• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara sikap proaktif dengan kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara sikap proaktif dengan kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM)."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PROAKTIF DENGAN

KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA YANG TELAH MENGIKUTI PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA (PPKM)

Studi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Filiana Puspita Handini

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara sikap proaktif dengan kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM). Penelitian ini menggunakan 150 subjek yang terdiri dari 109 subjek perempuan dan 41 subjek laki-laki. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM). Instrumen penelitian ini menggunakan skala sikap proaktif yang terdiri dari 23 aitem dengan (r) = 0,916 dan skala kecenderungan pembelian impulsif yang terdiri dari 28 aitem dengan (r) = 0,934. Analisis data dilakukan menggunakan korelasi Spearman rho karena data tidak berdistribusi normal . Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel sikap proaktif berkorelasi negatif, lemah dan signifikan dengan kecenderungan pembelian impulsif (N=150, r= -0,265, p=0,001 < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek memiliki sikap proaktif yang relatif tinggi (75,63>62,5) dan kecenderungan pembelian impulsif yang relatif rendah (59,45<70).

(2)

RELATIONSHIP BETWEEN PROACTIVE ATTITUDE AND TENDENCY OF IMPULSIVE BUYING IN PSYCHOLOGY STUDENTS OF SANATA

DHARMA UNIVERSITY WHO HAS FOLLOWED THE STUDENT PERSONALITY DEVELOPMENT TRAINING (PPKM)

Study on The Students of Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Filiana Puspita Handini

ABSTRACT

This study aimed to determine the relationship between proactive attitude and tendency of impulsive buying on students of Faculty of Psychology Sanata Dharma University who has followed the Student Personality Development Training (PPKM-Ind). This study used 150 subjects consisted of 109 subjects were female and 41 male subjects. Subjects in this study were students of the Faculty of Psychology Sanata Dharma University who has followed the Student Personality Development Training (PPKM-Ind). This research instrument used proactive attitude scale consisting of 23 item with a (r) = 0,916 and impulsive buying tendency scale consisting of 28 item with a (r) = 0,934. Data analysis used the Spearman rho correlation because the data is not normal. The analysis showed that the variables negatively correlated proactive attitude, weak and significant with the tendency of impulsive buying (N = 150, r = -0,265, p = 0,001 <0,05). This study indicated that the subject has a proactive attitude relatively high (75,63> 62,5) and the tendency of impulsive buying relatively low (59,45 <70).

(3)

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PROAKTIF DENGAN

KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA YANG TELAH MENGIKUTI PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA (PPKM)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Filiana Puspita Handini

109114005

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

“Lelah ? Jujur iya. Tapi setiap saya ingin menyerah, hati meminta berjuang lagi, dan logika berkata „masa cuma segini?‟. Jadi saya

kembali

“Ku olah kata, ku baca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam

bab sejumlah lima, jadilah mahakarya, gelar sarjana ku terima ,

orang tua, calon suami, dan calon mertua pun bahagia”

“Eat failure, and you will know the taste of success”

(7)

v

SAYA PERSEMBAHKAN KARYA INI KEPADA

ALLAH SWT YANG SELALU MEMBERI KEKUATAN DAN

PERTOLONGAN, MAMA DAN PAPA TERCINTA, ADEK

TERSAYANG, PACAR TERSAYANG, DIRI SENDIRI YANG TAK

PERNAH LELAH UNTUK SELALU BERJUANG DAN

TEMAN-TEMAN YANG SETIA MENEMANI DAN MENDOAKAN YANG

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PROAKTIF DENGAN

KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA YANG TELAH MENGIKUTI PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA (PPKM)

Studi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Filiana Puspita Handini

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara sikap proaktif dengan kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM). Penelitian ini menggunakan 150 subjek yang terdiri dari 109 subjek perempuan dan 41 subjek laki-laki. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM). Instrumen penelitian ini menggunakan skala sikap proaktif yang terdiri dari 23 aitem dengan (r) = 0,916 dan skala kecenderungan pembelian impulsif yang terdiri dari 28 aitem dengan (r) = 0,934. Analisis data dilakukan menggunakan korelasi Spearman rho karena data tidak berdistribusi normal . Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel sikap proaktif berkorelasi negatif, lemah dan signifikan dengan kecenderungan pembelian impulsif (N=150, r= -0,265, p=0,001 < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek memiliki sikap proaktif yang relatif tinggi (75,63>62,5) dan kecenderungan pembelian impulsif yang relatif rendah (59,45<70).

(10)

viii

RELATIONSHIP BETWEEN PROACTIVE ATTITUDE AND TENDENCY OF IMPULSIVE BUYING IN PSYCHOLOGY STUDENTS OF SANATA

DHARMA UNIVERSITY WHO HAS FOLLOWED THE STUDENT PERSONALITY DEVELOPMENT TRAINING (PPKM)

Study on The Students of Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Filiana Puspita Handini

ABSTRACT

This study aimed to determine the relationship between proactive attitude and tendency of impulsive buying on students of Faculty of Psychology Sanata Dharma University who has followed the Student Personality Development Training (PPKM-Ind). This study used 150 subjects consisted of 109 subjects were female and 41 male subjects. Subjects in this study were students of the Faculty of Psychology Sanata Dharma University who has followed the Student Personality Development Training (PPKM-Ind). This research instrument used proactive attitude scale consisting of 23 item with a (r) = 0,916 and impulsive buying tendency scale consisting of 28 item with a (r) = 0,934. Data analysis used the Spearman rho correlation because the data is not normal. The analysis showed that the variables negatively correlated proactive attitude, weak and significant with the tendency of impulsive buying (N = 150, r = -0,265, p = 0,001 <0,05). This study indicated that the subject has a proactive attitude relatively high (75,63> 62,5) and the tendency of impulsive buying relatively low (59,45 <70).

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolonganNYA selama proses pengerjaan skripsi. Penulis memohon maaf apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan. Pada proses penulisan skripsi ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak R. Landung Eko P.,M.Psi selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan membantu memberi arahan selama proses pembuatan skripsi ini. Terimakasih sekali pak, bapak mengajarkan saya banyak hal.

4. Ibu P. Henrietta PDADS., M.A dan Bapak Dr. T. Priyo

Widiyanto., M.Si selaku dosen penguji yang telah membagikan ilmunya dan membentu proses pengerjaan revisi.

5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu selama perkuliahan.Terimakasih pak, bu.

6. Seluruh staff karyawan Fakultas Psikologi : mas Gandung, bu

(13)

xi

7. Seluruh subjek penelitian yang sudha berpartisipasi dalam penelitian ini. Terimakasih banyak teman-teman, maaf saya sudah merepotkan.

8. Kedua orang tuaku mama Eli, papa Endo, dan adek Avina tercinta

yang tak pernah henti mendoakan dan memberi semangat sampai skripsi ini selesai. Terimakasih banyak mah, pah, dek, you’re my

everything.

9. Kekasih hatiku Prayuda Nur Rifki S.Psi, terimakasih banyak atas semua dukungan, perhatian, kesabaran dan kasih sayang yang tiada henti. Terimakasih sudah selalu setia menemani dan menenangkan kecemasanku. I love you so much.

10. Tante erni dan om andi tersayang,terimakasih atas doa-doa nya,

Alhamdulillah saya lulus.

11. Mama Eti, Bapak Tarso, Mba Teti, Mas Gustafito, terimakasih

atas dukungan dan doa-doanya. Kalian luar biasa.

