• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTENSITAS PENGHINDARAN PAJAK PADA PERUSAHAAN: DAMPAK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN CORPORATE GOVERNANCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTENSITAS PENGHINDARAN PAJAK PADA PERUSAHAAN: DAMPAK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN CORPORATE GOVERNANCE"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

65

INTENSITAS PENGHINDARAN PAJAK PADA PERUSAHAAN:

DAMPAK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN

CORPORATE GOVERNANCE

1Arwaly Haifa Salsabila 2Dianwicaksih Arieftiara

3Ni Putu Eka Widiastuti

1,2,3Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia arwaly.hs@gmail.com

Abstract

The purpose of this study is examine the influence of Corporate Social Responsibility (CSR) and Corporate Governance (CG) with proxy institusional ownership and audit quality. In this research leverage and sales growth used as variabele control. The population of this research is sub-sector trade, service and investastation firms that listed in Indonesian Stock Exchange period 2016-2018. Sample selected by purposive sampling method with certain criteria and collected 172 data samples. Testing the hypothesis in this study used Multiple Linear Regression Analysis. The result of these test indicate that: there is no significant influence of corporate social responsibility on tax avoidance, institusional ownesrship there is a positive significant on tax avoidance, audit quality there is no significant on tax avoidance.

Keywords : Audit Quality; Corporate Governance; Corporate Social Responsibility; Institusional Ownership; Leverage; Tax Avoidance.

JEL Classification : H26, M14

(2)

1. PENDAHULUAN

Di Indonesia, pajak merupakan kontributor terbesar pendapatan negara. Pajak merupakan salah satu penyumbang dalam pembiayaan pembangunan negara seperti penyediaan fasilitas kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan pelayanan publik lainnya. Regulasi di Indonesia yang mengatur perpajakan di Indonesia berupaya agar potensi penerimaan pajak di Indonesia dapat dimaksimalkan. Pada APBN tahun 2017, kontribusi pajak terhadap pemasukan dan belanja negara mencapai 83% atau setara Rp 1.283,6 triliun (online-pajak.com, 2017).

Usaha untuk mengoptimalkan penerimaan dari sektor pajak di Indonesia dilakukan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pajak (Surat Direktur Jenderal Pajak No. S 14/PJ.7/2003, 2003). Ekstensifikasi dilakukan dengan cara menambah subjek pajak atau wajib pajak yang sudah memenuhi syarat namun belum mendaftar menjadi wajib pajak, sedangkan intensifikasi dilakukan dengan menambah jumlah penerimaan dari wajib pajak yang belum melakukan pembayaran pajak.

Kurangnya kepatuhan pajak menyebabkan tidak tercapainya target penerimaan pajak. Data realisasi penerimaan pajak tahun 2015-2017 belum menunjukkan pencapaian target penerimaan pajak (Tabel 1). Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa di tiga tahun terakhir (2015-2017) target penerimaan pajak rata-rata berkisar 84%.

Tabel 1

Target dan Realisasi Pajak di Indonesia

Tahun Target (Triliun) Realisasi (Triliun) %

2015 1294,26 1060,86 81,97

2016 1355,2 1069,9 78,95

2017 1283,6 1060,86 89,68

Sumber: Kementerian Keuangan (2018)

Target penerimaan pajak yang belum terealisasi terjadi karena adanya perlawanan terhadap pajak. Perlawanan terhadap pajak merupakan hambatan yang terjadi dalam pemungutan pajak yang menyebabkan berkurangnya penerimaan kas negara. Perlawanan pajak dapat bersifat aktif dan pasif. Menurut Supramono dan Damayanti (2010), perlawanan aktif merupakan perlawanan yang dapat dilihat secara nyata, yaitu dalam bentuk perlawanan secara langsung yang ditujukan kepada aparatur pajak untuk mengurangi beban pajak, sedangkan perlawanan pasif terjadi karena hambatan yang bukan berasal dari Wajib Pajak melainkan dari kondisi ekonomi sehingga menyebabkan Wajib Pajak kesulitan untuk memenuhi kewajiban perpajakan. Salah satu bentuk perlawanan aktif pajak adalah dengan melakukan tax avoidance atau penghindaran pajak. Kasus yang diambil peneliti atas penghindaran pajak terjadi pada perusahaan jasa kesehatan yang merupakan afiliasi perusahaan dari Singapura yaitu PT RNI. PT RNI diketahui telah melakukan beberapa aktivitas penghindaran pajak sehingga perusahaan tersebut sedang diperiksa oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Aktivitas penghindaran pajak yang dilakukan oleh PT RNI yaitu, modal perusahaan tersebut

(3)

bergantung terhadap utang afiliasi, padahal perusahaan tersebut telah terdaftar sebagai Perseroan Terbatas (PT). Pemilik perusahaan yang berada di Singapura memberikan modal bukan dalam bentuk penanaman modal namun berbentuk hutang. Menurut Bambang beban bunga yang muncul dari hutang yang diberikan kepada PT RNI Indonesia pada saat dibayarkan kepada pemilik di Singapura akan dianggap sebagai dividen. Perusahaan terhindar dari aktivitas penghindaran pajak karena modal yang dimasukkan sebagai hutang akan mengurangi pajak. Ditambah jika perusahaan mencatat kerugian yang besar dalam laporan keuangan, maka perusahaan dipastikan tidak wajib bayar pajak sehingga tidak ada pemasukan pajak ke negara. Laporan Keuangan PT RNI tahun 2014 terdapat hutang sebesar Rp. 20.4 miliar dengan omzet perusahaan hanya Rp. 2.178 miliar, ditambah dengan kerugian ditahan pada laporan tahunan yang sama yang bernilai Rp. 26.12 miliar (Kompas, 2016).

Beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan penghindaran pajak telah dianalisis pada penelitian sebelumnya, salah satunya adalah corporate social responsibility (CSR). Bukti empiris pengaruh CSR terhadap penghindaran pajak menunjukkan hasil yang beragam. Sandra & Anwar (2018) menemukan bahwa CSR berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, namun penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fionasari dkk. (2017) yang menemukan bahwa CSR tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi penghindaran pajak adalah Corporate Governance (CG). Pengukuran corporate governance memiliki beberapa proxy diantaranya yaitu kepemilikan institusional dan kualitas audit. Dengan adanya kepemilikan institusional di luar perusahaan dalam jumlah yang signifikan maka perusahaan akan diawasi atas setiap aktivitas dan pengambilan keputusan yang dilakukan manajemen dengan ketat oleh pihak luar (Juniarti dan Sentosa, 2009). Penelitian terdahulu mengenai kepemilikan institusional, Charisma dan Dwimulyani (2019) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap penghindaran pajak, hal tersebut berkebalikan dengan penelitian Jamei (2017) yang membuktikan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Maraya dan Yendrawati (2016) menunjukkan adanya hubungan negatif antara kualitas audit dan penghindaran pajak, namun penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandi dan Lukviarman (2016) bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Penelitian ini menggunakan pengukuran book tax difference (BTD) yang merujuk pada penelitian Arieftiara dkk. (2015) dalam mengukur penghindaran pajak. Pengukuran BTD yaitu menggunakan selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Pada penelitian sebelumnya Sandra dan Anwar (2018) dan Mulyani dkk. (2018) menggunakan pengukuran effective tax rate (ETR) dan cash ETR dalam mengukur penghindaran pajak. Pengukuran ETR menggunakan beban pajak tangguhan dan beban pajak kini (beban PPh) sesuai dengan UU PPh no 36 tahun 2008 dengan tarif 25 %, dibagi dengan laba sebelum pajak, dan untuk cash ETR dengan perhitungan menggunakan beban pajak kini (PPh terutang) dibagi dengan laba sebelum pajak. Kelemahan pengukuran ETR menurut

(4)

Dyreng dkk. (2008) tidak dapat mengukur penghindaran pajak dalam jangka panjang. Selain itu, ETR tidak dapat digunakan untuk perusahaan yang mengalami kerugian sehingga harus dikeluarkan dari observasi, namun belum tentu perusahaan rugi tersebut tidak melakukan penghindaran pajak.

Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai penghindaran pajak dan ingin mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel independen memengaruhi variabel dependen. Perusahaan yang diteliti merupakan sektor jasa yang go public di Indonesia dengan periode waktu yang diteliti yaitu tahun 2016-2018. Selain itu, masih adanya ketidakkonsistenan dari hasil penelitian sebelumnya mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Intensitas Penghindaran Pajak Pada Perusahaan : Dampak Corporate Social Responsibility dan

Corporate Governance.”

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Untuk menganalisis pengaruh CSR terhadap penghindaran pajak (2) Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap penghindaran pajak (3) Untuk menganalisis pengaruh kualitas audit terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: (1) Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, dimana terdapat perbedaan dalam penelitian terdahulu terkait pengukuran penghindaran pajak seperti Sandra dan Anwar (2018) dan Mulyani dkk. (2018). Pengukuran yang digunakan Sandra dan Anwar (2018) menggunakan effective tax rate

(ETR) sedangkan Mulyani dkk. (2018) menggunakan pengukuran menggunakan Cash

ETR (CETR), yang mana dalam penelitian ini menggunakan book tax difference (BTD) untuk mengukur penghindaran pajak (2) Manfaat Praktis yaitu bagi (a) Bagi Investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor dalam mengambil sebuah keputusan untuk melakukan investasi di suatu perusahaan dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penghindaran pajak (b) Bagi Perusahaan, bagi perusahaan diharapkan dapat sebagai pedoman terkait faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penghindaran pajak, sehingga perusahaan dapat berhati-hati dalam setiap pengambilan keputusan pajak.

2. TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) dan Teori Legitimasi

Agency theory adalah teori yang membahas tentang hubungan antara agent yaitu manajemen perusahaan dan principal atau pemegang saham. Menurut Jensen dan Mecking (1976), teori agensi yaitu persetujuan yang dilakukan oleh satu maupun beberapa principal mengenai pemberian kekuasaaan atas setiap keputusan dalam mengelola perusahaan kepada orang lain atau agent. Hubungan antara teori keagenan dan penghindaran pajak terjadi ketika pihak agent atau manajemen memiliki keinginan yang bertolak belakang dengan principal. Manajemen selaku pengelola memiliki informasi

(5)

mengenai kapasitas, lingkungan pekerjaan, serta perusahaan secara menyeluruh juga diberikan kewenangan untuk dapat mengambil keputusan.

Teori Legitimasi menjelaskan hubungan antara perusahaan yang ingin mendapatkan legitimate dari masyarakat. Deegan dkk. (2004) berpendapat bahwa dalam lingkungan tempat perusahaan beroperasi, perusahaan akan berusaha untuk melakukan aktivitas sesuai dengan norma yang berlaku pada lingkungan tersebut. Perusahaan yang menjalankan kontrak sosial dengan baik akan menambah nilai dari perusahaan tersebut dalam waktu jangka panjang. Hal tersebut didukung oleh Gray dkk. (1995) “companies use their social reports to construct themselves and their relationships with others as they strive to create and maintain the conditions for their continued profitability and growth”. Dengan kontrak sosial perusahaan mempertahankan keberadaannya dalam waktu jangka panjang.

Teori Stakeholder

Tujuan dari perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, namun bukan berarti mengabaikan pihak stakeholder. Freeman (1984) menjelaskan

stakeholder adalah pihak-pihak di dalam organisasi yang dapat terpengaruh atau mempengaruhi target organisasi. Budimanta dkk. (2008) menyebutkan bahwa

stakeholder memiliki karakteristik yaitu (1) Kekuasaan, (2) Legitimasi, dan (3) Kepentingan terhadap perusahaan.

Penghindaran Pajak

Penghindaran pajak terbagi menjadi dua yaitu tax avoidance dan tax evasion. Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan cara mengurangi pajak secara sah, sedangkan tax evasion adalah usaha mengurangi beban pajak dengan cara yang ilegal tidak sah dengan melanggar peraturan yang berlaku. Tax avoidance (penghindaran pajak) menurut Robert H. Anderson dalam Rahayu, (2010) merupakan cara yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi pajak yang masih dalam batas dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan pajak. Penghindaran pajak dikatakan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, karena strategi yang digunakan untuk menghindari pajak dilakukan dengan memanfaatkan celah-celah dalam undang-undang perpajakan dan berpengaruh terhadap penerimaan dari sektor pajak.

