• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN BIOAKTIVATOR Gliocladium sp DALAM BERBAGAI DOSIS TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN BIOAKTIVATOR Gliocladium sp DALAM BERBAGAI DOSIS TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN BIOAKTIVATOR

Gliocladium

sp DALAM BERBAGAI DOSIS TERHADAP

PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN KEDELAI

(

Glycine max

L.)

Yuliani, S.P, M.Si* dan Cut Marlina, S.P.**

RINGKASAN

Kedelai (Glycine max (L) Merrl) merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Produksi kedelai nasional belum dapat memenuhi kebutuhan karena luas panen actual masih belum memadai dan produktifitas masih rendah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bioaktivator Gliocladium sp dalam berbagai dosis terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai serta dosis bioaktivator Gliocladium sp yang tepat untuk pertumbuhan vegetative kedelai.. Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bioaktivator sebanyak 25 gram/tanaman merupakan dosis terbaik untuk pertumbuhan tinggi, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman kedelai. Sedangkan untuk panjang akar terbaik diperoleh dengan pemberian bioaktivator sebanyak 20 gr/tanaman.

Kata kunci : bioaktivator, Gliocladium sp.

ABSTRACT

Soybean (Glycine max (L) Merrl) is a valuable economic commodity. Soybean national production has not yet affort to full fill the domestic necessities because actual harvest is not capable yet and low at productivity. The research was`carried out to determine the Influence of Gliocladium sp Bioactivator on vegetative growth of soybean plant. Research using Completely Randomized Design (CRD) with six treatments and four replicates. The result showed that the given of 25 grams of the bioactivator dose per plant was the best dose for the growth of height, number of leaves, wet weight and dry weight of soybean plants. And for the best root length, it was obtained by the given of 20 gram bioactivator per plant.

Key words : bioactivator, Gliocladium sp.

* Dosen Faperta UNSUR ** Alumni Faperta UNSUR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak

Produksi kedelai tidak mampu memenuhi permintaan dalam negeri sehingga diperlukan impor yang cukup besar. Produksi kedelai nasional belum dapat memenuhi kebutuhan, karena luas panen aktual masih belum memadai dan produktivitas masih rendah. Produktivitas pada tingkat petani rata-rata 1,3 ton/ha, sedangkan

Pengaruh Pemberian Bioaktivator gliocladium sp dalam Berbagai Dosis Terhadap Pertumbuhan Vegetatif

(2)

potensi produksi mencapai 2,0 – 2,5 ton/ha.

(http://distan.kalselprov.go.id.02/11/ 2009).

Upaya peningkatan hasil produksi tanaman kedelai dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan kesediaan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman serta mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman yang dapat mengurangi hasil produksi. Untuk meningkatkan kesediaan unsur hara dapat dilakukan dengan cara memberi tambahan pupuk pada tanah. Pemberian pupuk pada tanah adakalanya kurang efisien, hal ini dikarenakan unsur hara yang diberikan dapat mempengaruhi pengerasan atau pemadatan tanah. Selain itu, tanaman kedelai juga memiliki bintil akar yang bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium dan dapat melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara sehingga penambahan pupuk pada tanah dapat diperkecil. Sedangkan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman kedelai dapat dilakukan dengan pemberian pestisida, namun hal ini beresiko tinggi karena dapat merusak lingkungan dan keseimbangan ekosistem.

Karena itu, penggunaan biopestisida (agen hayati) dalam pengendalian hama lebih aman jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintetis (kimia). Selain itu, salah satu bahan yang dapat mempercepat proses penyuburan tanah adalah bioaktivator Gliocladium sp. Menurut Nurwadani (1996), bioaktivator Gliocladium sp dapat mempercepat proses penguraian bahan organik, (C/N rasio) akan cepat menurun.

