• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRIORITAS PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRIORITAS PENDIDIKAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2303 - 0852

PRIORITAS PENDIDIKAN

Edisi 1

Okt - Des

2012

Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Mendikbud Luncurkan USAID PRIORITAS

Mendikbud, Prof. Dr. Moh Nuh, bersama Duta Besar Amerika Serikat, Scot Marciel, Sekretaris Menko Kesra, Indroyono Soesilo, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Prof. Dr. Nur Syam, dan Direktur Misi USAID/Indonesia Andrew Sisson, meluncurkan Program USAID PRIORITAS.

Jakarta. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof. Dr. Moh Nuh, menyampaikan apresiasinya atas kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika dalam pelaksanaan program USAID PRIORITAS. Apresiasi itu disampaikan dalam acara peluncuran program USAID PRIORITAS bersama Duta Besar Amerika Serikat Scot Marciel, Dirjen Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama (Dirjen Pendis) Prof. Dr. Nur Syam, dan Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Sesmenko Kesra) Dr. Indroyono Soesilo, di Gedung Auditorium Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung D, pada 3 Oktober 2012.

Menurut Mendikbud, melalui kerjasama ini kita bisa saling berbagi, saling melengkapi, dan menjangkau mereka yang belum terjangkau. “Pendidikan itu adalah hak dari setiap anak. Satu orang siswa adalah aset besar masa depan. Bila kita mampu menyelamatkannya, itu adalah sebuah pekerjaan besar. Oleh karenanya perlu banyak pihak yang terlibat dalam bidang ini,” kata Mendikbud.

Mendikbud juga menyampaikan pentingnya Program USAID PRIORITAS untuk mempercepat capaian pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah. ”Sangat tepat kegiatan kita ini dirumuskan dengan menggunakan nama atau jargon

PRIORITAS karena memang itu yang kita prioritaskan,” katanya lagi.

Acara peluncuran itu juga diisi pameran praktik pendidikan yang baik dari Dinas Pendidikan Soppeng dan Purworejo, SMPN 8 Bogor dan MTsN Binjai, serta SDN 2 Sedati Gede 2 dan MIN Rukoh Aceh. Mereka menampilkan berbagai karya terbaiknya dampak dari dampingan program Decentralized Basic Education (DBE).

(Anw)

SALAH satu program USAID PRIORITAS pada tahun pertama adalah mendiseminasi berbagai praktik pendidikan yang baik. Keberhasilan yang ditorehkan program DBE (Decentralized Basic Education) dampaknya akan diperluas melalui Program USAID PRIORITAS.

Misalnya, keberhasilan implementasi MBS di SDN Sedati Gede 2, Sidoarjo, Jawa Timur, yang berhasil menciptakan akuntabilitas dalam pengelolaan

sekolah yang terbuka, efektif, dan efisien. Dampaknya, pelaksanaan PAKEM dapat berjalan efektif.

Atau, pengalaman SMPN 1 Tellullimpoe, Sulawesi Selatan yang berhasil mengembangkan kelas berbasis laboratorium. Media pembelajaran tersedia di semua kelas sehingga mendukung pelaksanaan pembelajaran aktif. Praktik yang baik tersebut akan disebarluaskan melalui program USAID PRIORITAS. (Anw) Mengembangkan kelas berbasis laboratorium. Praktik yang

baik di SMPN 1 Tellulimpoe, Sulawesi Selatan.

Jakarta. “USAID akan

membantu sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan madrasah di Indonesia untuk mendapatkan akses pendidikan berkelas dunia," kata Duta Besar Amerika

Serikat, Scot Marciel pada acara peluncuran Program USAID PRIORITAS di Jakarta (3/10). "Kami berharap program ini akan membantu siswa di Indonesia untuk mengembangkan potensi terbaiknya dan menempatkan mereka pada jalan menuju kesuksesan," tambahnya.

USAID Prioritizing Reform, Innovation, and

Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) atau

mengutamakan pembaharuan, inovasi, dan kesempatan bagi guru tenaga kependidikan, dan siswa, merupakan program bantuan pendidikan USAID senilai US$ 83,7 juta untuk meningkatkan akses pendidikan yang

berkualitas di Indonesia.

Selama lima tahun program USAID PRIORITAS akan membantu meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di 10 provinsi, seperti Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Program ini akan

menjangkau sekitar 300.000 siswa di lebih dari 1400 SD/MI dan SMP/MTs, serta secara tidak langsung menjangkau ratusan sekolah yang terlibat dalam program DBE. (Anw)

Program Pendidikan

Berkelas Dunia

Scot Marciel

(2)

PRIORITAS - Nasional

PRIORITAS - Nasional

SALAH satu fokus dari program USAID PRIORITAS adalah meningkatkan kemampuan baca siswa kelas awal. Untuk membantu guru dan sekolah dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas awal, USAID PRIORITAS melakukan penilaian kemampuan membaca siswa kelas awal menggunakan instrumen yang bernama EGRA (Early Grade Reading

Assessment).

Mengapa menggunakan EGRA untuk menilai kemampuan membaca di kelas awal? Sebab EGRA bisa mendiagnosa

kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak-anak di kelas awal dalam membaca. Dengan diketahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam membaca, maka dapat disusun sebuah program untuk membantu mereka.

EGRA juga sudah terbukti sahih untuk mengumpulkan data awal yang bisa digunakan untuk menyusun suatu program peningkatan kemampuan membaca di kelas awal. Sampai dengan tahun 2010, EGRA sudah dilaksanakan di 50 negara dengan 30 bahasa yang berbeda. Penggunaan yang luas ini menunjukkan bahwa EGRA adalah instrumen yang baik untuk menggambarkan kemampuan membaca anak di kelas awal.

Tes EGRA meliputi: (1) membaca huruf, (2) membedakan bunyi awal (fonem), (3) membaca kata bermakna, (4) membaca kata tak bermakna, (5) membaca cepat dan memahami bacaan, dan (6) menyimak bacaan. Selain dari kemampuan membaca, EGRA juga bisa menunjukkan kecepatan membaca anak dan pemahaman terhadap isi bacaan.

Tes EGRA dilakukan secara individual dan memakan waktu kurang lebih 15 menit setiap anak. Di program

PRIORITAS, EGRA dilakukan dengan Tablet yang menggunakan program TANGERINE. EGRA dilaksanakan di 7 provinsi, 23 Kabupaten/Kota, mulai 19 November sampai dengan 7 Desember 2012. Ada 184 sekolah yang melibatkan 4.416 siswa

(Hw)

Diagnosa Kemampuan Membaca Kelas Awal dengan EGRA

Studi Relevansi Kebutuhan Pendidikan Daerah

Berkarakter dan Jangkau Lebih

Banyak Madrasah

MENTERI Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yang diwakili oleh Sekretaris Menko Kesra Dr. Indroyono Soesilo, melalui sambutannya dalam peluncuran Program USAID PRIORITAS, menyambut baik pelaksanaan program tersebut. Harapannya, program ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan karakter kepada siswa, guru, kepala sekolah, dan aparat pendidikan terkait yang sesuai dengan kearifan lokal dan budaya Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

“Dengan percontohan terbatas diharapkan program ini dapat

memberikan inspirasi bagi sekolah dan daerah lain untuk melakukan hal yang sama. Kami mohon Program USAID Prof. Dr. Nur Syam Dr. Indroyono S.

PRIORITAS dapat mendukung kebijakan pendidikan dasar yang sudah digariskan pemerintah,” tegas Pak Indroyono.

Menteri Agama yang diwakili Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof. Dr. Nur Syam, sangat mengharapkan keberadaan program

ini dapat membantu percepatan

peningkatan mutu madrasah di Indonesia.

Menurut mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya itu, madrasah yang menampung sekitar 20% anak usia sekolah di Indonesia, mutunya masih perlu

ditingkatkan. ”Saya berharap madarasah yang tercakup dalam program USAID PRIORITAS dapat lebih banyak lagi. Sebagaimana

program Decentralized Basic Education yang juga dibantu Pemerintah Amerika, yang berdampak terhadap peningkatan mutu madrasah,” papar Prof. Dr. Nur Syam.

(Anw)

UNTUK mendapatkan masukan

tentang pelaksanaan program yang relevan dengan kebutuhan pendidikan daerah, USAID PRIORITAS melakukan studi asesmen kebutuhan pendidikan di daerah. Asesmen dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara itu melibatkan berbagai unsur

stakeholder pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Misalnya, dinas pendidikan, kementerian agama, Bappeda, badan kepegawaian daerah, kepala sekolah, guru, pengawas, dan dewan pendidikan.

Kegiatan asesmen dilaksanakan di seluruh provinsi mitra USAID

PRIORITAS (Oktober-Desember 2012). Di Sumatra Utara, kegiatan asesmen menghasilkan rekomendasi perlunya penguatan koordinasi sektor pendidikan. Sebagai rencana tindak lanjutnya, mereka sepakat untuk menjadwalkan FGD secara rutin.

