LEANING (BELAJAR) HUMAN COMPUTER INTERACTION
Dony Ariyus, Sudarmawan, Jurusan Teknik Informatika, STMIK AMIKOM Yogyakarta,
Jl. Ring Road Utara, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta - Indonesia
Salah satu untuk meningkatkan memori jangka panjang adalah dengan belajar, manusia bisa pintar dan
memiliki informasi dengan mempelajari sesuatu yang tidak mereka ketahui. Setelah mempelajari sesuatu,
secara bertahap informasi yang ada akan disimpan di dalam memori jangka panjang, sebagai contoh sejak
kecil kita belajar membaca, kaedah-kaedah tata bahasa dan bagaimana mengucapkannya, sampai kita
dewasa masih bisa kita ingat.
Semua yang dipelajari akan diproses di dalam memori apakah akan disimpan di dalam memori jangka
panjang atau tidak, itu tergantung dari metode dan cara informasi tersebut di proses. Untuk mendapatkan
cara belajar yang efektif, dan berapa persen informasi disimpan di dalam memori jangka panjang coba
perhatikan gambar di bawah ini:
Piramid Pembelajaran
Piramida pembeljaran di atas, orang yang mengajarkan orang lain atau pengguna yang ahli menempati
peringkat pertama yaitu 90% bisa menetap didalam memori manusia, sedangkan apa yang kita pelajari
disekolah hanya bisa direkam oleh memori sekitar 5% dari dari semua informasi yang disampaikan oleh
guru, dosen atau staff pengajar.
Sedangkan ‘practice by doing’ memprakterkan semua inforamasi yang diterima juga bisa direkam oleh
memori sekitar 75% dari total informasi. Semua informasi yang kita terima setiap hari baik dari
pendidikan formal ataupun tidak, tidak semuanya bisa menetap didalam memori, oleh karena itu taktik
dan startegi belajar seharusnya perlu diperhatikan dengan baik, mengapa kita bisa membaca dan menulis?
Tentu karena kita mempelajarinya, dan selalu mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
sampai saat ini kita tidak lupa dengan pelajaran tersebut. Bagaimana dengan informasi lain? Apakah kita
juga melakukan hal yang sama?
Thinking (Berpikir)
Berpikir merupakan sesuatu yang dimiliki manusia untuk membedakan informasi, menyelesaikan
masalah, dan mempertimbangkan, dengan kata lain berpikir merupakan suatu representasi pengetahuan
Logika adalah bentuk representasi pengetahuan, pada dasarnya proses logika adalah proses membentuk
kesimpulan atau menarik suatu inferensi berdasarkan fakta yang talah ada. Input dari proses logika berupa
premis atau fakta-fakta yang diakui kebenarannya sehingga dengan melakukan penalaran pada proses
logika dapat dibentuk suatu inferensi atau kesimpulan yang benar pula.
Proses Logika Input Fakta Premis Output Inferensi konklusi
Proses Logika
Ada tiga macam penalaran yang dapat dilakukan untuk mendapatkan konklusi
1.
Penalaran deduktif : penalaran dimulai dari prisip umum untuk mendapatkan konklusi yang lebih
khusus contoh :
Premis mayor: Pak pos datang hari senin sampai jum’at
Premis Minor: Hari ini hari minggu
Konklusi : Pak pos tidak akan datang hari ini
2.
Penalaran induktif: penalaran dimulai dari fakta-fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan
umum atau generalisasi fakta yang terlihat untuk fakta yang belum terlihat contoh :
a.
Contoh (a)
Premis : Semua burung yang dilihat memiliki sayap
Konklusi
: Oleh karena itu semua burung memiliki sayap
b.
Contoh (b)
Premis a
: Aljabar adalah pelajaran yang sulit
Premis b
: Gemoetri adalah pelajaran yang sulit
Premis c
: Kalkulus adalah pelajaran yang sulit
Konklusi
: Jadi matematika adalah pelajaran yang sulit
Pada penalaran induktif, munculnya fakta baru bisa menakibatkan gugurnya konklusi yang sudah
diperoleh contoh: ”matematika adalah pelajaran yang sulit” akan gugur jika ada fakta baru seperti
”optika adalah pelajaran yang sulit” karena optika bukan bagian dari matematika, sehingga
apabila menggunakan penalaran induktif, sangat mungkin adanya ketidakpastian
3.
