HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI DENGAN
KEJADIAN
PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh:
ARUM SEKAR TANJUNG
R 0105007
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ABSTRAK
ARUM SEKAR TANJUNG, R 0105007, 2009. Hubungan Antara Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS). Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
PMS merupakan masalah kesehatan yang dilaporkan oleh wanita usia reproduktif sebanyak 5%. Penyebab PMS belum dapat diketahui secara pasti, diduga berhubungan dengan fungsi serotonin serta kekurangan zat-zat gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara asupan zat gizi dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS).
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah mahasiswi UNS. Pengambilan sampel dilakukan dengan sistem Cluster Random Sampling sejumlah 9 sampel dari masing-masing Fakultas yang ada di UNS. Penilaian kejadian PMS dilakukan dengan kuesioner dan pengukuran asupan zat gizi menggunakan formulir food records. Uji hipotesis dilakukan dengan uji Regresi Logistik Berganda (α=0,05) melalui program SPSS 16.0 for Windows.
Hasil uji Regresi Logistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara asupan karbohidrat (p=0,006), lemak (p=0,008), vitamin B6 (p=0,006), vitamin E (p=0,269), magnesium (p=0,490), dan kalsium (p=0,271) dengan kejadian PMS. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara asupan zat gizi (karbohidrat, vitamin B6 dan lemak) dengan kejadian PMS.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Hubungan Antara Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS)” dapat terselesaikan dengan baik.
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) pada Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan dan pengarahan. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. dr. Much. Syamsulhadi, Sp.KJ., Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. H. Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.OG(K), Ketua Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Mochammad Arief Taufiqurrochman, dr., PHK, MS, Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
6. Kusmadewi Eka Damayanti, dr., penguji yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
7. Dekan masing-masing fakultas Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian
8. Mahasiswi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
9. Seluruh dosen dan staf Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
10. Papa, Mama, De’ Gilang, De’ Kukuh, Mas Daru, sahabat-sahabat, serta anak-anak Taekwondo UNS atas kasih sayang, do’a, dan semangat yang diberikan. Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesan sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2009
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN VALIDASI ………...……… ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
ABSTRAK... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR BAGAN ………... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ... 5
1. Konsep Asupan zat gizi ……….. 5
2. Konsep Premenstrual Syndrome (PMS) ……… 8
3. Hubungan antara asupan zat gizi dengan PMS…... 10
C. Hipotesis ... 14
BAB III METODOLOGI A. Desain Penelitian ... 15
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
C. Populasi Penelitian ... 15
D. Sampel dan Teknik Sampling ... 15
E. Estimasi Besar Sampel ... 16
F. Kriteria Restriksi ... 17
G. Definisi Operasional Variabel ... 17
H. Instrumentasi dan Intervensi... 18
I. Analisis Data ... 19
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 23
BAB V PEMBAHASAN ... 37
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 41
A. Simpulan ... 41
B. Saran... 41 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kecukupan Rata-rata yang dianjurkan... 6
Tabel 2. Gejala-gejala PMS... 10
Tabel 3. Kategori PMS / Tidak PMS ... 18
Tabel 4.1 Pertanyaan Kuesioner yang Tidak Valid ... 20
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur... 23
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal.24 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Perkawinan . 24
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak... 25
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas ... 25
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Asupan Zat Gizi Dibandingkan Dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) ... 26
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kejadian PMS.26 Tabel 11. Omnibus Tests of Model Coefficients pada karbohidrat……… 27
Tabel 12. Variables in the Equation pada karbohidrat………..…… 28
Tabel 13. Omnibus Tests of Model Coefficients pada vitamin B6…….…….. 28
Tabel 14. Variables in the Equation pada vitamin B6..………..… 28
Tabel 15. Omnibus Tests of Model Coefficients pada vitamin E..…….……… 29
Tabel 16. Variables in the Equation pada vitamin E...………..… 29
Tabel 17. Omnibus Tests of Model Coefficients pada lemak..…….……….… 29
Tabel 18. Variables in the Equation pada lemak...………..……..… 30
Tabel 20. Variables in the Equation pada magnesium..………..… 30
Tabel 21. Omnibus Tests of Model Coefficients pada kalsium.…….………. 31
Tabel 22. Variables in the Equation pada kalsium..………..…….. 31
Tabel 23. Hasil seleksi bivariat antara variabel independen dengan variabel Dependen... 31
Tabel 24. Variables in the Equation pada karbohidrat, vitamin B6, lemak, magnesium, dan kalsium……… 32
Tabel 25. Variables in the Equation pada karbohidrat, vitamin B6, lemak, dan kalsium……… 33
Tabel 26. Perubahan OR setelah magnesium dikeluarkan dari model... 33
Tabel 27. Variables in the Equation pada karbohidrat, vitamin B6 dan lemak .34
Tabel 28. Perubahan OR setelah kalsium dikeluarkan dari model... 34
Tabel 29. Omnibus Tests of Model Coefficients pada model terakhir.……. 35
Tabel 30. Model Summary pada model terakhir……… 35
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Lampiran B. Lembar Permohonan Untuk Menjadi Responden
Lampiran C. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran D. Kuesioner
Lampiran E. Formulir Food Records
Lampiran F. Data Validitas Kuesioner
Lampiran G. Hasil Validitas Kuesioner
Lampiran H. Hasil Reliabilitas Kuesioner
Lampiran I. Data Penelitian
Lampiran J. Hasil Analisis Deskriptif dengan SPSS 16.0 for Windows
Lampiran K. Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda dengan SPSS 16.0 for Windows
Lampiran L. Tabel Nilai-nilai r Product Moment
Lampiran M. Tabel Chi-Square
Lampiran N. Surat Permohonan Pengambilan Data
Lampiran O. Surat Ijin Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa saat sebelum mulai menstruasi, sejumlah wanita biasanya mengalami rasa tidak enak. Mereka biasanya merasakan satu atau beberapa gejala yang disebut sebagai kumpulan gejala sebelum menstruasi atau istilah populernya Premenstrual Syndrome (PMS) (Burns, 2000). PMS merupakan masalah kesehatan umum yang paling banyak dilaporkan oleh wanita usia reproduktif (Freeman, 2007).
Perkiraan untuk prevalensi PMS adalah sekitar 5% (Glasier, 2006). Tingginya masalah PMS pada wanita akan berdampak pada produktivitas kerja. Gejala-gejala tersebut ada yang bersifat cukup berat sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (Mason, 2008). Gejala fisik dan psikologis yang sering dilaporkan adalah rasa kembung, pembengkakan dan nyeri payudara, ketegangan, depresi, mood yang berubah-ubah dan perasaan lepas kendali (Glasier, 2006).