Di Jawa Barat, kegiatan FGD tersebut juga dimanfaatkan untuk

mengevaluasi pelaksanaan Program DBE. Yesa Sarwedi HS, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, menilai pada saat pelaksaan program DBE, dukungan provinsi cenderung kurang maksimal karena hambatan komunikasi. “Saat itu, DBE lebih banyak

berkoordinasi langsung dengan daerah kab/kota,” jelasnya. Untuk itu melalui program USAID PRIORITAS, Dinas Pendidikan Jawa Barat ingin terlibat lebih aktif dalam implementasi program, terutama dalam rangka koordinasi, baik pada tingkat stakeholder provinsi maupun koordinasi daerah.

Prof. Dr. H. AT Soegito, S.H., M.M, Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, menilai saat ini banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Dinas Pendidikan di propinsi. “Diperlukan mitra seperti PRIORITAS untuk mensinergikan kebutuhan propinsi dan keinginan dari pengguna pendidikan di daerah,” katanya saat kegiatan FGD di Jawa Tengah. Kom

Indikator Keberhasilan Program USAID PRIORITAS

Siswi MTsN Nglawak Nganjuk, Jawa Timur sedang mempresentasikan hasil percobaan kelompoknya tentang sistem ekskresi manusia. Melalui program USAID PRIORITAS, diharapkan semakin banyak madrasah yang menerapkan praktik yang baik seperti di MTsN Nglawak.

Siswa kelas I di SDN 1 Bakulan, Kec. Kemangkon, Kab. Purbalingga, sedang antri mengerjakan tugas ke depan. Sekolah ini menjadi salah satu sekolah mitra USAID PRIORITAS di Jawa Tengah.

PADA bulan November Desember 2012, tim enumerator yang terdiri dari dosen, pengawas, guru, kepala sekolah dan mahasiswa mengunjungi sejumlah sekolah di 23 kabupaten/kota di 7 provinsi mitra. Mereka mengamati cara guru mengajar, mewawancarai kepala sekolah dan komite sekolah, melakukan tes Matematika, bahasa Indonesia dan IPA pada murid SD/MI dan SMP/MTs. Tim ini juga mewawancarai pimpinan LPTK dan staf inti di dinas pendidikan provinsi

dan kabupaten/kota. Apa yang mereka lakukan? TIM itu sedang mengumpulkan informasi tentang kondisi di lapangan sebelum program USAID PRIORITAS mulai berjalan. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kondisi setelah program dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya. Hasil perbandingan itu digunakan untuk mengambil kesimpulan apakah program mencapai hasil yang diharapkan.

Data yang dikumpulkan berkaitan dengan hasil tiga komponen utama USAID PRIORITAS dalam membantu upaya peningkatan mutu pendidikan. Apa saja indikator keberhasilan ketiga komponen program tersebut?

1. Indikator Kualitas dan Relevansi Pendidikan

Indikator utama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas

pembelajaran di sekolah dilihat dari cara guru SD/MI dan SMP/MTs mengajar: apakah mereka memberikan peranan aktif kepada murid dan tidak hanya memberikan ceramah dari depan kelas. Indikator lainnya adalah kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran: apakah kepala sekolah secara teratur mengamati guru mengajar dan memberikan saran serta membantu peningkatan profesional guru. Dampak upaya perbaikan diukur pada pencapaian murid, khususnya dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan IPA.

Agar praktik guru mengajar dapat ditingkatkan, metode pembelajaran aktif harus sudah dipraktikkan di lembaga-lembaga pendidikan guru. Oleh karena itu, USAID PRIORITAS juga membantu peningkatan mutu pendidikan guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Indikator keberhasilan diukur dari pelaksanaan pembelajaran aktif oleh para dosen LPTK dan oleh mahasiswa calon guru. Selain itu, indikator lainnya adalah intensitas pelaksanaan kegiatan

yang berkaitan dengan peningkatan profesi guru seperti pelatihan guru dan penelitian.

2. Indikator Tata Kelola dan Manajemen

Indikator yang berkaitan dengan peningkatan manajemen dan tata kelola di sekolah antara lain diukur melalui proses perencanaan: apakah rencana kegiatan dan anggaran sekolah disiapkan bersama pemangku kepentingan (partisipasi), terbuka bagi siapa saja yang ingin mengetahuinya (transparansi) dan ada pertanggungan jawab dalam pelaksanaan rencana tersebut (akuntabel). Di tingkat kabupaten, indikator peningkatan tata kelola dan

manajemen diukur dari tersedianya sistim informasi manajemen pendidikan (EMIS) di dinas pendidikan dan sampai seberapa jauh hasil pengolahan data memberikan masukan dalam perumusan kebijakan pendidikan.

3. Indikator Koordinasi antar Institusi Pendidikan

Koordinasi antara berbagai lembaga pendidikan dan pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan antara lain diukur dari adanya rencana pengembangan profesi guru (termasuk besarnya alokasi dana) dan apakah perencanaan itu disusun bersama lembaga pendidikan seperti LPMP, LPTK dan organisasi lainnya. (Phg/ Af)

Asesor EGRA sedang menilai kemampuan membaca siswa kelas awal.

News letter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: ww.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 797801. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email usaidprioritas@prioritas.or.id. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350--550. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

(3)

PRIORITAS - Nasional

PRIORITAS - Nasional

SALAH satu fokus dari program USAID PRIORITAS adalah meningkatkan kemampuan baca siswa kelas awal. Untuk membantu guru dan sekolah dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas awal, USAID PRIORITAS melakukan penilaian kemampuan membaca siswa kelas awal menggunakan instrumen yang bernama EGRA (Early Grade Reading

Assessment).

Mengapa menggunakan EGRA untuk menilai kemampuan membaca di kelas awal? Sebab EGRA bisa mendiagnosa

kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anak-anak di kelas awal dalam membaca. Dengan diketahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam membaca, maka dapat disusun sebuah program untuk membantu mereka.

EGRA juga sudah terbukti sahih untuk mengumpulkan data awal yang bisa digunakan untuk menyusun suatu program peningkatan kemampuan membaca di kelas awal. Sampai dengan tahun 2010, EGRA sudah dilaksanakan di 50 negara dengan 30 bahasa yang berbeda. Penggunaan yang luas ini menunjukkan bahwa EGRA adalah instrumen yang baik untuk menggambarkan kemampuan membaca anak di kelas awal.

Tes EGRA meliputi: (1) membaca huruf, (2) membedakan bunyi awal (fonem), (3) membaca kata bermakna, (4) membaca kata tak bermakna, (5) membaca cepat dan memahami bacaan, dan (6) menyimak bacaan. Selain dari kemampuan membaca, EGRA juga bisa menunjukkan kecepatan membaca anak dan pemahaman terhadap isi bacaan.

Tes EGRA dilakukan secara individual dan memakan waktu kurang lebih 15 menit setiap anak. Di program

PRIORITAS, EGRA dilakukan dengan Tablet yang menggunakan program TANGERINE. EGRA dilaksanakan di 7 provinsi, 23 Kabupaten/Kota, mulai 19 November sampai dengan 7 Desember 2012. Ada 184 sekolah yang melibatkan 4.416 siswa

(Hw)

Diagnosa Kemampuan Membaca Kelas Awal dengan EGRA

Studi Relevansi Kebutuhan Pendidikan Daerah

Berkarakter dan Jangkau Lebih

Banyak Madrasah

MENTERI Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) yang diwakili oleh Sekretaris Menko Kesra Dr. Indroyono Soesilo, melalui sambutannya dalam peluncuran Program USAID PRIORITAS, menyambut baik pelaksanaan program tersebut. Harapannya, program ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan karakter kepada siswa, guru, kepala sekolah, dan aparat pendidikan terkait yang sesuai dengan kearifan lokal dan budaya Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

“Dengan percontohan terbatas diharapkan program ini dapat

memberikan inspirasi bagi sekolah dan daerah lain untuk melakukan hal yang sama. Kami mohon Program USAID Prof. Dr. Nur Syam Dr. Indroyono S.

PRIORITAS dapat mendukung kebijakan pendidikan dasar yang sudah digariskan pemerintah,” tegas Pak Indroyono.

Menteri Agama yang diwakili Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof. Dr. Nur Syam, sangat mengharapkan keberadaan program

ini dapat membantu percepatan

peningkatan mutu madrasah di Indonesia.

Menurut mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya itu, madrasah yang menampung sekitar 20% anak usia sekolah di Indonesia, mutunya masih perlu

ditingkatkan. ”Saya berharap madarasah yang tercakup dalam program USAID PRIORITAS dapat lebih banyak lagi. Sebagaimana

program Decentralized Basic Education yang juga dibantu Pemerintah Amerika, yang berdampak terhadap peningkatan mutu madrasah,” papar Prof. Dr. Nur Syam.