Corporate Social Responsibility

Corporate Social Responsibility (CSR) menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

“The continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large to improve their quality of life” WBCSD, 2005).

Dapat diartikan bahwa melalui CSR perusahaan berkomitmen untuk berkontribusi dengan lingkungan mayarakat demi meningkatkan kualitas kehidupan perusahaan.

(6)

Corporate Governance, Kepemilikan Institusional, dan Kualitas Audit

Menurut International Finance Corporation (IFC) corporate governance adalah struktur dan proses dimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan. Sementara menurut

Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI, 2001) corporate governance yaitu kumpulan peraturan yang berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan organisasi atas hak dan kewajiban terhadap pihak-pihak yang berhubungan dengan organisasi baik itu pihak internal maupun eksternal. Kualitas audit dan kepemilikan institusional adalah pihak yang independen, sehingga dapat memantau kinerja perusahaan agar dapat bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Siregar & Utama (2005) mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Dengan adanya kepemilikan institusional yang tinggi di sebuah perusahaan diharapkan dapat mengurangi perilaku opurtunistik dan penyelewengan oleh manajemen, dengan diberlakukannya monitoring

secara efektif oleh pihak institusi.

Untuk memperoleh laporan keuangan yang dapat dipercaya oleh pihak yang berkepentingan, perusahaan memerlukan auditor sebagai pihak ketiga yaitu auditor yang berkualitas agar informasi laporan keuangan yang dihasilkan sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku yaitu relevan, jelas, dan dapat dimengerti. Menurut Knechel dkk. (2007) dalam Herusetya (2009) selain ukuran KAP, spesialisasi industri juga dapat memberikan kualitas audit yang tinggi. Auditor dikatakan sebagai spesialisasi di suatu industri apabila auditor tersebut telah memiliki banyak pengalaman dalam melakukan audit pada suatu industri tertentu. Hal tersebut membuat auditor mempunyai informasi yang lebih baik dibanding dengan auditor yang bukan auditor spesialisasi.

Hipotesis Penelitian

Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Penghindaran Pajak

Berdasarkan teori stakeholder dan legitimasi perusahaan perlu memerhatikan pihak-pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Perusahaan juga harus dapat memberikan manfaat sosial agar mendapat pengakuan dari stakeholder dan perusahaan dapat tetap bertahan. Tanggung jawab sosial kepada stakeholder yaitu pemerintah dan masyarakat dilakukan dengan membayar pajak.

Penelitian Lanis & Richardson (2012) menjelaskan bahwa perusahaan yang mengungkapkan profil CSR yang unggul akan berusaha untuk menjaga mempertahankan citra perusahaan dengan mendirikan perusahaan secara bertanggung jawab, oleh karena itu perusahaan yang mengungkapkan CSR dengan baik akan berusaha untuk patuh terhadap pajak dengan berusaha untuk menghindari aktivitas penghindaran pajak yang agresif.

Hal tersebut atas dasar bahwa akan terjadi ketidakkonsistenan apabila perusahaan yang mengungkapkan CSR melakukan penghindaran pajak yang agresif. Perusahaan yang melakukan aktifitas penghindaran pajak agresif menunjukkan bahwa perusahaan tidak bertanggung jawab secara sosial. Watson (2011) berpendapat bahwa perusahaan

(7)

yang melakukan aktivitas CSR yang rendah justru cenderung untuk melakukan aktivitas penghindaran pajak yang agresif. Hal tersebut karena perusahaan tidak peduli dengan aktivitas sosial sehingga mendorong untuk dilakukannya aktivitas penghindaran pajak. Penelitian yang membuktikan CSR berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak yaitu Sandra & Anwar (2018) dan Ningrum dkk. (2018) Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : CSR Berpengaruh Negatif terhadap Penghindaran Pajak

Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Penghindaran Pajak

Menurut Teori Agensi di dalam perusahaan dapat terjadi konflik agensi akibat adanya perbedaan kepentingan antara pihak agent dan principal. Perbedaan kepentingan tersebut membutuhkan pihak luar sebagai pengawas untuk mencegah konflik tersebut. Jensen & Meckling (1976) menjelaskan bahwa kepemilikan institusional dapat meminimalisir konflik antara principal dan agent. Peran investor institusional sebagai pihak yang memonitoring setiap keputusan yang diambil oleh manajemen termasuk keputusan mengenai perpajakan.

Menurut Sandy & Lukviarman (2015) kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki institusi lain maupun pemerintah. Besar atau kecilnya persentase kepemilikan institusional dapat mempengaruhi aktivitas penghindaran pajak. Semakin besar persentase kepemilikan saham jangka pendek (short-term Shareholder) institusional maka dapat menaikkan aktivitas penghindaran pajak. Sebaliknya semakin besar persentase saham jangka panjang (long-term Shareholder) institusional maka dapat menurunkan aktivitas penghindaran pajak. Semakin besar saham institusi maka kinerja manajemen perusahaan akan diawasi dan dipengaruhi oleh investor tersebut. Manfaat dari pengawasan tersebut dapat mendorong manajemen untuk meminimalkan aktivitas penghindaran pajak yang agresif. Penelitian yang membuktikan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak yaitu Charisma dan Dwimulyani (2019) dan Wijayani (2019). Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Kepemilikan Institusional Berpengaruh Negatif terhadap Penghindaran Pajak

Pengaruh Kualitas Audit dan Penghindaran Pajak

Teori Agensi menjelaskan hubungan dan konflik antara pihak agent dan principal. Hubungan agent dan principal terjadi saat principal memberikan delegasi kepada agent

atau manajemen untuk mengelola perusahaan. Konflik antara principal dan agent muncul ketika terdapat asimetri informasi dimana pihak manajemen sebagai pengelola mengetahui informasi lebih banyak dibandingkan agent. Hal tersebut menimbulkan biaya keagenan yang dikeluarkan oleh pihak principal sebagai bentuk pengawasan kepada pihak agent atau manajemen. Salah satu biaya keagenan yang dikeluarkan oleh principal

untuk mengurangi asemetri informasi adalah biaya monitoring, contohnya yaitu mengeluarkan biaya untuk audit. Principal dalam mengeluarkan biaya untuk audit menginginkan auditor yang yang berkualitas yaitu yang memiliki independensi yang

(8)

tinggi. Auditor yang memiliki independensi yang tinggi diasumsikan auditor yang memiliki pengalaman dan informasi yang memadai dalam industri tertentu.

