MODEL STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP
PELESTARIAN KAWASAN PABRIK GULA KEBON AGUNG DAN KREBET
MALANG
Elriesta Megantara, Antariksa, Kartika Eka Sari
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp (0341) 567886
Email : ABSTRAK
Kabupaten Malang berkembang pesat setelah adanya jalur kereta api dan industri gula. Kawasan pabrik gula menyimpan bangunan bersejarah yang monumental. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep pelestarian bangunan kuno kawasan Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet Malang, mengevaluasi implementasi kebijakan pelestarian, dan merumuskan rekomendasi konsep pelestarian. Metode yang digunakan adalah metode evaluatif dengan menggunakan analisis SEM (Structural Equation Modelling). Analisis ini digunakan untuk mengetahui model persamaan struktural dari setiap model dan dapat menentukan pengaruh masing-masing variabel maupun indikator berdasarkan nilai makna kultural. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep pelestarian berdasarkan penilaian makna kultural, yaitu keaslian, citra kawasan, peranan sejarah, dan kelangkaan. Rekomendasi bagi konsep pelestarian adalah upaya pemeliharaan bangunan cagar budaya dengan mempertahankan keaslian bangunan kuno kawasan Pabrik Gula Kebon Agung berjumlah 64 bangunan dan Pabrik Gula Krebet berjumlah 73 bangunan, peningkatan kualitas citra kawasan yang bertujuan untuk mempertahankan identitas dan image Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet sebagai urban heritage dan menjaga peran pabrik gula dalam sejarah perkembangan Kabupaten Malang, peningkatan kegiatan pengamanan bangunan cagar budaya dengan adanya signage atau penandaan berupa papan informasi terkait pelarangan kerusakan bangunan, pembuatan panduan teknis bangunan cagar budaya yang memuat peraturan terkait kegiatan pelestarian dan pembuatan program pelestarian.
Kata Kunci : Pelestarian, bangunan kuno, implementasi kebijakan, kawasan pabrik gula.
ABSTRACT
Malang regency grew rapidly due the development of railway and sugar factory. The area of sugar factory has monumental and heritage buildings. The objectives of the study are evaluating the factors which influence the preservation concept on heritage buildings around Kebon Agung and Krebet Sugar Factory Malang, evaluating the implementation of the preservation policy on historical building, and formulating the recommendation for policy preservation. The methodology is using evaluative method by SEM (Structural Equation Modeling). The analysis is intended to find out the structural equation model from every other model and to define the influence of each variable or indicator based on cultural values. The influential factors of the preservation policy are based on cultural meaning assessment; authenticity, the image of the area, the role of history, and scarcity. The recommendation for the preservation concept are maintaining the heritage buildings with originality buildings in Kebon Agung Sugar Factory are 73 buildings and 64 buildings in Krebet Sugar Factory, improving the quality of the regions image as an urban heritage in Malang, increase security activities with add some signage or markings related information boards of damage to buildings, makes a technical guidelines heritage buildings which contain the rules of preservation building and preservation program.
Keywords : Preservation, heritage buildings, implementation policies, sugar factory
PENDAHULUAN
Kabupaten Malang terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan koordinat 112° 17’ 10,9” - 112° 57’0,0” BT dan 70° 44” 55,11” - 8° 26’ 35,45” LS. Berdasarkan kondisi geografisnya, Kabupaten Malang memiliki potensi untuk
pengembangan perkebunan dan pertanian
membawa pengaruh besar pada perkembangan kota khususnya bagi industri pabrik gula. Terdapat 2 industri gula yang hingga pada saat ini masih beroperasi yaitu PG Kebon Agung di Kecamatan Pakisaji dan PG Krebet di Kecamatan Bululawang. Kawasan pabrik gula menyimpan
bangunan-bangunan bersejarah yang
dan awal abad ke-20. Oleh sebab itu nilai penting bangunan di kawasan pabrik gula adalalah terletak pada nilai arsitektural dan historisnya (Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, 2012).
