PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES
TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR DAN MINAT SISWA KELAS VIII A SMP
KANISIUS KALASAN PADA MATERI SISTEM
PEREDARAN DARAH MANUSIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Ruth Lana Monika
NIM : 091434005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES
TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR DAN MINAT SISWA KELAS VIII A SMP
KANISIUS KALASAN PADA MATERI SISTEM
PEREDARAN DARAH MANUSIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Ruth Lana Monika
NIM : 091434005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
K aryaku yang sederhana ini kupersembahkan
kepada:
Hati K udus Y esus dan Hati M ari a
K edua O rangtuaku
E yang dan S i mbah
A di kku C lara P etty A ngel a
M asku F alent F ebri aw an
S ahabat-S ahabatku
P rogram S tudi P endi di kan B i ologi
v
MOTTO
A pakah saya
Gagal atau sukses
B ukanlah hasil
Perbuatan orang lain. Sayalah yang menjadi pendorong D iri
Sendiri.
-E laine M axwell-
K arena itu A ku berkata kepadamu: apa saja yang kamu
minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya,
maka hal itu akan diberikan kepadamu.
(M arkus 11:24)
B ersukacitalah dalam pengharapan,
sabarlah dalam kesesakan,
dan bertekunlah dalam doa.
vi
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 06 Februari 2013 Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA IMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Ruth Lana Monika
Nomor Mahasiswa : 091434005
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MINAT SISWA KELAS VIII A SMP KANISIUS KALASAN PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya, maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 06 Februari 2013 Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR DAN MINAT SISWA KELAS VIII A SMP KANISIUS KALASAN PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA
Ruth Lana Monika Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini, bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan minat dalam pembelajaran Biologi pada materi “Sistem Peredaran Darah Manusia” pada siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games tournament).
Subyek dalam penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan, yang berjumlah 36 orang siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non tes dan teknik tes. Komponen pengumpulan data yang digunakan berasal dari hasil penilaian pretest, posttest, lembar observasi, dan angket/kuisioner. Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart. Model ini terdiri atas tindakan yang dimulai dengan perencanaan tindakan, penerapan tindakan, mengobservasi dan mengevaluasi proses serta hasil tindakan, dan melakukan refleksi. Hasil refleksi dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya sampai mencapai kualitas pembelajaran yang diinginkan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ialah pencapaian nilai hasil belajar pada siklus I mencapai 8.33% dan siklus II mencapai 41.66%. Hasil penelitian ini telah menunjukkan peningkatan nilai rata-rata posttest pada siklus I sebesar 4.38 dan rata-rata posttest pada siklus II sebesar 6.54. Namun demikian, hasil ini belum mencapai target seperti yang diharapkan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (team games tournament) dapat meningkatkan hasil belajar dan minat belajar siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan pada materi “Sistem Peredaran Darah Manusia”.
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD , TEAM GAMES TOURNAMENT TYPE TO IMPROVE THE LEARNING OUTCOMES AND STUDENTS' INTEREST IN THE SUBJECT MATTER
OF HUMAN CIRCULATORY SYSTEM OF CANISIUS JUNIOR HIGH SCHOOL KALASAN GRADE VIII CLASS A
Ruth Lana Monika Sanata Dharma University
2013
The purpose of this research is to improve the learning outcomes and students' interest in Biology class on the subject matter of “Human Circulatory System” at Canisius Junior High School Kalasan grade VIII class A by applying the cooperative learning method, which is called TGT (team games tournament).
The subjects in this study are the students of Canisius Junior High School Kalasan grade VIII class A, which consist of 36 students. In this research, the reseacher used both the non test and test technique as the instruments. The component of the data collection was derived from the results of the assessment of
pretest, posttest, observation sheets and questionnaires. The model which is used
in this research is the model of Kemmis and Mc. Taggart. The model consists of actions that begins from the planning the action, implementing the action, observing and evaluating the process, measuring the outcome, and then reflecting. The reflection results were extrapolated to determine the improvement and refinement further action to achieve the desired quality of learning.
The result of this research is the achievement of learning outcomes scores which reached 8.33% for the first cycle and 41.66% for the second cycle. It shows also the increasing average score of the first cycle posttest from 4.38 to 6.54 at the second cyle. However, this result has not yet reached the target as expected.
Based on the above result it shows that applying the cooperative learning method of TGT (team games tournament) type can improve the learning outcomes and students' interest in the subject matter of “Human Circulatory System” of the students of Canisius Junior High School Kalasan grade VIII class A.
x
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Minat Siswa Kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yesus Kristus yang memberi rahmat kehidupan, penyertaan, kekuatan, dan keajaiban-keajaiban kepada penulis dari lahir hingga detik ini.
2. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan tulus membimbing peneliti selama proses menyusun skripsi ini.
4. Ibu Heffi W., S. Pd. selaku wali kelas dan guru mata pelajaran Biologi kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan.
5. Segenap staf guru dan karyawan serta siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan mengajari penulis selama belajar di Pendidikan Biologi.
7. Segenap staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan melayani segala keperluan akademik peneliti.
8. Orang tua dan saudariku yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun material kepada peneliti untuk tetap setia menjalani tugas studi. Berkat Allah Bapa selalu menyertai Bapak dan Ibu serta adikku Clara Petty tercinta.