Menurut Owhoso dkk. (2002) dalam Herusetya (2009) diantara auditor spesialisasi industri dan auditor bukan spesialisasi industri dalam mendeteksi kesalahan, auditor dengan spesialisasi industri lebih baik dalam menemukan kesalahan. Hal tersebut menjadikan apabila suatu perusahaan diaudit dengan spesialisasi indutri akan terjaga kualitas laporan keuangannya dari aktivitas penghindaran pajak yang terlalu agresif, karena dapat dideteksi apabila terdapat kejanggalan, sehingga dapat terhindar dari aktivitas penghindaran pajak yang terlalu agresif.

Hal tersebut didukung oleh penelitian Khairunisa dkk. (2017) bahwa auditor spesialisasi industri dari KAP yang menghasilkan kualitas audit yang baik berusaha untuk menghindari kecurangan dan tuntutan hukum sehingga perusahaan diyakini tidak melakukan penghindaran pajak yang agresif apabila menggunakan kualitas audit yang baik. Penelitian yang membuktikan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak yaitu Sandi dan Lukviarman (2016) dan Widyari dan Rasmini (2019). Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Kualitas Audit Berpengaruh Negatif terhadap Penghindaran Pajak

3. METODOLOGI Rancangan Penelitian

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel independen yaitu CSR (X1), kepemilikan institusional (X2), dan kualitas audit (X3) terhadap penghindaran pajak (Y). Persamaan regresi linier berganda dengan menggunakan 3 (tiga) variabel independen, dan 2 (dua) variabel pengendali. Variabel pengendali dalam penelitian ini yaitu leverage dan sales growth. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data perusahaan jasa sektor perdagangan, jasa dan investasi (Trade Service and Investment) periode 3 tahun yaitu dari tahun 2016-2018 dengan jumlah 172. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam menentukan kriteria sampel.

Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan terdiri dari variabel dependen, independen dan variabel pengendali. Variabel dependen yaitu penghindaran pajak, variabel independen yaitu CSR, kepemilikan institusional dan kualitas audit dan variabel pengendali yaitu leverage

(9)

Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah pengukuran penghindaran pajak dengan perhitungan Book Tax Difference (BTD) mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu Arieftiara dkk. (2015). Semakin besar nilai BTD maka menunjukkan semakin besar tingkat penghindaran pajak yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Pengukuran BTD diukur dengan rumus sebagai berikut :

Variabel Independen

Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Prince of Wales International Business Leader Forum CSR dilakukan dengan dasar bahwa perusahaan bukan hanya mencari keuntungan namun juga berusaha untuk memberdayakan lingkungan di sekitar perusahaan. CSR diukur menggunakan standar yang diterapkan GRI (Global Reporting Initiative) G4 dengan melakukan check list terhadap setiap item yang diungkapkan. Pengungkapan GRI G4 memuat 91 item. Setiap item yang diungkapkan akan diberi nilai 1 dan tidak diungkapkan diberi nilai 0 pada daftar checklist. Nilai CSR adalah persentase jumlah pernyataan CSR sebuah perusahaan terhadap total nilai GRI G4

Kepemilikan Institusional

Menurut Susiana dan Herawaty (2007) kepemilikan institusional dapat diukur dengan besarnya persentase saham institusi adalah penjualan persentase saham perusahaan institusi atau lembaga baik yang berada di dalam atau di luar negeri dari seluruh jumlah saham perusahaan

Kualitas Audit

Kualitas audit yaitu kemungkinan terjadinya pelanggaran dalam sistem akuntansi klien, lalu ditemukan dan dilaporkan oleh auditor (Tandiontong, 2016). Pengukuran kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan spesialisasi industri (SPECC) diukur dengan menggunakan market share dari total aset dan jumlah klien perusahaan yang diaudit KAP pada industri tertentu (Gul dkk., 2009). KAP dikatakan spesialis apabila menguasai 10% market share. Variabel diukur menggunakan variabel dummy. Jika KAP menguasai 10% market share maka diberi nilai 1 dan dikatakan spesialis, sedangkan apabila ≤ 10% maka diberi nilai 0.

𝐵𝑇𝐷𝑖𝑡 = BIit − 𝐶𝑇𝐸𝑖𝑡 𝑆𝑇𝑅𝑡 SPECC𝑖𝑡= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑙𝑖𝑒𝑛 𝐾𝐴𝑃 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑡𝑠𝑟𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑒𝑚𝑖𝑡𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑡𝑟𝑖 𝑥 𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑘𝑙𝑖𝑒𝑛 𝐾𝐴𝑃 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖 𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑒𝑚𝑖𝑡𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖

(10)

Varabel Kontrol

Leverage

Menurut Kasmir (2015) leverage merupakan penilaian seberapa besar aktiva suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Dalam penelitian ini leverage diukur dengan membagi total kewajiban perusahaan dengan total modal yang dimiliki perusahaan. Rasio leverage

yang semakin besar maka peluang aset yang dibayarkan oleh hutang semakin besar.

Sales Growth

Menurut Nasehah dan Widyarti (2012), pertumbuhan sebuah perusahaan yaitu ketika perusahaan mampu mempertahankan posisi usahanya dalam perkembangan ekonomi dan industri di dalam perekonomian dimana perusahaan beroperasi. Sales growth mengukur sejauh mana perusahaan mampu untuk meningkatkan penjualannya dengan total penjualan secara keseluruhan. Sales growth atau pertumbuhan penjualan dihitung dengan total penjualan tahun sekarang dikurangi total penjualan tahun sebelumnya dibagi dengan total penjualan tahun sebelumnya.

