• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN: TERMOREGULASI PADA NY. K DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN: TERMOREGULASI PADA NY. K DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN - Elib Repository"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN: TERMOREGULASI PADA NY. K DI RUANG

DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh : Nur Khoiriyah Solikhin

A01301796

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)

iv

Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

KTI, 06 Agustus 2016

Nur Khoiriyah Solikhin1, Sawiji2, S.Kep, Ns., M.Sc

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN ATAU PERLINDUNGAN: TERMOREGULASI PADA NY. K DI RUANG

DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar Belakang: Karya tulis ilmiah ini berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan yang menyatakan pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi

Tujuan umum: Penulisan karya tulis ilmiah yaitu untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan pada klien dengan ketidakefektifan termoregulasi.

Asuhan Keperawatan: Masalah keperawatan yang muncul yaitu ketidakefektifan

termoregulasi dengan suhu 36,2o C dan badan panas 2 hari sebelum masuk rumah

sakit dan 2 hari pada awal dirawat di RS. Intervensi dan di implementasikan

mengatasi ketidakefektifan termoregulasi yaitu management termoregulation,

mengukur vital sign, mengambil semple darah, memberikan antipiretik, mengganti cairan infus, memonitor trombosit dan hemoglobin, melakukan tepid

sponge. Pada evaluasi klien mengatakan masih lemas. Data obyektif yang didapat

yaitu tekanan darah 140/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respiratory rate 20 x/menit,

suhu 36,6oC, hasil trombosit 112.000/uL dan hemoglobin 14.6 g/dL. Kondisi klien

sudah stabil. Masalah ketidakefektifan termoregulasi teratasi.

Kata kunci: termoregulasi, tepid sponge, asuhan keperawatan

_________________________________________________________________ 1.

Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong 2.

(5)

v

Diploma III of Nursing Program

Muhammadiyah Health Science Institute Of Gombong

Nursing Care Report, 06 August, 2016

Nur Khoiriyah Solikhin1, Sawiji2, S.Kep, Ns., M.Sc

ABSTRACT

NURSING CARE OF MEETING THE SECURITY OR PROTECTION: TERMOREGULATION FOR NY.K IN THE REGIONAL GENERAL

HOSPITAL DAHLIA Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Background: This scientific paper is based on data obtained from various sources of literature that states meet the needs of security or protection: thermoregulation. A common goal: The writing of a scientific paper is to provide an overview of nursing care with fulfillment issues of security or protection on the client with the ineffectiveness of thermoregulation.

Nursing Care: Nursing problems that arise are ineffective thermoregulation with

36,2o C temperature and body heat 2 days before entering the hospital and 2 days

at the start treated in hospital. Intervention and implemented to overcome the ineffectiveness of thermoregulation which termoregulation management, measuring vital signs, taking blood Semple, giving antipyretics, replacing intravenous fluids, monitoring of platelet and hemoglobin, perform tepid sponge. On the evaluation of the client says is still weak. Objective data were obtained are blood pressure 140/70 mmHg, pulse 68 x/minute, respiratory rate 20 x/min, the temperature 36,6o C, the result of 112.000 platelets/uL and hemoglobin 14.6 g/dL. The client's condition is stable. Thermoregulation ineffectiveness problem is resolved.

Keywords: Thermoregulation, Tepid Sponge, Nursing Care

_________________________________________________________________ 1.

Student Diploma III Of Nursing Program Muhammadiyah Health Science Institute Of Gombong

2.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, dan karunia sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan atau Perlindungan: Termoregulasi pada Ny. K

di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen”.

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapat gelar pendidikan ahli madya Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Gombong. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya

karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, untuk ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Rasulullah Muhammad SAW yang telah mengantarkan umat manusia dari

zaman kebodohan menuju zaman berilmu

2. Bapak M. Madkhan Anis, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Gombong

3. Direktur RSUD Dr. Soedirman Kebumen selaku Pihak Rumah Sakit

4. Sawiji, S.Kep, Ns., M.Sc selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Muhammadiyah Gombong dan sekaligus pembimbing yang memberikan

saran, arahan dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ini

5. Podo Yuwono M.Kep., CWCS selaku Penguji Sidang dan sekaligus dosen

terkeren STIKES Muhammadiyah Gombong

6. Ike Mardiati A, M.Kep.Sp.Kep.J selaku Pembimbing Akademik Program

Studi DIII Keperawatan Muhammadiyah Gombong

7. Rasa Eny S.Kep., Ns selaku Penguji Klinik RSUD Dr. Soedirman Kebumen

Ruang Dahlia

8. Bapak Ahmad Solikhin dan Ibu Sumarni selaku kedua orang tua yang selalu

menyemangati dan mengajariku tentang sebuah arti tanggung jawab dan

(7)

