• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Program Adiwiyata Di SD Negeri 16 Purwodadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembinaan Karakter Peduli Lingkungan Melalui Program Adiwiyata Di SD Negeri 16 Purwodadi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN MELALUI

PROGRAM ADIWIYATA DI SD NEGERI 16 PURWODADI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan

Oleh:

MEIDITA CANDRA MILUTASARI A510150026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURUiSEKOLAHiDASAR FAKULTAS KEGURUANiDANiILMUiPENDIDIKAN

UNIVERSITASiMUHAMMADIYAHiSURAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

PEMBINAAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN MELALUI PROGRAM ADIWIYATA DI SD NEGERI 16 PURWODADI

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: mendeskripsikan pembinaan karakter peduli lingkungan melalui program adiwiyata di SD Negeri 16 Purwodadi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi. Narasumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, ketua tim Adiwiyata sekolah, guru, dan peserta didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis melalui langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembinaan karakter peduli lingkungan melalui program adiwiyata dilakukan dengan beberapa cara yakni 1) Pengintegrasian nilai dan karakter pada pembelajaran, RPP dan silabus memuat tentang lingkungan, 2) Pemberian coontoh teladank,k 3) Pembiasaan untuk hidup bersih dan berbudaya lingkungan, 4) Penciptaan suasana berkarakter dalam SD Negeri 16 Purwodadi terdapat fasilitas ramah lingkungan yang menunjang pembinaan karakter peduli lingkungan seperti gazebo, greenhouse, biopori, sumur resapan, tempat sampah organik dan anorganik, kolam ikan, apotek hidup, taman.

Kata Kunci: pendidikan karakter, peduli lingkungan, adiwiyata Abstract

This study aims to: describe the character development of environmental care through the adiwiyata program at 16 Public Elementary School Purwodadi. The type of research used is descriptive qualitative research with phenomenological design. The speakers in this study were the principal, the head of the Adiwiyata school team, teachers, and students. Data collection techniques used were observation, interviews, and documentation. Data is analyzed through data reduction steps, data presentation, and conclusion drawing. The technique of checking the validity of the data using technical triangulation and source triangulation. The results showed that the strategy of fostering caring character through the adiwiyata program was carried out in several ways, namely 1) Integration of values and characters in learning, RPP and syllabus containing the environment, 2) Planting positive values instilled by all school members through posters or through teacher messages in learning, 3) Habits for clean and cultured life, 4) Creation of a characteristic atmosphere in Purwodadi 16 Elementary School has environmentally friendly facilities that support the development of environmentally caring characters such as gazebos, greenhouses, biopores, infiltration wells, organic and inorganic bins, ponds fish, living pharmacies, parks.

(6)

1. PENDAHULUAN

Di era globalisasi ini, permasalahan lingkungan menjadi permasalahan yang umum di Indonesia. Meningkatnya jumlah populasi manusia membuat kebutuhan manusia menjadi meningkat. Terjadinya eksploitasi sumber daya alam dan lahan yang berlebihan demi memenuhi kebutuhan manusia atau demi memenuhi keserakahan manusia memiliki dampak yang merugikan bagi manusia. Salah satunya yang terjadi di Kalimantan Barat, data balai Gakkum LHK Wilayah Kalimantan mencatat, untuk wilayah Kalbar sepanjang tahun 2016 pihaknya menangani sebanyak sembilan kasus, dua kasus TSL (perdagangan tanaman dan satwa liar), dan sisanya tujuh kasus pembalakan liar. Kemudian sepanjang tahun 2017 sebanyak 12 kasus, yakni dua kasus TSL, dan 10 kasus illegal logging (www.kalbar.antaranews.com). Hal tersebut menjadi satu dari sekian banyak permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia. Selain permasalahan tersebut, dengan kemajuan transportasi dan banyaknya kendaraan juga menyebabkan polusi udara di lingkungan. Lemahnya kesadaran terhadap lingkungan masih sering terjadi. Sebagian manusia seakan masih bersikap acuh dan terkesan tidak peduli terhadap lingkungan. Perilaku yang masih sering dijumpai di lingkungan sekitar yakni membuang sampah di sembarang tempat dan masih banyak manusia yang menggunakan barang berbahan dasar plastik seperti sedotan plastik maupun kantong belanja plastik yang hanya digunakan sekali pakai yang berakhir menjadi sampah, padahal sampah plastik merupakan bahan yang tidak dapat di uraikan. Perilaku di atas dapat menimbulkan berbagai macam bencana seperti banjir dan tanah longsor yang merugikan manusia. Contoh lain di lingkungan sekitar terutama di jenjang pendidikan yakni banyak sekolah yang sudah menerapkan kebersihan lingkungan namun belum secara tegas dan masih cenderung mengandalkan penjaga sekolah atau petugas kebersihan untuk membersihkan lingkungan sekolah.

