Data ini diperoleh dari Kantor BPP Cubadak Mentawai, Balai Impormasi Penyuluhan Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupetan Padang Pariaman, dan Biro Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat.

Metode analisa data yang digunakan adalah metode analisa data kuantitatif dengan menganalisis hubungan internal dan eksternal yang mempengaruhi kelompok tani, dianalisis dengan statistik non parametrik uji chii square (X2). Non Parametrik Uji Square (Siegel dalam Djarwanto, 1999):

 fe fe -fo 2 2 X Keterangan: X2 = chi square

fo = frekuensi yang diamati fe = frekensi yang diharapkan

Dalam pengujiannya, nilai X2 hitung dibandingkan dengan nilai X2 tabel, dengan ketentuan:

(4)

Ho diterima, jika : Nilai X2hutung < X2tabel, berarti tidak menunjukkan pengaruh terhadap tingkat keaktifan kelompok tani.

Ho ditolak, jika : Nilai X2 hitung ≥ X2 tabel, berarti menunjukkan pengaruh terhadap tingkat keaktifan kelompok tani.

III. Hasil Dan Pembahasan

3.1 Internal Anggota/Kelompok Tani Umur Anggota

Kelompok umur dibawah 40 tahun didapatkan 16 persen anggota untuk kelompok tani aktif dan 14 persen anggota kelompok tani kurang aktif.Untuk kelompok umur 40 sampai 50 tahun diperoleh 28 persen anggota kelompok tani aktif dan 20 persen anggota kelompok tani kurang aktif. Sedangkan kelompok umur diatas 50 tahun didapatkan 56 persen kelompok tani aktif dan 66 persen kelompok tani kurang aktif. Hal ini memberikan makna bahwa umur anggota kelompok tani pada kedua kategori kelompok tani tersebut tidak jauh berbeda dan lebih banyak berusia tua.

Hasil analisis data dengan menggunakan analisa statistik non prametrik uji chi square (X2) dapat dilihat bahwa rata-rata umur anggota kelompok tani tidak dapat mempengaruhi tingkat keaktifan kelompok tani. Diperoleh hasil X2hitung lebih kecil dan X2 tabel, yaitu X2 hitung sebesar 0,36 sedangkan X2tabel (0,05; 2) adalah 5,99.

Tingkat Pendidikan Formal Anggota Kelompok Tani

Hasil penelitian diperoleh, bahwa 8 persen responden anggota kelompok tani aktif yang menamatkan pendidikannya sampai pada tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), sedangkan anggota responden kelompok tani kurang aktif tidak ada dijumpai. Untuk tingkat pendidikan SLTP sebanyak 24 persen anggota kelompok tani aktif dan 16 persen anggota kelompok tani kurang aktif. Sedangkan pendidikannya hanya tamat SD dijumpai ada 56 persen anggota kelompok tani aktif dan sebanyak 50 persen anggota kelompok tani kurang aktif. Kemudian petani anggota yang tidak tamat sekolah dasar atau tidak pernah sekolah, djumpai ada 12 persen anggota kelompok tani aktif dan 34 persen anggota kelompok tani kurang aktif.

Hasil analisis dengan uji chi square (X2) menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan formal anggota kelompok tani tidak dapat mempengaruhi tingkat keaktifan kelompok tani. Dimana X2 hitung lebih kecil dan X2 tabel, yaitu X2hitung sebesar 4,57 sedangkan X2 tabel

(5)

(0,05; 3) adalah 7,81. Artinya tinggi rendahnya tingkat pendidikan formal tidak dapat mempengaruhi tingkat keaktifan kelompok tani.

Pendidikan Non-Formal Anggota (Keikutsertaan kursus/latihan)

Hasil penelitian terhadap kedua kategori kelompok tani di Wilayah Kerja BPP Cubadak Mentawai ditemui bahwa, sebanyak 80 persen anggota kelompok tani aktif sudah pernah mengikuti kursus atau latihan, khususnya yang berhubungan dengan aspek pertanian dan pengembangan kelompok tani. Sedangkan anggota kelompok tani kurang aktif hanya 28 persen yang sudah mengikuti kursus dan latihan.