(Anw)

UNTUK mendapatkan masukan

tentang pelaksanaan program yang relevan dengan kebutuhan pendidikan daerah, USAID PRIORITAS melakukan studi asesmen kebutuhan pendidikan di daerah. Asesmen dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara itu melibatkan berbagai unsur

stakeholder pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Misalnya, dinas pendidikan, kementerian agama, Bappeda, badan kepegawaian daerah, kepala sekolah, guru, pengawas, dan dewan pendidikan.

Kegiatan asesmen dilaksanakan di seluruh provinsi mitra USAID

PRIORITAS (Oktober-Desember 2012). Di Sumatra Utara, kegiatan asesmen menghasilkan rekomendasi perlunya penguatan koordinasi sektor pendidikan. Sebagai rencana tindak lanjutnya, mereka sepakat untuk menjadwalkan FGD secara rutin.

Di Jawa Barat, kegiatan FGD tersebut juga dimanfaatkan untuk

mengevaluasi pelaksanaan Program DBE. Yesa Sarwedi HS, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, menilai pada saat pelaksaan program DBE, dukungan provinsi cenderung kurang maksimal karena hambatan komunikasi. “Saat itu, DBE lebih banyak

berkoordinasi langsung dengan daerah kab/kota,” jelasnya. Untuk itu melalui program USAID PRIORITAS, Dinas Pendidikan Jawa Barat ingin terlibat lebih aktif dalam implementasi program, terutama dalam rangka koordinasi, baik pada tingkat stakeholder provinsi maupun koordinasi daerah.

Prof. Dr. H. AT Soegito, S.H., M.M, Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, menilai saat ini banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Dinas Pendidikan di propinsi. “Diperlukan mitra seperti PRIORITAS untuk mensinergikan kebutuhan propinsi dan keinginan dari pengguna pendidikan di daerah,” katanya saat kegiatan FGD di Jawa Tengah. Kom

Indikator Keberhasilan Program USAID PRIORITAS

Siswi MTsN Nglawak Nganjuk, Jawa Timur sedang mempresentasikan hasil percobaan kelompoknya tentang sistem ekskresi manusia. Melalui program USAID PRIORITAS, diharapkan semakin banyak madrasah yang menerapkan praktik yang baik seperti di MTsN Nglawak.

Siswa kelas I di SDN 1 Bakulan, Kec. Kemangkon, Kab. Purbalingga, sedang antri mengerjakan tugas ke depan. Sekolah ini menjadi salah satu sekolah mitra USAID PRIORITAS di Jawa Tengah.

PADA bulan November Desember 2012, tim enumerator yang terdiri dari dosen, pengawas, guru, kepala sekolah dan mahasiswa mengunjungi sejumlah sekolah di 23 kabupaten/kota di 7 provinsi mitra. Mereka mengamati cara guru mengajar, mewawancarai kepala sekolah dan komite sekolah, melakukan tes Matematika, bahasa Indonesia dan IPA pada murid SD/MI dan SMP/MTs. Tim ini juga mewawancarai pimpinan LPTK dan staf inti di dinas pendidikan provinsi

dan kabupaten/kota. Apa yang mereka lakukan? TIM itu sedang mengumpulkan informasi tentang kondisi di lapangan sebelum program USAID PRIORITAS mulai berjalan. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kondisi setelah program dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya. Hasil perbandingan itu digunakan untuk mengambil kesimpulan apakah program mencapai hasil yang diharapkan.

Data yang dikumpulkan berkaitan dengan hasil tiga komponen utama USAID PRIORITAS dalam membantu upaya peningkatan mutu pendidikan. Apa saja indikator keberhasilan ketiga komponen program tersebut?

1. Indikator Kualitas dan Relevansi Pendidikan

Indikator utama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas

pembelajaran di sekolah dilihat dari cara guru SD/MI dan SMP/MTs mengajar: apakah mereka memberikan peranan aktif kepada murid dan tidak hanya memberikan ceramah dari depan kelas. Indikator lainnya adalah kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran: apakah kepala sekolah secara teratur mengamati guru mengajar dan memberikan saran serta membantu peningkatan profesional guru. Dampak upaya perbaikan diukur pada pencapaian murid, khususnya dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan IPA.

Agar praktik guru mengajar dapat ditingkatkan, metode pembelajaran aktif harus sudah dipraktikkan di lembaga-lembaga pendidikan guru. Oleh karena itu, USAID PRIORITAS juga membantu peningkatan mutu pendidikan guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Indikator keberhasilan diukur dari pelaksanaan pembelajaran aktif oleh para dosen LPTK dan oleh mahasiswa calon guru. Selain itu, indikator lainnya adalah intensitas pelaksanaan kegiatan

yang berkaitan dengan peningkatan profesi guru seperti pelatihan guru dan penelitian.

2. Indikator Tata Kelola dan Manajemen

Indikator yang berkaitan dengan peningkatan manajemen dan tata kelola di sekolah antara lain diukur melalui proses perencanaan: apakah rencana kegiatan dan anggaran sekolah disiapkan bersama pemangku kepentingan (partisipasi), terbuka bagi siapa saja yang ingin mengetahuinya (transparansi) dan ada pertanggungan jawab dalam pelaksanaan rencana tersebut (akuntabel). Di tingkat kabupaten, indikator peningkatan tata kelola dan

manajemen diukur dari tersedianya sistim informasi manajemen pendidikan (EMIS) di dinas pendidikan dan sampai seberapa jauh hasil pengolahan data memberikan masukan dalam perumusan kebijakan pendidikan.

3. Indikator Koordinasi antar Institusi Pendidikan

Koordinasi antara berbagai lembaga pendidikan dan pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan antara lain diukur dari adanya rencana pengembangan profesi guru (termasuk besarnya alokasi dana) dan apakah perencanaan itu disusun bersama lembaga pendidikan seperti LPMP, LPTK dan organisasi lainnya. (Phg/ Af)

Asesor EGRA sedang menilai kemampuan membaca siswa kelas awal.

News letter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: ww.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 797801. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email usaidprioritas@prioritas.or.id. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350--550. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

(4)

PRIORITAS - Nasional

PRIORITAS - Provinsi Aceh

Jakarta. “DBE adalah

program yang bisa dikatakan luar biasa sukses. Program ini juga ternyata sejalan dengan Pemerintah Indonesia yang berfokus pada peningkatan profesionalisme guru, sertifikasi guru, dan

penguatan kapasitas lembaga pelatihan guru,” kata Dr. David P. Evans, peneliti independen JBS International pada acara Lokakarya Evaluasi Tahap Akhir Program DBE (Decentraliced Basic Education) (12/10). David ditunjuk menjadi koordinator Evaluasi Tahap Akhir DBE yang dilaksanakan bersama tim akademisi dari Indonesia. Lokakarya tersebut memaparkan hasil evaluasi

pelaksanaan program DBE. Lokakarya juga membahas upaya USAID bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) untuk mengatasi kelemahan yang ditemukan, serta menjaga keberhasilan yang telah dicapai.

Menurut Dr. M. Basri Wello salah seorang anggota peneliti, program DBE secara nyata telah berhasil mengembangkan kapasitas manajemen dan tata kelola layanan pendidikan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Sekolah/Madrasah, serta meningkatkan kualitas pembelajaran di SD/MI dan SMP/MTs. ”Tetapi, disayangkan, dampak dari peningkatan kapasitas ini terbentur pada kebijakan rotasi pegawai yang menempati personel kunci seperti kepala sekolah,” kata dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) itu.

Program DBE berjalan dari tahun 2005-2011yang bermitra dengan 72 kabupaten/kota di tujuh provinsi di Indonesia, yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Tujuan dari program ini adalah peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran SD/MI dan SMP/MTs melalui kegiatan belajar yang aktif, kontekstual dan relevan. DBE juga mendukung perencanaan dan penganggaran di sekolah/ madrasah dan kabupaten/ kota yang akuntabel, transparan dan partisipatif, yang dicapai melalui: pelatihan bagi kepala dan komite sekolah/ madrasah tentang kepemimpinan dan teknik manajemen berbasis sekolah; dan menyediakan metode dan alat

perencanaan, penganggaran, manajemen sarana prasarana, dan manajemen sumber daya manusia bagi dinas pendidikan kabupaten/ kota. Di akhir program, DBE telah memberikan manfaat langsung bagi 1.476 sekolah, 57.400 pendidik, dan 480.000 siswa. Selain itu ada 84 kabupaten/kota dan 30.000 sekolah yang mendiseminasikan praktik yang baik dari DBE ini dengan menggunakan anggaran dan sumber daya sendiri.

