• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP PELESTARIAN KAWASAN PABRIK GULA KEBON AGUNG DAN KREBET MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP PELESTARIAN KAWASAN PABRIK GULA KEBON AGUNG DAN KREBET MALANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP

PELESTARIAN KAWASAN PABRIK GULA KEBON AGUNG DAN KREBET

MALANG

Elriesta Megantara, Antariksa, Kartika Eka Sari

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp (0341) 567886

Email : ABSTRAK

Kabupaten Malang berkembang pesat setelah adanya jalur kereta api dan industri gula. Kawasan pabrik gula menyimpan bangunan bersejarah yang monumental. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep pelestarian bangunan kuno kawasan Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet Malang, mengevaluasi implementasi kebijakan pelestarian, dan merumuskan rekomendasi konsep pelestarian. Metode yang digunakan adalah metode evaluatif dengan menggunakan analisis SEM (Structural Equation Modelling). Analisis ini digunakan untuk mengetahui model persamaan struktural dari setiap model dan dapat menentukan pengaruh masing-masing variabel maupun indikator berdasarkan nilai makna kultural. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep pelestarian berdasarkan penilaian makna kultural, yaitu keaslian, citra kawasan, peranan sejarah, dan kelangkaan. Rekomendasi bagi konsep pelestarian adalah upaya pemeliharaan bangunan cagar budaya dengan mempertahankan keaslian bangunan kuno kawasan Pabrik Gula Kebon Agung berjumlah 64 bangunan dan Pabrik Gula Krebet berjumlah 73 bangunan, peningkatan kualitas citra kawasan yang bertujuan untuk mempertahankan identitas dan image Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet sebagai urban heritage dan menjaga peran pabrik gula dalam sejarah perkembangan Kabupaten Malang, peningkatan kegiatan pengamanan bangunan cagar budaya dengan adanya signage atau penandaan berupa papan informasi terkait pelarangan kerusakan bangunan, pembuatan panduan teknis bangunan cagar budaya yang memuat peraturan terkait kegiatan pelestarian dan pembuatan program pelestarian.

Kata Kunci : Pelestarian, bangunan kuno, implementasi kebijakan, kawasan pabrik gula.

ABSTRACT

Malang regency grew rapidly due the development of railway and sugar factory. The area of sugar factory has monumental and heritage buildings. The objectives of the study are evaluating the factors which influence the preservation concept on heritage buildings around Kebon Agung and Krebet Sugar Factory Malang, evaluating the implementation of the preservation policy on historical building, and formulating the recommendation for policy preservation. The methodology is using evaluative method by SEM (Structural Equation Modeling). The analysis is intended to find out the structural equation model from every other model and to define the influence of each variable or indicator based on cultural values. The influential factors of the preservation policy are based on cultural meaning assessment; authenticity, the image of the area, the role of history, and scarcity. The recommendation for the preservation concept are maintaining the heritage buildings with originality buildings in Kebon Agung Sugar Factory are 73 buildings and 64 buildings in Krebet Sugar Factory, improving the quality of the regions image as an urban heritage in Malang, increase security activities with add some signage or markings related information boards of damage to buildings, makes a technical guidelines heritage buildings which contain the rules of preservation building and preservation program.

Keywords : Preservation, heritage buildings, implementation policies, sugar factory

PENDAHULUAN

Kabupaten Malang terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan koordinat 112° 17’ 10,9” - 112° 57’0,0” BT dan 70° 44” 55,11” - 8° 26’ 35,45” LS. Berdasarkan kondisi geografisnya, Kabupaten Malang memiliki potensi untuk

pengembangan perkebunan dan pertanian

membawa pengaruh besar pada perkembangan kota khususnya bagi industri pabrik gula. Terdapat 2 industri gula yang hingga pada saat ini masih beroperasi yaitu PG Kebon Agung di Kecamatan Pakisaji dan PG Krebet di Kecamatan Bululawang. Kawasan pabrik gula menyimpan

bangunan-bangunan bersejarah yang

(2)

dan awal abad ke-20. Oleh sebab itu nilai penting bangunan di kawasan pabrik gula adalalah terletak pada nilai arsitektural dan historisnya (Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, 2012).

