• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua atau lebih konsep (variabel) yang akan diteliti.52

Menurut Burhan Bungin, format eksplanasi dimaksud untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh satu variabel dengan variabel lain.53

Berkaitan dengan penjelasan diatas penelitian ini merupakan penelitian yang ingin mencari pengaruh celebrity endorser dan jingle sebagai variabel dependent.

3.2 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian survey. Penelitian survey didefinisikan sebagai penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan

52 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

2006 hal 69

53 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(2)

data yang pokok.54 Metode penelitian survey adalah riset yang diadakan

untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala atas permasalahan yang timbul.55

Survey merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang ditujukan pada sejumlah individu atau kelompok, jumlahnya relative besar, dimana penulis menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, apakah berkenaan dengan sikap, tingkah laku atau aspek sosial lainnya dengan individu atau kelompok yang diteliti haruslah mewakili populasi.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi juga dapat didefinisikan sebagai semua nilai, baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.56

54 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1989, hal

152

55 Husein Umar, Metode Riset Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2002, hal 42

56 Husein Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara,

(3)

Pada penelitian ini penulis mengambil populasi yaitu Mahasiswa/i Aktif tahun 2016/2017 Universitas Mercu Buana Kampus Meruya Fakultas Komunikasi yang berjumlah 426 orang.

Alasan peneliti memilih populasi tersebut adalah karena mi instan telah menjadi kegemaran semua kalangan. Mi Instan dikonsumsi oleh setiap orang yang membutuhkan kepraktisan dalam memasak. Peneliti melihat kondisi ini pada mahasiswa dengan kesibukan yang tinggi sehingga membutuhkan produk yang praktis dan tidak memekan waktu yang banyak. Sebelumnya juga peneliti telah melakukan pra riset terhadap beberapa orang Mahasiswa/i Universitas Mercu Buana Kampus Meruya Fakultas Komunikasi. Dari hasil pra riset tersebut mahasiswa pernah melihat tayangan iklan Mie Sedaap White Curry versi Syahrini, hal tersebut dapat memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data. Selain faktor diatas alas an lain karena keterbatasan waktu, materi dan tenaga yang dimiliki peneliti. 3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut teknik sampling.57

Pengambilan sampel ditentukan dari banyaknya populasi. Apabila anggota populasi yang relatif besar maka diperlukan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampling dan apabila anggota relatif kecil maka sampel yang diambil adalah seluruh atau total sampling.

(4)

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi.58

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel Random Sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (sejenis). Karena populasi yang diambil oleh peneliti yaitu Mahasiswa/i Aktif tahun 2016/2017 Universitas Mercu Buana Kampus Meruya Fakultas Komunikasi.

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode penarikan sampel menggunakan rumus Yamane, dengan nilai presisi 10% diharapkan dapat mewakili seluruh populasi tersebut. Rumus ini digunakan karena jumlah keseluruhan populasi sudah diketahui.

Sampel penelitian ini diambil dari mahasiswa aktif semester ganjil fakultas komunikasi universitas mercu buana tahun akademik 2016-2017 dengan populasi sebanyak 426 mahasiswa.

Dengan perhitungan sebagai berikut :

58 Riduan, Statistka Untuk Lembaga & Institusi Pemerintah/Swasta. Bandung: Alfabeta: 2004, hal

(5)

Rumus Yamane: n = N N.d2 + 1 = 426 426(0,1)2 + 1 = 426 426(0,01) + 1 = 426 5,26

= 80,98 dibulatkan menjadi 81 orang Sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 81 orang.