Walau pencapaian DBE sudah luar biasa, akan tetapi masih banyak kesempatan yang belum tercapai. Sebagai contoh, sekolah yang telah berhasil berkembang kehilangan momentumnya akibat kepala sekolah yang dulu digantikan oleh kepala sekolah lain yang tidak memperoleh dukungan dan pemahaman program DBE. Di sekolah lain, pembelajaran aktif menjadi memudar karena guru senantiasa memerlukan dukungan dalam bentuk pelatihan/penyegaran untuk menjaga kemampuan mereka menyelenggarakan pembelajaran aktif.

Di tempat lain, dukungan masyarakat ke sekolah juga mengalami penurunan, dan perencanaan sekolah hanya dilakukan sekedarnya, karena masyarakat menganggap bahwa “pendidikan gratis”, setelah diperkenalkanya Bantuan Operasional Sekolah. Selain itu, koordinasi antar dan dalam komponen program DBE, juga dengan Pemerintah Indonesia juga perlu ditingkatkan.

(Anw)

Evaluasi Tahap Akhir Program DBE

Eric Postel Nilai ”Excellent” Pembelajaran di SMPN 8 Bogor

Bogor. Eric Postel, Assistant

Administrator USAID, berkunjung ke

SMPN 8 Bogor, untuk melihat lebih dekat aktivitas pembelajaran di sekolah mitra DBE dan sekarang menjadi mitra USAID PRIORITAS (30/10). Kunjungan dilakukan ke kelas-kelas, laboratorium, dan perpustakaan. Kelas IPA menjadi kelas kunjungan pertama. Para siswa tampak aktif melakukan percobaan asam dan basa

SMPN2 Musuk, salah satu sekolah mitra DBE di Jawa Tengah tetap melestarikan

pembelajaran aktif di sekolah.

Eric Postel (tengah) mengajak diskusi siswa SMPN 8 Bogor.

dengan bahan yang sederhana dan mudah didapatkan. Diskusi antarkelompok pun berlangsung membahas hasil temuan mereka. Di kelas pembelajaran bahasa Inggris, beberapa siswa tampak menyampaikan pengalaman belajar dan cita-citanya dalam bahasa Inggris. Muhammad Irfan, salah seorang siswa kelas 9 yang tahun ini menjadi duta Jawa Barat dalam Olimpiade Fisika

tingkat nasional, bertutur, “I like the

ways my teachers teach us. The process of learning keeps me enthusiastic and relaxed.”Andini, siswa kelas VIII juga

menuturkan pengalaman dan cita-citanya dalam bahasa Inggris. “I wish to

be a politician who can change Indonesia better,” ujarnya mantap.

Terhadap presentasi siswa, Mr. Eric menyatakan, “Excellent.” Kata tersebut merepresentasikan sebuah kebanggaan atas kinerja siswa-siswi. Pada akhir pertemuan, berlangsung diskusi antara tim USAID, kepala sekolah, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bogor (Hj. Yayah Warsiah, M.Pd) Dinas Pendidikan Kota Bogor yang ikut dalam kunjungan menyampaikan bahwa pembelajaran di SMPN 8 amatlah menarik dan bermakna. Ia menghimbau sekolah-sekolah di Bogor baik negeri maupun swasta untuk mereplikasi model tersebut. (Yti/Din)

Wakil Gubernur (Wagub) Aceh, Muzakir Manaf akan memfokuskan pembangunan pendidikan di Aceh pada bidang mutu. Terutama meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

”Mulai tahun ini kita harus fokus pada mutu pembelajaran di sekolah, baik untuk murid maupun guru,” ungkap Mualem, sapaan akrab Muzakir Manaf.



Banda Aceh. Pada peluncuran

program USAID PRIORITAS di Aceh (21/11) Wakil Gubernur Aceh

menyatakan bahwa Provinsi Aceh sangat berkepentingan dan mengharapkan semua pihak turut mendukung pelaksanaan program USAID PRIORITAS, “Ketika Pemerintah dan USAID memutuskan Aceh sebagai salah satu sasaran program PRIORITAS, tentu saja Pemerintah Aceh menyambut dengan antusias,” jelas Wagub.

Antusias tersebut bukanlah tanpa alasan. Hasil pemaparan Bappeda Aceh tentang Rancangan RPJM Aceh tahun 2012 sektor pendidikan menunjukkan bahwa mutu pendidikan dan kualitas sumber daya manusia di Aceh masih rendah. Salah satunya dapat dilihat dari peringkat lulusan pendidikan menengah yang memasuki perguruan tinggi tahun 2011 yang menunjukkan Aceh berada pada peringkat 31 untuk kelompok IPA dan peringkat 25 untuk kelompok IPS dari 34 Provinsi di Indonesia.

Selain itu, hasil uji kompetensi guru tahun 2012, provinsi Aceh menempati urutan yang ke 28 dan tentu saja ini menjadi bahan pertimbangan bagi

pemerintah Aceh dalam menyusun RPJM hingga 2017. “Jangan kita selalu berpikir membangun fisik. Ada hal yang utama yang menjadi tanggung jawab kita saat ini, yaitu mutu pendidikan yang lebih baik untuk masa depan anak- anak Aceh,” tegas wakil Gubernur,

“Dinas Pendidikan harus fokus pada peningkatan mutu, sedangkan

menyangkut bangunan sekolah itu akan ditangani oleh PU (Dinas Pekerjaan Umum) saja!” lanjut Mualem.

Di Provinsi Aceh, USAID PRIORITAS akan mengembangkan daerah mitra DBE yaitu Kota Banda

Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireuen dan Aceh Tengah serta 2 kabupaten mitra tahun pertama yaitu Bener Meriah dan Aceh Jaya. USAID PRIORITAS di Aceh akan menambah 6 daerah mitranya pada tahun kedua program ini dijalankan.

Memenuhi instruksi Wakil Gubernur, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Drs. Anas M. Adam menyatakan dukungan dan kesiapan jajarannya untuk bekerja sama dengan program PRIORITAS, “Kami menyambut baik dan siap bekerja sama dengan program yang digagas USAID, karena yang digulirkan lembaga itu sejalan dengan program dinas pendidikan provinsi dan kabupaten,” ujar Anas.

Anas juga menyambut baik dengan akan dilatihnya fasilitator daerah disetiap kabupaten, “Fasilitator daerah sangat penting, karena dapat menjadi aset daerah dan akan terus melanjutkan program peningkatan mutu setelah USAID PRIORITAS menyelesaikan programnya,” harap Anas.

Harapan Mualem dan Anas didukung pula oleh semua stakeholder pendidikan dari perwakilan

kabupaten/kota dan provinsi yang hadir pada saat peluncuran program USAID PRIORITAS. Mereka yakin program ini dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi peningkatan mutu pembelajaran di Aceh, “Kami siap mendukung program ini,” tegas Bardan Sahidi komisi pendidikan DPRD Aceh Tengah. (Tmk)

Wagub Aceh: Utamakan Mutu Pembelajaran

Foto dari kiri: Penandatanganan Kerangka Acuan Kerja (KAK) di Banda Aceh, Foto bersama Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston; Rektor IAIN Ar-Raniry, Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, M.A.; Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf; Bupati Bireuen, H. Ruslan M. Daud; Wakil Bupati Pidie, M. Iriawan, SE dan Deputi Pendidikan USAID INDONESIA, Dr. Lawrence Dolan. Pemukulan Rapa’i Geleng menandakan peluncuran program USAID PRIORITAS di Aceh.

Banda Aceh. TKPPA atau Tim Koordinasi Pembangunan Pendidikan Aceh

bersama seluruh stakeholder pendidikan tingkat provinsi dan lembaga donor pendidikan di Aceh kembali mengadakan pertemuan rutin koordinasi yang dihadiri langsung oleh Gubernur Aceh Dr. Zaini Abdullah (16/10). Selama ini pertemuan TKPPA sangat strategis dan produktif. Tahun 2012, TKPPA berhasil mendorong dikeluarkannya kebijakan Gubernur Aceh tentang percepatan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), petunjuk teknis equity strategy, Pergub tentang

pendidikan inklusi, dan Pergub tentang PAUD. TKPPA memungkinkan antar lembaga untuk saling berkoordinasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih program. Antarlembaga donor dapat saling berbagi informasi praktik baik yang dilakukan.