Populasi dan Sampel

Perusahaan jasa adalah badan usaha (perusahaan) yang aktivitasnya menghasilkan produk yang tidak tampak (jasa), yang bertujuan untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Perusahaan jasa yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu Industri Property dan Real Estate, Industri Utilitas dan Transportasi, Industri Keuangan, dan Industri Perdagangan, Jasa dan Investasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data perusahaan jasa sektor perdagangan, jasa dan investasi (Trade Service and Investment) periode 3 tahun yaitu sejak tahun 2016-2018 dengan jumlah 172 sampel, dari populasi sebanyak 155 perusahaan jasa sektor perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun dan dikurangi beberapa sampel yang tidak memenuhi kriteria 86 perusahaan serta data outlier sebanyak 35 sampel. Data diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam menentukan kriteria sampel.

Metode Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan menguji hipotesis sehinga metode analisis yang digunakan adalah dengan melakukan pengujian atas kualitas data dengan melakukan pengujian normalitas data, heterokedasitas, multikoleralitas, autokorelasi serta uji kualitas dari model penelitian dengan memperhatikan adjusted R2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi linier berganda. Model regresi linier berganda pada penelitian ini adalah

(11)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif

Data penelitian ini juga dihasilkan dalam bentuk statistik deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran data secara umum. Data akan diuji dalam bentuk uji pengaruh untuk melihat pengaruh model regresi. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 25 diperoleh nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi untuk variabel penelitian sebagai berikut:

Tabel 2 Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation

BTD 172 -0.393 0.059 -0.01193 0.0411733 CSR 172 0.00 0.264 0.111680 0.0518953 INST 172 0.200 1.00 0.7496 0.1945521 SPECC 172 0 1 0.54 0.500 LEV 172 0.080 1.923 0.48383 0.2307188 SG 172 -0.569 1,302 1.11272 0.2219072

Sumber : data diolah SPSS v25 (2019)

Nilai rata-rata (mean) penghindaran pajak adalah sebesar -0.01193. Artinya rata perusahaan sampel memiliki nilai BI (Before Income) atau laba sebelum pajak lebih kecil dibandingkan laba kena pajak sehingga BTD bernilai negatif, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan pada penelitian ini tidak melakukan aktivitas penghindaran pajak yang tinggi. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian melakukan pengungkapan CSR rata-rata sebanyak 11 item dari 91 item pada laporan tahunannya. Artinya pada penelitian ini perusahaan sektor perdagangan, jasa dan investasi rata-rata tidak melakukan CSR, yang mana dilihat dari pengungkapan CSR yang masih dibawah 50% dari total pengungkapan CSR. Nilai rata-rata (mean) kepemilikan institusional adalah sebesar 0.7496 atau 75%. Artinya jumlah kepemilikan saham institusional sektor perdagangan, jasa dan investasi rata-rata berjumlah 75% dari seluruh saham perusahaan. Nilai rata-rata kualitas audit pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan standar deviasinya, maka tidak terjadi simpangan baku yang melebihi rata-rata, sehingga data kualitas audit terbilang bagus.

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Nilai signifikansi pada uji kolmogrov smirnov yaitu 0.057 lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima sedangkan Ha ditolak, artinya data residual dalam penelitian ini berdistribusi secara normal yang berarti data telah memenuhi asumsi normalitas.

Uji Multikolonieritas

Besaran korelasi antara variabel independen, diketahui variabel kualitas audit memiliki korelasi tertinggi dengan variabel kepemilikan institusional dengan tingkat

(12)

korelasi sebesar -0.201 atau sekitar 20.1%. Menurut Ghozali (2018 hlm. 109) hasil korelasi atau hubungan antar variabel independen yang masih berada dibawah 95%, kesimpulannya adalah tidak terdapat multikolonieritas yang serius.Uji multikolonieritas juga dapat dilihat melalui nilai VIF.Pada penelitian ini tiap-tiap variabel bebas memiliki nilai Tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF hitung ≤ 10. Maka disimpulkan bahwa seluruh

variabel dalam penelitian tidak mengalami multikolonieritas atau dapat dikatakan bahwa variabel CSR, kepemilikan institusional, kualitas audit, leverage dan sales growth tidak saling berhubungan dan tidak memiliki keterkaitan satu sama lain.

Uji Autokorelasi

Nilai Durbin Watson (D-W) 1.945. Jumlah data (n) sebanyak 172 dan jumlah variabel (k) sebanyak 5. Berdasarkan tabel D-W dengan (n)=172 dan (k)=5, maka ditemukan batas bawah yaitu 1.6912 (dL) dan batas atas (dU) sebesar 1.8107, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1.945 lebih besar dari batas atas (dU) 1.8107 dan kurang dari 4-dL (4-1.6912) sebesar 2.3088. Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima untuk Model 1 dan Model 2 karena sesuai kriteria du<dw<4-dl.

Uji Heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini, heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan Uji White.

Menurut Ghazali (2018) uji white diuji dengan meregres residual kuadrat (U2t) dengan variabel independen, variabel independen kuadrat dan perkalian (interaksi) variabel independen dengan ketentuan jika c2 hitung < c2 tabel, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Adapun hasil yang diperoleh menujukkan bahwa c2 hitung sebesar 5.16 diperoleh dari c2=n×R2 dimana n=172 dan R2= 0.030. Hal ini menunjukkan tidak terjadi heteroskedastisitas karena memenuhi asumsi c2 hitung < c2 tabel.