3.4 Definisi Konsep dan Operasional Konsep

3.4.1 Definisi Konsep

Konsep yang didefinisikan dalam penelitian ini adalah :

a. Endorser adalah tokoh/model yang digunakan dalam sebuah iklan. Penggunaan endorser pada sebuah iklan agar produk tersebut bisa langsung dikenal dan diingat di kalangan luas, apalagi endorser tersebut sudah dikenal dikalangan masyarakat luas seperti tokoh masyarakat, artis, atlet, sehingga memudahkan produsen dalam mempromosikan produk tersebut.

b. Jingle adalah pesan iklan yang ditampilkan menggunakan musik. Jingle adalah alat yang membuat orang terpesona oleh pesan penjualan, dengan

n = Sampel

N = Populasi = 426 orang D = Presisi = 10%

(6)

menyusunnya ke dalam nada yang menarik perhatian, yang dapat didengungkan/dinyanyikan.

c. Brand Awareness adalah kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali akan suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu, yang merupakan tahapan awal dari suatu iklan yang kemudian akan berlanjut ketahapan berikutnya.

3.4.2 Operational Konsep

Tabel 3.4.2.1 Operasionalisasi Konsep

Variabel Dimensi Indikator Pengukuran

Celebrity Endorser (Variabel X1)

Familiarity

Sosok Syahrini yang terkenal dan artis fenomenal cocok sebagai bintang iklan Mie Sedaap White Curry untuk

menyampaikan pesan iklan Likert 1.STS Sangat Tidak Setuju 2. TS Tidak Setuju 3. S Setuju 4. SS Sangat Setuju Syahrini cocok sebagai bintang iklan karena Syahrini merupakan

selebriti yang tulus dalam menyampaikan pesan iklan Syahrini cocok sebagai bintang iklan karena merupakan selebriti yang menyenangkan dalam

(7)

menyampaikan pesan iklan Syahrini cocok sebagai bintang iklan karena dapat

dipercaya dalam menyampaikan

pesan iklan

Relevance

Syahrini merupakan bintang iklan yang

tepat untuk menyampaikan pesan iklan Mie Sedaap White Curry

adalah produk mi instan

Syahrini merupakan bintang iklan yang

tepat untuk menyampaikan pesan iklan bahwa Mie Sedaap White Curry adalah produk

mi instan dengan rasa baru Syahrini merupakan

bintang iklan yang tepat untuk menyampaikan pesan iklan bahwa Mie Sedaap White Curry adalah produk

mi instan dengan kelezatan rasa yang

fenomenal Esteem Syahrini merupakan selebriti yang memiliki karir fenomenal dibandingkan selebriti lainnya sehingga tepat untuk

1.STS

Sangat Tidak Setuju 2. TS

(8)

menyampaikan

pesan iklan Tidak Setuju 3. S Setuju 4. SS Sangat Setuju Syahrini memiliki keterampilan atau pengetahuan yang cukup atas produk Mie Sedaap White Curry sehingga tepat

untuk mendukung pesan iklan yang

disampaikan Syahrini mampu mengkomunikasikan

pesan iklan dengan penuh percaya diri sehingga membuat saya yakin untuk mencoba produk Mie Sedaap White

Curry

Diferrentiation

Syahrini merupakan selebriti yang memiliki ciri khas

sehingga dapat menunjukan bahwa

Mie Sedaap White Curry adalah produk

yang berbeda dari produk mi instan lainnya 1.STS Sangat Tidak Setuju 2. TS Tidak Setuju 3. S Setuju 4. SS Sangat Setuju Syahrini merupakan

selebriti yang hanya cocok digunakan sebagai bintang iklan Mie Sedaap White Curry

sehingga tepat untuk menyampaikan pesan iklan

(9)

Jingle (X2)

Memorability

Jingle iklan mudah

untuk diingat 1.STS Sangat Tidak Setuju 2. TS Tidak Setuju 3. S Setuju 4. SS Sangat Setuju Saat saya mendengar lagu “Mie Sedaap White

Curry Fenomeno Creamy” saya dengan mudah mengenali bahwa lagu tersebut adalah

jingle iklan produk Mie Sedaap White

Curry

Meaningfulness

Jingle iklan menunjukan bahwa

Mie Sedaap White Curry merupakan produk mi instan 1.STS Sangat Tidak Setuju 2. TS Tidak Setuju 3. S Setuju 4. SS Sangat Setuju Jingle iklan menunjukan keunggulan produk

