• Tidak ada hasil yang ditemukan

urgensi studi islam interdisipliner di e (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "urgensi studi islam interdisipliner di e (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

URGENSI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER

di ERA DISRUPSI dan MILENNIAL Oleh : Laili Safa’ah

Program Pascasarjana IAIN Salatiga Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Email : syafalaili93@gmail.com

ABSTRAK

Islam adalah agama yang menjadi acuan dan pedoman hidup bagi setiap muslim di seluruh dunia, dengan berbagai background alamiah, tradisi dan budaya yang berbeda satu dengan yang lain. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek alqur’an dan hadis.

Persentuhan Islam dengan dinamika kehidupan masyarakat dalam berbagai lapisan dan dinamikanya serta gerak progresif perubahan zaman telah membawa Islam untuk dan dipaksa terlibat dengan berbagai isu kontemporer dinamika kehidupan, yang sangat boleh jadi, tidak terjadi dan karenanya tidak dikenal pada masyarakat sebelumnya.

Studi Islam di era disrupsi dan millennium harus memperhatikan perkembangan dunia mutakhir ini. Ada beberapa agenda yang perlu diselesaikan kaum Muslimin pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, supaya Islam mampu bersaing dengan dunia modern dan tampil sebagai alternatif bagi dekadensi peradaban Barat. Studi Islam hendaknya dilakukan dengan jangkauan yang luas, yaitu munculnya peradaban Islam.

Kata Kunci: Studi Islam Interdisipliner, Era Disrupsi, Era Milenial.

Pendahuluan

Al-qur’an sebagai sumber dasar dan as-sunah merupakan sumber operasionalnya. sedangkan al-ijtihad, pada dasarnya adalah penggunaan segenap daya dan kemampuan akal dan intelektual manusia untuk memahami, mengambil kebijaksanaan, serta menetapkan hukum terhadap masalah-masalah kehidupan sosial budaya umat manusia yang timbul dalam lingkungan dan tempat serta zaman tertentu. Dengan ijtihad tersebut menjadikan ajaran Islam berkembang secara terpadu dengan perkembangan budaya dan peradaban umat Islam. Dapat pula dikatakan bahwa sistem ijtihad tersebut merupakan sumber dinamika dari ajaran Islam.

(2)

mendapatkan kehidupan yang jaya, aman dan sejahtera. Itulah kehidupan Islam yang universal dan dinamis yang dibawa oleh Nabi Muhammada SAW.

Satu perkembangan menarik bagi studi Islam ialah munculnya historirisme, suatu gagasan bahwa peristiwa seperti kemunculan agama baru dapat dijelaskan sebagai suatu peristiwa yang tergantung dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Implikasinya adalah penolakan atas orisinalitas mutlak terhadap fenomena sejarah yang dijelaskan. Implikasi lainnya adalah bahwa hanya kaum orientalis, ahli bahasa arab yang mengkhususkan kajian teks-teks Islam, yang dianggap sebagai memiliki keterampilan ilmiah untuk mengkaji Islam. Sejarah Islam, agama, sains, seni, dan topik-topik lainnya menjadi domain yang hampir eksklusif milik orientalis daripada sejarawan atau spesialis dalam bidang agama, sains, dan seni.

Era kebangkitan Islam didengungkan kaum muslimin pada abad ke-15 Hijrah, bersamaan dengan timbulnya kekhawatiran pihak Barat terhadap menyebarnya pengaruh Revolusi Islam Iran tahun 1979 dibawah pimpinan Khomeini. Sejak saat itu iran menempatkan diri sebagai blok Islam untuk membedakan diri dengan dua blok yang telah ada, blok Barat dan blok Timur. Memang suatu peradaban harus didukung oleh iptek dan ekonomi yang kuat.

Studi Islam di era millenium harus memperhatikan perkembangan dunia mutakhir

ini. Ada beberapa agenda yang perlu diselesaikan kaum Muslimin pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, supaya Islam mampu bersaing dengan dunia modern dan tampil sebagai alternatif bagi dekadensi peradaban Barat. Studi Islam hendaknya dilakukan dengan jangkauan yang luas, yaitu munculnya peradaban Islam. Maka dari itu studi Islam merupakan usaha untuk mempercepat kebangkitan umat Islam.

