HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL
SYNDROME DI SMP KERAMAS BLAHBATUH TAHUN 2016
Ni Wayan Noviani Ni Putu Putri Utami Akademi Kebidanan Kartini Bali
Email : novyfast@yahoo.com
Abstract : Premenstrual syndrome is a collection of complaints and symptoms of physical, emotional, and behavior that occurs in women of reproductive. Factors
which is suspected to be the cause of premenstrual syndrome include low levels
of the hormone progesterone and estrogen levels before menstruation excessive.
Premenstrual syndrome prevalence rate in Indonesia reached 85% of the entire
population of women of reproductive age are composed of 60-75% have moderate
and severe premenstrual syndrome.This study aims to determine the relationship
between knowledge of youth about menstruation with the incidence of
premenstrual syndrome.This type of research is an analytic correlation with cross
sectional approach. This research was conducted in Junior high school at
Keramas Blahbatuh with 61 respondents, conducted on Tuesday, February 23,
2016. Measuring knowledge of menstruation using ordinal scale of measurement
while the incidence of premenstrual syndrome using a nominal scale. Then
analyzed by Spearman's rank by using SPSS version 17.Based on the results of 61
respondents (100%) found that the majority of 36 respondents (59.0%) have less
knowledge and most of as many as 36 respondents (59.0%) experienced events
premenstrual syndrome and there is a relationship between knowledge about
menstruation with the incidence of premenstrual syndrome were included in the
strong correlation coefficient is r = 0.663 with a significance level of 0.000 (p
<0.05).
fisik, emosional, dan prilaku yang terjadi pada wanita reproduksi. Faktor yang
diduga menjadi penyebab timbulnya premenstrual syndrome antara lain kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar esterogen yang berlebihan sebelum
menstruasi. Angka prevalensi premenstrual syndromedi Indonesia mencapai 85%
dari seluruh populasi wanita usia reproduksi yang terdiri dari 60-75% mengalami
premenstrual syndrome sedang dan berat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dengan
kejadian premenstrual syndrome. Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SMP Keramas Blahbatuh dengan jumlah sampel 61 responden, yang dilakukan
pada hari Selasa tanggal 23 Februari 2016. Pengukuran pengetahuan menstruasi
menggunakan skala ordinal sedangakan pengukuran kejadian premenstrual syndrome menggunakan skala nominal. Kemudian dianalisis dengan spearman’s rank dengan menggunakan bantuan SPSS versi 17.Berdasarkan hasil penelitian dari 61 responden (100%) diperoleh bahwa sebagian besar 36 orang responden
(59,0%) memiliki pengetahuan kurang dan sebagian besar yaitu sebanyak 36
responden (59,0%) mengalami kejadian premenstrual syndrome dan ada hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan kejadian premenstrual syndrome yang termasuk dalam koefisien korelasi kuat yaitu r =0,663 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,05).
Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja Putri,Premenstrual Syndrome
Masa remaja adalah masa
peralihan antara masa kanak-kanan
dan masa dewasa, yang dimulai pada
saat terjadinya kematangan seksual
yaitu antara usia 11 atau 12 sampai
dengan 20 tahun yaitu menjelang
masa dewasa muda (Soetjiningsih,
2004).
Menstruasi merupakan keadaan
yang normal dialami oleh semua
wanita usia reproduksi namun
banyak wanita yang mengalami
ketidaknyamanan fisik menjelang
haid atau selama haid berlangsung.
Mereka biasanya merasakan satu
kumpulan beberapa gejala sebelum
haid. Sekitar 80% wanita mengalami
gangguan fisik dan emosi menjelang
masa ini,diantaranya perut kembung,
nyeri payudara,perasaan
tegang,mudah tersinggung dan agak
perasa yang biasa
disebutpremenstrual syndrome (Sylvia,2010).
Premenstrual syndrome (PMS) adalah suatu kondisi yang terdiri atas
beberapa gejala fisik, emosi dan
perilaku yang dialami oleh seorang
perempuan sebelum datangnya siklus
menstruasi, yang menyebabkan ia
mengalami gangguan dalam fungsi
dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala
tersebut akan menghilang saat
menstruasi tiba (Sylvia, 2010).
Ada banyak faktor yang diduga
menjadi penyebab timbulnya
premenstrual syndrome antara lain kadar hormon progesteron yang
rendah dan kadar esterogen yang
berlebihan sebelum menstruasi
(Suparman,2010).Dari penelitian di
Asia Pasifik diketahui bahwa di
Jepang premenstrual syndromedialami oleh 34% populasi perempuan dewasa, di
Hongkongpremenstrual syndrome
dialami 17% populasi perempuan
dewasa, di Pakistan premenstrual syndrome dialami oleh 13% populasi perempuan dewasa, di Australia
premenstrual syndrome dialami oleh 44 % perempuan dewasa (Sylvia,
2010).