Mie Sedaap White Curry Jingle iklan menunjukan komposisi produk

(bahan pembuat) Mie Sedaap White

Curry Jingle iklan menunjukan bahwa

Mie Sedaap White Curry merupakan produk baru dengan rasa yang fenomenal

Likeability

Jingle iklan menarik dan menyenangkan sehingga saya menyukainya 1.STS Sangat Tidak Setuju 2. TS Lirik (kata-kata)

(10)

jingle mudah diingat dan saya menyukainya Tidak Setuju 3. S Setuju 4. SS Sangat Setuju Jingle iklan terdengar indah sehingga saya menyukainya Transferability

Jingle iklan cocok untuk mengiklankan

produk mi instan

Sedaap White Curry 1.STS

Sangat Tidak Setuju 2. TS Tidak Setuju 3. S Setuju 4. SS Sangat Setuju Apabila diluncurkan kategori produk lainnya dengan merek Mie Sedaap White Curry jingle ini masih cocok

digunakan Lirik jingle tidak

memiliki makna negatif jika diterjemahkan

Adaptability

Jingle iklan masih cocok digunakan

untuk iklan Mie Sedaap White Curry

yang akan datang Aliran musik jingle

tidak ketinggalan jaman dan sesuai dengan aliran musik yang sedang popular

saat ini

Protectability

Lirik jingle tidak mengandung kata-kata yang bermakna

negatif

1.STS

Sangat Tidak Setuju 2. TS Jingle iklan tidak

(11)

iklan lainnya Tidak Setuju 3. S

Setuju 4. SS

Sangat Setuju Tidak ada jingle

iklan lain yang mirip dengan jingle Mie Sedaap White Curry

sehingga mudah dibedakan dengan

iklan lainnya Brand

Awareness (Y)

Recall Saya mengingat merek Mie Sedaap White Curry karena

merek pendek dan sederhana 1.STS Sangat Tidak Setuju 2. TS Tidak Setuju 3. KS Kurang Setuju 4. S Setuju 5. SS Sangat Setuju Saya mengingat

merek Mie Sedaap White Curry karena

merek mudah diucapkan Saya mengingat merek Mie Sedaap White Curry karena

merek terdengar akrab (familiar) di

telinga Saya mengingat merek Mie Sedaap White Curry karena merek memiliki arti yang tidak bermakna

ganda (tidak ambigu) Saya mengingat merek Mie Sedaap White Curry karena merek memiliki arti

yang dapat saya pahami Recognition

Saat ditanya merek mi instan yang

diingat, saya mengenal bahwa

1.STS

(12)

Mie Sedaap White Curry merupakan produk mi instan Setuju 2. TS Tidak Setuju 3. S Setuju 4. SS Sangat Setuju Saya mengenal

merek Mie Sedaap White Curry karena

merek mudah dibedakan dengan

merek mi instan lainnya

Purchase

Merek Mie Sedaap White Curry menjadi alternatif

pilihan saat saya ingin membeli mi instan 1.STS Sangat Tidak Setuju 2. TS Tidak Setuju 3. S Setuju 4. SS Sangat Setuju Consumption

Merek Mie Sedaap White Cury masih saya ingat walaupun

saya sedang menggunakan merek mi instan lainnya 1.STS Sangat Tidak Setuju 2. TS Tidak Setuju 3. S Setuju 4. SS Sangat Setuju 3.5 Validitas dan Reabilitas

3.5.1 Validitas (Keabsahan)

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi definisi dari uji validitas adalah sebuah alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur

(13)

sah atau tidaknya kuesioner.59 Oleh karena itu pertanyaan pada kuesioner

dalam penelitian ini dikatakan valid jika pertanyaan tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jika nilai koefisiennya positif dan lebih besar daripada rtabel maka item tersebut

dinyatakan valid.60

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator dari variabel. Dikatakan reliable/handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Seperti dikatakan Husein Umar, reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama.

61Maholtra (1966), suatu indikator dianggap cukup reliabel bilamana α ≥

0,6.62 Sekaran (1922) menambahkan bahwa reabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik.63 Jika

nilainya kurang dari 0,6 maka kurang reliabel, jika nilainya 0,6 sampai 0,8 maka reliabel, dan jika nilainya diatas 0,8 maka sangat reliabel.