Namun dengan seiring adanya

perkembangan jaman modern, pembangunan dapat mengorbankan lingkungan alam maupun warisan budaya dalam suatu wilayah tersebut. Warisan budaya tersebut dapat berupa bangunan maupun peninggalan kuno lainnya salah satunya adalah pabrik gula dan pertambahan penduduk serta peningkatan kebutuhan hidup untuk kegiatan pembangunan telah merubah struktur

kepemilikan dan penggunaan bangunan

bersejarah secara terus menerus. Perkembangan teknologi yang cukup pesat telah merubah struktur kepemilikan dan penggunaan bangunan (Harwin, 2012).

Terkait dengan perlindungan benda cagar

budaya, keberadaan bangunan-bangunan

bersejarah pada kedua kawasan pabrik gula tersebut baik PG. Kebon Agung maupun PG. Krebet belum memiliki perlindungan kekuatan hukum khususnya dalam pelestarian bangunan cagar budaya. Lemahnya perlindungan hukum dapat dilihat berdasarkan banyaknya bangunan kuno di kawasan PG.

Kebon Agung maupun Krebet mengalami

perubahan fungsi bangunan, kerusakan

bangunan, dan kurang terawatnya bangunan kuno. Perlindungan hukum merupakan hal yang penting dalam upaya melindungi dan menjaga bangunan cagar budaya dari perubahan struktur dan kerusakan. (Wijaya, 2014).Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep pelestarian bangunan kuno kawasan Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet Malang, mengevaluasi implementasi

kebijakan pelestarian, dan merumuskan

rekomendasi konsep pelestarian.

METODE PENELITIAN

Jenis analisis yang digunakan adalah

menggunakan analisis evaluatif. Analisis

evaluatif digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep pelestarian

dengan menggunakan analisis SEM (Structural

Equation Modelling) dan implementasi kebijakan

pelestarian. Dalam analisis SEM (Structural

Equation Modelling) dapat diketahui model

persamaan struktural dari setiap model dan dapat menentukan prioritas masing-masing variabel maupun indikator berdasarkan nilai makna kultural.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Perkembangan Pabrik Gula Kebon Agung

Pabrik Gula Kebon Agung didirikan oleh seorang pengusaha yang berasal dari Tionghwa, yaitu Tan Tjwan Bie, pada tahun 1905. Lokasi Pabrik Gula berada di Desa Kebon Agung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang atau tepatnya kira-kira 5 km selatan Kota Malang. Pabrik Gula Kebon Agung pada awalnya dikelola secara perorangan, namun kemudian pada tahun 1917, pengelolaan Pabrik Gula diserahkan kepada Biro Management Naamloze Ven-nootschap (NV).

Pada saat ini PT Kebon Agung dapat dikatakan mewakili sejarah panjang industri gula tebu di Jawa. Perusahaan Pabrik Gula Kebon Agung merupakan bagian dari industri gula

Indonesia, yang berkontribusi kepada supply gula

nasional dan perekonomian wilayah. (Gambar 1)

Gambar 1. Pabrik Gula Kebon Agung Tahun

1905

Sumber : http://www.ptkebonagung.com/

Bangunan kuno di kawasan Pabrik Gula Kebon Agung, Malang berjumlah 98 bangunan yang merupakan bangunan kolonial peninggalan

(3)

Gambar 2. Persebaran Bangunan Kuno Kawasan Pabrik Gula Kebon Agung

Karakteristik Bangunan Kuno Kawasan Pabrik Gula Kebon Agung

Usia bangunan kuno yang ada di Kawasan Pabrik Gula secara keseluruhan adalah berusia 109 tahun berjumlah 98 bangunan. Fungsi bangunan kuno pada kawasan Pabrik Gula Kebon Agung berjumlah 98 bangunan yang didominasi oleh bangunan pabrik sebesar 44 bangunan (44.89%), rumah tempat tinggal karyawan berjumlah 42 bangunan (42.85%), gudang berjumlah 7 bangunan (7.14%), dan bangunan lainnya seperti koperasi, sekolah, dan pos satpam

dengan prosentase sebesar (5.12%). (Gambar3)

Gambar 3. Fungsi Bangunan Kawasan Pabrik

Gula Kebon Agung.