12. Sahabat superku Stephani Tita, Artalia Destriara, Lusia Dwi, Sandra Loveta, Teresa Laura, Dionisius, Gia Novriyanto, M. Pandoman, Diaz Putra, Abang Wawan. Terimakasih atas dukungan, bantuan, canda tawa yang kalian berikan, Jogja istimewa karena kalian.

(14)
(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 9

(16)

xiv

C. Definisi Mahasiswa Fakultas Psikologi ... 17

D. Dinamika Hubungan Antara Sikap Proaktif dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang Telah Mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa... 19

E. Hipotesis ... 25

2. Kecenderungan Pembelian Impulsif ... 27

D. Subjek Penelitian ... 28

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 28

1. Skala Sikap Proaktif ... 28

2. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif ... 30

F. Validitas dan Reliabilitas ... 32

1. Validitas ... 32

2. Seleksi Aitem ... 32

(17)

xv

G. Metode Analisis Data ... 36

1. Uji Asumsi ... 36

a. Uji Normalitas ... 36

b. Uji Linearitas ... 37

2. Uji Hipotesis ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Pelaksanaan Penelitian ... 39

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 39

C. Deskripsi Data Penelitian ... 40

D. Hasil Penelitian ... 43

1. Uji Asumsi ... 43

a. Uji Normalitas ... 43

b. Uji Linearitas ... 44

2. Uji Hipotesis ... 45

E. Pembahasan ... 46

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 SkorPenilaian Skala Sikap Proaktif……… 29

Tabel 2 Blue Print Skala Sikap Proaktif Sebelum Seleksi Aitem ...30

Tabel 3 Skor Penilaian Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif……. 31

Tabel 4 Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Sebelum Seleksi Aitem ... 32 Tabel 5 Blue Print Skala Sikap Proaktif Setelah Uji Coba……….. 34

Tabel 6 Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif………… 35

Tabel 7 Nilai Alpha Cronbach………. 36

Tabel 8 Kriteria Koefisien Korelasi menurut Siregar (2013)…………... 38

Tabel 9 Identitas Subjek Penelitian……….. 39

Tabel 10 Deskripsi Data Penelitian……… 40

Tabel 11 Uji One Sample T-Test Sikap Proaktif……… 41

Tabel 12 Uji One Sample T-Test Kecenderungan Pembelian Impulsif….. 41

Tabel 13 Norma Kategori Sikap Proaktif dan Kecenderungan Pembelian Impulsif………. 42 Tabel 14 Kriteria Kategorisasi Skor Sikap Proaktif dan Kecenderungan Pembelian Impulsif………. 42

Tabel 15 Jumlah prosentase untuk Setiap Kategorisasi………. 43

Tabel 16 Hasil Uji Normalitas……… 44

Tabel 17 Hasil Uji Linearitas………. 45

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pola Sikap Proaktif ... 17 Gambar 2 Pola Sikap Reaktif ... 17 Gambar 3 Dinamika Hubungan Sikap Proaktif dengan Kecenderungan

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara ... 55

Lampiran 2 Skala Try Out ... 68

Lampiran 3 Reliabilitas dan Seleksi Aitem ... 81

Lampiran 4 Skala Setelah Seleksi Aitem ... 87

Lampiran 5 Uji one sample t-test ... 99

Lampiran 6 Uji Asumsi ... 101

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belanja merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi banyak orang, tidak terbatas pada kaum perempuan tetapi juga kaum laki-laki. Umumnya orang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan, paling tidak sebulan sekali orang meluangkan waktunya untuk berbelanja. Meskipun demikian, sering juga orang berbelanja hanya untuk memenuhi hasrat atau dorongan dari dalam dirinya. Banyak sekali orang yang berbelanja tanpa disertai pertimbangan dan membeli barang-barang yang "menggoda mata" yang sebenarnya tidak dibutuhkan (Fitri, 2006).

(22)

pembelanja di Indonesia dapat dilihat dari perencanaan mereka saat ingin berbelanja. Data Nielsen menyebutkan pada tahun 2010 sebanyak 39% pembelanja merencanakan membeli sesuatu, namun selalu ada barang tambahan diluar rencana awal (www.tempo.com). Herabadi, Verplanken, dan Knippenberg (2009) mengungkapkan bahwa banyak perilaku konsumen dalam berbelanja yang tidak dipertimbangkan dengan hati-hati. Gaya spontan konsumen dalam berbelanja tersebut dikenal sebagai pembelian impulsif.

(23)

mereka. Perasaan senang saat berbelanja akan membuat konsumen belanja diluar kontrol dan berpotensi melakukan pembelian impulsif.

Hasil penelitian Lin & Lin (2005) pada subjek dengan rentang usia 15-19 tahun menunjukkan hasil bahwa usia 19 tahun lebih impulsif dibandingkan usia lainnya. Wood (1998) menemukan bahwa kecenderungan pembelian impulsif meningkat pada usia antara 18-39 tahun dan akan menurun setelah melewati usia 39 tahun (dalam Ghani, Imran, & Jan, 2011). Temuan ini sejalan dengan Ballenger dkk (1987) yang menemukan bahwa dibawah usia 35 tahun lebih rentan terhadap pembelian impulsif dibanding mereka yang berusia lebih dari 35 tahun. Hal ini dikarenakan orang yang lebih tua cenderung lebih mampu untuk mengendalikan ekspresi emosional dibandingkan dengan orang yang lebih muda (Lawton, Kleban, Rajogopal, & Dean, 1992; McConatha dkk., 1994, dalam Lin & Chuang, 2005).

(24)

Pola hidup konsumtif saat ini melekat pada kaum muda, terlebih maraknya pusat perbelanjaan atau mall yang kerap menjadi tempat nongkrong juga meningkatkan konsumerisme generasi muda. Mall-mall penuh dengan beragam mahasiswa, mereka lebih memprioritaskan waktu luang dengan jalan-jalan di mall. Sosiolog Universitas Indonesia Johanes Frederik Warouw menyatakan bahwa mahasiswa memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Mahasiswa tertarik untuk membeli barang yang sebenarnya belum tentu akan mereka gunakan (www.news.okezone.com). Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berinisial AK (20th), SA (19th), YD (21th), LD (22th), SL (20th), dan DS (19th), dinyatakan bahwa 4 mahasiswa yaitu SA(19th), LD (22th), SL (20th), dan DS (19th) tidak selalu melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum berbelanja. Mereka juga menyatakan bahwa sering membeli barang-barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya tanpa pertimbangan terlebih dahulu. Barang-barang tersebut misalnya baju, sepatu, kutek, makanan, dan tas. Mereka membeli barang tersebut dengan alasan karena barangnya menarik, merupakan produk baru dengan harga murah dan adanya diskon. Mereka merasa senang ketika dapat membeli barang tersebut meskipun akhirnya mereka menyesal karena barang yang dibeli tidak mereka gunakan.

(25)

impulsif merupakan perilaku reaktif, dimana konsumen menunjukkan respon tertentu bila terkena stimulus dalam situasi pembelian (Weinberg & Gottwald, 1982 dalam Parboteeah, 2005). Bila terkena stimulus, konsumen merasa dorongan tak tertahankan untuk membeli produk yang menarik (Rook, 1987). Konsumen didorong oleh kekuatan emosional dalam memutuskan pembelian dan dengan cepat bereaksi terhadap stimulus tanpa pertimbangan terlebih dahulu (Weinberg & Gottwald, 1982 dalam Parboteeah, 2005).