Rumus64 :

59 Singarimbun op.cit., hal 123

60 Duwi Priyatno. 5 jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: CV. Andi. 2009 hal 167 61 Husein Umar op.cit., hal 108

62 Solimun, Multivariate Analysis. Malang: Universitas Negri Malang. 2002 hal 81 63 Duwi Priyatno op.cit., hal 172

(14)

Rumus varian yang digunakan :

Keterangan :

N : Jumlah responden

X : Nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)

Pengukuran reliabilitas ini dilakukan dengan One Shot atau pengukuran sekali saja. Pengukuran hanya sekali kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

(15)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti atau perorangan yang bersangkutan. Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket, yakni suatu cara pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mendapat respon atas daftar pertanyaan tersebut.

Jenis angket/kuesioner yang digunakan adalah angket tertutup, dimana angket tertutup adalah suatu angket dimana responden telah diberikn alternatif jawaban oleh periset dan responden tinggal memilih jawaban yang menurutnya sesuai dengan realitas yang dialaminya65.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau suatu fenomena. Sementara itu, fenomena sosial yang telah diterapkan secara spesifik oleh peneliti dan dikenal dengan istilah variabel peneltian.66

Dalam angket setiap pernyataan dihubungkan dengan jawaban berupa dukungan atau pernyataan sikap diungkapkan dengan kata-kata Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Sangat Setuju (SS), dan Setuju (S). Dalam penelitian ini jawaban Netral (N) dihilangkan untuk beberapa alasan, menurut

65 Kriyanto op.cit., hal 69

66 Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Ikatan penerbit Indonesia

(16)

Kriyantono dalam beberapa riset skala likert dapat digunakan dengan meniadakan pilihan jawaban ragu-ragu (undecided) karena :

- Kategori netral/ragu-ragu memiliki makna ganda, yaitu bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu.

- Disediakan jawaban ditengah-tengah juga mengakibatkan responden akan cenderung memiliki jawaban di tengah-tengah terutama bagi responden yang ragu-ragu akan memilih jawaban yang mana.

- Disediakan jawaban tengah-tengah akan menghilangkan banyaknya data dalam penelitian, sehingga data yang diperlukan banyak yang hilang.67 3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dari objek penelitian. Dalam hal ini penelitian mendapatkan sejumlah data yang diperlukan dengan cara melakukan studi kepustakaan.

Studi kepustakaan ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku literature komunikasi, buku-buku teknologi komunikasi, surat kabar, tabloid, atau artikel yang berkompeten dan berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

(17)

3.7 Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.68

3.7.1 Editing (pengeditan)

Merupakan proses memeriksa satu persatu lembaran instrument pengumpulan data, kemudian memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia, memastikan apakah data yang diperlukan sudah betul-betul lengkap dan jelas untuk dimengerti, sudah konsisten satu sama lain, seragam serta memiliki respon yang sesuai.69

3.7.2 Coding (proses pengkodean data)

Merupakan proses identifikasi dan klasifikasi data penelitian ke dalam skor numeric atau karakter symbol-simbol tertentu70. Dalam penelitian ini menetapkan koding untuk pertanyaan kuesioner sebagai berikut:

 Sangat Tidak Setuju (STS) diberi kode angka 1  Tidak Setuju (TS) diberi kode angka 2

 Setuju (S) diberi angka 3  Sangat Setuju diberi angka 4

68 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy, op.cit., hal 263

69 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press. 2001. Hal 182 70 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo

(18)

3.8 Data Processing

Untuk mempermudah perhitungan, peneliti menggunakan program SPSS (Statistical Program For Special Science) dalam menganalisa, karena SPSS menyediakan cara yang mudah untuk analisis statistik dan sistem manajemen data dengan menggunakan statistik deskriptif dan kotak dialog untuk mengerjakan sebagian besar perintah71. Pengolahan data terbagi atas beberapa tahapan yakni :

3.8.1 Uji Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi pada suatu penelitian. Penghitungan data distribusi frekuensi ini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi data tersebut kemudian frekuensi itu dipresentasekan72.