Dalam suatu penelitian pada tahun 2005 yang berjudul Calcium and Vitamin D Intake and Risk of Incident Premenstrual Syndrome yang melibatkan 1057 wanita, setelah dikelompokkan sesuai usia, paritas, status merokok, dan faktor resiko lain, menunjukkan tingkat konsumsi tinggi kalsium (p=0,02, OR=0,703) dan vitamin D yang relatif tinggi dapat
mengurangi terjadinya PMS (p=0,01, OR= 0,597) (Hankinson, 2005).
Menurut Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional / BKKBN (2005), wanita usia subur (wanita usia reproduktif) adalah wanita yang berumur 18-49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda. Terdapat fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-gelaja yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita yang lebih tua (Freeman, 2007).
Perempuan dengan pendidikan formal yang lebih tinggi, misalnya mahasiswi, cenderung akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, sehingga akan lebih mampu serta mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan dan gangguan-gangguan kesehatan yang mungkin terjadi (Anne, 1999).
Seorang mahasiswi kadang kala mengalami stres dalam menjalankan
dikonsumsi sehari-hari yang pada akhirnya akan menunjukkan asupan zat gizi
secara spesifik.
Karena latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara asupan zat gizi dengan PMS.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan yang bermakna antara asupan zat gizi meliputi asupan karbohidrat, vitamin B6, vitamin E, lemak, magnesium, dan kalsium dengan PMS?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara asupan zat gizi dengan PMS.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi asupan zat gizi wanita usia subur pada mahasiswi UNS.
b. Mengidentifikasi kejadian PMS wanita usia subur pada mahasiswi UNS.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
a. Bagi peneliti sendiri, dapat memperdalam pengetahuan tentang asupan
zat gizi dan PMS.
c. Bagi profesi kebidanan, sebagai bahan kajian / informasi dalam mengkaji, menganalisa, mendiagnosa dan memberikan perawatan pada wanita yang mengalami PMS.
2. Manfaat Aplikatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Konsep Asupan Zat Gizi
Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2009).
Kebutuhan gizi (requirement) adalah jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang untuk hidup sehat (Auliana, 2001). Banyaknya gizi yang diperlukan berbeda antara satu orang dengan orang lain, disebabkan berbagai faktor, tetapi fungsi gizi pada pokoknya sama untuk semua orang. Berdasarkan keseimbangan asupan gizi tersebutlah seseorang akan mempunyai status gizi (Budiyanto, 2002).
Menurut Waspadji (2003), status zat gizi terutama ditentukan oleh ketersediaan zat-zat gizi pada tingkat sel, dalam jumlah yang cukup dan dalam kombinasi yang tepat, yang diperlukan tubuh untuk tumbuh, berkembang dan berfungsi normal. Oleh karena itu pada prinsipnya status gizi ditentukan oleh dua hal, yaitu:
a. Asupan zat gizi yang berasal dari makanan yang diperlukan tubuh. b. Besarnya kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi tersebut.
Sedangkan menurut Supariyasa (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi adalah konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan dan tersedianya bahan makanan. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan untuk wanita usia 16-45 tahun sebagai berikut:
Tabel 1. Kecukupan rata-rata yang dianjurkan
Zat Gizi Usia 16-19 tahun Usia 20-45 tahun Vitamin B12 (ug) Asam folat (ug) Sumber: Supariyasa, 2005.
Kekurangan sejumlah vitamin, mineral dan zat gizi lainnya dapat menyebabkan PMS (Redei, 1995).
a. Karbohidrat
b. Vitamin B6 (Piridoksin)
Vitamin B6 memberi efek rileks dan tenang menjelang menstruasi (Jacobs, 2000).
c. Vitamin E
Vitamin E dapat berguna dalam mengurangi ketegangan pada payudara yang merupakan salah satu gejala PMS (Jacobs, 2000). d. Mineral
Mineral seperti seng dan magnesium dapat membantu meringankan gejala PMS seperti sakit kepala, sakit pinggul, dan ketegangan. (Jasons, 2008).
e. Kalsium
Kalsium terbukti dapat membantu tubuh melepaskan hormon endorphin selama masa menstruasi (Hankinson, 2005).
f. Sodium dan kafeine
Makanan yang mengandung banyak garam dapat menyebabkan retensi cairan dan memperburuk gejala PMS (Karyadi, 2008). Sedangkan kafeine dapat menimbulkan kecemasan atau depresi (Rasheed, 2003).
g. Lemak
2. Konsep PMS
a. Definisi PMS
PMS adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum menstruasi dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak wanita sebelum awitan setiap siklus menstruasi (Brunner & Suddarth, 2001). PMS kadang-kadang berlangsung terus sampai menstruasi berhenti (Prawiroharjo, 2005).
Sedangkan menurut Hacker et. al. (2001), PMS adalah gejala fisik, psikologis dan perilaku yang menyusahkan yang secara teratur berulang selama fase siklus menstruasi. Sekitar 5-10% wanita menderita PMS yang berat sehingga mengganggu kegiatan sehari-harinya.
Riset menunjukan bahwa PMS menjadi lebih bermasalah di awal dan akhir fase siklus reproduksi (yaitu pada pubertas dan menopause) serta saat masa kehamilan dan kelahiran anak (Freeman, 2007).
b. Etiologi PMS
ke-28), produksi LH meningkat dan menyebabkan ovulasi, sehingga keseimbangan hormon estrogen dan progesteron tidak stabil, hal ini yang menyebabkan munculnya gejala PMS (Henshaw, 2007).
Peningkatan kadar estrogen dalam darah akan mengganggu produksi serotonin sehingga menyebabkan gejala depresi, khususnya gangguan mental (Hacker et. al., 2001).
Menurut Prawiroharjo (2005), faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, dan masalah sosial juga memegang peranan penting.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi PMS
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi PMS, antara lain: 1). Wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah
melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksemia).
2). Status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak
mengalami PMS dibandingkan yang belum).
3). Usia (PMS menjadi lebih bermasalah di awal dan akhir fase siklus reproduksi yaitu pada pubertas dan menopause).
4). Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS).
5). Diet (faktor kebiasaan makan seperti banyak garam, kopi, teh,
coklat, minuman bersoda memperberat gejala PMS).
7). Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.
8). Kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebab kan semakin beratnya PMS).
(ACOG Practice Committee, 2000). d. Gejala PMS
Rayburn (2001), mengklasifikasikan gejala-gejala PMS berdasarkan gangguan pada fungsi fisik dan emosional. Klasifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Gejala-gejalaPMS
Gejala fisik Gejala emosional
1). Perut kembung 6). Hilang koordinasi 7). Nafsu makan bertambah 8). Hidung tersumbat 9). Perubahan defekasi 10). Tumbuh jerawat 11). Sakit pinggul
12). Suka makan manis atau asin 13). Palpitasi
14). Peka suara atau cahaya 15). Rasa gatal pada kulit 16). Kepanasan
1). Depresi 2). Cemas
3). Suka menangis
4). Sifat agresif atau pemberontakan 5). Pelupa
6). Tidak bisa tidur 7). Merasa tegang 8). Irritabilitas 9). Rasa bermusuhan 10). Suka marah 11). Paranoid
12). Perubahan dorongan seksual 13). Konsentrasi berkurang 14). Merasa tidak aman 15). Pikiran bunuh diri 16). Keinginan menyendiri 17). Perasaan bersalah 18). Kelemahan Sumber : Rayburn, 2001.