Uji Hipotesis (Uji t)

Tabel 3 Hasil Uji Hipotesis

Variabel B

BTDit=α+ꞵ1CSR+

ꞵ2INST+ꞵ3SPECC+ ꞵ4LEV+ꞵ5SG Kesimpulan

t Sig Konstanta -.020 -1.765 0.079 CSR .062 1.400 0.163 H1 Ditolak INST .032 2.729 0.007 H2 Diterima SPECC .007 1.566 0.119 H3 Ditolak LEV -.053 -5.370 0.000 SG .003 0.271 0.787 F-Sig 0.00 Adjusted R2 0.194

(13)

Keterangan :

CSRI = pengungkapan item GRI-G4 perusahaan i pada tahun t

INST = persentase jumlah saham institusional dan saham beredar perusahaan i tahun t SPECC= dummy variable, di mana “1” untuk auditor dengan spesialisasi industri dengan

market share≥ 10%, dan “0” untuk ≤ 10%

LEV = hutang perusahaan i pada tahun t

SG = pertumbuhan penjualan perusahaan i pada tahun t

Adapun cara mencari ttabel dengan menggunakan rumus (df = n – k – 1 ). (n=172) (k=5) dengan taraf signifikan (α = 0,05) maka (df= 172-3-1=168), maka ditemukan hasil dari tabel t yaitu 1.9742 untuk Model 1 dan df= 172-5-1=166 yaitu 1.9744.

Uji Kesesuaian Model

Berdasarkan tabel 3, nilai Adjusted R Square (R2) yaitu sebesar 0.194. Hal tersebut menjelaskan bahwa 19.4% variasi penghindaran pajak dapat dijabarkan oleh corporate social responsibility dan corporate governance dan selebihnya 80.6% dijabarkan oleh akibat-akibat diluar variabel yang diteliti.

Nilai F- signifikan yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu 0.00 menunjukkan bahwa 0.00<0.05 maka dapat diartikan bahwa variabel independen pada penelitian ini memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen atau penghindaran pajak, oleh karena itu model penelitian sudah sesuai.

Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap penghindaran Pajak

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Penyebab tidak signifikannya variabel CSR dan penghindaran pajak karena pengungkapan CSR pada penelitian ini yaitu perusahaan jasa dengan sektor perdagangan, jasa dan investasi sedikit dalam mengungkapakan item CSR dikarenakan bagi sektor ini pengungkapan CSR masih bersifat voluntary (sukarela), hal tersebut diketahui bahwa rata-rata pengungkapan CSR adalah 11 item, dan pengungkapan maksimum CSR yaitu sebanyak 26 item, yang mana pengungkapan tersebut masih dibawah 50% dari pengungkapan 91 item CSR. Kondisi ini tidak cukup kuat membuat manajer untuk melakukan penghindaran pajak. Selain bersifat voluntary, rendahnya pengungkapan CSR bagi sektor jasa dikarenakan perusahaan jasa merupakan perusahaan yang sedikit menghasilkan dampak buruk bagi pencemaran lingkungan dan keberlanjutan kehidupan masyarakat sekitar, contohnya adalah perusahaan investasi. Perusahaan jasa merupakan perusahaan yang memberikan manfaat kepada masyarakat, contohnya adalah perusahaan jasa rumah sakit. Penelitian mengenai pengaruh CSR terhadap penghindaran pajak menggunakan dua teori pendukung yaitu teori stakeholder

dan teori legitimasi. Teori ini berlaku apabila ditemukan adanya pengaruh negatif antara CSR dan penghindaran pajak, yaitu ketika perusahaan harus memperhatikan pihak-pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perusahaan dan dapat memberikan manfaat sosial agar perusahaan mendapat pengakuan dan dapat bertahan. Namun penelitian ini

(14)

memiliki hasil tidak signifikan yang artinya kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan tidak mempengaruhi indikasi tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini menolak penelitian Lanis dan Richardson (2012) yang menjelaskan bahwa CSR memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Penghindaran Pajak

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap penghindaran pajak. Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap penghindaran pajak menggunakan teori agensi. Teori ini menjelaskan bahwa dalam perusahaan terdapat hubungan antara principal dan agent, yaitu ketika pihak principal memberikan delegasi kepada agent untuk mengelola perusahaan. Teori ini juga menjelaskan bahwa hubungan principal dan agent akan menimbulkan konflik akibat adanya keterbatasan principal dalam memonitor aktivitas yang dilakukan oleh pihak agent, apakah sesuai dengan keinginan principal atau tidak. Hal tersebut menunjukkan dibutuhkannya pihak luar sebagai pengawas untuk mencegah konflik tersebut. Menurut Jensen & Meckling (1976) kepemilikan institusional dapat berperan sebagai pihak yang dapat meminimalisir konflik antar principal dan agent.

Namun hasil penelitian dari Khurana dan Moser (2009) menunjukkan perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar lebih agresif terhadap pajak. Hal tersebut didukung pernyataan Dewi dan Jati (2014) mengatakan bahwa manajemen dapat mengambil keputusan mengenai kebijakan aktivitas pajak yang agresif akibat adanya tekanan yang diperoleh dari pihak investor institusional. Tekanan tersebut bertujuan untuk memaksimalkan laba untuk investor institusional. Sehingga besar dan kecilnya persentase kepemilikan institusional dapat mempengaruhi kebijakan agresifitas pajak atau penghindaran pajak didalam perusahaan.

Artinya pihak investor institusional dapat menekan perusahaan untuk melakukan aktivitas penghindaran pajak. Sehingga besar dan kecilnya persentase kepemilikan institusional dapat mempengaruhi kebijakan agresifitas pajak atau penghindaran pajak didalam perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ngadiman & Puspitasari (2014) dan Mulyani dkk. (2018) yang menjabarkanbahwa terdapat pengaruh positif antara kepemilikan institusional dan penghindaran pajak.

Pengaruh Kualitas Audit terhadap Penghindaran Pajak

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kualitas audit dengan spesialisasi industri tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Artinya bahwa spesialisasi industri yang dimilki auditor dalam melaksanakan audit perusahaan jasa tidak mampu mempengaruhi intensitas manajer dalam menghindari pajak. Kualitas audit dengan spesialisasi industri tidak dapat mengurangi aktivitas penghindaran pajak. Hal tersebut karena perusahaan yang diaudit oleh KAP dengan spesialisasi industri tidak terbukti dapat membatasi perilaku manajemen dalam melakukan aktivitas penghindaran pajak di dalam perusahaan. Spesialisasi audit lebih berkontribusi kepada penentuan kualitas laporan keuangan. Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit terhadap penghindaran pajak

(15)

menggunakan teori agensi. Teori ini berlaku apabila ditemukan adanya pengaruh negatif antara kualitas audit dan penghindaran pajak. Hal ini terjadi ketika pihak principle

memberikan delegasi kepada pihak agent namun terjadi asimetri informasi, yaitu pihak

agent lebih memiliki informasi yang lebih baik mengenai perusahaan dibandingkan dengan pihak principle, sehingga munculnya biaya agensi yang salah satunya adalah biaya audit. Namun penelitian ini memiliki hasil tidak signifikan yang artinya kualitas audit dengan spesialisasi industri yang dilakukan perusahaan tidak mempengaruhi indikasi tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini menolak penelitian Khairunisa dkk. (2017).