(3)

pemikiran yang kreatif, inovatif, komprehensif, terintegraatif, dan transformatif1.

Studi ini bertujuan mengulas beberapa aspek Studi Islam Interdisipliner yang diperkirakan menyesuaikan perubahan pengetahuan dan teknologi, perubahan terus terjadi secara berkelanjutan dan bahkan dengan kecepatan yang semakin meningkat. Sementara itu, di negara maju terjadi perubahan yang amat cepat dan bahkan telah mencapai keadaan disruptif dan sudah mulai masuk ke Indonesia.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kepustakaan. Dengan mengkaji buku yang berhubungan dengan studi Islam interdisipliner dan urgensinya di era disrupsi dan milennial.

Penentuan metode di dasarkan pada tujuan penelitian yang ingin mengetahui tentang studi Islam Interdisipliner dan bagaimana ugenitas Studi Islam Interdisipliner di era Disrupsi dan era Milennial.

Metodologi Islam

Jalaludin Rahmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Karena itu, tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian legalistik atau

1 Saefur Rochmat. Studi Islam di Indonesia Era

Millenium Ketiga. Millah Vol. II No.1. Agustus 2002

penelitian filosofis2. Sehingga tidak ada batasan

terhadap pendekatan dan metode dalam penelitian studi Islam.

Pendekatan Sejarah, Studi tentang agama-agama pada masa modern dan kontemporer banyak mengambil manfaat dari perkembangan metodologi dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Pengaruh kedua disiplin keilmuan ini cukup besar bagi perkembangan studi Agama dan khususnya Studi Islam.

Untuk itu, salah satu pendekatan dalam ilmu humaniora, tepatnya ilmu sejarah telah dan masih akan terus digunakan oleh para sarjana Muslim dan Barat untuk mengkaji dimensi historis dari Islam.

Pendekatan Sosiologis, Kajian tentang pengaruh stratifikasi sosial atas pengelompokan sosial dan atas struktur pembentukan komunitas keagamaan kini mendapat dukungan dari upaya-upaya yang dilakukan oleh sejarawan dan ahli hukum. Pendekatan sosiologis untuk mengkaji kelompok keagamaan yang diorganisir secara sistematis dan tipologis, sehingga melengkapi penelitian sejarah dan psikologi.

Pendekatan Antropogi dan Etnografi,

dalam buku Zakiyudin Baidhawy, Eickel Man menyatakan dalam konteks studi Islam dan masyarakat muslim, karya-karya etnografi yang merupakan tipikal dari karya para antropoplogis bertujuan untuk menunjukan bagaimana Islam

2 Taufik Abdullah dan M.Rusli Karim EE), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar.

(4)

telah di pribumikan3, bagaimana tradisi-tradisi

dominan dan lebih menonjol dipraktikan, diinstitusionalkan, ditransmisikan, tumbuh bersama dan dikontestasikan dalam berbagai kawasan sekaligus, baik di lokasi-lokasi pedesaan maupun perkotaan.

Pendekatan Fenomenologi, Fenomenologi agama adalah suatu metode kajian agama yang ditandai dengan upaya mencari struktur yang menggarisbawahi data keagamaan yang dapat diperbandingkan sehingga tidak menyalahi pemahaman orang-orang beriman itu sendiri. Paralelitas antara berbagai tradisi keagamaan tidak muncul dari luar dinamika interaksi historis, namun muncul dari keserupaan-keserupaan proses setruktual

Pendekatan Arkeologi, Studi Islam yang berkaitan dengan perkembangan Islam di berbagai kawasan juga berkembang. Kajian arkeolog ini akan memberikan jawaban atas apa yang belum disentuh secara memadai oleh kalangan sejarawan dan antroplog.