1.2 Tujuan Penelitian

Uuntuk mengetahui pengaruh bioaktivator Gliocladium sp terhadap pertumbuhan vegetatif kedelai dan menemukan dosis bioaktivator

Gliocladium sp yang tepat untuk

pertumbuhan vegetative kedelai.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Net house Fakultas pertanian, Universitas Suryakancana Cianjur.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu : meteran, timbangan digital, baskom, ayakan, karung goni, cangkul, sabit, sekop, tali rafia, tugal, papan nama dan alat tulis serta kamera. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Davros, bioaktivator Gliocladium sp, tanah, arang sekam dan pupuk kandang.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap (RAL ) yang terdiri dari enam (6) perlakuan dan empat (4) ulangan yaitu : A = dosis bioaktivator 10 gr / tanaman B = dosis bioaktivator 15 gr / tanaman C = dosis bioaktivator 20 gr / tanaman D = dosis bioaktivator 25 gr / tanaman E = dosis bioaktivator 30 gr / tanaman

F = Kontrol (tanpa pemberian bioaktivator Gliocladium sp)

Setiap perlakuan terdiri dari 3 unit percobaan. Adapun tata letak adalah sebagai berikut:

Pengaruh Pemberian Bioaktivator gliocladium sp dalam Berbagai Dosis Terhadap Pertumbuhan Vegetatif

(3)

Tabel 1. Denah Tata Letak Unit Percobaan A2 C3 D4 E4 D1 B4 F1 A3 B2 F2 C2 B3 E1 D2 A1 E3 C1 A4 E2 F3 D3 F4 C4 B1

Adapun parameter pengamatan meliputi:

1. Tinggi tanaman kedelai Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap 5 hari sekali dengan menggunakan mistar. Tanaman diukur dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman paling atas. 2. Jumlah daun tanaman kedelai

Untuk mendapat hasil jumlah daun maka dilakukan perhitungan terhadap semua jumlah daun yang tumbuh (per tangkai daun) setiap 5 hari sekali. Perhitungan jumlah daun tidak dilakukan per helai karena daun kacang kedelai memiliki 3 helai daun dalam setiap tangkainya (trifoliate

leaves)

(http://pustaka.unpad.ac.id.02 /11/2009).

3. Panjang akar tanaman kedelai. Panjang akar dihitung pada akhir penelitian. Perhitungan

panjang akar dilakukan dengan cara mengeluarkan tanaman terlebih dahulu dari dalam polybag, kemudian dibersihkan dan diukur. 4. Berat basah tanaman kedelai

Berat basah dihitung dengan cara mencabut tanaman dari polybag, kemudian membersihkannya. Setelah itu tanaman ditimbang dengan menggunakan timbangan digital.

5. Berat kering tanaman kedelai Berat kering dihitung dengan cara mengeringkan tanaman dengan menggunakan oven selama 8 jam dengan suhu 1200C, setelah itu ditimbang

dengan menggunakan timbangan digital. Berat kering didapat setelah dilakukan 3 kali penimbangan dengan hasil yang konstan (tetap).

Pengamatan dilakukan 5 hari sekali selama 1 bulan.

Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh di analisis, untuk mendapatkan sidik ragam percobaan menggunakan tabel ANOVA dan Uji Tukey pada taraf 5%. Adapun aplikasi yang digunakan meliputi Ms. Excel dan Minitab dengan output berupa data, tabel dan grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Pemberian Dosis

Bioaktivator Gliocladium sp

terhadap Tinggi Tanaman Kedelai

Salah satu parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pengaruh bioaktivator Gliocladium sp terhadap tinggi tanaman. Tabel 2

Pengaruh Pemberian Bioaktivator gliocladium sp dalam Berbagai Dosis Terhadap Pertumbuhan Vegetatif

(4)

menyajikan data tinggi tanaman kedelai hasil perataan.