Jumlah keseluruhan bangunan yang

terdapat di kawasan Pabrik Gula Kebonagung adalah 98 bangunan dan mayoritas bangunan

tidak mengalami perubahan pada elemen

bangunan berjumlah 64 bangunan (65.31%). Bangunan yang mengalami perubahan kecil berjumlah 26 bangunan (26.53%). Perubahan bangunan tersebut meliputi perubahan bentuk dan struktur bangunan.seperti atap, dinding, jendela, dan lantai bangunan. bangunan yang tidak terawat dengaan baik. Beberapa bangunan kuno yang mengalami kerusakan terdapat pada rumah tempat tinggal staff atau mess, gudang, dan toilet. Bangunan yang mengalami perubahan besar adalah berjumlah 8 bangunan (8.16%). Beberapa bangunan yang mengalami perubahan besar meliputi rumah tinggal karyawan pabrik gula. Hal tersebut dikarenakan perubahan fungsi bangunan rumah tinggal karyawan menjadi bangunan modern serta menghilangkan estetika

bangunan kolonial. (Gambar 5)

16.40% 15.11% 60.46% 8.03%

Fungsi Bangunan

Bangunan Pabrik Gudang Rumah Tinggal Karyawan Lain-lain

(4)

(b)

Gambar 4. Bangunan Kuno Kawasan Pabrik

Gula Kebon Agung (a) Rumah Tinggal Karyawan (b) Perkantoran Pabrik Gula

Status kepemilikan yang ada di kawasan pabrik gula untuk bangunan kuno memiliki nilai sebesar 100% dengan status hak milik dari

perusahaan Pabrik Gula Kebon Agung.

Bangunan kuno yang ada di kawasan pabrik gula

menggunakan gaya bangunan, NA 1900,

Romantiek, Niuwe Bouwen, dan Kontemporer

(Gambar 5)

Gambar 5. Gaya Bangunan Kawasan Pabrik

Gula Kebon Agung

Sejarah Perkembangan Pabrik Gula Krebet

Lokasi Pabrik Gula Krebet di Km. 1 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jarak dari Kota Malang sejauh 13 km kearah selatan. Pabrik Gula Krebet didirikan sebelum perang dunia I pada tahun 1906 oleh pemerintahan Hindia Belanda, kemudian diambil alih oleh Oei Tiong Ham Concern.

Seiring dengan perkembangan waktu, pada tahun 1961 pemerintah mengambil alih kembali semua perusahaan milik Oei Tiong Ham Concern sedangkan kegiatan perusahaan tetap berjalan dibawah pengawasan Menteri/Jaksa Republik Indonesia dan pada tahun 1963. Setelah itu pada tahun 1964 oleh Departemen Keuangan Republik

Indonesia dibentuk PT.Perusahaan

Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN)

Rajawali Nusantara Indonesia yang disingkat

PT.Rajawali Nusantara Indonesia yang

merupakan badan usaha milik negara untuk melanjutkan aktivitas usaha sebelumnya dan berkembang tahun 1968 menunjukkan tingkat produktivitas giling yang meningkat.

Tahun 1974 dengan adanya fasilitas pemerintah dalam rangka penanaman modal dalam negeri maka peningkatan produktivitas semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya perbaikan dan penggantian mesin yang sudah tua. Namun atas permintaan Gubernur agar pabrik gula lama tetap dioperasikan sehingga menaikkan tingkat kapasitas produksi gula yang

berlangsung hingga masa sekarang. (Gambar 6)

(5)

Sumber : http://indoplaces.com/

Gambar 6. Pabrik Gula Krebet Tahun 1906

Jumlah bangunan kuno di kawasan Pabrik Gula Krebet yang terletak di Kecamatan Bululawang Desa Krebet, Malang berjumlah 86 bangunan Bangunan kuno yang berada di kawasan Pabrik Gula merupakan bangunan kolonial peninggalan jaman Belanda yang hingga saat ini perlu untuk

dilestarikan. (Gambar 7)

Gambar 7. Persebaran Bangunan Kuno Kawasan

Pabrik Gula Krebet

Bangunan kuno di kawasan Pabrik Gula

Mayoritas bangunan dalam kondisi tidak

mengalami perubahan yaitu berjumlah 73 bangunan. Bangunan yang tidak mengalami perubahan sebagian besar adalah bangunan tempat tinggal karyawan dan perkantoran Pabrik

