• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMUPUKAN N DAN INTERVAL DEFOLIASI TERHADAP ALOKASI BIOMASSA RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN RUMPUT SIGNAL (Brachiaria decumbens)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMUPUKAN N DAN INTERVAL DEFOLIASI TERHADAP ALOKASI BIOMASSA RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN RUMPUT SIGNAL (Brachiaria decumbens)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PEMUPUKAN N DAN INTERVAL

DEFOLIASI TERHADAP ALOKASI BIOMASSA

RUMPUT BENGGALA (

Panicum maximum

) DAN

RUMPUT SIGNAL (

Brachiaria decumbens

)

SKRIPSI

OLEH :

SRI WAHYUNI HAKIM PACI

I 111 11 328

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

(2)

ii

PENGARUH PEMUPUKAN N DAN INTERVAL

DEFOLIASI TERHADAP ALOKASI BIOMASSA

RUMPUT BENGGALA (

Panicum maximum

) DAN

RUMPUT SIGNAL (

Brachiaria decumbens

)

SKRIPSI

OLEH :

SRI WAHYUNI HAKIM PACI

I 111 11 328

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN 1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sri Wahyuni Hakim Paci NIM : I 111 11 328

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, 27 November 2015

(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Skripsi. Shalawat dan Salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang membawa perubahan besar dari masa jahiliyah menuju masa yang beradab. Penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Pemupukan N dan Interval Defoliasi terhadap Alokasi

Biomassa Rumput Benggala (Panicum maximum) dan Rumput Signal (Brachiaria decumbens) ” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan Ilmu peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.

Dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada pembimbing akademik sekaligus pembimbing dalam penelitian

Prof. Dr. Ir. Muhammad Rusdy, M.Agr dan Dr. Ir. Budiman Nohong, MP

sebagai pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mendidik, membimbing, memberikan arahan, ide, nasihat, dan motivasi dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini serta selama proses belajar. Ucapan terima kasih, rasa sayang dan cinta kasih penulis persembahkan kepada Ibunda Hatifah

dan Ayahanda Abd. Hakim Paci atas kasih sayang, cinta, Doa, didikan dan dukungan yang tulus diberikan, serta kepada Saudara-saudariku Jamal Hakim, Undin Hakim, Jamila Hakim, Andy Hakim, Santi Hakim yang selalu memberi

(6)

vi

semangat dan suasana hangat melalui canda tawa sehingga penulis semakin bersemangat dalam menyelesaikan Skripsi. Tak lupa pula penulis mengucapakan terima kasih kepada kakak tercinta Rusdi, S.Pt yang selama ini senantiasa mendoakan, setia dan sabar menemani suka dan duka kehidupan penulis dan kepada sahabat tercinta Muhammad Yunus K, Nurannisa Fitri, Asriani, Wardayanti, Tirta, Syamsurya, Yatti Dwi Ariyanti yang selalu membantu, menghibur, serta memotivasi dalam proses belajar,. Terima kasih pula kepada

Kanda Sema dan rekan-rekan SOLANDEVEN, HUMANIKA UNHAS, HIMAPROTEK UNHAS, KKN UNHAS GELOMBANG 87 Desa Siwolong Polong Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, yang terus memberi dukungan dan bantuan kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan.

Sebagai ungkapan terakhir, penulis memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk senantiasa melimpahkan rahmat dan berkahnya kepada kita semua. Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran untuk menyempurnakan kekurangan tersebut. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis. Amin Ya Robbal Alamin.

Makassar, 27 November 2015

(7)

vii

RINGKASAN

Sri Wahyuni Hakim Paci. (I 111 11 328). Pengaruh Pemupukan N dan Interval Defoliasi terhadap Alokasi Biomassa Rumput Benggala (Panicum maximum) dan Rumput Signal (Brachiaria decumbens). (Dibawah bimbingan Muhammad Rusdy sebagai Pembimbing Utama dan Budiman Nohong sebagai Pembimbing Anggota)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan N dan interval defoliasi terhadap alokasi biomassa rumput benggala (Panicum maximum) dan rumput signal (Brachiaria decumbens). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 2 x 3 x 3 dengan 3 ulanganyang terdiri dari faktor A dua jenis rumput ( Rumput Benggala dan Rumput Signal), faktor B tiga tingkat pemupukan N (0 kg/ha, 100 kg/ha, dan 200 kg/ha) dan faktor C tiga interval defoliasi (Defoliasi 20 hari, defoliasi 30 hari, dan defoliasi 60 hari). Hasil penelitian memperlihatkan rataan panjang akar rumput benggala pada pemupukan 0, 0,4, dan 0,8 g urea/pot yaitu 71,8 cm, 82,1 cm, 99,3 cm dan pada rumput signal pemupukan 0, 0,4, dan 0,8 g urea/pot yaitu 58,7 cm, 68,4 cm, 93,2 cm. Rataan produksi berat kering akar rumput benggala pemupukan 0, 0,4, dan 0,8 g urea/pot yaitu 17,4 g/pot, 19,5 g/pot, 22,1 g/pot dan pada rumput signal pemupukan 0, 0,4, dan 0,8 g urea/pot yaitu 13,1 g/pot, 14,9 g/pot, 18,7 g/pot. Rataan rasio akar dengan pucuk pada rumput benggala dan rumput signal pada pemupukan 0 g/pot dan defoliasi 20 hari = 1,91 g/pot, pemupukan 0,4 g/pot dan defoliasi 20 hari = 1,88 g/pot, pemupukan 0,8 g/pot dan defoliasi 20 hari = 1,73 g/pot. Rataan rasio akar dengan pucuk pada rumput benggala dan rumput signal pada pemupukan 0 g/pot dan defoliasi 30 hari = 2,54 g/pot, pemupukan 0,4 g/pot dan defoliasi 30 hari = 2,12 g/pot, pemupukan 0,8 g/pot 1,59 g/pot. Rataan rasio akar dengan pucuk pada rumput benggala dan rumput signal pada pemupukan 0 g/pot dan defoliasi 60 hari = 3,27 g/pot, pemupukan 0,4 g/pot dan defoliasi 60 hari = 3,46 g/pot, pemupukan 0,8 g/pot dan defoliasi 60 hari = 2,61 g/pot. Analisis ragam memperlihatkan bahwa jenis rumput berpengaruh nyata (P<0,05) dan pemupukan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) sedangkan interval defoliasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap panjang akar rumput benggala dan rumput signal. Analisis ragam memperlihatkan bahwa jenis rumput dan pemupukan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) sedangkan interval defoliasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap produksi berat kering akar rumput benggala dan rumput signal. Disimpulkan bahwa peningkatan taraf pemupukan N meningkatkan panjang akar, dan produksi berat kering akar sedangkan pemupukan N dan interval defoliasi meningkatkan rasio pucuk dibanding rasio akar pada rumput benggala dan rumput signal.

(8)

viii

ABSTRACT

Sri Wahyuni Hakim Paci. (I 111 11 328). Effect of Fertilizing N and Interval defoliation to Biomass Allocation Guinea Grass (Panicum maximum) and Signal grass (Brachiaria decumbens). (Under Guidance of Muhammad Rusdy and Budiman Nohong).