Pada kesempatan itu, Gubernur Aceh menginstruksikan 6 hal yang perlu dilaksanakan TKPPA yaitu: 1) menjalankan tugasnya untuk memajukan pendidikan di Aceh, 2) membuat seminar pendidikan untuk mengumpulkan masukan dan ide dari masyarakat, 3) menyusun strategi penerapan pendidikan yang Islami, 4) menyusun strategi untuk peningkatan mutu pendidikan, 5) Bappeda melakukan koordinasi dan meneliti program dari kabupaten/kota agar sesuai dengan RPJM Pendidikan dan Renstra Pendidikan Aceh, dan 6) Membuat suatu kajian mengenai pola pembinaan dan pengembangan guru sesuai dengan kondisi ril saat ini. (Tmk)

Terpadunya Koordinasi Stakeholder Pendidikan

(5)

PRIORITAS - Nasional

PRIORITAS - Provinsi Aceh

Jakarta. “DBE adalah

program yang bisa dikatakan luar biasa sukses. Program ini juga ternyata sejalan dengan Pemerintah Indonesia yang berfokus pada peningkatan profesionalisme guru, sertifikasi guru, dan

penguatan kapasitas lembaga pelatihan guru,” kata Dr. David P. Evans, peneliti independen JBS International pada acara Lokakarya Evaluasi Tahap Akhir Program DBE (Decentraliced Basic Education) (12/10). David ditunjuk menjadi koordinator Evaluasi Tahap Akhir DBE yang dilaksanakan bersama tim akademisi dari Indonesia. Lokakarya tersebut memaparkan hasil evaluasi

pelaksanaan program DBE. Lokakarya juga membahas upaya USAID bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) untuk mengatasi kelemahan yang ditemukan, serta menjaga keberhasilan yang telah dicapai.

Menurut Dr. M. Basri Wello salah seorang anggota peneliti, program DBE secara nyata telah berhasil mengembangkan kapasitas manajemen dan tata kelola layanan pendidikan dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Sekolah/Madrasah, serta meningkatkan kualitas pembelajaran di SD/MI dan SMP/MTs. ”Tetapi, disayangkan, dampak dari peningkatan kapasitas ini terbentur pada kebijakan rotasi pegawai yang menempati personel kunci seperti kepala sekolah,” kata dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) itu.

Program DBE berjalan dari tahun 2005-2011yang bermitra dengan 72 kabupaten/kota di tujuh provinsi di Indonesia, yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Tujuan dari program ini adalah peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran SD/MI dan SMP/MTs melalui kegiatan belajar yang aktif, kontekstual dan relevan. DBE juga mendukung perencanaan dan penganggaran di sekolah/ madrasah dan kabupaten/ kota yang akuntabel, transparan dan partisipatif, yang dicapai melalui: pelatihan bagi kepala dan komite sekolah/ madrasah tentang kepemimpinan dan teknik manajemen berbasis sekolah; dan menyediakan metode dan alat

perencanaan, penganggaran, manajemen sarana prasarana, dan manajemen sumber daya manusia bagi dinas pendidikan kabupaten/ kota. Di akhir program, DBE telah memberikan manfaat langsung bagi 1.476 sekolah, 57.400 pendidik, dan 480.000 siswa. Selain itu ada 84 kabupaten/kota dan 30.000 sekolah yang mendiseminasikan praktik yang baik dari DBE ini dengan menggunakan anggaran dan sumber daya sendiri.

Walau pencapaian DBE sudah luar biasa, akan tetapi masih banyak kesempatan yang belum tercapai. Sebagai contoh, sekolah yang telah berhasil berkembang kehilangan momentumnya akibat kepala sekolah yang dulu digantikan oleh kepala sekolah lain yang tidak memperoleh dukungan dan pemahaman program DBE. Di sekolah lain, pembelajaran aktif menjadi memudar karena guru senantiasa memerlukan dukungan dalam bentuk pelatihan/penyegaran untuk menjaga kemampuan mereka menyelenggarakan pembelajaran aktif.

Di tempat lain, dukungan masyarakat ke sekolah juga mengalami penurunan, dan perencanaan sekolah hanya dilakukan sekedarnya, karena masyarakat menganggap bahwa “pendidikan gratis”, setelah diperkenalkanya Bantuan Operasional Sekolah. Selain itu, koordinasi antar dan dalam komponen program DBE, juga dengan Pemerintah Indonesia juga perlu ditingkatkan.

(Anw)

Evaluasi Tahap Akhir Program DBE

Eric Postel Nilai ”Excellent” Pembelajaran di SMPN 8 Bogor

Bogor. Eric Postel, Assistant

Administrator USAID, berkunjung ke

SMPN 8 Bogor, untuk melihat lebih dekat aktivitas pembelajaran di sekolah mitra DBE dan sekarang menjadi mitra USAID PRIORITAS (30/10). Kunjungan dilakukan ke kelas-kelas, laboratorium, dan perpustakaan. Kelas IPA menjadi kelas kunjungan pertama. Para siswa tampak aktif melakukan percobaan asam dan basa

SMPN2 Musuk, salah satu sekolah mitra DBE di Jawa Tengah tetap melestarikan

pembelajaran aktif di sekolah.

Eric Postel (tengah) mengajak diskusi siswa SMPN 8 Bogor.

dengan bahan yang sederhana dan mudah didapatkan. Diskusi antarkelompok pun berlangsung membahas hasil temuan mereka. Di kelas pembelajaran bahasa Inggris, beberapa siswa tampak menyampaikan pengalaman belajar dan cita-citanya dalam bahasa Inggris. Muhammad Irfan, salah seorang siswa kelas 9 yang tahun ini menjadi duta Jawa Barat dalam Olimpiade Fisika

tingkat nasional, bertutur, “I like the

ways my teachers teach us. The process of learning keeps me enthusiastic and relaxed.”Andini, siswa kelas VIII juga

menuturkan pengalaman dan cita-citanya dalam bahasa Inggris. “I wish to

be a politician who can change Indonesia better,” ujarnya mantap.

Terhadap presentasi siswa, Mr. Eric menyatakan, “Excellent.” Kata tersebut merepresentasikan sebuah kebanggaan atas kinerja siswa-siswi. Pada akhir pertemuan, berlangsung diskusi antara tim USAID, kepala sekolah, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Kota Bogor (Hj. Yayah Warsiah, M.Pd) Dinas Pendidikan Kota Bogor yang ikut dalam kunjungan menyampaikan bahwa pembelajaran di SMPN 8 amatlah menarik dan bermakna. Ia menghimbau sekolah-sekolah di Bogor baik negeri maupun swasta untuk mereplikasi model tersebut. (Yti/Din)

Wakil Gubernur (Wagub) Aceh, Muzakir Manaf akan memfokuskan pembangunan pendidikan di Aceh pada bidang mutu. Terutama meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

”Mulai tahun ini kita harus fokus pada mutu pembelajaran di sekolah, baik untuk murid maupun guru,” ungkap Mualem, sapaan akrab Muzakir Manaf.



Banda Aceh. Pada peluncuran

program USAID PRIORITAS di Aceh (21/11) Wakil Gubernur Aceh

menyatakan bahwa Provinsi Aceh sangat berkepentingan dan mengharapkan semua pihak turut mendukung pelaksanaan program USAID PRIORITAS, “Ketika Pemerintah dan USAID memutuskan Aceh sebagai salah satu sasaran program PRIORITAS, tentu saja Pemerintah Aceh menyambut dengan antusias,” jelas Wagub.

Antusias tersebut bukanlah tanpa alasan. Hasil pemaparan Bappeda Aceh tentang Rancangan RPJM Aceh tahun 2012 sektor pendidikan menunjukkan bahwa mutu pendidikan dan kualitas sumber daya manusia di Aceh masih rendah. Salah satunya dapat dilihat dari peringkat lulusan pendidikan menengah yang memasuki perguruan tinggi tahun 2011 yang menunjukkan Aceh berada pada peringkat 31 untuk kelompok IPA dan peringkat 25 untuk kelompok IPS dari 34 Provinsi di Indonesia.

Selain itu, hasil uji kompetensi guru tahun 2012, provinsi Aceh menempati urutan yang ke 28 dan tentu saja ini menjadi bahan pertimbangan bagi

pemerintah Aceh dalam menyusun RPJM hingga 2017. “Jangan kita selalu berpikir membangun fisik. Ada hal yang utama yang menjadi tanggung jawab kita saat ini, yaitu mutu pendidikan yang lebih baik untuk masa depan anak- anak Aceh,” tegas wakil Gubernur,

“Dinas Pendidikan harus fokus pada peningkatan mutu, sedangkan

menyangkut bangunan sekolah itu akan ditangani oleh PU (Dinas Pekerjaan Umum) saja!” lanjut Mualem.

Di Provinsi Aceh, USAID PRIORITAS akan mengembangkan daerah mitra DBE yaitu Kota Banda

Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireuen dan Aceh Tengah serta 2 kabupaten mitra tahun pertama yaitu Bener Meriah dan Aceh Jaya. USAID PRIORITAS di Aceh akan menambah 6 daerah mitranya pada tahun kedua program ini dijalankan.