Analisis Hasil Pengaruh Variabel Kontrol terhadap Penghindaran Pajak

Hasil uji regresi linear berganda menjelaskan bahwa leverage sebagai variabel kontrol berpengaruh signifikan negatif terhadap penghindaran pajak. Perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi akan memiliki beban bunga yang besar. Beban bunga dapat menjadi pengurang laba tahun berjalan yang dapat berdampak pada beban pajak penghasilan tahun berjalan perusahaan. Hal tersebut menjadi salah satu alasan perusahaan melakukan penghindaran pajak. Namun menurut Hardinata dan Tjaraka (2013) beban bunga yang ditanggung perusahaan dapat berpengaruh positif bagi peningkatan kepatuhan pajak perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi karena perusahaan debitur akan berusaha untuk menampilkan kinerja yang baik dengan menjaga stabilitas laba periode berjalan untuk menutup beban bunga yang dibayarkan, karena hasil kinerja perusahaan berupa laba akan berpengaruh terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan perusahaan. Berdasarkan data penelitian terkait dengan leverage dan penghindaran pajak, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi leverage, maka dapat menurunkan aktivitas penghindaran pajak.

Hasil uji regresi linear berganda menjelaskan bahwa sales growth tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan data penelitian terkait dengan

sales growth dan penghindaran pajak, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi sales growth maka semakin tinggi beban pajak yang harus ditanggung perusahaan, sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan aktivitas penghindaran pajak untuk mengurangi beban pajak perusahaan tidak terbukti. Artinya variabel sales growth bukan merupakan variabel yang dijadikan perusahaan untuk aktivitas penghindaran pajak.

5. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas penelitian ini hanya dapat membuktikan 1 (satu) hipotesa yaitu Corporate Governance dengan proxy kepemilikan institusional pada berpengaruh signifikan positif terhadap penghindaran pajak. sedangkan 2 (dua) hipotesis lainnya tidak berhasil dibuktikan dalam penelitian ini, yaitu pengaruh Coorporate Social Responsibility (CSR) dan Kualitas Audit terhadap pernghindaran pajak.

(16)

Implikasi

Hasil penelitian ini memiliki implikasi bahwa corporate social responsibility

bukan menjadi hal utama dalam aktivitas penghindaran pajak. Kepemilikan institusional mampu meningkatkan aktivitas penghindaran pajak. Investor diharapkan dapat berperan sebagai pengawas ketika manajer mengambil keputusan, khususnya mengenai perpajakan dan bukan sebagai pihak yang memaksa agar dilakukannya penghindaran pajak yang agresif. Perusahaan diharapkan dapat mengambil keputusan tanpa paksaan dari pihak investor yang dapat menyebabkan perusahaan melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku khususnya yaitu melakukan penghindaran pajak yang terlalu agresif. Kualitas audit dengan spesialisasi industri bukan menjadi hal utama dalam aktivitas penghindaran pajak.

Saran

Beberapa keterbatasan penelitian yang mempengaruhi hasil penelitian ini pada ukuran CSR dengan sesuai GRI-G4 yaitu dengan menghitung berapa item yang diungkapkan perusahaan pada laporan tahunan, oleh karena pembuatan laporan CSR ini masih bersifat voluntary, maka mayoritas perusahaan sekarang belum mengungkapkan secara detail. Hal ini bukan menjadi pertanda bahwa perusahaan tidak melakukan aktivitas CSR karena jika dilihat perusahaan tersebut memiliki biaya CSR dengan jumlah besar namun sedikit dalam pengungkapan item GRI-G4. Berdasarkan keterbatasan tersebut, maka saran penelitian selanjutnya adalah mengukur CSR dapat dengan menggunakan biaya CSR. Hal tersebut untuk mengaetahui besaran pengungkapan CSR yang sesungguhnya, kemudian sampel perusahaan yang digunakan adalah perusahaan yang memberikan dampak lingkungan kepada masyarakat, sehingga dapat menggambarkan pengungkapan CSR yang sesungguhnya, contohnya adalah perusahaan manufaktur.

DAFTAR PUSTAKA

Arieftiara, D., Utama, S., Wardhani, R., and Rahayu, N. (2015). Analisis Pengaruh Strategi Bisnis terhadap Penghindaran Pajak, Bukti Empiris di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi XVIII, Medan.

Budimanta, A., Adi, P., dan Bambang, R. (2008). Corporate Social Responsibility Alternatif Bagi Pembangunan Indonesia, (2nd Edition). Jakarta, ICSD.

Charisma, R, B., and Dwimulyani S. (2019). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Tindakan Penghindaran Pajak Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating. Prosiding Seminar Nasional Pakar Ke-2 Tahun 2019. ISSN: 2615-2584

Deegan, C. (2004). Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company: Sydney. Dewi, N, N, K., and Jati, I, K. (2014). Pengaruh Krakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, Dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Tax Avoidance Di Bursa Efek Indonesia, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, ISSN: 2302-8556.

(17)

Dyreng, S., Hanlon, M., and Maydew, E. (2008). Long Run Corporate Tax Avoidance, The Accounting Review, Vol. 831, 61-82.

Environics International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader Forum (London). (1999). The Millenium Poll on CSR.

Fionasari, D.,Savitri, E., and Andreas. (2017). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas Pajak (Studi Pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia), Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017: 95-105 ISSN 1907-364X, https://doi.org/10.31258/sorot.12.2.4557

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). (2001). Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance): Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan),Jilid 1 Edisi 3, Jakarta.