This study aims was to determine the effect of N fertilization and defoliation intervals on biomass allocation of Guinea grass (Panicum maximum) and Signal grass (Brachiaria decumbens). The design used was a randomized block design (RAK) in factorial 2 x 3 x 3 with three replications consisting of three factor. A two kinds of grass (Guinea grass and Signal grass), factor B was three levels of urea fertilization (0 kg / ha, 100 kg / ha and 200 kg / ha) factor C was three defoliation intervals (defoliation 20 days, 30 days defoliation and defoliation 60 days) The results of the study showed that the average length of guinea grass rootsas influenced by N fertilizationat the rates of 0, 0,4, and 0,8 g urea/pot were 71.8 cm, 82.1 cm, and 99.3 cm, respectively, and lenght of signal grass rootas influenced by N fertilization at the rates of 0, 0,4, and 0,8 g urea/pot were 58,7 cm, 68,4 cm, and 93.2 cm, respectively. The average dry weight production guinea grass roots as influenced by N fertilization at the roots of 0, 0,4, and 0,8 g urea/pot were 17,4 g/pot, 19,5 g/pot, and 22,1 g/pot, respectively, andsignal grass day weight as influenced by N fertilization at the roots of 0, 0,4, and 0,8 g urea/pot were 13,1 g/pot, 14,9 g/pot, and 18,7 g/pot respectively. The average ratio of root to shoot in guinea grass and signal grass fertilizer at 0 g/pot and defoliated 20 days interval was 1.91 g/pot, fertilized 0.4 g/pot and defoliated 20 days interval was 1.88 g/pot, fertilized 0,8 g/pot of 1.73 g/pot. The average ratio of root to shoot in guinea grass and signal grass fertilizedat 0 g/pot and defoliated 30 daysinterval was 2.54 g/pot, fertilized 0.4 g/pot and defoliated 30 days interval was 2.12 g/pot, fertilized 0,8 g/pot of 1.59 g/pot. The average ratio of root to shoot in guinea grass and signal grass fertilizer at 0 g/pot and defoliated 60 days interval was3.27 g/pot, fertilized0.4 g/pot and defoliated 60 days interval was 3.46 g/pot, fertilized 0,8 g/pot of 2.61 g/pot. Analysis of variance showed that the type of grass significantly (P<0.05) and fertilization was highly significant (P<0.01), while defoliation interval is not significant (P>0.05) to the length of the grass roots and grass Bengal signal. Analysis of variance showed that the type of grass and fertilizing highly significant (P<0.01), while defoliation interval is not significant (P>0.05) on dry weight production grassroots and grass Bengal signal. It is concluded that increasing level of N fertilization increases root length and root dry weight production while N fertilization and defoliation intervals increase shoot ratio inguinea grass and signal grass.

(9)

ix DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN... 1

TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya Hijauan Makanan Teranak ... 3

Sifat-sifat Umum Rumput Benggala (Panicum maximum) ... 3

Sifat-sifat Umum Rumput Signal (Brachiaria decumbens) ... 6

Pemupukan ... 8

Pemotongan (Defoliasi) ... 10

Alokasi Biomassa ... 13

MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Materi Penelitian ... 15

Perlakuan dan Pelaksanaan Penelitian ... 15

Rancangan Percobaan ... 15

Prosedur Kerja ... 16

Parameter yang Diukur ... 17

Model Statistik ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Panjang Akar ... 18

Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Berat Kering Akar ... 20

Pengaruh Perlakuan terhadap Rasio Akar dengan Pucuk ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 26

LAMPIRAN ... 30 RIWAYAT HIDUP ...

(10)

x

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Rataan Panjang Akar (cm) Rumput Benggala dan Rumput Signal ... 18 2. Rataan Produksi Berat Kering Akar (g/pot) Rumput Benggala dan

Rumput Signal ... 20 3. Rataan Rasio Akar dengan Pucuk ... . 22

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

Teks

1. Gambar Rumput Benggala (Panicum maximum) ... 4 2. Gambar Rumput Signal (Brachiaria decumbens) ... 8

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Perhitungan Dosis Pemupukan Urea ... 30

2. Denah Penempatan Perlakuan ... 31

3. Hasil SPSS Panjang Akar Rumput Benggala Rumput Signal ... 32

4. Hasil SPSS Berat Kering Rumput Benggala dan Rumput Signal ... 34

5. Hasil SPSS Rasio Akar dengan Pucuk Rumput Benggala dan Signal ... 36

6. Dokumentasi ... 38

(13)

1

PENDAHULUAN

Peningkatan populasi ternak khususnya ternak ruminansia sangat perlu didukung oleh ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun, mengingat hijauan pakan merupakan sumber serat kasar yang tinggi dan sebagai pakan utama dalam ransum ternak ruminansia, sehingga sangat perlu ditunjang oleh penyediaan hijauan pakan secara berkala, yang dapat mendukung peningkatan produktivitas ternak ruminasia.

Ketersediaan unsur hara di dalam tanah merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan produktivitas hijauan makanan ternak. Oleh karena itu perlu disuplai dengan penambahan unsur hara dalam bentuk pemupukan seperti pemupukan urea dimana pupuk urea ini diketahui kaya akan unsur nitrogen yang dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhan awalnya karena nitrogen merupakan unsur esensial pada berbagai senyawa penyusun tanaman serta salah satu unsur penyusun klorofil pada proses fotosintesis. Selain itu nitrogen yang terkandung pada pupuk urea juga berperan dalam meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah serta mampu meningkatkan produksi maupun nilai nutrisi hijauan makanan ternak (Sutedjo, 1992).

Dalam pemeliharaan tanaman beberapa hal sangat penting untuk diperhatikan yaitu interval defoliasi seperti waktu defoliasi dalam hal ini berkaitan pada umur tanaman, dan tinggi rendahnya pemotongan pada tanaman, karena defoliasi dengan menggunakan teknik yang tepat berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi hijauan, kemampuan tanaman untuk tumbuh kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies tanaman.

(14)

2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan N dan interval defoliasi terhadap biomassa rumput benggala dan rumput signal. Kegunaan penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi kepada masyarakat khususnya peternak mengenai pentingnya pemupukan N dan interval defoliasi dalam meningkatkan produksi dan kualitas hijauan makanan ternak yang dapat menunjang produksi ternak.

(15)

3

TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya Hijauan Makanan Ternak

Hijauan makanan ternak merupakan sumber serat kasar yang utama. Di dalam sistem pemeliharaan ternak tradisional di Indonesia hijauan merupakan bagian terbesar dari keseluruhan pakan yang diberikan, seperti rumput dan leguminosa (Maryono, 2009).

Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan pada ternak, maka dari itu sangat penting diperhatikan jenis, porsi dan mutu pakan yang akan diberikan pada ternak peliharaan sehingga perkembangan ternak sesuai yang diharapkan

(Prawiradiputra dkk., 2006).

Sifat-sifat Umum Rumput Benggala

Rumput benggala merupakan jenis rumput tahunan yang memiliki tinggi 60-90 cm, batang pada rumput benggala memiliki rongga halus yang memiliki diameter ±2,5mm . Rumput benggala memiliki daun berbentuk linear yang memiliki panjang daun hingga 90 cm dan lebar ±10 mm. Pada permukaan daunnya bertekstur kasar, pangkal daun ditutupi oleh rambut-rambut yang pendek dan menyebar, warna bunga hijau atau keunguan. Panen pertama dilakukan setelah 2–3 bulan setelah penanaman (Sutopo, 1988).

(16)

4 Kingdom : Plantae Phylum : Spermatophyte Subphylum : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Giumiflora Family : Poaceae Sub Familia : Panicoideae Genus : Panicum

Species : Panicum maximum

Gambar 1. Rumput Benggala di Laboratorium Tanaman Pakan dan Pastura Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin

Rumput benggala (Panicum maximum) atau disebut juga Guinea grass adalah rumput berasal dari Afrika tropik dan sub tropik. Rumput jenis ini dapat berfungsi sebagai penutup tanah, penggembalaan, ataupun diolah dalam bentuk hay dan silase (Reksohadiprodjo, 1985). Ciri atau karakterisasi tanaman ini adalah

(17)

5

tumbuh tegak membentuk rumpun, tinggi dapat mencapai 1-1,8 m, daun lebih halus dari pada rumput gajah, buku dan lidah daun berbuku, banyak membentuk anakan,bunga berwarna hijau atau kekuningan, akar serabut dalam (Setyati, 1980).

Rumput benggala juga tahan naungan, responsif terhadap pupuk nitrogen, dan juga tahan penggembalaan sehingga dapat dijadikan rumput potong ataupun pastura (Reksohadiprodjo, 1985). Pengelolaan tanaman ini dapat dilakukan dengan budidaya total, untuk perbanyakan tanaman ini dapat menggunakan biji 4 – 12 kg/ha atau dengan menggunakan sobekan rumput, jarak tanam yang sesuai adalah 60 x 60 cm (Soegiri dkk., 1982). Pemotongan dapat dilakukan 40 – 60 hari sekali atau dengan kata lain pemotongan pertama dapat dilakukan 2 – 3 bulan (Widjajanto, 1992).

Dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan rumput benggala sebagai hijauan pakan ternak telah dilakukan introduksi beberapa kultivar unggul. Untuk mengetahui sifat agronomi dan produktivitasnya, telah dilakukan penelitian secara intensif di Bogor oleh Siregar dkk., (1980) hasilnya menunjukkan bahwa rumput

Panicum maximum cv Guinea dengan interval pemotongan 3 sampai 8 minggu yang diberi pupuk Urea 900 kg ha/th, TSP dan KCl masing-masing 450 kg ha/th menghasilkan hijauan segar dan kering yang optimal sehingga mampu mensuplai kebutuhan dalam negeri sepanjang tahun. Sifat agronomis tinggi tanaman dan produktivitas beberapa kultivar yang diintroduksi menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan jumlah tunas tidak berhubungan dengan produksi hijauan. Tampaknya produktivitas tanaman dipengaruhi oleh sifat tanaman itu sendiri.

