• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. pembangunan masyarakat di pedesaan. Melalui program KKN, mahasiswa di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. pembangunan masyarakat di pedesaan. Melalui program KKN, mahasiswa di"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu kegiatan intrakurikuler yang memiliki tujuan memadukan pelaksanaan konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi, melalui upaya pengerahan tenaga mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat di pedesaan. Melalui program KKN, mahasiswa di sediakan wahana untuk menerapkan ilmu dan teori yang telah diperolehnya semasa menjalani beragam aktivitas di kampus. Program KKN dilaksanakan di luar kampus dengan menggunakan mekanisme kerja dan persyaratan tertentu. Oleh sebab itu, kegiatan KKN tidak saja menjamin diperolehnya pengalaman dan pembelajaran di lapangan bagi mahasiswa yang terlibat, secara konkrit kegiatan ini juga bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus menjadi jalur penghubung antara dunia akademik-teoritik dengan dunia empirik.1

Melalui kegiatan KKN dapat dipastikan bahwa golongan pemuda (dalam hal ini mahasiswa) tidak kehilangan perannya di masyarakat. Meskipun, KKN dilaksanakan dalam jangka pendek, namun, hal tersebut merupakan langkah awal untuk berintegrasi dengan masyarakat.2 Hal itu sesuai dengan apa yang dikatakan

1

LPPM UGM, Buku Pedoman Pelaksaan KKN-UGM Tematik 2003 (Yogyakarta: LPPM UGM, 2003).

2Koesnadi Hardjasoemantri, “Peran Pemuda Pelajar Indonesia Dalam

Perjuangan Bangsa,” dalam Jurnal Sejarah, Vol. 13, No. 13 (Yogyakarta: Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia & YOI, 2007). hlm. 8.

(2)

Taufik Abdullah, bahwa setiap perubahan di masyarakat generasi muda langsung terlibat di dalamnya, akan tetapi yang lebih terlibat lagi adalah golongan yang terpilih, yang mendapat kesempatan lebih banyak untuk melalui masa pembentukan pribadi dalam lembaga-lembaga pendidikan. Golongan elit atau kelas menengah tersebut umumnya berasal dari keluarga berada, serta berdiam di kota. Mereka adalah segelintir pemuda terpelajar dan para mahasiswa yang hanya sebagian kecil dari sejumlah besar golongan pemuda yang seperti mereka.3

Kegiatan KKN pertama kali dilaksanakan pada tahun 1971 dirintis oleh 3 universitas, yakni Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), Universitas Andalas (Padang), dan Universitas Hasanuddin (Makassar). Ketiga universitas tersebut ditunjuk oleh Direktur Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai pelaksana proyek perintis kegiatan yang berorientasi pada pembangunan masyarakat, dengan pendekatan interdisipliner, berdasarkan partisipasi mahasiswa.4 Gagasan kegiatan KKN kemudian lebih memperoleh dukungan lagi dengan adanya anjuran Presiden pada bulan Februari 1972.5

Program KKN UGM dilaksanakan sejak tahun 1973, sebagai program yang bersifat sukarela-generalis terbatas. Status tersebut mengalami perubahan seiring dengan terbitnya SK Rektor UGM No. 28 tahun 1976, tertanggal 27

3

Taufik Abdullah (ed.), Pemuda dan Perubahan Sosial (Jakarta: LP3ES, 1987). hlm. 4.

4

LPPM UGM, Pedoman KKN Tematik Kontekstual UGM 2006 (Yogyakarta: LPPM Bidang Pengelolaan KKN dan Pemberdayaan UKM, 2006). hlm. 1.

5

LPM UGM, Pedoman KKN UGM 1982 (Yogyakarta: LPM UGM, 1982). hlm. 1.