Hasil dan bahasan

Perkembangan Studi Islam

Istilah studi Islam atau dikenal dengan sebutan Islamic Studies (dalam bahasa Inggris), atau Dirasah Islamiyah (dalam bahasa Arab) secara sederhana dikatakan sebagai sebuah usaha untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam. Studi Islam merupakan bentuk usaha sadar dan sistemis untuk

3 Zakiyudin Baidhawy. Studi Islam

“Pendekatan dan Metode”. Yogyakarta: Insan Madani. 2011.hlm 271.

mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik yang berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari, dalam sepanjang sejarah4.

Studi Islam mulai muncul pada abad ke-9 di Irak, ketika ilmu-ilmu agama Islam mulai memperoleh bentuknya dan berkembang di dalam sekolah-sekolah hingga terbentuknya tradisi literer di kawasan Arab masa pertengahan. Studi Islam bukan hanya berjalan di dalam peradaban Islam itu sendiri bahkan juga menjadi fokus diskusi di negara-negara Barat5.

Sebelum kemunculan Islam pada abad ke-7, orang-orang Arab sudah dikenal oleh bangsa Israel dan Yunani Kuno serta para pendiri gereja. Pandangan orang-orang Eropa tentang Islam sepanjang masa pertengahan diambil dari konstruk Injili dan teologis. Mitologi, teologi dan missionarisme menyediakan formulasi utama tentang apa yang diketahui gereja mengenai Muslim sekaligus alasan-alasan bagi perkembangan wacana resmi tentang Islam. secara Mitologis, Islam dipandang sebagai orang Arab, Sarasen, yang merupakan keturunan Ibrahim melalaui Siti Hajar dan putranya Ismail.

4 Ghazali Ahmad dede dan Gunawan heri. STUDI ISLAM suatu pengantar dengan

pendekatan Interdisipliner. Bandung: PT Rosdakarya. 2015.

(5)

Richard C. Martin dengan gamblang menjelaskan fase-fase perkembangan Studi Islam, antara lain sebagai berikut6:

Fase pertama (800-1100), masa dimana banyak bermunculan polemik teologis antara Muslim, Kristen dan Yahudi. Polemik teologis sering terjadi dalam ruang publik atau dalam audiensi Khalifah atau pejabat resmi negara, yang dilakukan oleh para mutakallimun. Kaum Yahudi dan Kristen sebagai kelompok atau ahlu zimmi berpartisipasi dalam ritual-ritual sosial diskur-sus dan perdebatan publik dengan kaum muslim. Ini semua membutuhkan banyak pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam, dengan tujuan hanya untuk menolak ajaran tersebut.

Selama empat abad kemudian hingga awal Perang Salib, orang-orang Eropa hidup dalam kebodohan tentang agama dan penduduk yang hidup bersebelah dengan mereka di Spanyol. Suku-suku jerman, orang Slavia, Magyar, dan gerakan-gerakan bidah seperti Manicheanisme, melihat Islam sebagai salah satu musuh yang mengancam kerajaan kristen. Sejak awal perang salib hingga abad ke-11, nama Muhammad dikenal negatif di kalangan Eropa.

Fase Perang Salib dan Kesarjanaan Cluny (1100-1500). Studi Islam untuk tujuan-tujuan misionaris mulai abad ke-12 pada masa Peter Agung (1094-1156), seorang Biarawan Cluny di Prancis. Para pasukan salib dan rahib-rahib yang menerjemahkan Al-qur’an dan teks-teks Islam berperan sebagai pihak-pihak yang 6 loc.cit 40-46

menyerang peradaban Islam, yang membentuk batas-batas di sebelah selatan dan timur dari kerajaan kristen Barat. Pada masa ini, Peter Agung membentuk komisi penerjemah dan penafsiran teks-teks Islam berbahasa Arab. Banyak karya mereka yang memahami Muhammad sebagai dewa bagi kaum Muslim, penyuka perempuan, penipu, orang kristen yang murtad, ahli ilmu sihir, dan seterusnya. Korpus Cluny dikenal sebagai permulaan kanon kesarjanaan Barat tentang Islam. Peter juga memerintahkan para penerjemah untuk menerjemahkan Al-qur’an, hadis, dan sirah muhammad, serta teks-teks Arab lainnya. Serangan-serangan mereka ditujukan pada kenabian Muhammad, Al-qur’an dan jihad sebagai topik utama kesarjanaan kristen pada masa pertengahan.