(18)

6

Sifat-sifat Umum Rumput Signal (Brachiaria decumbens)

Rumput signal merupakan rumput asli Afrika dan sekarang menyebar luas di tropis dan sub tropis. Menurut Keller-Grain et al. (1996) dalam Shelton (2007) rumput signal genus tropis paling banyak digunakan di daerah Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Rumput signal lebih toleran terhadap kondisi kering dan telah terbukti bahwa rumput tersebut di daerah tropika basah tumbuh agresif dan secara relative membebaskan pastura dari gulma dan menghasilkan produksi ternak yang tinggi (Humpreys, 1994).

Kingdom : Plantae Phylum : Spermatophyte Divisi : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Graminales Family : Graminaea Genus : Brachiaria

Species : Brachiaria decumbens

Menurut Shelton (2007) secara morfologi, rumput signal merupakan rumput yang tidak terlalu tinggi, berdiri tegak, berakar rizoma dengan warna hijau terang. Lebar daun berkisar antara 7-20 mm dengan panjang 5-25 cm, berbentuk lanceolata. Daun muncul dari batang yang bergandengan. Habitat alami rumput signal berada di padang rumput tebuka dan ternaungi berada di garis lintang 27°LU – 27° LS . Selain itu rumput ini dapat bertahan di ketinggian 0-1750 m. Temperatur optimal pertumbuhan signal grass antara 30-35°C.

(19)

7

Rumput signal adalah salah satu rumput gembala yang memiliki produksi lebih baik dibandingkan dengan rumput lapangan, memiliki nilai nutrisi yang tinggi, lebih tahan pada musim kemarau dan cocok untuk wilayah tropis. Sebagai rumput budidaya yang banyak dipergunakan oleh peternak. Rumput signal memiliki kandungan nutrisi yang baik yang dibutuhkan oleh ternak. Brachiaria decumbens berada di daerah tropik dan sub tropik di Australia terkenal dengan nama rumput signal, di Indonesia dengan nama rumput bede. Tanaman tahunan, tumbuh tegak membentuk hamparan lebat, tinggi 30-100 cm, daun pendek, kaku dan berstruktur halus, warna hijau gelap, berbulu, panjang daun 4-14 cm dan lebar 8 -12 mm. Batang tumbuh tegak dari dasar buku yang terdapat pada stolon yang menjalar di atas permukaan tanah (Karti, 2004).

Shelton (2007) menyebutkan bahwa rumput signal tumbuh pada kisaran kesuburan tanah yang luas, termasuk tanah miskin hara. Sistem perakaran rumput signal memiliki akar lebih halus dan dalam, menjadikannya superior dalam penyerapan unsur hara, terutama P dan N dari dalam tanah. Rumput signal dapat tumbuh baik pada iklim tropis yang lembab dengan curah hujan berkisar antara 1000-3000 mm/thn.

Rumput Signal biasanya ditanam sebagai penutup tanah yang digembalai pada perkebunan dan memberi penutup yang baik untuk menahan erosi pada daerah yang miring. Budidayanya bisa menggunakan biji atau pols, dan bisa dipanen pada umur 3-5 bulan setelah biji disebar. Rumput signal mengandung nilai nutrisi yang baik, seperti nilai palatabilitas dan kandungan protein yang tinggi (Kismono dan Susetyo, 1977).

(20)

8

Gambar 2. Rumput Signal di Laboratorium Tanaman Pakan dan Pastura Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Pemupukan

Pupuk dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada tanaman agar langsung maupun tidak langsung dapat menambah zat-zat makanan yang tersedia dalam tanah, disamping itu untuk memperbaiki keadaan fisik, kimia maupun biologis tanah. Pemupukan dilakukan karena media tanam tidak mampu menyediakan satu beberapa unsur hara yang diperlukan tanaman (Sutedjo, 1999).

Nitrogen, fosfor dan kalium merupakan unsur hara utama yang banyak dibutuhkan tanaman (Tisdale and Nelson, 1975). Nitrogen diperlukan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Pada tanaman, N berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun dengan warna yang lebih hijau (Sutedjo, 1999). Secara umum fosfor berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar, memperkuat

(21)

9

pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa, dan mempercepat pembungaan, sedangkan kalium berperan untuk membantu pembentukan protein dan karbohidrat, dapat memperkuat jaringan tanaman serta berperan mambentuk antibodi tanaman terhadap penyakit dan kekeringan (Marsono dan Sigit, 2001).

Pemupukan dasar untuk tanaman dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah. Dosis pemupukan disesuaikan dengan kesuburan tanah, karena penggunaan pupuk buatan yang terlalu tinggi akan meracuni tanah dan tanaman. Perlakuan pemupukan terhadap tanaman dapat dilakukan ketika tanaman sudah tumbuh akar, dapat melalui 2 perlakuan, yaitu pemupukan melalui akar dan pemupukan melalui daun (Reksohadiprojo, 1994).

Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen (Hardjowigeno, 1987).

Penambahahan nitrogen ke dalam padang rumput akan menaikan produksi bahan kering dan kualitas hijaun makanan ternak terutama kadar proteinnya. Perbaikan kesuburan tanah dengan pemupukan terutama pupuk nitrogen dan fosfat akan menaikan produksi hijauan pada tanah-tanah yang miskin hara (Nakagawa and Momonoki, 2000).

(22)

10

Sabri (1980) menyatakan bahwa teknologi penggunaan pupuk untuk mencapai tingkat daya guna yang tinggi perlu diperhatikan ketepatan, kecermatan dosis, waktu dan cara pemupukannya. Dosis pemupukan untuk tanaman rumput yang sering digunakan (Skerman and Riveros,1990) :

1. Pupuk Triple Super Posfat/ TSP, KCL/ ZK (Zwalvelziur Kali) sebanyak 150-200 kg/ha/th, diberikan sebelum atau bersamaan tanam sebagai pupuk dasar.

2. Pemupukan dengan Urea sebanyak 250-300 kg/ha/th, diberikan setelah rumput berumur 2 minggu setelah tanam di lapangan .

3. Pemupukan lanjutan diberikan setiap selesai potong/defoliasi dengan pupuk

urea sebanyak 50 kg/ha dengan cara disebar atau dibenam dalam tanah. Pemotongan (defoliasi)

Interval pemotongan adalah selang waktu antara pemotongan awal sampai saat pemotongan berikutnya. Intensitas pemotongan dimaksudkan sebagai tinggi pemotongan dari atas permukaan tanah (Kristyowantari, 1992). Intensitas defoliasi meningkatkan penyerapan N yang dialokasikan untuk pertumbuhan daun yang diperoleh dari akar dan daun tua. Frekuensi defoliasi tidak mempengaruhi pengambilan alokasi N pada akar, daun tua maupun daun muda, namun frekuensi defoliasi/pemotongan meningkatkan jumlah anakan pada tanaman. Hal ini mengindikasikan bahwa mobilisasi N digunakan untuk pertumbuhan anakan pada tanaman akibat pengaruh frekuensi defoliasi/pemotongan (Lestienne et al., 2006).

(23)

11

Pemotongan sangat mempengaruhi pertumbuhan berikutnya, semakin sering dilakukan pemotongan dalam interval yang pendek maka pertumbuhan kembali akan semakin lambat, disebabkan karena tanaman tidak ada kesempatan yang cukup untuk berasimilasi (Rahman, 2002). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam defoliasi adalah saat atau waktu untuk defoliasi dan tinggi rendahnya pemotongan pada tanaman (Reksohadiprojo, 1999).

Crowder and Cheda (1982) menyatakan bahwa interval pemotongan pada tanaman berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi, kemampuan tanaman untuk tumbuh kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies tanaman. Frekuensi pemotongan berlaku bahwa pada batas tertentu, frekuensi pemotongan/defoliasi yang semakin rendah akan mengakibatkan produksi kumulatif bahan kering semakin tinggi dibandingkan produksi kumulatif oleh pemotongan yang lebih sering.