Tabel 2. Pengaruh Dosis Bioaktivator Gliocladium sp terhadap Tinggi Tanaman Kedelai

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Hari ke: 5 10 15 20 25 A ( 10 gram ) 6.8500 bc 15.408 a 22.875 ab 34.392a 46.933 a B ( 15 gram ) 6.6500 b 15.392 a 23.000 ab 34.792 a 46.442 a C ( 20 gram ) 6.9667 bc 16.117 ab 24.442 b 37.083 b 47.975 a D ( 25 gram ) 7.9750 c 17.067 b 27.433 c 38.775 b 53.683 b E ( 30 gram ) 6.4083 b 15.567 ab 23.292 ab 34.542 a 45.775 a F ( kontrol ) 3.6083 a 14.675 a 22.242 a 34.342 a 46.092 a

Keterangan: Nilai pada tabel yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Tukey.

Gambar 1. Grafik Pengaruh Dosis Bioaktivator Gliocladium sp terhadap Tinggi Tanaman Kedelai

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa pemberian bioaktivator

Gliocladium sp berpengaruh terhadap

tinggi tanaman kedelai.

Pada hari kelima, perlakuan D (25 gram) merupakan perlakuan yang memiliki ukuran paling tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 7.9750 cm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A (10 gram) dan C (20 gram), namun berbeda nyata dengan perlakuan B (15 gram) dan E (30 gram) serta sangat berbeda nyata dengan perlakuan F (tanpa bioaktivator Gliocladium sp).

Pada hari ke 10, perlakuan D (25 gram) juga merupakan perlakuan yang memiliki ukuran paling tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 17.067 cm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan C (20 gram) dan E (30 gram), namun berbeda nyata dengan perlakuan A (10 gram), B (15 gram) dan F (tanpa bioaktivator Gliocladium sp).

Begitu juga pada hari ke 15, perlakuan D (25 gram) merupakan perlakuan yang memiliki ukuran paling tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 27.433 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan A (10 gram), B (15 gram), C (20 gram) dan E (30 gram) serta sangat

Pengaruh Pemberian Bioaktivator gliocladium sp dalam Berbagai Dosis Terhadap Pertumbuhan Vegetatif

(5)

berbeda nyata dengan pelakuan F (tanpa bioaktivator Gliocladium sp).

Pada hari ke 20, perlakuan D (25 gram) merupakan perlakuan yang memiliki ukuran paling tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 38.775 cm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan C (20 gram), namun berbeda nyata dengan perlakuan A (10 gram), B (15 gram), E (30 gram) dan F (tanpa bioaktivator Gliocladium sp).

Pada hari ke 25, perlakuan D (25 gram) juga merupakan perlakuan yang memiliki tinggi tanaman terbesar yakni dengan nilai rata-rata sebesar 53.683 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan A (10 gram), B (15 gram), C (20 gram), E (30 gram) dan F (tanpa bioaktivator Gliocladium sp).

Secara keseluruhan, pemberian bioaktivator Gliocladium sp berpengaruh positif terhadap tinggi tanaman karena dapat meningkatkan tinggi tanaman kedelai. Hasil analisis ragam pada tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian bioaktivator Gliocladium sp terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan tinggi tanaman kedelai.

Hasil perhitungan P value tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 5 hari setelah tanam (0.000), 10 hari setelah tanam (0.008), 15 hari setelah tanam (0.000), 20 hari setelah tanam (0.00), dan 25 hari setelah tanam (0.000), memiliki nilai analisis ragam lebih kecil dibandingkan dengan alpha (0.05) hal ini berarti bahwa pemberian bioaktivator

Gliocladium sp berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman kedelai. Gambar 1 menunjukkan grafik pengaruh dosis bioaktivator Gliocladium

sp terhadap tinggi tanaman kedelai.

