HUBU PRO UNGAN ST SYN OGRAM D-TATUS GI NDROME DI SMP NOVITA KA -IV BIDAN UNIVERS IZI DENGA (PMS) PAD P NEGERI
A BR GIN 11510 ARYA TUL N PENDIDI SITAS SUM AN KEJAD DA REMA I 3 BERAS
Judul : Hubun (PMS)
ngan Status ) pada Rema
s Gizi den aja Puteri d
ngan Kejad di SMP Neg
dian Preme eri 3 Berast
enstrual Sy tagi
Nama : Novita Br. Ginting Munthe
Nim : 115102026
Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU
Tahun : 2012
ABSTRAK
Latar belakang: Tingginya masalah Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri akan berdampak pada produktivitasnya dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Beberapa saat sebelum menstruasi, sejumlah wanita mengalami rasa tidak nyaman yang biasa disebut dengan Premenstrual Syndrome (PMS). Salah satu penyebab PMS adalah defisiensi zat gizi.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain study correlational dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 165 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Berastagi tahun 2012. Analisa data digunakan dengan uji chi square.
Hasil: Hasil penelitian berdasarkan karakteristik demografi responden dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur 13 tahun yaitu sebanyak 57 orang (34,5%). Berdasarkan tingkat kelas responden sebagian besar berada di kelas tiga yaitu sebanyak 80 orang (48,5%), sebagian besar memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 118 orang (71,5%), sebagian besar mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) yaitu sebanyak 108 orang (65,5%), sebagian besar memiliki status gizi baik dan mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) yaitu 73 orang (61,9%). Hasil uji statistik didapat bahwa nilai p=0,175.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012. Namun diharapkan setiap remaja puteri tetap mempertahankan status gizi yang baik.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan kepada peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012”.
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar SST di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penyusunan karya tulis ilmiah ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Sarma Lumbanraja, SpOG (K) selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah peneliti yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, serta ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 4. Bapak Drs. Dharmawisata selaku Kepala sekolah SMP Negeri 3 Berastagi yang
telah memberikan izin dalam melakukan penelitian.
5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Teristimewa kedua orang tua saya (Rasman Ginting dan Ngarab Sembiring), abang (Idris), kakak (Vina), adik (Harpri), dan Fitaris yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
7. Rekan – rekan mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, baik dari segi isi maupun bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar menjadi lebih baik dan bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan semua pihak yang membaca.
Medan, Juni 2012 Peneliti,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR SKEMA ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ... 6
2. Manfaat Aplikatif ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian ... 7
2. Perkembangan Remaja dan Tugasnya ... 8
3. Perubahan Fisik Pada Remaja Perempuan ... 9
B. Status Gizi
1. Pengertian ... 11
2. Fungsi Zat Gizi ... 12
3. Pengelompokan Zat Gizi ... 12
4. Penilaian Status Gizi ... 13
5. Jenis Parameter ... 13
6. Klasifikasi Status Gizi ... 14
7. Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Remaja ... 15
C. Premenstrual Syndrome (PMS) 1. Pengertian ... 15
2. Insiden ... 15
3. Penyebab ... 16
4. Gejala ... 16
5. Tipe Premenstrual Syndrome ... 17
6. Penanggualangan Premenstrual Syndrome ... 19
D. Hubungan Status Gizi dengan Premenstrual Syndrome (PMS) ... 20
BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep ... 22
B. Hipotesis ... 22
C. Defenisi Operasional ... 23
B. Populasi dan Sampel ... 24
C. Tempat Penelitian ... 27
D. Waktu Penelitian ... 27
E. Etika Penelitian ... 27
F. Instrumen Penelitian ... 28
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28
H. Prosedur Pengumpuluan Data ... 29
I. Analisis Data ... 31
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden ... 33
2. Status Gizi Responden ... 34
3. Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada Responden ... 34
4. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi ... 35
B. Pembahasan ... 36
1. Interprestasi dan Diskusi Hasil ... 37
1.1. Status Gizi Responden ... 37
1.2. Kejadian PMS pada Responden ... 37
1.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian PMS pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi ... 38
2. Keterbatasan Penelitian ... 40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 42 B. Saran ... 43
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Gejala-Gejala Premenstrual Syndrome ... 16 Tabel 2 : Defenisi Operasional ... 23 Tabel 5.1: Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi
remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi ... 33 Tabel 5.2: Distribusi responden berdasarkan status gizi remaja puteri
di SMP Negeri 3 Berastagi ... 34 Tabel 5.3: Distribusi responden berdasarkan kejadian Premenstrual
Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi . 35 Tabel 5.4: Hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS)
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Calon Responden Lampiran 2 : Surat Persetujuan menjadi Responden Lampiran 3 : Kuesioner
Nama : Novita Br. Ginting Munthe
Nim : 115102026
Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU
Tahun : 2012
ABSTRAK
Latar belakang: Tingginya masalah Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri akan berdampak pada produktivitasnya dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Beberapa saat sebelum menstruasi, sejumlah wanita mengalami rasa tidak nyaman yang biasa disebut dengan Premenstrual Syndrome (PMS). Salah satu penyebab PMS adalah defisiensi zat gizi.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain study correlational dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 165 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Berastagi tahun 2012. Analisa data digunakan dengan uji chi square.
Hasil: Hasil penelitian berdasarkan karakteristik demografi responden dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur 13 tahun yaitu sebanyak 57 orang (34,5%). Berdasarkan tingkat kelas responden sebagian besar berada di kelas tiga yaitu sebanyak 80 orang (48,5%), sebagian besar memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 118 orang (71,5%), sebagian besar mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) yaitu sebanyak 108 orang (65,5%), sebagian besar memiliki status gizi baik dan mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) yaitu 73 orang (61,9%). Hasil uji statistik didapat bahwa nilai p=0,175.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012. Namun diharapkan setiap remaja puteri tetap mempertahankan status gizi yang baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikologis, yakni antara usia 10-19 tahun yang merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas (adolescence). Masa remaja adalah periode paralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa (Widyastuti, 2010).
Dilihat dari segi kuantitas, jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 22,2% dari total penduduk Indonesia yang terdiri dari 50,9 % laki laki dan 49,1% perempuan (Kurniawan, (2002) dalam Sulaiman, (2009)). Begitu juga dengan jumlah remaja dibanyak negara berkembang tumbuh dengan pesat. Lima tahun terakhir, kelompok remaja merupakan salah satu perhatian utama di bidang kesehatan karena gaya hidup mereka yang unik dan berbeda dengan kelompok umur dari generasi sebelumnya ( Surjadi, (2002) dalam Sulaiman, (2009)).
Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan dalam penggunaan zat gizi. Hal ini disertai dengan pembesaran organ dan jaringan tubuh yang cepat. Perubahan hormon yang menyertai pubertas juga menyebabkan banyak perubahan fisiologis yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada remaja (Poltekes Depkes Jakarta I).
mengalami rasa tidak nyaman. Mereka biasanya merasakan satu atau beberapa gejala yang disebut sebagai gabungan dari gejala fisik atau fisiologis yang biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum haid dan menghilang setelah haid datang atau istilah populernya adalah Premenstrual Syndrome (Mitayani, 2009).
Premenstrual Syndrome ( PMS ) merupakan masalah kesehatan umum yang paling banyak dilaporkan oleh wanita usia reproduktif. Menurut BKKBN (Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional) tahun 2005, Wanita Usia Subur (Wanita usia Reproduktif) adalah wanita yang berumur 18 – 49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda. Terdapat fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala–gejala yang sama dan kekuatan Premenstrual Syndrome (PMS) yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita yang lebih tua (Freeman, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR) di bawah naungan WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa permasalahan wanita di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan menstruasi (38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%), serta masalah kegemukan (0,5%) (Setiasih, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Corney dan Stanton tahun 1991 mengatakan bahwa ada perbedaan tingkat prevalensi antara negara Barat dengan negara Asia, seperti Indonesia kejadian PMS sangat rendah antara 23-24% sedangkan negara Barat seperti Inggris dan Yugoslavia lebih tinggi tingkat prevalensinya yaitu 71-73%. Dilaporkan dari negara-negara Barat, gejala-gejala perubahan emosional telah dialami oleh 88% wanita, sementara gejala fisik ada 69% (Wijaya, 2008).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh American College of Obstetricians and Gynecologist) bahwa sedikitnya 85% dari wanita menstruasi mengalami minimal satu dari gejala Premenstrual Syndrome (PMS) dan umumnya terjadi pada wanita usia 14 – 50 tahun dengan gejala yang bervariasi dan berubah – ubah pada tiap wanita dari bulan ke bulan (Saryono, 2009).
Berdasarkan penelitian Setyarini (2010), menemukan adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome PMS) dengan menggunakan desain penelitian analitik cross sectional dengan menggunakan data primer. Jumlah sampel 186 responden diambil secara ranom sampling. Hasil analisa menggunakan Uji Mann Whitney dengan taraf signifikan α = 0,05. Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa sebagian besar Premenstrual Syndrome (PMS) dialami oleh responden yang mempunyai status gizi kurang dengan nilai p = 0,011.
Tingginya masalah Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja akan berdampak pada produktivitasnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Gejala – gejala fisik, psikologis dan emosional yang sering dialami atau dilaporkan adalah rasa kembung, pembengkakan dan nyeri payudara, ketegangan, depresi, mood yang berubah-ubah dan perasaan lepas kendali (Glasier, 2006). Penyebab Premenstrual Syndrome belum dapat diketahui secara pasti. Namun ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa Premenstrual Syndrome (PMS) disebabkan salah satunya oleh faktor status gizi wanita. Penyebab lain adalah akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterone, faktor kejiwaan, masalah sosial, dan gangguan fungsi serotonin (Karyadi, 2008).
Banyak persoalan yang dihadapi para remaja berkaitan dengan masalah gizi yang sehubungan dengan perkembangan untuk mencapai kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masalah-masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi
remaja tersebut saling berkaitan dengan satu sama lain dan diperlukan penanganan yang terpadu dan menyeluruh (Khomsan, 2003).
Seorang siswi kadang kala mengalami stress dalam menjalani kegiatan proses pembelajaran yang dapat berpengaruh pada kondisi kesehatannya dan konsentrasi belajarnya (Mulyono, 2002). Faktor stress juga dapat memperberat gangguan Premenstrual Syndrome (Wikipedia, 2009). Disamping itu, kondisi sosial ekonomi yang berbeda antara masing-masing individu dapat mencerminkan keteraturan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang pada akhirnya akan menunjukkan asupan zat gizi secara spesifik.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 3 Berastagi tanggal 19 Desember 2011 pada 20 siswi yang sudah menstruasi terdapat 15 siswi (75%) mengalami premenstrual syndrome (PMS) dengan keluhan yang berbeda - beda.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi Premenstrual Syndrome (PMS) non farmakologik yaitu dengan merubah pola nutrisi yang memiliki efek yang bermakna, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abraham (2009), dengan penambahan nutrisi tertentu disertai perubahan pola makan 1-2 minggu menjelang menstruasi dapat mengurangi gejala PMS. Nutrisi yang dianjurkan bagi penderita PMS adalah diet rendah lemak dan garam, mengandung protein, vitamin, mineral, Vitamin B, vitamin C, vitamin E, Ca, Mg, dan Zn yang seimbang serta perbanyak makan buah, sayur dan serat tinggi. Dengan perubahan pola makan tersebut sehingga gejala Pre-menstrual syndrome (PMS) bisa berkurang dan tidak perlu lagi obat-obatan.
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome ( PMS) pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status gizi pada remaja puteri (siswi) di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012.
b. Untuk mengetahui kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri (siswi) di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti sendiri, dapat memperdalam pengetahuan tentang status gizi dan kejadian Premenstrual Syndrom ( PMS).
b. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang PMS terutama dalam hubungannya dengan status gizi.
c. Bagi profesi kebidanan, sebagai bahan kajian/informasi dalam mengkaji, menganalisa, mendiagnosa dan memberikan perawatan pada wanita yang mengalami Premenstrual Syndrome (PMS).
2. Manfaat Aplikatif
Dapat memberikan masukan bagi para remaja puteri untuk mengatur kebutuhan gizi sehingga dapat meminimalkan gejala-gejala Premenstrual Syndrome (PMS) yang mereka alami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian
Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere”
yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Baik kematangan fisik, sosial maupun
psikologis (Soetjiningsih, 2004).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi, dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode
suatu pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa
(Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum. 2010).
Batas usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI
antara 10-19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah antara 10-19
tahun.Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik
(organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan
perubahan kejiwaan (mental emosional) (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum.
2010).
Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-18
tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja dibagi atas:
1. Masa remaja awal ( 10-12 tahun )
2. Masa remaja tengah ( 14-16 tahun )
3. Masa remaja akhir ( 17-19 tahun )
2. Perkembangan Remaja dan Tugasnya
Menurut Robert Y. Havighurst dalam bukunya Human Development and
Education yang dikutip oleh Panuju dan Ida ( 1999 : 23-26 ), tugas perkembangan
remaja wanita ada sepuluh, yaitu :
a. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik dengan
teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.
b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin
masing-masing.
c. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif
mungkin dengan perasaan puas.
d. Mencapai kebebasan emosional dari orangtua atau orang dewasa lainnya.
e. Mencapai kebebasan ekonomi.
f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan.
g. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga.
h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan
untuk kepentingan hidup bermasyarakat.
i. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.
j. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakannya dan
pandangan hidupnya.
Menurut Pratiwi (2005, hlm.14) bahwa tugas-tugas yang harus dipenuhi
sehubungan dengan perkembangan seksualitas remaja adalah memiliki pengetahuan
yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima
masyarakat, mengembangkan sikap yang benar tentang seks, mengenali pola-pola
harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup, mempelajari cara-cara
mengekspresikan cinta.
3. Perubahan Fisik pada Remaja Perempuan
Pada masa remaja ini, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai
banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi
(organ seksual), sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan
kemampuan melaksanakan fungsi produksi.
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti timbulnya
tanda-tanda sebagai berikut :
a. Tanda- tanda seks primer pada Perempuan
Semua organ reproduksi perempuan tumbuh pada masa puber. Sebagai tanda
kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah
serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus
secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus
sampai menjelang masa menopause.
b. Tanda-tanda Seks Sekunder pada Perempuan
1) Rambut
Rambut kemaluan pada wanita tumbuh setelah pinggul dan payudara
mulai berkembang, bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak
setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan
terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap, dan
agak keriting.
2) Pinggul
Pinggul pun menjadi berkembang, membesar, dan membulat. Hal ini
sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di
bawah kulit.
3) Payudara
Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting
susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan
berkembang dan makin besarnya kelenjar susu, sehingga payudara menjadi
lebih besar dan lebih bulat.
4) Kulit
Kulit wanita akan lebih lembut.
5) Kelenjar Lemak dan Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat dan kelenjar lemak menjadi lebih aktif. Sumbatan
kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya
menusuk sebelum dan selama masa haid.
6) Otot
Menjelang akhir masa puber, otot semakin kuat dan membesar.
Akibatnya akan membentuk bahu, lengan, dan tungkai kaki.
7) Suara
Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada
perempuan
4. Perubahan Kejiwaan pada masa Remaja
Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah :
a. Perubahan Emosi
Perubahan tersebut berupa kondisi :
1) Sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi
pada remaja puteri, lebih-lebih sebelum menstruasi.
2) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar
yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian, suka
mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
3) Ada kecenderungan tidak patuh pada orangtua, dan lebih senang pergi
bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.
b. Perkembangan Intelegensia
Pada perkembangan ini menyebabkan remaja cenderung mengembangkan
cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik dan cenderung ingin
mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.
B. STATUS GIZI
1. Pengertian
Gizi (nutrion) adalah berasal dari bahasa arab yaitu ”ghidza”, yang berarti
makanan dan pada bahasa sansekerta disebut “ geogos” yang artinya sumber-sumber
makanan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan (Soekirman, 2000).
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan
unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh yang berguna bila
dimasukkan ke dalam tubuh (Sunita, 2006).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Sunita, 2006).
2. Fungsi zat gizi
Zat gizi berfungsi sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan dan
kerja fisik, sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan, sebagai
pelindung dan pengatur.
3. Pengelompokan zat gizi
Zat-zat nutrient dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu makro nutrient (zat gizi
makro) dan mikro nutrient (zat gizi mikro).
a. Makro Nutrient
Zat gizi makro merupakan komponen terbesar dari susunan diet serta
berfungsi menyuplai energy dan zat-zat gizi esensial yang berguna untukkeperluan
pertumbuhan sel atau jaringan, fungsi pemeliharaan maupun aktivitas tubuh.
Kelompok makro nutrient terdiri dari karbohidrat (hidrat arang), lemak, protein (zat
putih telur), makro mineral dan air (ada yang tidak memasukkan air dalam zat gizi).
b. Mikro Nutrient
Dalam golongan zat gizi mikro ini, termasuk vitamin ( baik yang larut dalam
air maupun yang larut dalam lemak ) dan sejumlah mineral yang hanya dibutuhkan
dan B kompleks ( meliputi vitamin B2 [riboflamin], niacin, vitamin B6 [piridoksin],
asam folat, biotin, asam pantotenat, dan vitamin B12 [kobalamin] ). Vitamin yang
larut dalam lemak, vitamin A (retinol ), vitamin D (kalsiferol), vitamin E (tokoferol),
dan vitamin K (quinon). Mikro mineral meliputi zat besi, yodium, fluor, zink,
chromium, selenium, mangan, molipdenum dan kurfum. Kebanyakan diantaranya
terikat pada enzim dan hormon serta berfungsi pada metabolisme (Erna, 2005).
4. Penilaian Status Gizi
Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung
dan tidak langsung meliputi : antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Penilaian
secara tidak langsung meliputi : survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor
ekologi. Penilaian status gizi tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan
masing-masing.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode
penilaian status gizi adalah tujuan, unit sampel yang diukur, jenis informasi yang
dibutuhkan, tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan, tersedianya fasilitas dan
peralatan, ketenangan dan dana (Nyoman, Bakri & Fajar. 2002).
5. Jenis Parameter
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia seperti
lingkar lengan atas (LILA).
Lingkar Lengan Atas dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang
sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah.
Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari
fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.
Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan. Ada
tujuh urutan pengukuran LILA, yaitu :
a. Tetapkan posisi bahu dan siku
b. Letakkan pita antara bahu dan siku
c. Tentukan titik tengah lengan
d. Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan
e. Pita jangan terlalu ketat
f. Pita jangan terlalu longgar
g. Cara pembacaan skala yang benar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah pengukuran
dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita
ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan
dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam
arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata
(Nyoman, 2002).
6. Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi Status Gizi menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri 1975
dan Puslitbang Gizi dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Gizi Baik, dengan ukuran LILA 20,5cm-24,5cm
b. Gizi kurang, dengan ukuran LILA 19,5cm-20,4cm
c. Gizi Buruk, dengan ukuran LILA kurang dari 19,5cm
( Nyoman, Bakri & Fajar. 2002 )
7. Faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja adalah pengetahuan, prasangka,
kebiasaan, kesukaan, ekonomi.
C. PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)
1. Pengertian
Premenstrual syndrome (PMS) adalah gabungan dari gejala fisik dan
psikologis yang biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum
haid dan menghilang setelah haid datang ( Mitayani, 2009).
Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid
dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak
wanita sebelum awitan setiap siklus menstruasi ( Bruner and sunddart, 2001).
2. Insiden
Insiden atau kejadian dari premenstrual syndrome (PMS) sedikitya 85 % dari
wanita menstruasi yang mengalaminya. Study epidemiologi menunjukan kurang
lebih 20 % dari wanita usia reproduktif mengalami gejala PMS sedang sampai berat
(Freeman, 2007).
Sekitar 3-8 % memiliki gejala hingga patah yang disebut disporic disorder
atau Premenstrual Dysporc Disorder (PMDD) (Saryono, 2002).
3. Penyebab
Penyebab premenstrual syndrome (PMS) belum jelas. Beberapa penyebab
premenstrual syndrome (PMS) antara lain: ketidakseimbangan antara hormon
estrogen dan progesterone (kelebihan estrogen atau kekurangan progesteron dalam
fase luteal dari siklus menstruasi), faktor-faktor evolusi dan genetik, gangguan fungsi
serotin, jumlah prolaktin yang terlalu banyak (dapat mengganggu mekanisme tubuh
yang mengontrol, produksi estrogen dan progesteron), kelebihan atau defisiensi
kortison dan androgen, kelebihan hormon anti dieresis, defisiensi vitamin A, B1, B6
atau mineral seperti magnesium, hipoglikemia reaktif, alergi hormone, toksi haid,
stres dan masalah emosional, masalah social, gaya hidup, misalya kurang olahraga,
diet tinggi gula, minum alkohol, konsumsi tinggi garam.
4. Gejala
Wanita dapat mengalami berbagai macam gejala premenstrual syndrome
(PMS), baik gejala fisik maupun gejala emosional.
Tabel. Gejala-gejala Premenstrual Syndrome (PMS)
GEJALA FISIK GEJALA EMOSIONAL
Perut kembung
Nyeri payudara, bengkak, keras Sakit kepala atau migraine Kejang atau bengkak pada kaki Nyeri panggul
Hilang koordinasi Nafsu makan bertambah Hidung tersumbat Tumbuh jerawat Sakit pinggul
Suka makan manis atau asam Palpitasi
Peka suara atau cahaya
Depresi Cemas
Suka menangis
Sifat agresif atau pembantahan Pelupa
Tidak bisa tidur Merasa tegang Irritabilitas Suka marah Paranoid
Perubahan dorongan seksual Konsentrasi berkurang Merasa tidak aman Sumber : dikutip dari Rayburn et.al., (2001), halaman 287.
5. Tipe Premenstrual Syndrome (PMS) berdasarkan gejalanya :
Menurut Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari fakultas
kedokteran UCLA, AS membagi PMS menjadi 4 tipe menurut gejalanya, yakni tipe A,
H, C, dan D.
a. PMS (Premenstrual Syndrome) Tipe A
PMS tipe A (Anxiety) ditandai dengan gejala seperti :
1) Rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita
mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid.
2) Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron ;
hormon estrogen lebih tinggi daripada hormon progesteron.
3) Penderita PMS Tipe A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan
mengurangi atau membatasi minum kopi.
b. PMS Tipe H
PMS tipe H (Hyiperhydration) memiliki gejala :
1) Edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan
tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid.
2) Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel
(ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita.
3) Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan
natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada.
4) Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan
garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
c. PMS Tipe C
PMS tipe C (Craving) ditandai dengan gejala seperti :
1) Rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya cokelat)
dan karbohidrat sederhana (biasanya gula).
2) Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak
timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala,
terkadang sampai pingsan.
3) Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh
meningkat.
4) Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stress, tinggi garam
dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau
kurangnya magnesium.
d. PMS tipe D
PMS tipe D (Depression) ditandai dengan gejala :
1) Rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit
dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa
ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri.
2) Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar
3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.
3) Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
stress, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbale di
tubuh atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6 ).
4) Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium
dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan
dengan tipe A (Saryono, 2009).
6. Penanggulangan Premenstrual Syndrome
a. Kurangi makanan bergaram, seperti kentang goreng, kacang-kacangan, dan
makanan berbumbu untuk mengurangi penahanan air berlebihan.
b. Kurangi makanan berupa tepung, gula, kafein, cokelat.
c. Tambahkan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin C dosis tinggi,
seminggu sebelum menstruasi.
d. Makan makanan berserat dan perbanyak makan makanan atau suplemen yang
mengandung zat besi agar terhindar dari anemia.
e. Perbanyak minum air putih.
f. Penatalaksanaan secara medis :
1) Untuk mengatasi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari
sebelum haid penggunaan garam dibatasi dan biasanya diberikan
pengobatan diuretika.
2) Pemberian hormon progesterone selama 8-10 hari sebelum haid untuk
mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen.
3) Pemberian hormon testosterone dalam bentuk metiltestosteron sebagai
D. Hubungan Status Gizi dengan Premenstrual Syndrome (PMS)
Keadaan gizi seseorang sangat berkaitan dengan kesehatan tubuhnya, yaitu untuk
menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur
proses kehidupan dalam tubuh (Sunita, 2005). Faktor yang mempengaruhi gizi pada
remaja adalah pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan, dan ekonomi.
Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya sindrom pre-
menstruasi diantaranya berkaitan dengan karakteristik wanita itu sendiri. Menurut
Oakley (1998), setiap individu mempunyai karakteristik biografi yang berbeda,
karakteristik tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan sosial seseorang.
Karakteristik wanita usia reproduktif yang berhubungan dengan sindrom pre-menstruasi.
Status gizi remaja puteri sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik dari
faktor usia terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche, maupun
lamanya hari menarche. Dan secara psikologis wanita remaja yang pertama sekali
mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya
terasa mules. Tetapi pada beberapa remaja keluhan- keluhan tersebut tidak dirasakan, hal
ini dipengaruhi nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur
(Erna, dkk. 2004).
Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ
tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan
mempengaruhi terjadinya Premenstrual Syndrome (PMS), tetapi akan membaik bila
asupan nutrisinya baik. Tindakan yang dilakukan untuk menangani kasus premenstrual
syndrome tersebut adalah menganjurkan perubahan diet, selain menambah suplemen
nutrisi, walaupun tidak secara khusus jenis nutrisinya apa. Dengan mengonsumsi rendah
konsumsi tinggi karbohidrat dan rendah protein dapat memperbaiki gangguan perasaan
yang tidak nyaman. Hal ini berhubungan dengan pembentukan serotonin di dalam otak
(Erna, dkk. 2004).
Pada remaja puteri perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara
mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid, terbukti
pada saat haid tersebut terutama pada fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan
nutrisi. Apabila hal ini diabaikan dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang
menimbulkan premenstrual syndrome (PMS) selama siklus haid.
BAB III
KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL
A.Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian tentang Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun
2012 adalah sebagai berikut :
Variabel Independent Variabel Dependent
Skema. 1. Skema kerangka konsep
B. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hipotesis Alternatif (Ha),
yaitu ada hubungan status gizi dengan kejadian premenstrual syndrome (PMS) pada
remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012.
Kejadian Premenstrual Syndrome
(PMS) pada Remaja Puteri
C. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi
Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur Hasil Skala
1. Independent :
Status Gizi Keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi pada remaja puteri Observasi Pita pengukur LILA
1. Gizi baik: Jika ukuran LILA responden sebesar ≥20,5 cm
2. Gizi kurang: Jika ukuran LILA responden sebesar <20,5 cm Ordinal
2 Dependent :
Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Puteri Gejala fisik, psikis (emosional), dan tingkah laku yang sering terjadi dalam siklus menstruasi wanita dan menghilang setelah haid datang pada remaja puteri
Angket Kuesioner 1. Ya =
mengalami gejala PMS (1)
2. Tidak =
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat studi korelasi (Correlation study) dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk melihat
hubungan antara variable yang satu dengan variable yang lain. Peneliti ingin mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012.
B.Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja puteri (siswi) di SMP Negeri 3 Berastagi mulai dari kelas I sampai kelas III yang sudah mengalami menstruasi yaitu 282 orang.
2. Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling. Penentuan sampel dalam penelitian ini memakai derajat kepercayaan sebesar 95%, serta tingkat kesalahan dalam pengambilan keputusan 5%.
Untuk memperoleh besar sampel penelitian digunakan rumus sebagai berikut :
) (
1 N d2
N n
Dari rumus di atas dapat kita lihat jumlah sampel yang akan dijadikan responden pada penelitian ini, yaitu :
165 ) 05 , 0 ( 282 1
282
2
n
Berdasarkan rumus di atas, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 165 siswi. Dengan kriteria sampel subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.
Agar sampel yang diperoleh merata, maka digunakan teknik stratified random sampling yaitu dengan cara pengambilan sampel dengan membagi sampel berdasarkan kelas masing - masing berdasarkan rumus sebagai berikut:
diteliti yang
sampel x
target populasi
N n
Keterangan : n = Bilangan responden perkelas N = Jumlah Remaja Puteri perkelas
Tabel: Populasi dan Sampel dalam Penelitian
Responden ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, yaitu : a. Kriteria inklusi
1. Siswi bersedia menjadi responden
2. Siswi kelas I, II, dan III di SMP Negeri 3 Berastagi 3. Sudah mengalami menstruasi
b. Kriteria eksklusi
Siswi yang sudah masuk di dalam kriteria inklusi tidak bisa hadir karena sakit, izin, dan absen.
NO KELAS JUMLAH REMAJA PUTERI PER KELAS
JUMLAH SAMPEL YANG DITELITI PER KELAS
1. I. U
I. 1 I. 2 I. 3 I. 4 I. 5 I. 6 7 8 6 8 8 9 6 4 5 3 5 5 5 3
2. II. U
II. 1 II. 2 II. 3 II. 4 II. 5 II. 6 20 15 20 17 7 6 9 12 9 12 10 4 3 5
3. III. U
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Berastagi. Pertimbangan peneliti memilih lokasi ini adalah untuk efisiensi dan efektifitas waktu dan lokasi yang mudah dijangkau peneliti. Dan penelitian yang menyangkut hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi belum pernah ada yang meneliti.
D.Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Maret 2012.
E. Etika Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat surat izin dari Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan persetujuan dari kepala Sekolah SMP Negeri 3 Berastagi. Selanjutnya dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian yang dilakukan kepada responden. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk menjadi subjek penelitian. Responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed concent) penelitian.
Peneliti melindungi subjek dari kerugian material, nama baik, bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang mungkin timbul akibat penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner, tetapi dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu kuesioner dan pita pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Kuesioner yang ditujukan kepada responden adalah alat yang digunakan peneliti untuk mengetahui kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) apakah dialami atau tidak dialami oleh para remaja puteri (siswi) di SMP Negeri 3 Berastagi melalui tipe-tipe premenstruasi syndrome berdasarkan gejalanya sesuai dengan tinjauan teoritis. Kuesioner berisi 20 pertanyaan dalam bentuk Dichotomus Choice (Notoadmojo, 2005). Pita pengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) yang terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik adalah alat yang digunakan untuk mengetahui status gizi remaja puteri (siswi) di SMP Negeri 3 Berastagi apakah gizi baik atau gizi kurang. Dikatakan gizi baik apabila ukuran lingkar lengan responden (LILA) adalah ≥20,5 cm, sedangkan yang dikatakan gizi kurang apabila ukuran lingkar lengan responden adalah <20,5 cm.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
dibandingkan nilai r hasil dengan nilai r tabel, ketentuan : bila r hasil > r tabel maka pertanyaan tersebut valid. Sedangkan untuk pengujian validitas instrumen penelitian yang berupa skor dikategori pada penelitian dengan menggunakan komputerisasi SPSS.
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 10 butir pertanyaan yang diujicobakan valid memiliki r hasil > r tabel.