Menurut peneliti dari America College Of Obstreticans and Gynecologist, premenstrual syndrome disebabkan karena ketidakseimbangan antara pasangan
hormon esterogen-progesteron dalam
tubuh, terjadikarena konsumsi
vitamin B-kompleks khususnya
vitamin B6 yang kurang memadai.
Sedangkan di Indonesia angka
prevalensi premenstrual syndrome mencapai 85% dari seluruh populasi
wanita usia reproduksi yang terdiri
dari 60-75% mengalami
premenstrual syndrome sedang dan berat. Hal ini didukung oleh
beberapa penelitian yaitu :
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Sondang Sidabuntar,
SKM pada tahun 2012 tentang
“Hubungan Antara Pengetahuan Siswi Kelas XI Tentang PMS
Syndrome)” Didapatkan hasil sebagian besar siswi kelas XI SMA
Hang Tuah 1 Surabaya mempunyai
pengetahuan kurang tentang PMS
(Premenstrual Syndrome) yaitu sebesar 70,15%.
Berdasarkan data yang diperoleh
dari data UKS bulan Januari-Oktober
2015 hampir setengah siswi kelas
VII, VIII, dan IX di SMP Keramas
Blahbatuh yang datang ke UKS
dengan keluhan sakit perut,perut
kembung,sakit kepala menjelang
menstruasi sehingga tidak bisa
berkonsentrasi saat menerima
pelajaran karena mengalami
premenstrual syndrome.
Berdasarkan data tersebut, maka
penulis melakukan studi pendahuluan
dengan melakukan wawancarapada
15 siswi yang sudah menstruasidi
SMP Keramas Blahbatuh pada
November 2015, terkait pengetahuan
remaja putri tentang menstruasi dan
pernah mengalami atau tidak
premenstrual syndrome. Dari wawancara tersebut diperoleh bahwa
sembilan siswi belum mengetahui
tentang menstruasi dan enam orang
siswi sudah mengetahui tentang
menstruasi, serta dari 15 orang siswi
tersebut delapan orang siswi pernah
mengalami premenstrual syndromedan tujuh orang siswi tidak pernah mengalami premenstrual
syndrome.
Berdasarkan dari uraian diatas
penulis tertarik untuk meneliti
“Hubungan Pengetahuan Remaja
Putri Tentang Menstruasi Dengan
KejadianPremenstrual Syndrome Di
SMP Keramas Blahbatuh Tahun
2016”.
METODE
Jenis penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian analitik
korelasional dengan menggunakan
pendekatan Cross
Sectional.Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Keramas
Blahbatuh. Populasi dalam penelitian
ini adalah adalah semua remaja putri
di SMP Keramas Blahbatuh yang
berjumlah 167 orang. Besarnya
sampel dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus dari dari
Lameshow (2007), sehingga
didapatkan sampel sebanyak 61
orang.
Teknik sampling yang digunakan
random sampling yaitu teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung
dilakukan pada unit sampling.
Teknik ini dapat dilakukan dengan
cara undian (Notoatmodjo, 2012).
Instrument pengumpulan data dalam
penelitian ini berupa kuisioner dan
data sekunder yang diperoleh dari
register UKS. Data dianalisis dengan
menggunakan rumus korelasi rank spearman pada tingkat kepercayaan 95% dengan bantuan program
komputer yaitu SPSS (Statistical
Product Social Science).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Menstruasi Di SMP Keramas Blahbatuh Tahun 2016
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. Baik 1 1,6
2. Cukup 24 39,4
3. Kurang 36 59,0
Jumlah 61 100
Berdasarkan tabel 1 di atas dari 61
responden diperoleh sebagian besar
dari responden yaitu 36 orang
(59,0%) memiliki pengetahuan
kurang, hampir setengahnya yaitu 24
orang (39,4%) memiliki pengetahuan
cukup dan sebagian kecil yaitu satu
orang (1,6%) memiliki pengetahuan
baik. Menurut asumsi peneliti,
remaja putri yang memiliki
pengetahuan kurang belum bisa
menerima informasi yang diberikan
di sekolah terutama pada pelajaran
biologi terkait dengan menstruasi,
serta kurangnya peran aktif remaja
putri dalam memanfaatkan teknologi
dan media massa untuk mendapatkan
informasi terkait menstruasi. Selain
itu kurangnya pengalaman remaja
putri dan kurangnya keterbukaan
remaja pada orang tua terkait dengan
menstruasi juga dapat menyebabkan
kurangnya pengetahuan remaja putri
karena dalam hal ini menstruasi
merupakan pengalaman baru dalam
kehidupan remaja putri.