(3)

Oktober tentang perubahan status KKN dari sukarela-generalis terbatas menjadi intrakurikuler-terbatas.6 Status tersebut kemudian meningkat kembali menjadi intrakurikuler-wajib pada tahun 1979, berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 17 tahun 1979.7

Sebagai salah satu pelaksana pilot project KKN, UGM pertama kali merintis kegiatan KKN di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, yang dimulai pada tahun 1971. Selanjutnya sampai tahun 1975, pelaksanaan KKN UGM mulai merata diseluruh Provinsi DIY, meliputi Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Kulonprogo, Bantul, dan Kota Yogyakarta. Namun, pelaksanaan KKN UGM yang hanya terbatas pada lingkup DIY-Jateng hingga tahun 1980-an, ternyata menimbulkan kejenuhan bagi para pengelola KKN UGM, Ir. Gatot Murdjito, M.S., yang bertindak sebagai ketua pengelola KKN UGM pada saat itu, bahkan menceritakan pengalamannya yang mengetahui hampir seluruh jalan-jalan di kawasan pedesaan DIY karena teramat seringnya beliau mengunjungi wilayah- wilayah tersebut. Untuk mengurangi rasa jenuh tersebut, program KKN UGM

6

Lihat Surat Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada No. 28 tahun 1976 tentang “Program Kuliah Kerja Nyata Universitas Gadjah Mada menjadi bagian kurikulum secara intrakurikuler terbatas pada fakultas-fakultas dalam lingkungan Universitas Gadjah Mada.”

7

Lihat Surat Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada No. 17 tahun 1979 tentang “Program Kuliah Kerja Nyata Universitas Gadjah Mada menjadi program intrakurikuler pada fakultas-fakultas dalam lingkungan Universitas Gadjah Mada.”

(4)

akhirnya diperluas, dengan menjadikan Kabupaten Purworejo dan Kebumen sebagai wilayah alternatif tujuan pelaksanaan KKN UGM pada tahun 1986.8

Hingga pertengahan tahun 1990, UGM telah melaksanakan program KKN di sejumlah Kabupaten di Jawa Tengah, seperti Jepara, Karanganyar, Kebumen, Magelang, Pati, Purworejo, dan Temanggung.9 Sampai periode tersebut, pengelola KKN UGM belum melakukan terobosan apapun untuk membuat pelaksanaan KKN lebih variatif. Hal tersebut bisa dilihat dari terhentinya program KKN UGM di Gunung Kidul selama 7 tahun (antara tahun 1983-1990) karena kejenuhan masyarakat terhadap program KKN. Kasus lainnya terjadi di daerah Purworejo, di mana pada tahun akademik 1990/1991, kegiatan KKN hanya dilaksanakan pada semester II, kegiatan KKN pada semester I tidak dilaksanakan juga dikarenakan faktor kejenuhan yang dialami masyarakat setempat, bahkan termasuk Pemdanya.10

Pada tahun akademik 1990/1991, UGM memulai usahanya untuk memperluas kegiatan KKN hingga ke luar Jawa. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memberi varian baru dalam pelaksanaan KKN, karena lokasi KKN yang terus menerus dilakukan di wilayah DIY dan Jateng membuat kejenuhan,

8

Wawancara dengan Gatot Murdjito, di Tegalrejo, Yogyakarta, 21 Oktober 2013, pukul 16.00 wib.

9

LPM UGM, Laporan KKN UGM Tahun Akademik 1989/1990 (Yogyakarta: LPM UGM, 1990). hlm. 36-38.

10Gayung Kasuma, “Kuliah Kerja Nyata (KKN) UGM Yogyakarta:

Kelahiran dan Perkembangannya 1971-1990: Studi Kebijakan Orientasi dan Program Pengabdian Pada Masyarakat,” Skripsi Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada, 1998, tak diterbitkan. hlm. 73 & 104.

(5)

tidak hanya bagi pengelola KKN, termasuk juga bagi masyarakat dalam lingkup tertentu. Selain itu, status UGM sebagai universitas nasional juga membawa tanggung jawab tersendiri, yakni bagaimana kehadiran UGM juga diharapkan mampu berperan dalam proses pembangunan nasional yang mencakup seluruh wilayah di Indonesia.11

Lokasi yang pertama kali dijadikan sebagai rintisan pelaksanaan KKN luar Jawa oleh UGM terletak di Kabupaten Lampung Utara, tepatnya di Kecamatan Tulang Bawang Tengah.12 Di daerah yang menjadi lokasi transmigrasi tersebut pembangunan yang bersifat fisik lebih mendominasi jalannya kegiatan KKN. Pemilihan lokasi tersebut di dasari atas pertimbangan jarak yang tidak terlalu jauh. Di samping itu, Kecamatan Tulang Bawang Tengah merupakan wilayah administratif yang akan dikembangkan menjadi Kabupaten, sehingga kegiatan KKN di sini akan diarahkan untuk mempersiapkan masyarakat Kecamatan Tulang Bawang Tengah.