Memenuhi instruksi Wakil Gubernur, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Drs. Anas M. Adam menyatakan dukungan dan kesiapan jajarannya untuk bekerja sama dengan program PRIORITAS, “Kami menyambut baik dan siap bekerja sama dengan program yang digagas USAID, karena yang digulirkan lembaga itu sejalan dengan program dinas pendidikan provinsi dan kabupaten,” ujar Anas.

Anas juga menyambut baik dengan akan dilatihnya fasilitator daerah disetiap kabupaten, “Fasilitator daerah sangat penting, karena dapat menjadi aset daerah dan akan terus melanjutkan program peningkatan mutu setelah USAID PRIORITAS menyelesaikan programnya,” harap Anas.

Harapan Mualem dan Anas didukung pula oleh semua stakeholder pendidikan dari perwakilan

kabupaten/kota dan provinsi yang hadir pada saat peluncuran program USAID PRIORITAS. Mereka yakin program ini dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi peningkatan mutu pembelajaran di Aceh, “Kami siap mendukung program ini,” tegas Bardan Sahidi komisi pendidikan DPRD Aceh Tengah. (Tmk)

Wagub Aceh: Utamakan Mutu Pembelajaran

Foto dari kiri: Penandatanganan Kerangka Acuan Kerja (KAK) di Banda Aceh, Foto bersama Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston; Rektor IAIN Ar-Raniry, Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, M.A.; Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf; Bupati Bireuen, H. Ruslan M. Daud; Wakil Bupati Pidie, M. Iriawan, SE dan Deputi Pendidikan USAID INDONESIA, Dr. Lawrence Dolan. Pemukulan Rapa’i Geleng menandakan peluncuran program USAID PRIORITAS di Aceh.

Banda Aceh. TKPPA atau Tim Koordinasi Pembangunan Pendidikan Aceh

bersama seluruh stakeholder pendidikan tingkat provinsi dan lembaga donor pendidikan di Aceh kembali mengadakan pertemuan rutin koordinasi yang dihadiri langsung oleh Gubernur Aceh Dr. Zaini Abdullah (16/10). Selama ini pertemuan TKPPA sangat strategis dan produktif. Tahun 2012, TKPPA berhasil mendorong dikeluarkannya kebijakan Gubernur Aceh tentang percepatan penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), petunjuk teknis equity strategy, Pergub tentang

pendidikan inklusi, dan Pergub tentang PAUD. TKPPA memungkinkan antar lembaga untuk saling berkoordinasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih program. Antarlembaga donor dapat saling berbagi informasi praktik baik yang dilakukan.

Pada kesempatan itu, Gubernur Aceh menginstruksikan 6 hal yang perlu dilaksanakan TKPPA yaitu: 1) menjalankan tugasnya untuk memajukan pendidikan di Aceh, 2) membuat seminar pendidikan untuk mengumpulkan masukan dan ide dari masyarakat, 3) menyusun strategi penerapan pendidikan yang Islami, 4) menyusun strategi untuk peningkatan mutu pendidikan, 5) Bappeda melakukan koordinasi dan meneliti program dari kabupaten/kota agar sesuai dengan RPJM Pendidikan dan Renstra Pendidikan Aceh, dan 6) Membuat suatu kajian mengenai pola pembinaan dan pengembangan guru sesuai dengan kondisi ril saat ini. (Tmk)

Terpadunya Koordinasi Stakeholder Pendidikan

(6)

PRIORITAS - Provinsi Sumatra Utara

PRIORITAS - Provinsi Banten

Medan. Direktur

Pendidikan USAID, Margaret Sancho memberikan penghargaan kepada Plt. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), H. Gatot Pujo Nugroho ST atas komitmen meningkatkan mutu pendidikan dasar melalui replikasi Program USAID DBE

(Decentralized Basic Education)

keseluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Penghargaan tersebut diberikan dalam acara Peluncuran Program USAID PRIORITAS Provinsi Sumatera Utara di Hotel Aryaduta, Medan (14/11).

Margaret Sancho menyebut, USAID sangat mengapresiasi komiten Gubsu untuk meningkatan mutu pendidikan dasar dan memanfaatkan program DBE. Selama tahun 2011-2012, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) telah menggunakan anggaran provinsi sebesar Rp.4,5 milyar untuk melatih 1.020 guru dengan menggunakan tenaga pelatih dan modul-modul pelatihan DBE. Pelatihan itu memberikan manfaat langsung kepada sekitar 32.640 siswa di 33 kabupaten/ kota.

Konsul Amerika Serikat (AS) untuk Pulau Sumatra, Kathryn A. Crockart memuji komitmen Gubsu meningkatkan kualitas pendidikan dasar. Konsul AS mengatakan bahwa penyediaan pendidikan dasar berkualitas membutuhkan komitmen kuat. Pemerintah tidak boleh puas dan berhenti dengan sistem pendidikan yang sudah ada. Pendidikan terus

berkembang. Selalu ada ruang untuk melakukan hal yang lebih baik.”Hal ini dapat dicapai melalui kerja sama. Seperti kemitraan dengan pemerintah nasional dan daerah, antara orang tua dan siswa dan guru, serta kemitraan antar negara,” ungkap Kathryn A. Crockart.

Plt. Gubsu berterima kasih dan menyambut gembira penghargaan yang diberikan USAID. Menurut Plt. Gubsu, membangun pendidikan berkualitas tidaklah cukup dengan hanya menyediakan sarana fisik. Pendidikan berkualitas membutuhkan dukungan sistem manajemen dan sumber daya manusia yang handal.

Lebih Lanjut Plt. Gubsu menekannya pentingnya kerjasama dan kemitraan dengan semua pihak. Pemprovsu tidak dapat bekerja sendirian dalam membangun dunia pendidikan. Pemprovsu membutuhkan dukungan

dari semua pihak, baik dari masyarakat, swasta dan negara-negara donor. ”Kontribusi semua pihak sangat dihargai. Karena itu Pemprovsu sangat terbuka dan menyambut gembira kemitraan bersama United

State Agency for International Development (USAID) ini,” kata

Gatot Pujo Nugroho. Plt.Gubsu dalam konferensi pers mendorong kabupaten/kota

menyebarluaskan praktik baik hasil program DBE dan USAID PRIORITAS. Menurut Plt. Gubsu semakin banyak yang mendapatkan pelatihan maka mutu pendidikan akan semakin baik. ”Media juga harus aktif mengingatkan kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS untuk mereplikasi dan menyebarkan hasil-hasil baik pelatihan,” ungkap Plt Gubsu itu. (Eh)

USAID Berikan Penghargaan Kepada Plt Gubernur Sumatra Utara

KEMITRAAN USAID di Provinsi Sumatera Utara di bidang pendidikan dasar telah dimulai sejak tahun 2005 melalui program

Decentralized Basic Education (DBE). Selama 2005 – 2011, Program DBE USAID telah berhasil meningkatkan kapasitas 2.121 orang guru di 236 sekolah (SD, SMP dan

Madrasah) dan memberikan manfaat langsung kepada sekitar 50.000 siswa di 8

kabupaten/kota mitra DBE di Provinsi Sumatera Utara. Secara mandiri program

DBE disebarluasakan oleh 16 kabupaten/kota dengan menggunakan dana

APBD dan BOS sebesar Rp 2,6 milyar untuk melatih 5.161 tenaga pendidik.

Diseminasi DBE

Plt Gubernur Sumatra Utara mendapatkan penghargaan USAID atas komitmennya meningkatkan mutu pendidikan dasar melalui replikasi Program DBE di Sumatra Utara. Penghargaan tersebut diberikan oleh Margaret Sancho Direktur Pendidikan USAID.

STUDI awal di tingkat provinsi menghasilkan

rekomendasi penguatan koordinasi sektor pendidikan. Sebagai rencana tindak lanjut, stakeholders bidang pendidikan sepakat menjadwalkan FGD (Focus Group

Discussion) rutin. FGD akan mendiskusikan, memonitoring

dan mengevaluasi perkembangan program USAID PRIORITAS.

Sekretaris Dinas Pendidikan Provsu (Sekdisdiksu) Drs. Bahaudin Manik berharap studi awal ini dapat membantu Disdiksu mencapai beberapa indikator keberhasilan pendidikan yang sudah ditetapkan secara nasional.” Ada tujuh target secara nasional dan internasional yang

dibebankan kepada provinsi. Tujuh target ini menjadi ukuran keberhasilan pendidikan. Kami berharap USAID PRIORITAS bisa membantu provinsi Sumut mencapai target

tersebut,”ungkap Bahaudin Manik.