Manusia dalam memenuhi kebutuhan sangat bergantung dengan alam, apabila manusia membiarkan kerusakan terjadi secara terus menerus maka manusia akan kehilangan sumber kehidupan. Guna membentuk generasi yang sadar tentang arti penting lingkungan bagi keberlangsungan hidup manusia, perlu adanya usaha yang dilakukan untuk mengarahkan dan menjadikan seseorang mempunyai jiwa yang

(7)

peduli dan mencintai lingkungan alam sekitar. Mulyana (2009) mengatakan bahwa penyelesaian masalah dan krisis lingkungan yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang tidak bisa hanya dilakukan melalui pendekatan teknis, tetapi justru yang terpenting adalah melalui pendekatan pendidikan moral. Penanaman karakter peduli dan cinta lingkungan mampu menjadi solusi untuk pencegahan tindakan tindakan negatif yang mengarah pada tindakan merusak lingkungan. Hal ini dapat diterapkan sejak dini dimulai dari lingkungan terdekat yakni keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Tempat kita tinggal maupun lingkungan kita belajar seperti sekolah sangat menentukan dalam berlangsungnya proses pembelajaran. Lingkungan yang bersih, rapi, dan nyaman tentu sangat menunjang dalam pembelajaran yang dilakukan. Hal ini juga berdampak pada karakter peserta didik.

Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah gencar menggalakkan pendidikan karakter yang diinternalisasikan di berbagai tingkat dan jenjang pendidikan, diharapkan krisis karakter bangsa dapat segera teratasi. Noor (2012: 35) mengatakan pendidikan karakter merupakan proses pengarahan peserta didik supaya menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa, dan karsa. Dalam pembelajaran perlu ditanamkan pendidikan karakter sehingga mampu membuat peserta didik mempunyai sifat peduli, memiliki budi pekerti, dan bertanggung jawab.

Pendidikan karakter peduli lingkungan merupakan salah satu dari 18 karakter yang ditetapkan oleh Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional. Karakter peduli lingkungan memiliki pengertian sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Daryanto dan Suryatri, 2013: 71). Sikap untuk menjaga lingkungan hidup telah di atur dalam Undang undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang berbunyi setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Peduli dengan lingkungan berarti peduli dengan kelangsungan hidup generasi mendatang. Oleh karena itu perlu adannya pengenalan dan pemahaman terhadap lingkungan hidup. Mewujudkan karakter peduli

(8)

lingkungan memerlukan keterlibatan dan kerjasama antara kepala sekolah, guru, dan wali murid dalam mewujudkan keberhasilannya. Perlunya persamaan persepsi dengan walimurid mengenai pentingnya pembinaan karakter peduli lingkungan bagi peserta didik untuk masa dewasanya kelak.

Usaha melestarikan dan menjaga lingkungan alam bukan hanya tugas pemerintah saja, akan tetapi tugas seluruh masyarakat. Penting untuk membentuk generasi penerus yang sadar akan pentingnya manfaat lingkungan bagi keberlangsungan hidup manusia, oleh karena itu perlu adanya usaha yang dilakukan untuk membimbing dan menjadikan seseorang mempunyai jiwa yang peduli dan mencintai lingkungan alam sekitar. Zamzam dan Mita (2018) menyatakan bahwa peduli lingkungan adalah sikap yang dimiliki seseorang dalam bertindak terhadap lingkungannya seperti merawat, menjaga dan melestarikan. Yaumi (2016: 111) mengatakan bahwa peduli lingkungan merupakan perilaku dan tindakan yang terus berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan cara-cara untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi. Akan sangat berpengaruh apabila kita menanamkan peduli dan cinta lingkungan alam sekitar sejak dini dimulai dari lingkungan terdekat yakni lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Widaningsih (2008) Pendidikan lingkungan tidak akan merubah situasi dan kondisi yang telah rusak menjadi baik dalam waktu sekejap, melainkan membutuhkan waktu, proses dan sumber daya. Merubah kondisi lingkungan yang rusak tidak bisa dilakukan secara instant, melainkan bertahap dan melalui proses. Dymen and Bell (2008) Analisi mengungkapkan bahwa melalui penghijauan, lahan sekolah mendiversifikasi repertoar permainan, menciptakan peluang bagi anak laki-laki dan perempuan segala usia, minat, dan kemampuan untuk menjadi lebih aktif secara fisik. Sekolah hijau mampu menjadi pilihan untuk meningkatkan kesadaran peserta didik sejak dini. Dengan adanya program dari pemerintah melalui Kementrian lingkungan hidup pada tahun 2006 mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup yang di terapkan pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah melalui program Adiwiyata. Program Adiwiyata merupakan salah satu program kementrian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah sehingga