Interval defoliasi sangat penting dipertimbangkan oleh setiap peternak karena setelah pemotongan pertumbuhan tanaman kembali memerlukan zat-zat yang kaya energi seperti gula yang erat hubungannya dengan zat-zat nitrogen, fospor dan kalium. Pada interval pemotongan yang singkat kadar karbohidrat cadangan dalam akar tanaman akan menurun sehingga dapat mengganggu pertumbuhan kembali pada tanaman (Rahman, 2002). Adaptasi tanaman setelah pemotongan sangat bergantung terhadap respon morfologi dan fisiologi tanaman. Kemampuan tanaman menggunakan karbon dan nitrogen akan mengembalikan kemampuan tanaman untuk berfotosintesis memenuhi kebutuhan organ tanaman untuk bertahan hidup setelah pemotongan (Kavanova and Gloser, 2004).

(24)

12

Produksi bahan segar dan bahan kering dipengaruhi oleh interval pemotongan (Puger, 2002). Adanya kencenderungan perubahan produksi segar dan kering seiring dengan lama interval pemotongan karena proporsi bahan kering yang dikandung oleh rumput yang berubah seiring dengan umur tanaman. Makin tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya dan proporsi dinding selnya lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel (Beever and Gill, 2000). Pada rerumputan, konsentrasi nitrogen pada hijauan akan menurun ditandai dengan meningkatnya umur tanaman yang disebabkan meningkatnya bagian dinding sel dan menurunnya bagian silitol (Whitehead, 2000).

Menurut Minson (1990) penurunan kadar protein kasar selain karena umur tanaman juga disebabkan oleh penurunan proporsi helai daun dengan kelopak daun dan batang dimana pada helai daun mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan berbagai kelopak daun dan batang. Menurut Djajanegara et al. (1998) menyatakan bahwa umur tanaman pada saat pemotongan sangat berpengaruh terhadap kandungan gizinya.

Pengaturan interval dan tinggi pemangkasan sangat penting diperhatikan karena berhubungan dengan aspek fisiologi dan produksi yang dihasilkan serta kesanggupan untuk tumbuh kembali. Pemangkasan yang terlalu berat dengan tidak memperhatikan kondisi tanaman akan menghambat pertumbuhan tunas baru sehingga produksi yang dihasilkan dan perkembangan anakan menjadi berkurang. Sebaliknya pemangkasan yang terlalu ringan menyebabkan pertumbuhan tanaman didominas oleh pucuk dan daun saja, sedangkan pertumbuhan anakan berkurang (Ella, 2002).

(25)

13

Semakin singkat interval pemangkasan mengakibatkan semakin singkat pula waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan cadangan makanan dalam aktifitas pertumbuhan. Primandini (2007), menyatakan pemangkasan (defoliasi) berat mengakibatkan terhambatnya pembentukan tunas baru pada tanaman dan terkurasnya cadangan makanan tanaman.

Alokasi Biomassa

Secara umum biomassa merupakan seluruh bagian dari tanaman mulai dari akar sampe pucuk daun, seperti rumput dan legum yang merupakan hijauan yang berkualitas tinggi. Rumput adalah jenis tanaman yang tumbuh cepat serta menghasilkan lebih banyak biomassa dalam jangka waktu yang singkat dibanding dengan tanaman lain (Nakagawa and Momonoki, 2001).

Biomassa tanaman dapat terjadi jika adanya pengikatan atau penyerapan CO2 melalui proses fotosintesis diubah oleh tanaman menjadi karbon organik.

Kandungan karbon absolut dalam biomassa disebut pula dengan istilah cadangan carbon atau carbon stock (Ulumuddin dkk., 2005).

Kandungan karbon dan biomassa tanaman dipengaruhi oleh komposisi vegetasi tumbuhan penyusunnya, dimana vegetasi akan memproduksi biomassa yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah (Asril, 2009).

Frekuensi pemotongan dan pemupukan N memberikan efek pada kuantitas dan kualitas rumput-rumputan serta hasil dan proporsi bagian tanaman. Seperti pada daerah Nsukka dan Nigeria, menunjukkan bahwa produksi bahan kering, helai daun, batang dan fraksi bunga dari padang rumput yang rusak meningkat secara signifikan dengan peningkatan interval pemotongan pada rumput.

(26)

14

Selain itu juga menunjukkan bahwa aplikasi pupuk N mengurangi secara signifikan pada proporsi helai daun, tetapi meningkatkan persentase fraksi batang (Onyeonagu and Asiegbu, 2012).

Partisi biomassa dalam hijauan sangat bervariasi selama pengembangan tanaman, sesuai dengan tingkat pasokan nutrisi yang di peroleh selama masa pertumbuhan. Nitrogen mengubah partisi biomassa selama masa pertumbuhan kembali, dimana nitrogen mensuplai pemulihan biomassa akar dan daun. Pasokan N yang lebih tinggi mengurangi mobilisasi pangkal batang dan massa akar untuk mempertahankan produksi di sekitar 10-13 hari setelah defoliasi. Misalnya pada rumput benggala cv mombasa yang sangat responsif terhadap penggunaan nitrogen, dengan pasokan N yang tinggi dapat mensuplai peningkatan fertilisasi setelah 6-11 hari pertumbuhan kembali, sehingga rumput tersebut dapat dipanen sekitar 24-28 hari pertumbuhan (Revista, 2014).

Adapun tanaman rumput lainnya yang memiliki efek spesifik pada biomassa akar dan partisi nutrisi dengan penyerapan nitrogen, yaitu rumput Bluestem dan switchgrass dengan pemupukan N sekitar 140 kg N/ha-¹ meningkatkan biomassa rumput yaitu alokasi nutrisi ke akar lebih besar dari pada pucuk. Sebaliknya, untuk rumput Indian grass dan Gamagrass timur, alokasi biomassa akar dan nutrien dipengaruhi secara buruk oleh penyerapan unsur N (Heggenstaller at al., 2009).

(27)

15

MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai Maret 2015, berlokasi di Laboratorium Lapangan Tanaman Pakan dan Pastura Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.

Materi Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini seperti cangkul, parang, meteran, ayakan tanah, selang, pisau (cutter), pot, ember, gunting, oven dan timbangan.

Bahan-bahan yang digunakan adalah rumput benggala, rumput signal, pupuk TSP, KCL, urea, amplop, tanah dan air.

Perlakuan dan Pelaksanaan penelitian a. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 2 x 3 x 3 dengan 3 ulangan . Sebagai faktor (A) adalah dua jenis rumput (rumput benggala dan rumput signal), faktor (B) adalah 3 tingkat pemupukan N (0 kg/ha, 100 kg/ha dan 200 kg/ha) dan faktor (C) 3 interval defoliasi (20, 30, dan 60 hari setelah pemotongan seragam). Pemupukan N menggunakan urea dilakukan bersamaan dengan pemotongan untuk penyeragaman sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Pemupukan urea dilakukan dengan membenamkan pupuk ke dalam tanah sedalam 2 cm. Defoliasi dilakukan dengan jarak sesuai dengan perlakuan dengan menggunakan gunting setinggi 10 cm dari permukaan tanah.

(28)

16

b. Prosedur Kerja

Rumput benggala dan rumput signal ditanam di dalam pot berdiameter atas 22,5, bawah 13 cm dan tinggi 31 cm, dengan menggunakan anakan sebanyak 2 batang per pot. Pot-pot diisi dengan tanah sebanyak 8 kg tanah kering matahari yang telah disaring menggunakan saringan kawat dengan jarak 0,5 cm. Bersamaan dengan waktu penanaman, rumput dipupuk dengan pupuk urea dengan dosis 1 gr/pot, TSP 1,6 gr/pot dan KCL 1,3 gr/pot sebagai pupuk dasar, dengan cara dibenamkan di dalam tanah. Setelah berumur 1 bulan rumput dikelompokkan berdasarkan jumlah anakan per pot, yang terdiri dari 3 kelompok yaitu kelompok rendah jumlah anakan sekitar 1-4 anakan, kelompok sedang jumlah anakan terdiri dari 5-8 anakan dan kelompok tinggi jumlah anakan sekitar 9-13. Bersamaan pada waktu pengelompokan rumput dipotong seragam dengan tinggi 10 cm dari permukaan tanah dan diberikan pupuk urea yaitu pemupukan kontrol, pemupukan 0,4 g/pot, pemupukan 0,8 g/pot. Penyiraman rumput dilakukan setiap hari, dan dilakukan pencabutan gulma untuk menghindari persaingan tanaman dalam penyerapan unsur hara.