Santoso menjelaskan langkah-langkah dalam pembuatan distribusi frekuensi adalah sebagai berikut73:

1.Menentukan jumlah kelas

Peneliti menentukan jumlah kelas dari setiap variabel dengan ketentuan sebagai berikut :

- Variabel celebrity endorser dan jingle terbagi atas 2 kelas yaitu baik dan tidak baik.

71 Andi, Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 12, Semarang: Wahana Komputer, 2004 hal 1 72 Bungin. Op.Cit., hal188

73 Singgih Santoso & Fandy Tjiptono, Riset Pemasaran Konsep & Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:

(19)

- Variabel brand awareness juga terbagi atas 2 kelas yaitu tinggi dan rendah

2.Menentukan interval kelas

Apabila jumlah kelas telah ditentukan kemudian peneliti menentukan interval tiap kelas dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

i : interval kelas

range : nilai tertinggi – nilai terendah k : jumlah kelas

3. Menyusun distribusi frekuensi

Setelah jumlah kelas dan interval kelas diperoleh selanjutnya menyusun distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Teknik yang digunakan adalah uji Regresi Linear Berganda. Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengkaji pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen74.

74 Gunawan. R. Sudarmanto. Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha

Ilmu. 2005 hal. 159 i = range k

(20)

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis regresi linear ganda adalah sebagai berikut :

3.8.2.1 Koefisien Korelasi

Nilai koefisien korelasi ditetapkan sebagai berikut: Tabel 3.8.3.1

Koefisien Korelasi

Nilai Koefisien Makna

+ 0,70 - ke atas + 0,50 - + 0,69 + 0,30 - + 0,49 + 0,10 - + 0,29 + 0,01 - + 0,09 0,0 - 0,01 - - 0,09 - 0,10 - - 0,29 - 0,30 - - 0,49 - 0,50 - - 0,69 - 0,70 - ke bawah

Hubungan positif sangat kuat Hubungan positif yang mantap Hubungan positif yang sedang Hubungan positif yang rendah Hubungan positif yang tak berarti Tidak ada hubungan

Hubungan negatif yang tak berarti Hubungan negatif yang rendah Hubungan negatif yang sedang Hubungan negatif yang mantap Hubungan negatif yang sangat kuat Sumber : Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial.

Nilai koefisien korelasi yang dicari dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Besarnya hubungan celebrity endorser (X1) “Syahrini” terhadap brand awareness “Mie Sedaap White Curry” (Y)

(21)

terhadap Brand Awareness

- Celebrity Endorser (X1) - Brand Awareness (Y)

 Besarnya hubungan jingle “White Curry Fenomeno Creamy” (X2)

terhadap brand awareness “ Mie Sedaap White Curry” (Y) Besarnya hubungan Jingle

terhadap Brand Awareness

- Jingle (X2) - Brand Awareness (Y)

 Besarnya hubungan celebrity endorser “Syahrini”(X1) terhadap jingle “White Curry Fenomeno Creamy” (X2)

Besarnya hubungan Celebrity Endorser terhadap Jingle

- Celebrity Endorser (X1) - Jingle (X2)

3.8.2.2 Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk menjelaskan variasi pada

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

(22)

koefisien determinasi yang dicari dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Besarnya variasi efek dari variabel Celebrity Endorser (X1) “Syahrini” dan Jingle (X2) “White Curry Fenomeno Creamy” terhadap Brand Awareness (Y) “Mie Sedaap White Curry”.

