• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi terhadap Kejadian Jenis Diare pada Balita Rawat Inap di RSUD Waikabubak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Status Gizi terhadap Kejadian Jenis Diare pada Balita Rawat Inap di RSUD Waikabubak"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN JENIS DIARE PADA BALITA RAWAT INAP DI RSUD WAIKABUBAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Katrina Imaculata Tema Pedha NIM : 188114101

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(2)

ii

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN JENIS DIARE PADA BALITA RAWAT INAP DI RSUD WAIKABUBAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Katrina Imaculata Tema Pedha NIM : 188114101

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(3)

iii

Persetujuan Pembimbing

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN JENIS DIARE PADA BALITA RAWAT INAP DI RSUD WAIKABUBAK

Skripsi yang diajukan oleh : Katrina Imaculata Tema Pedha

NIM : 188114101

Telah disetujui oleh

Pembimbing

(dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK ) 21 November 2022

(4)

iv

Pengesahan Skripsi Berjudul

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN JENIS DIARE PADA BALITA RAWAT INAP DI RSUD WAIKABUBAK

Oleh:

Katrina Imaculata Tema Pedha NIM : 188114101

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal: 12 Desember 2022

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

( Dr. apt. Dewi Setyaningsih )

Panitia Penguji : Tanda tangan

1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. .... ...……

2. apt. Putu Dyana Christasani, M.Sc. ... ...

3. Dr. apt. Dita Maria Virginia, S.Farm., M.Sc. ...……..

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua orang tua penulis, Bapak Teko Theodorus dan Ibu Lusia Sabu Liwun yang menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Keluarga penulis yang tersayang

Para sahabat dan teman-teman yang terkasih

Serta Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 21 November 2022 Penulis,

Katrina Imaculata Tema Pedha

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Katrina Imaculata Tema Pedha

Nomor Mahasiswa : 188114101

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan Status Gizi Terhadap Kejadian Jenis Diare Pada Balita Rawat Inap Di Rsud Waikabubak.

Beserta perangkat yang diperluhkan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perluh meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi, saya tidak keberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 21 November 2022 Yang menyatakan

Katrina Imaculata Tema Pedha

(8)

viii PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas kemurahan hati dan cinta kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul: “Hubungan Status Gizi Terhadap Kejadian Jenis Diare Pada Balita Rawat Inap di RSUD Waikabubak” sebagai syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari, bahwa keberhasilan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari saran, masukan dan dukungan yang sangat positif dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, dari hati yang paling dalam penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, Allah Tritunggal Maha Kudus yang senantiasa memberikan kekuatan dan pertolongan di setiap perjuangan penulis.

2. Dr. apt. Dewi Setyaningsih., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan, saran, kritik dan selalu sabar serta memberi semangat kepada penulis dalam penyelesain penulisan naskah skripsi ini.

5. Ibu apt. Putu Dyana Chritasani M.Sc. selaku dosen penguji yang membantu memberikan saran dan bimbingan selama pembuatan skripsi ini.

6. Ibu apt. Aris Widayati, M.Si.,Ph.D. selaku dosen penguji yang membantu memberikan saran dan bimbingan selama pembuatan skripsi ini.

7. Ibu Dr. apt. Dita Maria Virginia, S.Farm., M.Sc. selaku selaku dosen penguji yang membantu memberikan saran dan bimbingan selama pembuatan skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis Bapak Teko Theodorus dan Ibu Lusia Sabu Liwun serta seluruh anggota keluarga penulis yang selalu memberi dukungan, doa dan motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

ix

9. Untuk para sahabat dan teman-teman terkasih yang selalu membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi sumber informasi serta referensi bagi peneliti-peneliti terkhususnya dalam bidang kefarmasian.

Yogyakarta, 21 November 2022 Penulis

Katrina Imaculata Tema Pedha

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Keaslian Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Definisi Diae ... 8

B. Klasifikasi Diare ... 8

C. Etiologi Diare ... 9

D. Patofiologi Diare ... 10

E. Faktor-Faktor Penyebab Diare ... 11

F. Definisi Gizi ... 13

G. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Jenis Diare Balita ... 15

H. Landasan Teori ... 16

I. Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 18

B. Variabel dan definisi operasional ... 18

1. Variabel Penelitian ... 18

2. Definisi Operasional ... 18

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling... 20

a. Populasi ... 20

b. Sampel ... 20

c. Teknik Sampel ... 21

D. Instrumen Penelitian ... 22

E. Rencana Tata Cara Penelitian ... 22

a. Observasi Awal ... 22

b. Pembuatan dan Pengajuan Izin Ethical Clearance ... 23

c. Permohonan Izin Keppada Lembaga Daerah ... 23

(11)

xi

d. Pengumpulan Data ... 23

F. Analisis Hasil ... 24

a. Analisis Univariat... 24

b. Analisis Bivariat ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Karakteristik Responden Penelitian ... 25

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Jenis Diare Pada Balita ... 30

C. Analisis Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Jenis Diare Balita ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 42

BIOGRAFI PENULIS ... 64

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I Keaslian Penelitian ... 4 Tabel II. Defini Operasional ... 18 Tabel III. Hubungan faktor penyebab diare terhadap kejadian

jenis diare pada balita ... 31 Tabel IV Hasil analisis hubungan status gizi dengan kejadian

jenis diare ... 33

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak ... 20 Gambar 2. Distribusi pasien diare berdasarkan usia ... 25 Gamabr 3. Distribusi pasien diare berdasarkan jenis kelamin ... 26 Gamabar 4. Distribusi pasien diare berdasarkan riwayat

pendidikan ibu ... 26 Gambar 5. Distribusi pasien diare berdasarkan pemberian

ASI eksklusif ... 27 Gambar 6. Distribusi pasien diare berdasarkan status gizi ... 28 Gambar 7. Distribusi pasien diare berdasarkan jenis diare ... 29

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Keterangan Kelayakan Etik ... 42

Lampiran II. Surat Keterangan Izin Penelitian Pemerintah Kabupaten Sumba Barat ... 43

Lampiran III. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian di RSUD Waikabubak ... 44

Lampiran IV. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 45

Lampiran V. Tabel Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak ... 46

Lampiran VI. Analisis Bivariat Chi Square ... 56

Lampiran VII. Sertifikat CE & BU ... 62

Lampiran VIII. Dokumentasi Penelitian ... 63

(15)

xv ABSTRAK

Diare merupakan perubahan frekuensi dan konsistensi tinja yang terjadi pada seseorang. Secara global menurut World Health Organization penyakit diare masih menjadi penyebab kematian urutan kedua pada balita dan menyebabkan kematian di tahun 2019. Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1 - 5 % akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditangani , 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia. Diare juga penyebab utama kekurangan gizi sehingga tubuh akan mudah terserang penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian jenis diare pada balita rawat inap di RSUD Waikabubak.

Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional yang menggunakan analisis Chi-Square dengan bantuan program SPSS . Sampel diperoleh dari data rekam medis pasien balita penderita diare rawat inap di RSUD Waikabubak sebanyak 70 responden.

Penelitian ini menggunakan angka kejadian jenis diare akut dan kronik serta berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB) balita usia 1- 5 tahun yang terdapat pada data rekam medis pasien balita penderita diare rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Hasil analisis statistik nilai p = 0,221 menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi terhadap kejadian jenis diare pada balita rawat inap di RSUD Waikabubak.

Kata kunci: Jenis diare, status gizi, balita.

(16)

xvi ABSTRACT

Diarrhea is a change in the frequency and consistency of stool that occurs in a person. Globally, according to the World Health Organization , diarrheal disease is still the second leading cause of death in children under five and causes death in 2019. Acute diarrhea is one of the main causes of morbidity and mortality in children in various developing countries, including Indonesia. There are 60 million episodes of acute diarrhea every year in Indonesia where 1-5% will become chronic diarrhea and if severe dehydration occurs which is not treated immediately, 50-60% of them will die. Diarrhea is also the main cause of malnutrition so that the body will be susceptible to disease. This study aims to determine whether there is a relationship between nutritional status and the incidence of types of diarrhea in under-fives hospitalized at Waikabubak Regional Public Hospital.

This study used an analytic observational design with a cross-sectional analysis Chi-Square with the help of the SPSS program. Samples were obtained from medical record data of toddler patients with diarrhea hospitalized at the Waikabubak Regional Public Hospital as many as 70 respondents. This study used the incidence of types of acute and chronic diarrhea and weight according to body length or height (BB/PB or BB/TB) for toddlers aged 1-5 years found in the medical record data of inpatient toddlers with diarrhea who met the inclusion criteria. and exclusion.

The results of the statistical analysis of p value = 0.221 showed that there was no significant relationship between nutritional status and the occurrence of this type of diarrhea in under-fives hospitalized at Waikabubak Regional Public Hospital.

Keywords: Types of diarrhea, nutritional status, toddlers.

(17)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang terjadi di masyarakat, penyakit diare dapat berakibat fatal dan menjadi penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dan juga menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Berdasarkan pola penyebab kematian, diare merupakan urutan ke-13 dengan proporsi 3,5% untuk kematian semua umur dan urutan ke-3 sebagai penyakit menular setelah penyakit tuberkulosis dan pneumonia (Wasliah, Syamdarniati, dan Aristiawa, 2020).

Diare adalah buang air besar yang encer atau cair sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari yang terjadi pada seseorang. Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian urutan ke-2 pada balita dan menyebabkan kematian sebanyak 370.000 anak pada tahun 2019. Selain itu, diare juga merupakan penyebab utama kekurangan gizi sehingga tubuh akan mudah terserang penyakit (WHO, 2019).

Sekitar 45% kematian balita penyebabnya adalah kekurangan gizi. Jumlah balita yang mengalami stunting dapat mempengaruhi sekitar 21,9% (149 juta) dan wasting 7,3% (49 juta) (WHO, 2018).

Penyakit diare masih merupakan penyumbang angka kematian di Indonesia terutama pada balita. Pada tahun 2020 cakupan pelayanan penderita diare pada semua umur sebanyak 44,4% dan balita sebanyak 28,9% dari sasaran yang telah ditetapkan (Kemenkes, 2020). Prevalensi diare pada balita di Indonesia sebanyak 93.619, menurut hasil diagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11 % (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Kondisi diare akibat adanya infeksi dengan status gizi yang dialami balita mempunyai hubungan timbal balik yang erat (Rahayu, Ratnaningrum, dan Saptant, 2019). Anak-anak dengan status gizi kurang masih sangat tinggi angka kejadiannya, yaitu jumlah balita yang mengalami underweight sebanyak 91.365, stunting 87.737, dan wasting 86.753 (Riskesdas, 2018).

(18)

Prevalensi diare pada balita di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 2.496, menurut hasil diagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 9,4 % (Riskesdas, 2018). Gizi merupakan salah satu indikator yang dapat menilai keberhasilan pembangunan kesehatan sebuah negara untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Malnutrisi dapat meningkatkan kerentanan anak terhadap suatu penyakit dan mempengaruhi proses tumbuh kembangnya (Rosari, Rini, dan Masrul, 2013). Saat ini, stunting merupakan masalah gizi yang sedang dihadapi oleh negara Indonesia. Berdasarkan data dari 34 Provinsi di Indonesia, Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah Provinsi dengan prevalensi balita stunting tertinggi yaitu 24,2%, kemudian diikuti oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat 23,4% dan Provinsi Sulawesi Barat 22,4% (Kemenkes, 2020).

Jumlah kasus dari 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2018, penyakit diare termasuk dalam urutan kedua dengan jumlah 2.480 kasus (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat, 2019). Kemudian untuk data gizi balita, berdasarkan data e-PPGBM Kabupaten Sumba Barat periode Februari 2021 mendapatkan data total balita stunting yaitu 2.819 balita (28,8%), wasting 903 balita (9,2%), dan underweight 1.890 balita (19,3%).

Anak di bawah usia 5 tahun mengalami rata-rata 3 episode diare akut tahunan. Secara global pada kelompok usia ini, diare akut adalah penyebab kematian kedua (setelah pneumonia) dan baik insidensi maupun risiko kematian akibat penyakit diare paling tinggi di antara anak-anak dalam kelompok usia ini, terutama pada masa bayi, setelah itu angkanya menurun secara bertahap. Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1 - 5 % akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditangani , 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia. Konsekuensi langsung lain dari diare pada anak termasuk gangguan pertumbuhan, malnutrisi, dan gangguan perkembangan kognitif di negara terbatas sumber daya (Siti dkk, 2015; Farthing, 2013). Diare kronis bukanlah suatu penyakit kesatuan, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenesisnya

(19)

bersifat multikompleks. Diare kronis dapat menyebabkan anak mengalami status gizi buruk dan mengalami gagal tumbuh (Mirsiyanto, Sitorus dan Misnaniarti, 2020).

Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kejadian diare yaitu faktor yang pertama adalah lingkungan, diare dapat terjadi karena seseorang tidak bisa memperhatikan kebersihan lingkungan, misalnya pembuangan tinja dan sumber air minum. Faktor kedua yaitu sosiodemografi, misalnya pendidikan, pekerjaan orang tua dan umur anak. Faktor ketiga yaitu perilaku, misalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan mencuci tangan. Hal ini merupakan faktor perilaku yang dapat mempengaruhi penyebaran kuman enterik dan menurunkan risiko terjadinya diare (Utami dan Luthfiana, 2016).