(9)

terciptanya karakter peduli lingkungan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010: 3). Sekolah yang menerima predikat Adiwiyata diangap telah berhasil membentuk karakter peduli terhadap lingkungan. Program Adiwiyata sendiri memiliki 2 prinsip yakni partisipatif dan komprehensif.

SD Negeri 16 Purwodadi adalah salah satu sekolah yang mendapatkan penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata sejak tahun 2015. Program Adiwiyata di SD N 16 Purwodadi merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan pengenalan dan penanaman serta pembinaan karakter peduli lingkungan terhadap warga sekolah. Di SD Negeri 16 Purwodadi sendiri memiliki prestasi dan mendapatkan penghargaan Adiwiyata pada tahun 2015, kemudian mendapatkan juara 1 dalam sekolah sehat yang dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober- 23 November 2018. Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan, di SD N 16 Purwodadi memilki sarana prasarana yang menunjang seperti sumur resapan, biopori, greenhouse, gazebo, tanaman apotek yang ditanam di lingkungan sekolah. Oleh karena itu peneliti ingin lebih mengetahui secara mendalam pelaksanaan pembinaan karakter peduli lingkungan melalui program Adiwiyata di SD Negeri 16 Purwodadi.

2. METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi. Penelitian kualitatif didasarkan pada cara membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit (Moleong, 2013: 6).

“Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehungga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari hari.” (Moleong, 2013: 17)

Penelitian kualitatif harus dihadiri secara langsung ke lapangan dengan tujuan untuk memperoleh data yang akurat mengenai program Adiwiyata serta pelaksanaan

(10)

pembinaan karakter peduli lingkungan, faktor pendukung dan hambatan serta solusinya. Penelitian ini mendiskripsikan mengenai pembinaan karakter peduli lingkungan melalui program Adiwiyata di SD Negeri 16 Purwodadi. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Melibatkan kepala sekolah, ketua tim Adiwiyata sekolah, guru, peserta didik. Analisis data menggunakan data dilapangan melalui langkah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Peneliti menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber sebagai keabsahan data.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Adiwiyata merupakan program yang dikeluarkan pemerintah guna mendorong tercapainya sekolah hijau yang bersih dan sadar akan kelestarian lingkungan sehingga mendorong warga sekolah menjadi pribadi yang memiliki karakter peduli lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup (2010: 2) menjelaskan bahwa Adiwiyata merupakan salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Karakter penting untuk menjadikan peserta didik sebagai manusia yang berbudi pekerti, bertanggung jawab, dan memiliki sikap serta tutur kata yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi serta di dukung oleh dokumentasi menunjukkan bahwa SD Negeri 16 Purwodadi merupakan sekolah berpredikat sebagai sekolah Adiwiyata yang merintis sekolah hijau, sekolah berbudaya dan berwawasan lingkungan. Sebagai sekolah Adiwiyata, SD Negeri 16 Purwodadi berusaha mewujudkan warga sekolah yang sadar akan pentingnya sikap pelestarian dan peduli lingkungan. Karakter peduli lingkungan termasuk dalam salah satu dari18 nilai karakter yang sudah diupayakan oleh SD Negeri 16 Purwodadi. Kepala sekolah bekerja sama dengan guru berusaha menekankan sikap peduli lingkungan terhadap peserta didik. Diharapkan dengan adanya program Adiwiyata mampu mewujudkan manusia yang mampu menjaga, merawat, mengelola, serta melestarikan lingkungan dan dapat menghindarkan peserta didik dari hal negatif yang merusak lingkungan.