2. Uji Reliabilitas
Kuesioner dalam penelitian ini dibuat oleh peneliti sendiri, maka penting untuk dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Di mana uji reliabilitas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Kabanjahe dengan jumlah responden 10 orang yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel dalam penelitian ini. Data dianalisis dengan uji cronbach’alpha dan diolah dengan menggunakan bantuan program komputerisasi untuk mencari koefisiensi reliabilitas cronbach’alpha. Dengan ketentuan apabila rhitung > rtabel (p) > 0.6, maka instrumen dinyatakan reliabel. Apabila rhitung < rtabel (p) < 0.6, maka instrumen dinyatakan tidak reliabel (Hidayat, 2007). Berdasarkan hasil uji reliabilitas kuesioner dengan menggunakan program komputerisasi dari 20 butir pertanyaan dengan 10 responden didapat hasilnya 0,982>0,6 yang berarti kuesioner yang dipakai reliabel.
H. Prosedur Pengumpulan Data
di SMP Negeri 3 Berastagi. Peneliti dibantu oleh seorang guru yang mengajar di sekolah tersebut yaitu ibu Ngarab Sembiring dan tiga orang teman dari DIV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara yaitu Maria Barus, Hennytasari Ginting, dan Yohana.
Pengumpulan siswi dilakukan dengan cara memasuki masing-masing kelas oleh Ibu Ngarab Sembiring dan peneliti dan menyuruh siswi tersebut kumpul di ruang perpustakaan SMP Negeri 3 Berastagi dan siswi yang telah masuk ke ruang perpustakaan diawasi oleh Maria Barus, Hennytasari Ginting dan Yohana untuk menjaga ketertiban siswi.
Setelah semua siswi terkumpul, peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Setelah itu, peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden untuk mendapatkan persetujuan sebagai sampel penelitian. Setelah calon responden bersedia, maka diminta untuk menandatangani informed concent, setelah itu peneliti memberikan penjelasan tentang status gizi dengan kejadian premenstrual syndrome (PMS) pada masa remaja.
status gizi responden dengan ketelitian 0,1 cm yang sudah terstandarisasi oleh departemen kesehatan dengan cara melingkarkan pita LILA pada tengah lengan atas dari tangan kiri, posisi tangan responden harus rileks dan tidak boleh kaku atau menggenggam. Titik pengukuran tepat di tengah-tengah antara tulang akromion dan olecranon, tidak boleh terlalu ke bawah / ke atas.
Kemudian peneliti memeriksa kembali kelengkapan data dan selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.
I. Analisis Data 1. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisa data, data yang telah terkumpul diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Editing
Proses editing dilakukan untuk memeriksa data yang sudah terkumpul dan jika ada kekurangan langsung dilengkapi tanpa dilakukan penggantian jawaban responden.
b) Coding
Pada tahap ini dilakukan dengan memberi kode pada semua variabel agar mempermudah dalam pengolahan data.
c) Tabulating
Tabulasi digunakan untuk pengorganisasian data yang sudah terkumpul agar mudah dijumlahkan, disusun, dan didata untuk disajikan serta dianalisa.
2. Analisa Data
Pada penelitian akan dilakukan analisa data secara komputerisasi yang terdiri dari:
a) Analisa Univariat
Data yang dianalisa univariat adalah data demografi untuk menentukan frekuensi dan persentase umur dan kelas, serta tiap variabel penelitian untuk melihat tampilan tabel distribusi frekuensi kriteria responden dengan variabel independent adalah status gizi remaja puteri dan variabel dependent adalah kejadian Premenstrual Syndrome (PMS).
b) Analisa Bivariat
Penganalisaan secara bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis adalah apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka Ho ditolak, apabila (p) > 0,05 maka Ho gagal ditolak . Data disajikan dalam bentuk tabel.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi tahun
2012” yang dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2012 dengan jumlah sampel sebanyak
165 orang remaja puteri (siswi) di SMP Negeri 3 Berastagi yang telah mengalami
menstruasi, maka dapat disajikan hasilnya sebagai berikut.
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari umur dan kelas. Kelas
responden dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelas satu, dua, dan tiga. Dari table 5.1.
[image:46.595.169.497.507.685.2]dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Demografi Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012
Data Demografi F %
Umur - 11 Tahun - 12 Tahun - 13 Tahun - 14 Tahun - 15 Tahun - 16 Tahun
1 13 57 50 35 9 0,6 7,9 34,5 30,3 21,2 5,5 Kelas - Satu - Dua - Tiga 30 55 80 18,2 33,3 48,5
Jumlah 165 100
Berdasarkan tabel 5.1. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar umur
responden adalah 13 tahun yaitu 57 orang (34,5%) dan sebagian kecil berada pada umur
11 tahun yaitu 1 orang (0,6%). Berdasarkan kelas responden mayoritas berada di kelas
tiga yaitu 80 orang (48,5%).
2. Status Gizi Remaja Responden
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi pada remaja puteri. Status gizi responden dibagi menjadi dua
kategori yaitu status gizi baik dan status gizi kurang. Dari table 5.2. dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 5.2
Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012
Status Gizi F %
Baik 118 71,5
Kurang 47 28,5
Jumlah 165 100
Dari tabel 5.2. di atas dapat disimpulkan bahwa status gizi responden mayoritas
baik adalah 118 orang (71,5%), sedangkan status gizi yang kurang adalah 47 orang
(28,5%).
3. Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada Responden
Premenstrual Syndrome (PMS) adalah gejala fisik, psikis (emosional), dan
tingkah laku yang sering terjadi dalam siklus menstruasi dan menghilang setelah haid
kategori yaitu mengalami premenstrual syndrome dan tidak mengalami premenstrual
syndrome. Dari tabel 5.3 dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5.3
Distribusi Responden berdasarkan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012
Premenstrual Syndrome (PMS) F %
Mengalami 108 65,5
Tidak mengalami 57 34,5
Jumlah 165 100
Berdasarkan tabel 5.3. di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden
mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) yaitu sebanyak 108 orang (65,5%)
dan minoritas responden yang tidak mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS)
yaitu sebanyak 57 orang (34,5%).
4. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada
Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012.