vii

9. Klien Ny.K dan keluarga yang telah memberikan kesempatan kepada saya

untuk merawatnya

10.Seniorku Windra Bangun Sucipto dan Nur Falasifah yang telah memberikan

dukungan, semangat, motivasi dan do’a untuk kesuksesanku

11.Teman-teman khususnya kelas 3B Mahasiswa STIKES Muhammadiyah

Gombong yang saya sayangi, yang telah berjuang bersama-sama, memberikan

dukungan, semangat dan membantu dalam penusunan karya tulis ilmiah ini

12.Teman-teman seperjuangan D III Keperawatan Mahasiswa STIKES

Muhammadiyah Gombong yang telah berjuang bersama-sama.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga karya

tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Gombong, 06 Agustus 2015

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Termoregulasi ... 6

B. Penanganan Pasien Demam ... 8

C. Tindakan Inovasi Keperawatan ... 10

BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian ... 11

B. Analisa Data ... 14

C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi ... 15

BAB IV PEMBAHASAN A. Asuhan Keperawatan ... 21

B. Analisa Inovasi Tindakan Keperawatan ... 33

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis

dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara

itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 World Health

organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai Negara dengan

kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Brazil, dari seluruh kunjungan

ke fasilitas kesehatan, terdapat sekitar 19-30% menderita Demam.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kejadian demam yang

dihubungkan dengan infeksi mencapai 29-52%, demam dengan keganasan

11-20%, 4% dengan penyakit metabolik dan 11-12% dengan penyakit lain

(WHO, 2009).

Fanani (2009) mengatakan demam berdarah dengue atau dengue

hemorrhagic fever (DHF) yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh

infeksi virus dengan spektrum manifestasi klinis aneka ragam. Demam

berdarah dengue merupakan penyakit yang sering ditemukan di daerah

tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Demam

berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Demam

umumnya berlangsung sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam

yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam.

Salawati, Astuti, dan Nurdiana (2010) menyatakan bahwa penyakit

DBD ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan

kematian. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering

menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Kasus penyakit

(10)

2

Rerung (2015) menyatakan di Indonesia DBD telah menjadi masalah

kesehatan masyarakat selama 41 terakhir sejak 1968 sampai tahun 2009.

Sementara untuk tahun 2006 kasus DBD terdapat 2.426 kasus (22,6%),

angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) 0,7% dengan kelompok

penduduk yang terbanyak terserang adalah pada kelompok usia anak

sekolah (5-14 tahun) sebesar 55%, kemudian pada kelompok usia

produktif (15-44 tahun) sebesar 25%, kelompok usia balita (1-4tahun)

sebesar 16% dan usia diatas 45 tahun serta kelompok dibawah 1 tahun

masing-masing sebesar 2%.

Rohmani dan Tyas (2012) menemukan total kasus DBD di Semarang

pada tahun 2009 jumlah penderita DBD sebanyak 3883 kasus, pada 2010

ini naik menjadi 4642 kasus. Jumlah penderita penyakit demam berdarah

dengue (DBD) di Semarang tahun 2010 mengalami peningkatan cukup

signifikan dibanding periode tahun 2009. Dalam hal ini semarang

menduduki peringkat pertama di jawa tengah. Pasien yang terinfeksi virus

dengue akan terjadi respon berupa demam tinggi diatas 37,5o C dan sekresi

mediator vasoaktif yang berakibat peningkatan permeabilitas pembuluh

darah dan perembesan cairan ke ekstravaskuler (plasma leakege), sehingga

mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.

Gejala klinis pada pasien DBD yang paling mendominasi adalah

demam dimana gejala ini dialami oleh 44 pasien dari total 46 pasien

(95,65%) yang dirawat di RS Universitas Hasanudin tahun 2014, diikuti

dengan keluhan mual (92,8%), dan menggigil (46,7%). Gejala tersebut

sesuai dengan gejala umum pada penyakit infeksi virus seperti demam,

sakit kepala, mual-muntah dan nyeri sendi. Berdasarkan keadaan pasien

saat keluar dari rumah sakit diperoleh sebanyak 89,13% atau 41 pasien

dari 46 pasien keluar dari rumah sakit dalam keadaan membaik, sedangkan

8,69% atau 4 pasien keluar dari rumah sakit dalam keadaan sembuh serta

terdapat 1 pasien yang keluar dari rumah sakit secara paksa dan tidak

(11)

3

bahwa penanganan yang tepat dan cepat akan memperkecil terjadinya

resiko yang tidak diinginkan seperti kematian (Rerung, 2015).