Selain di tingkat provinsi, studi sejenis juga dilakukan di tiga kabupaten/kota baru mitra USAID PRIORITAS yaitu Medan, Labuhan Batu dan Nias Selatan. Menurut Agus Prayitno, Whole School Development (WSD) Specialist USAID

PRIORITAS, studi awal bertujuan mendapatkan gambaran

nyata kondisi pendidikan di distrik mitra. ”Hasil studi ini akan menjadi ukuran titik berangkat program,” jelas Agus

Prayitno. Selama menjalankan studi awal, tim USAID PRIORITAS melakukan kunjungan lapangan dan melakukan diskusi dengan Dinas Pendidikan, Ka. UPT, KCD, Kemenag, Guru, Pengawas, Bappeda, BKD dan Dewan Pendidikan. Informasi yang didapatkan kemudian dianalisis dan dipresentasikan agar menjadi kesepakatan bersama.

(Eh)

Stakeholder Provinsi Sepakati FGD Rutin

“Ada wacana menarik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengubah kurikulum (di tahun) 2013. Ini merupakan masukan dari program-program seperti (USAID PRIORITAS) ini. Jenjang pendidikan sekarang sudah mencapai tingkat global,” ujar Wagub Banten.

Serang - Wakil Gubernur (Wagub)

Banten, H. Rano Karno, meresmikan program USAID PRIORITAS di Ratu Bidakara Hotel, hari Selasa, 4 Desember 2012 ini. Dalam sambutannya, Wagub Rano Karno menyatakan dukungannya terhadap upaya peningkatan kualitas tenaga pendidik untuk tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. “Pemerintah harus konsisten dalam

kebijakan pendidikan, anggaran 20 persen APBD harus benar-benar langsung dialokasikan ke peserta didik. Artinya, gaji guru tidak termasuk anggaran sebesar 20 persen tadi,” ujar mantan aktor peraih Citra yang terjun ke bidang politik tersebut.

Wagub Rano mengakui bahwa dunia pendidikan Indonesia sedikit tertinggal dibanding luar negeri. “Kalau

nggak di-adopt, kita akan tertinggal. Tentu

saja kita tidak boleh meninggalkan konten lokal,” imbuhnya sembari mengingatkan bahwa ada kearifan-kearifan lokal yang bisa sangat bermanfaat dalam memperkaya khazanah pendidikan dasar, seperti misalnya permainan congklak.

Direktur Misi USAID Indonesia, Andrew Sisson, yang hadir dalam kegiatan peluncuran di Banten,

menegaskan bahwa Program PRIORITAS merupakan program bantuan teknis atas dasar kemitraan komprehensif antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Indonesia. Dikatakan

peluncuran program bantuan pendidikan di Provinsi Banten ini merupakan bagian dari program pendidikan USAID senilai US$ 83,7 juta yang akan meningkatkan mutu pendidikan di 10 provinsi. “Tujuannya untuk meningkatkan kerjasama dalam mempererat hubungan antar kedua negara, khususnya melalui peningkatan mutu pendidikan di Indonesia,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Drs. Hudaya Latuconsina menegaskan bahwa bantuan pendidikan via program USAID PRIORITAS akan terfokus pada peningkatan standar kompetensi tenaga pendidik dan bukannya bantuan berupa uang. Program USAID PRIORITAS yang akan dilaksanakan selama 5 tahun di Provinsi Banten akan bekerja di 5

kabupaten/kota, yaitu Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Pandeglang. Tiga wilayah lain akan menyusul di tahun kedua, yaitu Kota Serang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang.

Dalam meningkatkan kompetensi tenaga pengajar tingkat SD dan SMP dan madrasah, USAID PRIORITAS Banten akan bekerjasama dengan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang.

(Nic)

Wakil Gubernur Rano Karno:

Adaptasi Pendidikan Berkualitas Global

Wagub Banten Rano Karno meresmikan program USAID PRIORITAS di Provinsi Banten, didampingi oleh Direktur Misi USAID, Andrew Sisson.

BAYAH merupakan kecamatan terpencil di Selatan Banten. Di lingkungan yang cukup terpencil itu, kini para siswa SMP/MTs mitra DBE menikmati keceriaan belajar kooperatif dan kontekstual. Mereka mendayagunakan lingkungan alam Bayah untuk aktif dalam proses pembelajaran efektif.

Mereka merajut masa depannya dengan penuh optimisme di bawah fasilitasi para guru dampingan DBE. Mereka memanfaatkan setiap potensi daerah sebagai media belajar, baik dalam ruang kelas maupun di alam terbuka. Praktik yang baik ini akan disebarluaskan melalui program USAID

PRIORITAS di Banten.

(Nic/Ddn)

Keceriaan Belajar di

SMPN dan MTsN

Bayah, Lebak, Banten

Walaupun berada di daerah terpencil, proses pembelajaran aktif yang kontekstual juga dapat berlangsung secara efektif, seperti di SMPN dan MTsN Bayak, Lebak, Banten. Praktik yang baik ini perlu dikembangkan dan disebarluaskan.

(7)

PRIORITAS - Provinsi Sumatra Utara

PRIORITAS - Provinsi Banten

Medan. Direktur

Pendidikan USAID, Margaret Sancho memberikan penghargaan kepada Plt. Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), H. Gatot Pujo Nugroho ST atas komitmen meningkatkan mutu pendidikan dasar melalui replikasi Program USAID DBE

(Decentralized Basic Education)

keseluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Penghargaan tersebut diberikan dalam acara Peluncuran Program USAID PRIORITAS Provinsi Sumatera Utara di Hotel Aryaduta, Medan (14/11).

Margaret Sancho menyebut, USAID sangat mengapresiasi komiten Gubsu untuk meningkatan mutu pendidikan dasar dan memanfaatkan program DBE. Selama tahun 2011-2012, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) telah menggunakan anggaran provinsi sebesar Rp.4,5 milyar untuk melatih 1.020 guru dengan menggunakan tenaga pelatih dan modul-modul pelatihan DBE. Pelatihan itu memberikan manfaat langsung kepada sekitar 32.640 siswa di 33 kabupaten/ kota.

Konsul Amerika Serikat (AS) untuk Pulau Sumatra, Kathryn A. Crockart memuji komitmen Gubsu meningkatkan kualitas pendidikan dasar. Konsul AS mengatakan bahwa penyediaan pendidikan dasar berkualitas membutuhkan komitmen kuat. Pemerintah tidak boleh puas dan berhenti dengan sistem pendidikan yang sudah ada. Pendidikan terus

berkembang. Selalu ada ruang untuk melakukan hal yang lebih baik.”Hal ini dapat dicapai melalui kerja sama. Seperti kemitraan dengan pemerintah nasional dan daerah, antara orang tua dan siswa dan guru, serta kemitraan antar negara,” ungkap Kathryn A. Crockart.

Plt. Gubsu berterima kasih dan menyambut gembira penghargaan yang diberikan USAID. Menurut Plt. Gubsu, membangun pendidikan berkualitas tidaklah cukup dengan hanya menyediakan sarana fisik. Pendidikan berkualitas membutuhkan dukungan sistem manajemen dan sumber daya manusia yang handal.

Lebih Lanjut Plt. Gubsu menekannya pentingnya kerjasama dan kemitraan dengan semua pihak. Pemprovsu tidak dapat bekerja sendirian dalam membangun dunia pendidikan. Pemprovsu membutuhkan dukungan

dari semua pihak, baik dari masyarakat, swasta dan negara-negara donor. ”Kontribusi semua pihak sangat dihargai. Karena itu Pemprovsu sangat terbuka dan menyambut gembira kemitraan bersama United

State Agency for International Development (USAID) ini,” kata

Gatot Pujo Nugroho. Plt.Gubsu dalam konferensi pers mendorong kabupaten/kota

menyebarluaskan praktik baik hasil program DBE dan USAID PRIORITAS. Menurut Plt. Gubsu semakin banyak yang mendapatkan pelatihan maka mutu pendidikan akan semakin baik. ”Media juga harus aktif mengingatkan kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS untuk mereplikasi dan menyebarkan hasil-hasil baik pelatihan,” ungkap Plt Gubsu itu. (Eh)

USAID Berikan Penghargaan Kepada Plt Gubernur Sumatra Utara

KEMITRAAN USAID di Provinsi Sumatera Utara di bidang pendidikan dasar telah dimulai sejak tahun 2005 melalui program

Decentralized Basic Education (DBE). Selama 2005 – 2011, Program DBE USAID telah berhasil meningkatkan kapasitas 2.121 orang guru di 236 sekolah (SD, SMP dan

Madrasah) dan memberikan manfaat langsung kepada sekitar 50.000 siswa di 8

kabupaten/kota mitra DBE di Provinsi Sumatera Utara. Secara mandiri program

DBE disebarluasakan oleh 16 kabupaten/kota dengan menggunakan dana

APBD dan BOS sebesar Rp 2,6 milyar untuk melatih 5.161 tenaga pendidik.