Gula Krebet. Bangunan yang mengalami

perubahan kecil adalah berjumlah 7 bangunan. Bangunan mengalami perubahan kecil pada kerusakan struktur bangunan seperti atap, dinding, jendela dan lantai bangunan. Beberapa bangunan kuno yang mengalami perubahan berupa masjid, rumah tinggal karyawan dan gudang. Bangunan yang mengalami perubahan besar berjumlah 13 bangunan yaitu berupa gedung balai pertemuan, perkantoran, dan pos

satpam. Bangunan mengalami perubahan besar

dikarenakan perubahan fungsi bangunan gedung perkantoran seperti balai pertemuan karyawan menjadi bangunan modern serta menhilangkan

estetika bangunan kolonial (Gambar 8)

Gambar 8. Fungsi Bangunan Kawasan Pabrik

Gula Krebet

Pabrik Gula Krebet memiliki gaya

bangunan Indische Empire-Stijl. Pabrik Gula

Krebet didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1906. Bangunan rumah tinggal karyawan secara dominan dipengaruhi beberapa

Niuwe Bouwen, yang kaya dengan elemen

dekoratif pada bagian wajah bangunannya dan beberapa bangunan bergaya NA 1900, dan

kontemporer. (Gambar 9) 16.40% 15.11% 60.46% 8.03% Fungsi Bangunan Bangunan Pabrik Gudang Rumah Tinggal Karyawan Lain-lain

(6)

Gambar 9. Gaya Bangunan Kawasan Pabrik Gula Krebet

Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Pelestarian

Implementasi kebijakan didasarkan dengan

membandingkan kebijakan terkait pelestarian

bangunan cagar budaya dengan kondisi eksisting di

lapangan. Kebijakan yang digunakan terkait

pelestarian bangunan cagar budaya di kawasan Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet adalah Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011. Berdasarkan

hasil implementasi kebijakan pelestarian

menunjukkan adanya kesesuaian dan

ketidaksesuaiaan antara kondisi eksisting dengan

kebijakan yang berlaku. Kesesuaian hasil

implementasi kebijakan meliputi kriteria bangunan cagar budaya, penetapan kawasan bangunan cagar budaya, kewenangan dalam pelestarian bangunan cagar budaya, dan pengelolaan bangunan cagar

budaya. Namun juga terdapat beberapa

ketidaksesuaian antara kondisi eksisting dengan kebijakan yang berlaku.

Dalam Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011 menyatakan bahwa bentuk kegiatan pelestarian seperti kegiatan pemeliharaan bangunan cagar budaya dilakukan sebagai upaya dalam menjaga dan merawat agar kondisi fisik bangunan cagar budaya tetap dilestarikan. Berdasarkan kondisi eksistingnya, beberapa bangunan di kawasan pabrik gula mengalami perubahan fungsi dan struktur bangunan sehingga menyebabkan hilangnya keaslian bangunan cagar budaya. Beberapa bangunan kuno di kawasan

kecil dan besar. Bangunan yang mengalami perubahan kecil berjumlah 26 bangunan (26.53%). Perubahan bangunan tersebut meliputi perubahan bentuk dan struktur bangunan.seperti atap, dinding, jendela, dan lantai bangunan. bangunan yang tidak terawat dengaan baik. Beberapa bangunan kuno yang mengalami kerusakan terdapat pada rumah tempat tinggal staff atau mess, gudang, dan toilet. Bangunan yang mengalami perubahan besar berjumlah 8 bangunan (8.16%). Beberapa bangunan yang mengalami perubahan besar meliputi rumah tinggal karyawan pabrik gula. Hal tersebut dikarenakan perubahan fungsi bangunan rumah tinggal karyawan

menjadi bangunan modern atau kontemporer.

Pada kawasan Pabrik Gula Krebet, bangunan yang mengalami perubahan kecil berjumlah 7 bangunan. Bangunan mengalami perubahan kecil pada kerusakan struktur bangunan seperti atap, dinding, jendela dan lantai bangunan. Beberapa bangunan kuno yang mengalami perubahan berupa masjid, rumah tinggal karyawan dan gudang.

Bangunan yang mengalami perubahan besar

berjumlah 13 bangunan yaitu berupa gedung balai pertemuan, perkantoran, dan pos satpam. Bangunan mengalami perubahan besar dikarenakan perubahan fungsi bangunan gedung perkantoran seperti balai pertemuan karyawan menjadi bangunan modern serta menhilangkan estetika bangunan kolonial.