Anggota kelompok tani aktif yang sudah lebih tiga kali mengikuti kursus/latihan adalah sebanyak 32 persen, satu sampai tiga kali mengikuti kursus/latihan adalah 48 persen, dan 20 persen tidak pernah mengikuti sama sekali. Sedangkan anggota kelompok tani kurang aktif berturut-turut sebagai berikut adalah 4 persen, 24 persen dan 72 persen.

Hasil analisis statistik non prametrik uji chi square (X2) menunjukkan bahwa keikutsertaan dalam kursus/latihan mempunyai pengaruh dengan tingkat keaktifan kelompok tani, dimana diperoleh nilai X2 hitung lebih besar dan X2 tabel. Dan analisa data nilai X2 hitung sebesar 22,69 sedangkan X2tabel (0,05; 2) adalah 5,99.

Motivasi Anggota

Hasil penelitian terhadap tiga aspek yang menjadi dasar motivasi setiap anggota dalam berkelompok dapat dilihat pada. Diketahui bahwa, sebagian besar (84 persen) anggota kelompok tani aktif karena adanya kebutuhan berprestasi (meningkatkan taraf hidup), sedangkan kelompok tani kurang aktif sebagian besar anggotanya (74 persen) termotivasi karena kebutuhan berafiliasi (berkumpul).

Hasil analisa data dengan menggunakan uji chi square (X2) diperoleh nilai X2 hitung sebesar 25,02 sedangkan X2 tabel (0,05; 1) adalah 38,4. Ini menunjukkan bahwa X2 hitung lebih besar dan X2 tabel maka hipotesa nol ditolak, dengan kata lain motivasi yang jelas (berprestasi) mempunyai pengaruh dengan tingkat keaktifan kelompok tani.

Lamanya Menjadi Anggota kelompok Tani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kelompok tani aktif rata-rata responden sudah 8,4 tahun menjadi anggota kelompok tani, dengan kisaran satu sampai dua puluh tahun, sedangkan kelompok tani kurang aktif rata-rata responden 4,8 tahun menjadi anggota kelompok tani dengan kisaran satu sampai 18 tahun.

Responden yang lamanya menjadi anggota di atas 6 tahun adalah 32 persen anggota pada kelompok tani aktif dan 8 persen anggota pada kelompok tani kurang aktif. Sedangkan

(6)

responden yang lamanya menjadi anggota 3 sampai 6 tahun adalah 48 persen anggota kelompok tani aktif dan 32 persen kelompok tani kurang aktif. Sedangkan kurang dari 3 tahun menjadi anggota kelompok tani 20 persen anggota pada kelompok tani aktif dan 60 persen anggota pada kelompok tani kurang aktif.

Hasil analisa data yang menggunakan statistik non prametrik uji chi square (X2) menunjukkan bahwa lamanya responden menjadi anggota kelompok tani mempunyai pengaruh terhadap tingkat keaktifan kelompok tani, dimana diperoleh nilai X2 hitung lebih besar dan X2tabel. Dan analisa data nilai X2hitung sebesar 13,68 sedangkan X2 tabel (0,05; 2) adalah 5,99.

Keanggotaan Rangkap Anggota

Terdapat 68 persen anggota kelompok tani aktif terlibat sebagai anggota biasa (pada kelompok/organisasi sosial lainnya) dan 16 persen terlibat sebagai anggota pengurus. Sedangkan kelompok tani kurang aktif hanya 64 persen anggotanya terlihat sebagai anggota biasa dan 12 persen terlibat sebagai pengurus pada kelompok/organisasi lainnya. Kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi yang mereka libati terdiri Kelompok-kelompok-Kelompok-kelompok atau organisasi-orgamsasi keagamaan (Pengurus Mesjid), rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), dan LKMD.