Namun dengan seiring adanya
perkembangan jaman modern, pembangunan dapat mengorbankan lingkungan alam maupun warisan budaya dalam suatu wilayah tersebut. Warisan budaya tersebut dapat berupa bangunan maupun peninggalan kuno lainnya salah satunya adalah pabrik gula dan pertambahan penduduk serta peningkatan kebutuhan hidup untuk kegiatan pembangunan telah merubah struktur
kepemilikan dan penggunaan bangunan
bersejarah secara terus menerus. Perkembangan teknologi yang cukup pesat telah merubah struktur kepemilikan dan penggunaan bangunan (Harwin, 2012).
Terkait dengan perlindungan benda cagar
budaya, keberadaan bangunan-bangunan
bersejarah pada kedua kawasan pabrik gula tersebut baik PG. Kebon Agung maupun PG. Krebet belum memiliki perlindungan kekuatan hukum khususnya dalam pelestarian bangunan cagar budaya. Lemahnya perlindungan hukum dapat dilihat berdasarkan banyaknya bangunan kuno di kawasan PG.
Kebon Agung maupun Krebet mengalami
perubahan fungsi bangunan, kerusakan
bangunan, dan kurang terawatnya bangunan kuno. Perlindungan hukum merupakan hal yang penting dalam upaya melindungi dan menjaga bangunan cagar budaya dari perubahan struktur dan kerusakan. (Wijaya, 2014).Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep pelestarian bangunan kuno kawasan Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet Malang, mengevaluasi implementasi
kebijakan pelestarian, dan merumuskan
rekomendasi konsep pelestarian.
METODE PENELITIAN
Jenis analisis yang digunakan adalah
menggunakan analisis evaluatif. Analisis
evaluatif digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep pelestarian
dengan menggunakan analisis SEM (Structural
Equation Modelling) dan implementasi kebijakan
pelestarian. Dalam analisis SEM (Structural
Equation Modelling) dapat diketahui model
persamaan struktural dari setiap model dan dapat menentukan prioritas masing-masing variabel maupun indikator berdasarkan nilai makna kultural.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Perkembangan Pabrik Gula Kebon Agung
Pabrik Gula Kebon Agung didirikan oleh seorang pengusaha yang berasal dari Tionghwa, yaitu Tan Tjwan Bie, pada tahun 1905. Lokasi Pabrik Gula berada di Desa Kebon Agung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang atau tepatnya kira-kira 5 km selatan Kota Malang. Pabrik Gula Kebon Agung pada awalnya dikelola secara perorangan, namun kemudian pada tahun 1917, pengelolaan Pabrik Gula diserahkan kepada Biro Management Naamloze Ven-nootschap (NV).
Pada saat ini PT Kebon Agung dapat dikatakan mewakili sejarah panjang industri gula tebu di Jawa. Perusahaan Pabrik Gula Kebon Agung merupakan bagian dari industri gula
Indonesia, yang berkontribusi kepada supply gula
nasional dan perekonomian wilayah. (Gambar 1)
Gambar 1. Pabrik Gula Kebon Agung Tahun
1905
Sumber : http://www.ptkebonagung.com/
Bangunan kuno di kawasan Pabrik Gula Kebon Agung, Malang berjumlah 98 bangunan yang merupakan bangunan kolonial peninggalan
Gambar 2. Persebaran Bangunan Kuno Kawasan Pabrik Gula Kebon Agung
Karakteristik Bangunan Kuno Kawasan Pabrik Gula Kebon Agung
Usia bangunan kuno yang ada di Kawasan Pabrik Gula secara keseluruhan adalah berusia 109 tahun berjumlah 98 bangunan. Fungsi bangunan kuno pada kawasan Pabrik Gula Kebon Agung berjumlah 98 bangunan yang didominasi oleh bangunan pabrik sebesar 44 bangunan (44.89%), rumah tempat tinggal karyawan berjumlah 42 bangunan (42.85%), gudang berjumlah 7 bangunan (7.14%), dan bangunan lainnya seperti koperasi, sekolah, dan pos satpam
dengan prosentase sebesar (5.12%). (Gambar3)
Gambar 3. Fungsi Bangunan Kawasan Pabrik
Gula Kebon Agung.