Pemotongan rumput benggala dan rumput signal dilakukan pada umur 20, 30, dan 60 hari setelah penyeragaman. Pada umur 60 hari rumput didefoliasi terakhir, dan dilakukan pengukuran parameter tanaman di bagian akar rumput yang telah dicabut, dibersihkan dan diukur panjangnya, di masukkan ke amplop yang diketahui berat awalnya kemudian ditimbang dan di oven dengan suhu 700C selama 3 hari untuk mengetahui biomassa akar (Goering and Van Soest, 1970).

(29)

17

c. Parameter yang Diukur

Parameter yang diteliti adalah alokasi biomassa akar tanaman, meliputi panjang akar, produksi berat kering akar dan rataan rasio pucuk dengan akar. Produksi berat kering akar ditentukan dengan menimbang sampel segar rumput dan masukkan ke dalam oven temperatur 70º C selama 24 jam lalu ditimbang. Perbedaan hasil timbangan sebelum dan sesudah diovenkan lalu dibagi dengan berat sampel segar merupakan kadar berat kering (Aryanto dan Polakitan, 2009)

d. Model Statistik

Model statistika percobaan rancangan kelompok pola faktorial yang terdiri dari 3 faktor (A, B, dan C) dengan RAK ( Asja, 2013).

Yijkr=µ+Kɩ + αɩ +β ϳ + γk + (αβ)ij + (αγ)ik + (βγ ) jk + (αβγ)ijk + ϵijkr i = 1,2,

j = 1,2,3 k = 1,2,3 r =1,2,3

Dimana :

Yijkr = Nilai pengamatan kelompok ke -1 yang memperoleh kombinasi perlakuan ke-i (taraf perlakuan faktor A), ke-j (taraf perlakuan faktor B) dan ke-k (taraf perlakuan faktor C).

µ =Nilai tengah populasi (rata-rata sesungguhnya).

= Pengaruh aditif dari kelompok ke-1

αɩ = Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A

βϳ = Pengaruhaditif taraf ke-j dari faktor B

γk = pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor C

(αβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B

(αγ)ik = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-k faktor C

(βγ) jk = Pengaruh interaksi taraf ke-j faktor B dan taraf ke-k faktor C

(αβγ)ijk = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B dan taraf ke-k faktor C.

(30)

18

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Panjang Akar.

Rataan panjang akar rumput benggala dan rumput signal pada perlakuan pemupukan urea dan defoliasi dapat dilihat pada pada Tabel 1.

Sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa jenis rumput berpengaruh nyata (P<0,05) dan pemupukan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap panjang akar sedangkan interval defoliasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap panjang akar kedua jenis rumput.

Tabel 1: Rataan Panjang Akar (cm) Rumput Benggala dan Rumput Signal. Pemupukan Jenis Rumput

(g/pot) Rumput Benggala Rumput Signal Rata-rata 0 71,8 58,7 65.25a

0,4 82,1 68,4 75,25b 0,8 99,3 93,2 96,25c Rata-rata 71,1b 58,1a

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) dan sangat nyata (P<0,01). Hasil uji beda nyata terkecil menunjukkan panjang akar pada rumput benggala (71,1 cm) nyata lebih panjang dibanding dengan rumput signal (58,1 cm), hal ini karena adanya perbedaan bentuk akar pada rumput benggala dan rumput signal dimana rumput benggala memiliki akar yang panjang, tebal dan kuat sehingga mampu menyebar atau memperluas sistem perakaran ke jarak yang lebih jauh untuk memperoleh suplai hara yang akan di translokasikan ke daun tanaman, sedangkan pada rumput signal memiliki sistem perakaran yang lebih pendek, kecil

(31)

19

dan bercabang-cabang sehingga terlihat banyak dan padat, maka dari itu akar rumput signal yang pendek mengakibatkan tidak mampu mendapatkan suplai hara secara optimal karena akar rumput tersebut hanya mampu memperoleh suplai hara yang terdapat di sekitar media tumbuh tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Palupi dan Dedywiryanto (2008) yang menyatakan bahwa tanaman berakar panjang akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengabsorbsi air dibandingkan dengan tanaman berakar pendek sehingga dapat menyerap air dan laju tumbuh yang lebih dalam atau kesamping sampai ke lapisan tanah yang memiliki ketersediaan unsur hara dan air yang cukup, untuk di pergunakan tanaman sehingga mampu bertahan hidup.

Pemupukan N sangat respon terhadap bagian akar tanaman rumput benggala dan rumput signal, seperti pada rumput benggala yaitu panjang akarnya meningkat di banding pada rumput signal. Selain itu rumput benggala memiliki bentuk akar yang lebih keras dan tebal akan tetapi memiliki sedikt rambut-rambut akar halus, sedangkan pada rumput signal akarnya panjang menjalar ke samping dan terbentuk banyak cabang akar yang di sertai rambut-rambut akar halus yang lebih banyak dan padat, serta terbentuk buku ruas pada batangnya yang disertai rambut-rambut akar dan calon anakan yang baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Setyamidjaja (1986 ) menyatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen pada tanaman berperan dalam merangsang pertumbuhan jaringan tanaman, jumlah anakan, lebar daun, dan panjang akar (Setyamidjaja, 1986 ). Pendapat ini juga di dukung oleh Whitemen (1974) bahwa Pemberian pupuk ke dalam tanah untuk meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah yang dapat di serap tanaman untuk

(32)

20

mensuplai pertumbuhan awal tanaman seperti akar, batang dan daun, dapat di lakukan dengan pemberian pupuk urea yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman khususnya pada masa pertumbuhan, membantu dalam proses metabolisme sehingga dapat memperoleh biomassa tanaman yang tinggi. Kekurangan unsur hara nitrogen dalam tanah menyebabkan tanaman menjadi kerdil, pertumbuhan akar terbatas, daun kuning atau menjadi kering, sedangkan kelebihan nitrogen akan memperlambat kematangan tanaman.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Produksi Berat Kering Akar.

Adapun rataan produksi berat kering akar rumput benggala dan rumput signal akibat perlakuan pemupukan urea dan defoliasi dapat dilihat pada pada Tabel 2.

Sidik ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa jenis rumput dan pemupukan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi berat kering akar rumput benggala dan rumput signal sedangkan defoliasi tidak berpengaruh nyata (P>0,05).

Tabel 2 : Rataan Produksi Berat Kering Akar (g/pot) rumput Benggala dan rumput signal.

Pemupukan Jenis Rumput

(g/pot) Rumput Benggala Rumput Signal Rata-rata 0 17,4 13,1 15,25a

0.4 19,5 14.9 17,2b

0.8 22,1 18,7 20,4c

Rata-rata 19,7b 5,6a Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama

(33)

21

Hasil uji beda nyata terkecil menunjukkan bahwa produksi berat kering akar rumput benggala (19,7 g) nyata lebih tinggi dibanding dengan berat kering akar rumput signal (15,6 g). Hal ini mungkin karena pada rumput benggala akarnya lebih panjang dan memiliki lebih banyak cabang akar di banding dengan rumput signal yang sistem perakarannya lebih pendek. Hal ini sesuai dengan pendapat Sitompul dan Guritno (1995) berpendapat bahwa produksi bahan kering akar meningkat seiring dengan meningkatnya panjang akar sehingga semakin tinggi pula hasil tanaman.

Pemupukan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi berat kering akar dimana semakin tinggi dosis pemupukan N, maka penggunaan nitrogen semakin tinggi, sehingga mensuplai produksi berat kering akar rumput meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Aryanto dan Polakitan (2009), mengatakan bahwa besarnya persentasi pertumbuhan tergantung ketersediaan unsur hara di dalam tanah khususnya nitrogen dimana unsur N dapat meningkatkan respirasi untuk merangsang serapan unsur hara sehingga meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Unsur N yang mampu meningkatkan produksi berat kering, dimana semakin tua tanaman hasil fotosintesis yang berupa produksi berat kering yang cukup bagus. Sebaliknya tanaman yang dipotong pada interval waktu yang singkat, maka produksi berat kering akan menurun. Hal ini sesuai pendapat (Kismono dan Susetyo, 1977 bahwa apabila rumput dipotong pada interval defoliasi yang lebih singkat akan mengakibatkan rendahnya fotosintesis dan

(34)

22

kandungan cadangan makanan dan N memiliki kandungan unsur hara yang sangat tinggi, sehingga mampu meningkatkan produksi tanaman.