Grafik diatas memberikan informasi bahwa pemberian bioaktivator

Gliocladium sp dapat memacu pertumbuhan tanaman kacang kedelai khususnya untuk meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini diduga karena dalam fase vegetatif, tanaman memerlukan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhannya. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Bilman et.

al, (2002) dalam Toha (2008) yang

menyatakan bahwa tanaman memerlukan unsur hara untuk pertumbuhannya. Pendapat tersebut diperkuat oleh Rosmahani, (2001)

dalam Nurdin, (2008) yang menyatakan

bahwa salah satu unsur hara yang dapat mempercepat proses penyuburan tanah adalah bioaktivator Gliocladium sp yang berbahan aktif Gliocladium sp. Bahan aktif tersebut dapat memecahkan rantai C organik menjadi rantai-rantai pendek (rantai C sederhana) yang mudah dimanfaatkan oleh tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan subur. Demikian juga menurut Nurwadani (1996), bahwa bioaktivator Gliocladium

sp dapat menurunkan C/N rasio bahan

organik dari 50 menjadi 20, meningkatkan pertumbuhan dan vigor tanaman di lapangan dan mendegradasi bahan organik didalam tanah.

2. Pengaruh Pemberian Dosis Bioaktivator Gliocladium sp

terhadap Jumlah Daun

Tanaman Kedelai

Parameter kedua yang diamati pada penelitian ini adalah pengaruh bioaktivator Gliocladium sp terhadap jumlah daun tanaman kedelai.

(6)

Tabel 3. Pengaruh Dosis Bioaktivator Gliocladium sp terhadap Jumlah Daun Kedelai Perlakuan

Jumlah Daun (Tangkai Daun) Hari ke 10 15 20 25 A ( 10 gram ) 2.5000 ab 4.0000 b 5.0000 b 6.0000 b B ( 15 gram ) 2.4167 a 4.0000 b 5.0000 b 6.0000 b C ( 20 gram ) 2.5000 ab 4.0000 b 5.0000 b 6.0000 b D ( 25 gram ) 3.0000 b 4.0000 b 5.0000 b 6.0000 b E ( 30 gram ) 2.2500 a 4.0000 b 5.0000 b 6.0000 b F ( kontrol ) 2.0000 a 3.1667 a 4.5000 a 5.5000 a

Keterangan: Nilai pada tabel yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Tukey.

Gambar 2. Grafik Pengaruh Dosis Bioaktivator Gliocladium sp terhadap Jumlah Daun Tanaman Kedelai

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian bioaktivator Gliocladium sp sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan daun. Pada hari ke 10, perlakuan D (25 gram) merupakan perlakuan yang memiliki jumlah daun terbesar yakni dengan nilai rata-rata sebesar 3.000 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A (10 gram) dan C (20 gram), namun berbeda nyata

dengan perlakuan B (15 gram), E (30 gram) dan F (kontrol/tanpa bioaktivator Gliocladium sp).

Pada hari ke 15 hingga ke 25, jumlah daun tanaman kedelai yang diberi bioaktivator Gliocladium sp berbeda nyata jika dibandingkan dengan jumlah daun tanaman yang tidak diberi bioaktivator Gliocladium sp (kontrol).

Pengaruh Pemberian Bioaktivator gliocladium sp dalam Berbagai Dosis Terhadap Pertumbuhan Vegetatif

(7)

Hasil perhitungan P value jumlah daun saat tanaman berumur 10 hari setelah tanam (0.002), 15 hari setelah tanam (0.000), 20 hari setelah tanam (0.000) dan 25 hari setelah tanam (0.000) memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan alpha (0.05). Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh pemberian bioaktivator

Gliocladium sp terhadap jumlah daun

tanaman kedelai.

Grafik pada gambar 2 menunjukkan bahwa tanaman kacang kedelai yang diberikan bioaktivator

Gliocladium sp memiliki daun lebih

banyak dibanding tanaman kontrol. Kondisi ini diduga karena unsur hara di dalam media tanam cukup banyak akibat aktifitas dari Gliocladium sp hal ini sesuai dengan pernyataan Rosmahani, (2001) dalam Toha, (2008) yang menyatakan ketersediaan unsur hara di dalam media tanam cukup banyak akibat aktifitas dari Gliocladium sp. yang dapat memecah rantai C organik menjadi rantai-rantai pendek (rantai C sederhana) yang mudah dimanfaatkan oleh tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan subur.