Menurut Covey (1994) individu mempunyai 2 model perilaku yaitu reaktif dan proaktif. Sikap reaktif yaitu dimana seseorang langsung bereaksi begitu ada stimulus yang dihadapi tanpa sempat memilih respon yang akan ia buat. Orang yang bersikap reaktif mudah dipengaruhi oleh lingkungan, digerakan oleh perasaan, keadaan, dan tidak memiliki kendali atas dirinya sendiri. Covey (2001) menyebutkan bahwa orang yang bersikap reaktif sering menyalahkan keadaan atau orang lain, tidak bertanggung jawab atas hidupnya, membuat pilihan-pilihannya berdasarkan dorongan hati, dan responnya mudah dipengaruhi oleh stimulus.

(26)

bereaksi. Manusia tidak bisa mengendalikan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya, namun manusia dapat mengendalikan reaksi pada dirinya masing-masing.

Sikap Proaktif juga menjadi salah satu tema dalam pelatihan mahasiswa di Universitas Sanata Dharma. Pelatihan tersebut dikenal dengan Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa atau disingkat dengan PPKM. PPKM diikuti oleh seluruh mahasiswa tahun pertama dan kedua. PPKM melatih mahasiswa untuk mengembangkan kepribadian yang salah satunya adalah bersikap proaktif. Mahasiswa diharapkan dapat membedakan antara perilaku proaktif dan reaktif, terdorong untuk menjadi pribadi yang proaktif, serta mengembangkan diri menjadi pribadi proaktif (Modul PPKM, 2011).

(27)

Salah satu peserta dari PPKM tersebut adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia yang pada dasarnya selalu berubah seiring dengan perubahan zaman dan waktu (Buku Pedoman Program Studi Psikologi, 2010). Jiwa itu sendiri tidak dapat dilihat, sehingga yang dapat dilihat ialah tingkah laku yang merupakan wujud nyata dari jiwa itu sendiri (Walgito, 2004). Jadi, mahasiswa Fakultas Psikologi adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi dan mempelajari tentang tingkah laku manusia.

Mahasiswa Fakultas Psikologi belajar mengenai tingkah laku manusia yang merupakan respon terhadap rangsangan atau stimulus yang mengenainya. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia mampu menjelaskan apa, bagaimana dan mengapa tingkah laku itu terjadi, mampu memprediksikan peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi, dan mampu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan (Walgito, 2004). Karena mahasiswa Fakultas Psikologi mempelajari tentang tingkah laku manusia, maka mahasiswa Fakultas Psikologi khususnya diharapkan dapat bersikap proaktif sebagai bentuk penerapan dari hasil pengetahuan yang diperoleh dari PPKM dan pembelajaran dalam perkuliahan.

(28)

Teknik Mesin. Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa mahasiswa Psikologi lebih sering mempelajari tentang manusia baik itu kepribadian, perilaku, dan lain-lain. Mahasiswa Psikologi lebih dapat memahami dirinya sendiri dan dapat belajar untuk memahami dirinya sendiri. Dengan berbagai macam hal yang dipelajari tentang manusia ini menjadi faktor yang mendukung mahasiswa Psikologi menjadi lebih proaktif (Nugroho, 2013).

Berdasarkan hasil wawancara terkait pengetahuan sikap proaktif dan reaktif ditemukan bahwa terdapat 4 subjek yang mampu menjelaskan tentang perbedaan sikap proaktif dan reaktif. Namun, meskipun subjek memiliki pengetahuan terkait perbedaan sikap proaktif dan reaktif, subjek juga menunjukan bahwa memiliki kecenderungan melakukan pembelian impulsif. Berdasarkan bukti tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat bukti empiris secara kuantitatif mengenai adanya hubungan antara sikap proaktif dengan kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

B. Rumusan Masalah

(29)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara sikap proaktif dengan kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan psikologi industri dan dapat memperkaya teori di bidang psikologi konsumen khususnya mengenai pembelian impulsif dan sikap proaktif pada mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

(30)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelian Impulsif (Impulsive Buying) 1. Definisi Pembelian Impulsif

Rook (1987) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai bentuk perilaku pembelian yang tidak direncanakan, pembelian secara mendadak ketika berada di tempat, disertai dengan keinginan yang kuat serta perasaan senang dan kegembiraan (dalam Verplanken & Herabadi, 2001). Rook (1987) juga memberikan definisi yang komprehensif dari pembelian impulsif yang mencakup 3 fitur utama yaitu, pembelian yang tidak direncanakan, sulit untuk mengontrol, dan disertai dengan respon emosional (dalam Verplanken & Sato, 2011). Pembelian impulsif ditandai dengan kurangnya perencanaan dan tidak adanya pertimbangan yang matang sebelum melakukan pembelian serta munculnya perasaan senang dan puas setelah membeli suatu barang yang diinginkan tanpa mengetahui dengan pasti alasan membeli barang tersebut (Verplanken & Herabadi, 2001).

(31)

1990; Weinberg & Gottwald, 1982, dalam Kacen and Lee 2002). Konsumen ini kurang memperhatikan potensi konsekuensi negatif yang mungkin muncul dari tindakan mereka (Hoch & Loewenstein, 1991; Rook, 1987; O'Guinn & Faber, 1989 dalam Kacen & Lee 2002). Ditmar and Drury (2000) juga menyebutkan bahwa rasa penyesalan mungkin dialami setelah melakukan pembelian karena menghabiskan banyak uang hanya untuk kesenangan semata (dalam Verplanken & Herabadi, 2001).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif (Impulsive Buying) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan pembelian tanpa perencanaan, membeli dengan spontan, kurangnya pertimbangan yang matang, adanya keinginan kuat untuk membeli dan tak tertahankan yang disertai dengan respon emosional (perasaan senang dan kegembiraan), sulit untuk dikontrol serta munculnya perasaan menyesal setelah melakukan pembelian.

2. Aspek Pembelian Impulsif

Verplanken dan Herabadi (2001) mengemukakan 2 aspek dalam pembelian impulsif :

a. Aspek kognitif

(32)

b. Aspek afektif

Aspek afektif dalam pembelian impulsif yaitu munculnya perasaan senang dan gembira, keinginan untuk membeli yang sulit untuk dikontrol dan adanya rasa bersalah atau penyesalan setelah melakukan pembelian.

B. Sikap Proaktif

1. Definisi Sikap Proaktif

Sikap proaktif disebut dengan bagaimana manusia mengendalikan dirinya sendiri Bersikap proaktif berarti bahwa manusia bertanggung jawab atas kehidupannya, tidak menyalahkan siapapun atas sikapnya, serta membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai bukan berdasarkan perasaan atau keadaan (Covey, 2001). Orang dengan sikap proaktif mampu untuk memilih responnya sendiri dan responnya dilakukan secara sadar dan berdasarkan nilai-nilai bukan berdasarkan apa yang dirasakan (Covey, 1994). Orang dengan sikap proaktif juga tidak mudah dikendalikan oleh lingkungan (Covey, 2001).

(33)

akan berusaha mengendalikan hal-hal yang bisa dikendalikan. Mereka mengalami kedamaian batin dan lebih dapat mengendalikan hidupnya. Hal-hal yang tidak bisa dikendalikan seperti warna kulit, cuaca, kesalahan di masa lalu, orang tua, tempat kelahiran dan lain-lain, sedangkan hal-hal yang bisa dikendalikan adalah diri sendiri, pilihan, dan sikap dalam merespon apapun yang terjadi pada diri sendiri (Covey, 1997). Orang dengan sikap proaktif akan merenungkan respon yang baik sehingga keputusan yang diambil tepat (Covey, 2001).