Pemenuhan kebutuhan tanaman akan unsur N umumnya dilakukan dengan pemberian pupuk kimia yaitu pupuk urea yang diketahui mnegandung unsur nitrogen yang sangat tinggi. Semakin tinggi taraf pemupukan semakin meningkat serapan nitrogen oleh tanaman. Hal ini terkait dengan ketersediaan nitrogen dalam tanah yang semakin meningkat dengan penambahan pupuk.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Rasio Akar dengan Pucuk.

Rata-rata rasio akar dengan pucuk rumput benggala dan rumput signal akibat perlakuan pemupukan urea dan defoliasi dapat dilihat pada pada Tabel 3.

Sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa pemupukan urea berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasio akar seluruhnya dengan bagian tanaman pucuk sedangkan interval defoliasi menunjukkan pengaruh sangat nyata (P<0,01) tetapi jenis rumput tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap rasio akar kedua jenis rumput.

Tabel 3 : Rataan Rasio Akar dengan Pucuk. Defoliasi Pemupukan (g/pot)

0 0.4 0.8 Rata-rata 20 hari 1,91 1,88 1,73 1,84a 30 hari 2,54 2,12 1,59 2,08b 60 hari 3,27 3,46 2,61 3,11c Rata-rata 2,57c 2,48b 1,98a

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) dan sangat nyata (P<0,01). Hasil uji beda nyata terkecil menunjukkan semakin tinggi taraf pemupukan N dan interfal defoliasi tanaman rumput, maka diperoleh rataan hasil rasio pucuk

(35)

23

nyata (P<0,05) semakin meningkat dibanding rasio akar tanaman. Hal ini karena tanaman rumput memiliki peluang yang besar untuk tumbuh dan melakukan fotosintesis untuk memenuhi cadangan makanannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Huda (2000) menyatakan bahwa semakin lama umur defoliasi maka semakin banyak kesempatan tanaman untuk tumbuh dan melakukan fotosintesis, sehingga akumulasi karbohidrat semakin besar dan sebagian besar karbohidrat yang terbentuk digunakan untuk pembentukan dinding sel kemudian meningkatkan proporsi hijauan segar rumput.

Hal ini juga didukung oleh pendapat Reksohadiprodjo (1985) bahwa defoliasi tanaman pada umur relatife muda akan menghasilkan rasio yang lebih besar pada pucuk dibanding rasio akar. Pada umur defoliasi yang pendek tanaman sedang membentuk tunas baru dan berkembang sehingga tanaman membutuhkan banyak unsur hara terutama unsur nitrogen yang berperan penting mensuplai dalam proses pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman.

Tanaman sangat membutuhkan nitrogen karena nitrogen merupakan unsur esensial pada berbagai senyawa penyusun tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Dilz (1998) bahwa ketersediaan nitrogen dalam tanah yang semakin meningkat dengan penambahan pupuk. Pemberian pupuk urea untuk memenuhi kebutuhan nitrogen merupakan upaya meningkatkan produksi maupun nilai nutrisi hijauan makanan ternak, namun pemberian pupuk nitrogen dalam jumlah besar dapat menyebabkan terjadinya akumulasi mineral nitrogen dalam tanah.

(36)

24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan taraf pemupukan N meningkatkan panjang akar rumput benggala dibanding rumput signal, hal ini karena rumput benggala mampu menyebar atau memperluas sistem perakaran ke jarak yang lebih jauh untuk memperoleh suplai hara seperti unsur N yang dapat merangsang kemampuan tanaman untuk berproduksi secara normal.

2. Pemupukan N dan interfal defoliasi menyababkan rasio pucuk lebih tinggi dari rasio akar pada kedua jenis rumput, hal ini karena semakin lama umur defoliasi maka peluang dan kesempatan tanaman untuk tumbuh dan melakukan proses fotosintesis semakin panjang, hingga terbentuk akumulasi karbohidrat yang akan digunakan untuk pembentukan dinding sel dalam meningkatkan proporsi hijauan segar rumput.

Saran

Sebaiknya masyarakat memperhatikan teknologi penggunaan pupuk untuk mencapai daya guna yang tinggi, yaitu diperhatikan ketepatan dosis pupuk yang digunakan, waktu pemupukan yang tepat yaitu harus di dukung oleh cuaca yang baik, dapat pula dilakukan pada saat bersamaan dengan penanaman tanaman sebagai pupuk dasar, dan cara pemupukan yaitu paling efektif dengan cara di benamkan ke dalam tanah dengan kedalaman 2 cm dari permukaan tanah, karena dengan dibenamkan pupuk akan cepat terurai sehingga cepat di serap oleh tanaman.

(37)

25

Defoliasi tanaman juga sangat penting dilakukan secara tepat agar diperoleh produksi hijauan yang meningkat, ketahanan spesies tanaman dapat dipertahankan, serta kemampuan tanaman untuk tumbuh kembali. Maka dari itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam defoliasi adalah waktu defoliasi dalam hal ini tidak boleh dilakukan pada umur tanaman yang terlalu muda karena dapat mengganggu proses pertumbuhan tanaman, pemotongan/defoliasi tidak terlalu sering karena defoliasi dalam interval yang pendek akan memperlambat pertumbuhan kembali, dan tinggi rendahnya pemotongan tanaman sekitar 10 cm dari permukaan tanah.

(38)

26

DAFTAR PUSTAKA

Aryanto dan D. Polakitan. 2009. Uji produksi rumput dwarf (Pennisetum purpureum CV. Dwarf). Jurnal Ilmiah, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara, JL. Kampus Pertanian Kalasey.

Asril. 2009. Pendugaan Cadangan Karbon Di Atas Permukaan Tanah Rawa Gambut Di Stasiun Penelitian Suaq balimbing Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

Asja Mawardi, 2013. Pengantar Percobaan Faktorial. Wawasan Peternakan dan Statistik. http://mawardiasja/Wawasan Peternakan dan Statistika. Html. 26 November 2014.

Beever, D.E.N. Offer and M. Gill. 2000. The feeding value of grass and grass products. In: A. Hopkins (Ed)., Grass: Its Production and Utilization. Published for British Grassland Soc. By Beckwell Science. 141-195. Crowder, L.V. and H.R. Cheda (1982). Tropical Grassland Husbandry. Tropical

Agri. Series. Longman, London. p. 562.

Dilz, K. 1988. Efficiency of uptake and utilization Of fertilizer nitrogen by plants.

In: nitrogen Efficiency in agricultural soils. D.S. Jenkinson and K.A. smith (eds.). Elsevier Applied science, london and new york.

Djajanegara, A., M. Rangkuti., Siregar, Soedarsono, S.K. Sejati. 1998. Pakan ternak dan Faktornya. Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Departemen Pertanian, Bogor.

Ella, A.2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Jenis Rumput dan Leguminosa Pakan yang Ditanam pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.

Goering, H. K. and P. J. Van Soest. 1970. Forage Fiber Analysis (Apparatus, Reagents, Procedure and some Application). Agriculture Hand book No.379. Agriculture Research Service. United States Department of Agriculture.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Edisi pertama. PT.Medyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Humphreys, L.R. 1994. Tropical Forages: Their Role in Sustainable Agriculture. Longman Scientific & Technical.

Huda, K. 2000. Pengaruh Umur Defoliasi dan Dosis Pemupukan Urea terhadap Laju Asimilasi Bersih Rumput Gajah (Pannisetum purpureum).

(39)

27

Heggenstaller, H. Andrew, Moore, J. Kenneth, Liebman, Matt, Anex, P. Robert. 2009. Nitrogen Influences Biomass and Nutrient Partitioning by Perennial, Warm-Season Grasses. Agronomy Journal. 101 (6) : 1363-1371.

Kismono, I. dan S. Susetyo. 1977 . Pengenalan Jenis Hijaun Tropika Penting Produksi Hijauan Makanan Ternak Untuk Sapi Perah . BPLPP . Lembang, Bandung .

Kristyowantari, R. 1992. Pengaruh interval dan tinggi pemotongan terhadap produksi dan beberapa aspek kualitas rumput Raja. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Karti, P.D.M.H. 2004. Efektivitas SKM dan kombinasinya terhadap pertumbuhan tanaman sayuran. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kavanova, M. and V. Glozer. 2004. The use of internal nitrogen stores in the

rhizomatous grass Calamagrostis epigejos during regrowth after defoliation. Annuals of Botany. 95 (3) : 457 - 463.