Pernyataan diatas diperkuat oleh Nurwardani (1996), yang menyatakan bahwa bioaktivator Gliocladium sp berfungsi sebagai dekomposer bahan organik yang dapat mendegradasi C/N rasio dari 50 menjadi 20. Bahan

organik yang terdapat dalam media tanam berupa campuran pupuk kandang, arang sekam dan tanah dipecah menjadi unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Banyaknya unsur hara yang tersedia pada media tanam, memungkinkan pertumbuhan daun semakin baik dan banyak. Oleh karena itu, tanaman kedelai yang diberikan bioaktivator Gliocladium sp memiliki pertumbuhan jumlah daun yang lebih banyak jika dibandingkan dengan tanaman kedelai yang tidak diberi bioaktivator Gliocladium sp (kontrol).

3. Pengaruh Pemberian Dosis

Bioaktivator Gliocladium sp

terhadap Panjang Akar Tanaman Kedelai

Panjang akar diukur pada hari ke 25, dari hasil perhitungan pada tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa pemberian bioaktivator Gliocladium sp berpengaruh positif terhadap panjang akar tanaman kedelai. Perlakuan C (20 gram) merupakan perlakuan yang memiliki panjang akar terbesar yakni dengan nilai rata-rata sebesar 21.708 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan A (10 gram), B (15 gram), D (25 gram) dan E (20 gram) serta berbeda sangat nyata dengan perlakuan F (kontrol/tanpa bioaktivator Gliocladium sp).

Tabel 4. Pengaruh Dosis Bioaktivator Gliocladium sp terhadap Panjang Akar Tanaman Kedelai

Perlakuan Panjang Akar (cm)

A ( 10 gram ) 18.075 b B ( 15 gram ) 18.300 b C ( 20 gram ) 21.708 c D ( 25 gram ) 18.483 b E ( 30 gram ) 18.700 b F ( kontrol ) 15.817 a

Keterangan: Nilai pada tabel yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Tukey.

Pengaruh Pemberian Bioaktivator gliocladium sp dalam Berbagai Dosis Terhadap Pertumbuhan Vegetatif

(8)

Hasil perhitungan P value terhadap panjang akar adalah 0.000, nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan alpha yang mempunyai nilai sebesar 0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh pemberian bioaktivator Gliocladium sp terhadap panjang akar tanaman kedelai.

Meningkatnya pertumbuhan akar kacang kedelai diduga karena adanya aktifitas dari bahan aktif bioaktivator Gliocladium sp yang bersifat sebagai anti-fungi alami, merangsang aktifitas enzim ketahanan tanaman, mendorong pertumbuhan tanaman, memperbaiki vigor tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan ramah lingkungan. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Nurwardani (1996), yang menyatakan bahwa Gliocladium sp. yang merupakan bahan aktif bioaktivator Gliocladium sp dapat mempertahankan perkembangan dan pertumbuhan akar pada tanaman melon karena mengeluarkan beberapa enzim pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pemberian bioaktivator

Gliocladium sp lebih dari 20 gram diduga

dapat menyebabkan efek buruk terhadap akar. Hal ini terbukti dengan pemberian bioaktivator Gliocladium sp sebanyak 25 gram dan 30 gram justru mendapatkan hasil panjang akar yang lebih kecil jika dibandingkan dengan pemberian bioaktivator Gliocladium sp sebanyak 20 gram. Menurut Nurwardani, (1996) salah satu kemungkinan yaitu bahwa Gliocladium

sp menghasilkan toksin/antibiotik yang

berpengaruh terhadap perkembangan akar tanaman dan diperkuat oleh pendapat Baker dan Cook (1982) dalam Rabil (2008) yang menyatakan bahwa beberapa spesies Gliocladium sp. bersifat antagonis yang menyebabkan kematian dan menghancurkan hifa inangnya dengan sekresi satu atau lebih antibiotik, dengan sifat hiperparasit dan persaingan hara maupun ruang. Antibiotik yang dihasilkan Gliocladium

sp. adalah gliotoksin.