Diseminasi DBE

Plt Gubernur Sumatra Utara mendapatkan penghargaan USAID atas komitmennya meningkatkan mutu pendidikan dasar melalui replikasi Program DBE di Sumatra Utara. Penghargaan tersebut diberikan oleh Margaret Sancho Direktur Pendidikan USAID.

STUDI awal di tingkat provinsi menghasilkan

rekomendasi penguatan koordinasi sektor pendidikan. Sebagai rencana tindak lanjut, stakeholders bidang pendidikan sepakat menjadwalkan FGD (Focus Group

Discussion) rutin. FGD akan mendiskusikan, memonitoring

dan mengevaluasi perkembangan program USAID PRIORITAS.

Sekretaris Dinas Pendidikan Provsu (Sekdisdiksu) Drs. Bahaudin Manik berharap studi awal ini dapat membantu Disdiksu mencapai beberapa indikator keberhasilan pendidikan yang sudah ditetapkan secara nasional.” Ada tujuh target secara nasional dan internasional yang

dibebankan kepada provinsi. Tujuh target ini menjadi ukuran keberhasilan pendidikan. Kami berharap USAID PRIORITAS bisa membantu provinsi Sumut mencapai target

tersebut,”ungkap Bahaudin Manik.

Selain di tingkat provinsi, studi sejenis juga dilakukan di tiga kabupaten/kota baru mitra USAID PRIORITAS yaitu Medan, Labuhan Batu dan Nias Selatan. Menurut Agus Prayitno, Whole School Development (WSD) Specialist USAID

PRIORITAS, studi awal bertujuan mendapatkan gambaran

nyata kondisi pendidikan di distrik mitra. ”Hasil studi ini akan menjadi ukuran titik berangkat program,” jelas Agus

Prayitno. Selama menjalankan studi awal, tim USAID PRIORITAS melakukan kunjungan lapangan dan melakukan diskusi dengan Dinas Pendidikan, Ka. UPT, KCD, Kemenag, Guru, Pengawas, Bappeda, BKD dan Dewan Pendidikan. Informasi yang didapatkan kemudian dianalisis dan dipresentasikan agar menjadi kesepakatan bersama.

(Eh)

Stakeholder Provinsi Sepakati FGD Rutin

“Ada wacana menarik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengubah kurikulum (di tahun) 2013. Ini merupakan masukan dari program-program seperti (USAID PRIORITAS) ini. Jenjang pendidikan sekarang sudah mencapai tingkat global,” ujar Wagub Banten.

Serang - Wakil Gubernur (Wagub)

Banten, H. Rano Karno, meresmikan program USAID PRIORITAS di Ratu Bidakara Hotel, hari Selasa, 4 Desember 2012 ini. Dalam sambutannya, Wagub Rano Karno menyatakan dukungannya terhadap upaya peningkatan kualitas tenaga pendidik untuk tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. “Pemerintah harus konsisten dalam

kebijakan pendidikan, anggaran 20 persen APBD harus benar-benar langsung dialokasikan ke peserta didik. Artinya, gaji guru tidak termasuk anggaran sebesar 20 persen tadi,” ujar mantan aktor peraih Citra yang terjun ke bidang politik tersebut.

Wagub Rano mengakui bahwa dunia pendidikan Indonesia sedikit tertinggal dibanding luar negeri. “Kalau

nggak di-adopt, kita akan tertinggal. Tentu

saja kita tidak boleh meninggalkan konten lokal,” imbuhnya sembari mengingatkan bahwa ada kearifan-kearifan lokal yang bisa sangat bermanfaat dalam memperkaya khazanah pendidikan dasar, seperti misalnya permainan congklak.

Direktur Misi USAID Indonesia, Andrew Sisson, yang hadir dalam kegiatan peluncuran di Banten,

menegaskan bahwa Program PRIORITAS merupakan program bantuan teknis atas dasar kemitraan komprehensif antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Indonesia. Dikatakan

peluncuran program bantuan pendidikan di Provinsi Banten ini merupakan bagian dari program pendidikan USAID senilai US$ 83,7 juta yang akan meningkatkan mutu pendidikan di 10 provinsi. “Tujuannya untuk meningkatkan kerjasama dalam mempererat hubungan antar kedua negara, khususnya melalui peningkatan mutu pendidikan di Indonesia,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Drs. Hudaya Latuconsina menegaskan bahwa bantuan pendidikan via program USAID PRIORITAS akan terfokus pada peningkatan standar kompetensi tenaga pendidik dan bukannya bantuan berupa uang. Program USAID PRIORITAS yang akan dilaksanakan selama 5 tahun di Provinsi Banten akan bekerja di 5

kabupaten/kota, yaitu Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Pandeglang. Tiga wilayah lain akan menyusul di tahun kedua, yaitu Kota Serang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang.

Dalam meningkatkan kompetensi tenaga pengajar tingkat SD dan SMP dan madrasah, USAID PRIORITAS Banten akan bekerjasama dengan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang.

(Nic)

Wakil Gubernur Rano Karno:

Adaptasi Pendidikan Berkualitas Global

Wagub Banten Rano Karno meresmikan program USAID PRIORITAS di Provinsi Banten, didampingi oleh Direktur Misi USAID, Andrew Sisson.

BAYAH merupakan kecamatan terpencil di Selatan Banten. Di lingkungan yang cukup terpencil itu, kini para siswa SMP/MTs mitra DBE menikmati keceriaan belajar kooperatif dan kontekstual. Mereka mendayagunakan lingkungan alam Bayah untuk aktif dalam proses pembelajaran efektif.

Mereka merajut masa depannya dengan penuh optimisme di bawah fasilitasi para guru dampingan DBE. Mereka memanfaatkan setiap potensi daerah sebagai media belajar, baik dalam ruang kelas maupun di alam terbuka. Praktik yang baik ini akan disebarluaskan melalui program USAID

PRIORITAS di Banten.

(Nic/Ddn)

Keceriaan Belajar di

SMPN dan MTsN

Bayah, Lebak, Banten

Walaupun berada di daerah terpencil, proses pembelajaran aktif yang kontekstual juga dapat berlangsung secara efektif, seperti di SMPN dan MTsN Bayak, Lebak, Banten. Praktik yang baik ini perlu dikembangkan dan disebarluaskan.

Gambar

Foto dari kiri: Penandatanganan Kerangka Acuan Kerja (KAK) di Banda Aceh, Foto bersama Direktur  Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston; Rektor IAIN Ar-Raniry, Prof
Foto dari kiri: Penandatanganan Kerangka Acuan Kerja (KAK) di Banda Aceh, Foto bersama Direktur  Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston; Rektor IAIN Ar-Raniry, Prof
Foto kanan Bupati Karawang, Ade Swara, tengah menandatangani KAK Program  USAID PRIORITAS, disaksikan oleh Stuart Weston (CoP), Anna Sophanah (Bupati  Indramayu), Sukmawijaya (Bupati Sukabumi), Jalu Noor Cahyanto (USAID), dan Aip  Rivai (Asda Bidang Kesra
Foto kanan Bupati Karawang, Ade Swara, tengah menandatangani KAK Program  USAID PRIORITAS, disaksikan oleh Stuart Weston (CoP), Anna Sophanah (Bupati  Indramayu), Sukmawijaya (Bupati Sukabumi), Jalu Noor Cahyanto (USAID), dan Aip  Rivai (Asda Bidang Kesra
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dimana pada konsentrasi Ribavirin 40 ppm ternyata plbs yang bebas CyMV adalah eliminasi yang sempurna sebesar 100% setelah

Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Jallā jalaluh.Hendaknya setiap orang dari kaum muslimin yang taat beribadah senantiasa memeriksa asal hartanya yang dia

Sedangkan dari hasil analisis kecelakaan reaktivitas teras RSG-GAS berbahan bakar silisida dengan tingkat muat 2,96 g U/cc dengan menggunakan program POKDYN dapat disimpulkan

Hasil analisis risiko dukungan keluarga terhadap kualitas hidup yang kurang baik pada penelitian ini memperlihatkan OR = 5,14 ini berarti bahwa penderita DM tipe

Kadar Protein, Indeks Putih Telur, dan Nilai Haugh Unit Telur Itik Setelah Perendaman Ekstrak Daun Salam ( Syzygium polyanthum ) dengan Waktu Penyimpanan yang Berbeda pada..

Sedangkan bagi guru, penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan alat untuk mewujudkan akuntabilitas profesionalnya, dan dapat juga digunakan sebagai

Sehingga berindikasi bahwa “ada hubungan antara penguasaan kosakata siswa dan kemampuan mereka dalam menerjemahkan teks bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia pada

Pemaparan dengan sinar X menunjukkan hasil berpengaruh berbeda sangat nyata pada panjang, jumlah, kerapatan dan indeks stomata, tetapi berpengaruh berbeda nyata