9. Eyang dan Simbah yang selalu mendoakan dan menjadi sumber semangatku.
10.Mas Falent Febriawan yang dengan selalu memberi dukungan, memberi semangat dan berbagai bantuan kepada penulis sehingga penulis dapat menjalankan tugas studi dengan baik.
11.Saudariku Cicilia Maryani dan Endri Ratna, sebagai sahabat untuk berbagi semangat, suka, duka dan yang selalu bersedia membantu.
12.Saudari-saudaraku Siska, Ana Rambu, Yani, Riris, Wiwik, dan Rio terima kasih atas bantuan dan semangat yang kalian berikan kepada penulis. 13.Semua teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2009 terima kasih atas
xi
kalian, perhatian teman-teman yang sangat berarti dan persaudaraan yang kita jalin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
14.Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan, yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan kepada peneliti.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR BAGAN... xvi
DAFTAR GRAFIK ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Batasan Masalah ... 11
D. Hipotesa ... 11
E. Indikator Keberhasilan ... 11
xiii
G. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar ... 14
B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ... 17
C. Hasil Belajar ... 20
D. Minat ... 22
E. Model Pembelajaran Kooperatif ... 24
F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament ... 27
G. Analisis Hubungan Karakteristik Materi Sistem Peredaran Darah Manusia dengan TGT... 33
H. Hasil Penelitian yang Relevan ... 37
I. Kerangka Pikir ... 38
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42
B. Setting Penelitian ... 43
C. Variabel Penelitian ... 43
D. Prosedur Penelitian ... 44
E. Instrumen Penelitian ... 53
F. Teknik Pengumpulan Data ... 54
G. Analisis Instrumen Penelitian ... 54
H. Teknik Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kegiatan Penelitian 1. Observasi Pendahuluan ... 59
xiv
3. Siklus II ... 67
B. Hasil Penelitian 1. Hasil Belajar Siswa ... 70
2. Minat Siswa ... 75
C. Pembahasan 1. Proses Pembelajaran IPA ... 77
2. Faktor yang Mempengaruhi Ketercapaian Hasil Belajar dan Minat ... 78
3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerapan TGT ... 89
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91
B. Saran... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indikator Keberhasilan ... 11
Tabel 2. Perhitungan Poin Permainan untuk Empat Pemain ... 30
Tabel 3. Perhitungan Poin Permainan untuk Tiga Pemain ... 31
Tabel 4. Kriteria Penghargaan Kelompok ... 32
Tabel 5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Sistem Peredaran Darah Manusia ... 33
Tabel 6. Kriteria Gain/Tingkat Pemahaman Siswa ... 56
Tabel 7. Kategori Keaktifan Siswa ... 57
Tabel 8. Kategori Minat Siswa ... 58
Tabel 9. Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siklus I... 72
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Alur Pikir Penelitian ... 41
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Hasil Penilaian Pretest Siklus I ... 72
Grafik 2. Hasil Penilaian Posttest Siklus I ... 72
Grafik 3. Hasil Penilaian Pretest Siklus II ... 74
Grafik 4. Hasil Penilaian Posttest Siklus II ... 74
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ... 96
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1. Siklus I Pertemuan 1... 102
2. Siklus I Pertemuan 2... 105
3. Siklus II Pertemuan 1 ... 109
4. Siklus II Pertemuan 2 ... 112
5. Siklus II Pertemuan 3 ... 115
Lampiran 3. Deskripsi Materi Sistem Peredaran Darah Manusia ... 118
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa 1. Siklus I ... 128
2. Siklus II... 129
Lampiran 5. Kisi-Kisi Soal Evaluasi 1. Siklus I ... 134
2. Siklus II... 135
Lampiran 6. Instrumen Penelitian Tes 1. Soal Pretest Siklus I ... 136
2. Soal Posttest Siklus I ... 138
3. Soal Pretest Siklus II ... 140
4. Soal Posttest Siklus II ... 142
Lampiran 7. Penilaian Instrumen Tes 1. Pedoman (Kunci Jawaban) Penilaian ... 144
2. Pedoman Penskoran ... 145
xix
Lampiran 9. Lembar Observasi ... 148
Lampiran 10. Hasil Wawancara Dengan Guru Terkait Dengan Metode Pembelajaran ... 161
Lampiran 11. Kartu Soal dan Kartu Jawaban TGT 1. Soal Game Siklus I ... 162
2. Jawaban Soal Game Siklus I ... 164
3. Soal Game Siklus II ... 166
4. Jawaban Soal Game Siklus II ... 168
Lampiran 12. Langkah Team Games Tournament ... 170
Lampiran 13. Kartu Penghargaan ... 171
Lampiran 14. Pembagian Kelompok 1. LKS Siklus I ... 172
2. TGT Siklus I ... 173
3. LKS Siklus II ... 174
4. TGT Siklus II ... 175
Lampiran 15. Daftar Nilai Siswa Tahun Sebelumnya ... 176
Lampiran 16. Daftar Nilai Siswa 1. Siklus I ... 178
2. Siklus II... 180
Lampiran 17. Daftar Nilai Minat Siswa ... 182
xx
Lampiran 19. Presensi Siswa ... 185
Lampiran 20. Hasil Pretest dan Posttest 1. Siklus I ... 200
2. Siklus II... 208
Lampiran 21. Surat Ijin Penelitian ... 216
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan di Indonesia semakin dituntut untuk meningkat agar
dapat mengikuti perkembangan zaman yang berkembang dengan sangat pesat. Hal
ini dikarenakan untuk mengikuti perkembangan zaman diperlukan kualitas
pendidikan yang baik agar mampu mengikutinya.
Banyak hal yang mempengaruhi baik atau tidaknya kualitas pendidikan,
salah satunya adalah penerapan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah.
Penerapan model pembelajaran di sekolah berfungsi untuk menentukan tipe
pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi. Dari penentuan tipe
pembelajaran yang digunakan selanjutnya akan ditentukan metode pembelajaran.
Penerapan tipe pembelajaran ini akan menunjang dalam mengukur berhasil atau
tidaknya proses pembelajaran di dalam kelas. Hubungan ini dapat ditinjau jika
proses pembelajaran di dalam kelas berhasil, maka kualitas pendidikan juga akan
meningkat. Sebaliknya, jika proses pembelajaran di dalam kelas tidak berhasil,
maka efek yang terjadi adalah siswa pulang dari sekolah tanpa membawa
pengetahuan apa-apa dan menyebabkan kualitas pendidikan pun tidak dapat
meningkat. Sehingga pada akhirnya kegiatan belajar mengajar ini tidak mencapai
tujuan pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur
manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran
(Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2010:72). Guru akan berusaha menciptakan
dan memecahkan masalah. Salah satu usaha guru dalam menciptakan lingkungan
belajar bagi siswa tidak terlepas dari pemahaman guru tentang kedudukan model
pembelajaran, tipe pembelajaran, dan metode pembelajaran sebagai salah satu
komponen yang ikut serta menjadi bagian dalam keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
Selain penggunaan model pembelajaran, tipe pembelajaran, dan metode
pembelajaran yang tepat untuk menunjang proses belajar siswa terdapat pula
faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses belajar siswa. Menurut Winkel
(1983:23-42) faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa antara lain :
a. faktor-faktor pada pihak siswa meliputi : taraf intelegensi, motivasi belajar
(keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar), perasaan (senang, rasa puas, rasa simpati, rasa gembira), sikap
(kecenderungan dalam subyek menerima atau menolak suatu obyek
berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai obyek yang berharga atau
tidak berharga), minat (kecenderungan yang agak menetap dalam subyek,
merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam bidang itu), keadaan sosio-ekonomis (menunjuk pada kemampuan
finansial siswa dan perlengkapan material yang dimiliki siswa, keadaan ini
dapat bertaraf baik-cukup-kurang), keadaan sosio-kultural (menunjuk pada
lingkungan budaya yang di dalamnya siswa bergerak setiap hari. Meliputi
kemampuan berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua dan
anak, pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Keadaan ini dapat
bertaraf tinggi-cukup-kurang), dan keadaan fisik (menunjuk pada tahap
pertumbuhan, kesehatan jasmani, dan keadaan alat-alat indra. Keadaan ini
b. faktor-faktor di luar siswa meliputi : faktor-faktor pengatur proses belajar di
sekolah (kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, teacher effectiveness,
fasilitas belajar, dan pengelompokan siswa), faktor-faktor sosial di sekolah
(sistem sosial, status sosial siswa, interaksi antara guru dengan siswa),
faktor-faktor situasional (keadaan politik, ekonomis, keadaan waktu, tempat, musim,
dan iklim), dan faktor pada pihak guru (sikap dan sifat, serta gaya memimpin
kelas).
Ditinjau dari pernyataan Winkel terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar siswa, maka berdasarkan hasil observasi di SMP
Kanisius Kalasan didapatkan bahwa tingkat minat siswa masih kurang memenuhi
kriteria ketercapaian yang diharapkan. Sementara itu, penggunaan model
pembelajaran dan tipe pembelajaran di SMP Kanisius Kalasan sendiri masih
kurang bervariasi, dimana model pembelajaran dan tipe pembelajaran pada SMP
Kanisius Kalasan ini ditujukan guna meningkatkan minat dan keaktifan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga suasana kelas lebih hidup dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
Selain itu, berdasarkan observasi dan wawancara diperoleh hasil bahwa
hasil belajar belajar IPA khususnya Biologi dalam materi sistem peredaran darah
manusia pada siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan masih tergolong kurang.
Hal itu ditinjau berdasarkan hasil belajar siswa pada 2 tahun terakhir dalam materi
sistem peredaran darah manusia. Hasil belajar siswa yang mencapai KKM pada
tahun 2010/2011 dalam materi sistem peredaran darah manusia di kelas VIII A
SMP Kanisius Kalasan berjumlah 5 orang siswa dari 29 orang siswa, sedangkan
nilai di bawah KKM berjumlah 24 orang siswa. Ketuntasan belajar yang diperoleh
mencapai KKM berjumlah 3 orang siswa dari 24 orang siswa. Ketuntasan belajar
yang diperoleh sebesar 12,5%. Hasil tersebut tidak memenuhi kriteria ketuntasan
belajar seperti yang diharapkan. Kurangnya ketuntasan belajar siswa dalam proses
pembelajaran dikarenakan kurangnya minat belajar siswa sehingga siswa tidak
memiliki motivasi dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan kurang bervariasinya
model dan tipe pembelajaran serta kurangnya sarana media pembelajaran di
sekolah. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan kebosanan pada diri siswa untuk
belajar pelajaran IPA khususnya Biologi. Kebosanan siswa dalam mengikuti
pembelajaran menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah.
Minat dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai kecenderungan
yang timbul apabila individu tertarik terhadap sesuatu yang akan dipelajari dan
bermakna bagi dirinya sendiri. Seperti yang dikemukakan Effendi (1985:122-123)
minat merupakan sumber dari usaha yang timbul dari kebutuhan siswa yang
menjadi faktor pendorong dalam melakukan usahanya (belajar). Hal ini
menunjukkan bahwa minat sangat berkaitan dengan kebutuhan seseorang. Selain
itu, intensitas minat pada diri seseorang dapat dilihat melalui seberapa keras
usahanya dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan objek yang menjadi
perhatian. Sehingga minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat
ditinjau dari keaktifan siswa yang kemudian dapat menimbulkan motivasi belajar
siswa.
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mencapai perubahan
tingkah laku baik yang menyangkut aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun
sikap siswa setelah memperoleh informasi. Dengan timbulnya minat belajar siswa
dalam proses pembelajaran maka dapat menimbulkan proses perubahan tingkah
dari praktik atau penguatan (reinforced practice) dan pengalaman tertentu yang
dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu. Minat siswa yang menimbulkan
motivasi dapat membantu memahami dan menjelaskan perilaku siswa dalam
menentukan penguatan belajar, memperjelas tujuan belajar, dan menentukan
ketekunan belajar. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Uno (2008:23) yang
mengatakan bahwa “motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa
hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan yang
kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi kedua faktor tersebut
disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk
melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat”. Sardiman (2010:85)
juga berpendapat bahwa motivasi erat kaitannya dengan tujuan. Memberikan
tujuan pembelajaran pada siswa maka siswa akan mengetahui tujuan belajarnya,
dengan mengetahui tujuan yang ingin dicapai maka siswa akan lebih termotivasi
ketika belajar, sehingga siswa akan lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran. Sardiman (2010:40) juga menyatakan bahwa siswa akan berhasil
dalam belajar apabila siswa tersebut mengetahui apa yang akan dipelajari dan
memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan demikian maka dalam
proses pembelajaran minat siswa sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa.
Minat yang timbul di dalam diri siswa akan menyebabkan siswa
melakukan perubahan tingkah laku seperti aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran. Keaktifan siswa ini merupakan salah satu prinsip utama dalam
proses pembelajaran. Belajar adalah berbuat, oleh karena itu tidak ada belajar
siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Partisipasi aktif siswa sangat
berpengaruh pada proses perkembangan berpikir, emosi, dan sosial. Keterlibatan
siswa dalam belajar membuat siswa secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran dan mengambil keputusan. Selain itu, keaktifan siswa penting dalam
proses pembelajaran sebab pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat
ditransfer begitu saja tetapi diolah sendiri oleh siswa terlebih dahulu. Oleh sebab
itu, keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat menentukan bagi keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran dan kualitas pembelajaran. Sedangkan keaktifan
siswa hanya bisa dimungkinkan jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi
atau terlibat dalam proses pembelajaran. Agar siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, maka diperlukan berbagai upaya dari guru untuk dapat
membangkitkan keaktifan siswa. Guru perlu menciptakan kondisi yang
memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka
dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif. Upaya dalam
mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan melalui
penggunaan berbagai macam variasi model pembelajaran dan media
pembelajaran. Akan tetapi, pengajaran di SMP Kanisius Kalasan masih terpusat
pada guru, dimana siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan di kelas sehingga
dalam pembelajaran tidak timbul minat belajar siswa. Oleh karena itulah,
diperlukan suatu tipe pembelajaran yang tepat, guna meningkatkan minat belajar
siswa di SMP Kanisius Kalasan.
Dari permasalahan tersebut peneliti ingin memperbaiki permasalahan
pembelajaran IPA khususnya Biologi pada materi sistem peredaran darah manusia
dengan menerapkan suatu tipe pembelajaran yang inovatif. Sejauh ini, ada
satunya adalah model pembelajaran kooperatif, dimana pada model pengajaran ini
para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang saling bekerja sama satu
dengan yang lainnya dalam mempelajari materi pelajaran, sehingga suasana kelas
lebih aktif. Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat tiga tipe yang dapat
diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas, yaitu Student
Team-Achievement Division (STAD) (Pembagian Pencapaian Tim Siswa), Team
Games Tournament (Turnamen Game Tim), dan Jigsaw II (Teka-Teki II).
Salah satu tipe pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan hasil
belajar dan minat siswa adalah TGT. TGT merupakan suatu inovasi baru dalam
tipe pembelajaran yang penggunaannya dilandasi dari hasil belajar dan minat
siswa yang tidak meningkat sewaktu menggunakan tipe-tipe pembelajaran
sebelumnya. Penggunaan TGT juga dikarenakan tingkat kesulitan materi sistem
peredaran darah manusia cukup tinggi. Sistem peredaran darah manusia itu sendiri
tidak dapat diamati secara langsung oleh siswa, sehingga dalam memahami materi
dibutuhkan kerjasama antar siswa untuk saling mendukung satu sama lain.
Kerjasama antar siswa dapat dibentuk dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan membentuk kelompok-kelompok belajar dan setiap
siswa bertanggung jawab akan pemahaman teman dalam satu kelompoknya.
Sehingga materi yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi dapat dipahami
oleh siswa dengan mudah dalam diskusi kelompok. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan Soetomo (1993:150) yang menjelaskan kegunaan metode diskusi yaitu
memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya
masing-masing termasuk kemampuan mengemukakan ide-ide baru, membantu siswa
untuk dapat menilai kemampuan dirinya, teman-temannya dan juga melalui
Selain itu, keunggulan teknik pembelajaran tipe TGT dibandingan dengan
tipe pembelajaran kooperatif lainnya adalah TGT memberikan kesempatan kepada
guru untuk menggunakan kompetisi dalam suasana yang konstruktif positif.
Teknik pembelajaran tipe TGT akan membentuk pola pikir setiap siswa untuk
saling membangun dalam tim dan saling memberikan kepercayaan pada anggota
tim saat bermain dalam turnament. Dengan kepercayaan yang didapatkan dari
anggota tim maka anggota tim akan berusaha melakukan yang terbaik agar tim
mereka menjadi yang terbaik. Turnament dalam TGT akan memberikan warna
positif di dalam kelas karena kesenangan para siswa terhadap permainan sehingga
akan tercipta minat belajar dan keaktifan siswa. Dalam pembelajaran guru
bertindak sebagai wasit memiliki tugas untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi di dalam kelas. Iklim kelas yang terbentuk pada saat proses pembelajaran
akan mendukung siswa agar lebih termotivasi untuk belajar karena mereka berada
pada lingkungan kompetisi positif dan dituntut untuk menjadi yang terbaik serta
memberikan yang terbaik untuk timnya. Siswa juga akan merasa nyaman saat
proses pembelajaran berlangsung dan keaktifan siswa akan semakin meningkat.
Hal ini ditinjau dari terbentuknya interaksi antar siswa yang semakin meningkat
dengan kegiatan tim dan turnament. Interaksi siswa dengan guru juga akan
meningkat, karena guru bertindak sebagai wasit dan siswa dapat bertanya setiap
waktu. Sedangkan dalam pengaturan susunan tempat duduk disesuaikan dengan
kebutuhan untuk kegiatan kelompok dan kegiatan turnament. Pengaturan susunan
tempat duduk yang berkelompok akan membuat siswa lebih interaktif dalam
berdiskusi dengan siswa yang lainnya dan pada saat turnament diubah lagi agar
kondisi yang seperti ini maka TGT dapat meningkatkan minat siswa dalam
mendalami materi sistem peredaran manusia.
Sedangkan pengertian TGT (Team Games Tournament) secara umum
merupakan salah satu tipe pembelajaran yang termasuk dalam model
pembelajaran kooperatif, dimana tipe TGT ini membagi siswa dalam
kelompok-kelompok belajar dengan beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin, asal daerah yang berbeda. Sehingga ketika guru
memberikan tugas maka setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab
masing-masing untuk menyelesaikan tugas tersebut. Selain itu, ketika ada anggota
kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota
kelompok lainnya dapat membantu menjelaskannya.
Menurut Slavin (dalam Gora dan Sunarto, 2010:61) pembelajaran
kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas
(class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games),
pertandingan (tournament) dan perhargaan kelompok (team recognition). Dimana,
ciri-ciri tipe TGT ini adalah :
1. siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
2. games tournament
3. penghargaan kelompok
Oleh sebab itu, tipe pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan
minat siswa akan mata pelajaran IPA khususnya Biologi. Karena dengan diadakan
semacam turnamen di dalam kelas yang dimana pemenang turnamen ini akan
diberikan suatu penghargaan, maka siswa akan terpacu untuk menjadi yang
terbaik. Persaingan sehat seperti ini jelas akan menimbulkan minat belajar dan
untuk mencari sumber-sumber pelajaran di luar kelas yang akan menunjang
kemampuan mereka sehingga mereka dapat mengungguli kelompok lainnya.
Secara tidak langsung proses ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mereka
sendiri.
Dengan meningkatnya minat belajar dan keaktifan siswa, siswa juga akan
semakin kritis guna menghadapi suatu permasalahan yang timbul dari mata
pelajaran IPA khususnya pelajaran Biologi yang sedang mereka pelajari.
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari siswa akan meningkatkan kemampuan
siswa dalam memahami materi dengan mencari jawaban yang tepat, dan
pertanyaan ini tidak hanya dapat dijawab oleh guru mata pelajaran IPA khususnya
Biologi, namun juga dapat dijawab oleh teman kelompok mereka atau anggota
kelompok lainnya yang akan menimbulkan komunikasi yang tidak hanya satu
arah antara guru dengan siswa, namun juga memunculkan komunikasi 3 arah
yaitu, antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa.
Dengan hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dimana hasil belajar siswa
dapat dijadikan suatu patokan dalam mengukur berhasil atau tidaknya
pembelajaran yang diterapkan di kelas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Minat Siswa Kelas VIII A SMP Kanisius
Kalasan Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia.
B. Rumusan Masalah
Apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games
tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini mencakup mata pelajaran IPA khususnya
Biologi dengan Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam
kehidupan manusia dan Kompetensi Dasar 1.6 Mendeskripsikan sistem peredaran
darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Batasan ruang lingkup
dan fokus masalah yang diteliti pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang
dibatasi pada aspek kognitif tingkatan C1 dan C2 dan minat siswa dari hasil proses
belajar mengajar Biologi siswa kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran
2012/2013 pada pokok bahasan sistem peredaran darah manusia dengan
mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT).
Dalam hal ini, minat siswa sebagai kovariat yang mempengaruhi hasil belajar IPA
khususnya Biologi.
D. Hipotesa
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT)
dapat meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius
Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia.
E. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi hasil belajar (hasil posttest)
dan minat.
Tabel 1. Indikator Keberhasilan
Indikator Awal Target
Skor rata-rata kelas 49.79 71
% ketercapaian KKM 17.24% dan 12,5 % 75%
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk :
1. menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT),
2. meningkatkan hasil belajar dan minat siswa kelas VIII A SMP Kanisius
Kalasan pada materi sistem peredaran darah manusia dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).
G. Manfaat Penelitian :
Manfaat dari penelitian ini secara khusus bagi :
1. peneliti
- menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan untuk proses
pembelajaran di kelas secara langsung
- mengetahui perbandingan hasil belajar dan minat siswa sebelum
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament dengan sesudah menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament
2. guru/sekolah
- melalui hasil penelitian ini diharapkan guru SMP memiliki
pengetahuan tentang teori model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran di
SMP
- hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan guru
mengenai pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran
-
sebagai bahan acuan dan masukan bagi penelitian selanjutnya dalam upaya meningkatkan pengembangan alternatif pembelajaran IPAkhususnya Biologi di sekolah menengah pertama
3. siswa
- meningkatkan pemahaman/hasil belajar siswa dalam materi sistem
peredaran darah manusia.
- meningkatkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
khususnya pembelajaran Biologi materi sistem peredaran darah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan
dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh berkembang
dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, sampai ke liang lahat, sesuai
dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (Suyono, 2011:1). Oleh karena
itulah, belajar merupakan suatu hak setiap manusia yang harus dipenuhi dengan
kualitas yang baik demi menghasilkan manusia yang baik pula. Dari belajar inilah
manusia mampu menguasai banyak hal demi kepentingannya sendiri maupun
kepentingan kelompok manusia.
Morgan (dalam Mulyati, 2005:3) memaparkan kesamaan pendapat para
ahli psikologi bahwa belajar yang merupakan proses mental dalam memahami
tingkah laku manusia, menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi,
variabilitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakan dan hambatan. Sedangkan Mulyati
(2005:5) menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar individu
untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui
latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena
peristiwa kebetulan.
Hamalik (2007:45) juga menjelaskan bahwa belajar meliputi tidak hanya
mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat,
penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan cita-cita. Belajar
mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk
mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas,
praktek, dan pengalaman.
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat
menyimpulkan belajar adalah suatu kegiatan yang akan membentuk terjadinya
perubahan pada diri individu dan merupakan suatu hak setiap manusia. Akan
tetapi, kegiatan belajar antar individu cenderung menghasilkan aktivitas belajar
yang tidak sama. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku
belajar di kalangan siswa. Sehingga menimbulkan kesulitan belajar. Hal ini
dikarenakan masing-masing individu memiliki kesulitan belajar yang
berbeda-beda.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:75-88) faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu :
1. faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri), meliputi :
a. sebab yang bersifat fisik
1) karena sakit, sehingga menyebabkan saraf sensoris dan motorisnya
lemah dan mengakibatkan rangsangan yang diterima melalui inderanya
tidak dapat diteruskan ke otak,
2) karena kurang sehat yang menyebabkan mudah capek, mengantuk,
pusing, daya konsentrasi hilang, kurang semangat, pikiran terganggu
dan mengakibatkan penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf
otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola,
menginterprestasi dan mengorganisir bahan pelajaran melalui
3) cacat tubuh yang dibedakan cacat tubuh ringan (seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor) dan cacat
tubuh tetap (seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya).
b. sebab kesulitan belajar karena rohani
1) intelegensi, seorang anak mampu menyelesaikan persoalan dan kegiatan
belajar yang berdasarkan IQ nya,
2) bakat, berupa potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir,
3) minat, tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan
menimbulkan kesulitan belajar,
4) motivasi, berperan sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan,
mendasari, mengarahkan perbuatan belajar,
5) faktor kesehatan mental, kesehatan mental dan ketenangan emosi akan
menimbulkan hasil belajar yang baik,
6) tipe-tipe khusus seorang pelajar, tipe belajar anak berbeda-beda adanya
yang memiliki tipe visual, motoris, maupun campuran.
2. faktor ekstern (faktor dari luar manusia), meliputi :
a. faktor orang tua yang terdiri dari :
1) cara mendidik anak,
2) hubungan orang tua dan anak,
3) contoh/bimbingan dari orang tua,
4) suasana rumah/keluarga,
5) keadaan ekonomi keluarga.
b. faktor sekolah
1) faktor guru, meliputi guru tidak kualified, hubungan guru dan murid
anak, guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan
belajar, dan metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan
belajar,
2) faktor alat, ketersediaan alat yang tidak lengkap membuat penyajian
pelajaran yang tidak baik,
3) kondisi gedung,
4) kurikulum,
5) waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
c. faktor media massa dan lingkungan sosial
1) faktor media massa, meliputi bioskop, TV, surat kabar, buku komik
yang akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak
menggunakan waktu untuk itu sehingga lupa akan tugas belajar,
2) lingkungan sosial, berupa teman bergaul (teman bergaul memiliki
pengaruh yang besar. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang
tidak sekolah, maka anak tersebut akan malas belajar sebab cara hidup
anak yang bersekolah dan tidak bersekolah berlainan), lingkungan
tetangga (corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi anak-anak
sehingga dapat menyebabkan ada atau tidaknya motivasi anak untuk
belajar), dan aktivitas dalam masyarakat (terlalu banyak berorganisasi,
dan kursus bermacam-macam akan menyebabkan belajar anak menjadi
terbengkalai).
B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006: 5). Hakikat IPA meliputi empat unsur
utama yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur itu merupakan ciri
IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Depdiknas,
2006: 6). Dalam pembelajaran IPA, keempat unsur tersebut harus bersinergi untuk
mempersiapkan generasi yang menyadari pentingnya IPA dan teknologi sehingga
bisa berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Ilmu
pengetahuan alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah
mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik,
sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang
pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya (Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas).
Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya diarahkan
dengan ciri-ciri sains yang ilmiah agar dapat menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Karena melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta
didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama
Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Hal ini dikarenakan pembelajaran IPA
memiliki tujuan yang berupa meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran,
meningkatkan minat dan motivasi, serta beberapa kompetensi dasar dapat dicapai
sekaligus.
Ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh
melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk
menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada
tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang
diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan
kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya
sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan
dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang
gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang
akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal
dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah
dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo
Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun
hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk
menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang
diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen. Keterampilan dalam
mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses
menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan
eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan
menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan
sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan
gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses
dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka,
tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap
lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang
lain. (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas).
C. Hasil Belajar
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang
diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. (Sukmadinata, 2009:102-103)
Sedangkan Sudjana (2010:22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.
Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan
cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil
belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar yang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan
berpikir maupun keterampilan motorik. Hasil belajar yang diperoleh ini akan
ditindak lanjuti dengan evaluasi hasil belajar.
Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup: (a) evaluasi
mengenai tingkat peguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang
ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas, (b)
evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan umum
pengajaran (Sudijono, 2011:30).
Menurut Sanjaya (2010:244-245) evaluasi memiliki beberapa fungsi,
yaitu:
a. evaluasi merupakan alat penting sebagai umpan balik bagi siswa. Melalui
evaluasi siswa mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang
dilakukan. Dari hasil evaluasi siswa dapat menentukan harus bagaimana
proses pembelajaran yang perlu dilakukannya,
b. evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana
ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Siswa
menjadi tahu bagian mana yang perlu dipelajari lagi dan bagian mana yang
tidak perlu,
c. evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program
kurikulum. Informasi ini sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun untuk
para pengembang kurikulum, khususnya untuk perbaikan program
d. informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual
dalam mengambil keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan
sehubungan dengan pemilihan bidang pekerjaan serta pengembangan karier,
e. evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum, khususnya dalam
menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai,
f. evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang
berkepentingan dalam pendidikan di sekolah. Melalui evaluasi dapat
dijadikan bahan informasi tentang efektivitas program sekolah.
D. Minat
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka
melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, maka mereka merasa berminat. Ini
kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang minat pun berkurang
(Elizabeth B. Hurlock, 1989). Sedangkan Surya (2004:71-72) berpendapat bahwa
minat yaitu seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka kepada suatu
rangsangan. Sesuatu yang diminati akan lebih menarik perhatian.
Slameto (2010: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat.
Winkel (2012:212) berpendapat bahwa minat diartikan sebagai
kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa minat adalah suatu rasa ketertarikan atau ketidak tertarikan, rasa suka atau
tidak suka, dan rasa senang atau tidak senang terhadap mata pelajaran atau proses
pembelajaran tertentu yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Rasa tidak tertarik,
tidak suka dan tidak senang akan menghambat dalam belajar, karena tidak
menumbuhkan sikap positif dan tidak menunjang minat belajar. Sedangkan
apabila siswa merasa tertarik, suka dan senang akan menumbuhkan sikap positif
yang menunjang minat siswa dalam pembelajaran. Sehingga antara minat dan
perasaan senang memiliki hubungan timbal balik. Oleh sebab itu, minat sangat
berperan dalam pembelajaran. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu
tindakan atau perilaku yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal
daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas ataupun pernyataan. Minat yang dimiliki siswa ini akan bermanfaat
dalam mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan pembelajaran. Hal ini
diperkuat oleh Hamalik (2007:182) yang menjelaskan minat khusus yang dimiliki
oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya.
Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Dengan
memberikan perhatian yang lebih tersebut menunjukkan siswa memiliki minat
yang tinggi. Sehingga semakin tinggi minat siswa semakin tinggi pula motivasi
yang dirasakan siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Surya (2004:67) bahwa
minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi
suatu obyek. Prinsip dasarnya ialah bahwa motivasi seseorang cenderung akan
meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam
jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya. Pernyataan ini juga diperkuat oleh Djiwandono (2008:365) bahwa
minat belajar siswa ini akan berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Karena
salah satu cara yang kelihatan logis untuk memotivasi siswa selama pelajaran
adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Minat siswa
dapat merupakan bagian dari metode mengajar.
E. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6
orang secara kolaboratif dan saling bekerja sama dalam mempelajari materi
pelajaran sehingga dapat merangsang motivasi antar siswa untuk belajar.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran
yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli
dan Sri Harimianto, 2011:55). Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan
dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk
mengasah pengetahuan dan menutup kesenjangan dalam pemahaman
masing-masing, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok. Model
pembelajaran kooperatif ini juga dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, sehingga suasana kelas lebih hidup dibandingkan dengan
model lainnya seperti ceramah yang sampai sekarang masih banyak dipakai oleh
kebanyakan guru.
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki
yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan
pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas
yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan
lainnya adalah tumbuhnya kesadaran bahwa siswa perlu belajar dan berpikir,
menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan
dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana
yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu (Slavin, 2005:4).
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar-benar akan
memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik dan dapat
diaplikasikan untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas yang khusus
anak-anak berbakat, kelas pendidikan khusus, dan bahkan untuk kelas dengan tingkat
kecerdasan “rata-rata”, dan khususnya sangat diperlukan dalam kelas heterogen
dengan berbagai tingkat kemampuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu
membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukan menjadi suatu
masalah. Hal ini dikarenakan sekolah bergerak dari sistem pengelompokan
berdasarkan kemampuan siswa menuju pengelompokan yang lebih heterogen
sehingga pembelajaran kooperatif menjadi semakin lebih penting. Lebih jauh lagi,
pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk
mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda
dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan
teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan pentingnya untuk
menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas mereka (Slavin,
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan
materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok
dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok
terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4)
penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan
(Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli dan Sri Harimianto, 2011:56-57).
Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk memberikan para siswa
pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang dibutuhkan serta
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompok. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Depdiknas
tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik,
dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang
lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang
memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua,
pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut
antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
Inti dari pembelajaran kooperatif adalah para siswa akan duduk bersama
dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang untuk menguasai materi yang
disampaikan oleh guru. Kerjasama yang dilakukan di dalam kelompok kooperatif
dapat meningkatkan pemahaman dan minat belajar dibandingkan dengan siswa
yang diatur dalam kelas tradisional. Hal ini didukung dengan teori kognitif dan
teori motivasi. Teori kognitif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu
sendiri sedangkan teori motivasi memfokuskan pada penghargaan atau struktur
tujuan dimana para siswa bekerja.
F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang
siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka
masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap
kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota
kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan
tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk
memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan
tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah
menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.
Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen,
dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil
dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar
dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik,
artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar
setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada
saat pretest. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat
pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan
skor-skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya
anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan
penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah
tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam
kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan
perhargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan
oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a) siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
b) games tournament
c) penghargaan kelompok
Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan cara siswa
ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6
orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.
Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi
siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa
yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan
menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara
Games tournament dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing
merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya,
masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5
sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari
kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta
homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan.
Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk
bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan
kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan
sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu
pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain
yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan
diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai
dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan
secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka
pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang
searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan
skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang
pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah
maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya
sampai semua kartu soal habis dibacakan. Posisi pemain diputar searah jarum jam
agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca
soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali
sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal
hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh
ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu
selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang
diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang
telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya
dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada
tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang
diterima oleh kelompoknya.
Penghargaan kelompok yang dilakukan dengan langkah pertama sebelum
memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok.
Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor
yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya
anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang
didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh
masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh
seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2. Perhitungan Poin Permainan untuk Empat Pemain
Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
Top Scorer 60
High Middle Scorer 40
Low Middle Scorer 30
Low Scorer 20
Tabel 3. Perhitungan Poin Permainan untuk Tiga Pemain
Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
Top scorer 60
Middle scorer 40
Low scorer 20
(Sumber : Slavin, 2005:175)
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa
tahapan yang perlu ditempuh, yaitu :
a) mengajar (teach)
b) belajar kelompok (team study)
c) permainan (game tournament)
d) penghargaan kelompok (team recognition)
Mengajar (teach) dilakukan dengan cara mempresentasikan atau
menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus
dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
Belajar ke