Bersikap proaktif sebenarnya berarti dua hal. Pertama, yaitu bertanggung jawab atas kehidupan sendiri. Kedua, yaitu memiliki

sikap “aku bisa”. “aku bisa” tersebut maksudnya adalah bahwa

setiap orang dapat mengambil inisiatif untuk menjadikan segalanya terlaksana, memikirkan solusi dan pilihan, serta bertindak (Covey, 2001).

Orang yang memiliki sikap proaktif tidak membiarkan dirinya dikendalikan oleh suatu stimulus, tetapi memilih respon berdasarkan kesadaran diri, bisikan suara hati, imajinasi, dan kekuatan kehendaknya. Orang proaktif sanggup memilih respon berdasarkan nilai-nilai yang dianut dan sanggup menanggung konsekuensi dari tindakannya (Modul PPKM, 2011).

(34)

responnya yang didasari oleh kesadaran, imajinasi, kata hati dan kehendak bebas sehingga keputusan yang dipilih tepat tanpa terpengaruh lingkungan sekitar.

2. Aspek Sikap Proaktif

Menurut Covey (1997) sikap proaktif memiliki beberapa aspek : a. Kebebasan memilih respon

Di antara stimulus dan respon, manusia memiliki kebebasan untuk memilih. Kebebasan yang dimaksud adalah setiap individu secara sadar dapat menanggapi stimulus dengan menentukan respon atau tindakanya sendiri. Individu memilikikekuatan untuk memilih respon tertentu. Terdapat 4 unsur yang menjadi pertimbangan dalam menentukan respon yaitu :

1) Kesadaran diri

“Aku bisa memisahkan diri dari diri sendiri

dan mengamati pikiran serta perbuatanku” (Covey,

2001). Pendapat tersebut menunjukan bahwa individu memiliki kesadaran diri atas apa yang dilakukannya dan dapat mengevaluasi serta menilai perbuatan-perbuatannya.

2) Imajinasi

“Aku bisa membayangkan kemungkinan

(35)

memungkinkan individu meloloskan diri dari keadaan yang sekarang dan menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru (Covey,2001). Pendapat tersebut menunjukan bahwa dengan adanya imajinasi individu dapat memberikan inspirasi untuk menemukan hal baru.

3) Suara hati

“Aku bisa mendengarkan suara batinku

untuk membedakan yang mana benar yang mana

salah” (Covey, 2001). Hati nurani adalah “suara batin” yang dapat membantu manusia untuk

(36)

4) Kemauan

“Aku punya kuasa untuk memilih” (Covey,

2001). Kemauan adalah kuasa untuk bertindak. Manusia mempunyai kuasa untuk memilih, menguasai emosi, dan mengatasi kebiasaan serta naluri (Covey, 2001). Manusia memiliki kemampuan untuk bertindak berdasarkan kesadaran diri dan bebas dari pengaruh lain (Covey, 1997). Penjelasan tersebut menunjukan bahwa individu mampu bertindak berdasarkan kesadaran diri dan bebas dari pengaruh lain.

b. Kemampuan mengambil inisiatif

Sifat dasar manusia adalah bertindak, bukan menjadi sasaran tindakan. Selain memungkinkan manusia untuk memilih respon terhadap keadaan tertentu, sifat ini memberi manusia kekuatan untuk menciptakan keadaan tertentu (Covey, 1994).

c. Kemampuan bertanggung jawab

(37)

Gambar 1

Pola Sikap Proaktif

Sumber : Covey (2001)

Gambar 2

Pola Sikap Reaktif

Sumber : Covey (2001)

C. Definisi Mahasiswa Fakultas Psikologi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi (www.kamusbahasaindonesia.org). Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008 dalam Hapriyanita & Dian, 2012). Mahasiswa memiliki rentang usia antara 18/19 tahun sampai 24/25 tahun (Winkel, 2004).

STIMULUS RESPON

Kesadaran diri

Imajinasi Suara Kemauan hati

STIMULUS REAKSI

(38)

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia yang pada dasarnya selalu berubah seiring dengan perubahan zaman dan waktu (Buku Pedoman Program Studi Psikologi, 2010). Jiwa itu sendiri tidak dapat dilihat, sehingga yang dapat dilihat ialah tingkah laku yang merupakan wujud nyata dari jiwa itu sendiri (Walgito, 2004). Tingkah laku manusia merupakan respon terhadap rangsangan atau stimulus yang mengenainya (Walgito, 2004). Tingkah laku manusia tersebut meliputi pikiran, perasaan, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sebagai seorang individu (Prawira, 2012).

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi, mampu memprediksikan peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi, dan mampu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Contoh mata kuliah dalam psikologi yaitu psikologi sosial yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial, psikologi kepribadian yang mempelajari tentang pribadi manusia beserta tipe-tipe kepribadian manusia, dan lain-lain (Walgito, 2004).

(39)

kaidah-kaidah psikologi baik perseorangan maupun kelompok (Buku Pedoman Program Studi Psikologi, 2010).

Mahasiswa Fakultas Psikologi dapat memperoleh manfaat dari mempelajari psikologi terutama bagi diri sendiri. Mahasiswa dapat melakukan introspeksi pada diri sendiri berdasarkan apa yang telah dipelajari. Mahasiswa yang telah mampu melakukan introspeksi diri dapat mengoreksi kekeliruan yang telah diperbuatnya dan dapat segera mengubah perilakunya (Prawira, 2012).

D. Dinamika Hubungan Antara Sikap Proaktif dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang Telah Mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM)

Mahasiswa Fakultas Psikologi adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi dan mempelajari tentang tingkah laku manusia. Mahasiswa Fakultas Psikologi belajar mengenai tingkah laku manusia yang merupakan respon terhadap rangsangan atau stimulus yang mengenainya (Walgito, 2004). Tingkah laku manusia meliputi pikiran, perasaan, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai seorang individu (Prawira, 2012).

(40)

dipelajari. Mahasiswa yang telah mampu melakukan introspeksi diri dapat mengoreksi kekeliruan yang telah diperbuatnya dan dapat segera mengubah perilakunya (Prawira, 2012).

(41)

Bersikap proaktif berarti bahwa manusia bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, tidak menyalahkan siapapun atas sikapnya, serta membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai bukan berdasarkan perasaan atau keadaan. Orang dengan sikap proaktif akan berpikir sebelum bereaksi. Manusia tidak bisa mengendalikan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya, namun manusia dapat mengendalikan reaksi pada dirinya masing-masing (Covey, 2001).

Sedangkan sikap reaktif yaitu dimana seseorang langsung bereaksi begitu ada stimulus yang dihadapi tanpa sempat memilih respon yang akan ia buat. Orang yang bersikap reaktif mudah dipengaruhi oleh lingkungan, digerakan oleh perasaan, keadaan, dan tidak memiliki kendali atas dirinya sendiri (Covey, 1994). Covey (2001) menyebutkan bahwa orang yang bersikap reaktif sering menyalahkan keadaan atau orang lain, tidak bertanggung jawab atas hidupnya, membuat pilihan-pilihannya berdasarkan dorongan hati, dan responnya mudah dipengaruhi oleh stimulus (Covey, 2001).

(42)

pertimbangan semua informasi dan alternatif pilihan yang tersedia (Bayley & Nancorrow, 1998; Rook 1987; Thompson, Locander, & Pollio, 1990; Weinberg & Gottwald, 1982, dalam Kacen and Lee 2002). Konsumen ini kurang memperhatikan potensi konsekuensi negatif yang mungkin muncul dari tindakan mereka (Hoch & Loewenstein, 1991; Rook, 1987; O'Guinn & Faber, 1989 dalam Kacen & Lee 2002).