Dua tahun setelahnya, kebijakan KKN UGM di luar Jawa diperluas jangkauannya hingga ke Provinsi Kalimantan Selatan. Kegiatan yang dilangsungkan pada tahun 1993 ini bertempat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kegiatan KKN UGM di daerah ini mengarahkan perhatiannya pada pembangunan sarana dan prasarana

11“UGM Merintis KKN di Luar Jawa,”

Kedaulatan Rakyat, 22 Februari 1990.

12

LPM UGM, Laporan Pelaksanaan KKN UGM Tahun Akademik 1990/1991 (Yogyakarta: LPM UGM, 1991). hlm. 32.

(6)

yang mendukung Kecamatan Loksado sebagai kawasan wisata. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1996, KKN UGM kembali ke Kalimantan Selatan, tepatnya di Kabupaten Tanah Laut. Salah satu kegiatan utama di daerah ini adalah pembangunan fasilitas air bersih dengan cara membuat saluran-saluran air untuk memenuhi kebutuhan warga yang mayoritas adalah transmigran asal Jawa.

Program KKN UGM di luar Jawa dilaksanakan kembali setahun kemudian, lokasi yang menjadi tujuannya adalah Provinsi Sumatra Selatan, tepatnya di Kotamadya Palembang. Pelaksanaan KKN tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa UGM saja, namun juga oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) yang menjadi mitra kerjanya. Oleh sebab itu, kegiatan semacam ini disebut juga sebagai program KKN Terpadu.13 Namun, karena lokasinya berada di wilayah perkotaan, pembangunan yang bersifat fisik tidak menjadi prioritas mahasiswa KKN. Salah satu fokus kegiatannya diarahkan pada pelayanan kesehatan warga pinggir kota.

Dari ketiga kasus pelaksanaan KKN di luar Jawa tersebut menarik untuk dicermati bagaimana pelaksanaannya, terutama program-program yang menjadi pilihan KKN UGM. Konsep pemerintahan saat itu yang lebih menonjolkan sektor pembangunan fisik sedikit banyak telah mempengaruhi rencana program-program KKN yang sebagian besar juga menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur

13

LPM UGM, Laporan Pelaksanaan KKN UGM Tahun Akademik 1996/1997 (Yogyakarta: LPM UGM, 1997). hlm. 246.

(7)

desa.14 Hal menarik lainnya yang perlu digali adalah mengenai kehidupan para mahasiswa UGM selama berada di lokasi KKN, karena mereka hidup dalam lingkungan dan adat istiadat yang berbeda. Selain itu, hal lain yang juga patut diketahui adalah sejauh mana partisipasi masyarakat dan Pemda setempat dalam kegiatan KKN UGM. Dari situ dapat diketahui arah dan perubahan orientasi pengelola KKN UGM dalam menerapkan kebijakan KKN di luar Jawa.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

Pengerjaan sejarah sebagai usaha rekonstruksi masa lampau hanya mungkin dilakukan apabila pertanyaan pokok telah dirumuskan, karena dengan menentukan pokok permasalahan terlebih dahulu, maka dapat dilihat ukuran penting atau tidaknya sebuah bahasan.15 Permasalahan pokok yang diangkat dalam penelitian ini adalah seperti apakah pelaksanaan KKN UGM di luar Jawa sejak tahun 1990 hingga tahun 1997.

Untuk dapat menjawab permasalahan pokok tersebut, maka dirumuskanlah beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kegiatan dan pelaksanaan program-program KKN UGM di luar Jawa yang dilakukan di Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tanah Laut, dan Kotamadya Palembang pada periode 1990-1997 ?

14

Hal tersebut bisa dimaklumi karena pada saat itu perencanaan program-program KKN UGM juga harus sejalan dengan konsep Pembangunan Lima Tahun (Pelita) yang digagas Pemerintahan Orde Baru.

15

Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo (eds.), Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif (Jakarta: Gramedia, 1985). hlm. xiii.