Selain itu, pelestarian cagar budaya harus didukung dengan kegiatan inventarisasi bangunan cagar budaya dengan melakukan kegiatan pendataan maupun pencatatan dan pendokumentasian sebelum

dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan

terjadinya perubahan keaslian bangunan cagar budaya. Dalam Perda No.3 Tahun 2011 menyatakan bahwa pelestarian cagar budaya harus didukung oleh kegiatan pendokumentasian sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya

perubahan keaslian bangunan cagar kegiatan

pendokumentasian sebelum dilakukan budaya.

Namun berdasarkan kondisi eksistingnya di kawasan pabrik gula, tidak dilakukan perubahan terhadap bangunan cagar budaya sehingga beberapa bangunan mengalami perubahan keaslian bangunan kolonial Belanda.

Analisis SEM (Sructural Equation Modelling)

Analisis Structural Equational Modelling

menggabungkan antara pendekatan analisis faktor (factor analysis), model struktural (structural model)

dan analisis jalur (path analysis). Di dalam analisis

SEM dapat dilakukan tiga macam kegiatan, yaitu pengecekan validitas dan reliabilitas instrument

(berkaitan dengan analisis factor konfirmatory),

pengujian model hubungan antar variabel (berkaitan

(7)

yang (berkaitan dengan analisis regresi atau analisis model struktura. (Latan, 2012). Pada penelitian ini

menggunakan software, yaitu Lisrel 8.8 student

version yang membatasi maksimal 15 variabel maka

analisis SEM dibagi menjadi 4 tipe model. Pembagian tersebut didasarkan pada pembagian

pelestarian fisik maupun non fisik dengan

menggunakan variabel makna kultural pada upaya pelestarian bangunan bersejarah. Pelestarian fisik berupa estetika, keaslian, kelangkaan, kejamakan, citra kawasan dan keterluarbiasaan. Non fisik terdiri dari sosial budaya dan peranan sejarah. Dasar pembagian variabel ke dalam 4 tipe model dapat

dilihat pada (Gambar 10)

Gambar 10. Dasar pembagian 4 tipe model SEM

Berikut merupakan pembagian variabel dan indikator

dalam 4 model SEM. Tabel

Tabel 1. Pembagian Variabel dalam 4 Model N

o

Tipe Endogen Eksogen Indikator

1. Konsep Pelestarian η Perlindungan (Y1) Pengamanan (Y2) Pemeliharaan (Y3) Pemugaran (Y4) Pengembang an (Y5) Pemanfaatan (Y6) Estetika

(ξ1) Gaya arsitektur bangunan (X1) Ornamen (X2) Struktur (X3) Tata ruang (X4) Bahan/material bangunan (X5) Keaslian

(ξ2) Bentuk bangunan (X6) fisik Fasade bangunan (X7) Bentuk fisik bangunan (X6) Fasade bangunan (X7) 2. Konsep Pelestarian η Perlindungan (Y1) Citra Kawasan (ξ3) Fungsi kawasan/bangu nan (X8) Pengamanan Makna N o

Tipe Endogen Eksogen Indikator Pemugaran (Y4) Kesatuan (X11) Pengembang an (Y5) Keterluar biasaan (ξ4) Keistimewaan Bentuk (X12) Pemanfaatan (Y6) Makna Simbolis (X13) 3. Konsep Pelestarian η Perlindungan (Y1) Kelangka an (ξ6) Gaya (X18) Pengamanan( Y2) Usia bangunan (X19) Pemeliharaan (Y3) Jumlah ruang (X20) Pemugaran( Y4) Keunikan (X21) Pengembang an(Y5) Kejamaka n (ξ8) Kelas(X25) Pemanfaatan (Y6) Jenis Khusus (X26) 4. Konsep Pelestarian η Perlindungan (Y1) Peranan Sejarah (ξ5) Sejarah perkembangan arsitektur (X14) Pengamanan (Y2) Peristiwa Sejarah (X15) Pemeliharaan (Y3) Nilai Perjuangan (X16) Pemugaran (Y4) Identitas budaya (X17) Pengembang an (Y5) Sosial Budaya (ξ7) Sosial Budaya (X22) Pemanfaatan (Y6) Legenda (X23) Ekonomi (X24) Sumber : Utomo (2005), Nurmala (2003), Pontoh (1992)

Berikut merupakan hasil analisis SEM (Structural

Equation Modelling) ke dalam 4 tipe model:

1.