Berdasarkan penjelasan mengenai pembelian impulsif Weinberg & Gottwald (1982) mengungkapkan bahwa karakteristik dari pembelian impulsif merupakan perilaku reaktif, dimana konsumen menunjukkan respon tertentu bila terkena stimulus dalam situasi pembelian (Weinberg & Gottwald, 1982 dalam Parboteeah, 2005). Bila terkena stimulus, konsumen merasa dorongan tak tertahankan untuk membeli produk yang menarik (Rook, 1987). Konsumen didorong oleh kekuatan emosional dalam memutuskan pembelian dan dengan cepat bereaksi terhadap stimulus tanpa pertimbangan terlebih dahulu (Weinberg & Gottwald, 1982 dalam Parboteeah, 2005).

(43)

Berdasarkan uraian diatas, mahasiswa Fakultas Psikologi adalah seseorang yang belajar di perguruan tinggi dan mempelajari tentang tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia yang dipelajari dalam ilmu psikologi merupakan bentuk respon terhadap suatu stimulus. Berdasarkan apa yang dipelajari, mahasiswa Fakultas Psikologi dapat lebih memahami tingkah laku pada diri mahasiswa itu sendiri. Salah satu bentuk tingkah laku atau perilakunya yaitu proaktif dan reaktif. Perilaku proaktif dan reaktif ini juga dipelajari mahasiswa dalam PPKM.

Mahasiswa Fakultas Psikologi yang memiliki sikap proaktif akan memiliki kendali atas dirinya, bertanggung jawab atas responnya yang didasari oleh kesadaran, imajinasi, kata hati dan kehendak bebas sehingga keputusan yang dipilih tepat tanpa terpengaruh lingkungan sekitar sehingga memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah.

(44)

Gambar 3

Dinamika Hubungan Sikap Proaktif dengan Kecenderungan

Pembelian Impulsif pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang Telah Mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa

Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM)

Sikap Proaktif Tinggi

Bertanggung jawab atas perilakunya, berpikir sebelum bereaksi, mengambil keputusan

berdasarkan nilai-nilai bukan berdasarkan perasaan dan tidak

mudah dikendalikan oleh lingkungan

Kecenderungan Pembelian Impulsif Rendah

Mahasiswa Fakultas Psikologi (mempelajari tingkah laku

(45)

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritis yang telah dipaparkan, maka hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan negatif antara sikap proaktif dengan kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM).

(46)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi. Penelitian korelasi bertujuan untuk mencari hubungan atara dua atau lebih variabel (Taniredja & Mustafidah, 2011). Menurut Azwar (2013) penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi.

B. Variabel Penelitian

Variabel Y (Dependen) : kecenderungan pembelian impulsif Variabel X (independen) : sikap proaktif

C. Definisi Operasional 1. Sikap Proaktif

(47)

Aspek dalam sikap proaktif ini yaitu : a. Kebebasan memilih respon b. Kemampuan mengambil insiatif c. Kemampuan bertanggung jawab

Untuk mengukur sikap proaktif, peneliti menggunakan skala sikap proaktif. Skor rendah yang dihasilkan dalam skala akan menunjukan sikap proaktif subjek yang rendah. Sebaliknya, skor tinggi yang dihasilkan dalam skala akan menunjukan sikap proaktif subjek yang tinggi.

2. Kecenderungan Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif (impulsive buying) adalah kecenderungan mahasiswa untuk melakukan pembelian tanpa perencanaan, membeli dengan spontan, kurang pertimbangan yang matang, adanya keinginan kuat untuk membeli dan tak tertahankan yang disertai dengan respon emosional (perasaan senang dan kegembiraan), sulit untuk dikontrol serta munculnya perasaan menyesal setelah melakukan pembelian.

(48)

membeli yang sulit dikontrol, dan adanya rasa bersalah atau penyesalan dalam melakukan pembelian.

Skor rendah yang dihasilkan dalam skala menunjukan bahwa subjek memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah. Sebaliknya, jika skor tinggi yang dihasilkan dalam skala ini akan menunjukan bahwa subjek memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengikuti PPKM. Penelitian ini menggunakan metode Convenience Sampling, yaitu pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan ketersediaan sampel atau kemudahan sampel untuk diperoleh (Prasetyo, 2008).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Skala Likert. Peneliti menyusun menjadi dua skala yaitu skala sikap proaktif dan skala kecenderungan pembelian impulsif.

1. Skala Sikap Proaktif

(49)

memilih respon, kemampuan mengambil insiatif, dan kemampuan bertanggung jawab. Dalam skala sikap proaktif ini terdapat dua pernyataan yang terdiri dari pernyataan favorable yaitu pernyataan yang mendukung objek sikapnya dan pernyataan unfavorable yaitu pernyataan yang tidak mendukung objek sikapnya (Azwar, 2013). Subjek akan diminta untuk memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya. Dalam skala ini terdapat empat alternatif jawaban yaitu jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Penentuan skor dalam pernyataan favorable dan unfavorable adalah sebagai berikut :

Perolehan skor pada skala ini akan menunjukkan sikap proaktif. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi sikap proaktif pada subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah sikap proaktif pada subjek.

Tabel 1

Skor Penilaian Skala Sikap Proaktif

Alternatif Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

(50)

Tabel 2

Blue Print Skala Sikap Proaktif Sebelum Seleksi Aitem

No Aspek Nomor aitem Jumlah

2. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif

Skala kecenderungan pembelian impulsif ini menggunakan aspek yang dikemukakan oleh Verplanken & Herabadi (2001) yang terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Dalam skala kecenderungan pembelian impulsif ini terdapat dua pernyataan yang terdiri dari pernyataan favorable yaitu pernyataan yang mendukung objek sikapnya dan pernyataan unfavorable yaitu pernyataan yang tidak mendukung objek sikapnya (Azwar, 2013).

(51)

untuk mengurangi bias kecenderungan pilihan ditengah (netral) (Mustafa, 2009). Penentuan skor dalam pernyataan favorable dan unfavorable adalah sebagai berikut :

Tabel 3

Skor Penilaian Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif

Alternatif Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai

(STS) 1 4

(52)

No Aspek

Nomor aitem

Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Kognitif 1,2,3,13,14,15,25, 26,27,

7,8,9,19,20,21,3 1,32,33

18 (50%)

2. Afektif 4,5,6,16,17,18,28, 29,30

10,11,12,22,23,2 4,34,35,36

18 (50%)

Total 36 (100%)

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas atau kesahihan menunjukan sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2013). Penelitian ini menggunakan validitas isi yang didasarkan pada penilaian ahli (expert Judgement) yaitu dosen pembimbing skripsi. Validitas isi digunakan untuk menguji apakah butir-butir yang digunakan untuk mengukur telah memadai atau mampu menggambarkan sebuah konsep tertentu (Mustafa, 2009).

2. Seleksi Aitem

Dalam melakukan seleksi aitem, parameter yang paling penting adalah daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur.

Tabel 4

(53)

Dasar untuk melakukan seleksi aitem adalah dengan memilih aitem-aitem yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh skala. Kesesuaian fungsi aitem dengan fungsi skala dalam mengungkap perbedaan individual dapat ditunjukan oleh parameter daya beda aitem yang berupa koefisien korelasi aitem-total (rix). Pemilihan aitem didasarkan pada besarnya koefisien korelasi (Azwar, 2013).

Besarnya koefisien korelasi aitem-total bergerak bergerak dari 0-1 dengan tanda positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi aitem maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1, sedangkan koefisien yang mendekati angka 0 atau memiliki tanda negatif mengindikasikan daya diskriminasi yang tidak baik. Aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan (Azwar, 2013).