Akhir abad 12 koleksi karya Ibnu Sina muncul dan beredar di Eropa. Sejalan dengan hal tersebut para sarjana Eropa mulai melihat dunia Muslim saat itu sebagai peradaban kaum terpelajar dan filosof, sangat berlawanan dengan pandangan negatif tentang Muhammad dan praktik-praktik keagamaan Islam. keberhasilan militer dan diplomasi Salahudin Al Ayyubi (1138-1193) terkenal dalam legenda Eropa.

(6)

Roma sebagai anti kristus. Bibliande menganggap Muhammad sebagai kepala dan Islam sebagai tubuh anti kristus. Kaum protestan membandingkan Roma dan Islam, melihat Islam sebagai Bidah, bukan sebagai agama lain yang mempunyai haknya sendiri. Jadi, patut dicatat bahwa kaum reformis telah menghasilkan kesarjanaan tentang Islam yang tidak berbeda dengan sebelumnya. Pada abad ke-16, edisi-edisi Al-qur’an dan teks-teks Islam lainnya yang diterbitkan di Eropa cenderung mengikuti korpus Cluny pada empat abad sebelumnya.

Fase Penemuan dan Pencerahan (1650-1900). Kesarjanaan Eropa yang baru dan orisinal tentang Islam berkembang pada akhir abad ke-16 dan 17 krena beberapa alasan.

Pertama, realitas politik baru agresi ottoman. Faktor lain yang mendorong bangkitnya kesadaran Eropa tentang Islam adalah tumbuhnya pelayaran dan ekspansi perdagangan melampaui Mediterania. Ekspansi pasar dan militer merupakan awal dari kolonialisme dan imperialisme. Eropa membuat pakta-pakta dengan negara Muslim, disisi lain, alasan Eropa mempelajari Islam tidak lain adalah untuk membatasi perdebatan teologis seputar Al-qur’an, nabi, dan penaklukan Muslim awal.

Pembahasan tentang manusia sebagai makhluk beragama secara naluriah telah memberikan pengaruh atas studi-studi agama dan atas studi Islam. Hampir seluruh masa pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20

menyaksikan upaya-upaya untuk membangun sains tentang studi agama. Karakteristik studi Agama ini tergantung pada filologi sebagai metode utama dalam memahami peradaban lain, peradan kuno utamanya. Islam dapat dan harus dikaji sebagai agama menurut karakternya sendiri menjadi mungkin dilakukan oleh sains filologi.

Derasnya arus informasi dan komunikasi serta modernisasi dan westernisasi tentunya tidak ada yang dapat membendung karena hal itu pasti terjadi. Maka disini letak urgensitasnya, mempelajari agama Islam lebih jauh sebagai benteng dan filterisasi dalam penerimaan informasi yang bersumber dari dunia Barat tersebut. Tentunya dalam rangka Tabayyun atau kroscek, meluruskan dan Islamisasi7.

Studi Islam Interdisipliner

Pendekatan Interdisipliner adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan sudut pandang (perspektif)8. Pendekatan ini

muncul sebagai bentuk dari tuntutan modernitas dan globalisasi dalam mengkaji Islam yang saintifik dan secara serius melibatkan berbagai tempat. Pendekatan monodisiplin menekankan pada pengajaran Islam sebagai doktrin. Kajian Islam Normatif tersebut merupakan bagian panjang dari tradisi keilmuan Islam klasik. Kerangka studi demikian digunakan diberbagai belahan dunia Islam, khususnya di Mesir, Arab

7 Op.cit hlm13

8 Thahir Lukaman S. Studi Islam

(7)

Saudi, Pakistan, Afganistan dan menjadi model kajian dominan di masyarakat muslim di seluruh dunia. Kajian Islam secara normatif

dalam pemikiran Islam diantaranya: Ilmu Fiqh, Usul Fiqh, Hadist, Tafsir, dan lain sebagainya.