Dari tabel di bawah ini yang menghubungkan status gizi dengan kejadian
Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi tahun
[image:48.595.111.526.212.268.2]2012 dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5.4
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012
Status Gizi Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Puteri
Total P
Mengalami Tidak
mengalami
n % N % n % 0,175
Baik 73 61,9 45 38,1 118 100
Kurang 35 74,5 12 25,5 57 100
Total 108 65.5 57 34,5 165 100
Dari tabel 5.4. di atas dapat diperoleh hasil analisis bahwa sebagian besar yaitu
73 orang dari 165 orang (61,9%) remaja puteri (siswi) memiliki status gizi baik dan
mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS), sedangkan remaja puteri (siswi)
yang memiliki status gizi baik tetapi tidak mengalami kejadian Premenstrual Syndrome
(PMS) berjumlah 45 orang dari 165 orang (38,1%). Dan remaja puteri (siswi) yang
mempunyai status gizi kurang tetapi mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS)
ada sebanyak 35 orang dari 165 orang (74,5%), dan siswi yang berstatus gizi kurang dan
tidak mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) ada sebanyak 12 orang dari
165 orang (25,5%). Analisis hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual
Syndrome (PMS) di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012 diukur dengan menggunakan
uji chi square. Dari hasil analisis data diperoleh nilai p=0,175 (α=0,05) yang berarti Ho
gagal ditolak, artinya bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi
dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3
Berastagi tahun 2012.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti memperoleh data
yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 165 orang
responden dengan jumlah pertanyaan pada variabel dependent (premenstrual syndrome
(PMS)) sejumlah 20 pertanyaan dan pada variabel independent (status gizi) dilakukan
dengan cara mengukur lingkar lengan atas (LILA) responden untuk mengetahui
hubungan status gizi dengan kejadian premenstrual syndrome (PMS) pada remaja puteri
di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam
melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Interpretasi dan Diskusi Hasil
1.1. Status Gizi Responden
Dari 165 remaja puteri (siswi) yang menjadi responden dalam penelitian ini,
data yang terkumpul menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki status gizi
yang baik sebanyak 118 orang (71,5%).
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk
menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur
proses kehidupan dalam tubuh (Sunita, 2005).
Pada remaja puteri perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara
mengkonsumsi makanan seimbang, terbukti pada saat mengalami haid terutama pada
fase luteal terjadi suatu peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan
dampaknya akan menimbulkan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) selama siklus
haid (Erna, dkk. 2004).
1.2. Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada responden
Dari hasil penelitian pada 165 orang responden dapat dilihat bahwa mayoritas
responden mengalami Premenstrual Syndrome (PMS) adalah 108 orang (65,5%).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh American College of Obstetricians
and Gynecologist bahwa sedikitnya 85% dari wanita menstruasi mengalami minimal
satu dari gejala Premenstrual Syndrome (PMS) dengan gejala yang bervariasi dan
berubah – ubah pada tiap wanita dari bulan ke bulan. Menurut BKKBN (Badan
Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional) tahun 2005, Wanita usia subur / usia
reproduktif adalah wanita yang berumur 18 – 49 tahun yang berstatus belum kawin,
mengalami gejala – gejala yang sama dan kekuatan Premenstrual Syndrome (PMS) yang
sama sebagaimana dialami oleh wanita yang lebih tua.
Berdasarkan teori yang ada bahwa Premenstrual Syndrome (PMS) adalah
kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang dengan keluarnya darah
menstruasi serta dialami oleh banyak wanita setiap siklus menstruasinya (Brunner and
Sunddart, 2001).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Kejadian Premenstrual
Syndrome (PMS) terhadap 165 orang responden sesuai dengan hasil penelitian terdahulu
yang pernah diteliti oleh orang lain dan sesuai dengan tinjauan teoritis yang mendukung
adanya kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri yang terjadi sebelum
haid dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak
wanita setiap siklus menstruasinya.
1.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome pada Remaja
Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square pada hubungan
status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP
Negeri 3 Berastagi Tahun 2012 dengan taraf signifikan 5% dan nilai p-value 0,175 atau
dengan rumus Continuity correction pada nilai α =0,05 dan df = 1 didapat nilai p =
0,175 (p ≥ 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara status gizi dengan kejadian Premenstual Syndrome (PMS) pada remaja
puteri di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012.
Berdasarkan hasil penelitian Setyarini (2010) menemukan bahwa ada hubungan
desain penelitian analitik cross sectional dengan menggunakan data primer. Jumlah
sampel 186 responden diambil secara ranom sampling. Hasil analisa menggunakan Uji
mann Whitney dengan taraf signifikan α = 0,05. Dari hasil penelitian yang diperoleh
bahwa sebagian besar Premenstrual Syndrome (PMS) yang dialami oleh responden
mempunyai status gizi kurang dengan nilai p = 0,011.
Menurut teori yang ada bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian
Premenstrual Syndrome (PMS), di mana gizi kurang atau terbatas selain akan
mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya
fungsi reproduksi yang berpengaruh terhadap kejadian Premenstrual Syndrome (PMS),
tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 165 orang responden di SMP Negeri 3 Berastagi tahun 2012 dapat dilihat
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian
Premenstrual Syndrome (PMS).
Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti tidak sesuai dengan teori yang
sebenarnya serta hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya
yang diteliti oleh Setyarini (2010). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah faktor jumlah responden atau banyak sedikitnya jumlah responden yang
berpengaruh terhadap hasil penelitian, perbedaan cara pemilihan sampel penelitian,
perbedaan kriteria sampel, dan metode yang digunakan.
Dapat disimpulkan bahwa Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) yang dialami
responden tidak hanya dipengaruhi oleh status gizinya, tetapi dapat juga dipengaruhi
oleh penyebab premenstrual syndrome (PMS) yang lain meliputi: ketidakseimbangan
antara hormon estrogen dan progesterone (kelebihan estrogen atau kekurangan
gangguan fungsi serotin, jumlah prolaktin yang terlalu banyak (dapat mengganggu
mekanisme tubuh yang mengontrol, produksi estrogen dan progesteron), kelebihan atau
defisiensi kortison dan androgen, kelebihan hormon anti dieresis, abnormalitas sekresi
opiate endrogen atau melatonin, defisiensi vitamin A, B1, B6 atau mineral seperti
magnesium, hipoglikemia reaktif, alergi hormone, toksi haid, stres dan masalah
emosional, masalah social, gaya hidup, misalya kurang olahraga, diet tinggi gula, minum
alkohol, konsumsi tinggi garam.