(54)

Pada skala sikap proaktif batasan aitem yang lolos uji

adalah aitem yang memiliki skor ≥0,25. Hal ini dikarenakan aitem yang lolos uji tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka peneliti dapat menurunkan batas kriteria menjadi 0,25 (Azwar, 2012).

Tabel 5

Blue print Skala Sikap Proaktif Setelah Uji Coba

(55)

Pada skala kecenderungan pembelian impulsif batasan

aitem yang lolos uji adalah aitem yang memiliki skor ≥0,30.

Tabel 6

Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif setelah Uji Coba

No Aspek

Nomor aitem

Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Kognitif 1,2,3,13,14,15,25, 26,27,

7,8,9,19,20,21 ,31,32,33

15 (53,6%)

2. Afektif 4,5,6,16,17,18,28, 29,30

10,11,12,22,2 3,24,34,35,36

13 (46,4%)

Total 28 (100%)

Keterangan : Angka bercetak tebal merupakan aitem yang tidak lolos uji

3. Reliabilitas

(56)

Tabel 7

Nilai Alpha Cronbach

Hasil pada tabel tersebut menunjukkan bahwa skala sikap proaktif dan kecenderungan pembelian impulsif sangat reliable.

G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

(57)

dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal (Santoso, 2010).

b. Uji Linearitas

Uji Linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak (Kasmadi & Sunariah, 2013). Uji linearitas menyatakan bahwa hubungan antar variabel yang hendak dianalisis itu mengikuti garis lurus. Jadi, peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya. Dengan kata lain uji linearitas digunakan untuk melihat kekuatan hubungan antara dua variabel. Dua variabel dapat dikatakan memiliki hubungan linear jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05) (Santoso, 2010).

2. Uji Hipotesis

(58)

Jika asumsi tidak dipenuhi maka akan menggunakan uji statistik non-parametrik dengan menggunakan teknik analisis Koefisien Korelasi Spearman rho. Untuk mengolahnya menggunakan alat bantu berupa SPSS 16.0. Besarnya korelasi berkisar antara 0 – 1. Korelasi positif menunjukan hubungan searah (jika variabel pertama besar, maka variabel kedua semakin besar juga). Korelasi negatif menunjukan hubungan terbalik (jika variabel pertama besar, maka variabel kedua semakin kecil) (Siregar, 2013). Siregar (2013) memberikan kriteria koefisien korelasi yaitu :

Tabel 8

Kriteria Koefisien Korelasi menurut Siregar (2013) :

Koefisien Kekuatan Hubungan

0,00 Tidak ada hubungan

0,01-0,09 Hubungan kurang berarti

0,10-0,29 Hubungan lemah

0,30-0,49 Hubungan moderat

0,50-0,69 Hubungan kuat

(59)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 27-29 Mei 2015 di Fakuktas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti melakukan penelitian dengan cara menyebarkan skala kepada para mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengikuti PPKM.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mengikuti PPKM. Jumlah subjek keseluruhan adalah 150 orang. Berdasarkan penyebaran skala, maka diperoleh distribusi data sebagai berikut :

Tabel 9

Identitas subjek penelitian

Kriteria Total

(60)

C. Deskripsi Data Penelitian

Peneliti melakukan perbandingan antara mean teoritik dan mean empiris pada variabel sikap proaktif dan kecenderungan pembelian impulsif. Hasil yang diperoleh yaitu :

Tabel 10

Deskripsi Data Penelitian

Tabel 10 menunjukkan keseluruhan deskripsi data penelitian. Tabel menunjukkan bahwa mean teoritik pada sikap proaktif sebesar 62,5, sedangkan mean empiris pada sikap proaktif sebesar 75,63 dengan SD sebesar 7,8. Nilai tertinggi dari sikap proaktif sebesar 97 dan nilai terendah sebesar 53. Tabel 10 juga menunjukkan mean teoritik pada kecenderungan pembelian impulsif sebesar 70 sedangkan mean empiris pada kecenderungan pembelian impulsif sebesar 59,45 dengan SD 9,34. Nilai tertinggi dari kecenderungan pembelian impulsif sebesar 83 dan nilai terendah sebesar 35.

Variabel

(61)

Tabel 11

Uji One Sample T-Test Sikap Proaktif

One-Sample Test variabel sikap proaktif menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empiris dengan mean teoritik. Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa mean empiris dari sikap proaktif lebih besar dibandingkan mean teoritiknya (75,63>62,5). Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki sikap proaktif yang relatif tinggi.

Tabel 12

Uji One Sample T-Test Kecenderungan Pembelian Impulsif

(62)

mean empiris dengan mean teoritik. Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa mean empiris dari kecenderungan pembelian impulsif lebih kecil dibandingkan mean teoritiknya (59,45<70). Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang relatif rendah.

Hasil analisis deskriptif berdasarkan tingkat variabel sikap proaktif dan kecenderungan pembelian impulsif subjek dikategorikan menjadi tiga kelompok dengan norma sebagai berikut :

Tabel 13

Norma Kategori Sikap Proaktif dan Kecenderungan Pembelian Impulsif

Skor Kategori

(µ+1. �) ≤ X Tinggi

(µ-1. �) ≤ X < (µ+1. �) Sedang

X < (µ-1. �) Rendah

Keterangan :

X : skor total subjek µ : mean teoritik � : standar deviasi

Tabel 14

Kriteria Kategorisasi Skor Sikap Proaktif dan Kecenderungan Pembelian Impulsif

Kategori Sikap Proaktif Kecenderungan Pembelian Impulsif

Tinggi 75 ≤ X 84 ≤ X

Sedang 50 ≤ X < 75 56 ≤ X < 84

(63)

Tabel 15

Jumlah Prosentase untuk Setiap Kategorisasi

Kategori Sikap Proaktif Kecenderungan Pembelian Impulsif

Tinggi 74 (49,3%) -

Sedang 76 (50,7%) 104 (69,3%)

Rendah - 46 (30,7%)

Jumlah 150 (100%) 150 (100%)

Hasil pada tabel kategori skor sikap proaktif menunjukkan bahwa tidak ada subjek yang termasuk dalam kategori rendah, 50,7% subjek termasuk dalam kategori sedang, dan 49,3% subjek yang termasuk dalam kategori tinggi. Hasil kategori skor kecenderungan pembelian impulsif menunjukkan 30,7% subjek termasuk dalam kategori rendah, 69,3% subjek termasuk dalam kategori sedang, dan tidak ada subjek yang termasuk dalam kategori tinggi.

D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

(64)

yang berarti bahwa pada variabel sikap proaktif berdistribusi tidak normal karena nilai p 0,00 < 0,05.

Tabel 16

Hasil Uji Normalitas

b. Uji Linearitas

Uji Linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Dua variabel dapat dikatakan memiliki hubungan linear jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05).

Hasil uji linearitas menunjukan nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0.00. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (0.00<0.05) maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel sikap proaktif dengan kecenderungan pembelian impulsif terdapat hubungan yang linear.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. K.P

Impulsif .065 150 .200 *

.993 150 .675 Sikap

(65)

Tabel 17

Hasil Uji Linearitas

F Sig. k.p.impulsif*

sikap proaktif

(Combined) 1.696 .021

Linearity 14.697 .000

Deviation from Linearity 1.302 .155

2. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan pengujian korelasi Spearman rho. Koefisien Korelasi Spearman rho (rs) digunakan apabila data tidak berdistribusi normal sehingga diperlukan analisis koefisien korelasi dari statistik non-parametrik (Siregar, 2013). Karena salah satu variabel berdistribusi tidak normal maka uji hipotesis dilakukan menggunakan korelasi Spearman rho.