(8)

2. Bagaimana arah kebijakan pengelola KKN UGM dalam menerapkan pola KKN di luar Jawa 1990-1997 ?

3. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang menjadi sasaran program KKN ?

Penulisan sejarah lebih teratur bila aspek spasial dan temporal telah ditentukan. Spasial untuk menunjukkan bahwa peristiwa sejarah yang terjadi di suatu daerah belum tentu berkaitan dengan peristiwa di daerah lainnya. Sementara temporal berfungsi sebagai pembatas untuk mengawali dan mengakhiri penelitian. Kedua hal tersebut berfungsi untuk menjaga agar penelitian tetap fokus dan tidak melebar ke berbagai ranah.16

Cakupan dalam penelitian ini adalah KKN UGM—yang kemudian menerapkan kebijakan KKN di luar Jawa. Alasan yang mendasari penulis dalam memilih tema ini adalah karena belum adanya karya atau tulisan yang membahas secara komprehensif mengenai penyelenggaraan KKN UGM di luar Jawa. Selain itu, hal tersebut menjadi menarik untuk diteliti karena konsep KKN ke luar Jawa baru pertama kali dilakukan oleh UGM dan sekaligus menjadi universitas di pulau Jawa yang pertama kali mengembangkan kegiatan KKN di luar Jawa.

Temporal dalam penelitian ini dimulai dari tahun 1990 dan berakhir pada tahun 1997. Tahun 1990 dipilih sebagai awal penelitian dikarenakan pola KKN UGM di luar Jawa dimulai pada tahun ini. Sementara tahun 1997 dipilih sebagai batasan penelitian, karena tahun ini merupakan tahun terakhir dari pelaksanaan

16

(9)

KKN UGM di luar Jawa—sebelum KKN UGM mengalami periode transformasi antara tahun 1998-2005.

C. Tujuan Penelitian

Kegiatan KKN UGM di luar Jawa mulai dirintis pada tahun 1990 dengan mengambil lokasi di Provinsi Lampung. Selanjutnya, hingga tahun 1997, UGM telah melaksanakan kegiatan KKN di Provinsi Kalimantan dan Provinsi Sumatra Selatan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa kebijakan dan kegiatan KKN UGM di daerah luar Jawa, serta pengaruhnya bagi masyarakat sekitar. Di samping itu, penelitian ini juga akan sedikit menyinggung mengenai kehidupan sosial mahasiswa UGM yang mengikuti pelaksanaan KKN tersebut. Sementara dalam ranah akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya atau sekedar melengkapi tulisan-tulisan mengenai KKN/program pengabdian pada masyarakat yang telah diteliti sebelumnya.

D. Tinjauan Pustaka

Dari hasil studi pustaka yang telah dilakukan penulis, ditemukan sejumlah artikel, maupun buku yang membahas mengenai KKN dan sebuah karya yang secara umum membahas mengenai pengabdian perguruan tinggi pada masyarakat. Syahrial Wahab dalam artikelnya berjudul “Kuliah Kerja Nyata dan Perubahan Sosial,”17 memaparkan secara singkat lahirnya program KKN, konsep KKN, analisis mengenai KKN, dan pelaksanaan KKN hingga dampaknya

17

Syahrial Wahab, “Kuliah Kerja Nyata dan Perubahan Sosial,” dalam Taufik Abdullah (ed.), Pemuda dan Perubahan Sosial (Jakarta: LP3ES, 1974).

(10)

terhadap perubahan sosial di pedesaan. Kajian dengan tema identik juga ditulis oleh Margono Slamet dengan judul “Peranan Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Dalam Pembangunan Pedesaan dan Perubahan Sosial.”18 Dalam tulisan ini, Margono menjelaskan kedudukan mahasiswa KKN sebagai pemecah beragam permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat pedesaan. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, mahasiswa melakukan berbagai cara, seperti memberi informasi, memberi motivasi, melancarkan proses difusi (penyebaran), menciptakan inovasi, dan menjadi penghubung antar sistem (instansi).