Paradigma yang bekerja dalam kajian

normatif sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Abed al-Jabiri adalah paradigma bayani. Paradigma bayani adlah studi dan pemikiran yang berbasis pada teks dan mengutamakan proses berfikir deduktif, analogis, qiyas. Tumpuan utama paradigma ini adalah memahami teks melalui kaidah bahasa, yang kemudian menghadirkan kajian ushul fiqh klasik, sebagaimana diletakkan dasar-dasarnya oleh Imam Syafi’i. Meskipun tetap diperlukan paradigma bayani yang normatif memiliki kelemahan. Pertama, kurangnya memiliki pijakan realitas historis, sosiologi dan antropologis sehingga menimbulkan kesenjangan antara teori dan praktek. Kedua,

kurang mampu mengapresiasi perkembangan keilmuan yang berlangsung dengan cepat. Perkembangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora belum lagi sains dan teknologi akan sulit direspon oleh paradigma tersebut. Akibatnya kajian Islam akan stagnan karena tidak mau beranjak dari posisi yang mapan berabad-abad yang lalu9.

Potensi Islam dalam menajawab tantangan Zaman

9 M. Amin Abdullah Islam dalam Berbagai Pembacaan Konsep Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Belajar 2009. Hlm 6-7.

Wilfred Cantwell Smith menyatakan bahwa :”..The first observation is that of all the world is religious traditions the Islamic would seem to be the one with a built-in name. The word “Islam” occurs in the qur’an it self, and muslims are insistents on using this term to does ignate their sistem of faith. In contrast to what has happened with other religious communities…” maksudnya:… pengamatan pertama ialah bahwa dari semua tradisi keagamaan di dunia, tradisi Islam akan nampak sebagai satu-satunya nama yang built-in

(terpasang tetap)10.

Nabi Muhammad SAW. telah membakukan ajaran agama Islam (Dienul Islam) secara sempurna, sehingga akan terjamin otentisitas dan sekaligus perkembangannya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tempat. Sistem pembakuan ajaran islam tersebut adalah sebagai berikut: 1) membukukan secara otentik sumber dasar, pokok-pokok dan prinsip-prinsip ajaran Islam sebagai wahyu dari Allah yang tertuang dalam Al-qur’an, 2) memberikan penjelasan, contoh dan teladan pelaksanaan ajaran Islam secara operasional, dalam kehidupan sosial budaya umatnya, yang kemudian dikenal dengan sebutan al-sunah/al-hadis, 3) memberikan cara atau metode untuk mengembangkan ajaran Islam secara terpadu dalam kehidupan sosial budaya umat manusia sepanjang sejarah dengan sistem Ijtihad.

(8)

Dengan sistem pembakuan tersebut, maka ajaran Islam akan tetap bersifat otentik, sempurna dan bersifat dinamis, yakni sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tempat11.

Dalam rangka memahami Islam, dapat dilakukan melalui dua metode. Pertama,

mempelajari teks-teks suci Al-qur’an yang merupakan output ilmiah dan literer yang dikenal dengan Islam. Kedua, mempelajari dinamika historis yang menjadi perwujudan dan ide-ide Islam, mulai dari permulaan diturukannya misi Islam tersebut, terutama masa Nabi Muhammad SAW, hingga masa akhir-akhir ini.

Studi Islam Era Disrupsi dan Era Milennial Disrupsi merupakan perubahan yang sangat mendasar sebagaimana telah terjadi di berbagai industri, seperti musik, surat menyurat, media cetak, dan transportasi publik, seperti taksi, grab, go-jek, dll12.

Berdasarkan perkembangan yang semakin cepat akan sangat sulit untuk mengontrol perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik anak-anak. Islam yang telah mengalami proses dialogis dengan masyarakat, tidak dapat dihindarkan dari munculnya keragaman aktualisasi. Keragaman itu muncul karena persoalan ruang (space) dan waktu (time).