(11)

Pembinaan karakter peduli lingkungan kepada peserta didik di SD Negeri 16 Purwodadi dimulai dari hal terkecil yakni mengajarkan peserta didik untuk membuang sampah ke dalam tempat pemilahan sampah organik dan anorganik yang telah disediakan di depan kelas, kemudian merawat tanaman dengan cara setiap harinya siswa membawa air yang dimasukkan ke dalam botol untuk menyiram tanaman yang ada di depan kelasnya. Terlihat juga ketika jeda istirahat, peserta didik membawa piring dan gelas yang ada di rak kelasnya. Piring dan gelas tersebut mereka bawa dari rumah atas himbauan dari guru dengan tujuan mengurangi sampah plastik dari kantin sehat sekolah. Guru juga memberikan teladan dalam bersikap maupun bertutur kata. Guru sebagai teladan di sekolah akan menjadi teladan bagi peserta didik baik dalam bersikap maupun bertutur kata. Apabila guru memberikan contoh yang baik, maka peserta didik juga akan melakukan sikap yang baik, begitupun sebaliknya. Meilinda, Prayitno, dan Karyanto (2017) Sikap peduli lingkungan melibatkan kesiapan untuk berperilaku terhadap lingkungan, misalnya kesiapan untuk membantu, mendukung, mendekati, dan menerima lingkungan sekitar untuk mengangkat masalah keseimbangan dalam lingkungan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah, beliau menjelaskan bahwa guru dan staf sudah sadar akan lingkungan. Mereka bekerja sama untuk menekankan kebersihan, seperti membuang sampah sesuai dengan tempatnya. Di SD Negeri 16 Purwodadi pembiasaan pembiasaan tersebut dilakukan supaya siswa sadar untuk menjaga lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian terterdapat kegiatan rutin yang diikuti oleh warga sekolah yakni jumat bersih. Kegiatan tersebut meliputi senam pagi, kemudian dilanjutkan dengan bergotong royong membersihkan halaman, membersihkan kolam ikan, menanam tanaman, merawat tanaman, serta memanen sayuran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara serta didukung oleh dokumentasi, pola pembinaan karakter peduli lingkungan yang di terapkan di SD Negeri 16 Purwodadi selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut:

1. Pengintegrasian nilai dan karakter pada pembelajaran, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tema pembelajaran telah terintegrasi dengan lingkungan, akan tetapi tidak semua kompetensi dasar dapat

(12)

diintegrasikan dengan lingkungan hidup. Seperti contoh pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada kelas II, Pengintegrasian dengan lingkungan terdapat dalam KD 3.4 indikator 3.4.5 dan 3.4.6 saja. Kemudian pada kelas 4 Tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup pengintegrasian lingkungan terdapat dalam KD 3.8 dan 4.8 saja. Pada kelas 5 Tema Lingkungan Sahabat Kita pengintegrasian lingkungan terdapat dalam indikator 3.8.1 dan 4.8.1. Adela, Sukarno, dan Mintasih (2018) pengintegrasian nilai-nilai pendidikan lingkungan di sekolah melalui berbagai indikator subjek didukung oleh pengembangan rencana pelajaran, metode seleksi, pengembangan materi pembelajaran, dan instrumen penilaian baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, tidak semua standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dapat diintegrasikan materi pendidikan lingkungan secara administratif.

2. Keteladanan guru, berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi menunjukkan bahwa guru di SD Negeri 16 Purwodadi telah sadar akan kebersihan dan pelestarian lingkungan. Guru dan kepala sekolah di SD Negeri 16 Purwodadi tidak hanya memerintah untuk melakukan kegiatan kebersihan akan tetapi juga ikut memberi contoh seperti dalam kegiatan Jumat besih atau dalam kegiatan keseharian. Sikap peduli lingkungan yang diintegrasikan guru dalam pembelajaran secara spontan, contohnya dalam pembelajaran membahas tentang sumber daya alam guru mengingatkan siswa untuk lebih bijak dalam menggunakan. Karena sumber daya alam ada yang bisa diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Fadlilah, Ngabekti, Lisdiana (2018) mengatakan bahwa peran model memiliki kontribusi yang sangat besar pada mendidik karakter oleh karena itu, peran guru dan kepala sekolah memengaruhi perilaku peserta didik. 3. Pembiasaan untuk hidup bersih dan berbudaya lingkungan, pembinaan karakter

akan lebih mudah melekat pada diri peserta didik apabila ada pembiasaan yang dilakukan berulang seperti kegiatan rutin. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pembiasaan penyiraman tanaman setiap hari oleh peserta didik, kegiatan piket kebersihan kelas, dan Jum’at bersih. Menurut Trihantoyo dan Asmi (2017) mengatakan bahwa proses pertumbuhan karakter dapat diinternalisasi oleh siswa melalui pembiasaan berulang.

(13)

4. Penciptaan suasana berkarakter, berdasarkan observasi wawancara dan didukung oleh dokumentasi SD Negeri 16 Purwodadi memiliki sarana dan prasarana ramah lingkungan sebagai penunjang program Adiwiyata. Suasana atau kondisi yang sengaja diciptakan seperti disediakannya tempat sampah yang terpilah, tersedianya tempat cuci tangan di depan setiap kelas, penyediaan toilet yang cukup, tersedianya air bersih yang cukup, ajakan untuk menghemat energi melalui kata-kata atau poster di dinding dinding ban gunan, tersedianya slogan-slogan yang berisi ajakan peduli lingkungan di majalah dinding kemudian adanya sarana parasarana ramah lingkungan yang mendukung adiwiyata itu sendiri seperti adanya gazebo, greenhouse, apotek hidup, biopori, sumur resapan di dalam lingkungan sekolah. Hal ini sejalan dengan Al Anwari (2014) yang mengatakan bahwa penciptaan kondisi yang sengaja dilakukan dalam rangka membentuk karakter peduli lingkungan di SDN Tunjungsekar 1 Malang yang meliputi penyediaan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah.

Hasil temuan di SD Negeri 16 Purwodadi diatas selaras dengan teori oleh Fitri (2012: 45) yang mengatakan bahwa pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui beberapa strategi dan pendekatan yang meliputi: a) Pengintegrasian nilai dan etika pada setiap mata pelajaran, b) Pembiasaan dan latihan, c) Pemberian contoh/teladan, d) Penciptaan suasana berkarakter di sekolah, penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Minsih (2015) bahwa strategi pembentukan karakter di SD Muhammadiyah PK Kottabarat terintegrasi ke dalam seluruh kegiatan dan kehidupan sekolah. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Al-Anwari (2014) bahwa strategi pembentukan karakter peduli lingkungan di SDN Tunjungsekar 1 Malang yakni melalui kegiatan belajar mengajar. Prasetyo dan Totok (2013) Strategi pendidikan karakter peduli lingkungan dalam keluarga di Kampung Margorukun menggunakan strategi keteladanan, pembiasaan, dan integrasi serta internalisasi.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa SD Negeri 16 Purwodadi telah menerima penghargaan sebagai sekolah Adiwiyata berbudaya dan berwawasan

(14)

lingkungan pada tahun 2015. Strategi yang digunakan dalam pembinaan karakter peduli lingkungan yakni: 1) Pengintegrasian nilai dan karakter pada pembelajaran, 2) Penanaman nilai positif yang ditanamkan oleh semua warga sekolah melalui poster ataupun melalui pesan guru dalam pembelajaran, 3) Pembiasaan untuk hidup bersih dan berbudaya lingkungan, 4) Penciptaan suasana berkarakter dalam SD Negeri 16 Purwodadi terdapat fasilitas ramah lingkungan yang menunjang pembinaan karakter peduli lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Adela, Dhea, Sukarno, dan Mintasih Indriayu (2018). Integration of Environmental Education at the Adiwiyata Program Recipient School in Growing Ecoliteracy of Students. Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 262 (https://www.atlantis-press.com/proceedings/ictte-18/25904844) Diakses pada tanggal 20 Juli 2019 Al-Anwari, Amirul Mukmin. (2014).Strategi Pembentukan Karakter Peduli

Lingkungan Sekolah Adiwiyata Mandiri. Journal of Islamic Education. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tadib/article/view/16 (Di akses tanggal11 Desember 2018.)

Andilala. 24 April 2018. Antara Kalbar. Diakses dari https://kalbar.antaranews.com/berita/361263/pembalakan-hutan-secara-liar-masih-menonjol-di-kalbar (Diakses pada tanggal 20 Juni 2019)

Daryanto dan Suryatri (2013). Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta : Penerbit Gava Media

Dyment, A. C. & Bell. (2019). Grounds for movement: green school grounds as sites for promoting physical activity. Health Education Research Volume 23, Issue 6, December 2008, Pages 952–962, (https://doi.org/10.1093/her/cym059) (Diakses pada tanggal 20 Juli 2019)

Fadlilah Umi, Sri Ngabekti dan Lisdiana (2018). The Adiwiyata School’s Role in the Development of Character Caring for the Environment: A Case Study at the Junior High School 6 Tuban. Journal of Innovatife Science Education. (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise) (Diakses pada tanggal 15 Desember 2018)