Tema mengenai KKN juga menjadi bahasan utama dalam buku yang ditulis oleh Washington P. Napitupulu berjudul “Mahasiswa KKN Mengemban Misi Pendidikan Luar Sekolah.”19

Dalam buku ini ia menjelaskan peran mahasiswa KKN sebagai tenaga pendidik luar sekolah atau pendidikan non formal. Mahasiswa KKN dalam menerapkan ilmunya di lapangan menggunakan konsep “membelajarkan,” dalam konsep ini, si “pengajar” dan yang “diajar” mempunyai kedudukan setara, yaitu sama-sama sedang/ingin belajar. Selain peran tersebut, mahasiswa KKN juga bisa dianggap sebagai fasilitator pendidikan luar sekolah. Disebut demikian, karena ia juga berperan sebagai pendorong, penggerak, sekaligus aktor perubahan.

18

Margono Slamet, “Peranan Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Dalam Pembangunan Pedesaan dan Perubahan Sosial,” dalam Margono Slamet (ed.), Mahasiswa Dalam Pembangunan: Materi Pembekalan Kuliah Kerja Nyata (Lampung: Universitas Lampung, 1986).

19

Washington P. Napitupulu, Mahasiswa KKN Mengemban Misi Pendidikan Luar Sekolah (Jakarta: Depdikbud, 1983).

(11)

Karya induk dari tema-tema yang mengulas tentang pengabdian perguruan tinggi terhadap masyarakat ditulis oleh Koesnadi Hardjasoemantri berjudul “Study Service as a Subsystem in Indonesian Higher Education.”20

Dalam karya yang juga menjadi disertasinya ini, Koesnadi membuat analisis tentang sistem pendidikan di Indonesia dan keterlibatan lembaga pendidikan tinggi dalam pembangunan nasional, dengan titik berat pada sektor pembangunan pedesaan. Keterlibatan tersebut terlihat dari program-program yang dibuat oleh perguruan tinggi seperti proyek Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN), kemudian program-program yang dibuat oleh Badan Urusan Tenaga Kerja Sukarela Indonesia (BUTSI), dan program Bimbingan Masyarakat (BIMAS).

Dari hasil penelusuran dan peninjauan terhadap beberapa buku dan artikel yang dilakukan oleh penulis, belum ada karya yang membahas secara spesifik mengenai kegiatan KKN UGM di luar Jawa pada periode 1990-1997. Dua tulisan awal yang telah dibaca penulis lebih menonjolkan peran mahasiswa KKN dari sudut pandang sosiologis, pun demikian dengan buku selanjutnya yang membahas mengenai mahasiswa KKN sebagai pengemban misi pendidikan luar sekolah. Dari perspektif sejarah dan hukum, penelitian mengenai pengabdian pada masyarakat telah ditulis secara umum dan komperehensif oleh Koesnadi Hardjasoemantri. Sementara itu, penelitian ini membahas kebijakan dan proses kegiatan KKN UGM di luar Jawa tahun 1990-1997.

20

Koesnadi Hardjasoemantri, Study Service as a Subsystem in Indonesian Higher Education (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1982).

(12)

E. Metode dan Sumber Penelitian

Dalam melakukan penelitian sejarah dibutuhkan sistematika alur penulisan sejarah yang disebut sebagai metode. Metode sejarah menurut G.J. Garraghan adalah prinsip-prinsip untuk menelusuri sumber-sumber material sejarah, menilai secara kritis, dan menyajikan sebuah sintesis dalam bentuk tulisan pada umumnya dari hasil penelitian yang didapatkan.21

Penelitian ini di mulai dari studi berbagai kajian pustaka, artikel, maupun arsip mengenai KKN yang diperoleh dari perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB), perpustakaan pusat UGM, dan Arsip UGM.

Dari proses tersebut, penulis menemukan beberapa data yang berhubungan dengan program KKN, dan program KKN UGM di luar Jawa. Data-data mengenai pelaksanaan KKN UGM sejak tahun 1990 hingga 1997, ditemukan di perpustakaan perpustakaan pusat UGM, juga sebagian menggunakan koleksi arsip Ir. Gatot Murdjito, M.S., sementara arsip-arsip tekstual lainnya seperti Surat Keputusan Rektor, foto, dan media cetak diakses melalui Arsip UGM.