Hal ini sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2010) yang
menyatakan bahwa pengetahuan
faktor diantaranya sumber informasi
dan pengalaman. Informasi yang
diperoleh baik dari pendidikan
formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka
pendek sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan
pengetahuan seseorang. Begitu pula
dengan pengalaman yang dapat
memberikan pengaruh terhadap
pengetahuan.
Tabel 2.Distribusi Frekuensi Kejadian Premenstrual Syndrome Di SMPKeramas Tahun 2016
No. Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Mengalami 36 59,0
2 Tidak mengalami 25 41,0
Jumlah 61 100
Berdasarkan tabel 2 di atas dari
61 responden, sebagian besar yaitu
sebanyak 36 responden (59,0%)
mengalami kejadian premenstrual syndrome dan hampir setengahnya yaitu sebanyak 25 orang (41,0%)
tidak mengalami kejadian
premenstrual syndrome.
Menurut asumsi peneliti, kejadian
premenstrual syndrome yang dialami remaja selain dipengarruhi
oleh faktor-faktor hormon juga
dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pengalaman remaja tersebut dalam
mengahadapi menstruasi, karena
semakin banyak pengalamanan dan
pengetahuan remaja putri tentang
menstruasi, maka akan semakin baik
pula cara menghadapi dan
Tabel 3.Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menstruasi Dengan Kejadian Premenstrual Syndrome Di SMP Keramas Blahbatuh Tahun 2016
No Pengetahuan
Kejadian Premenstrual Syndrome
Jumlah
Mengalami Tidak
Mengalami
F % F %
1 Baik 0 0 1 Baik 0 0
2 Cukup 5 20,8 2 Cukup 5 20,8
3 Kurang 31 86,1 3 Kurang 31 86,1
Berdasarkan hasil analisis tabel 3 di
atas dari 36 responden yang memiliki
pengetahuan kurang hampir seluruhnya
atau sebanyak 31 orang (86,1%)
mengalami kejadian premenstrual syndrome, dan sebagian kecil atau sebanyak lima orang (13,9%) tidak
mengalami kejadian premenstrual syndrome, dari 24 responden yang berpengetahuan cukup, sebagian kecil
atau sebanyak lima orang (20,8%)
mengalami kejadian premenstrual syndrome dan hampir seluruhnya atau sebanyak 19 orang atau (79,2%) tidak
mengalami kejadian premenstrual syndrome, dari satu orang yang
berpengetahuan baik, seluruhnya
(100%) tidak mengalami kejadian
premenstrual syndrome. Semakin tinggi pengetahuan individu maka akan
semakin baik perilaku individu tersebut.
Begitu juga sebaliknya semakin rendah
pengetahuan individu maka akan
semakin buruk juga sikap atau perilaku
individu tersebut. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2010), yang menyatakan
bahwa untuk menimbulkan suatu respon
dalam bentuk sikap, perilaku ataupun
kejadian terhadap suatu objek yang
diketahui maka perlu dimulai dari
Keramas Blahbatuh Tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
korelasi (r) sebesar 0,663 yang berada
pada rentangan 0,60-0,799 dengan
tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,05).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
ada hubungan negatif antara
pengetahuan remaja putri tentang
menstruasi dengan kejadian
premenstrual syndrome dengan tingkat korelasi kuat sebesar 0,000 yang berarti
semakin baik pengetahuan remaja putri
tentang menstruasi maka semakin
rendah kejadian premsentrual syndrome, begitu juga sebaliknya semakin kurang pengetahuan remaja
putri maka akan semakin tinggi
kejadian premenstrual syndrome yang dialami remaja. Hal ini membuktikan
bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan remaja
putri tentang menstruasi dengan
kejadian premenstrual syndrome dengan kekuatan hubungan kuat.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
terhadap 61 responden dapat
disimpulkan bahwa Sebagian besar
remaja putri di SMP Keramas
Blahbatuh memiliki pengetahuan
kurang tentang menstruasi. Sebagian
besar remaja putri di SMP Keramas
Blahabatuh mengalami kejadian
premenstrual syndrome. Correlati ons
1,000 -,663**
. ,000
61 61
-,663** 1,000
,000 .
61 61
Correlation Coef ficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coef ficient Sig. (2-tailed)
N Pengetahuan
Kejadian_premenstrual_ sy ndrome
Spearman's rho
Pengetahuan
Kejadian_ premenstrua
l_sy ndrome
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, Sylvia D. (2010).Syndrome Pra-Menstruasi Normalkah ?.Jakarta : BalaiPenerbit FKUI.
Notoatmodjo, Soekodjo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekodjo. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh
Kembang dan