Lestienne, F., B. Thornton and F. Gastal. 2006. Impact of defoliation intensity and frequency on N uptake and mobilization in Lolium perenne. Journal of Experimental Botany. 57 (4) : 997-1006.

Minson, D. J, 1990. The chemical composition and nutritive value of tropical grasses, In: P.J. Skerman dan F. Riveros. Tropical Grasses. FAO Plant Production and Protection Series No. 23. FAO, Rome.

Marsono dan P.Sigit. 2001. Pupuk Akar dan Aplikasi. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.

Maryono, 2009. Memanfaatkan Hasil Hutan Ikutan Tanaman Pangan dan Perkebunan untuk Pakan Ternak, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 31 no.4.

Nakagawa, H. and T. Momonoki. 2000 : Yield and persistence of guinea grass and Rhodes grass cultivars in subtropical Ishigaki Island. Grassland Sciences, vol. 46, pp. 234-241.

.2001. Development and cultivation of forage and crops for clean biomethanol production to keep global environment. Farming Japan. 35 (2) : 22-31.

Onyeonagu, C. C and J.E. Asiegbu. 2012. Effects of Cutting Frequency and Nitrogen Fertilizer Application on Yield, Proportion of Crop Fractions and Leaf to Stem Ratio in Guinea Grass (Panicum maximum). Departemen of Crop Sciens. African Journal of Agricultural Research.7 (21), pp 3217-3225.

(40)

28

Prawiradiputra, B.R., Sajimin, N.D. Purwantari dan I. Herdiawan. 2006. Hijauan Pakan Ternak di Indonesia. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Puger, A.W. 2002. Pengaruh interval pemotongan pada tahun ketiga terhadap pertumbuhan dan produksi Gliciridia sepium yang ditanam dengan system penyangga. Majalah ilmiah peternakan. 5 (2): 53-57.

Primandini, Y. 2007. Hijauan Pakan Ternak. http://poultry Indonesia/ file:///c:/users/acer/downloads/literatur/peternakan/ hijauan pakan ternak.html. Diakses 20 Desember 2014.

Palupi ER dan Dedywiryanto Y (2008) Kajian karakter toleransi cekaman kekeringan pada empat genotipe bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis

Jacq). Bul Agron 36 (1): 24-32.

Reksohadiprodjo S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi. Yogyakarta: UGM Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono. Jilid 3. Penerbit ITB Bandung.

.1994. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

. 1999. Produksi Biji Rumput dan Legum Makanan Ternak Tropik. BPFE UGM, Yogyakarta.

Rahman, S. 2002. Introduksi tanaman makanan ternak di lahan perkebunan: respon beberapa jenis tanaman makanan ternak terhadap naungan dan tatalaksana pemotongan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 4 (1): 46-53. Revista, B. 2014. Tillering and Biomas Partitioning of Mombasa Grass Under Nitrogen Fertilization During Regrowth. http www.scielo.br/scieolo/php.html. 12 Nov 2014.

Setyati, S. H. 1980. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sabri S.A. 1980. Tingkat Daya Guna Pemupukan Tanaman Padi Sawah di Wilayah III Cirebon. Majalah Pertanian No. 2, XXVII, th 1980. Departemen Pertanian.

Siregar, M. E., M. Martawijaya Dan T. Herawati. 1980. Pengaruh Tatalaksana Interval Panen Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Produksi Rumput Benggala (P. Maximum Cv Guinea). Bulletin Lembaga Penelitian Peternakan. No. 26.

(41)

29

Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Jenis Hijauan Makanan Ternak Daerah Tropik. Direktorat Bina Produksi Pertanian, Jakarta.

Setyamdjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Sutopo, L. 1988. Teknologi Benih. CV. Rajawali, Jakarta.

Skerman, P .J . and F . Riveros . 1990 . Tropical grasses . Food and Agriculture Organization of the United Nationsn Rome.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman . Gadjah Mada University Press.

Sutedjo M M.1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. .1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Shelton. M, 2007. Brachiaria decumbens. http://www.fao.org/AG/AGP/agpc/doc/ Gbase / data / pdf.000188/ html 26 Des 2014.

Tisdale, G.D. and V. Nelson, 1975. Effect of Cutting management and Nitrogen Fertilization on Yield and Quality of Pennisetum pedicellatum Trin, (Dinanath Grass ), Trp. Agric. Trinidad Vol. 63 ( 2 ).

Ulumuddin, Y.I., Sulistyawati, E., Hakim, D.M., dan Harto, A.B. 2005. Korelasi Stok Karbon dengan Karakteristik Spektral Citra Landsat: Studi Kasus Gunung Papandayan. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV “Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa” Surabaya 14 – 15 September 2005.

Whitemen, P. C. 1974. The Enviroment and Pasture Growth ”In A Course Manual in Tropical Pasture Science”. A. V. C. Watson Fergusson and co, Ltd Brisbane.

Widjajanto, D. W. 1992. Pertumbuhan dan Produksi Potong pada Berbagai Kadar Lengas Tanah. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Whitehead, D.C. 2000. Nutrient Element In Grassland: Soil-Plant-Animal

(42)

30

Lampiran 1.

Lampiran Perhitungan Dosis Pemupukan Urea

Rumus Lingkaran : 22 x r x r 7 22 x 11,25 x 11,25 7 = 397,76 cm2 = 0,03976 m2 100 kg urea = 100.000 g/urea 1 ha 10.000 m2 = 10 g urea/m2 = 0,03976 m2 10 g urea/m2 = 0,03976 g urea = 0,4 g urea 10 g urea/m2 = 10 g urea/m2 x 0,03976/m2 = 0,3976 g urea = 100 x 0,3976 46 = 0,8 g

(43)

31

Lampiran 2.

Denah penempatan perlakuan dapat dilihat pada lampiran berikut.

Lampiran 1. Denah Penempatan Perlakuan

PERLAKUAN (R) S. P01(0) S. P011(0.4) S. P021(0.8) (R) B. P01(0) B. P011(0.4) B. P021(0.8) (S) S. P02(0) S. P012 (0.4) S. P022(0.8) (S) B. P02(0) B. P012(0.4) B. P022(0.8) (T) S. P03(0) S. P013(0.4) S. P023(0.8) (T) B. P03(0) B. P013(0.4) B. P023(0.8) Keterangan :

Kelompok Rendah = (R) S. P01 (0) : Kontrol (0 g/pot) (R) B. P01 (0)

(R) S. P011 (0,4) : Pupuk Urea (0,4 g/pot) (R) B. P011 (0,4)

(R) S. P021 (0,8) : Pupuk Urea (0,8 g/pot) (R) B. P021 (0,8)

Kelompok Sedang = (S) S. P02 (0) : Kontrol (0 g/pot) (S) B. P02 (0)

(S) S. P012 (0,4) : Pupuk Urea (0,4 g/pot) (S) B. P012 (0,4)

(S) S. P022 (0,8) : Pupuk Urea (0,8 g/pot) (S) B. P022 (0,8)

Kelompok Tinggi = (T) S. P03 (0) : Kontrol (0 g/pot) (T) B. P03 (0)

(T) S. P013 (0,4) : Pupuk Urea (0,4 g/pot) (T) B. P013 (0,4)

(T) S. P023 (0,8) : Pupuk Urea (0,8 g/pot) (T) B. P023 (0,8)

(44)

32

Lampiran 3.

1. Hasil SPSS Panjang Akar

Homogeneous Subsets Between-Subjects Factors Rumput Benggala 27 Rumput Signal 27 Kontrol 18 0,4 gr 18 0,8 gr 18 Def oliasi 20 hari 18 Def oliasi 30 hari 18 Def oliasi 60 hari 18 1 2 Rumput 1 2 3 Pemupukan 1 2 3 Def oliasi Value Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Panjang Akar

14074.167a 17 827.892 3.681 .000 225428.167 1 225428.167 1002.315 .000 2255.574 1 2255.574 10.029 .003 8445.778 2 4222.889 18.776 .000 174.111 2 87.056 .387 .682 1326.815 2 663.407 2.950 .065 442.704 2 221.352 .984 .384 864.111 4 216.028 .961 .441 565.074 4 141.269 .628 .646 8096.667 36 224.907 247599.000 54 22170.833 53 Source Corrected Model Intercept Rumput Pemupukan Def oliasi Rumput * Pemupukan Rumput * Def oliasi Pemupukan * Def oliasi Rumput * Pemupukan * Def oliasi Error Total Corrected Total Ty pe II I Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = . 635 (Adjusted R Squared = .462) a.