(66)

Tabel 18

Coefficient 1.000 -.265

**

(67)

diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara sikap proaktif dengan kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengikuti PPKM diterima.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini memliki sikap proaktif yang relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai mean empiris jika dibandingkan dengan nilai mean teoritik (75,63>62,5). Selain itu, hasil kategori skor sikap proaktif menunjukkan bahwa terdapat 50,7% subjek termasuk dalam kategori sikap proaktif sedang dan 49,3% subjek termasuk dalam kategori sikap proaktif tinggi. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma khususnya yang menjadi subjek penelitan memiliki sikap proaktif antara sedang-tinggi.

(68)

menjadi subjek penelitan memiliki kecenderungan pembelian impulsif antara rendah-sedang.

Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan sebelumnya pembelian impulsif (impulsive buying) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan pembelian tanpa perencanaan, membeli dengan spontan, kurangnya pertimbangan yang matang, adanya keinginan kuat untuk membeli dan tak tertahankan yang disertai dengan respon emosional (perasaan senang dan kegembiraan) yang sulit untuk dikontrol serta munculnya perasaan menyesal setelah melakukan pembelian.

Weinberg & Gottwald (1982) mengungkapkan bahwa pembelian impulsif merupakan perilaku reaktif, dimana konsumen menunjukkan respon tertentu bila terkena stimulus. Bila terkena stimulus konsumen merasa dorongan tak tertahankan untuk membeli produk yang menarik (Rook, 1987 dalam Parboteeah, 2005). Dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki sikap proaktif yang rendah yang berarti memiliki sikap reaktif maka akan memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi. Hal ini dikarenakan apabila seseorang memiliki sikap reaktif maka ia akan mudah dipengaruhi oleh lingkungan fisik, digerakan oleh perasaan, keadaan, kondisi, dan tidak memiliki kendali atas dirinya sendiri (Covey, 2001).

(69)
(70)

50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

(71)

B. Saran

1. Bagi Subjek penelitian diharapkan dapat lebih mengenali diri sendiri dan meningkatkan sikap proaktif yang didukung dengan PPKM dan materi-materi pembelajaran di Fakultas Psikologi, sehingga dapat mengurangi tingkat kecenderungan pembelian impulsif.

(72)

52

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, D (2010). Perilaku Proaktif Seorang Mantan Pecandu Narkoba. (Studi Kasus Pada Seorang Mantan Pecandu Narkoba Yang Telah Menjalani Proses Rehabilitasi di Yayasan Insani Hamdani). Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung: (tidak diterbitkan)

Azwar, S. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar,S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Azwar.S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Buku Pedoman Program Studi Psikologi (2010). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Covey, Sean. (2001). Tujuh Kebiasaan Remaja Yang Sangat Efektif. (Alih Bahasa : Arvin Saputra). Jakarta : Binarupa Aksara

Covey, Stephen R. (1994). 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif. Memulihkan Etika Karakter. Jakarta : Binarupa Aksara. Terjemahan dari : The 7 Habits of Highly Effective People

Covey, Stephen R. (1997). The 7 Habits of Highly Effective People (Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif). (Alih Bahasa : Budijanto). Jakarta : Binarupa Aksara

Decilya, Sutji. (2011, 21 Juni). Pembelanja Indonesia Makin Impulsif. Diunduh 4

Mei 2014 dari

http://www.tempo.com/read/news/2011/06/21/090342265/Pembelanja-Indonesia-Makin-Impulsif

Fitri, R. A (2006). Terlena dalam nikmatnya belanja. Diunduh 26 Mei 2014 dari

https://groups.google.com/forum/#!msg/alt.sci.tech.indonesian/CdBkuCG Ya7Y/qcVYi1-XYeAJ

Ghani, U., Imran M., & Jan, F. A. (2011). The Impact of Demographic Characteristics on Impulse Buying Behaviour of Urban Consumers in Peshawar. International Journal of Academic Research, Vol. 3. No. 5. II Part

(73)

Herabadi, A. G., Verplanken, B., & Knippenberg, A. V.(2009). Consumption Experience of Impulse Buying in Indonesia: Emotional Arousal and Hedonistic Considerations. Asian Journal of Social Psychology, 12, 20–31 Hutomo, Pandji. 2008. Efektivitas Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) Tahap I Tahun 2008. Skripsi. Universitas Sanata Dharma

Irawan, Handi. (2011). 10 Perilaku (Konsumen) Indonesia. Diunduh 26 Mei 2014 dari http://forum.kompas.com/urban-life/34622-10-perilaku-konsumen-indonesia.html

Kacen J. J. & Lee J. A. (2002). The Influence of Culture on Consumer Impulsif Buying Behavior. Journal of Consumer Psychology, 12(2), 163-176

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. (2015, 1 mei). Pengertian Mahasiswa.

Diunduh dari :

http://kamusbahasaindonesia.org/mahasiswa#ixzz1n4ToIfX2

Kasmadi. Sunariah, N.S. (2013). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung : Alfabeta

Lin, C. H. & Chuang, S. C. (2005). The Effect of Individual Differences on Adolescents' Impulsif Buying Behavior. ADOLESCENCE, Vol. 40, No. 159

Lin, Chien-Huang & Lin, Hung-Ming.(2005). An Exploration of Taiwanese Adolescents' Impulsif Buying Tendency.Adolescence; 40, 157; ProQuest Sociology, pg. 215

Modul Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa. (2011). Tidak diterbitkan. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

Mowen, J.c. Minor, M. (2002). Perilaku Konsumen Jilid 2. Jakarta : Salemba Empat

Mustafa, Z. 2009. Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

(74)

Okezone. (2015, 5 Mei). Mahasiswa Baru Cenderung Lebih Konsumtif. Diiunduh dari http://news.okezone.com/read/2012/08/03/373/672787/mahasiswa-baru-cenderung-lebih-konsumtif

Parboteeah, D. V.(2005) A model of online impulse buying: An empirikal study. Doctoral dissertation Washington State University

Prasetyo, B Jannah, L.M. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Prawira, A.P. (2012). Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru. Yogyakarta : A.R.Ruzz Media

Rook, D. W. (1987). The Buying Impulse. The Journal of Consumer Research, Vol. 14, No. 2, 189-199

Santoso, A. (2010). Statistik Untuk Psikologi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma

Saragih, R. (2014). Hubungan Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control Dengan Intensi Melanjutkan Program Magister Psikologi Profesi di Fakultas Psikologi USU. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : CV. Alfabeta

Taniredja, T. Mustafidah, H.(2011). Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta Verplanken, B. & Herabadi, A. (2001). Individual Differences in Impulse Buying

Tendency: Feeling and no Thinking. European Journal of Personality Eur. J. Pers. 15: S71-S83

Verplanken, B. & Sato, A. (2011). The Psychology of Impulse Buying: An Integrative Self-Regulation Approach. Springer Science + Business Media, LLC. 34:197–210

Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum (Edisi keempat). Yogyakarta: ANDI

(75)

55

LAMPIRAN 1

(76)

Hasil Wawancara

Hasil wawancara subjek 1

Nama : AK

Usia : 20 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Fakultas : fakultas psikologi

Asal : Yogyakarta

Uang saku : ± Rp 1.100.000,/bulan Tanggal wawancara : 2 juni 2014

No Transkrip Wawancara 1

Dalam sebulan berapa kali anda berbelanja ? Ya paling sebulan satu kali

Apakah anda merencanakan barang yang akan dibeli sebelum berbelanja ?