Jumlah keseluruhan bangunan yang
terdapat di kawasan Pabrik Gula Kebonagung adalah 98 bangunan dan mayoritas bangunan
tidak mengalami perubahan pada elemen
bangunan berjumlah 64 bangunan (65.31%). Bangunan yang mengalami perubahan kecil berjumlah 26 bangunan (26.53%). Perubahan bangunan tersebut meliputi perubahan bentuk dan struktur bangunan.seperti atap, dinding, jendela, dan lantai bangunan. bangunan yang tidak terawat dengaan baik. Beberapa bangunan kuno yang mengalami kerusakan terdapat pada rumah tempat tinggal staff atau mess, gudang, dan toilet. Bangunan yang mengalami perubahan besar adalah berjumlah 8 bangunan (8.16%). Beberapa bangunan yang mengalami perubahan besar meliputi rumah tinggal karyawan pabrik gula. Hal tersebut dikarenakan perubahan fungsi bangunan rumah tinggal karyawan menjadi bangunan modern serta menghilangkan estetika
bangunan kolonial. (Gambar 5)
16.40% 15.11% 60.46% 8.03%
Fungsi Bangunan
Bangunan Pabrik Gudang Rumah Tinggal Karyawan Lain-lain(b)
Gambar 4. Bangunan Kuno Kawasan Pabrik
Gula Kebon Agung (a) Rumah Tinggal Karyawan (b) Perkantoran Pabrik Gula
Status kepemilikan yang ada di kawasan pabrik gula untuk bangunan kuno memiliki nilai sebesar 100% dengan status hak milik dari
perusahaan Pabrik Gula Kebon Agung.
Bangunan kuno yang ada di kawasan pabrik gula
menggunakan gaya bangunan, NA 1900,
Romantiek, Niuwe Bouwen, dan Kontemporer
(Gambar 5)
Gambar 5. Gaya Bangunan Kawasan Pabrik
Gula Kebon Agung
Sejarah Perkembangan Pabrik Gula Krebet
Lokasi Pabrik Gula Krebet di Km. 1 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jarak dari Kota Malang sejauh 13 km kearah selatan. Pabrik Gula Krebet didirikan sebelum perang dunia I pada tahun 1906 oleh pemerintahan Hindia Belanda, kemudian diambil alih oleh Oei Tiong Ham Concern.
Seiring dengan perkembangan waktu, pada tahun 1961 pemerintah mengambil alih kembali semua perusahaan milik Oei Tiong Ham Concern sedangkan kegiatan perusahaan tetap berjalan dibawah pengawasan Menteri/Jaksa Republik Indonesia dan pada tahun 1963. Setelah itu pada tahun 1964 oleh Departemen Keuangan Republik
Indonesia dibentuk PT.Perusahaan
Perkembangan Ekonomi Nasional (PPEN)
Rajawali Nusantara Indonesia yang disingkat
PT.Rajawali Nusantara Indonesia yang
merupakan badan usaha milik negara untuk melanjutkan aktivitas usaha sebelumnya dan berkembang tahun 1968 menunjukkan tingkat produktivitas giling yang meningkat.