3. Hubungan antara asupan zat gizi dengan PMS
Kemampuan kerja otak dipengaruhi oleh masukan zat gizi yang diperlukan. Aneka zat gizi itu harus dipasok secara seimbang dari makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Salah satu zat gizi yang berperan memperbaiki suasana hati adalah triptofan (suatu asam amino esensial) (Madison, 2004). Vitamin B6 berperan sebagai koenzim dan metabolisme protein termasuk di dalamnya adalah asam amino triptofan yang berkaitan dengan serotonin, karena serotonin disintesis dari asam amino triptofan dengan bantuan vitamin B6 (Hankinson, 2005).
Meningkatnya kadar estrogen dalam darah menyebabkan munculnya gejala-gejala depresi. Meningkatnya kadar estrogen akan mengganggu proses kimia tubuh termasuk vitamin B6. Vitamin ini dikenal sebagai vitamin antidepresan karena berfungsi mengontrol produksi serotonin yang penting dalam mengendalikan perasaan seseorang. Menurunnya kadar serotonin akibat terjadinya fluktuasi estrogen dapat dikatakan sebagai penyebab timbulnya gejala PMS yang dikenal sebagai carbohydrate cravings atau peningkatan untuk mengkonsumsi karbohidrat (Karyadi, 2008). Carbohydrate cravings disebabkan karena kadar serotonin yang rendah. Teorinya adalah saat kadar serotonin rendah, otak mengirim sinyal ke tubuh untuk makan karbohidrat untuk merangsang produksi serotonin (Madison, 2004).
protein (Hankinson, 2005). Karbohidrat berkaitan dengan PMS terutama dalam mengatasi masalah perubahan mood, hal ini karena karbohidrat secara konsisten mempertahankan kadar serotonin (suatu zat kimia otak) sehingga dengan memakan makanan yang mengandung karbohidrat akan lebih dapat mengendalikan perubahan mood (Christensen, 1993).
Vitamin E juga dapat berguna dalam mengurangi ketegangan pada payudara yang merupakan salah satu gejala PMS (Jacobs, 2000).
Mineral seperti seng dan magnesium sangat penting dalam produksi serotonin. Hormon tersebut dapat membantu meringankan gejala PMS seperti sakit kepala, sakit pinggul, dan ketegangan (jasons, 2008). Sementara, kalsium terbukti dapat membantu tubuh melepaskan hormon endorphin (hormon yang membantu memberikan perasaan nyaman) selama masa menstruasi (Hankinson, 2005).
Makanan yang mengandung banyak garam dapat menyebabkan retensi cairan dan memperburuk gejala PMS (Karyadi, 2008). Sedangkan wanita yang mengkonsumsi kafeine berlebih mempunyai sifat lekas marah dibandingkan dengan wanita yang membatasi asupan cafeine (Bonnlander, 2001).
memperbaiki gangguan perasaan yang tidak nyaman, hal ini berhubungan dengan pembentukan serotonin di dalam otak (Paath, 2006).
B. Kerangka Konsep
Progesteron ↓
Kecukupan Gizi
Estrogen ↑
Serotonin ↓ Carbohydrate Cravings
PMS
Sistem saraf pusat (Otak)
Asupan Zat Gizi
Pola makan Aktivitas Tingkat kesehatan
Pendapatan
§ Paritas
§ Status perkawinan
§ Usia
§ Gaya hidup
§ Faktor kejiwaan
§ Masalah dalam keluarga
§ Masalah sosial
Hipotalamus (Gonadothropin Releasing Hormone/GnRH)
Hipofisis Anterior (FSH & LH)
Ovarium
Keterangan:
: variabel yang diukur : variabel yang tidak diukur
C. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional, yaitu penelitian non eksperimental dimana variabel independen (asupan zat gizi) dan variabel dependen (PMS) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrohman, 2008).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di UNS pada bulan Maret - Agustus 2009.
C. Populasi Penelitian
1. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia reproduktif. 2. Populasi aktual dalam penelitian ini adalah wanita usia reproduktif yang
tercatat sebagai mahasiswi UNS.
D. Sampel dan Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Cluster Random Sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel bila objek yang diteliti sangat besar, dilakukan dengan membagi anggota populasi dalam beberapa kelompok, lalu suatu sampel dipilih dari masing-masing area kelompok (Hidayat,2007). Sehingga dalam penelitian ini, dari 80 orang dibagi menjadi 9 Cluster, yaitu:
3. Cluster 3 = 9 orang dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 4. Cluster 4 = 9 orang dari Fakultas Pertanian
5. Cluster 5 = 9 orang dari Fakultas Ekonomi
6. Cluster 6 = 9 orang dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 7. Cluster 7 = 9 orang dari Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
8. Cluster 8 = 9 orang dari Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan 9. Cluster 9 = 8 orang dari Fakultas Hukum
E. Estimasi Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus:
n =
p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada populasi q : 1-p
F. Kriteria Retriksi
1. Kriteria Inklusi : seluruh wanita usia reproduktif yang tercatat sebagai mahasiswi UNS, berusia antara 18-49 tahun, dan bersedia menjadi responden.
2. Kriteria eksklusi : mahasiswi yang merupakan seorang atlet, sedang hamil, memakai alat kontrasepsi pil, suntik, IUD dan implan.
G. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Independen : Asupan zat gizi
Asupan zat gizi adalah banyaknya karbohidrat, vitamin (B6, E), lemak dan mineral (Mg, Ca) yang berasal dari makanan yang biasa dikonsumsi, diukur dengan menggunakan Food Records dalam jangka waktu 3 hari, dicatat dalam ukuran rumah tangga (URT) lalu dikonversikan ke dalam ukuran berat (gram), kemudian dicari rata-rata asupan zat gizi menggunakan program Nutrisurvey 2007 dan dibandingkan menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk perorangan atau individu. Skala pengukuran variabel ini adalah skala rasio.
2. Variabel Dependen : Kejadian PMS
Tabel 3. Kategori PMS / Tidak PMS
Kategori Fisik Emosional Fisik dan Emosional
PMS ≥ 8 ≥ 9 ≥ 16
Tidak PMS < 8
Atau
< 9
Atau
< 16 Modifikasi : Jack, 2001.
Skala pengukuran variabel ini adalah skala nominal.
H. Instrumen dan Intervensi
Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
a. Formulir Food Records, untuk mencatat semua jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam jangka waktu 3 hari.
b. Kuesioner Kejadian PMS
Responden hanya memilih jawaban ”Ya” atau ”Tidak”. Jika jawaban ”Ya” skor 1, jawaban ”Tidak” skor 0.
I. Analisis Data
1. Uji validitas dan reabilitas untuk menguji kuesioner kejadian PMS. a. Uji validitas
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian terhadap validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment (Hidayat, 2007) dan diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Pernyataan bisa dikatakan valid jika mempunyai nilai r hitung > r tabel dengan tingkat
signifikansi minimal 95%, didapatkan harga rtabel sebesar 0,444 untuk sejumlah 20 responden (Santoso, 2004).
Tabel 4. Pertanyaan Kuesioner yang Tidak Valid
No. Gejala PMS Butir Pertanyaan Jumlah Awal
Jumlah Akhir 1. Gejala Emosional
(1), 2, 3, 4, 5, (6), 7, 8, 9, (10), 11, 12, (13), 14, 15, 16, 17, 18, 19
19 15
2. Gejala Fisik
20, (21), 22, 23, 24, 25, 26, (27), 28, 29, 30, 31, 32, (33), 34, 35
16 13
Jumlah total soal 35 28
Keterangan: Nomor soal dengan tanda (…) = soal yang tidak valid. b. Uji reliabilitas
Sedangkan suatu kuesioner dikatakan reliabel (handal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas menggunakan program SPSS 16.0 for Windows.
Pertanyaan dikatakan reliabel apabila nilai r11 > rtabel dengan taraf signifikansi 0,05 yaitu 0,444. Berdasarkan hasil uji reliabilitas, harga r11 adalah 0,838. Sehingga kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel.
2. Pengolahan Data a. Editing
b. Coding
Pada tahap ini dilakukan dengan memberi kode pada variabel dependen yaitu kejadian PMS agar mempermudah dalam pengolahan data.
Tidak PMS : kode 0
PMS : kode 1
c. Data entry
Jawaban dari kuesioner dan food records dimasukkan ke dalam data base komputer. Jawaban food records diolah dengan program Nutrisurvey 2007 dan digabungkan dengan data lainnya untuk menjawab tujuan penelitian.
d. Tabulating
Tabulasi dilakukan untuk pengorganisasian data yang sudah terkumpul agar mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan serta dianalisis.
3. Analisis data
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap variabel yang diteliti yaitu asupan zat gizi dengan kejadian PMS.
c. Analisis multivariat
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2009 di UNS. Sampel yang terkumpul sejumlah 80, dengan karakteristik sebagai berikut:
A. Karakteristik Responden
1. Umur
Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi
(f)
Persentase (%)
1. 2.
Remaja (13-20 tahun) Dewasa awal (21-35 tahun)
27 53
33,8 66,2
Total 80 100
Sumber: Data Primer, 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi terbesar adalah kelompok dewasa muda (21-35 tahun) sebanyak 53 responden (66,2%).
2. Status tempat tinggal
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal
No Status Tempat Tinggal Frekuensi (f)
Bersama orang tua Bersama keluarga
Sumber: Data Primer, 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi terbesar adalah responden yang bertempat tinggal di kos yaitu sebanyak 75 responden (93,8%).
3. Status perkawinan
Distribusi status perkawinan responden dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
No Status Kawin Frekuensi
(f)
Sumber: Data Primer, 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi terbesar adalah responden yang belum kawin yaitu sebanyak 78 responden (97,5%).
4. Jumlah anak
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak
No Jumlah Anak Frekuensi
(f)
Belum mempunyai anak
2 78
2,5 97,5
Total 80 100
Sumber: Data Primer, 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi terbesar adalah responden yang belum mempunyai anak yaitu sebanyak 78 responden (97,5%).
5. Aktivitas
Aktivitas responden di bawah ini adalah aktivitas responden dalam berolahraga. Distribusi aktivitas responden dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas
No Rerata aktivitas
Sumber: Data Primer, 2009
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi terbesar adalah responden yang aktivitasnya kurang dari 20 menit dan frekuensinya kurang dari 3 kali/minggu yaitu sebanyak 64 responden (80,0%).
6. Asupan Zat Gizi
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Asupan Zat Gizi Dibandingkan Dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Mean Sumber: Data Primer, 2009
Tabel diatas menunjukkan bahwa asupan zat gizi responden yang terendah adalah asupan vitamin E. Rata-rata asupan vitamin E responden adalah sebesar 37,86% AKG dengan standar deviasi 18,195%. Asupan vitamin E terendah responden adalah sebesar 12% dan asupan tertinggi adalah sebesar 93%. Untuk asupan zat gizi responden yang tertinggi adalah asupan lemak. Rata-rata asupan lemak responden adalah sebesar 81,36% AKG dengan standar deviasi 32,199%. Asupan lemak terendah responden adalah sebesar 23% AKG dan asupan tertinggi adalah sebesar 186%.
7. Kejadian PMS
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kejadian PMS
No Premenstrual Syndrome(PMS) Frekuensi (f) Persentase
Hasil penelitian terhadap kejadian PMS didapatkan frekuensi terbanyak adalah responden yang tidak memiliki gejala PMS yaitu sebanyak 48 dari 80 responden (60,0%).
B. Hubungan Antara Asupan Zat Gizi Dengan Kejadian PMS
Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Regresi Logistik Berganda menggunakan SPSS 16.0. Berikut menyajikan langkah-langkah Analisis Regresi Logistik Berganda antara variabel asupan zat gizi dan kejadian PMS.
1. Seleksi Bivariat
Masing-masing variabel independen dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen. Bila hasil bivariat menghasilkan p value ≤ 0,25, maka variabel tersebut langsung masuk tahap multivariat. Untuk variabel independen yang hasil bivariatnya menghasilkan p value > 0,25 namun secara substansi penting, maka variabel tersebut dapat dimasukkan dalam model multivariat. Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana.
a. Analisis bivariat antara karbohidrat dengan kejadian PMS
Tabel 11. Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 11.530 1 .001
Block 11.530 1 .001
Step 1
Tabel 12. Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
KH -.053 .018 9.123 1 .003 .949 .917 .982
Step 1a
Constant 3.276 1.222 7.187 1 .007 26.464
a. Variable(s) entered on step 1:KH.
Dari tabel 11, didapatkan hasil omnibus test dengan p value=0,001 berarti variabel p value-nya < 0,25 sehingga variabel karbohidrat dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Dari tabel 12, nilai OR dapat diketahui dari kolom Exp (B) yaitu sebesar 0,949 (95% CI:0,917-0,982). Hal ini berarti semakin banyak asupan karbohidrat, resiko terjadinya PMS 0,9 kali lebih rendah.
b. Analisis bivariat antara vitamin B6 dengan kejadian PMS
Tabel 13. Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 8.848 1 .003
Block 8.848 1 .003
Step 1
Model 8.848 1 .003
Tabel 14. Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Vit_B6 -.045 .016 7.556 1 .006 .956 .926 .987
Step 1a
Constant 2.606 1.107 5.543 1 .019 13.549
a. Variable(s) entered on step 1: Vit_B6.