Berdasarkan hasil analisa data dengan uji clii square (X2) menunjukkan bahwa keanggotaan rangkap tidak dapat mempengaruhi tingkat keaktifan kelompok tani, dimana diperoleh nilai X2 hitung sebesar 0,38 sedangkan X2tabel (0,05; 2) adalah 5,99 sehingga X2 hitung lebih kecil dan X2tabel.

Tingkat Pendidikan Formal Kontak Tani

Hasil penelitian terhadap kedua kategori kelompok tani (kelompok tani aktif dan kelompok tani kurang aktif) menunjukkan, bahwa 40 persen kontak tani kelompok tani aktif mempunyai pendidikan formal hanya sampai pendidikan dasar dan sisanya sebanyak 60 persen sudah sampai pada tingkat pendidikan lanjutan. Sedangkan kontak tani yang tergabung dalam kelompok tani kurang aktif ada 60 persen kontak tani yang hanya sampai pendidikan dasar saja yang lainnya (30 persen) pada tingkat pendidikan lanjutan.

Hasil analisa data dengan menggunakan statistik non parametrik uji chi square (X2) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal kontak tani tidak dapat mempengaruhi tingkat keaktifan kelompok tani, dimana diperoleh X2 hitung lebih kecil dan X2 tabel (X2 hitung sebesar 1,78 sedangkan X2tabel (0,05; 2) adalah 5,99.)

(7)

Hasil penelitian terhadap kedua kategori kelompok tani menunjukkan bahwa semua (100 persen) kontak tani kelompok tani aktif sudah pernah mengikuti kursus dan latihan, sedangkan kontak tani kelompok tani kurang aktif sudah ada 30 persen.

Kontak tani kelompok tani aktif yang sudah mengikuti kursus dan latihan antara satu sampai tiga kali ada 40 persen sedangkan di atas tiga kali ada 60 persen. Untuk kontak tani kelompok tani kurang aktif yang sudah mengikuti kursus atau latihan antara satu sampai tiga kali ada 30 persen dan di atas tiga kali mengikuti kursus/latihan tidak ada, sedangkan sama sekali yang belum pernah mengikuti kursus/latihan ada 70 persen kontak tani.

Hasil analisa uji chi square dapat terlihat frekwensi kursus kontak tani mempunyai pengaruh terhadap tingkat keaktifan kelompok tani. Hasil analisa tersebut diperoleh X2hitung lebih besar dan X2 tabel, yaitu X2 hitung sebesar 8,80 sedangkan X2 tabel (0,05; 2) adalah 5,99.

Status Pemilikan Tanah Kontak Tani

Hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar kontak tani kelompok tani aktif merupakan petani pemilik (80 persen), sedangkan kontak tani kelompok tani kurang aktif hanya 30 merupakan petani pemilik.

Analisa data dengan uji chi square (X2) menunjukkan bahwa antara status pemilikan tanah mempunyai pengaruh terhadap tingkat keaktifan kelompok tani, dimana diperoleh nilai X2 hitung sebesar 5,67 sedangkan nilai X2 tabel (0,05; 1) adalah 3,84, sehingga nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel. Dengan demikian hipotesa nol ditolak yang berarti terdapat pengaruh antara status pemilikan tanah dengan tingkat keaktifan kelompok tani.

3. 2. Eksternal Anggota/Kelompok Tani Luas Usahatani

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa luas usahatani anggota kelompok tani aktif bervariasi antara 0,25 ha sampai 2,5 ha. Namun demikian, luas 2,5 ha merupakan angka ekstrim yang hanya dimiliki oleh satu orang anggota saja. Sebagian besar anggota kelompok tani aktif (52 persen) memiliki luas usahatani dibawah 0,5 ha dan luas lahan di atas 1,0 ha hanya 12 persen anggota. Sedangkan anggota kelompok tani kurang aktif variasi luas usahataninya antara 0,25 ha sampal 1 ha, yang terdiri 68 persen anggota yang mempunyai luas lahan usahatani di bawah 0,5 ha dan 4 persen anggota yang mempunyai luas lahan usahatani di atas 0,5 ha.