Tahun 1974 dengan adanya fasilitas pemerintah dalam rangka penanaman modal dalam negeri maka peningkatan produktivitas semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya perbaikan dan penggantian mesin yang sudah tua. Namun atas permintaan Gubernur agar pabrik gula lama tetap dioperasikan sehingga menaikkan tingkat kapasitas produksi gula yang
berlangsung hingga masa sekarang. (Gambar 6)
Sumber : http://indoplaces.com/
Gambar 6. Pabrik Gula Krebet Tahun 1906
Jumlah bangunan kuno di kawasan Pabrik Gula Krebet yang terletak di Kecamatan Bululawang Desa Krebet, Malang berjumlah 86 bangunan Bangunan kuno yang berada di kawasan Pabrik Gula merupakan bangunan kolonial peninggalan jaman Belanda yang hingga saat ini perlu untuk
dilestarikan. (Gambar 7)
Gambar 7. Persebaran Bangunan Kuno Kawasan
Pabrik Gula Krebet
Bangunan kuno di kawasan Pabrik Gula
Mayoritas bangunan dalam kondisi tidak
mengalami perubahan yaitu berjumlah 73 bangunan. Bangunan yang tidak mengalami perubahan sebagian besar adalah bangunan tempat tinggal karyawan dan perkantoran Pabrik
Gula Krebet. Bangunan yang mengalami
perubahan kecil adalah berjumlah 7 bangunan. Bangunan mengalami perubahan kecil pada kerusakan struktur bangunan seperti atap, dinding, jendela dan lantai bangunan. Beberapa bangunan kuno yang mengalami perubahan berupa masjid, rumah tinggal karyawan dan gudang. Bangunan yang mengalami perubahan besar berjumlah 13 bangunan yaitu berupa gedung balai pertemuan, perkantoran, dan pos
satpam. Bangunan mengalami perubahan besar
dikarenakan perubahan fungsi bangunan gedung perkantoran seperti balai pertemuan karyawan menjadi bangunan modern serta menhilangkan
estetika bangunan kolonial (Gambar 8)
Gambar 8. Fungsi Bangunan Kawasan Pabrik
Gula Krebet
Pabrik Gula Krebet memiliki gaya
bangunan Indische Empire-Stijl. Pabrik Gula
Krebet didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1906. Bangunan rumah tinggal karyawan secara dominan dipengaruhi beberapa
Niuwe Bouwen, yang kaya dengan elemen
dekoratif pada bagian wajah bangunannya dan beberapa bangunan bergaya NA 1900, dan
kontemporer. (Gambar 9) 16.40% 15.11% 60.46% 8.03% Fungsi Bangunan Bangunan Pabrik Gudang Rumah Tinggal Karyawan Lain-lain
Gambar 9. Gaya Bangunan Kawasan Pabrik Gula Krebet
Pelaksanaan Implementasi Kebijakan Pelestarian
Implementasi kebijakan didasarkan dengan
membandingkan kebijakan terkait pelestarian
bangunan cagar budaya dengan kondisi eksisting di
lapangan. Kebijakan yang digunakan terkait
pelestarian bangunan cagar budaya di kawasan Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet adalah Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011. Berdasarkan
hasil implementasi kebijakan pelestarian
menunjukkan adanya kesesuaian dan
ketidaksesuaiaan antara kondisi eksisting dengan
kebijakan yang berlaku. Kesesuaian hasil
implementasi kebijakan meliputi kriteria bangunan cagar budaya, penetapan kawasan bangunan cagar budaya, kewenangan dalam pelestarian bangunan cagar budaya, dan pengelolaan bangunan cagar
budaya. Namun juga terdapat beberapa
ketidaksesuaian antara kondisi eksisting dengan kebijakan yang berlaku.
Dalam Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011 menyatakan bahwa bentuk kegiatan pelestarian seperti kegiatan pemeliharaan bangunan cagar budaya dilakukan sebagai upaya dalam menjaga dan merawat agar kondisi fisik bangunan cagar budaya tetap dilestarikan. Berdasarkan kondisi eksistingnya, beberapa bangunan di kawasan pabrik gula mengalami perubahan fungsi dan struktur bangunan sehingga menyebabkan hilangnya keaslian bangunan cagar budaya. Beberapa bangunan kuno di kawasan
kecil dan besar. Bangunan yang mengalami perubahan kecil berjumlah 26 bangunan (26.53%). Perubahan bangunan tersebut meliputi perubahan bentuk dan struktur bangunan.seperti atap, dinding, jendela, dan lantai bangunan. bangunan yang tidak terawat dengaan baik. Beberapa bangunan kuno yang mengalami kerusakan terdapat pada rumah tempat tinggal staff atau mess, gudang, dan toilet. Bangunan yang mengalami perubahan besar berjumlah 8 bangunan (8.16%). Beberapa bangunan yang mengalami perubahan besar meliputi rumah tinggal karyawan pabrik gula. Hal tersebut dikarenakan perubahan fungsi bangunan rumah tinggal karyawan
menjadi bangunan modern atau kontemporer.