Model SEM tipe 1

Gambar 11. Model SEM Tipe 1

Berdasarkan hasil estimasi terhadap model secara keseluruhan maka dapat diketahui bahwa variabel estetika memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap konsep pelestarian karena nilai t-values sebesar -1.29, sedangkan variabel keaslian memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep pelestarian karena memiliki t-values > 1.96 dengan

(8)

konsep pelestarian, yaitu variabel keaslian dengan sub variabel bentuk fisik bangunan dan fasade bangunan. Hal ini dikarenakan nilai t-values variabel keaslian > 1.96 yaitu 2.37.

2.

Model SEM Tipe 2

Gambar 12.

Model SEM Tipe 2

Hasil pengukuran atau estimasi terhadap model secara keseluruhan menunjukkan bahwa variabel citra kawasan memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep pelestarian karena nilai t-values >1.96, yaitu sebesar 2.17, sedangkan variabel keterluarbiasaan tidak memiliki hubungan yang signifikan karena nilai t-values sebesar yaitu -2.27. Model SEM tipe 2 mengindikasikan bahwa variabel citra kawasan dengan sub variabel fungsi kawasan (X8), makna kawasan (X9), pengulangan ciri bangunan (X10), dan kesatuan (X11) mempengaruhi konsep pelestarian.

3.

Model SEM Tipe 3

Gambar 13. Model SEM Tipe 3

Model SEM tipe 3 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil estimasi terhadap model secara keseluruhan maka dapat diketahui bahwa variabel kelangkaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep pelestarian karena nilai t-values

>1.96, yaitu sebesar 2.07, sedangkan variabel kejamakan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep pelestarian . Model SEM tipe 3 mengindikasikan variabel kelangkaan dengan sub variabel X18 (usia bangunan), X19 (ciri khas), X20

(keunikan), dan X21 (jumlah bangunan)

mempengaruhi konsep pelestarian.

4.

Model SEM Tipe 4

Gambar 14. Model SEM Tipe 4

Berdasarkan hasil estimasi model SEM tipe 4 dapat diketahui bahwa variabel peranan sejarah memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep pelestarian karena nilai t-values >1.96 yaitu, sebesar 2.50, sedangkan variabel sosial budaya tidak berpengaruh terhadap konsep pelestarian karena nilai

t-values yaitu -0.54. Model SEM tipe 4

mengindikasikan bahwa faktor yang berpengaruh

terhadap konsep pelestarian yaitu variabel peranan

sejarah dengan sub variabel X14 (sejarah

perkembangan arsitektur), X15 (peristiwa sejarah), X16 (nilai perjuangan), dan X17 (identitas budaya).

Rekomendasi Terhadap Konsep Pelestarian

Berdasarkan hasil implementasi kebijakan dan

analisis Structural Equational modelling maka

rekomendasi yang dapat diberikan terhadap konsep pelestarian di kawasan Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet Malang yaitu

1. Melakukan upaya kegiatan pemeliharaan terhadap

bangunan cagar budaya dengan mempertahankan keaslian bangunan kuno yang menunjukkan

karakter arsitektur kolonial Belanda dan

melakukan kegiatan perawatan secara berkala

terhadap bangunan kuno. Bangunan yang

dipertahankan di kawasan Pabrik Gula Kebon Agung adalah berjumlah 64 bangunan dan Pabrik Gula Krebet berjumlah 73 bangunan. Keaslian bangunan kuno yang dipertahankan.

(9)

Gambar 15.

Keaslian Bangunan Kawasan

Pabrik Gula Kebon Agung

2.

Peningkatan kualitas citra kawasan yang

bertujuan untuk mempertahankan identitas

dan

image Pabrik Gula Kebon Agung dan

Krebet sebagai

urban heritage dan menjaga

peran

pabrik

gula

dalam

sejarah

perkembangan Kabupaten Malang. Pada

tahap awal dilakukan kegiatan inventarisasi

dan evaluasi nilai makna kultural. Kegiatan

inventarisasi bangunan cagar budaya berupa

kegiatan

pendataan

atau

pencatatan

kerusakan

bangunan

dan

dokumentasi

sebelum dilakukannya kegiatan perubahan

bangunan. Hasil dari kegiatan iventarisasi

bangunan dapat dilanjutkan dalam bentuk

kegiatan pelestarian fisik bangunan kuno

seperti preservasi, rekonstruksi, restorasi,

adaptasi, dan revitaslisasi.

3.