(8)

Hasil analisis data dengan menggunakan statistik non parametrik uji chi square (X2) bahwa luas usahatani tidak mempengaruhi tingkat keaktifan kelompok tani, dimana X2 hitting lebih kecil dan X2tabel, yaitu X2hitung sebesar 1,41 sedangkan X2tabel (0,05; 2) adalah 5,99. Keadaan Prasarana Jalan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (baik anggota kelompok tani aktif maupun anggota kelompok tani kurang aktif) menyatakan keadaan prasarana jalan yang ada dalam wilayah kelompok tani cukup memadai. Hal ini dimengerti karena fasilitas prasarana perhubungan (jalan) di Wilayah Kerja BPP Cubadak Mentawai Kabupaten Padang Pariaman cukup baik (aspal).

Melalui analisa data dengan menggunakan statistik non parametrik uji chi square (X2), diperoleh X2 hitung lebih kecil dan X2 tabel, dimana nilai X2 hitung didapat 1,50 sedangkan X2tabel (0,05; 2) sebesar 5,99.

Kunjungan PPL

Anggota-anggota kelompok tani aktif yang mendapat frekuensi kunjungan PPL selama satu kali musim tanam yaitu, kurang tiga kali kunjungan adalah 12 persen, kunjungan 3 - 6 kali adalah 24 persen, dan frekuensi kunjungan PPL di atas 6 kali sebanyak 64 persen. Sedangkan anggota-anggota kelompok tani kurang aktif yang mendapat kunjungan PPL, diperoleh berturut-turut sebagai berikut adalah 14 persen, 30 persen dan 56 persen.. Dengan demikian rata-rata frekuensi kunjungan PPL kepada para petani anggota kelompok tani aktif (2,67 kali perbulan) maupun kelompok tani kurang aktif (2,47 kali perbulan) sudah cukup memadai.

Hasil analisis yang menggunakan statistik non parametrik uji chi square (X2) bahwa frekuensi kunjungan PPL tidak berpengaruh terhadap tingkat keaktifan kelompok tani, dimana diperoleh nilai X2 hitung lebih kecil dan X2 tabel. Dimana diperoleh X2 hitung sebesar 0,24 sedangkan X2tabel (0,05; 2) adalah 5,99.

Keterlibatan Tokoh Informal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih 88 persen anggota kelompok tani aktif menyatakan terdapat peran serta tokoh informal didalam kelompok tani mereka, sedangkan kelompok tani kurang aktif kurang hanya 38 persen anggota menyatakan adanya peran serta tokoh informal didalam kelompoknya.

Hasil analisa data dengan menggunakan uji chi square (X2) diperoleh nilal X2 hitung sebesar 19,85 sedangkan X2 tabel (0,05; 2) adalah 5,99. Ini menunjukkan bahwa X2 hitung lebih besar dan X2tabel, maka hipotesa nol ditolak.

(9)

Persepsi Masyarakat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 72 persen anggota kelompok tani aktif menyatakan masyarakat sekitar cukup menunjang keberadaan kelompok tani dan 28 persen anggota menyatakan tidak menunjang. Sedangkan kelompok tani kurang aktif 34 persen anggota menyatakan masyarakat sekitar cukup menunjang dan 66 persen anggota menyatakan tidak menunjang (Tabel 4).

Hasil analisa dengan uji chi square diperoleh X2hitung yang lebih besar dan X2 tabel, yaitu X2 hitung sebesar 9,94 sedangkan X2 tabel (0,05; 2) sama dengan 599 (Lampiran 16). Hal ini memberi pengertian, bahwa perbedaan persepsi masyarakat terhadap kelompok tani akan menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat keaktifan kelompok tani.

Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan

Hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan hasil penelitian ini, sebagai berikut:

1. Internal yang mempengaruhi kelompok tani, adalah (a) keikutsertaan dalam kursus/latihan, (b) motivasi anggota berkelompok, dan (c) lamanya menjadi anggota kelompok tani.

2. Eksternal yang mempengaruhi kelompok tani, adalah (a) frekuensi kursus kontak tani, dan (b) status kepemilikan tanah kontak tani. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat keaktifan kelompok tani, adalah (a) partisipasi tokoh informal, dan (b) persepsi masyarakat terhadap kelompok tani

Saran

Meningkatkan keaktifan kelompok tani padi sawah, perlu lebih banyak anggota dan sering melibatkan atau mengikutsertakan anggota kelompok tani atau latihan-latihan yang ada hubungannya dengan pertanian atau pengembangan kelompok tani, selanjutnya perlu menjaga para anggota agar dapat bertahan lebih lama dalam suatu kelompok tani dengan jalan meninjau kembali sistem penyakap yang berlaku di Wilayah Kerja BPP Cubadak Mentawai Kabupaten Padang Pariaman.

(10)

DAFAR PUSTAKA

Adjid, D. A., 1981. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Konsepsi Pembinaan Kelompok Tani Hamparan. Satuan Pengendali Bimas, Jakarta.

---, 1985. Kelompok Tani Pembuka Cakrawala dan Penggerak bagi Terwujudnya Pertanian Rakyat yang Selalu Maju. Sekretariat Badan Pengedali Bimas (SPBB) Jakarta.

Anonim, 1980.Pembinaan dan Pengembangan Kelompok Tani dalam Intensifikasi Pertanian Tanaman Pangan, Jakarta.

---, 1987. Menumbuhkan Kelompok Tani Dalam Usahatani Meningkatkan Produksi, dalam Buletin Informasi Pertanian Jakarta

Balai Penyuluhan Pertanian, 1998. Laporan Perkembangan Kelompok Tani. Kantor BPP Cubadak Mentawai Kabupaten Padang Pariaman.

Banoewidjojo, M., 1983.Pembangunan Pertanian. Usaha Nasional Surabaya.

Beal, G. M., Bohien, M., and Raudabaugb, J., 1974. Leadership and Dinamic Group Action. The Iowa State University, Jowa.

Biro Pusat Statistik 1998. Padang Pariaman Dalam Angka. Kantor Statistik Propinsi Sumatera Barat, Padang.

Bonner, H., 1953. Social Psychology: An Interdiciplary Approach. Americant Book Company, New York.

Cariwright., D., and Zander A., 1968. Group Dinamic Research and Theory. Harper and Row Publisher, New York.

David., J. W., and Harari, H., 1958. Psychology and Social Behavior. Harper and Row Publisher, New York.

Departemen Pertanian RI., 1992. Surat Keputusan Menteri Pertanian Tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani Nelayan. Dinas Pertanian Daerah Tingkat II Kabupaten Padang Pariaman.

Deutsch., M., 1954.Field Theory in Social Psychology. Addison-Wesley Publ, Cambridge. Djarwanto, 1999. Statistik Non Parametrik, Edis Tiga. BPFE, Jogyakarta.

Hanafi, A., 1986. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. CV Usaha Nasional, Surabaya. Indrawidjaya, A.L, 1983. Perilaku Organisasi, Sinar Baru Bandung.

lntensifikasi Massa Murni, 1980. Pengembangan Kelompok Tani Menuju Penesiapan Panca Usaha Lengkap Secara Swakarsa dan Swadaya. Satuan Pengendali Bimas Jakarta.

(11)

Jogotorof,. 1986. Hubungan Beberapa Ciri Pribadi dan Perilaku Kepemimpinan Kontak Tani Dalam Meningkatkan Dinamika Kelompok Tani Dalam Penyuluhan Pertanian. Tesis Pascasarjana IPB, Bogor.