Pada kawasan Pabrik Gula Krebet, bangunan yang mengalami perubahan kecil berjumlah 7 bangunan. Bangunan mengalami perubahan kecil pada kerusakan struktur bangunan seperti atap, dinding, jendela dan lantai bangunan. Beberapa bangunan kuno yang mengalami perubahan berupa masjid, rumah tinggal karyawan dan gudang.
Bangunan yang mengalami perubahan besar
berjumlah 13 bangunan yaitu berupa gedung balai pertemuan, perkantoran, dan pos satpam. Bangunan mengalami perubahan besar dikarenakan perubahan fungsi bangunan gedung perkantoran seperti balai pertemuan karyawan menjadi bangunan modern serta menhilangkan estetika bangunan kolonial.
Selain itu, pelestarian cagar budaya harus didukung dengan kegiatan inventarisasi bangunan cagar budaya dengan melakukan kegiatan pendataan maupun pencatatan dan pendokumentasian sebelum
dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan keaslian bangunan cagar budaya. Dalam Perda No.3 Tahun 2011 menyatakan bahwa pelestarian cagar budaya harus didukung oleh kegiatan pendokumentasian sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan keaslian bangunan cagar kegiatan
pendokumentasian sebelum dilakukan budaya.
Namun berdasarkan kondisi eksistingnya di kawasan pabrik gula, tidak dilakukan perubahan terhadap bangunan cagar budaya sehingga beberapa bangunan mengalami perubahan keaslian bangunan kolonial Belanda.
Analisis SEM (Sructural Equation Modelling)
Analisis Structural Equational Modelling
menggabungkan antara pendekatan analisis faktor (factor analysis), model struktural (structural model)
dan analisis jalur (path analysis). Di dalam analisis
SEM dapat dilakukan tiga macam kegiatan, yaitu pengecekan validitas dan reliabilitas instrument
(berkaitan dengan analisis factor konfirmatory),
pengujian model hubungan antar variabel (berkaitan
yang (berkaitan dengan analisis regresi atau analisis model struktura. (Latan, 2012). Pada penelitian ini
menggunakan software, yaitu Lisrel 8.8 student
version yang membatasi maksimal 15 variabel maka
analisis SEM dibagi menjadi 4 tipe model. Pembagian tersebut didasarkan pada pembagian
pelestarian fisik maupun non fisik dengan
menggunakan variabel makna kultural pada upaya pelestarian bangunan bersejarah. Pelestarian fisik berupa estetika, keaslian, kelangkaan, kejamakan, citra kawasan dan keterluarbiasaan. Non fisik terdiri dari sosial budaya dan peranan sejarah. Dasar pembagian variabel ke dalam 4 tipe model dapat
dilihat pada (Gambar 10)
Gambar 10. Dasar pembagian 4 tipe model SEM
Berikut merupakan pembagian variabel dan indikator
dalam 4 model SEM. Tabel
Tabel 1. Pembagian Variabel dalam 4 Model N
o
Tipe Endogen Eksogen Indikator
1. Konsep Pelestarian η Perlindungan (Y1) Pengamanan (Y2) Pemeliharaan (Y3) Pemugaran (Y4) Pengembang an (Y5) Pemanfaatan (Y6) Estetika
(ξ1) Gaya arsitektur bangunan (X1) Ornamen (X2) Struktur (X3) Tata ruang (X4) Bahan/material bangunan (X5) Keaslian
(ξ2) Bentuk bangunan (X6) fisik Fasade bangunan (X7) Bentuk fisik bangunan (X6) Fasade bangunan (X7) 2. Konsep Pelestarian η Perlindungan (Y1) Citra Kawasan (ξ3) Fungsi kawasan/bangu nan (X8) Pengamanan Makna N o
Tipe Endogen Eksogen Indikator Pemugaran (Y4) Kesatuan (X11) Pengembang an (Y5) Keterluar biasaan (ξ4) Keistimewaan Bentuk (X12) Pemanfaatan (Y6) Makna Simbolis (X13) 3. Konsep Pelestarian η Perlindungan (Y1) Kelangka an (ξ6) Gaya (X18) Pengamanan( Y2) Usia bangunan (X19) Pemeliharaan (Y3) Jumlah ruang (X20) Pemugaran( Y4) Keunikan (X21) Pengembang an(Y5) Kejamaka n (ξ8) Kelas(X25) Pemanfaatan (Y6) Jenis Khusus (X26) 4. Konsep Pelestarian η Perlindungan (Y1) Peranan Sejarah (ξ5) Sejarah perkembangan arsitektur (X14) Pengamanan (Y2) Peristiwa Sejarah (X15) Pemeliharaan (Y3) Nilai Perjuangan (X16) Pemugaran (Y4) Identitas budaya (X17) Pengembang an (Y5) Sosial Budaya (ξ7) Sosial Budaya (X22) Pemanfaatan (Y6) Legenda (X23) Ekonomi (X24) Sumber : Utomo (2005), Nurmala (2003), Pontoh (1992)
Berikut merupakan hasil analisis SEM (Structural
Equation Modelling) ke dalam 4 tipe model:
1.
Model SEM tipe 1
Gambar 11. Model SEM Tipe 1
Berdasarkan hasil estimasi terhadap model secara keseluruhan maka dapat diketahui bahwa variabel estetika memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap konsep pelestarian karena nilai t-values sebesar -1.29, sedangkan variabel keaslian memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep pelestarian karena memiliki t-values > 1.96 dengan
konsep pelestarian, yaitu variabel keaslian dengan sub variabel bentuk fisik bangunan dan fasade bangunan. Hal ini dikarenakan nilai t-values variabel keaslian > 1.96 yaitu 2.37.
2.
Model SEM Tipe 2
Gambar 12.
Model SEM Tipe 2
Hasil pengukuran atau estimasi terhadap model secara keseluruhan menunjukkan bahwa variabel citra kawasan memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep pelestarian karena nilai t-values >1.96, yaitu sebesar 2.17, sedangkan variabel keterluarbiasaan tidak memiliki hubungan yang signifikan karena nilai t-values sebesar yaitu -2.27. Model SEM tipe 2 mengindikasikan bahwa variabel citra kawasan dengan sub variabel fungsi kawasan (X8), makna kawasan (X9), pengulangan ciri bangunan (X10), dan kesatuan (X11) mempengaruhi konsep pelestarian.
3.
Model SEM Tipe 3
Gambar 13. Model SEM Tipe 3
Model SEM tipe 3 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil estimasi terhadap model secara keseluruhan maka dapat diketahui bahwa variabel kelangkaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep pelestarian karena nilai t-values
>1.96, yaitu sebesar 2.07, sedangkan variabel kejamakan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep pelestarian . Model SEM tipe 3 mengindikasikan variabel kelangkaan dengan sub variabel X18 (usia bangunan), X19 (ciri khas), X20
(keunikan), dan X21 (jumlah bangunan)
mempengaruhi konsep pelestarian.
4.
Model SEM Tipe 4
Gambar 14. Model SEM Tipe 4
Berdasarkan hasil estimasi model SEM tipe 4 dapat diketahui bahwa variabel peranan sejarah memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsep pelestarian karena nilai t-values >1.96 yaitu, sebesar 2.50, sedangkan variabel sosial budaya tidak berpengaruh terhadap konsep pelestarian karena nilai
t-values yaitu -0.54. Model SEM tipe 4
mengindikasikan bahwa faktor yang berpengaruh
terhadap konsep pelestarian yaitu variabel peranan
sejarah dengan sub variabel X14 (sejarah
perkembangan arsitektur), X15 (peristiwa sejarah), X16 (nilai perjuangan), dan X17 (identitas budaya).
Rekomendasi Terhadap Konsep Pelestarian
Berdasarkan hasil implementasi kebijakan dan
analisis Structural Equational modelling maka
rekomendasi yang dapat diberikan terhadap konsep pelestarian di kawasan Pabrik Gula Kebon Agung dan Krebet Malang yaitu
1. Melakukan upaya kegiatan pemeliharaan terhadap
bangunan cagar budaya dengan mempertahankan keaslian bangunan kuno yang menunjukkan
karakter arsitektur kolonial Belanda dan
melakukan kegiatan perawatan secara berkala
terhadap bangunan kuno. Bangunan yang
dipertahankan di kawasan Pabrik Gula Kebon Agung adalah berjumlah 64 bangunan dan Pabrik Gula Krebet berjumlah 73 bangunan. Keaslian bangunan kuno yang dipertahankan.
Gambar 15.
Keaslian Bangunan Kawasan
Pabrik Gula Kebon Agung
2.
Peningkatan kualitas citra kawasan yang
bertujuan untuk mempertahankan identitas
dan
image Pabrik Gula Kebon Agung dan
Krebet sebagai
urban heritage dan menjaga
peran
pabrik
gula
dalam
sejarah
perkembangan Kabupaten Malang. Pada
tahap awal dilakukan kegiatan inventarisasi
dan evaluasi nilai makna kultural. Kegiatan
inventarisasi bangunan cagar budaya berupa
kegiatan
pendataan
atau
pencatatan
kerusakan
bangunan
dan
dokumentasi
sebelum dilakukannya kegiatan perubahan
bangunan. Hasil dari kegiatan iventarisasi
bangunan dapat dilanjutkan dalam bentuk
kegiatan pelestarian fisik bangunan kuno
seperti preservasi, rekonstruksi, restorasi,
adaptasi, dan revitaslisasi.
3.
Peningkatan kegiatan pengamanan bangunan
cagar budaya karena bangunan cagar budaya
di kawasan pabrik gula merupakan bangunan
langka peninggalan jaman kolonial Belanda
yang harus dilestarikan. Upaya pengamanan
dilakukan untuk menjaga dan mencegah cagar
budaya
dari
ancaman
dan
gangguan
kerusakan bangunan. Kegiatan pengamanan
bangunan cagar budaya dapat dilakukan
dengan adanya
signage
atau penandaan yang
berupa papan informasi terkait pelarangan
kerusakan bangunan.
Signage atau penandaan
pada diletakkan pada titik atau lokasi tertentu
pada bangunan kuno kawasan pabrik gula dan
adanya papan nama bangunan.
4.
Peningkatan kegiatan pemeliharaan khusus
bangunan cagar budaya dengan pembuatan
Panduan Teknis Bangunan Cagar Budaya
yang memuat peraturan-peraturan terkait
kegiatan pelestarian bangunan dan pembuatan
program pelestarian oleh Pabrik Gula Kebon
Agung dan Krebet.
SIMPULAN
Hasil analisis Visual Absorption Capability
(VAC) menunjukkan bahwa sebanyak empat zona yang dapat diterapkan di kawasan bangunan kuno di Kota Pasuruan yaitu zona inti, zona pengembangan
heritage, zona pemanfaatan heritage dan zona sarana
– prasarana heritage.
Selain itu untuk jenis pelestarian bangunan yang dapat diterapkan untuk pelestarian bangunan kuno yaitu jenis preservasi sebanyak 5 bangunan,
adaptasi sebanyak 2 bangunan dan demolisi sebanyak 2 bangunan. Berdasarkan pada hasil tersebut maka diperlukan penelitian lanjutan yang membahas tentang citra kawasan bangunan kuno, persepsi
stakeholder dan pola pergerakan kawasan.
Masyarakat diharapkan tidak melakukan pemasangan reklame tanpa memperhatikan estetika bangunan.
Selain itu perlunya mengacu pada peraturan daerah yang sudah dibuat untuk dijadikan acuan
pelestarian bangunan kuno
.
DAFTAR PUSTAKA
Antariksa. Metode Pelestarian Arsitektur.
https://www.academia.edu/7761446/METOD
E_PELESTARIAN_ARSITEKTUR (diakses 2 Mei 2015)
Heryanto, B. 2011. Roh dan Citra Kota. Surabaya:
Brilian Internasional
Karolina V.W., Antariksa, dan Ismu Rini D.A. 2007.
Pelestarian Kawasan Pusat Kota Pasuruan.
Journal Ilmiah Arsitektur UPH, Vol. 4 No. 1, 2007: 48-69
Marno, 2013. Metode Analisis VAC.
http://marno.lecture.ub.ac.id/2013/11/metode
-analisis-vac-ekowisata/ (diakses 25 April
2015)
Shirvani, H. 1985. The Urban Design Process. New