2. Keterbatasan Penelitian
Pemilihan responden pada penelitian ini yakni 165 orang siswi di SMP Negeri 3
Berastagi Tahun 2012. Lokasi SMP Negeri 3 Berastagi ini berada di pusat kota
Berastagi yang mana siswi remaja putri sudah banyak yang memilki status gizi yang
baik walaupun masih banyak pula yang mengalami kejadian Premenstrual Syndrome
(PMS). Hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor penyebab lain dalam kejadian Premenstrual
Syndrome (PMS) selain dari pengaruh status gizi remaja puteri, seperti
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterone, faktor kejiwaan, masalah sosial,
dan gangguan fungsi serotonin. Maka dalam penelitian selanjutnya dianjurkan untuk
melihat hubungan dari faktor penyebab lain kejadian Premenstrual Syndrome (PMS)
selain dari status gizi yang telah diteliti oleh peneliti dengan populasinya tetap pada
remaja puteri.
3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan / Pendidikan Kebidanan
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja puteri
memiliki status gizi baik, namun mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS).
Oleh karena itu diharapkan tenaga kesehatan / bidan memberikan asuhan kebidanan /
pendidikan kesehatan pada remaja puteri dalam upaya penanggulangan kejadian
Premenstrual Syndrome (PMS) yang dihadapi oleh para remaja puteri tersebut dengan
tetap mempertahankan status gizinya yang sudah baik, sehingga derajat kesehatan
remaja puteri semakin meningkat dan segala kegiatan maupun aktivitas yang dilakukan
berjalan dengan lancar.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 165 orang remaja puteri (siswi) di SMP Negeri 3 Berastagi Tahun 2012, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berada pada umur 13 tahun yaitu sebanyak 57 orang (34,5%) dan sebagian kecil berada pada umur 11 tahun yaitu sebanyak 1 orang (0,6%). Berdasarkan tingkat kelas responden mayoritas berada di kelas tiga yaitu sebanyak 80 orang (48,5%).
2. Dari 165 orang remaja puteri (siswi) di SMP Negeri 3 Berastagi mayoritas memiliki status gizi baik berjumlah 118 orang (71,5%), sedangkan remaja puteri (siswi) yang memiliki status gizi yang kurang berjumlah 47 orang (28,5%).
3. Dari 165 orang remaja puteri (siswi) di SMP Negeri 3 Berastagi mayoritas mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) berjumlah 108 orang (65,5%) dan sebagian kecil yang tidak mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) berjumlah 57 orang (34,5%).
B. Saran
1. Bagi peneliti sendiri agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang status gizi dan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) untuk penelitian berikutnya apabila melanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.
2. Bagi institusi pendidikan agar mempersiapkan mahasiswa bidan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasannya terutama mengenai hubungan status gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS).
3. Bagi profesi kebidanan agar mampu mengkaji, menganalisa, mendiagnosa, dan memberikan perawatan dengan baik pada setiap wanita yang mengalami kejadian Premenstrual Syndrome (PMS).
4. Bagi para remaja puteri agar lebih memperhatikan dan mengatur kebutuhan gizi lewat makanan yang dikonsumsi setiap hari, sehingga dapat meminimalkan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Erna, F., dkk. (2004). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.
Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Llewellyn, D., Jones. (2005). Setiap Wanita. Jakarta : Delapratasa Publishing.
Manuaba, S. (2006). Buku Ajar Ginekology untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Mary, dkk. (2007). Klien Gangguan Reproduksi dan Seksualitas. Jakarta: EGC Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurachmah. (2001). Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto.
Nursalam. (2008). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nyoman,I.D., Bakri, B., Fajar, I. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Sarwono, (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sarwono,W., dkk. (2003). Pengkajian Status Gizi. Jakarta: FKUI. Saryono. (2009). Sindrom Premenstruasi. Yogjakarta: Nuha Medika.
Setiawan dan Saryono. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan DII, DIV, SI, dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi Dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sopiyudin. (2008). Langkah – Langkah Membuat Proposal Penelitian. Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunita, (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Assalammualaikum Wr. Wb/Salam Sejahtera
Dengan Hormat,
Nama saya Novita Br. Ginting Munthe, sedang menjalani pendidikan di program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi”.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode suatu pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas(Widyastuti, 2010). Perubahan yang terjadi pada remaja akan mempengaruhi kebutuhan dalam penggunaan zat gizi. Hal ini disertai dengan perubahan hormon pada masa remaja yang juga menyebabkan perubahan Fisiologis yang mempengaruhi kebutuhan gizi remaja (Nyoman, 2001).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian premenstrual syndrome (PMS) pada remaja puteri di SMP Negeri 3 Berastagi.
Saya akan membagikan lembar kuesioner dan melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) kepada adik-adik :
a. Kuesioner tentang Premenstrual Syndrome (PMS) dalam bentuk pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan .
b. Pengukuran Lingkar Lengan Atas dengan menggunakan pita pengukur LILA. Partisipasi adik-adik bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk peneltian ini adik-adik tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila adik-adik membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :
Nama : Novita Br. Ginting Munthe Alamat : Jl. Prof. M. Yusuf. No.9 Medan. No Hp : 081376419179
Terima kasih saya ucapkan kepada adik-adik yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan adik-adik dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan adik-adik bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah saya persiapkan.
Medan, Maret 2012
Peneliti
LEMBAR PERSETUJAUN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat : Telp/Hp :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada Remaja Puteri di SMP Negeri 3 Berastagi”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya
Medan, Maret 2012
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA REMAJA PUTERI DI SMP NEGERI 3
BERASTAGI TAHUN 2012
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Pilihlah jawaban sesuai dengan apa yang anda rasakan atau benar-benar anda alami pada saat menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi dengan memberi tanda ceklist (√) dikolom yang tersedia
A. IDENTITAS
No. Urut responden : (diisi oleh peneliti)
Nama :
Umur : tahun
B. TIPE-TIPE DALAM PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)
NO PERTANYAAN Ya Tidak
A. Premenstrual syndrome Tipe A
1. Apakah anda mengalami gejala seperti cemas menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi ?
2. Apakah anda mengalami gejala seperti sensitif menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi?
3. Apakah anda mengalami gejala seperti perasaan letih menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi?
4. Apakah anda merasakan gejala seperti kebingungan menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi?
5. Apakah anda mengalami gejala seperti perasaan sedih menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi?
B. Premenstrual syndrome Tipe H
6. Apakah anda mengalami gejala seperti pembengkakan pada kaki dan tangan menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi?
7. Apakah anda mengalami gejala seperti perut kembung menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi?
8. Apakah anda mengalami gejala seperti nyeri pada payudara menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi? 9. Apakah anda mengalami peningkatan berat badan sebelum
haid?
10 Apakah anda mengalami peningkatan berat badan