Perbedaan ruang dan waktu, melahirkan

11 Ibid. hlm. 84-85

12 Mayling Oey-Gardiner dkk. ERA DISRUPSI Peluang dan Tantangan Pendidikan Tinggi Indonesia. Jakarta: Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2017. hlm. 2

perbedaan pemahaman oleh masyarakat sesuai dengan setting yang mereka hadapi. Begitu pun Islam yang dipahami oleh generasi Abad Pertengahan maupun Abad modern.

Atas dasar itu, adalah sangat urgen diperolehnya pemahaman Islam secara utuh dan tidak distortif, dengan argumentasinya bahwa realitas perbedaan di atas jika tidak tepat terhadap Islam sebagai agama yang memiliki

bidimensionalitas, yaitu dimensi normatif dan dimensi historis. Dalam kaitan ini, memahami ide-ide Islam yang ada dalam Al-Qur’an ini, memahami ide-ide Islam yang ada dalam Al-Qur’an penting sekali untuk dilakukan, dengan argumentasi bahwa ide-ide dalam kitab suci tersebut merupakan fondasi normatif dari ajaran Islam.

Al-qur’an menegaskan landasan moral bagi gagasan dan praktik-praktik, seperti ekonomi, politik, dan sosial dalam kehidupan manusia Muslim. Meskipun Al-qur’an meliputi ide-ide normatif Islam, teks-teksnya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak hanya dalam bentuk idenya semata, melainkan juga disampaikan secara verbal (verbeally reveald).13

Dengan keberadaan Al-Qur’an yang meliputi ide moral normatif dan disampaikan dengan medium verbal, maka studi Islam menemukan momentum urgensi dan signifikasinya untuk selalu dilakukan dalam frame memahami Islam dengan mastery in context dengan

persoalan-13 Fazlur Rahman Islam: EChicago: The

(9)

persoalan yang dihadapi masyarakat pada masanya masing-masing.14

Perkembangan zaman yang cepat dibarengi dengan teknologi dan sains yang luar biasa, cukup menimbulkan isu-isu yang terkait dengan dinamika Islam dalam konteks relasinya dengan dunia masa kini. Seperti isu Islam Liberal, Islam dan Pluralisme,Islam dan Radikalisme, Islam dan HAM, Islam dan Gender.

Islam Liberal, gagasan yang dapat dijadikan tolak ukur bahwa sebuah pemikiran Islam dapat disebut liberal yaitu: melawan teokrasi yaitu ide-ide yang ingin mendirikan Negara Islam. membela hak-hak perempuan, membela hak-hak non muslim, membela kebebasan berpikir dan kebebasan membela gagasan kemajuan. Gagasan Islam liberal berusaha memadukan Islam dengan situasi modernitas sebagai sesuatu yang tidak dapat dielakan, sehingga Islam tetap mampu menjawab perubahan sosial yang secara terus-menerus terjadi. Islam harus tetap menjadi pengawal menuju realitas kesejarahan yang hakiki di tengah pergolakan situasi modernitas dan era globalisasi.15

Islam Pluralisme, Wacana tentang Pluralisme dan dialog merupakan wacana emansipatoris dan liberatif. Islam tidak hanya menerima pluralism (agama), tetapi juga menganggap sebagai sentral dalam sistem kepercayaan Islam. Hubungan Islam dan pluralism terletak pada semangat humanitas dan universal Islam.

14 Edi Susanto. Dimensi Studi Islam

Kontemporer. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama. 2016. hlm.7-9.

15 Ibid. hlm.139-140

Islam dan radikalisme, secara substansial, Islam tidak mengajarkan perilaku keras. Wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin, sangat tegas dinyatakan dalam Al-Qur’an. Akan tetapi, berbagai faktor kekerasan telah menjadi perilaku umat beragama, termasuk Islam, sehingga muncul labeling Islam radikal, Islam revivalis dll. Secara teologis, Islam radikal memandang bahwa “umat Islam telah menyimpang dari ajaran Islam yang murni”, karena itu praktik keagamaan mereka harus dikembalikan kepada tradisi dan ajaran salaf. secara sosiologis kelompok ini selalu menyerukan pemberlakuan syariat Islam, yang menurut kelompok ini akan mengayomi, menjamin keselamatan umat Islam.