Iyah aku biasanya ngrencanain apa yang mau aku beli. Biasanya aku tulis di hp. Biar ga lupa

Apakah anda sering membeli barang yang tidak direncanakan ketika berbelanja ?

Ohh kalo itu sih kadang-kadang. Soalnya kadang kalo lagi belanja trus inget kebutuhan yang abis, yaudah sekalian aku beli.

Apakah anda akan membeli barang sesuai dengan apa yang anda butuhkan ?

Iya aku seringnya beli sesuai sama barang yang aku butuhkan. Soalnya aku orangnya ga boros, kan lumayan bisa ditabung uangnya

Apakah ketika berbelanja anda mempertimbangkan apa yang akan anda beli sesuai dengan kebutuhan anda?

Ohhh jelas saya pertimbangkan mba, kadang kalo liat barang bagus gitu pengen beli tapi ngga jadi, soalnya aku mikir buat apa barangnya kalo emang ga aku pake

(77)

28

Ohh sering banget aku liat barang yang menarik, apalagi aku kan suka banget sama miniatur mobil mba, nah kalo belanja di supermarket trus liat miniature mobil itu aku suka liat-liat

Apa yang anda rasakan ketika melihat barang tersebut ?

Rasanya ya seneng aja, pengen beli aja, tapi ya aku mikir berkali kali aja, buang-buang duit juga sih,

Apakah yang anda lakukan ketika melihat barang tersebut ?

Kalo aku ya Cuma liatin aja mba, mau beli juga buat apa, soalnya aku udah punya satu dikos, itu aja kado dari temen

Apakah anda sudah mengikuti PPKM ? Sudah mba, ikut ppkm 1 sama 2

Apakah anda tahu tentang sikap proaktif dan reaktif ?

Proaktif itu setahu aku ya misal kalo kita lagi diskusisama temen ya kita ga diem aja, kita ikut berpartisipasi dengan kasih ide. Kalo reaktif itu misalnya kalo lagi diskusi trus temen ada yang ga suka sama pendapat kita trus kita langsung marah-marah

Apakah anda menerapkan sikap proaktif dalam kehidupan sehari-hari ?

(78)

Hasil wawancara subjek 2

No Transkrip Wawancara 1

Dalam sebulan berapa kali anda berbelanja ? Berapa yah, 2 kali deh kayanya

Apakah anda merencanakan barang yang akan dibeli sebelum berbelanja ?

Ngga juga sih, paling ya yang direncanain Cuma kaya sabun, shampoo, pasta gigi, itu aja,

Apakah anda sering membeli barang yang tidak direncanakan ketika berbelanja ?

Iyah sering banget. Misal nih ada produk baru trus aku penasaran yaudah aku beli aja. Apalagi kalo ada promo. Hahahahah kaya cewe aja ya.

Apakah anda membeli barang sesuai dengan apa yang anda butuhkan ?

Iya sesuai sama kebutuhan, tapi kadang kalo ada barang baru gitu trus aku beli ehh ternyata aku ga suka sama barangnya yaudah aku biarin aja dikos ga aku pake

Apakah ketika berbelanja anda mempertimbangkan apa yang akan anda beli sesuai dengan kebutuhan anda?

Ngga, hahahaha. Kadang mikirnya beli aja kali ya siapa tau besok dibutuhin Pernahkah ketika anda berbelanja anda menemukan barang yang menarik perhatian anda dan barang itu tidak ada dalam daftar belanja?

Sering banget kalo itu

Apa yang anda rasakan ketika melihat barang tersebut ?

(79)

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

emang suka

Apakah yang anda lakukan ketika melihat barang tersebut ?

Liat harganya dulu, kalo ga terlalu mahal dan emang bener-bener aku suka ya beli aja

Apa yang anda rasakan setelah membeli barang tersebut ?

Biasaaja sih, nyesel juga sih kalo beli produk baru eh ternyata ga cocok, tau gitu gausah beli, yah tapi mau gimana lagi

Apakah anda sudah mengikuti PPKM ? Udah ppkm 1 sama 2

(80)

Hasil wawancara subjek 3

No Transkrip Wawancara 1

Dalam sebulan berapa kali anda berbelanja ? Jarang belanja aku, sebulan ya paling banyak 2 kali

Apakah anda merencanakan barang yang akan dibeli sebelum berbelanja ?

Iyah seringnya direncanakan

Apakah anda sering membeli barang yang tidak direncanakan ketika berbelanja ?

Jarang banget. Biasanya aku belanja ya sesuai aja sama yang aku butuhkan Apakah anda akan membeli barang sesuai dengan apa yang anda butuhkan ?

Iya seringnya sesuai kebutuhan. Kalo belanja aku bawa uangnya pas, biar ga kebanyakan beli barang

Apakah ketika berbelanja anda mempertimbangkan apa yang akan anda beli sesuai dengan kebutuhan anda?

Iya selalu

Pernahkah ketika anda berbelanja anda menemukan barang yang menarik perhatian anda dan barang itu tidak ada dalam daftar belanja?

Sering banget

Bagaimana perasaan anda ketika melihat barang tersebut ?

Kalo liat barangnya sii seneng, tapi kalo buat beli aku mikirnya buat apa juga

(81)

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Yaah Cuma aku liat aja. Buat apa juga dibeli kalo ga dibutuhin Apa yang anda rasakan setelah membeli barang tersebut ?

Dulu pernah beli sesuatu karna ikutan temen, lha kok malah ga pernah kepake sampe sekarang, padahal lumayan harganya, yaudah jadinya gamau ikutan temen lagi lah

Apakah anda sudah mengikuti PPKM ? Sudah 1 dan 2

Gambar

Gambar 1     Pola Sikap Proaktif .................................................................
Gambar 1  Pola Sikap Proaktif
Gambar 3 Dinamika Hubungan Sikap Proaktif dengan Kecenderungan
Tabel 1 Skor Penilaian Skala Sikap Proaktif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan yang telah dilakukan maka diperoleh (1) hasil validasi yang dilakukan oleh kedua validator memiliki nilai rata- rata 3,55 dengan

Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi pada Dinas Pekerjaan Umum Bidang Pengairan Kabupaten Lebong, Tahun Anggaran 20't2 untuk Pekerjaan Konstruksisebagai berikut:. Paket

Peraga dot matrix sebagai penyampaian pesan informasi ini dilengkapi dengan menggunakan fasilitas SMS, pertama kali mikrokontroler akan memeriksa dan mengambil

PELAYANAN PENGADUAN BERBASIS E-GOVERNMENT ( Studi Deskriptif Di Unit Pelayanan Informasi Dan Keluhan (UPIK) Kota Yogyakarta Tahun 2014) adalah hasil penelitian

Dari analisis yang dilakukan diketahui bahwa tidak ada perbedaan nyata penilaian responden terhadap dua belas aspek kualitas halte, baik untuk tingkat kepentingan maupun

Pakerin harus lebih memperhatikan tidak hanya kualitas layanan namun juga mencari strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan, antara lain dengan melakukan inovasi terus

Hasil analisisnya menunjukan perbedaan rata-rata kadar kolesterol total (nilai p = 0,984) antara kelompok lingkar pinggang berisiko dan normal, perbedaan rata-rata kadar

Fungsi tool ini untuk menetukan keteban garis gambar yang dibuat, serta pilihan warna yang akan digunakan untuk garis pinggir ( outline ), mengaturan garis secara