Kasryno, 1993. Kebijaksanaan dan Perkembangan Pertanian di Propinsi Sulawesi Selatan. Lembaga Penelitian Unhas, Ujung Pandang.

Mosher, A., T., 1966. Getting Agriculture Moving. The Agriculture Development Council, New York.

Muliati, 1996. Perilaku Kepemimpinan Kontak Tani dan keefektifan Kelompok Tani Dalam Pelaksanaan Program Intensifikasi Ayam Bukan Ras di WKBPP Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Tesis Pascasarjana IPB, Bogor.

Padmanegara, (1980). Membina Penyuluhan Pertanian. Badan Pembinaan Pendidikan dan Latihan. Departemen Pertanian RI, Jakarta.

Rusidi, 1981. Kelompok dan Dinamikanya. Fakultas Pertanian Unpad Bandung.

Sajogyo, 1994. Balai Penyuluhan Pertanian Sudah Saatnya Menjadi Milik Petani. Majalah Ekstansia Volume 1, Oktober 1994.

Samsudin, 1977. Pengaruh Status Pengusaan Tanah Terhadap Penerapan Teknologi Baru dalam Usaha Meningkatkan Produksi Padi Sawah. Tesis Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Satuan Pengendali Bimas, 1981. Dasar-Dasar Pembinaan Kelompok Tani Dalam intensifikasi Tanaman Pangan, Jakarta.

Slamet, M., 1978. Beberapa Contoh Pengembangan Organisasi. Kumpulan Bacaan Penyuluhan Pertanian. IPB, Bogor.

Soediyanto, 1980. Organisasi, Kelompok dan Kepemimpinan, Pendidikan Guru Pertanian, Balai Pendidikan dan Penyuluhan Pertanian, Ciawi Bogor.

Soekanto, S., 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sugandi, I., 1990. Analisis Dinamika Kelompok Tani Sebagai Pelaksana Intensifikasi Padi Sawah di WKBPP Cikampek, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Tesis Pascsarjana IPB, Bogor.

Suhardiyono, L., 1992. Penyuluhan, Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Suhardjo, A. dan Patong, A., 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. Jurusan Ihmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB Bogor.

(12)

Tony, F., 1988. Dinamika Kelompok Tani dan Partisipasi Petani Dalam Program Konservasi Tanah dan Air di Desa Citanduy.Tesis Pascasarjana IPB, Bogor.

Wiratmaja, S., 1978. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian, Jasaguna Jakarta.

Witardi, D., 1997. Analisis Jaringan Komunikasi Dalam Hubungannya dengan Karakteristik dan Perubahan Perilaku Anggota Kelompok Tani I IPSA (Studi Kasus di Kelompok Tani Karya Mukti Desa Sukaraja, Kecamatan Cihuget, Kabupaten Sumedang. Tesis Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan secara eksperimental, dikarenakan menggunakan jurnal ilmiah dan penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi, kemudian dilakukan pengembangan dengan

Noor Aidawati (2006)* : KEANEKARAGAMAN BEGOMOVIRUS PADA TOMAT DAN SERANGGA VEKTORNYA, Bemisia tabaci GENNADII (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) SERTA PENGUJIAN KETAHANAN GENOTIPE TOMAT

Sinergitas program pengembangan agribisnis komoditas unggulan daerah dengan output dan impact dalam penelitian ini guna perumusan kebijakan ke depan (aksi tindak). pembahasan

Bahwa terkait hal itu, seluruh persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 173 ayat (2) UU Pemilu merupakan syarat yang berlaku umum dan sama bagi seluruh partai politik peserta

Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Kita akan dibayar perklik iklan untuk member standard $0.001-0.01 menampilkan lebih dari 10-16 iklan perhari (tergantung dari keaktifan kita membuka program ClixSense, karena

Krishnan (2012:551) kepemimpinan transformasional terjadi ketika para pemimpin dan pengikut saling memotivasi dan mempunyai moral yang tinggi sehingga menghasilkan