Untuk menemukan kepingan-kepingan data yang tidak terdapat di ketiga tempat tersebut, penulis melakukan metode oral history (sejarah lisan) yang didapat dari penuturan para pelaku sejarah. Sejumlah informan dihubungi penulis, seperti Ir. Gatot Murdjito, M.S., dr. Hadianto Ismangoen, Dr. Hamam Supriyadi, Dr. Panjono, Ph.D., dan Drs. Hadi Sutarmanto, M.Psi.

21

G.J. Garraghan, A Guide Historical Method (New York: Fordham University Press, 1957). hlm. 33.

(13)

Data-data yang telah terkumpul tersebut terlebih dahulu di kritik, baik dari aspek autensitas maupun aspek kredibilitas. Sementara untuk mengukur benar atau tidaknya sebuah berita atau peristiwa dapat dilakukan dengan cara membandingkan dua buah sumber atau lebih yang membahas hal serupa, baik itu teks tertulis maupun rekaman wawancara untuk memperoleh kevalidan sebuah data.

Setelah data berhasil dihimpun dan dikritik, tahap selanjutnya merumuskan fokus pembahasan terhadap tema yang akan diteliti. Tema besar dalam penelitian ini adalah mengenai KKN UGM. Sementara, fokus yang akan diteliti mengenai Kebijakan KKN UGM di luar Jawa tahun 1990-1997. Serangkaian proses tersebut merupakan alur yang harus dilalui untuk menuangkan rangkaian peristiwa sejarah ke dalam sebuah tulisan.

F. Sistematika Penulisan

Agar hasil penelitian dapat dijabarkan secara sistematis dan kronologis, serta mampu menjawab berbagai pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelumnya, maka dibutuhkan sistematika penulisan. Penelitian ini sendiri tersaji dalam lima bab.

Pada bab pertama dijelaskan mengenai latar belakang, permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode dan sumber penelitian, serta sistematika penulisan.

Pada bab kedua dijelaskan mengenai Universitas Gadjah Mada dan Program Kuliah Kerja Nyata. Hal yang diulas mengenai konsep “universitas

(14)

kerakyatan” UGM, serta kontribusi UGM dalam pembentukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Pada bab ketiga dijelaskan tentang pelaksanaan KKN UGM di luar Jawa periode 1990-1997. Pelaksanaan KKN UGM tersebut berlokasi di Kabupaten Lampung Utara (1990), Kabupaten Hulu Sungai Selatan (1993), Kabupaten Tanah Laut (1996), dan Kota Palembang (1997).

Pada bab keempat membahas mengenai evaluasi pelaksanaan KKN UGM di luar Jawa, yang menjelaskan perbandingan kebijakan pemerintah dengan kebijakan UGM, dampak lain yang ditimbulkan pelaksanaan KKN luar Jawa, serta perubahan-perubahan yang dialami oleh masyarakat.

Bagian penutup berisi kesimpulan yang berisi jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Melafalkan kosakata dalam bentuk nouns (proper noun, common noun, abstract noun, collective noun) di dalam kalimat-kalimat sederhana dengan benar. Mengartikan

(2) bagi siswa: fokus, serius, dan memperhatikan penjelasan guru ketika mengikuti pembelajaran dengan metode Modelling The Way , sehingga tidak bingung pada saat

Bahwa dalam rangka penguatan sistem pemerintahan presidensiil, maka kedepan perlu dilakukan pengaturan dalam undang-undang partai politik menuju sistem kepartaian yang dapat

Konsep pesan pada perancangan ini merupakan hasil dari analisis yang telah dilakukan yaitu, media cetak dan audio visual sebagai penunjang pembelajaran pupuh bagi siswa

In this sense, heritability estimation based on GWAS data makes use of the realized genome similarity rather than the expected genome sharing in pedigree data analysis.. Although

Masyarakat adalah warga dari suatu kampung yang memiliki jalan fikiran masing masing, dan tentunya mereka semua tidak sejalan, mungkin sebagian kelompok mudah untuk diajak

kekurangan dana. Anggota kemudian meminta pada BMT agar membiayai pembelian barang tersebut dan bersedia menebusnya pada saat barang diterima. Harga jual pada

Bab II adalah tinjauan pustaka, yang berkaitan dengan tinjauan tentang alat deteksi kebohongan, tanda emosi kebohongan di wajah, ekstraksi ciri wajah, pengenalan