Freeman, R, E. (1984). Strategic Management: A Stakeholder Approach , Boston, MA: Pitman.

Ghozali, I. (2018). Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25 Update PLS Regresi, Edisi 9, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Gray, R., Kouhy, R., and Lavers, S. (1995). Corporate Social and Environtmental Reporting a Review of the Literature and Longitudinal Study of UK Disclosure.

Accounting, Auditing Accountability Journal.

Gul., Ferdinand, A., Fung, S, Y, K,.and Jaggi, B. (2009). Earning Quality: Some Evidence on The Role of Auditor Tenure and Auditors’s Industry Expertise. Journal of Accounting and Economics.

Hardinata, O, S., and Tjaraka, H. (2013). Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Aggressiveness Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XX11(3)

Herusetya, A. (2009). Pengaruh Ukuran Auditor Dan Spesialisai Auditor Terhadap Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.6, No1, hal 46-70.

Https://money.kompas.com/read/2016/04/06/203829826/Terkuak.Modus.Penghindaran. Pajak.Perusahaan.Jasa.Kesehatan.Asal.Singapura (Diakses pada 25 Januari 2019) Jamei, R. (2017). Tax Avoidance And Corporate Governance Mechanism: Evidence

From Tehran Stock Exchange. International Journal of Economics and Financial Issue, Vol 7 7(4), 638-644 issn: 2146-4138

Jensen, M, C., and Meckling, W, H. (1976). The Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial and Economics, 3;305-360.

Juniarti and Sentosa, A, A. (2009). Pengaruh Good Corporate Governance, Voluntary Disclosure Terhadap Biaya Hutang (Costs Of Debt). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 11 No. 2.

Kasmir. (2015). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, ISBN 978-979-769-216-2. Khairunisa, K., Hapsari, D, W., and Aminah, W. (2017). Pengaruh Kualitas Audit,

Corporate Social Responsibility Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer (JRAK). Volume 9, No 1, April 2017, Hal. 36-43.

Khurana, I, K., and Moser, W. (2009). Instutusional Ownership And Tax Aggressiveness. SSRN Electronic Journal, DOI: 12.2139/ssrn.1464106

Kotler, P., & Lee, N. (2005). Corporate Social Responsibilit: Doing the Most Good for Your Company and Your Cause,ISBN: 0-471-47611-0

(18)

Lanis, R., and Richardson, G. (2012). Corporate Social Responsibility and Tax Aggressiveness an Empirical Analysis, J. Account Public Policy.

Maraya, A, D., and Yendrawati, R. (2016). Pengaruh Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Tax Avoidance. Naskah Publikasi.

Mulyani, S., Wijayanti, A., and Masitoh, E. (2018). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance (Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI), Jurnal Riset dan Bisnis Airlangga, Vol. 3, No. 1.

Nasehah, D., dan Widyarti E, T. (2012). Analisis Pengaruh ROE, DER, DPR, Growth, dan Firm Size Terhadap Price to Book Value (PBV), Diponegoro Journal of Management, Vol. 1, No. 1.

Ngadiman., and Puspitasari, C. (2014). Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal Akuntansi, Vol XVIII, No 03.

Ningrum, K., Suprapti, E., and Anwar, A, S, H. (2018). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Tax Avoidance Dengan Gender Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang TerdaftarcDi Bursa Efek Indonesia Tahun 2016). Jurnal Balance, Vol.XV No. 1.2018

Nugrahanti, ,Y., and Darsono. (2014). Pengaruh Audit Tenure, Spesialisasi Kantor Akuntan Publik Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit. Diponegoro Journal of Accounting, Vol.03, No. 03, ISSN: 2337-3806.

Rahayu, S, K. (2010). Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sandra, M, Y, D., and Anwar, A, S, H. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Dan Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI). Jurnal Akademi Akuntansi 2018, Vo.1 No.1.

Sandy, S., and Lukviarman, N. (2016). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur, JAAI Vol. 19, No. 2. Siahaan, S. (2017). Fungsi Pajak Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara,

http://online.pajak.com (Diakses 25 Januari 2019)

Siregar, S, V, N, P., and Utama, S, U. (2005). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). SNA VIII, Solo

Supramono & Damayanti, T, W. (2010). Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan,Jakarta

Surat Direktur Jenderal Pajak No. S-14/PJ.7/2003

Susiana., and Herawaty, A. (2007). Analisis Pengaruh Indepedensi, Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan. SNA, X, Unhas Makasar.

Tandiontong, M. (2016). Kualitas Audit dan Pengukurannya. ISBN.979-3576-09-9. Bandung

Watson, L. (2011). Corporate Social Responsibility and Tax Aggressiveness: An Examination of Unrecognized Tax Benefits, Working Paper.

Widyari, N, Y, A., and Rasmini, N, K. (2019). Pengaruh Kualitas Audit, Size, Leverage, Dan Kepemilikan Keluarga Pada Agresivitas Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 27. 1. April, 2019

(19)

Wijayani, D, R. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, Corporate Governance, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak Di Indonesia (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014). Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis (JDEB), Vol. 13 No. 2

World Business Council for Sustainable Development (WBSCD). (2005). Corporate Social Responsibility.

(20)

Gambar

Tabel 2  Statistik Deskriptif
Tabel 3  Hasil Uji Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

a) Handout, yaitu bahan tertulis yang disiapkan guru untuk memperkaya pengetahuan siswa. Handout dapat diambil dari beberapa literatur yang relevan dengan materi

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan setelah event Januari Effect hanya pada perusahaan

Jika suasana tempat yang diperlihatkan oleh eksterior, general interior, store lay out dan interior display semakin baik dan sesuai dengan harapan konsumen, ditambah juga

Kalo ada produk baru dari masjid, speaker buat masjid, jadi yang kita undang orang-orang masjid kayak pengurus-pengurus masjid gitu.. Terus kalo TOA mengadakan

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan pengetahuan gizi prakonsepsi dan tingkat konsumsi energi

Hasil tidak adanya pengaruh positif kelas ibu hamil dengan sikap ibu hamil tentang ASI ekskiusif bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya faktor kualitas kelas ibu

DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KB LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN