• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) di kelas VIII-A SMP Budi Mulia Minggir Sleman tahun ajaran 2012-2013 pada pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) di kelas VIII-A SMP Budi Mulia Minggir Sleman tahun ajaran 2012-2013 pada pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas."

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODELPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS VIII-A SMP BUDI MULIA

MINGGIR SLEMAN TAHUN AJARAN 2012-2013 PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG PRISMA DAN LIMAS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yushendra Kusuma 111414093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODELPEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS VIII-A SMP BUDI MULIA MINGGIR SLEMAN TAHUN AJARAN 2012-2013 PADA POKOK

BAHASAN BANGUN RUANG PRISMA DAN LIMAS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yushendra Kusuma 111414093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

(3)

ii

SKRI PS I

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODELPEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS VIII-A SMP BUDI MULIA MINGGIR SLEMAN TAHUN AJARAN 2012-2013 PADA POKOK

BAHASAN BANGUN RUANG PRISMA DAN LIMAS

Disusun oleh: Nama : Yushendra Kusuma Nim : 111414093

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

(4)

iii

SKRI PS I

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODELPEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS VIII-A SMP BUDI MULIA MINGGIR SLEMAN TAHUN AJARAN 2012-2013 PADA POKOK

BAHASAN BANGUN RUANG PRISMA DAN LIMAS

Disusun oleh: Nama : Yushendra Kusuma Nim : 111414093

Telah dipertahankan di depan Penguji

pada tanggal : 29 Juli 2013

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

:

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Drs. Aufridus Atmadi, M.Si.

Sekretaris : Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd.

Anggota : Drs. Sugiarto Pudjohartono, M.T.

Anggota : Drs. A. Sardjana, S.Pd.

Anggota : Drs. Sukardjono, M.Pd.

Yogyakarta, 29 Juli 2013

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan kesungguhan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Juli 2013 Penulis,

(6)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yushendra Kusuma

Nomor Induk Mahasiswa : 111414093

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODELPEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS VIII-A SMP BUDI MULIA MINGGIR SLEMAN TAHUN AJARAN 2012-2013 PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG PRISMA DAN LIMAS

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal: 29 Juli 2013 Yang Menyatakan

Yushendra Kusuma

(7)

vi

ABSTRAK

Yushendra Kusuma. 2013. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) di Kelas VIII-A SMP Budi Mulia Minggir Sleman Tahun Ajaran 2012-2013 Pada pokok Bahasan Bangun Ruang Prisma dan Limas. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dilihat dari minat belajar dan hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Budi Mulia Minggir Sleman. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar dan minat belajar matematika siswa. Data tersebut diperoleh dengan test akhir untuk mengetahui hasil belajar dan pengisian angket untuk mengetahui minat belajar matematika siswa. Data hasil belajar dan minat belajar siswa dianalisis dengan membandingkan rata-rata minat belajar matematika siswa pada pembelajaran kooperatif TGT dengan rata-rata minat belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional dan membandingkan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran kooperatif TGT dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini akan diperkuat dengan uji rata-rata (uji z) agar hasil penelitian tidak hanya terlihat dari peningkatan angka rata-rata minat belajar dan hasil belajar matematika siswa. Namun dengan uji rata-rata (uji z) hasil penelitian dapat diterima kebenarannya.

Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa. (2) Pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional terhadap minat belajar siswa

(8)

vii

ABSTRACT

Yushendra Kusuma. 2013. The Effectivity of Using Cooperative Learning Model Type Team Games Tournament (TGT) for Student Class VIII of SMP Budi Mulia Minggir Sleman in School Year 2012-2013 on The Subject Prism and Piramyd. Mathematics Education Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research is aimed to know the effectivity of mathematics education in Junior High School using a type cooperative learning, the Team Games Tuornament

(TGT) model, which can be seen from the interest in learning and mathematics learning outcomes of students in learning mathematics using cooperative learning, the Team Games Tuornament (TGT) model.

This study was conducted in May 2013 by the research subjects were students of class VIII Junior High School Budi Mulia Move Sleman. Data required in this study is the data and the learning outcomes students' interest in learning mathematics. The data obtained with the final test to determine learning outcomes and filling a questionnaire to determine students' interest in learning mathematics. Data learning outcomes and student interest were analyzed by comparing the average of students 'interest in learning mathematics in cooperative learning TGT with an average interest in mathematics learning in conventional learning and comparing the average results of students' mathematics learning in cooperative learning TGT with the average results mathematics learning in conventional teaching. The results of this research will be strengthened by the average test (z test) that the results of the study not only visible from the increase in the average number of learning and students' mathematics learning outcomes. However, with an average test (z test) results can be accepted as true.

The results of this study are as follows: (1) TGT cooperative learning is more effective than conventional learning on student learning outcomes. (2) TGT cooperative learning is more effective than conventional learning on student interest

Keywords: Student Learning Outcomes, Student Interests, Cooperative Learning Model Study Team Games Tournament (TGT), Surface Area and Volume of Prisms and Limas Build Space.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal sampai akhir penyusunan skripsi yang berjudul ”Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Di Kelas VIII-A SMP Budi Mulia Minggir Sleman Tahun Ajaran 2012-2013 Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Prisma dan Limas”. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada pihak lain yang telah mendukung dan membantu saya dalam penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih ini saya ucapkan kepada:

1. Bapak Dr. M. Andy Rudhito S.Pd, selaku ketua program studi pendidikan matematika.

2. Bapak Drs. Sugiarto Pudjohartono, M.T, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu membantu dan membimbing dalam penyelesaian skripsi. 3. Segenap staf sekretariat dan dosen-dosen Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Kepala Sekolah SMP Budi Mulia Minggir Sleman DI Yogyakarta yang sudah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan nasehat – nasehat yang diberikan kepada saya untuk menjadi seorang guru yang baik.

5. Kepada Ibu Nanik Selaku Guru Pelajaran Matematika SMP Budi Mulia Minggir Sleman yang selalu memberikan dukungan dan arahan dalam pelaksanaan penelitian.

6. Semua guru SMP Budi Mulia Minggir Sleman, DI Yogyakarta, yang telah mendukung.

7. Semua siswa kelas SMP Budi Mulia Minggir Sleman, khususnya siswa-siswa kelas VIII yang telah mampu berkerja sama dengan baik.

8. Alm. Ayahanda Suhaibu yang selalu menjadi motivasi setiap waktu. 9. Ibunda Komaria yang selalu sabar membimbing dan menunggu selesainya

(10)

ix

10.Kakakku M. Alfian dan Karnila serta Adikku Gusti Randa yang selalu mendukung dalam doa dan memberi semangat untuk segera menyelesaikan skripsi.

11.Teman-teman seperjuangan, Yohannes Candra Tri Yoga, Frisca Meta Kesuma, Anastasya Renggani, dan semua teman-teman Pendidikan Matematika yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman KKN angkatan XLV, Dhinta (P.mat 09), Tya (P.mat 09), Deri (P.fis 09), Surya (Farmasi 09), Sony (PBI 09), Tari (PBI 09), dan Monika (PBI 09) selalu menjadi rekan yang saling memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu disini atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam hal isi maupun tata bahasa. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Akhirnya semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Penulis

Yushendra Kusuma

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Batasan Istilah ... 5

G. Manfaat Penelitian ... 6

H. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II ... 8

LANDASAN TEORI ... 8

A. Model Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT) ... 8

1. Model Pembelajaran ... 8

2. Pembelajaran Kooperatif ... 8

3. Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT) ... 11

(12)

B. Efektivitas Pembelajaran... 14

4. Kesetaraan Prisma dan Limas ... 26

D. Kerangka Berfikir ... 28

BAB III ... 30

METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian ... 30

C. Objek Penelitian ... 31

D. Variable Penelitian ... 31

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 31

F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

G. Prosedur Penelitian ... 32

H. Bentuk data ... 34

I. Instrumen ... 35

1. Instrumen Pembelajaran ... 35

2. Instrumen Penelitian ... 35

J. Keabsahan Data ... 39

K. Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV ... 46

PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Pelaksanaan Penelitian ... 46

B. Tabulasi Data ... 50

1. Data Uji Coba Instrumen Test Akhir ... 50

2. Data Hasil Belajar ... 51

3. Data Minat Belajar ... 53

C. Analisa Data ... 55

1. Analisis Validitas dan Reabilitas Instrumen Test Akhir ... 55

2. Analisis Hasil Belajar ... 57

xi

(13)

3. Analisis Minat Belajar ... 60

D. Pembahasan ... 63

1. Pelaksanaan Pembelajaran... 63

2. Hasil Belajar Matematika Siswa ... 64

3. Minat Belajar Matematika Siswa ... 65

4. Secara Keseluruhan ... 66

BAB V ... 68

PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dan Konvensional ... 9

Tabel 2.2 Macam-macam Bangun Ruang Prisma ... 21

Tabel 2.3 Macam-macam Bangun Ruang Limas ... 24

Tabel 2.4 Standar Kompetensi Geometri dan Pengukurannya ... 27

Tabel 2.5 Konten Materi Prisma dan Limas ... 27

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Akhir Pokok Bahasan Luas dan Volume Prisma... 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Minat Belajar pada Pembelajaran Konvensional ... 37

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Akhir Pokok Bahasan Luas dan Volume Limas ... 38

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Minat Belajar pada Pembelajaran Kooperatif TGT ... 39

Tabel 3.5 Kriteria Hasil Belajar Siswa ... 42

Tabel 3.6 Kriteria Minat Belajar Siswa ... 43

Tabel 4.1 Pelaksanaan Penelitian ... 46

Tabel 4.2 Data Uji Coba Test Akhir Pokok Bahasan Prisma ... 50

Tabel 4.3 Data Uji Coba Test Akhir Pokok Bahasan Limas ... 50

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Prisma ... 51

Tabel 4.5 Data Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Limas ... 52

Tabel 4.6 Data Minat Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran Konvensional ... 53

Tabel 4.7 Data Minat Belajar siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif TGT ... 54

Tabel 4.8 Jumlah Skor Data Uji Coba Instrumen Test Akhir Pokok Bahasan Prisma ... 55

Tabel 4.9 Analisis Intrumen Test Akhir Pokok Bahasan Prisma ... 56

Tabel 4.10 Jumlah skor Data Uji Coba Instrumen Test Akhir Pokok Bahasan Limas ... 56

Tabel 4.11 Analisis Instrumen Test akhir Pokok Bahasan Prisma ... 57

Tabel 4.12 Skor dan Kriteria Hasil Belajar Matematika Siswa ... 58

Tabel 4.13 Skor dan Kriteria Minat Belajar Matematika Siswa ... 60

Tabel 4.14 Hasil Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa ... 64

Tabel 4.15 Hasil Analisis Minat Belajar Matematika Siswa ... 65

xiii

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Turnamen pada TGT ... 13

Gambar 2.2 Jaring-jaring Prisma (Balok) ... 22

Gambar 2.3 Jaring-jaring Prisma Segitiga ... 23

Gambar 2.4 Bangun Ruang Balok dan Prisma ... 23

Gambar 2.5 Jaring-jaring Limas Segi Empat (Piramida) ... 25

Gambar 2.6 Jaring-jaring Limas Segitiga (Bidang Empat) ... 25

Gambar 2.7 Bangun Ruang Kubus dan Limas Segi Empat ... 26

Gambar 4.1 Grafik Uji Rata-Rata Hasil Belajar ... 59

Gambar 4.2 Grafik Daerah Penerimaan Hipotesis Hasil Belajar ... 60

Gambar 4.3 Grafik Uji Rata-Rata Minat Belajar ... 62

Gambar 4.4 Grafik Daerah Penerimaan Hipotesis Minat Belajar ... 62

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. KARTU BIMBINGAN ... 72

LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI SEKOLAH ... 73

LAMPIRAN 3. RPP PEMBELAJARAN KONVENSIONAL ... 74

LAMPIRAN 4. RPP PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT... 73

LAMPIRAN 5. ANGKET MINAT PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL ... 94

LAMPIRAN 6. ANGKET MINAT PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT ... 98

LAMPIRAN 7. SOAL TES AKHIR PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL (MATERI POKOK PRISMA) ... 102

LAMPIRAN 8. SOAL TES AKHIR PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (MATERI POKOK LIMAS) ... 108

LAMPIRAN 9. SOAL LATIHAN PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL ... 114

LAMPIRAN 10. SOAL LATIHAN KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT ... 116

LAMPIRAN 11. SOAL TUORNAMEN ... 120

LAMPIRAN 12. JAWABAN LATIHAN KELOMPOK SISWA ... 123

LAMPIRAN 13. JAWABAN SISWA PADA UJI COBA SOAL PRISMA ... 127

LAMPIRAN 14. JAWABAN SISWA PADA UJI COBA SOAL LIMAS ... 131

LAMPIRAN 15. JAWABAN SISWA PADA TEST AKHIR PRISMA ... 133

LAMPIRAN 16. JAWABAN SISWA PADA TEST AKHIR LIMAS ... 136

LAMPIRAN 17. TANGGAPAN MINAT SISWA PADA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL ... 139

LAMPIRAN 18. TANGGAPAN MINAT SISWA PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT ... 142

LAMPIRAN 19. KALENDER AKADEMIK SEKOLAH ... 145

LAMPIRAN 20. JADWAL PELAJARAN ... 146

LAMPIRAN 21. PHOTO PELAKSANAAN PELITIAN ... 147

xv

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini dalam kehidupan modern matematika berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta memajukan daya pikir manusia. Matematika membangun daya pikir manusia untuk berfikir sistematis. Begitu penting peranan matematika itu maka matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Hal ini dimaksud untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan inovatif. Sehingga peserta didik mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman ditunjukkan dengan prestasi dan pencapaian hasil belajar. Dalam pencapaian dan hasil belajar tersebut, hendaknya perlu diperhatikan bagaimana proses pembelajaran matematika yang baik.

Kebanyakan proses pembelajaran matematika saat ini masih menggunakan model kovensional yang berpusat pada guru. Sehingga belum memberikan hasil belajar yang diharapkan. Model pembelajaran ini kurang berorientasi pada siswa dan cenderung didominasi oleh guru. Guru lebih memposisikan diri sebagai pusat pengetahuan sementara siswa hanya menunggu guru dan mencatat apa yang diberikan guru. Sehingga siswa tidak memiliki inisiatif untuk mencari ilmu sendiri. Akhirnya hal ini seolah-olah menggambarkan motivasi dan minat belajar siswa menjadi rendah.

Berdasarkan salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) oleh pemerintah Permen No. 23 Tahun 2006 bahwa siswa harus memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu : memiliki rasa

(18)

2

ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Memiliki minat untuk mempelajari matematika dan konsep matematika merupakan hal yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu, dalam pembelajaran matematika itu sendiri guru harus kreatif dan inovatif dalam menciptakan skenario pembelajaran agar menarik minat dan motivasi belajar siswa.

Peneliti melakukan penelitian di SMP Budi Mulia yang terletak di daerah Minggir Kecamatan Sleman. Observasi kelapangan dilakukan peneliti agar mendapatkan data yang lengkap dan tepat agar penelitian berjalan sesuai rencana. Peneliti tidak hanya menggali informasi dari guru mata pelajaran matematika tetapi juga siswa yang menjadi subjek penelitian. Berdasarkan wawancara dan observasi dengan guru mata pelajaran matematika SMP Budi Mulia Minggir Sleman, menunjukkan bahwa selain hasil belajar yang kurang memuaskan, minat belajar matematika siswa menjadi masalah yang besar di sekolah ini terutama kelas VIII. Berdasarkan observasi ini juga dapat dilihat dari tingkat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Banyak siswa yang terlihat malas-malasan dalam pembelajaran. Bukan itu saja, bahkan ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan berbagai alasan. Di sini peneliti menyimpulkan bahwa siswa kurang termotivasi dan memiliki minat belajar yang rendah terhadap pelajaran matematika. Namun ada beberapa siswa yang aktif dan terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Solusi yang banyak digunakan dan diteliti saat ini adalah pembelajaran aktif, artinya siswa aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Chairani (2007:2), belajar aktif adalah belajar di mana siswa lebih berperan aktif sehingga siswa dalam belajar jauh lebih dominan dari pada kegiatan guru. Adapun salah satu model pembelajaran aktif yang banyak digunakan dalam penelitian dewasa ini adalah pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.

Dari banyak penelitian terdahulu yang menggunakan pembelajaran kooperatif memberikan peningkatan hasil belajar dan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika. Banyak tipe pembelajaran yang dikembangkan

(19)

pada pembelajaran kooperatif, salah satunya yaitu Team Games Tournament

(TGT). Pembelajaran kooperatif TGT didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggungjawab terhadap belajar teman-teman dalam tim dan juga diri sendiri. Pada pembelajaran kooperatif siswa dikelompokkan kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari perbedaan, suku, ras, jenis kelamin, dan tingkat akademik. Pembentukan kelompok belajar ini, melalui interaksi sosial memungkinkan tercipta ketergantungan masing-masing individu. Siswa yang merasa memiliki tingkat kemampuan akademik rendah merasa membutuhkan orang lain sedangkan siswa yang memiliki tingkat kemampuan tinggi memiliki rasa tanggungjawab terhadap teman yang membutuhkan. Menurut Slavin (dalam Narulita Yusron dkk, 2005:14) TGT merupakan pembelajaran yang menambahkan unsur kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Penerapan model pembelajaran TGT dapat memacu motivasi dan minat belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) di Kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Prisma dan Limas.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas permasalahan yang selama ini pada pembelajaran matematika adalah :

(20)

4

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan tersebut, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti pada siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman. Adapun masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Materi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah luas dan volume bangun ruang prisma dan limas.

2. Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman DI Yogyakarta pada tahun ajaran 2012/2013. 3. Penelitian ini hanya akan membahas penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) di kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman pada pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas.

4. Penelitian ini hanya akan membahas efektivitas pembelajaran kooperatif team games tournament (TGT) dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang ditinjau dari hasil belajar dan minat belajar siswa.

D. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana efektifitas pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman pada pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas ?

2. Bagaimana efektifitas pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) ditinjau dari minat belajar matematika siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman pada pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif tipe Team

Games Tournament (TGT) ditinjau dari hasil belajar matematika

(21)

siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman pada pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas ?

2. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) ditinjau dari minat belajar matematika siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman pada pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas ?

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah dalam rumusan pertanyaan didefiniskan sebagai berikut ini : 1. Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kualitas, kuantitas, dan waktu) dicapai. Semakin besar presentase target dicapai semakin tinggi efektifitasnya. Efektivitas pada penelitian ini dilihat dari hasil belajar dan minat belajar pada pembelajaran kooperatif TGT yang dibandingkan dengan hasil belajar dan minat belajar pada pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok yang heterogen untuk bekerja sama dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah. 3. Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) adalah

model pembelajaran yang dimana siswa memainkan game akademis mewakili kelompoknya untuk menjalankan pertandingan (tournament) dengan kelompok lain. Game ini menggantikan kuis sebagai nilai individu dan nilai tersebut ini disumbangkan pada kelompoknya masing-masing.

(22)

6

terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar. (Winkel, 1987).

5. Hasil Belajar adalah suatu bukti keberhasilan usaha seseorang (siswa) yang dicapai melalui proses atau kegiatan pembelajaran.

Melalui penelitian ini akan ditunjukkan keefektivitasan model pembelajaran kooperatif TGT dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional yang ditinjau hasil belajar dan minat belajar siswa.

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, penelitian ini mampu mengaktifkan siswa sehingga mendorong siswa untuk memiliki minat belajar matematika diimbangi dengan hasil belajar yang memuaskan.

2. Bagi guru pelajaran matematika, penelitian ini dapat membantu guru dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat, sehingga guru dapat menciptakan pembelajaran yang tidak membosankan serta menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

3. Bagi peneliti sebagai calon guru pelajaran matematika, penelitian ini merupakan langkah awal peneliti untuk menciptakan ide kreatif dan inovatif dalam merencanakan pembelajaran yang tepat.

H. Sistematika Penulisan

Laporan skripsi ini terdiri dari 5 bab yaitu : Bab pertama pendahuluan yang mengemukakan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan penelitian. Bab kedua landasan teori yang terdiri dari rancangan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pengertian efektivitas pembelajaran, penjabaran bangun ruang prisma dan limas, dan karangka berfikir dari peneltian ini. Kemudian bab ketiga metodologi penelitian yang mengungkapkan jenis penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, variable penelitian, prosedur, bentuk data, kisi-kisi instrumen penelitian, dan keabsahan data serta analisis data.

(23)
(24)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT) 1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran (Widyantini, 2006:6). Untuk mencapai tujuan yang diinginkan guru harus merancang model pembelajaran yang tepat. Pemodelan pembelajaran meliputi : perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tim MKPBM UPI (2001:214) menjelaskan bahwa model pembelajaran yang biasa kita lihat sehari-hari adalah pembelajaran yang klasikal atau konvensional. Pada model pembelajaran tersebut. guru mengajar sejumlah siswa, biasanya antara 30 sampai dengan 40 orang siswa di dalam sebuah ruangan. Para siswa diasumsikan memiliki kemampuan minimum untuk tingkatnya dan diasumsikan mempunyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Dengan kondisi seperti ini, kondisi belajar siswa secara individual baik menyangkut kecepatan belajar, kesulitan belajar dan minat belajar sulit untuk diperhatikan oleh guru.

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif telah memiliki sejarah yang panjang (Slavin dalam Narulita Yusron dkk, 2005:iii). Model pembelajaran kooperatif ini bermula dari pemikiran para filosof di abad pertengahan

8

(25)

masehi yang mengemukakan bahwa agar seseorang belajar ia harus memiliki teman belajar. Teman belajar ini diajak untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Filsafat ini kemudian dikembangkan oleh Slavin ke dalam berbagai macam model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berorientasi pada belajar bersama di dalam kelompok kecil yang heterogen (jenis kelamin, suku, ras, serta kemampuan akademis) untuk menyelesaikan suatu masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu guna mencapai tujuan bersama. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan saling beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, dalam Narulita Yusron dkk, 2005:4).

Massofa (2008) dalam blognya, menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki perbedaan-perbedaan mendasar dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan yaitu model pembelajaran konvensional. Lebih lanjut Massofa (2008) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar matematika siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Beberapa perbedaan mendasar antara pembelajaran kooperatif dan pembelajaran konvensional ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model Pembelajaran Konvensional

Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Konvensional

1. Guru tidak membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok. 2. Adanya akuntabilitas individual

yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok diberi umpan balik tentang hasil

1. Guru membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok.

(26)

10

Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Konvensional

belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberika bantuan.

3. Kelompok belajar yang dibentuk merupakan kelompok heterogen

4. Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman bagi para anggota kelompok.

5. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, serta mempercayai orang lain, dan mengolah konflik secara lansung diajarkan.

6. Pada saat pembelajaran kooperatif sedang berlansung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. 7. Guru memperhatikan proses

kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. 8. Penekanan tidak hanya pada

penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)

kelompok yang lainnya hanya mengekor keberhasilan sang pemborong.

3. Kelompok belajar yang dibentuk merupakan kelompok yang tidak heterogen.

4. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan caranya masing-masing

5. Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara lansung.

6. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlansung.

7. Guru tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

8. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

TIM MKPBM UPI (2001:218) menjelaskan bahwa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif, ada beberapa hal yang harus dipenuhi antara lain :

(27)

1. Para siswa yang tergabung dalam satu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari suatu tim yang mempunyai tujuan bersama yang ingin dicapai.

2. Para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok tersebut.

3. Untuk mencapai hasil maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalma mendiskusikan masalah yang dihadapi oleh kelompok.

TIM MKPBM UPI (2001:217) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan dalam bentuk tulisan. Tugas-tugas kelompok dapat memacu siswa untuk kerja sama, saling membantu sama lain dalam mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam menumbuhkan sikap positif siswa terhadap matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas siswa terhadap sulitnya matematika yang banyak dialami siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berorientasikan pada pembentukan kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dengan tujuan agar siswa-siswa yang tergabung dalam tiap-tiap kelompok dapat saling berbagi pengetahuan-pengetahuan baru yang dimiliki.

3. Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT)

(28)

12

dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD), hanya saja TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Secara ringkas TGT menggantikan kuis-kuis dengan turnamen yang berisikan pertanyaan yang sesuai dengan materi pembelajaran. Siswa akan mewakili timnya untuk memainkan turnamen bersama perwakilan tim lain yang sebelumnya tingkat kemampuan akdemiknya setara setara.

Komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut :

a. Presentasi Kelas

Slavin (dalam Narulita Yusron dkk, 2005:143) melanjutkan, sama seperti STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Materi disampaikan seperti pengajaran langsung yang biasa guru lakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit atau komponen pembelajaran kooperatif TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas, karena demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, games, dan skor kuis atau

game tersebut menentukan skor tim mereka.

b. Tim

Slavin (dalam Narulita Yusron dkk, 2005:144) juga menjelaskan bahwa tim belajar yang dibentuk terdiri dari empat atau lima siswa yang heterogen. Heterogen yang dimaksud siswa-siswa yang berada pada satu tim terdiri dari siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa mereka benar-benar belajar dan lebih khusus lagi adalah mempersiapkan

(29)

MEJA

anggotanya untuk menghadapi turnamen dengan baik. Tim akan membentuk rasa tanggung jawab kepala diri sendiri dan kelompoknya.

c. Game

Yang terpenting dalam TGT adalah game. Game tersebut terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim (Slavin, dalam Narulita Yusron dkk, 2005:166). Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

d. Turnamen

Turnamen adalah sebuah kegiatan di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit pembelajaran, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan (Slavin, dalam Narulita Yusron dkk, 2005:166). Pada turnamen pertama guru menunjuk siswa yang berada pada meja turnamen. Tiga siswa yang berprestasi tinggi ditempatkan pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Gambar 1 berikut mengilustrasikan hubungan antara tim yang heterogen dan meja turnamen yang homogen.

Gambar 2.1

(30)

14

Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada terunamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi, skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama, dan yang

skornya paling rendah “diturunkan”. Dengan cara ini, jika pada

awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kemampuan tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.

e. Skor Kemajuan Individu

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberika kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal pada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Kompetisi yang seimbang ini memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja akademik sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.

f. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua pulh persen dari peringkat mereka.

B. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa besar pengaruh dari suatu hal terhadap kualitas, kuantitas, maupun waktu. Jadi efektivitas pembelajaran adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa besar pengaruh suatu metode pembelajaran terhadap kualitas, kuantitas maupun waktu dari pembelajaran itu sendiri. Efektivitas pembelajaran pada

(31)

penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil belajar siswa dan minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika.

1. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (1989 : 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa seteleh ia menerima pengalaman belajarnya. Sudjana (1989 : 22) kembali menjelaskan bahwa dalam sistem pendidikan nasional rumusan, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruktur sekolah, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, antara lain sebagai berikut :

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analitis, sintetis dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hail belajar keterampilan dan lemampuan bertindak.

(32)

16

menerima suatu pembelajaran. Hasil dapat diketahui dari evaluasi yang dilakukan guru.

2. Minat Belajar a. Pengertian

Secara bahasa minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya tersebut. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Menurut Winkel (1983 : 33) yang dimaksud dengan minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik dan merasa senang berkecimpung terhadap bagian-bagian tertentu.

Sedangkan belajar menurut bahasa adalah usaha berlatih untuk mendapatkan kepandaian. Belajar dapat disimpulkan merupakan perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), ketrampilannya (psikomotorik), maupun sikapnya (afektif).

Pengertian minat dan pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa kemampuan, keterampilan maupun sikap. Berdasarkan definisi tersebut, maka minat siswa dalam pembelajaran matematika dapat dinyatakan sebagai sebagai kecendurungan yang agak menetap untuk merasa tertarik dan senang dalam pembelajaran matematika.

b. Unsur-Unsur Minat

Menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2008:151) minat tidak termasuk dalam istilah populer dalam psikologi karena

(33)

ketergantungannya yang banyak pada unsur-unsur pendukungnya, yaitu pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. 1) Perhatian

Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan berpengauh pula terhadap minat dalam belajar. aktifitas yang disertai dengan perhatian yang intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi.

Kemudian Muhibbin Syah (2008:151) menjelaskan bahwa seorang siswa yang menaruh minat besar pada suatu mata pelajaran misalnya matematika maka siswa tersebut akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain. Karena pemusatan perhatian yang lebih intensif tadilah yang membuat siswa lebih giat belajar danpada akhirnya mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Orang yang menaruh minat pada suatu aktifitas akan memberikan perhatian yang besar pada hal yang ia minati. Ia tidak segan-segan memberikan atau mengorbankan waktu dan tenaganya untuk memusatkan perhatiannya pada yang ia minati tersebut. oleh karena itu seorang siswa yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar.

2) Perasaan

Unsur yang tak kalah penting adalah perasaan. Perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak. Seseorang melakukan suatu aktifitas selalu disertai dengan perasaan, baik perasaan senang maupun perasaan tidak senang.

(34)

18

pengalaman belajar di sekolah, dan penilaian itu menghasilkan penilaian yang positif maka akan timbul perasaan senang di hati. Akan tetapi jika penilaiannya negatif maka timbul perasaan tidak senang. Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat dalam pembelajaran, karena tidak adanya sikap positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar. Perasaan senang inilah yang akan meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap pelajaran yang ia minati.

3) Kebutuhan

Setiap individu peserta didik memiliki bahkan telah menyadari kebutuhan-kebutuhannya dalam belajar. Siswa akan berminat terhadap pelajaran, jika dalam diri siswa merasa butuh terhadap pelajaran tersebut, karena siswa secara sadar beranggapan bahwa sebuah materi bermanfaat dan penting jika dapat diaplikasikan dan bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut siswa akan memperhatikan hal-hal yang disampaikan oleh pengajar. Maka siswa akan berusaha menggali sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan apa yang ia butuhkan. Sehingga siswa akan menyukai atau menaruh minat yang besar pada apa yang ia butuhkan.

4) Motif

Motif dapat diartikan sebagai upaya yang memberikan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi oleh Muhibbin Syah (2008:152) dibagi dalam dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal yang dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut.

(35)

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, seperti pujian, hadiah, peraturan sekolah, suri tauladan guru dan orang tua. Namun Muhibbin Syah (2008:152) menambahkan motivasi intrinsik yang lebih signifikan dalam perkembangan minat belajar siswa. Karena motivasi intrinsik murni dan langgeng dari dalam diri siswa serta tidak bergantung pada dorongan dari semua hal diluar individu siswa.

Seseorang yang melalukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya baik faktor intrinsik maupun ekstrinsik. Dalam hal ini motivasi sebagai penggeraknya yang mendorong untuk seseorang untuk belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka ia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.

Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa peserta didik tidak tergerak untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Bahkan siswa tidak mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar.

Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seorang siswa sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.

c. Ciri-Ciri Siswa Berminat dalam Belajar

Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

(36)

20

b) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

c) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

d) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

e) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan. Minat dapat diekspresikan melalui pertanyaan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal tertentu daripada hal lainnya. Minat dapat pula digambarkan melalui partisipasi siswa dalam suatu aktivitas kelas. Minat siswa terhadap penggunaan metode belajar tertentu dalam pembelajaran matematika dapat dilihat apakah siswa tertarik dan merasa senang dalam mempelajari matematika melalui metode tersebut. Sehingga minat siswa pada belajar matematika melalui pembelajaraan kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat dilihat dari apakah siswa tertarik dan merasa senang untuk mengikuti pembelajaran matematika melalui model pembelajaran tersebut.

Supaya kegiatan belajar mengajar dapat berhasil dengan baik maka guru seharusnya dapat membuat siswa merasa tertarik ataupun senang dalam belajar, dengan beberapa cara sebagai berikut (Winkel, 1983:30)

1. Membina hubungan akarab antara guru dengan siswa namun tidak berlaku seperti hubungan antar anak remaja.

2. Meyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.

3. Menggunakan alat-alat pelajaran yang menunjang proses belajar 4. Bervariasi dalam cara-cara mengajar tetapi tidak berganti-ganti

metode tanpa tujuan yang jelas.

Dari paparan diatas tersebut bahwa seorang guru dapat menggunakan variasi dalam metode mengajar untuk menarik minat belajar siswa. Dalam penelitian ini akan ditunjukkan bahwa pembelajaran

(37)

kooperatif TGT dapat membuat siswa SMP Budi Mulia Minggir Sleman merasa tertarik dan senang untuk mengikuti pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang prisma dan limas.

C. Bangun Ruang Prisma dan Limas 1. Bangun Ruang

Bangun ruang adalah benda yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang tidak semua titik-titiknya terdapat pada bidang yang sama. Jadi bangun ruang tersebut dibatasi oleh beberapa bidang yang tertutup.

2. Prisma

a) Pengertian Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang memiliki sepasang bidang sejajar dan kongruen yang merupakan alas dan tutup. Sedangkan bidang-bidang lainnya diperoleh dengan menghubungkan titik-titik sudut dari dua bidang yang sejajar menjadi garis-garis yang sejajar.

b) Macam-macam Bangun Ruang Prisma

Tabel 2.2 Macam-macam Bangun Ruang Prisma

(38)

22

c) Luas Permukaan Prisma

Luas permukaan bangun ruang adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi bangun ruang tersebut. Luas Permukaan Prisma adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi prisma tersebut.

 Jaring-jaring prisma dengan alas berbentuk persegi (Balok):

Gambar 2.2 Jaring-jaring Prisma (Balok)

(39)

t

 Jaring-jaring prisma dengan alas berbentuk segitiga siku-siku (Prisma Segitiga) :

Gambar 2.3 Jaring-jaring Prisma Segitiga

L Prisma = Jumlah bidang-bidang yg membatasinya

=

=

= 2

Luas Permukaan Prisma =

d) Volume Prisma

Volume bangun ruang adalah banyaknya satuan kubus yang dapat mengisi penuh bangun ruang tersebut. Volume prisma adalah banyaknya satuan kubus yang dapat mengisi penuh prisma tersebut. Dengan menggunakan pengetahuan siswa tentang volume balok yang telah mereka pelajari sebelumnya.

(40)

24

Volume Prisma ABC.EFG = Volume Balok ABCD.EFGH Volume Prisma ABC.EFG =

Volume Prisma ABC.EFG =

Volume Prisma ABC.EFG = Luas Segitiga Siku-siku Tinggi Prisma

Volume Prisma ABC.EFG = Luas Alas Prisma Tinggi Prisma

3. Limas

a) Pengertian Limas

Limas adalah bangun ruang yang memiliki satu bidang sebagai alas, sedangkan bidang-bidang lainnya berbentuk segitiga yang bertemu pada satu titik yaitu titik puncak.

b) Jenis-jenis Limas

Tabel 2.3 Macam-macam Bangun Ruang Limas

Nama Gambar Jumlah

(41)

s

c) Luas Permukaan Limas

Luas permukaan bangun ruang adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi bangun ruang tersebut. Luas permukaan limas adalah jumlah luas seluruh permukaan yang membatasi limas tersebut.

 Jaring-jaring limas dengan alas berbentuk persegi :

Gambar 2.5 Jaring-jaring Limas Segi Empat (Piramida)

 Jaring-jaring prisma dengan alas berbentuk segitiga sama sisi-sisi :

Gambar 2.6 Jaring-jaring Limas Segitiga (Bidang Empat)

L Permukaan Limas = Jumlah bidang-bidang yg membatasinya

(42)

26

s s

s s

s

Kubus dengan panjang sisi = s

Limas dengan panjang sisi = s dan tinggi = t = �  s = 2t

Luas Permukaan Limas =

d) Volume Limas

Volume bangun ruang adalah banyaknya satuan kubus yang dapat mengisi penuh bangun ruang tersebut. Valume limas adalah banyaknya satuan kubus yang dapat mengisi penuh limas tersebut. Siswa dijelaskan cara menemukan rumus volume limas.

Gambar 2.7 Bangun Ruang Kubus dan Limas Segi Empat

4. Kesetaraan Materi Pembelajaran Matematika Topik Prisma dan Limas

a. Kesetaraan Ditinjau dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Perangkat pengajaran matematika yang memacu pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (SK) dari

(43)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pokok bahasan bahasan geometri dan pengukurannya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4

Standar Kompetensi Geometri dan Pengukurannya

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Geometri dan Pengukurannya

5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya

5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya

5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok,

prisma dan limas

5.3 Menghitung luas permukaan dan volume

kubus, balok, prisma dan limas

Pada penelitian ini, diambil sub pokok bahasan yaitu luas dan volume prisma dan limas. Kompetensi dasar yang diharapkan untuk dimiliki siswa setelah proses pembelajaran pada luas dan volume prisma dan limas adalah siswa mampu menghitung luas dan volume prisma dan limas. Secara SK dan KD dari KTSP prisma dan limas memiliki kesetaraan.

b. Kesetaraan Ditinjau dari Keluasan dan Kedalaman Materi

Pada penelitian ini dirasa perlu untuk mengungkapkan kesetaraan isi materi yang ditinjau dari keluasan dan kedalaman selain mengungkapkan kesetaraan dari SK dan KD dari KTSP. Berikut penjabaran kesetaraan isi materi dari pokok bahasan prisma dan limas.

Tabel 2.5

Konten Materi Prisma dan Limas

Prisma Limas

1. Diberi nama berdasarkan bentuk alasnya. (contoh : Prisma Segi Tiga, Prisma Segi empat, dst)

1. Diberi nama berdasarkan bentuk alasnya. (contoh : Limas Segi Tiga, Limas Segi empat, dst) 2. Bentuk jaring-jaring berdasarkan

bentuk dari alasnya.

(44)

28

Prisma Limas

3. Bahasan materi mencakup unsur, sifat-sifat, jaring-jaring, luas permukaan, volume, dan aplikasi.

3. Bahasan materi mencakup unsur, sifat-sifat, jaring-jaring, luas Limas tidak memiliki sisi atap

Dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa dari kedalaman dan keluasan isi materi bahasan dari prisma dan limas tidak ada perbedaan atau setara.

D. Kerangka Berfikir

1. Penelitian ini berdasarkan pada masalah yang dilihat atau diamati oleh peneliti melalui proses wawancara dan observasi. Masalah pada sekolah yang akan diteliti yaitu SMP Budi Mulia Minggir Sleman adalah hasil belajar matematika siswa yang tidak memuaskan dan minat belajar matematika siswa yang sangat kurang, terutama kelas VIII.

2. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti mencobakan medofikasi proses pembelajaran yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT). Menurut para ahli yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya pembelajaran kooperatif TGT dapat memberikan efek potensial terhadap hasil belajar dan minat belajar siswa. 3. Untuk melihat pengaruhnya (efektivitas) peneliti akan membandingkan

(hasil belajar dan minat belajar) dengan model pembelajaran yang biasa dilakukan (konvensional) pada materi yang relatif setara. Penelitian dilakukan pada kelas yang sama, oleh pengajar yang sama, dan pada pokok bahasan yang relatif sama. Penelitian dirancang sedemikian sehingga hanya model pembelajaran saja yang berbeda. Sehingga dapat dianalisis apakah pembelajaran kooperatif TGT memberikan efek potensial dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

4. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT)

(45)

memberikan efek potensial terhadap hasil belajar dan minat belajar matematika siswa.

5. Setelah penelitan ini berhasil dalam arti kata pembelajaran kooperatif TGT lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional maka penelitian akan sangat bermanfaat terutama bagi sekolah. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT untuk materi yang sama pada tahun ajaran berikutnya dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran. 6. Dengan adanya pembelajaran yang dilaksanakan dengan model

(46)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini akan menunjukkan keefektifitasan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dibandingkan dengan metode konvensional. Dimana metode konvensional akan diujicobakan pada pokok bahasan luas dan volume prisma sedangkan model TGT diujicobakan pada pokok bahasan luas dan volume limas. Dimana pada bab sebelumnya telah ditunjukkan bahwa prisma dan limas memiliki kesetaraan dari segi keluasan dan kedalaman materi. Serta kesetaraan ditinjau dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment atau ekperimen semu, dimana akan ditunjukkan ada atau tidaknya pengaruh atau akibat dari suatu percobaan. Dalam penelitian akan dilihat pengaruh atau akibat dari model pembelajaran kooperatif TGT. Pengaruh dari model TGT ini akan ditinjau dari perkembangan hasil belajar dan minat belajar siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman yang diujicobakan pada pokok bahasan luas dan volume bangun ruang prisma dan limas.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman tahun ajaran 2012/2013.

30

(47)

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah efektivitas model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ditinjau dari proses pembelajaran dan hasil belajar.

D. Variable Penelitian

1. Variabel Bebas

Variable bebas pada penelitian ini yaitu : a. Model Pembelajaran Konvensional

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tuornament (TGT)

2. Variabel Terikat

Variable terikat pada penelitian ini yaitu : a. Hasil Belajar pada Model Konvensional b. Minat Belajar pada Model Konvensional c. Hasil Belajar pada Model TGT

d. Minat Belajar pada Model TGT

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Agar penelitian ini terarah sebagaimana dari tujuan, maka variabel dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut :

1. Hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman adalah hasil belajar yang dilihat dari tes akhir pada masing-masing model. Yaitu hasil belajar pada pembelajaran konvensional dan hasil belajar pada pembelajaran kooperatif TGT.

(48)

32

F. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 7 pertemuan mulai tanggal 11 Mei 2013 sampai dengan 28 Mei 2013.

2. Tempat dibawah naungan Yayasan Pengurus Gereja dan Papa Miskin (PGPM). Pada bulan Juli 1980 SMP Santo Yusup dipindahkan di Padon, Sendangrejo, Minggir, menempati gedung SPG Albertus yang sekarang dijadikan asrama. Kepala Sekolah saat itu Ibu Fr. Muryati.

Pada tahun 1983, SMP Santo Yusup dan SPG Albertus diambil alih oleh Yayasan Budi Mulia dan kemudian berganti nama menjadi SMP Budi Mulia Minggir dan SPG Budi Mulia. Kepala Sekolah dipimpin oleh Br. Benediktus Dwi Sutanto. Pada tahun 1985, SMP Budi Mulia dibuatkan gedung baru bersebelahan dengan SPG Budi Mulia yang ditempati sampai sekarang.

G. Prosedur Penelitian

1. Penyusunan Proposal

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengajukan proposal yang berisikan mulai dari BAB I, BAB II, dan BAB III. Pelaksanaan penelitian ini dapat dilaksanakan dengan persetujuan dosen pembimbing. Peneliti secara berkala terus melakukan konsultasi dan bimbingan dengan dosen pembimbing untuk menyusun proposal, sampai akhirnya dapat dipastikan bahwa penelitian ini akan menjawab permasalahan sekolah yang akan diteliti.

(49)

2. Persiapan Penelitian a. Observasi

Observasi kelapangan dilakukan peneliti secara bersamaan dengan penyusunan proposal penelitian. Observasi ini dilakukan peneliti agar mendapatkan data yang lengkap dan tepat agar penelitian berjalan sesuai rencana. Peneliti tidak hanya menggali informasi dari guru mata pelajaran matematika tetapi juga siswa yang menjadi subjek penelitian.

b. Izin

Sebelum melaksanakan observasi, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada guru mata pelajaran dan kepala sekolah SMP Budi Mulia Minggir Sleman secara lisan. Setelah mendapatkan izin, peneliti mengajukan surat permohonan ke sekretariat jurusan untuk dibuatkan surat izin penelitian, yang nanti akan diberikan kesekolah. Peneliti melakukan observasi dan penyusunan proposal sambil menunggu surat izin penelitian selesai dibuatkan.

c. Pembuatan Instrumen

Instrumen merupakan bentuk kesiapan peneliti untuk melaksanakan penelitian. Dalam hal ini peneliti membuat instrumen sebagai berikut :

1) Menyiapkan Rencana Proses Pembelajaran (RPP) 2) Menyusun konsep skenario pembelajaran model TGT 3) Menyusun lembar angket minat belajar siswa.

4) Menyiapkan soal tugas kelompok. 5) Menyusun lembar soal tes akhir. 3. Pelaksanaan Penelitian

(50)

34

dengan menggunakan motode TGT. Dimana pada masing-masing metode yaitu pada setiap akhir minggu dilakukan tes akhir pembelajaran. Diakhir pelaksanaan pembelajaran penelitian peneliti membagikan angket untuk mengetahui minat belajar matematika siswa. Selain tes akhir dan angket minat belajar, peneliti dan guru melakukan pengamatan untuk memperkuat data minat belajar dan hasil belajar siswa.

4. Analisa Data

Setelah mendapatkan data berupa lembar angket minat belajar dan hasil tes akhir. Peneliti menganalisis dan mengevaluasi hasil lembar angket dan hasil tes akhir tersebut.

5. Penarikan Kesimpulan

Setelah melakukan analisis data peneliti mencoba menarik kesimpulan. Dimana kesimpulan ini akan menunjukkan apakah model pembelajaran TGT efektif digunakan dikelas VIII SMP Budi Mulia Minggir Sleman pada pokok bahasan luas dan volume bangun ruang prisma dan limas.

H. Bentuk data

1. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa berupa jawaban yang diberikan siswa pada tes akhir. Hasil belajar ini berupa tes akhir dari masing-masing model pembelajaran. Yaitu hasil belajar pada model pembelajaran konvensional dan hasil belajar pada model pembelajaran kooperatif TGT.

2. Angket Minat Belajar Matematika Siswa

Angket minat belajar matematika siswa berupa lembar yang berisikan daftar pertanyaan tertutup yang terdapat pilihan. Dari masing-masing pertanyaan tersebut siswa akan memilih pilihan yang menggambarkan minat belajar siswa. Angket ini akan diberikan pada setiap akhir model pembelajaran. Untuk menggambarkan minat siswa

(51)

terhadap pembelajaran konvensional dan minat balajar siswa terhadap pembelajaran kooperatif TGT. Kemudian data ini akan dilengkapi dengan pengamatan, photo, dan rekaman video aktivitas siswa.

I. Instrumen

1. Instrumen Pembelajaran

a. Instrumen Pembelajaran pada Model Konvensional

Rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP dibuat merujuk pada pembelajaran matematika konvensional yang didominasi oleh guru. Pembelajaran pada model konvensional menggunakan pendidikan berkarakter sesuai dengan kurikulum KTSP.

b. Instrumen Pembelajaran pada Model Kooperatif TGT

Rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP dibuat berdasarkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) yang telah dijelaskan pada landasan teori di BAB II penelitian ini.

2. Instrumen Penelitian

a. Instrumen Penelitian pada Model Konvensional

Instrumen penelitian pada penelitian ini dikembangkan berdasarkan landasan teori yang telah disusun pada BAB II penelitian ini.

1) Hasil Belajar

Tes akhir sebagai bentuk hasil belajar diberikan kepada setiap siswa untuk mengukur pemahaman siswa tentang pembelajaran yang telah diberikan. Tes akan dilaksanakan pada akhir pokok bahasan. Yaitu pada akhir pokok bahasan luas dan volume prisma.

(52)

36

Kompetensi Dasar : 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas

Pokok Bahasan : Luas dan Volume Prisma

Tabel 3.1

Kisi-kisi Tes Akhir Pokok Bahasan Luas dan Volume Prisma :

Indikator Jumlah Soal

Aspek Penilaian

Pemahaman Aplikasi Analisis Menemukan Rumus dilampirkan pada lampiran 7.

2) Minat Belajar

Angket minat belajar matematika siswa berisikan list atau daftar pertanyaan yang mengukur minat belajar matematika siswa. Angket ini diberikan setelah pembelajaran konvensional pada pokok bahasan luas dan volume prisma sebagai gambaran minat belajar matematika siswa setelah pembelajaran konvesional.

(53)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Angket Minat Belajar pada Pembelajaran Kovensional

Indikator

Minat Sub Indikator

Pernyataan (+) Pernyataan (-)

1. Pemusatan

Adapun instrumen jadi angket minat belajar siswa pada pembelajaran konvensional ini dilampirkan pada lampiran 5.

b. Instrumen Penelitian pada Model Kooperatif TGT 1) Hasil Belajar

Tes akhir sebagai bentuk hasil belajar diberikan kepada setiap siswa untuk mengukur pemahaman siswa tentang pembelajaran yang telah diberikan. Tes akan dilaksanakan pada akhir pokok bahasan. Yaitu pada akhir pokok bahasan luas dan volume limas.

(54)

38

Kompetensi Dasar : 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas

Pokok Bahasan : Luas dan Volume Limas

Tabel 3.3

Kisi-kisi Tes Akhir pada Pokok Bahasan Luas dan Volume Limas :

Indikator Jumlah Soal

Aspek Penilaian

Pemahaman Aplikasi Analisis Menemukan Rumus dilampirkan pada lampiran 8.

2) Minat Belajar

Angket minat belajar matematika siswa berisikan list atau daftar pertanyaan yang mengukur minat belajar matematika siswa. Angket ini diberikan setelah pembelajaran kooperatif TGT pada pokok bahasan luas dan volume limas sebagai gambaran minat belajar matematika siswa setelah pembelajaran kooperatif TGT.

(55)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Angket Minat Belajar pada Pembelajaran Kooperatif TGT

Indikator

Minat Sub Indikator

Pernyataan (+) Pernyataan (-)

1. Pemusatan

Adapun instrumen jadi angket minat belajar siswa pada pembelajaran konvensional ini dilampirkan pada lampiran 6.

J. Keabsahan Data

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model Pembelajaran Konvensional
Gambar 2.1 Ilustrasi Turnamen pada TGT TEAM A
Tabel 2.2 Macam-macam Bangun Ruang Prisma
Gambar Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 hingga 6 bulan.. Imunisasi ini untuk

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

Banyak penonton sepak bola di stadion pada hari Sabtu adalah 2.678 orang, sedangkan pada hari Minggu sebanyak 4.795 orang.. Berapa orang jumlah penonton dalam dua

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah dilakukan evaluasi oleh Pokja ULP Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya yang dibentuk berdasarkan surat keputusan Bupati Aceh Jaya Nomor

Jika dilihat dari data masukan dan struktur algoritma setiap metode, CNN LeNet 5 memiliki arsitektur yang cukup baik karna dapat menangkap setiap piksel masukan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mengenai Pemberian Cairan Rehidrasi Oral pada Bayi yang Terkena Diare di Beberapa Rumah

Hal ini diduga unsur hara yang terdapat pada perlakuan C belum dapat mencukupi kebutuhan tanaman seledri dalam pertumbuhan panjang akar seledri karena unsur

Terdapat perbedaan tingkat produksi padi dari yang diharapkan dibandingkan dengan kondisi dilapangan, menjadi sebuah tanda Tanya sehingga ditarik satu variable