Dampak yang ditimbulkan oleh demam atau hipertermia dapat berupa

penguapan cairan tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan

cairan dan kejang. Perawat sangat berperan untuk mengatasi demam

melalui peran mandiri maupun kolaborasi. Untuk peran mandiri perawat

dalam mengatasi demam bisa dengan melakukan kompres. Kompres

adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila

mengalami demam. Kompres menggunakan es sudah tidak dianjurkan

karena pada kenyataanya demam tidak turun bahkan naik dan dapat

menyebabkan menggigil dan kebiruan. Metode kompres yang lebih baik

adalah kompres tepid sponge (Maling, 2012).

Kusumawati (2015) mengatakan penanganan demam terbagi menjadi

dua tindakan yaitu tindakan farmakologis dan non farmakologis. Tindakan

farmakologis yaitu pemberian obat sebagai penurunan demam atau yang

sering disebut dengan antipiretik. Tindakan non farmakologis adalah

tindakan penurunan demam dengan menggunakan terapi fisik seperti

menempatkan pasien diruang bersuhu dan bersikulasi baik, mengganti

pakaian dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, memberikan

hidrasi yang adekuat dan memberikan kompres. Tepid Sponge merupakan

tindakan untuk menurunkan suhu tubuh saat demam yaitu dengan

mengelap sekujur tubuh dengan air hangat menggunakan waslap, dan

dengan mengkompres pada bagian tubuh tertentu yang memiliki pembuluh

darah besar.

Kompres tepid sponge merupakan teknik kompres hangat yang

menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial

dengan seka. Teknik ini menggunakan kompres blok tidak hanya di suatu

tempat saja, melainkan langsung dibeberapa tempat yang memiliki

pembuluh darah besar. Selain itu masih ada perlakuan tambahan yaitu

dengan memberikan seka dibeberapa area tubuh sehingga perlakuan yang

(12)

4

dibandingkan dengan teknik yang lain. Namun dengan tepid sponge yang

langsung diberbagai tempat ini akan memfasilitasi penyampaian sinyal ke

hipotalamus dengan lebih gencar. Selain itu pemberian seka akan

mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan memfasilitasi

perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar yang akan semakin

mempercepat penurunan suhu tubuh. Rata-rata penurunan suhu tubuh saat

demam yang mendapatkan terapi antipiretik ditambah tepid sponge

sebesar 0,53o C dalam waktu 30 menit. Sedangkan yang mendapatkan

terapi tepid sponge saja rata-rata penurunan suhu tubuh sebesar 0,97o C

dalam waktu 60 menit. Pada hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat

disimpulkan pada tingkat signifikan 5% terbukti ada pengaruh kompres

tepid sponge terhadap penurunan suhu pada pasien demam. Hal ini

membuktikan bahwa tepid sponge efektif dalam membantu menurunkan

suhu tubuh saat mengalami demam. Hasil penelitian yang dilakukan

didapatkan bahwa suhu tubuh pada pasien setelah pemberian kompres

tepid sponge rata-rata mengalami penurunan sebesar 1,4o C dengan waktu

yang diperlukan untuk kompres selama 20 menit (Maling, 2012).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan karya ilmiah ini adalah untuk

mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Keamanan atau Perlindungan: Termoregulasi pada Ny.K di Ruang

Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan pengkajian klien dengan pemenuhan kebutuhan

keamanan atau perlindungan: termoregulasi pada Ny.K di ruang

dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan klien dengan pemenuhan

kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi pada Ny.K

(13)

5

c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan dengan pemenuhan

kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi pada Ny.K

di ruang dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan dengan pemenuhan

kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi pada Ny.K

di ruang dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

e. Mendiskripsikan evaluasi tindakan keperawatan pemenuhan

kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi pada Ny.K

di ruang dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

f. Mendeskripsikan analisa tindakan tepid sponge pada klien dengan

pemenuhan kebutuhan keamanan atau perlindungan: termoregulasi

pada Ny.K di ruang dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

C. Manfaat

1. Manfaat Keilmuan

a. Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar

mengajar tentang pemberian asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan pemenuhan termoregulasi.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi klien dan keluarga sebagai media informasi tentang demam

dan cara penanganan pada klien dengan demam.

b. Sebagai bahan masukan bagi perawat dalam menentukan tindakan

preventif dengan memberikan penyuluhan terkait dengan demam

berdarah.

c. Tepid Sponge dapat digunakan sebagai tindakan pilihan pertama

(14)

37

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Chris. (2008). Churchill Livinguone’s mini encyclopaedia of nursing, Hartono, Andry. (2009) (alih bahasa). Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Handbook of Pathophysiology (3th ed.). Budhi, Nike. (2009) (Alih Bahasa). Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E., and Mary, Frances M. (2010). Nursing diagnosis manual:

planning, individualizing, and documenting client care (3 th ed.), Angelina,

B., et al. (2014) (alih bahasa), Jakarta: EGC.

Fanani, Ahmad. (2009). Kamus Kesehatan. Yogyakarta: Citra Pustaka.

Fraser, M Diane., and Margaret, A.C. (2009). Myles textbook for midwives (14 th

ed.), Rahayu, Sri. (2009) (alih bahasa), Jakarta: EGC.

Herdman, T. Heather., and Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Inc.

Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017(10th

ed.),Anna, B Keliat. (2015)(alih bahasa), Jakarta: EGC.

Keliobas, Ali A. (2015). Perbandingan Keefektifan Kompres Tepid Sponge dan Kompres Air Hangat terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Demam

Tifoid dengan Hipertermi di RSUD Sukoharjo. Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kozier., Berman., Snyder., and Erb. (2008). Fundamentals of Nursing Conceot

Process and Practice (8th ed.), New Jersey: Pearson Education.

Kusumawati, Tri. (2015). KTI Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Termoregulasi Pada An. N Di Ruang Melati RSUD dr. Soedirman

Kebumen. STIKES Muhammadiyah Gombong.

Kusyati, E., Yunani., Wahyuningsih, RD., Hartana, A., dan Fauziyah, Nur.

(2012). Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar

(2th ed.). Jakarta: EGC.

Lestari, Keri. (2007). Epidemiologi dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Indonesia. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

Jatinangor.

(15)

38

Price, Sylvia.A, and Wilson, L.M. (2006). Pathophysiology: Clinical Concepts of

Disease Processes (6th ed.), Hartono, H et al. (2006) (Alih Bahasa),

Jakarta: EGC.

Rerung, Kurniasary A. (2015). Skripsi Karakteristik Penderita Demam Berdarah

Dengue pada Dewasa Di Rumah Sakit. Universitas Hasanuddin.

Riandita, Amarilla. (2012). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Demam Dengan Pengelolaan Demam Pada Anak. Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro.

Rohmani, A, dan Tiyas, Merry A. (2012). Pemakaian Antibiotik Pada Kasus

Demam Berdarah Dengue Anak Dirumah Sakit Roemani Semarang

Tahun 2010. LPPM UNIMUS.

Salawati, T., Astuti, R., dan Nurdiana, H. (2010). Kejadian Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Faktor Lingkungan Dan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk Vol 6 No 2 Tahun 2010.

Sreekanth, K ., dan Sharif, S S. (2015). Adjuvant Non Phamacotherapy With Tepid Sponging With Bath Warm Water To Reduce Duration and Severity

of Viral Fever Vol 5.

Suriadi dan Yuliani, R. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Wilkinson, Judith M., and Ahern, Nancy R. (2011). Prentice Hall Nursing

Diagnosis Handbook (9th ed.), Wahyuningsih, E. (2011) (Alih Bahasa).

Jakarta: EGC.

World Health Organization. (2009). Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment,

(16)

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER)

DI RUANG DAHLIA RSUD. DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun Oleh:

NUR KHOIRIYAH SOLIKHIN A01301796

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

(17)

A. Definisi

Demam berdarah dengue atau Dengue haemorrhagic fever (DHF)

ialah penyakit yang terdapat pada anak atau dewasa dengan gejala utama

demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari

pertama. Uji tourniquet akan positif dengan atau ruam disertai beberapa

atau semua gejala perdarahan seperti petekie spontan yang timbul

serentak, purpua, ekimosis, epitaksis, hematemesis, melena,

trombositopenia, masa perdarahan dan masa protrombin memanjang,

hematrokit meningkat, dan gangguan malnutrisi megakariosit (Guyton,

2006).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut

yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi

mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief

Mansjoer, 2007)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi

yang disebabkan oleh virus dengue dengan tipe I–IV dengan infestasi

klinis dengan5–7 hari disertai gejala perdarahan dan jika timbul tengatan

angka kematiannya cukup tinggi (Corwin, 2009).

B. Etiologi

1. Virus dengue

Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik

pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel–sel

mamalia, maupun sel– sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

2. Vektor : nyamuk aedes aegypti yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk

aedes albopictus, aedes polynesiensis, infeksi dengan salah satu

serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe

bersangkutan tetapi tidak ada perlindunganterhadap serotipe jenis yang

lainnya (Arief Mansjoer 2007).

3. Host : pembawa yaitu jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk

(18)

tetapi tidak sempurna, sehinggaia masih mungkin untuk terinfeksi

virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.

C. Klasifikasi

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF)

dibagimenjadi 4 tingkat yaitu :

1. Derajat I :

Panas 2– 7 hari, gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif

2. Derajat II :

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala–gejala pendarahan

spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis,

melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.

3. Derajat III :

Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti

nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20

mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan

sistolik dibawah 80mmHg.

4. Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > -

140mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak

biru.

D. Manifestasi Klinik

1. Demam tinggi mendadak (suhu > 39⁰C) berlangsung terus menerus

dan menetap selama 2-7 hari.

2. Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji torniquet positif,

ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena.

3. Anoreksia, mual, muntah.

4. Nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala

5. Malaise

6. Nyeri epigastrik

(19)

8. Trombositopenia

9. Syok: nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, akral dingin, kulit

lembab dan dingin, gelisah.

10.Hepatomegali

E. Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan

mengalami keluhan dan gejala karena viremia,seperti demam, sakit kepala,

mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia di tenggorok, timbulnya

ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial

seperti pembesaran – pembesaran kelenjar – kelenjar getah bening, hati

dan limfa. Ruam pada DHF disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di

bawah kulit. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat

penyakit dan membedakan DF dan DHF adalah meningginya

permeabilitas dinding kapiler karena penglepasan zat anafilaktosin,

histamin dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein yang berakibat

ekstravasasi cairan intra vaskular. Hal ini berakibat berkurangnya volume

plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan

renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat

permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan. Pada

pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih

dari 30%.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskular dibuktikan

dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu rongga

peritoneum, pleura dan perikard yang pada autopsi ternyata melebihi

jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan

hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak

segera diatasi dapat berakibat anoreksia jaringan, asidosis metabolik dan

kematian. Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis

setelah pemberian plasma / ekspander plasma yang efektif, sedangkan

pada autopsi tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang

destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan

(20)

farmakologis yang bekerja singkat. Sebab lain kematian pada DHF adalah

pedarahan hebat, yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama

dan tidak teratasi. Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan

trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem

koagulasi.

Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya

megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup

trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit.

Penyidikan dengan radioisotop membuktikan bahwa penghancuran

trombosit terjadinya dalam sistem retikuloendotelial. Fungsi agregasi

trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti

dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan

sistem koagulasi disebabkan di antaranya oleh kerusakan hati yang

fungsinya memang terbukti terganggu oleh aktivitas sistem koagulasi.

Masakah tidaknya DIC pada DHF / DSS, terutama pada pasien dengan

perdarahan hebat, sejak lama telah menjadi bahan perdebatan. Telah

terbukti bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga pada pasien DHF

tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DHF, peran DIC tidak menonjol

dibandingkan dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit memburuk

dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka renjatan akan memperberat

(21)

F. Phatway Arbovirus (nyamuk

aedes aegypty )

Beredar dalam

aliran darah Infeksi virus dengue

Perubahan hipotalamus

Mengaktivasi system komplemen

Membentuk& Melemaskan sel C3a C5a

Hipertermi

Peningkatan reabsorbsi Na dan H2O

Permeabilitas membrane Resiko Syok

Hipovolemik

Efusi Pleura Hematomegali Ascites

Resiko Ketidak

Efektifan Pola Nafas Mual dan Muntah

(22)

G. Komplikasi

1. Perdarahan

Disebabkan infeksi virus dengue sehingga terjadi depresi sumsum

tulang selanjutnya terjadi trombositopenia.

2. Efusi pleura

Akibat terjadinya kebocoran plasma, pada paru terjadi pengumpulan

cairan dalam rongga pleura, asites masuknya cairan dalam rongga

peritoneum.

3. Renjatan syok

Terjadi karena rusaknya kapiler akibat infeksi virus, dinding kapiler

permeabilitasnya meningkat, cairan intravaskuler berpindah ke

ekstravaskuler sehingga volume plasma darah menurun, terjadi

hemokonsentrasi, sirkulasi darah terganggu, jaringan kekurangan

nutrisi dan terjadilah syok.

4. DSS/Dengue Shock Syndrome

Renjatan atau syok terjadi apabila terjadi hipovolemia akibat

menghilangnya plasma. Akibat renjatan akan timbul anoksia jaringan,

asidosis metabolik dan terjadi kematian dari penderita DHF.

H. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot,

pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas,

mual, dan nafsu makan menurun.

b. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

c. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain

sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang

bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

(23)

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih

seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang

jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,

pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar

ronchi, krakles.

b. Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta

pada grade IV dapat trjadi DSS

c. Sistem Cardiovaskuler

Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,

trombositopeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi,

nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan

jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak

dapat diukur.

d. Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada

epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,

penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat

hematemesis, melena.

e. Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan

mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

f. Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat

positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat

(24)

I. Pemeriksaan Penunjang

1. Pada pemeriksaan darah akan dijumpai:

a. Trombosit menurun (trombositopenia)

b. Leukosit menurun (leukopenia)

c. Hemoglobin meningkat: lebih dari 20%

d. Hematokrit meningkat: lebih dari 20%

e. IgG Dengue: positif

f. IgM Dengue: positif

g. SGOT/SGPT bisa meningkat

h. Hasil pemeriksaan darah: hipoproteinemia, hiponatremia,

hipokalemia.

i. Pada pemeriksaan AGD: terdapat asidosis metabolik CaCO2<

30-40 mmHg; HCO3).

j. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap

jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ),

Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

2. Pada pemeriksaan urin terdapat albuminuria ringan.

3. Foto thorax: terdapat pleura effusion

4. USG: Hepatomegali, dan splenomegali

J. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue.

2. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan

factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni ).

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan berpindahnya

cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

4. Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

5. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang kurang akibat anoreksia, mual,

(25)

K. Rencana Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue.

NOC:

1. Suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37 oC).

2. Klien mengatakan tidak demam lagi.

3. Nyeri otot hilang

NIC:

1. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.

Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dan adanya

peningkatan suhu tubuh.

2. Beri kompres dingin.

Rasional: Membantu menurunkan panas dengan konduksi.

3. Anjurkan klien banyak minum 2-3 liter/hari jika tidak ada

kontraindikasi.

Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan

meningkat maka harus diimbangi dengan asupan cairan yang

banyak.

4. Anjurkan untuk memakai baju tipis.

Rasional: Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah

menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

5. Anjurkan untuk bedrest.

Rasional: Karena aktivitas yang banyak dapat menyebabkan

peningkatan suhu tubuh.

6. Beri penjelasan mengenai penyebab demam/peningkatan suhu.

Rasional: Membantu pasien dan keluarga untuk mengurangi

kecemasan.

7. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian antipiretik.

Rasional: Membantu menurunkan suhu tubuh.

2. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan

factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni )

(26)

1. Jumlah trombosit meningkat 150.000/uL – 450.000/uL, dan Ht

42 – 53%.

2. Tidak ada perdarahan seperti ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,

hematemesis, melena, hematuri.

NIC:

1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda

klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya

kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat

menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.

2. Monitor trombosit setiap hari

Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat

diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan

perdarahan yang dialami pasien.

3. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )

Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan terjadinya perdarahan.

4. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan

jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.

Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk

penaganan dini bila terjadi perdarahan.

5. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak,

pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap

selesai ambil darah.

Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan berpindahnya

cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

NOC:

(27)

1. TTV dalam batas normal (TD: 100/70 mmHg-120/80 mmHg, Nadi

: 60-100 x/m.

2. Input dan output seimbang

3. Trombosit 150.000 - 450.000/mm3, Ht 42 - 53%.

4. Tidak ada tanda presyok

5. Capilarry refill < 3 detik

NIC:

1. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering

Rasional :Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan

intravaskuler

2. Observasi capillary Refill

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

3. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ

Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ

diduga dehidrasi.

4. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )

Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral

5. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk

mencegah terjadinya hipovolemic syok.

4. Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

NOC:

1. Tidak terjadi syok hipovolemik

2. Tanda Vital dalam batas normal

NIC:

1. Monitor keadaan umum pasien

Rasional : Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan

terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui

(28)

2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih

Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk

memastikan tidak terjadi presyok / syok

3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera

laporkan jika terjadi perdarahan

Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka

tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat

dan tepat dapat segera diberikan.

4. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan

cairan tubuh secara hebat.

5. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah

yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih

lanjut.

5. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang kurang akibat anoreksia, mual,

muntah.

NOC:

1. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

2. Klien mampu menghabiskan makan sesuai porsi yang diberikan.

3. Klien tidak mengeluh mual dan muntah, nafsu makan meningkat

NIC:

1. Kaji kebiasaan makan klien di rumah.

Rasional: Untuk mengetahui pola makan klien.

2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional: Mengurangi resiko terjadinya muntah.

3. Berikan makanan dalam keadaan hangat.

(29)

4. Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan tehnik relaksasi

(nafas dalam) bila ada mual.

Rasional: Tehnik napas dalam dapat merelaksasi otot-otot

diafragma sehingga dapat mengurangi mual.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetic

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. Handbook of pathophysiology. Ahli bahasa: N.B. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C dan Hall, J. E. 2006. Textbook Of Medical Physiology. Philadelphia:

W. B Saunders

Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1 dan 2.

(31)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG DHF (DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER)

Disusun Oleh : NUR KHOIRIYAH S

(A01301796)

DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

(32)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG (DHF) DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

Dengan mengucapkan Bismillahirrohmannirrohim

Satuan Acara Pembelajaran ini telah di terima dan di sahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Waktu :

Pembimbing

(33)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG (DHF) DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan managemen kesehatan

Bidang Studi : Pendidikan Kesehatan

Topik : Mengenal DHF

Sub topik : Mempelajari tentang DHF dan cara perawatannya

Sasaran : Keluarga Ny. K

Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Juni 2016

Jam : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Dahlia

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakuan pendididkan kesehatan selama 1x 25 menit diharapkan

klien dapat menjelaskan tentang perawatan penyakit DHF dengan benar.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit, diharapkan keluarga dan

klien mampu:

a. Menyebutkan pengertian penyakit DHF dengan benar

b. Menjelaskan penyebab penyakit DHF dengan benar

c. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit DHF dengan benar

d. Menjelaskan komplikasi penyakit DHF dengan benar

e. Menjelaskan perawatan penyakit DHF dengan benar

f. Menjelaskan pencegahan DHF

g. Menjelaskan pencegahan DHF

h. Mendemonstrasikan cara perawatan penyakit DHF : Kompres tepid

(34)

3. Materi Terlampir

4. Metode

1. Diskusi

2. Tanya Jawab

5. Media Dan Sumber

1. Media : Lembar balik, lefleat dan Peralatan Tepid Sponge sesuai SPO

2. Sumber :

Corwin, E. J. Handbook of pathophysiology. Ahli bahasa: N.B. Jakarta:

EGC.

Guyton, A. C dan Hall, J. E. 2006. Textbook Of Medical Physiology.

Philadelphia: W. B Saunders

Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1 dan

2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

6. Kegiatan Pembelajaran

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN

KELUARGA

1 3 menit Pembentukan :

Memberikan salam

Menjelaskan tujuan penyuluhan

Menjelaskan materi dan pokok

bahasa yang akan di sampaikan

Memjawab salam

penyakit DHF dengan benar

(35)

penyakit DHF dengan benar

c. Menjelaskan tanda dan gejala

penyakit DHF dengan benar

d. Menjelaskan komplikasi

penyakit DHF dengan benar

e. Menjelaskan perawatan

penyakit DHF dengan benar

f. Menjelaskan pencegahan

DHF

g. Mendemonstrasikan cara

perawatan penyakit DHF:

Kompres tepid sponge dengan

benar

3 4 menit Evaluasi :

Mengulang kembali dengan memberi

pertanyaan pada masing-masing

anggota keluarga tentang DHF atau

demam berdarah dengue

Menguncapakan terima kasih dan

kontrak waktu lagi untuk melakukan

implememtasi dan evaluasi

a. Materi sudah dipersiapkan sebelum penyuluhan

b. Media sudah siap sebelum penyuluhan

(36)

2. Evaluasi Proses

a. Klien dan Keluarga memperhatikan penjelasan penyaji 80%

b. Klien atau Keluarga aktif bertanya dan memberikan pendapat 75%

c. Media sudah dapat digunakan secara efektif 85%

3. Evaluasi Hasil

a. Klien dan keluarga mampu menyebutkan pengertian penyakit

DHF dengan benar 90%

b. Klien dan keluarga mampu menyebutkan penyebab penyakit DHF

dengan benar 86%

c. Klien atau keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala

penyakit DHF dengan benar 85%

d. Klien mampu mengulang kembali tentang komplikasi penyakit

DHF dengan benar 80%

e. Klien mampu mengulang kembali cara perawatan penyakit DHF

dengan benar 80%

f. Klien dan keluarga mampu lebih memahami cara perawatan

(37)

Lampiran

DHF (Dengue Hemorragic Fiver)

A. Pengertian

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus Dengue melalui gigitan nyamuk aedes aegepty

B. Penyebab

Virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepty

C. Tanda dan Gejala

7. Bintik merah pada kulit

8. Lemah

9. Keringat dingin

D. Komplikasi

1. Mimisan

2. Perdarahan pada gusi

3. Berak Darah

E. Perawatan

1. Istirahat total

2. Minum obat secara teratur sesuai resp dokter

3. Minum air putih 3-4 liter/hari

4. Konsumsi makanan lunak, contoh: bubur

5. Kompres air biasa

F. Cara Pencegahannya

1. Kuras tempat penyimpanan air (bak mandi/WC, drum, dan

(38)

2. Tutup rapat penampung air

3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas

4. Melipat pakaian yang tergantung agar nyamuk tidak hinggap di

situ

5. Tempat air yang sulit dikuras taburkan bubuk abate ke genangan

air. Ulangi 2-3 bulan sekali

6. Gunakan obat nyamuk oles atau bakar untuk mencegah gigitan

(39)

Standar Operasional Prosedur Tepid Sponge menurut Kusyati, 2012

1. Tujuan

a. Menurunkan suhu tubuh

b. Memberi kenyamanan

c. Mencegah terjadinya kejang demam.

2. Persiapan alat

a. Thermometer

b. Sarung tangan

c. Perlak

d. Satu set pakaian bersih

e. Wadah pakaian kotor

f. Selimut mandi

g. Waslap, handuk

h. Baskom berisi air

i. Tremos berisi air panas

j. thermometer air

3. Prosedur pelaksanaan

a. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

b. Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien

c. Tutup jendela atau gorden untuk menjaga privasi

d. Cuci tangan

e. Kenakan sarung tangan

f. Ukur suhu tubuh klien

g. Tuang air panas ke dalam baskom berisi air hingga suhu air mencapai

40-46 oC (diukur menggunakan thermometer air)

h. Pasang perlak dibawah tubuh klien

i. Pasang selimut mandi

j. Lepaskan pakaian klien

k. Celupkan waslap ke baskom dan usapkan ke seluruh tubuh klien. Ulangi

(40)

l. Kaji perubahan suhu tubuh setiap 15-20 menit

m. Hentikan prosedur jika suhu tubuh mendekati normal

n. Keringkan tubuh klien dengan handuk

o. Rapikan peralatan

p. Lepaskan sarung tangan

q. Bantu klien merapikan pakaian dan tempat tidurnya

r. Kaji kenyamanan klien

s. Cuci tangan

(41)
(42)

APA SIH DBD ITU???

adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue melalui gigitan

(43)

Pengertian:

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan

(44)

APA PENYEBABNYA???

(45)

Penyebab

(46)

TANDA-TANDA TERKENA DBD

1.Demam 2-7 hari &

Keringat dingin

2.Mual dan muntah

3.Sakit kepala lemas

4. Tidak nafsu makan

6. Bintik merah pada kulit

(47)

Tanda dan Gejala

1.

Demam 2-7 hari

2.

Mual dan muntah

3.

Sakit kepala

4.

Tidak nafsu makan

5.

Nyeri otot/sendi

6.

Nyeri ulu hati

7.

Bintik merah pada kulit

8.

Lemah

(48)

KOMPLIKASINYA

1.

Mimisan

2.perdarahan pada gusi

3.Berak Darah

(49)

Komplikasi

1.

Mimisan

2.

Perdarahan pada gusi

(50)

Cara Perawatannya

2.Minum obat secara teratur sesuai resp dokter

1.Istirahat total

3. Minum air putih 3-4 liter/hari

(51)

Cara Perawatan

1.

Istirahat total

2.

Minum obat secara teratur sesuai resp dokter

3.

Minum air putih 3-4 liter/hari

4.

Konsumsi makanan lunak, contoh: bubur

(52)
(53)

Cara Pencegahannya

1.

Kuras tempat penyimpanan air (bak mandi/WC, drum, dan lain-lain)

2.

tutup rapat penampung air

3.

kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas

4.

melipat pakaian yang tergantung agar nyamuk tidak hinggap di situ

5.

tempat air yang sulit dikuras taburkan bubuk abate ke genangan air.

ulangi 2-3 bulan sekali

(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)

Referensi

Dokumen terkait

Fasilitas yang dapat diperoleh dari sistem ini antara lain pendaftaran penduduk, pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) baru bagi masyarakat yang belum memiliki KTP, perpanjangan

INTAN CILACAP ” di susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Jika jumlah tersebut lebih kecil dari nilai wajar atas aset bersih teridentifikasi entitas anak yang diakuisisi dan pengukuran atas seluruh jumlah tersebut telah ditelaah, dalam

1) Jelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan akan dicapai oleh peserta didik diakhir kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik akan menyadari

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufiq, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

a) Dengan berkarir, wanita dapat membantu meringankan beban keluarga yang tadinya hanya dipikul suami yang mungkin kurang memenuhi kebutuhan, tetapi dengan adanya

Paskalis Abner SE., Kepala Biro Pendidikan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amugme dan Kamoro di Timika-Papua, yang dengan kesungguhan hati terus memberikan dukungan

Kalau tidak, apakah dosen dan guru yang menyebabkan anda putus sekolah/kuliah dan tidak tertarik untuk melanjutkan studib.