Peningkatan kegiatan pengamanan bangunan

cagar budaya karena bangunan cagar budaya

di kawasan pabrik gula merupakan bangunan

langka peninggalan jaman kolonial Belanda

yang harus dilestarikan. Upaya pengamanan

dilakukan untuk menjaga dan mencegah cagar

budaya

dari

ancaman

dan

gangguan

kerusakan bangunan. Kegiatan pengamanan

bangunan cagar budaya dapat dilakukan

dengan adanya

signage

atau penandaan yang

berupa papan informasi terkait pelarangan

kerusakan bangunan.

Signage atau penandaan

pada diletakkan pada titik atau lokasi tertentu

pada bangunan kuno kawasan pabrik gula dan

adanya papan nama bangunan.

4.

Peningkatan kegiatan pemeliharaan khusus

bangunan cagar budaya dengan pembuatan

Panduan Teknis Bangunan Cagar Budaya

yang memuat peraturan-peraturan terkait

kegiatan pelestarian bangunan dan pembuatan

program pelestarian oleh Pabrik Gula Kebon

Agung dan Krebet.

SIMPULAN

Hasil analisis Visual Absorption Capability

(VAC) menunjukkan bahwa sebanyak empat zona yang dapat diterapkan di kawasan bangunan kuno di Kota Pasuruan yaitu zona inti, zona pengembangan

heritage, zona pemanfaatan heritage dan zona sarana

– prasarana heritage.

Selain itu untuk jenis pelestarian bangunan yang dapat diterapkan untuk pelestarian bangunan kuno yaitu jenis preservasi sebanyak 5 bangunan,

(10)

adaptasi sebanyak 2 bangunan dan demolisi sebanyak 2 bangunan. Berdasarkan pada hasil tersebut maka diperlukan penelitian lanjutan yang membahas tentang citra kawasan bangunan kuno, persepsi

stakeholder dan pola pergerakan kawasan.

Masyarakat diharapkan tidak melakukan pemasangan reklame tanpa memperhatikan estetika bangunan.

Selain itu perlunya mengacu pada peraturan daerah yang sudah dibuat untuk dijadikan acuan

pelestarian bangunan kuno

.

DAFTAR PUSTAKA

Antariksa. Metode Pelestarian Arsitektur.

https://www.academia.edu/7761446/METOD

E_PELESTARIAN_ARSITEKTUR (diakses 2 Mei 2015)

Heryanto, B. 2011. Roh dan Citra Kota. Surabaya:

Brilian Internasional

Karolina V.W., Antariksa, dan Ismu Rini D.A. 2007.

Pelestarian Kawasan Pusat Kota Pasuruan.

Journal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 4 No. 1, 2007: 48-69

Marno, 2013. Metode Analisis VAC.

http://marno.lecture.ub.ac.id/2013/11/metode

-analisis-vac-ekowisata/ (diakses 25 April

2015)

Shirvani, H. 1985. The Urban Design Process. New

Gambar

Gambar 1. Pabrik Gula Kebon Agung Tahun  1905
Gambar 2. Persebaran Bangunan Kuno Kawasan  Pabrik Gula Kebon Agung
Gambar 4. Bangunan Kuno Kawasan Pabrik  Gula Kebon Agung
Gambar 6. Pabrik Gula Krebet Tahun 1906
+5

Referensi

Dokumen terkait

Karyawan produksi mempunyai 3 proses yaitu proses input data panen, edit data panen dan laporan, seluruh proses dilakukan oleh masing-masing karyawan yang ditempatkan di

Merupakan biaya atas air dan listrik yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dalam mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, sehingga biaya ini

Dengan idealisme dan semangat untuk memberikan informasi yang objektif kepada masyarakat, Kelompok Kompas Gramedia (KG) mengkhususkan diri untuk bergerak di

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pada induk domba bunting yang disuperovulasi maupun kontrol, terlihat adanya fluktuasi dari

Pada paper ini akan dibahas mengenai penggunaan Geogebra untuk menggambar trayektori solusi sistem persamaan diferensial, lebih lanjut bagaimana potret fase dari

Manfaat keberadaan jabatan fungsional PTP dapat dilihat dari 3 pihak, yaitu dari: (1) lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan lulusan dari program studi teknologi

Hasil pengujian KHM menunjukkan bahwa koloni bakteri dalam cawan Petri yang mengandung ekstrak etanol daun G. procumbens pada konsentrasi 10% sudah tidak

Hasil simulasi selang kepercayaan fungsi nilai harapan