Pada penelitian ini peneliti ingin mengangkat hubungan status gizi terhadap kejadian jenis diare pada balita karena di daerah Kabupaten Sumba Barat sebagian besar masyarakat menganggap bahwa diare hanya disebabkan oleh faktor kebersihan lingkungan dan kebiasaan serta perilaku dari masyarakat yang kurang baik. Hal tersebut memang merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan diare pada balita, akan tetapi mereka kurang menyadari bahwa status gizi juga merupakan faktor yang dapat mengakibatkan kejadian diare pada balita.

Masyarakat kurang memperhatikan makanan dan minuman bergizi yang sangat dibutuhkan balita untuk proses pertumbuhan agar tidak mudah terkena penyakit akibat kekebalan tubuh yang kurang baik. Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti lebih lanjut terkait adakah hubungan antara status gizi terhadap kejadian jenis diare pada balita rawat inap di RSUD Waikabubak.

Penelitian ini di lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan dari 10 jumlah puskesmas-puskesmas yang ada di daerah Sumba Barat dan juga merupakan bentuk badan layanan umum daerah yang memiliki jumlah pengunjung cukup banyak untuk setiap tahun.

(20)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Berapakah angka kejadian diare pada balita rawat inap di RSUD Waikabubak ?

2. Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian jenis diare pada balita rawat inap di RSUD Waikabubak ?

C. KEASLIAN PENELITIAN

Keaslian penelitian didasarkan pada penelusuran terhadap penelitian terkait yang telah dilakukan, yaitu :

Tabel I. Keaslian Penelitian

No. Peneliti dan Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian

1. Irena, A. H., Mwambazi, M., Mulenga, V., 2011.

Diarrhea is a Major killer of Children with Severe Acute Malnutrition Admitted to Inpatient Set- up in Lusaka, Zambia

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kohort, pada pasien rawat inap anak usia 6-59 bulan di

Rumah Sakit

Pendidikan

Universitas Zambia (UTH), Lusaka, Zambia, mulai 1 Agustus sampai 31 Desember 2009.

Menggunakan data kuesioner.

Menggunakan uji statistik Uji-t dan uji chi-kuadrat

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Diare merupakan penyebab utama komplikasi pada anak dengan malnutrisi akut berat yang dirawat di unit rawat inap, nilai p = < 0,001.

Tempat penelitian

di RSUD

Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Waktu penelitian atau pengumpulan data, menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dan Instrumen

penelitian

menggunakan data rekam medis.

2. Alim, M.

C.,Hasan, M., Masrika, N.U.E., 2021.

Hubungan

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross

Hasil Penelitian menunjukkan

bahwa ada

hubungan

bermakna antara diare dengan

Tempat penelitian

di RSUD

Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Waktu penelitian/

(21)

Diare Dengan Status Gizi Pada Balita Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Chasan Boesoirie

sectional yang dilaksanakan di bagian rekam medis RSUD Dr. H.

Chasan Boesoirie bulan Desember 2020- Januari 2021.

Teknik

pengumpulan data diambil dari data sekunder dan Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat, uji statistik yang digunakan adalah chi square.

status gizi pada balita , yaitu dilihat dari nilai uji chi square p=0,000.

pengambilan data.

3. Ma'arif.,M.Z., Dian, A. A. N., Suparmi., 2021.

Hubungan Kejadian Diare Dengan Status Gizi Balita Di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Kabupaten Tuban

Jenis penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan desain penelitian

korelasional, Teknik pengambilan

sampel dengan teknik cluster random sampling, menggunakan instrumen

kuesioner, dan dianalisis dengan Uji Korelasi dari Rank Spearman dengan SPSS versi 21 dan taraf kesalahan 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya

hubungan

bermakna antara kejadian diare dengan status gizi pada balita, yaitu

berdasarkan nilai p value

<0,05 dengan nilai r=0,57.

Tempat penelitian

di RSUD

Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Waktu penelitian/

pengambilan data, dan Instrumen penelitian

menggunakan data rekam medis.

4. Supriadi,D.,Nu rhayati, L.S.,Khaerunn isa,

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kuantitatif analitik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

Tempat penelitian

di RSUD

Waikabubak,

(22)

R.N.,Suhanda., 2020.

Correlation of Nutritional Status with Diarrhea Incidence.

dengan pendekatan Cross Sectional.

Penelitian ini diolah secara Univariat dan Bivariat dan dianalisis

menggunakan uji statistik Chi-square (X2). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer.

signifikan antara status gizi dengan kejadian diare pada balita, yaitu

berdasarkan nilai value <

(0,000 < 0,05) dan Chi Square (X2) hitung> Chi square (X2) tabel (66.237> 7.815).

Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Waktu penelitian/

pengambilan data, dan Instrumen penelitian

menggunakan data rekam medis.

5. Sampul,M.P.K .,

Ismanto,A.Y., Pondaag, L., 2015.

Hubungan Diare Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Irina E Bawah Rsup Prof. Dr.

R. D. Kandou Manado

Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan

sampel

menggunakan non probability

sampling yaitu purposive sampling, menggunakan Instrumen

kuesioner yang diisi oleh peneliti melalui metode wawancara langsung dengan orang tua dan observasi. Metode pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keadaan

kejadian diare (akut-kronik) dengan kejadian malnutrisi pada balita, yaitu berdasarkan nilai p = 0,000 yakni lebih kecil dari α

= 0,05.

Tempat penelitian

di RSUD

Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Waktu penelitian/

pengambilan data, dan Instrumen penelitian

menggunakan data rekam medis.

(23)

D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian jenis diare pada balita rawat inap di RSUD Waikabubak.

2. Tujuan Khusus :

- Untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita rawat inap di RSUD Waikabubak.

- Untuk mengetahui status gizi balita yang mengalami diare dan di rawat inap di RSUD Waikabubak.

E. MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya terutama dalam konteks hubungan status gizi dengan kejadian jenis diare pada balita.

b. Manfaat praktis :

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang hubungan status gizi terhadap kejadian jenis diare pada balita yang dapat menyebabkan kematian.

(24)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Diare

Diare merupakan perubahan frekuensi dan konsistensi tinja yang terjadi pada seseorang (Widoyono, 2011). Diare adalah buang air besar yang encer atau cair sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari (WHO, 2019). Diare juga merupakan buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Irwan, 2017). Gejala umum diare ditandai dengan muntah, demam, gastroenteritis serta dapat mengalami gejala dehidrasi seperti mata cekung, ketegangan pada kulit menurun, apatis, dan gelisah (Widoyono, 2011).

Diare merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada balita ( Kharir et al, 2020). Balita adalah kelompok umur yang sangat rentan terhadap penyakit karena memiliki sistem imun yang masih lemah sehingga mudah terserang infeksi bakteri, virus maupun parasit. Pada umumnya, diare terjadi pada usia satu dan dua tahun setelah kelahiran yang diikuti oleh penurunan dengan bertambahnya umur (Dini, Machmud, dan Rasyid, 2015).

B. Klasifikasi Diare

Berdasarkan waktunya diare di klasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu : a. Diare Akut

Diare akut atau yang sering disebut sebagai gastroenteritis, merupakan diare yang muncul cepat dan berlangsung selama kurang dari 14 hari. Diare akut sekitar 80% penyebabnya adalah virus sedangkan infeksi akibat bakteri lebih sering bermanifestasi sebagai diare berdarah (Anggraini dan Kumala, 2022). Gejala ini bisa disertai dengan mual, muntah, keram perut, atau malnutrisi (Anitasari dan Sappe, 2019). Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus (Irwan, 2017).

(25)

b. Diare kronik

Keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat dan frekuensi buang air besar yang terus meningkat, konsistensi tinja semakin lembek, serta volume tinja yang semakin bertambah dalam rentang waktu yang lebih dari 14 hari (Anggraini dkk, 2022). Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu (Irwan, 2017). Terjadinya diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya adalah infeksi bakteri, parasit, dan malabsorbsi, malnutrisi (Anggraini dkk, 2022), faktor lainnya seperti faktor makanan, defisiensi sistem imun, peradangan saluran cerna yang non spesifik. Diare kronis juga merupakan kondisi diare dengan etiologi non infeksi (Wibowo dan Primawardani, 2018).

b. Diare Persisten

Diare persisten merupakan diare yang mula-mula bersifat akut, namun berlangsung lebih dari 14 hari. Dapat dimulai sebagai diare cair akut atau disentri. Diare persisten sering disebabkan oleh beberapa bakteri/ parasit yang masuk dalam tubuh seorang anak (Anggraini dkk, 2022). Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan penyebab infeksi (Wibowo dkk, 2018).

C. Etiologi Diare

Penyebab diare dapat dibagi menjadi beberapa faktor, sebagai berikut : a. Faktor Infeksi

1. Faktor enteral merupakan infeksi saluran pencernaan yang menjadi penyebab diare pada anak. Infeksi enteral meliputi infeksi bakteri (aeromonas sp, bacillus cereus, escherichia coli, staphylococcus aureus, dan), infeksi virus (astrovirus, koronavirus, adenovirus enterik dan rotavirus) dan infeksi parasit (cacing perut seperti ascaris lumbricoides, trichuris trichiura, strongyloides stercoralis) dan jamur dan Protozoa)

(26)

2. Infeksi parenteral merupakan infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

(Anggraini dkk, 2022) b. Faktor Mal absorbsi

1. Mal absorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.

2. Mal absorbsi lemak.

3. Mal absorbsi protein.

(Anggraini dkk, 2022)

c. Faktor pemberian antibiotik oral berupa dosis dan lama pemberian yang tidak adekuat, seperti pada kasus diare yang sering disebabkan oleh Clostridium Difficile Associated Diarrhea (CDAD) dan faktor makanan juga berpengaruh, misalnya makanan yang sudah basi, beracun, atau alergi terhadap makanan (Anggraini dkk, 2022 ; Fadli dan Mutiara, 2016).

D. Patofisiologi Diare

Mekanisme terjadinya diare akut maupun kronik dapat dibagi menjadi empat kelompok, sebagai berikut :

a. Diare osmotik ini terjadi apabila ada bahan atau zat yang tidak dapat diserap, kemudian dapat meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga dapat menyebabkan diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium (Widoyono, 2011).

b. Diare sekretorik ini terjadi apabila ada gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Kejadian diare ini terjadi akibat adanya toksin yang dikeluarkan oleh bakteri misalnya

(27)

toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksatif non osmotik (Widoyono, 2011).

c. Diare eksudatif ini terjadi apabila adanya inflamasi yang akan mengakibatkan kerusakan mukosa usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi misalnya gluten sensitive enteropathy, inflammatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi, dapat menunjukkan perubahan yang terjadi pada kolon yang menyebabkan diare (Widoyono, 2011).

d. Akibat gangguan motilitas yang dapat mengakibatkan waktu transit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindrom usus iritabel dan diabetes melitus (Widoyono, 2011).

E. Faktor-Faktor Penyebab Diare

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada balita, yaitu sebagai berikut :

1. Keadaan lingkungan

Diare merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh lingkungan. Lingkungan yang tidak sehat dan perilaku manusia yang kurang baik akan mudah tercemar kuman penyakit sehingga dapat menimbulkan kejadian diare pada balita yang dapat ditularkan melalui makanan dan minuman. Contoh faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare yaitu, tempat pembuangan tinja, sumber air minum, saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan lingkungan yang becek dapat memudahkan penularan penyakit diare balita terutama yang ditularkan oleh cacing dan parasit (Dini et al, 2015).

2. Gizi

Diare merupakan penyebab terjadinya kurang gizi yang penting untuk proses pertumbuhan terutama pada anak. Diare dapat menyebabkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi dan juga mengurangi daya serap usus

(28)

terhadap sari makanan. Saat mengalami gangguan infeksi seperti diare, kebutuhan sari makanan pada anak akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka akan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan anak (widoyono,2011).

3. Pengetahuan seorang ibu

Tingkat pengetahuan seorang ibu sangat mempengaruhi kejadian diare pada balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seorang ibu, maka semakin mudah dalam menanggulangi dan mengerti cara pencegahan dan mengobati serta memiliki kesadaran tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu, maka semakin banyak informasi yang didapatkan, seperti pengetahuan tentang kesehatan (Hartati dan Nurazila, 2018).

4. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun

Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu cara dalam pencegahan penyakit karena tangan merupakan pembawa kuman penyakit. Resiko penularan penyakit dapat berkurang, jika adanya peningkatan pola perilaku hidup sehat, bersih, perilaku hygiene. Mencuci tangan harus menggunakan sabun agar lebih efektif karena lemak dan kotoran yang menempel di tangan hilang. Hal ini harus diterapkan pada balita agar dapat mengurangi kejadian diare (Evayanti, Purna dan Aryana, 2014).

5. Pemberian ASI eksklusif

Pemberian ASI secara eksklusif memiliki resiko lebih rendah terkena infeksi gastrointestinal dari pada anak yang hanya mendapat ASI selama 3-4 bulan. ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi selama 6 bulan sejak kelahiran dan ASI juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, sehingga perlu diberi ASI karena mengandung zat-zat kekebalan yang belum dapat diproduksi oleh bayi itu sendiri dan meningkatkan imunitas tubuh (Tamimi, Jurnalis, dan Sulastri, 2016).

(29)

6. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi keluarga dapat menyebabkan kejadian diare pada balita, di mana kemiskinan dapat mengurangi kapasitas untuk mendukung kesehatan balita, memiliki higiene yang kurang, miskin diet, dan miskin pendidikan. Oleh karena itu, anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi untuk hampir semua penyakit (Febrianti, 2019).

F. Definisi Gizi

Status gizi merupakan kondisi tubuh sebagai akibat dari mengkonsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur proses tubuh. Kekurangan dan kelebihan gizi di masa pertumbuhan dan perkembangan dapat menyebabkan bentuk pertumbuhan menyimpang, baik secara fisik seperti ukuran tubuh, tinggi badan dan berat badan serta tingkat kecerdasannya. Gizi yang baik sangat berperan penting untuk mencapai pertumbuhan badan yang optimal, termasuk pertumbuhan otak yang dapat menentukan kecerdasan seseorang sehingga dampak akhir dari konsumsi gizi yang baik dan seimbang yaitu meningkatnya sumber daya manusia yang berkualitas (Septikasari, 2018). Pemanfaatan zat gizi dalam tubuh di pengaruhi oleh faktor primer dan sekunder, faktor primer adalah suatau keadaan yang mempengaruhi asupakan gizi karena asupan makanan yang dikonsumsi tidak tepat, sedangkan faktor sekunder yaitu zat gizi tidak mencukupi kebutuhan tubuh karena adanya gangguan pada pemanfaatan zat gizi di dalam tubuh (Candra, 2020).

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui beberapa metode pengukukuran, yaitu sebagai berikut :

a) Metode laboratorium

Merupakan metode yang dilakukan secara langsung pada tubuh atau bagian tubuh. Tujuan dari penilaian status gizi ini adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat gizi dalam tubuh sebagai akibat dari asupan gizi dari makanan. (Candra, 2020).

(30)

b) Metode klinis

Pemeriksaan klinis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan termasuk gangguan gizi yang dialami seseorang.

Pemeriksaan klinis dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya melalui kegiatan anamnesis, observasi, dan palpasi (Candra, 2020).

c) Metode biokimia

Data biokimia dapat memberikan informasi tentang status energi protein, vitamin dan mineral, keseimbangan cairan dan elektrolit, dan fungsi organ. Kebanyakan tes berdasarkan analisis sampel darah atau urin (Candra, 2020).

d) Metode pengukuran konsumsi pangan

Tujuan umum dari pengukuran konsumsi pangan adalah untuk mengetahui asupan gizi dan makanan serta mengetahui kebiasaan dan pola makan, baik pada individu, rumah tangga, maupun kelompok masyarakat (Candra, 2020).

e) Metode antropometri

Merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia ( Permenkes RI, 2020). Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:

1. Berat badan menurut umur (BB/U) yaitu menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur anak.

2. Panjang/tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U) yaitu menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak berdasarkan umurnya.

3. Berat badan menurut panjang/tinggi badan (BB/PB atau BB/TB) yaitu menggambarkan apakah berat badan anak sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya.

4. Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) yaitu digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas.

(31)

Penentuan status gizi anak merujuk pada tabel standar antropometri anak dan grafik pertumbuhan anak, namun grafik lebih menggambarkan kecenderungan pertumbuhan anak. Baik tabel maupun grafik menggunakan ambang batas yang sama.

(Permenkes RI, 2020)

G. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Jenis Diare Balita

Selama masa diare, seorang anak dengan keadaan malnutrisi yang kurang akan mengalami proses perbaikan sel-sel enterosit di mukosa usus halus yang lambat dibandingkan dengan anak yang status gizinya normal. Hal ini dapat menyebabkan proses penyembuhan menjadi lebih lambat, kemudian dapat juga menyebabkan peningkatan mortalitas dan durasi diare bertambah. Oleh karena itu, terdapat kaitan yang sangat erat antara infeksi dan malnutrisi (Wibisono, Putra, dan Anggraini, 2015).

Infeksi merupakan penyebab malnutrisi akibat penurunan intake makanan, penurunan absorpsi nutrisi di usus halus serta peningkatan katabolisme nutrien yang dibutuhkan untuk perbaikan jaringan. Sebaliknya malnutrisi dapat pula menjadi faktor terjadinya infeksi karena penurunan proteksi barier mukosa usus dan menjadi pemicu perubahan pada fungsi daya tahan tubuh penderita sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi khususnya infeksi enteral (Wibisono et al, 2015). Kejadian diare tidak hanya disebabkan oleh malnutrisi tetapi berlaku sebaliknya, status gizi kurang maupun buruk akan mempengaruhi pembentukan kekebalan, dan mengganggu fungsi sel granulosit sehingga dapat memudahkan terjadinya kesakitan diare pada balita (Sidqi, Anasta, dan Mufidah, 2021).

Status gizi pada anak sangat mempengaruhi kejadian penyakit diare. Anak yang menderita kurang gizi dan gizi buruk mendapatkan asupan makan yang kurang sehingga lama diare menjadi lebih berat dan dapat mengakibatkan diare yang lebih lama dan sering terjadi. Kebanyakan penderita diare adalah balita dengan status gizi yang bermasalah, anak- anak yang kurang gizi memiliki resiko diare yang lebih besar (Rasjid et al., 2021). Status gizi anak yang baik dapat mengurangi risiko terkena penyakit diare, sedangkan anak dengan status gizi kurang atau buruk

(32)

memungkinkan lebih sering dan mudah terkena diare. Makin buruk gizi seorang anak, ternyata frekuensi diare semakin banyak. Anak yang mempunyai gizi kurang, kekebalan terhadap penyakit lebih rendah daripada anak yang mempunyai gizi baik (Ami dkk, 2016).

LANDASAN TEORI

Diare merupakan penyakit menular, penyakit ini ditandai dengan buang air besar dalam bentuk cair sebanyak 3 kali sehari atau lebih dari normal, terkadang dapat disertai oleh darah. Kejadian diare dapat terjadi pada usia balita sampai lansia (Sidqi at al , 2021). Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (Utami dkk, 2016). Diare akut disebabkan oleh 90% infeksi bakteri dan parasit.

Patogenesis diare akut yang disebabkan oleh bakteri dibedakan menjadi dua yaitu bakteri non invasif dan bakteri enteroinvasif. Bakteri non invasif yaitu bakteri yang memproduksi toksin yang nantinya tosin tersebut hanya melekat pada usus halus dan tidak merusak mukosa. Bakteri non invasif memberikan keluhan diare seperti air cucian beras, sedangkan bakteri enteroinvasif yaitu diare yang menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau toksin melalui mulut (Sukut, Arif dan Aniati, 2015). Diare kronis merupakan diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dan biasanya tidak berhubungan dengan penyebab infeksi saja, tetapi berhubungan dengan penyebab lain dan juga malabsorbsi. Diare kronis yang berlangsung selama 14 hari, terjadi kemungkinan akan menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi, dan gangguan nutrisi (Lee, 2012).

Diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit. Kejadian diare dipengaruhi oleh berbagai faktor resiko. Faktor resiko pada anak yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain status gizi kurang (malnutrisi) (Wibisono et al, 2015). Gizi buruk dapat mempengaruhi kejadian diare pada balita, semakin tinggi status gizi buruk maka semakin tinggi pula risiko terjadinya diare pada balita. Status gizi buruk atau kurang akan mempengaruhi penularan diare karena status gizi mempunyai hubungan yang erat dengan makanan dan proses

(33)

pencernaan dimulai dari digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan. Oleh karena itu kejadian diare dapat mempengaruhi gizi kurang atau buruk sehingga balita mudah sakit (Sidqi at al , 2021).

HIPOTESIS

Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian jenis diare pada balita rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Waikabubak.

(34)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang). Penelitian cross sectional merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor- faktor resiko dengan efek, menggunakan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (poin time approach) (Siyoto dan Sodik, 2015). Penelitian observasional analitik desain cross sectional di gunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel status gizi terhadap kejadian diare yang dibagi menjadi dua yaitu diare akut dan kronis berdasarkan lama kejadian diare pada balita.

B. Variabel dan definisi operasional 1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas : status gizi balita b. Variabel tergantung : jenis diare balita

c. Variabel pengacau terkendali : umur, komplikasi penyakit dan kelengkapan data rekam medis (dilihat dari kriteria inklusi eksklusi dimana kelengkapan data rekam medis yang tidak lengkap tidak dimasukkan sebagai responden penelitian)

d. Variabel pengacau tidak terkendali : kebersihan lingkungan atau tempat tinggal.

2. Definisi Operasional

Tabel II. Defini Operasional

Variable dependen

Definisi Alat ukur

Cara ukur

Skala ukur

Hasil ukur

Jenis diare Diare adalah buang air

Rekam medis

Lama kejadian diare

Ordinal -Diare akut (< 14 hari).

(35)

besar yang encer atau cair

sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari (WHO, 2019).

-Diare kronis (>14 hari).

Status gizi Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi (Soepomo, 2013).

Rekam medis

(BB menurut TB/PB) anak usia 0 - 60 bulan tabel standar antropo metri.

Ordinal -Gizi buruk (severely wasted) : <-3 SD

-Gizi kurang (wasted) : - 3 SD sd <- 2 SD

-Gizi baik

(normal) : -2 SD sd +1 SD

-Berisiko gizi lebih (possible

risk of

overweight) : > + 1 SD sd + 2 SD -Gizi lebih (overweight) : > + 2 SD sd + 3 SD -Obesitas (obese) : > + 3 SD

Dalam menentukan status gizi peneliti menggunakan data berat badan (BB) dan panjang badan/tinggi badan (PB/TB) pasien penderita diare yang tercantum dalam data rekam medis. Sebelum peneliti menghitung masing- masing status gizi pasien balita penderita diare, peneliti menentukan standar berat badan (BB) menurut panjang badan/tinggi badan (PB/TB) anak yang di lihat berdasarkan tabel standar antropometri penilaian status gizi menurut jenis kelamin anak. Tabel standar antropometri penilaian status gizi anak usia 0-60 bulan (Permenkes RI, 2020) dapat di lihat pada lampiran V. Setelah itu, peneliti menghitung status gizi pasien menggunakan rumus hitung z- score untuk menentukan kategori dan ambang batas status gizi anak.

(36)

Berikut rumus menghitung z- score yang di gunakan untuk menghitung status gizi balita :

Z score = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑆𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑅𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛

(Romadhon dan Purnomo, 2016)

(Permenkes RI, 2020) Gambar 1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling a. Populasi

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah hasil rekam medis pasien balita penderita diare rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Waikabubak.

b. Sampel

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah rekam medis pasien balita penderita diare rawat inap di RSUD Waikabubak yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian ini apabila telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

(37)

- Kriteria inklusi : pasien balita penderita diare rawat inap di RSUD Waikabubak pada tahun 2020, berusia 1-5 tahun, terdapat data berat dan tinggi badan pada rekam medis, riwayat pemberian ASI eksklusif, riwayat pendidikan terakhir ibu dari pasien balita penderita diare.

- Kriteria eksklusi : pasien balita penderita diare rawat inap yang memiliki komplikasi dengan penyakit lain dan rekam medis pasien yang tidak lengkap (tidak memenuhi informasi dasar yang dibutuhkan dalam penelitian).

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data kunjungan yang tercantum dalam rekam medis pasien balita usia 1-5 tahun penderita diare rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah data pasien diare di tahun 2020 yaitu 138 pasien. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian sebanyak 70 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, kemudian sebanyak 68 pasien termasuk kriteria eksklusi yaitu memiliki komplikasi dengan penyakit lain dan data rekam medis pasien yang tidak lengkap.

c. Teknik Sampling

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu nonprobability sampling, yaitu teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yang merupakan suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau seleksi khusus (Siyoto dan Sodik, 2015).

Jumlah kasus diare pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Waikabubak dalam kurun waktu satu tahun yaitu tahun 2020 sebanyak 138 kasus. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan rumus estimasi proporsi untuk penelitian cross sectional yaitu 58 sampel.

Perhitungan data dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin :

(38)

𝑛 = 𝑁 1 + 𝑁𝑑2

𝑛 = 138

1 + 138 (0,1)2 𝑛 = 138

1+ 138 (0,01)

𝑛 = 138 1 + 1,38

𝑛 = 138 2,38

n = 57,98319328 ≈ 58 Sampel Keterangan :

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

d : Derajat kepercayaan (10 %)

(Sani, 2018)

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu berupa lembar pengumpulan data yang didesain oleh peneliti untuk mengumpulkan data berupa No. RM, nama pasien, jenis kelamin, usia, lama sakit diare sebelum masuk rumah sakit, lama rawat inap di rumah sakit, status gizi berdasarkan berat badan dan tinggi badan, pemberian ASI eksklusif dan pendidikan terakhir ibu pasien balita yang terdapat pada rekam medis pasien balita penderita diare rawat inap.

E. Rencana Tata Cara Penelitian a. Observasi Awal

Observasi awal dilakukan untuk mengumpulkan informasi, mengetahui situasi dan kondisi lokasi penelitian, dan mengetahui jumlah

(39)

dari populasi penderita diare pada balita di Rumah Sakit Umum Daerah Waikabubak.

b. Pembuatan dan Pengajuan Izin Ethical Clearance

Pembuatan ethical clearance bertujuan untuk memenuhi kelayakan etika penelitian. Pengajuan izin untuk mendapatkan ethical clearance akan diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ethical clearance diterbitkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 08 Juli 2022 dengan nomor surat KE/FK/0897/EC/2022.

c. Permohonan Izin Penelitian Kepada Lembaga Daerah

Permohonan izin diajukan kepada lembaga daerah untuk memohon izin melakukan penelitian di daerah tersebut. Permohonan izin penelitian diajukan kepada Dinas Perizinan Kabupaten Sumba Barat tembusan Rumah Sakit Umum Daerah Waikabubak sebagai tempat penelitian. Surat keterangan izin penelitian dikeluarkan oleh daerah Kabupaten Sumba Barat pada tanggal 15 Juli 2022 dengan nomor surat DPMPTDP.

243.4/118/53.12/07/2022.

d. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi dengan melengkapi format atau blangko pengamatan sebagai instrumen penelitian (Siyoto dan Sodik, 2015). Data dari rekam medis yang diperoleh dan dikumpulkan pada lembar pengumpulan data kemudian akan diseleksi secara nonprobability sampling. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menggunakan rekam medis pasien balita penderita diare di RSUD Waikabubak.

Cara peneliti untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian yaitu semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden/ subjek penelitian akan dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti serta petugas kesehatan yang bersangkutan.

(40)

F. Analisis Hasil

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi masing- masing variabel, rata-rata, dan persentase.

Rumus yang digunakan adalah : P = (F/n) x100%

Keterangan :

P = Presentase hasil yang diperoleh F = Frekuensi hasil yang diperoleh N = Jumlah responden sampel 100 = Angka tetap presentase

(Jasmalinda, 2021) b. Analisis Bivariat

Data yang sudah terkumpul dilakukan analisis menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel yaitu hubungan variabel status gizi dengan variabel kejadian diare pada balita di RSUD Waikabubak. Kemudian, di analisis menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Nilai kemaknaan (α) untuk uji statistik Chi-Square pada penelitian ini ditetapkan sebesar 0,05. Jika nilai signifikansi (p) yang didapatkan < 0,05, maka H0 ditolak, sehingga ada hubungan antara variabel. Jika > 0,05, maka H0 diterima, sehingga tidak ada hubungan antara variabel. Apabila uji Chi-Square tidak memenuhi syarat, maka digunakan analisis data menggunakan uji Fisher (Dahlan, 2014).

(41)

25 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Waikabubak dengan total responden sebanyak 70 pasien balita. Berikut ini merupakan distribusi karakteristik pasien penderita diare balita rawat inap di RSUD Waikabubak.

Gambar 2. Distribusi pasien diare berdasarkan usia

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa kelompok usia 12-24 bulan paling banyak mengalami diare sebanyak 38 pasien (54,2%), lalu diikuti kelompok usia 25-36 bulan sebanyak 20 pasien (28,6%), kemudian kelompok usia 37-48 bulan sebanyak 8 pasien (11,4%) dan diikuti pasien usia 49-60 bulan sebanyak 4 pasien (5,8%).

Kejadian diare dapat terjadi pada setiap kelompok umur, namun lebih sering terjadi pada usia balita (0-5 tahun). Usia kelompok ini dianggap sebagai kelompok yang rentan terhadap penyakit karena kelompok tersebut mempunyai daya tahan tubuh yang rendah (Muhajir dan Palupi, 2018).

38

20

8 4

54,2

28,6

11,4

5,8 0

10 20 30 40 50 60

12--24 bulan 25-36 bulan 37-48 bulan 49-60 bulan

Jumlah Pasien Diare

Data Usia

usia ( bulan) persentase (100%)

(42)

Gambar 3. Distribusi pasien diare berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa pasien diare berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 42 pasien (60%) dibandingkan dengan pasien diare berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 pasien (40%).

Berdasarkan hasil penelitian dari Satrianjaya dkk (2019) yang mengatakan bahwa penderita diare anak paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 96 pasien (56.5%). Hal ini sesuai dengan hasil temuan dari studi yang meneliti profil diare dari seluruh negara, dimana dikatakan bahwa laki-laki memiliki kesempatan 9% lebih besar dibandingkan perempuan untuk penderita diare (Satrianjaya dkk, 2019).

Gambar 4. Distribusi pasien diare berdasarkan riwayat pendidikan ibu

42

60 28

40

0 20 40 60 80

Jenis Kelamin persentase (100%)

jumlah pasien Diare

Data Jenis Kelamin

laki-laki perempuan

6 10 14

31

8,6 9

14,3

20

44,3

12,8

0 10 20 30 40 50

tidak sekolah SD SMP SMA Sarjana

jumlah pasien Diare

Data Riwayat Pendidikan Ibu

Riwayat pendidikan ibu persentase (100%)

(43)

Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa riwayat pendidikan ibu dari pasien penderita diare paling banyak dari kelompok SMA sebanyak 31 orang ibu (44,3%), di ikuti kelompok SMP sebanyak 14 orang ibu (20%), lalu diikuti kelompok SD sebanyak 10 orang ibu (14,3%), kemudian diikuti kelompok sarjana sebanyak 9 orang ibu (12,8%) dan diikuti oleh kelompok tidak sekolah sebanyak 6 orang ibu (8,6%).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Sulfiati dkk (2019) yang mengatakan bahwa berdasarkan tingkat pendidikan ibu penderita diare mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 30 orang (54,5%). Tingkat pendidikan seseorang dapat menggambarkan bahwa pengetahuan juga akan lebih baik dan faktor ibu menjadi peran utama terhadap terjadinya kejadian diare pada balita.

Gambar 5. Distribusi pasien diare berdasarkan pemberian ASI eksklusif

Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat bahwa pasien diare yang mendapatkan ASI eksklusif ≥ 6 bulan sebanyak 59 pasien (84,3%) dan yang mendapatkan ASI eksklusif ≤ 6 bulan sebanyak 11 pasien (15,7%).

Menurut Tamimi dkk (2016) kejadian diare yang terjadi pada bayi tidak hanya bergantung pada imunitas maternal atau imunitas dari ASI. Hal ini juga disebabkan karena kejadian sakit bisa terjadi akibat adanya interaksi dari

59

84,3

11 15,7

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Pemberian ASI Eksklusif persentase (100%)

jumlah pasien Daire

Data Pemberian ASI Eksklusif

lebih dari 6 bulan kurang dari 6 bulan

(44)

lingkungan (environment), agen penyebab penyakit (agent), dan pejamu (host).

Imunitas itu sendiri tergolong dalam faktor host. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif tetap mungkin untuk mengalami diare pada usia berapa pun (Tamimi dkk, 2016). Diare juga sering terjadi pada bayi sudah mulai dikenalkan dengan makanan atau minuman selain ASI yang mungkin dapat berpotensi mengandung kontaminan (Sutomo, Sukaedah dan Iswanti, 2020). ASI eksklusif bukanlah penyebab utama dari kejadian diare tetapi dapat disebabkan oleh faktor lain seperti usia, status gizi, pemberian vitamin dan faktor lainnya. ASI eksklusif adalah sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI juga merupakan makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya (Herlina, 2014).

Gambar 6. Distribusi pasien diare berdasarkan status gizi

Berdasarkan Gambar 6, dapat dilihat bahwa pasien diare dengan status gizi baik paling banyak yaitu 43 pasien (61,4%), lalu diikuti pasien dengan status gizi kurang sebanyak 14 pasien (20%), kemudian pasien dengan status gizi buruk sebanyak 12 pasien (17,2%) dan pasien dengan status gizi lebih sebanyak 1 pasien (1,4%).

12 14

43

1

17,2 20

61,4

1,4 0

10 20 30 40 50 60 70

gizi buruk gizi kurang gizi baik gizi lebih

jumlah pasien Daire

Data Status Gizi

Status Gizi persentase (100%)

(45)

Penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Darmika (2016) yang mengatakan bahwa berdasarkan penelitiannya di empat Puskesmas rawat inap Pekanbaru bulan September - Desember tahun 2012 didapatkan hasil bahwa status gizi pasien diare anak sebagian besar 92,7% adalah berstatus gizi baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penyebab dari diarenya sendiri.

Status gizi ialah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur proses tubuh.

Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi balita diantaranya adalah tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein (Auliya, Oktia dan Budion, 2015). Keadaan gizi adalah gambaran apa yang dikonsumsi oleh seseorang dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, ketersediaan zat gizi di dalam tubuh seseorang termasuk bayi dan balita menentukan keadaan gizi bayi dan balita apakah kurang, optimum atau lebih (Rosidah dan Harsiwi, 2017). Gizi yang baik dapat berperan penting dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal, termasuk pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang sehingga dampak akhir dari konsumsi gizi yang baik dan seimbang adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Auliya dkk, 2015).

Gambar 7. Distribusi pasien diare berdasarkan jenis diare

55

78,6

15 21,4

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Jenis Diare persentase (100%)

Jumlah Pasien Diare

Data Jenis Diare

akut kronis

(46)

Berdasarkan Gambar 7, dapat dilihat bahwa pasien dengan diare akut lebih banyak yaitu 55 pasien (78,6%) dibandingkan pasien dengan diare kronis sebanyak 15 pasien (21,4%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Satriajaya dkk (2019) yang mengatakan bahwa berdasarkan hasil distribusi proporsi diare dapat dilihat bahwa penderita diare anak paling banyak di diagnosis dengan diare akut (98%) dengan penyebab terbanyak adalah virus (75%). Diare akut sendiri merupakan diare dengan onset yang mendadak (<72 jam) berlangsung kurang dari 2 minggu dengan penyebab tersering adalah infeksi virus diantaranya adalah rotavirus.

Diare akut disebabkan oleh karena infeksi, banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain yaitu pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi (Junita, 2014).

Faktor risiko yang bisa menimbulkan penyakit diare adalah faktor lingkungan, faktor perilaku pada masyarakat, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare serta malnutrisi. Contoh dari faktor lingkungan yang buruk misalnya kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat maupun fasilitas sarana prasarana air bersih yang tidak cukup. Kemudian contoh faktor perilaku masyarakat seperti jarang mencuci tangan ketika akan makan dan setelah buang air besar serta melakukan pembuangan tinja dengan cara yang salah. Tanpa pemberian air susu ibu secara eksklusif terutama selama 4 sampai 6 bulan pertama dapat meningkatkan risiko terjangkit penyakit diare lebih besar (Prawati dan Haqi, 2019).

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Jenis Diare Pada Balita Berikut ini merupakan hubungan beberapa faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian diare pada balita rawat inap di RSUD Waikabubak.

(47)

Tabel III . Hubungan faktor penyebab diare terhadap kejadian jenis diare pada balita

Jenis Diare Faktor Penyebab

Diare

Diare Kronis

Diare Akut

Total p-value

Usia

Kurang dari 2 tahun 11 27 38 0,168

Lebih dari 2 tahun 4 28 32

Total 15 55 70

Jenis Kelamin

Laki-laki 7 36 43 0,305

Perempuan 8 19 27

Total 15 55 70

Riwayat Pendidikan Ibu

Pendidikan Rendah 6 24 30 1,000

Pendidikan Tinggi 9 31 40

Total 15 55 70

Pemberian Asi Eksklusif

Kurang dari 6 bulan 2 9 11 1,000

Lebih dari 6 bulan 13 46 59

Total 15 55 70

Berdasarkan tabel III, hasil analisis hubungan antara faktor usia terhadap kejadian jenis diare pada balita menggunakan uji chi square di dapatkan nilai p=

0,168 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakana antara faktor usia terhadap kejadian jenis diare balita rawat inap di RSUD Waikabubak.

Berdasarkan penelitian Junita (2014) yang mengatakan bahwa balita yang usia kurang dari 24 bulan lebih banyak menderita diare dibandingkan dengan balita yang berusia 25-60 bulan karena semakin muda usia balita maka semakin besar kemungkinan terkena diare. Hal ini terjadi karena semakin muda usia balita maka keadaan integritas mukosa usus masih belum baik, sehingga daya tahan tubuh masih belum sempurna. Hal ini juga disebabkan karena kekebalan alami pada anak usia dibawah 2 tahun belum terbentuk sehingga kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar (Darmika dan Somia, 2016).

Hasil analisis hubungan antara faktor jenis kelamin terhadap kejadian jenis diare pada balita menggunakan uji chi square di dapatkan nilai p= 0,305 yang

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi remaja yang beragama Islam mengenai pengaruh religiusitas terhadap penalaran moral mereka, sehingga dapat

pengembangan pada Kampung Pesindon. Pada tahun 2011, Kampung Pesindon ditetapkan menjadi salah satu destinasi wisata batik di Kota Pekalongan yang mengalami perubahan

Akulturasi Redfield (1936) adalah suatu fenomena yang merupakan hasil ketika suatu kelompok individu yang memiliki kebudayaan yang berdeda datang dan secara

(5) Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3 dikenakan sanksi administrasi berupa

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serangga yang paling dominan dijumpai berasosiasi pada tanaman cabai, baik pada petak Organik maupun petak Konvensional adalah Ordo

Kesimpulan: Jus jambu biji yang diberikan satu jam sebelum dan bersamaan dengan tetrasiklin tidak mempengaruhi parameter farmakokinetika tetrasiklin dosis 63 mg/kg

Tujuan umum : Penulisan karya tulis ilmiah yaitu untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan keamanan atau

Fakultas / Universitas : Farmasi/Universitas Muhammadiyah Purwokerto Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil dari proses penelitian saya yang