Multikulturalisme, secara epistimologis merupakan sebuah konsep dimana sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat mengakui keberagaman, kemajemukan budaya dan perbedaan, baik ras, suku, etnis maupun agama. Dengan kata lain, sebuah konsep yang memberikan pemahaman bahwa sebuah bangsa yang prular dan majemuk adalah bangsa yang dipenuhi oleh budaya-budaya yang beragam.

(10)

praktik-praktik material-rasional yang dibawa oleh ekonomi pasar global dan imigrasi penduduk. Dunia selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Walaupun diatas permuakaan teknologi informasi tampak secara damai mendorong terjadinya pertukaran budaya (cultural exchange).

Secara normatif, teologis, dan historis, Islam telah menunjukan relevansinya dengan Multikulturalisme, dan mengedepankan nilai-nilai universal. Dalam masyarakat muslim Indonesia terdapat kemajemukan dan keragaman. Hal ini disebabkan oleh pandangan hidup mereka dan ideology mereka, dan juga letak geografisnya juga turut menjadi faktor terjadinya kemajemukan dan keragaman. Islam tidak hanya menyatukan masyarakat muslim secara khusus, namun juga masyarakat umum melalui nilai-nilai yang dikandungnya baik ekplisit mapun implisit. Jadi, pada dasarnya Islam dengan segala aspeknya, baik historis, ideologis, normatif ,-teologis, dan lainnya, terdapat relasi dan relevansi dengan gagasan Multikulturalisme.

Masyarakat madani merupakan salah satu jawaban mengahadapi era Disrupsi dan Milennial. Suatu Istilah yang diambil dari perbendaharaan sejarah umat Islam, yaitu suatu masyarakat religio politik bentukan nabi Muhammad SAW di Madinah. Suatu masyarakat yang memiliki ciri-ciri seperti halnya masyarakat sipil dalam pengertian modern, yaitu adanya pluralism, toleransi. Demokrasi dan HAM. Dengan demikian konsep masyarakat madani

merupakan usaha Islamisasi konsep civil society

melalui projecting back theory.16

Peradabanlah yang harus dikedepankan untuk mengatur kehidupan manusia di dunia dan bukannya agama karena kenyataan historis bahwa suatu agama tidak dianut oleh semua orang dinunia. Hal tersebut telah ditunjukan Nabi Muhammad SAW yang menjadi arsitek dalam piagam Madinah. Peradaban merupakan upaya pemikiran kreatif manusia untuk mengatur tata kehidupan antar umat dari berbagai bangsa dan agama. Pemikiran kreatif tersebut bila didukung penguasaan iptek maka akan menciptakan suatu peradaban besar.

Sekarang ini peradaban Baratlah yang sedang menjadi komando dalam tata pergaulan dunia karena memenuhi persyaratan berupa kehidupan lahiriah yang maju dan kemajuan itu cukup menonjol dibandingkan dengan kehidupan masyarakat lain yang ada disekelilingnya. Perkembangan dan kemajuan peradaban umat umat manusia menuntut kualitas ulama’ yang mampu mengembangkan cara berpikir yang akademis sehingga menghasilkan wawasan Islam yang makro, yang meliputi aspek ajaran yang doktriner dan yang sosial historis. Jalannya harus mengubah cara berpikir, dari pendekatan membaca kitab (pendekatan doktriner) menjadi studi dan mengadakan penelitian penelitian

16 Thoha Hamim. Islam dan Society (Masyarakat Madani): Tinjauan tentang prinsip Human Rights, Pluralism dan Religious Tolerance.

(11)

melalui banyak pendekatan atau pendekatan Interdisipliner.