Besarnya hubungan Celebrity Endorser

terhadap Brand Awareness

- Celebrity Endorser (X1)

- Brand Awareness (Y) - Jingle (X2)

3.8.2.3 Persamaan Garis Regresi Berganda

Model Regresi Berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

Y : variabel tergantung X : variabel bebas a : nilai konstanta b : koefisien arah regresi ei : standard erorr75 3.8.2.4 Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini pengujian hipotesis terbagi 2 yaitu :

75 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta, 2004 hal 211

(23)

Uji F

Uji F dilakukan untuk membuktikan

 Variabel Celebrity Endorser (X1) “Syahrini” dan Jingle (X2) “White Curry Fenomeno Creamy” secara simultan memiliki efek yang signifikan terhadap brand awareness (Y)

Celebrity Endorser dan Jingle secara simultan memiliki efek yang signifikan terhadap Brand Awareness

- Celebrity Endorser (X1)

- Brand Awareness (Y) - Jingle (X2)

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis simultan ditentukan berdasarkan :

- Jika signifikansi F hitung ≤ 0,05 maka secara simultan memiliki efek yang signifikan. Berarti hipotesis diterima

- Jika signifikansi F hitung ≥ 0,05 maka secara simultan tidak memiliki efek yang signifikan. Berarti hipotesis ditolak

Uji t

Uji t dilakukan untuk membuktikan

 Variabel Celebrity Endorser (X1) “Syahrini” dan Jingle (X2) “White Curry Fenomeno Creamy” secara parsial memiliki efek yang signifikan terhadap brand awareness (Y)

(24)

Celebrity Endorser dan Jingle secara parsial memiliki efek yang signifikan terhadap Brand Awareness

- Celebrity Endorser (X1)

- Brand Awareness (Y) - Jingle (X2)

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis parsial ditentukan berdasarkan :

- Jika signifikansi t hitung ≤ 0,05 maka secara parsial memiliki efek yang signifikan

- Jika signifikansi F hitung ≥ 0,05 maka secara parsial tidak memiliki efek signifikan

3.9 Hipotesis Statisik Uji F

Celebrity Endorser dan Jingle secara simultan memiliki efek yang signifikan terhadap Brand Awareness

- Celebrity Endorser (X1)

- Brand Awareness (Y) - Jingle (X2)

- Jika signifikansi F hitung ≤ 0,05 maka secara simultan memiliki efek yang signifikan. Berarti hipotesis diterima

- Jika signifikansi F hitung ≥ 0,05 maka secara simultan tidak memiliki efek yang signifikan. Berarti hipotesis ditolak

(25)

Uji t

Celebrity Endorser dan Jingle secara parsial memiliki efek yang signifikan terhadap Brand Awareness

- Celebrity Endorser (X1)

- Brand Awareness (Y) - Jingle (X2)

- Jika signifikansi t hitung ≤ 0,05 maka secara parsial memiliki efek yang signifikan

- Jika signifikansi F hitung ≥ 0,05 maka secara parsial tidak memiliki efek signifikan

Gambar

Tabel 3.4.2.1  Operasionalisasi Konsep
Tabel 3.8.3.1  Koefisien Korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah sebanyak 26 responden (68,4%) mengekspresikan respon nyeri dengan mengerutkan dahi, mengatupkan rahang dan dagu gemetar, sebanyak

Grab juga tidak menggunakan argo ( fixed price ), artinya estimasi yang diberikan diawal adalah harga yang nantinya harus dibayarkan tidak. peduli hujan deras ataupun jalan

kromoszóma CDKN2A/B, PTCH, DBC1 és TSC1 géneket érintő elváltozásai az UC minden típusára jellemző „primér” genetikai elváltozások, vagy csak a papilláris

menggunakan Optical Power Meter (OPM) dengan variasi panjang kupasan 0,5 , 1 , 1,5 , 2, dan 2.5 cm dan mengetahui pengaruh pelukaian fiber terhadap rugi daya...

Algoritma Boyer Moore dan Algoritma Brute Force merupakan bagian dari algoritma String Matching yang memiliki cara kerja berbeda, sehingga jika diterapkan dalam pencarian

The overall results of the Rasch model analysis on survey items on teacher perceptions in teacher professional education programs include three TDP attributes, namely the

Terdapat faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam membuat kebijakan untuk membayar dividen kepada pemegang saham, Fama and French dalam Saputro (2015) mengemukakan

TQM sebagai pendekatan terpadu untuk manajemen merupakan filosofi manajemen holistik dari serangkaian teknik yang tertanam dengan nilai-nilai budaya dan asumsi