Fitri, Agus Zaenul (2012). Pendidikan Karakter berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruz Media

(15)

Kementerian Lingkungan Hidup (2011). Panduan Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan . Jakarta Timur : Asdep Urusan Penguatan Inisiatif Masyarakat Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat

Widaningsih, L. (2008). Pendidikan Lingkungan Hidup: Membelajarkan Anak pada Kearipan Alam. Jurnal Pendidikan Lingkungan Hidup, 1-8. (http://www.academia.edu/download/32372099/PLHdi_sekolah.pdf) iakses pada tanggal 20 Juli 2019

Meilinda H, Prayitno B.A, Karyanto P. (2017). Student's Environmental Literacy Profile of Adiwiyata Green School in Surakarta, Indonesia. Journal of Education and Learning. Vol. 11 (3) pp. 299 - 306. (https://www.researchgate.net/profile/Baskoro_Prayitno/publication/3242292 80) Diakses pada tanggal 20 Juni 2019

Moleong, L. J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdia Karya

Mulyana, Rachmat (2009). Penanaman Etika Lingkungan Melalui Sekolah Perduli dan Berbudaya Lingkungan. Jurnal Tabularasa PPS Unimed. Vol 6. No 2 (http://digilib.unimed.ac.id/712/) Diakses pada tanggal 12 Agustus 2019 Minsih. 2015. “ Pelaksanaan Layanan Dasar Bimbingan dalam Membentuk Karakter

Siswa di SD Muhammadiyah Program Khusus Kota Surakarta”. Profesi Pendidikan DasarVol. 2, No.2, Desember 2015 : 112-120.http://journals.ums.ac.id/index.php/ppd/article/view/1646 (Diakses pada tanggal 26 Juni 2019)

Noor, Rohinah (2012). Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di Sekolah dan Rumah. Yogyakarta: Pedagogia

Prasetiyo, Wibowo Heru dan Totok Suyanto (2013). “Strategi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan melalui Program Kampung Hijau di Kampung Margorukun Surabaya”. Kajian Moral dan Kewarganegaran,Vol 2 No

1https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-kewarganegaraa/article/view/3721 (Diakses pada tanggal 31 Maret 2019) Trihantoyo, Syunu dan Asmi Leonita Rahma (2017). Green School Program

Management in Fostering Students’ Character. Proceedings of Social Sciences, Humanities and Economics Conference (SoSHEC 2017) (https://www.atlantis-press.com/proceedings/soshec-17/25893170) Diakses pada tanggal 25 Juni 2019

(16)

Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Yaumi, M. (2014). Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi. Jakarta: Predana Media Group

Zamzam, Rohimi dan Mita Arifiah. Penerapan Program Sekolah Adiwiyata Kepada Karakter Siswa. PROSIDING Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi “Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0” Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018 ISSN : 2621 -6477 (https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SNP/article/view/2775) Diakses pada tanggal 20 Juli 2019

Referensi

Dokumen terkait

Apabila komunikator atau komunikan atau kedua-duanya (dalam situasi heteophily) mempunyai kemampuan untuk melakukan empati satu sama lain. Kemungkinan besar akan terdapat

Wirausaha sepatu di desa Jambuwok kecamatan Trowulan kabupaten Mojokerto berawal dan lahir dari peluang bisnis yang sangat bagus dan bisa bersaing dengan produk

jadi bapak Toha mengundang rosho terus munsyidnya atau vokalnya minta Habib Ja’far, karena banyak sekali munsyidnya namun bapak Toha terkesan pertama kali

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu baik berupa manusia, materi, maupun kejadian yang berfungsi sebagai alat untuk memperlancar

Limbah B3 Medis Padat adalah barang atau bahan sisa hasil kegiatan yang tidak digunakan kembali yang berpotensi terkontaminasi oleh zat yang bersifat infeksius atau kontak dengan

Da bi se implementirao sustav računovodstva okoliša trebaju se slijediti sljedeći koraci: dobivanje podrške top menadžmenta; definiranje granica sustava koji će se

Hal tersebut disebabkan oleh proses pemanggangan yang dilakukan pada suhu yang tinggi (>175°C) menyebabkan terjadinya penguapan air bebas dalam bahan baku penyusun

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas metode pembelajaran psikomotor di laboratorium dengan supervisi dari pembimbing dan mandiri terhadap kemampuan mahasiswa