Penalaran abductive : penalaran dimulai dari penyebab dari fakta-fakta sehingga mendapatkan
kesimpulan contoh:
a.
Contoh (a)
Premis
: John sakit kepala setiap sudah ujian
ujian
b.
Contoh (b)
Premis
: Chevin menangis setiap lapar
Konklusi
: setiap chevin nangis pasti chevin lapar
Menggunakan Penalaran abductive sangat mungkin terjadi ketidakpastian, namun tidak ada salahnya
menggunakan informasi negatif untuk sementara untuk mendapatkan kepastian atau kebenaran dari fakta
yang ada
Problem Solving
Penyelesaian masalah merupakan proses untuk mendapatkan suatu solusi dari masalah-masalah yang ada,
secara umum untuk menyelesaikan masalah perlu dipertimbangkan emapat hal sebagai berikut:
1.
Mendefinisikan masalah dengan tepat, pendefinisian ini mencakup spesifikasi yang tapat
mengenai keadaan awal dan solusi yang diharapkan
2.
Menganalisis masalah serta mencari beberapa teknik penyelesaian masalah yang sesuai
3.
Merepresentasikan pengetahuan yang perlu untuk menyelesaikan maslah
4.
Memilih teknik penyelesaian masalah yang terbaik
terdapat tiga teori dalam penyelesaian masalah :
1.
Gestalt : teori ini terdapat empat hal dalam menyelesaikan masalah
a.
Penyelesaian masalah secara produktif dan reproduktif
b.
Penyelesaian masalah secara produktid yang menempatkan diri di dalam permasalahan
dan mengstrukturisasi permasalahan
c.
Atraktif tertapi tidak cukup fakta untuk menyelesaikan masalah
d.
Berpindah dari prilaku dan mengarah ke teori pemrosesan informasi
2.
Problem space: suatu ruang yang berisi masalah ruang keadaan, dan terdiri dari keadaan
permasalah. Penyelesaian masalah melibatkan pembangkitan keadaan menggunakan
operator-operator yang legal dan beroperasi dalam proses informasi manusia yang terletak pada memori
jangka pendek
3.
Analogi : permasalahan yang sudah memiliki solusi dapat menggunakan pengetahuan dari
domain lain yang sama dengan domain baru, pemetaan secara analogi akan sulit dilakukan jika
menggunakan domain yang berbeda secara semantik
Skill ( Ketrampilan)
Skill ( keterampilan) didapat melalui proses yang panjang dengan melakukan latihan secara terus menerus
sehingga hal yang dilatih akan bertumpuk pada memori jangka pendek dan domain-domain utama akan
berada pada memori jangka panjang. Aktifitas keterampilan di cirikan oleh:
-
Banyak informasi digumpalkan untuk mengoptimasi memori jangka pendek
-
Pengelompokan masalah secara konseptual dan informasi distrukturkan secara efektif
Keterampilan terdapat tiga level seperti:
1.
general purpose rule
: menginterpretasikan fakta-fakta mengenai permasalahan
2.
spesifik task rule
: hal-hal yang telah dipelajari dan tergantung pada prosedur-prosedur
yang telah diketahui
Sesuatu yang dibilang trampil jika sudah sampai pada level tiga, mekanisme untuk prosedulisasi dari level
satu ke level dua dan generaliasi dari level dua ke level tiga.
Prosedulisasi
Level 1
if cook (type, ingredients, time) then
cook for : time
cook(casserole, (chicken,carrorts,potatoes), 2 hours) cook (casserole, ( beef,dumpling,carrots), 2 hours) cook ( cake, (flour, sugar, butter,egg), 45 mins)
level 2
if type is casserole
and ingredients are ( chicken, carrorts, potatoes) then
cook for: 2 hours if type is cake
and ingredients are (flour, sugar, butter, egg) then
cook for: 45 mins
Generalisasi
level 2
if type is casserole
and ongredients are ( chicken, carrots, potatoes) then
cook for : 2 hours if type is casserole
and ingredients are ( beef, dumpling, carrots) then
cook for : 2 hours
level 3
if type is casserole
and ingredients are anything then
cook for : 2 hours