CI:0,926–0,987). Hal ini berarti semakin banyak asupan vitamin B6, resiko terjadinya PMS 0,9 kali lebih rendah.
c. Analisis bivariat antara vitamin E dengan kejadian PMS
Tabel 15. Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1.223 1 .269
Block 1.223 1 .269
Step 1
Model 1.223 1 .269
Tabel 16. Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Vit_E -.014 .013 1.174 1 .279 .986 .960 1.012
Step 1a
Constant .130 .538 .058 1 .809 1.139
a. Variable(s) entered on step 1:
Vit_E.
Dari tabel 15, didapatkan hasil omnibus test dengan p value=0,269 berarti p value-nya > 0,25 sehingga variabel vitamin E tidak dapat dilanjutkan ke analisis multivariat.
d. Analisis bivariat antara lemak dengan kejadian PMS
Tabel 17. Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1.809 1 .179
Block 1.809 1 .179
Step 1
Tabel 18. Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
lemak .010 .007 1.755 1 .185 1.010 .995 1.024
Step 1a
Constant -1.201 .648 3.435 1 .064 .301
a. Variable(s) entered on step 1: lemak.
Dari tabel 17, didapatkan hasil omnibus test dengan p value=0,179 berarti p value-nya < 0,25 sehingga variabel lemak dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Dari tabel 18, nilai OR dapat diketahui dari kolom Exp (B) yaitu sebesar 1,010 (95% CI:0,995-1,024). Hal ini berarti semakin banyak asupan lemak, resiko terjadinya PMS 1,01 kali lebih tinggi.
e. Analisis bivariat antara magnesium dengan kejadian PMS
Tabel 19. Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 7.309 1 .007
Block 7.309 1 .007
Step 1
Model 7.309 1 .007
Tabel 20. Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
mg -.042 .017 6.157 1 .013 .959 .928 .991
Step 1a
Constant 1.971 .966 4.159 1 .041 7.174
a. Variable(s) entered on step 1:
mg.
0,991). Hal ini berarti semakin banyak asupan magnesium, resiko terjadinya PMS 0,96 kali lebih rendah.
f. Analisis bivariat antara kalsium dengan kejadian PMS
Tabel 21. Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 6.514 1 .011
Block 6.514 1 .011
Step 1
Model 6.514 1 .011
Tabel 22. Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
ca -.019 .009 4.305 1 .038 .981 .963 .999
Step 1a
Constant .347 .399 .754 1 .385 1.414
a. Variable(s) entered on step 1:
ca.
Dari tabel 21, didapatkan hasil omnibus test dengan p value=0,011 berarti p value-nya < 0,25 sehingga variabel kalsium dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Dari tabel 22, nilai OR dapat diketahui dari kolom Exp (B) yaitu sebesar 0,981 (95% CI: 0,963 – 0,999). Hal ini berarti semakin banyak asupan kalsium, resiko terjadinya PMS 0,98 kali lebih rendah.
Tabel 23. Hasil seleksi bivariat antara variabel independen dengan variabel dependen sebagai berikut:
Berdasarkan tabel diatas, hanya variabel ‘vitamin E’ yang p value-nya > 0,25, maka yang akan dilanjutkan ke analisis multivariate hanya variabel karbohidrat, vitamin B6, lemak, magnesium, dan kalsium.
2. Permodelan Multivariat
a. Selanjutnya dilakukan analisis multivariat kelima variabel independen
tersebut dengan kejadian PMS.
Tabel 24. Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
KH -.059 .024 6.245 1 .012 .942 .900 .987
Vit_B6 -.058 .023 6.012 1 .014 .944 .902 .989
lemak .030 .011 7.431 1 .006 1.030 1.008 1.052
mg .018 .026 .476 1 .490 1.018 .968 1.071
ca -.012 .010 1.659 1 .198 .988 .969 1.006
Step 1a
Constant 4.670 1.664 7.880 1 .005 106.714
a. Variable(s) entered on step 1: KH, Vit_B6, lemak, mg, ca.
b. Variabel magnesium dikeluarkan dari model
Tabel 25. Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
a. Variable(s) entered on step 1: KH, Vit_B6, lemak, ca.
Setelah magnesium dikeluarkan dari model, maka perubahan nilai OR untuk variabel karbohidrat, vitamin B6, lemak, dan kalsium dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 26. Perubahan OR setelah magnesium dikeluarkan dari model
Variabel
Perhitungan Perubahan OR
(0,949-0,942)/0,942 X 100% (0,951-0,944)/0,944 X 100% (1,030-1,030)/1,030 X 100% -
(0,990-0,988)/0,988 X 100%
c. Variabel kalsium dikeluarkan dari model, diperoleh hasil sebagai
berkut:
Tabel 27. Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
a. Variable(s) entered on step 1: KH, Vit_B6, lemak.
Setelah kalsium dikeluarkan dari model, maka perubahan nilai OR untuk variabel karbohidrat, vitamin B6 dan lemak dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 28. Perubahan OR setelah kalsium dikeluarkan dari model
Variabel
Perhitungan Perubahan OR
(0,944-0,942)/0,942 X 100% (0,948-0,944)/0,944 X 100% (1,029-1,030)/1,030 X 100% -
Dari tabel 29, didapatkan nilai signifikan untuk model sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel independen yaitu asupan karbohidrat, vitamin B6, dan lemak dalam memprediksi kejadian PMS pada mahasiswi UNS. Adanya hubungan antara variabel juga dapat diketahui dengan melihat nilai Chi-Square sebesar 25,559 dimana nilai batas kritisnya sebesar 7,82 yang diperoleh dari tabel Chi-Square dengan tingkat signifikan sebesar 0,05 (5%) dan derajat bebas (df) sebesar 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima, artinya ada hubungan antara asupan zat gizi dengan kejadian PMS.
Berdasarkan tabel 30, diperoleh nilai Nagelkerke R Square adalah 0,370 yang berarti variabilitas yang terjadi pada variabel dependen yaitu kejadian PMS dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independennya yaitu variabel
Tabel 29. Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 25.559 3 .000
Block 25.559 3 .000
Step 1
Model 25.559 3 .000
Tabel 30. Model Summary
Step -2 Log likelihood Nagelkerke R Square
1 82.123a .370
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.
Tabel 31. Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
KH -.058 .021 7.664 1 .006 .944 .905 .983
Vit_B6 -.053 .020 7.092 1 .008 .948 .912 .986
lemak .029 .011 7.494 1 .006 1.029 1.008 1.051
Step 1a
Constant 4.866 1.646 8.741 1 .003 129.828
a. Variable(s) entered on step 1: KH, Vit_B6,
asupan karbohidrat, vitamin B6, dan lemak sebesar 37%, sedangkan sisanya 63% dijelaskan oleh variasi variabel lainnya di luar model.
Berdasarkan tabel 31, didapatkan hasil analisis sebagai berikut:
1) OR dari variabel karbohidrat adalah 0,9 kali artinya semakin tinggi asupan
karbohidrat, maka resiko untuk mengalami PMS 0,9 kali lebih rendah. 2) OR dari variabel vitamin B6 adalah 0,9 kali artinya semakin tinggi asupan
vitamin B6, maka resiko untuk mengalami PMS 0,9 kali lebih rendah. 3) OR dari variabel lemak adalah 1,02 kali artinya semakin tinggi asupan
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 4, maka distribusi umur responden yang terbanyak adalah dewasa awal (21-35 tahun) sebanyak 53 orang (66,2%). Menurut widayatun (1999), secara teoritis dikatakan bahwa usia dewasa muda merupakan masa pengaturan, masa usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosional, masa keterasingan sosial, masa ketergantungan, masa perubahan nilai dan masa penyesuaian diri dengan cara hidup kreatif.
Selain umur, faktor lain yang mempengaruhi PMS adalah status perkawinan. Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang tidak menikah (Haijiang Wang, 2005). Dalam penelitian ini diperoleh hasil, responden yang telah menikah sebanyak 2 orang (2,5%). Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 2 responden (2,5%) yang telah memiliki anak. Menurut Wikipedia (2009), PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksemia. Sementara hal ini tidak bias diteliti karena jumlah sampel yang sedikit.
menurunkan tingkat ketegangan. Ketika seseorang melakukan latihan fisik lebih dari 20 menit, maka akan mengeluarkan suatu hormon yang bernama β-endorphin yang ditangkap oleh reseptor dalam hipothalamus dan sistem limbik dan berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan β-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan. Selain itu, β-endorphin dapat meningkatkan semangat dan perasaan energik.
Berikut ini akan diuraikan pengujian hipotesis untuk masing-masing variabel independen sesuai dengan hasil regresi logistik berganda berdasarkan tabel 31:
1. Asupan karbohidrat berpengaruh dalam memprediksi kejadian PMS (p=0,006, OR=0,944). Hal itu berarti semakin tinggi asupan karbohidrat, maka resiko untuk mengalami PMS 0,9 kali lebih rendah. Hal ini disebabkan karena karbohidrat secara konsisten mempertahankan kadar serotonin (suatu zat kimia otak) sehingga dengan memakan makanan yang mengandung karbohidrat akan lebih dapat mengendalikan perubahan mood (Christensen, 1993).
sehingga otak merasa lebih rileks dan tenang menjelang menstruasi (Jacobs, 2000).
3. Asupan lemak berpengaruh dalam memprediksi kejadian PMS (p=0,006, OR=1,029). Hal itu berarti semakin tinggi asupan lemak, maka resiko untuk mengalami PMS 1,02 kali lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena asupan tinggi lemak berpengaruh terhadap kadar hormon steroid, dibuktikan diet rendah lemak memperpanjang siklus, hari menstruasi serta memperpanjang lamanya fase folikuler. Dengan mengkonsumsi rendah lemak dan tinggi karbohidrat akan mengurangi pembengkakan payudara (Paath, 2006).
Sedangkan pengujian hipotesis untuk variabel independen yang lain sesuai dengan hasil regresi logistik berganda sebagai berikut:
1. Berdasarkan tabel tabel 15, didapatkan hasil omnibus test dengan p value=0,269 berarti p value-nya > 0,25 sehingga variabel vitamin E tidak dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Hal ini berarti vitamin E tidak berhubungan dengan kejadian PMS. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Jasons (2008) bahwa wanita yang mengalami PMS tidak menunjukkan karena kekurangan vitamin E.
3. Berdasarkan tabel 25, didapatkan hasil p value dari kalsium sebesar 0,271. Nilai ini diatas 0,05, maka hipotesis ditolak, hal ini berarti tidak ada hubungan antara asupan kalsium dengan kejadian PMS. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hankinson (2005), bahwa kalsium terbukti dapat membantu tubuh melepaskan hormon endorphin (hormon yang membantu memberikan perasaan nyaman) selama masa menstruasi. Hal ini dapat dimungkinkan karena kalsium akan bekerja secara efektif setelah kulit terkena sengatan singkat radiasi ultraviolet-B. Paparan sinar matahari merangsang produksi vitamin D. Vitamin D diketahui berfungsi sebagai pembuka kalsium untuk masuk ke dalam aliran darah, sampai akhirnya menyatu di dalam tulang. Sedangkan Indonesia merupakan wilayah tropis dan banyak orang yang menghindari sinar matahari karena takut hitam (Rahman, 2009).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan zat gizi dengan kejadian PMS wanita usia ubur pada mahasiswi UNS, dimana variabel yang secara statistik signifikan dalam penelitian ini adalah karbohidrat, vitamin B6, dan lemak.
B. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya, apabila menggunakan formulir food records sebaiknya dilakukan pemantauan agar diperoleh hasil yang rinci dan menggunakan food models untuk mengurangi bias dalam menentukan ukuran makanan.
2. Perlu dilakukan penyuluhan kepada wanita usia reproduktif untuk
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal : 3
Anne, C. 1999. “Effects Of An Educational Programme On Adolescents With Premenstrual Syndrome”. Health Education Research. 14 : 817-830
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Untuk Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal : 134
Auliana, R. 2001. Gizi Dan Pengolahan Pangan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Hal : 36
BKKBN. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi: Kebijakan, Program dan Kegiatan Tahun 2005-2009. Jakarta: BKKBN
Bobak, M & Irene et., al. 2004. Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta: EGC. Hal : 79
Bonnlander. 2001. “Caffeine-Containing Beverages, Total Fluid Consumption, and Premenstrual Syndrome”. Am J Public Health. 80 : 1106-1110
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Hal : 119
Budiyanto, M.A.K. 2002. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press. Hal : 2
Burns, A. et all. 2000. Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan. Yayasan Yogyakarta: Essentia Medica. hal : 77-78
Christensen, L. 1993. “Effects of Eating Behaviour on Mood: A Review of the Literature”. International Journal of Eating Disorders. 14: 171-183
Deuster et., al. 1999. Biological, Social and Behavioral Factors Associated with Premenstrual Syndrome, http://www.archfammed.com. diperoleh tanggal 20 Juni 2009.
Freeman, E.W. 2007. Epidemiology And Etiology Of Premenstrual Syndromes. http://www.medscape.com. Diperoleh tanggal 10 April 2009
Hacker, N, et. al. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi, edisi 2. Jakarta: Hipokrates. Hal : 366-388
Haijiang, W. 2005. Marital Status, http://paa 2005.princeton.edu/download. Diperoleh tanggal 14 Juni 2009.
Hankinson, S.E. et all. 2005. “Calcium and Vitamin D Intake and Risk of Incident Premenstrual Syndrome”. Arch Intern Med. 165 : 1246-1252
Henshaw, Carol. 2007. “PMS: diagnosis, aetiology, assessment and management“. Advances in Psychiatric Treatment. 13 : 139–146
Hidayat, A. A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal : 82
Jacobs, M. D, Susan Thys. 2000. “Micronutrients and the Premenstrual Syndrome: The Case for Calcium“.Journal Of The American College Of Nutrition. 19 : 220–227
Karyadi, E. 2008. Menangkal Rasa Sakit Menjelang Haid. http://www.indomedia.com/intisari/2008/januari/haid. Diperoleh tanggal 10 April 2009
Kendler, K.S. 1992. “Genetic and environmental factors in the aetiology of Meanstrual, Prementrual and neurotic symptoms: a population Ð based twin study”. Psychol Med. 22 : 85-100.
Madison, W. I. 2004. What You Should Know About PMS. www.womenshealthconnection.com. Diperoleh tanggal 10 April 2009 Mason, P. 2008. “Diet and Premenstrual Syndrome”. Complete Nutrition. 7 :
16-21
Mulyono, dkk. 2001. Stres Psikososial Pada Wanita Pekerja Status Kawin Di PT Tulus Trituggal Gresik, http://www.jurnal.unair.ac.id/login.jurnal/. Diperoleh tanggal 12 April 2009
Nurfahmi. 2008. Pernikahan Harmonis Tingkatkan Kesehatan. http://
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama-sore/pernikahan-harmonis-tingkatkan-kesehatan/, diperoleh tanggal 18 Juli 2009.
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 232
Rasheed, P & Al-Sowielem, L.S. 2003. “Prevalence And Predictors Of Premenstrual Syndrome Among Collegeðaged Women In Saudi Arabia”. Ann Saudi Med. 23 : 381-387
Rayburn, W.F. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Hal : 286-287
Redei , Freeman. 1995. “Daily plasma estradiol and progesterone levels over the menstrual cycle and their relation to premenstrual symptoms”.. Psychoneuroendocrinology. 20 : 259-267
Roca, Schmidt, et al. 2000. “Implications of Endocrine Studies of Premenstrual Syndrome”. Annals of Psychiatry. 26 : 576-580
Santoso, S. 2004. SPSS Statistika Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal : 36-42
Sabri, L. 2006. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal 157-160
Supariasa, I. D. N, Bakri B., Fajar I. 2005. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Hal : 13-14, 292
Taufiqqurohman, M. A. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. Hal : 53-54, 71
Waspadji, S. 2003. Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi. Jakarta: FKUI. Hal : 9-10
Widayatun, T. R. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta: Sagung Seto. Hal : 23
LAMPIRAN B. LEMBAR PERMOHONAN UNTUK MENJADI
RESPONDEN
Kepada
Saudari Responden Mahasiswi UNS
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswi Program DIV Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta, saya akan melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Asupan Zat Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndrome (PMS). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah asupan zat gizi berpengaruh pada kejadian Premenstrual Syndrome (PMS).
Pengukuran asupan zat gizi dilakukan dengan menggunakan Estimated Food Records. Yaitu dengan mencatat banyaknya Karbohidrat, Protein, Lemak, vitamin dan mineral yang biasa dikonsumsi, yang telah dicatat dalam ukuran rumah tangga (URT) lalu dikonversikan ke dalam ukuran berat, kemudian dicari rata-rata asupan zat gizi dan dibandingkan dengan AKG (Angka Kecukupan Gizi) untuk perorangan atau individu. Pengumpulan data kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kepada saudari untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya saya mohon untuk mengisi formulir dan kuesioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban saudari dijamin kerahasiaan. Atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya Peneliti
LAMPIRAN C. LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Kelas :
Tempat tanggal lahir :
Alamat :
Telah mendapatkan informasi tentang penelitian Hubungan antara Asupan Zat Gizi dengan Kejadian Premenstrual Syndome (PMS), sehingga saya menyatakan bersedia / tidak bersedia *) untuk menjadi responden.
Surakarta, Juni 2009
Peneliti Responden
( Arum Sekar Tanjung) ( )
LAMPIRAN D.
KUESIONER
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI DENGAN KEJADIAN
PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)
Petunjuk pengisian
1. Bacalah semua pertanyaan dengan seksama.
2. Berikan jawaban untuk setiap pertanyaan (jangan dikosongkan). 3. Mohon semua pertanyaan dijawab dengan jujur sesuai apa adanya 4. Kerjakan sendiri, sesuai dengan yang anda rasakan.
5. Kerahasiaan jawaban responden akan kami jamin. 6. Selamat mengerjakan.
Identitas Responden
1. Tanggal pengisian :... 2. Nama lengkap :...(boleh tidak diisi). 3. Alamat :...
Kecamatan……….Kabupaten………...
4. Status tempat tinggal : kos / rumah (bersama keluarga / orang tua)
5. Tempat/Tanggal Lahir :... 6. Umur :... 7. BB / TB sekarang :... 8. Status perkawinan : Kawin/ Tidak kawin/ Janda
9. Jumlah anak :... 10. Fakultas :... 11. Semester :...
Aktivitas
1. Apakah anda melakukan olahraga secara rutin? ya / tidak 2. Jika ya, berapa kali dalam seminggu? ... kali.
Pertanyaan 1
Beri tanda (V) pada jawaban YA, jika pernyataan dibawah ini SESUAI dengan yang anda rasakan/ alami.
Beri tanda (V) pada jawaban TIDAK, jika pernyataan dibawah ini TIDAK SESUAI dengan yang anda rasakan/ alami.
Jawaban
No Gejala Emosional
Ya Tidak 1. Sebelum menstruasi perasaan saya mudah
cemas.
2. Sebelum menstruasi saya sering bersikap acuh terhadap orang lain di lingkungan saya
3. Sebelum menstruasi saya tidak bergairah/ tidak semangat untuk melakukan suatu kegiatan.
4. Sebelum menstruasi ada keinginan berlebih untuk makan satu jenis makanan tertentu (terutama makan makanan yang manis dan yang mengandung coklat).
5. Sebelum menstruasi ada perasaan bingung. 6. Sebelum menstruasi saya mudah lupa
7. Sebelum menstruasi saya menjadi mudah sedih.
8. Sebelum menstruasi ada perasaan putus asa/ tidak ada harapan.
9. Sebelum menstruasi saya mudah tersinggung. 10. Sebelum menstruasi saya merasa rendah diri. 11. Sebelum menstruasi saya mudah menangis. 12. Sebelum menstruasi saya mengalami
perubahan dorongan seksual.
13. Sebelum menstruasi emosi saya tidak stabil atau tidak terkontrol.
14. Sebelum menstruasi saya mudah merasa sebal.
Pertanyaan 2
Beri tanda (V) pada jawaban YA, jika pernyataan dibawah ini SESUAI dengan yang anda rasakan/ alami.
Beri tanda (V) pada jawaban TIDAK, jika pernyataan dibawah ini TIDAK SESUAI dengan yang anda rasakan/ alami.
Jawaban
No Gejala Fisik
Ya Tidak 16. Sebelum menstruasi perut saya kembung.
17. Sebelum menstruasi saya mengalami nyeri/ sakit pada pinggang.
18. Sebelum menstruasi nafsu makan saya bertambah.
19. Sebelum menstruasi saya mengalami pembengkakan pada payudara.
20 Sebelum menstruasi saya mengalami nyeri pada payudara.
21. Sebelum menstruasi saya mengalami perubahan dalam buang air besar (konstipasi atau diare)
22. Sebelum menstruasi perut saya sakit. 23. Sebelum menstruasi saya mudah kelelahan. 24. Sebelum menstruasi antara pikiran dan apa
yang saya lakukan tidak terkoordinasi dengan baik.
25. Sebelum menstruasi kepala saya sakit.
26. Sebelum menstruasi saya mengalami gangguan tidur/ sulit tidur.
27. Sebelum menstruasi saya merasakan gatal pada kulit.
LAMPIRAN E. FORMULIR METODE FOOD RECORDS
A. Petunjuk pengisian
1. Tulislah semua makanan dan minuman yang anda konsumsi pada hari ini (berikan merk dagangya jika tersedia).
2. Jika anda mengkonsumsi vitamin, tuliskan jumlah yang anda konsumsi dalam satu hari beserta merk dagangnya.
3. Tulislah setiap waktu anda mengkonsumsi makanan dan minuman atau bahkan vitamin.
4. Tulislah makanan dan minuman itu dalam satuan Ukuran Rumah Tangga. 5. Mohon semua makanan dan minuman yang dikonsumsi ditulis apa adanya.
Ukuran Rumah Tangga (URT) bh = buah
bj = biji btg = batang bks = bungkus pk = pak kcl = kecil btr = butir bsr = besar ptg = potong
sdm = sondok makan gls = gelas
B. Identitas responden
Nama : Tanggal :
Hari ke : ... Banyaknya Waktu Makan
(pukul)
Nama Makanan atau Minuman
(berikan merk dagangnya
jika tersedia) Ukuran Rumah Tangga g
LAMPIRAN I. DATA PENELITIAN
% Asupan berdasarkan AKG
44 20 1 48 1.59 18.99 49 34 13 80 33 13 1 0 0 0
45 20 0 55 1.59 21.76 67 54 23 76 49 32 1 0 0 0
46 21 1 42 1.52 18.18 31 63 34 86 36 26 1 0 0 0
LANJUTAN DATA PENELITIAN
% Asupan berdasarkan AKG
LAMPIRAN J. HASIL ANALISIS DESKRIPTIF DENGAN SPSS 16.0 for WINDOWS
umur_1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
PMS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
0 48 60.0 60.0 60.0
1 32 40.0 40.0 100.0
Valid
Total 80 100.0 100.0
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KH 80 31 120 71.10 16.865
Valid N (listwise) 80
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Vit_B6 80 32 105 67.75 16.422
Valid N (listwise) 80
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Vit_E 80 12 93 37.86 18.195
Valid N (listwise) 80
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
lemak 80 23 186 81.36 32.199
Valid N (listwise) 80
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
mg 80 31 105 58.40 16.590
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ca 80 7 208 43.95 40.830
LAMPIRAN K. SELEKSI BIVARIAT DAN PERMODELAN
MULTIVARIAT
Karbohidrat
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 11.530 1 .001
Block 11.530 1 .001
Step 1
Model 11.530 1 .001
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
KH -.053 .018 9.123 1 .003 .949 .917 .982
Step 1a
Constant 3.276 1.222 7.187 1 .007 26.464
a. Variable(s) entered on step 1: KH.
Vitamin B6
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 8.848 1 .003
Block 8.848 1 .003
Step 1
Model 8.848 1 .003
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Vit_B6 -.045 .016 7.556 1 .006 .956 .926 .987
Step 1a
Constant 2.606 1.107 5.543 1 .019 13.549
Vitamin E
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1.223 1 .269
Block 1.223 1 .269
Step 1
Model 1.223 1 .269
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Vit_E -.014 .013 1.174 1 .279 .986 .960 1.012
Step 1a
Constant .130 .538 .058 1 .809 1.139
a. Variable(s) entered on step 1:
Vit_E.
Lemak
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1.809 1 .179
Block 1.809 1 .179
Step 1
Model 1.809 1 .179
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
lemak .010 .007 1.755 1 .185 1.010 .995 1.024
Step 1a
Constant -1.201 .648 3.435 1 .064 .301
Magnesium
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 7.309 1 .007
Block 7.309 1 .007
Step 1
Model 7.309 1 .007
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
mg -.042 .017 6.157 1 .013 .959 .928 .991
Step 1a
Constant 1.971 .966 4.159 1 .041 7.174
a. Variable(s) entered on step 1: mg.
Kalsium
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 6.514 1 .011
Block 6.514 1 .011
Step 1
Model 6.514 1 .011
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
ca -.019 .009 4.305 1 .038 .981 .963 .999
Step 1a
Constant .347 .399 .754 1 .385 1.414
Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda antara karbohidrat,
vitamin B6, lemak, magnesium, dan kalsium dengan kejadian
PMS
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
KH -.059 .024 6.245 1 .012 .942 .900 .987
Vit_B6 -.058 .023 6.012 1 .014 .944 .902 .989
lemak .030 .011 7.431 1 .006 1.030 1.008 1.052
mg .018 .026 .476 1 .490 1.018 .968 1.071
ca -.012 .010 1.659 1 .198 .988 .969 1.006
Step 1a
Constant 4.670 1.664 7.880 1 .005 106.714
a. Variable(s) entered on step 1: KH, Vit_B6, lemak,
mg, ca.
Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda antara karbohidrat,
vitamin B6, lemak, dan kalsium dengan kejadian
PMS
Variables in the Equation
95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
KH -.052 .021 5.933 1 .015 .949 .910 .990
Vit_B6 -.051 .021 6.024 1 .014 .951 .913 .990
lemak .029 .011 7.333 1 .007 1.030 1.008 1.052
ca -.010 .010 1.210 1 .271 .990 .971 1.008
Step 1a
Constant 4.685 1.655 8.018 1 .005 108.356