(45)

33 Pemupukan Defoliasi

Lampiran 4.

Panjang Akar 18 50.9444 18 61.7222 18 81.1667 .093 1.000 18 50.9444 18 61.7222 18 81.1667 1.000 1.000 1.000 Pemupukan Kontrol 0,4 gr 0,8 gr Sig. Kontrol 0,4 gr 0,8 gr Sig. Tukey HSDa,b Duncana,b N 1 2 3 Subset

Means f or groups in homogeneous subsets are display ed. Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 224.907. Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000. a.

Alpha = .05. b.

Pan jang Akar

18 62.5000 18 64.4444 18 66.8889 .657 18 62.5000 18 64.4444 18 66.8889 .415 Def oliasi

Def oliasi 20 hari Def oliasi 30 hari Def oliasi 60 hari Sig.

Def oliasi 20 hari Def oliasi 30 hari Def oliasi 60 hari Sig.

Tukey HSDa,b

Duncana,b

N 1

Subset

Means f or groups in homogeneous subset s are display ed. Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 224.907. Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000. a.

Alpha = .05. b.

(46)

34

2. Hasil SPSS Berat Kering Akar

Homogeneous Subsets Pemupukan Between-Subjects Factors Rumput Benggala 27 Rumput Signal 27 Kontrol 18 0,4 gr 18 0,8 gr 18 Def oliasi 20 hari 18 Def oliasi 30 hari 18 Def oliasi 60 hari 18 1 2 Rumput 1 2 3 Pemupukan 1 2 3 Def oliasi Value Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Berat Kering Akar

945.606a 17 55.624 2.915 .003 13933.014 1 13933.014 730.051 .000 266.667 1 266.667 13.973 .001 599.249 2 299.625 15.699 .000 23.040 2 11.520 .604 .552 17.043 2 8.522 .447 .643 .310 2 .155 .008 .992 4.783 4 1.196 .063 .992 34.513 4 8.628 .452 .770 687.060 36 19.085 15565.680 54 1632.666 53 Source Corrected Model Intercept Rumput Pemupukan Defoliasi Rumput * Pemupukan Rumput * Def oliasi Pemupukan * Defoliasi Rumput * Pemupukan * Def oliasi Error Total Corrected Total Ty pe III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .579 (Adjusted R Squared = .380) a.

(47)

35

Defoliasi

Lampiran 5.

Berat Kering Akar

18 11.7389 18 16.6056 18 19.8444 1.000 .081 18 11.7389 18 16.6056 18 19.8444 1.000 1.000 1.000 Pemupukan Kontrol 0,4 gr 0,8 gr Sig. Kontrol 0,4 gr 0,8 gr Sig. Tukey HSDa,b Duncana,b N 1 2 3 Subset

Means f or groups in homogeneous subsets are display ed. Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 19.085. Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000. a.

Alpha = .05. b.

Berat Kering Akar

18 15.2611 18 16.0667 18 16.8611 .521 18 15.2611 18 16.0667 18 16.8611 .308 Def oliasi

Def oliasi 20 hari Def oliasi 30 hari Def oliasi 60 hari Sig.

Def oliasi 20 hari Def oliasi 30 hari Def oliasi 60 hari Sig.

Tukey HSDa,b

Duncana,b

N 1

Subset

Means f or groups in homogeneous subset s are display ed. Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = 19.085. Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000. a.

Alpha = .05. b.

(48)

36

3. Hasil SPSS Rasio Akar

Homogeneous Subsets Between-Subjects Factors Rumput Benggala 27 Rumput Signal 27 Kontrol 18 0,4 gr 18 0,8 gr 18 Def oliasi 20 hari 18 Def oliasi 30 hari 18 Def oliasi 60 hari 18 1 2 Rumput 1 2 3 Pemupukan 1 2 3 Def oliasi Value Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Rasio Akar

19.629a 17 1.155 2.945 .003 34.289 1 34.289 87.456 .000 .055 1 .055 .141 .709 2.627 2 1.313 3.350 .046 10.104 2 5.052 12.886 .000 .728 2 .364 .929 .404 .182 2 .091 .232 .794 5.045 4 1.261 3.217 .023 .887 4 .222 .566 .689 14.114 36 .392 68.032 54 33.743 53 Source Corrected Model Intercept Rumput Pemupukan Defoliasi Rumput * Pemupukan Rumput * Def oliasi Pemupukan * Defoliasi Rumput * Pemupukan * Def oliasi Error Total Corrected Total Ty pe III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .582 (Adjusted R Squared = .384) a.

(49)

37 Pemupukan Defoliasi DOKUMENTASI Rasio Akar 18 .5800 18 .7111 .7111 18 1.0994 .806 .165 18 .5800 18 .7111 .7111 18 1.0994 .534 .071 Pemupukan 0,4 gr 0,8 gr Kontrol Sig. 0,4 gr 0,8 gr Kontrol Sig. Tukey HSDa,b Duncana,b N 1 2 Subset

Means f or groups in homogeneous subset s are display ed. Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = .392. Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000. a. Alpha = .05. b. Rasio Akar 18 .3972 18 .5956 18 1.3978 .613 1.000 18 .3972 18 .5956 18 1.3978 .348 1.000 Def oliasi

Def oliasi 20 hari Def oliasi 30 hari Def oliasi 60 hari Sig.

Def oliasi 20 hari Def oliasi 30 hari Def oliasi 60 hari Sig.

Tukey HSDa,b

Duncana,b

N 1 2

Subset

Means f or groups in homogeneous subsets are display ed. Based on Ty pe III Sum of Squares

The error term is Mean Square(Error) = .392. Uses Harmonic Mean Sample Size = 18.000. a.

Alpha = . 05. b.

(50)

38

(51)

39

Pembersihan gulma serta pencatatan data dan defoliasi R. Benggala dan R.Signal

Pengovenan sampel

(52)

40

RIWAYAT HIDUP

Sri Wahyuni Hakim P. lahir di Maroangin pada tanggal 23 Agustus 1991, anak ke enam dari enam bersaudara. Dibesarkan oleh orang tua kandung bernama Abd. Hakim Paci (Ayah) dan Hatifah (Ibu). Tingkat pendidikan dimulai di SD Negeri 55 Maroangin, lulus tahun 2004. Setelah lulus SD, melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Maiwa lulus tahun 2007, kemudian melanjutkan di SPP Negeri Rappang lulus tahun 2010. Setelah menyelesaikan pendidikan di SPP, penulis kemudian diterima di PTN (Perguruan Tinggi Negeri) melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tertulis di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar pada Tahun 2015.

(53)

Gambar

Gambar 1. Rumput Benggala di Laboratorium Tanaman     Pakan dan Pastura Fakultas Peternakan
Gambar 2. Rumput Signal di Laboratorium Tanaman Pakan          dan Pastura Fakultas Peternakan Universitas          Hasanuddin
Tabel 1: Rataan Panjang Akar (cm) Rumput Benggala dan Rumput Signal.
Tabel  2  :  Rataan  Produksi  Berat  Kering  Akar  (g/pot)  rumput  Benggala  dan    rumput signal
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan dapat menjelaskan secara teknis dalam hal pelaksanaan pekerjaan perbaikan jalan di atas tanah lunak dengan perkuatan

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan aspek psikososial remaja dengan disabilitas fisik, yaitu faktor internal yang

Menurut penulis, berdasarkan hasil wawancara dengan para narasumber, penulis sependapat bahwasanya upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa granul herbal kumis kucing, temulawak, dan pegagan dengan pengisi malto- dextrine dan spray dried lactose

Dengan demikian dalam perjanjian pembiayaan tersebut sering terjadi pembayaran yang tidak beres atau kredit macet dari konsumen dikarenakan beberapa kendala

It has been determined that the bone plate with viscoelastic material offers less stress-shielding to the bone, providing higher compressive stress at the fractured interface

Batasan ruang lingkup dari aplikasi yang diinginkan oleh Rumah Sakit Persahabatan, adalah rancangan CD katalog yang akan dibuat berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan

Pengetahuan baik pembuat kebijakan maupun pelaksana kebijakan itu sendiri masih sangat lemah; dan (3) Upaya yang dilakukan SDN Cilempuyang 01 dan SDN Cilempuyang 02 untuk