Penutup

Peradaban Islam akan maju jika nilai-nilai normatif agama dapat diselaraskan dengan realitas kebudayaan (tradisi) dan politik. Hal tersebut prasyarat bagi pengembangan iptek, sebagai alat untuk mewujudkan aspek salvation

(keselamatan) di duniawi ini yang dipandang sebagai penjamin bahwa agama tersebut di akhirat akan mendapat ridla dari Allah. Majunya peradaban Indonesia memiliki makna ganda, yaitu berarti suksesnya kebangkitan agama dan sekaligus menjadikan agama sebagai alternatif bagi gejala dekadensi peradaban Barat yang sekularistik dan rasionalistik.

Sekarang adalah saat yang penting untuk menerapkan dan menguji banyak gagasan, pendekatan dan metode serta menunjukan bahwa Islam adalah fenomena yang sangat kompleks dan kaya. Studi Islam adalah tantangan bagi pikiran manusia, tantangan sekaligus balasan yang setimpal dengan kesulitannya. Islam dalam sejarah akan berubah dan terus berubah dengan kecepatan tinggi. Perubahan ini mempunyai dua dimensi perubahan tradisi kecil dan perubahan tradisi agung “besar”. Ditandai sebagai ortodoksifikasi dan modernisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah M. Amin. 2009. Islam dalam Berbagai Pembacaan Konsep Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Abdullah Taufik dan M.Rusli Karim (ED), 1990.

Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar.

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta.

Djunaedi. Tantangan dan Problematika Pendidikan Islam di Era Globalisasi. JPI FIAI Tarbiyah Volume VIII Tahun VI Juni 2003.

Baidhawy Zakiyudin. 2011. Studi Islam “Pendekatan dan Metode”. Yogyakarta: Insan Madani.

Ghazali Ahmad dede dan Gunawan heri. 2015.

STUDI ISLAM suatu pengantar dengan pendekatan Interdisipliner. Bandung: PT Rosdakarya

Hamim Thoha. 2000. Islam dan Society (Masyarakat Madani): Tinjauan tentang prinsip Human Rights, Pluralism dan Religious Tolerance. Dlam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lukaman S Thahir. 2004. Studi Islam Interdisipliner. Yogyakarta: CV. Oalam. Yogyakarta.

Muhaimin, Tadjab dan Abd Mudjib. 1994.

Dimensi-Dimensi Islam.Surabaya: Karya Abditama.

Martin Richard C. 2002. Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Islam. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Mayling Oey-Gardiner dkk. 2017. ERA DISRUPSI Peluang dan Tantangan Pendidikan Tinggi Indonesia.

Jakarta: Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Rahman Fazlur, 1981. Islam:, (Chicago: The University of Chicago Press.

Rochmat Saefur. Studi Islam di Indonesia Era Millenium Ketiga. Millah Vol. II No.1. Agustus 2002.

Referensi

Dokumen terkait

pengobatan, berapa lama waktu perawatan, obat-obatan yang akan digunakan, efek dan dosis obat serta perkiraan biaya yang akan dikeluarkan, (c) Pasien dan keluarga

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Penelitian ini membahas proses penyebaran dalam suatu populasi dapat disajikan dalam penyakit campak dengan pengaruh vaksinasi menggunakan model SEIR yang

Dimensi rekan kerja tergolong ke dalam kategori baik, karena memiliki rata-rata dimensi sebesar 3,88 yang berarti karyawan PT Sandy Globalindo merasa puas dengan

Characteristic of tree`s damage, distribution of holes based on sunlight exposure, distribution of holes based on vertical position of stem, distribution of holes

Oleh karena itu, sesuai dengan hasil Rapat Kerja Dewan Koordinasi Racana Wijaya Gugus Latih Bahasa dan Seni Gugusdepan kota Semarang

Observed variables on the plant growth and yield of rice were the green level of leaf, angle of tillers, number of productive tillers, dry weight, number

Masa remaja adalah periode penting yang akan berakibat penting pada jangka panjang dan jangka dekat. Ada periode yang penting karena akibat perkembangan fisik dan