4. Pengaruh Pemberian Dosis Bioaktivator Gliocladium sp

terhadap Berat Basah dan

Berat Kering Tanaman

Kedelai

Berat basah ditimbang pada hari ke 25, dari hasil perhitungan pada tabel 5 terlihat jelas bahwa pemberian bioaktivator Gliocladium sp pada tanaman kedelai mempengaruhi berat basah tanaman tersebut. Perlakuan D (25 gram) merupakan perlakuan yang memiliki berat basah terbesar yakni dengan nilai rata-rata sebesar 9.362 gram yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan C (20 gram), namun berbeda nyata dengan perlakuan A (10 gram), B (15 gram) dan E (30 gram) serta berbeda sangat nyata dengan perlakuan F (kontrol/tanpa bioaktivator

Gliocladium sp).

Hasil perhitungan P value berat basah tanaman adalah sebesar 0.000, nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan alpha (0.05). Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh pemberian bioaktivator Gliocladium sp terhadap berat basah tanaman kedelai.

Pengaruh Pemberian Bioaktivator gliocladium sp dalam Berbagai Dosis Terhadap Pertumbuhan Vegetatif

(9)

Tabel 5. Pengaruh Dosis Bioaktivator Gliocladium sp terhadap Berat Basah Tanaman Kedelai

Perlakuan Berat Basah (gram)

A ( 10 gram ) 7.926 ab B ( 15 gram ) 7.857 ab C ( 20 gram ) 8.741 b D ( 25 gram ) 9.362 b E ( 30 gram ) 7.316 ab F ( kontrol ) 6.647 a

Keterangan: Nilai pada tabel yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Tukey.

Dari tabel. 6 terlihat jelas bahwa pemberian bioaktivator Gliocladium sp pada tanaman kedelai mempengaruhi berat kering tanaman tersebut. Perlakuan D (25 gram) merupakan perlakuan yang memiliki berat kering tanaman terbesar yakni dengan nilai rata-rata sebesar 1.2952 gram yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan A (10 gram), B (15 gram), C (20 gram) dan E (30 gram), namun berbeda nyata

dengan perlakuan F (kontrol/tanpa bioaktivator Gliocladium sp).

Hasil perhitungan P value berat kering tanaman adalah sebesar 0.002, nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan alpha (0.05) sebagaimana yang tercantum pada lampiran. 1. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh pemberian bioaktivator Gliocladium sp terhadap berat kering tanaman kedelai.

Tabel 6. Pengaruh Dosis Bioaktivator Gliocladium sp terhadap Berat Kering Tanaman Kedelai

Perlakuan Berat Kering (gram)

A ( 10 gram ) 1.1629 ab B ( 15 gram ) 1.1798 ab C ( 20 gram ) 1.2063 ab D ( 25 gram ) 1.2952 b E ( 30 gram ) 1.1249 ab F ( kontrol ) 0.9243 a

Keterangan: Nilai pada tabel yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom, tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Tukey.

.

(10)

Pengaruh bioaktivator

Gliocladium sp terhadap berat basah dan

kering tanaman diduga karena bertambahnya umur tanaman akan menyebabkan semakin besarnya kemampuan tanaman menyerap hara dari dalam tanah untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Begitu juga dengan bertambahnya umur tanaman juga akan menyebabkan proses fotosintesis semakin besar sehingga pembentukan karbohidrat juga semakin banyak. Sebagian besar karbohidrat tersebut akan diuraikan melalui respirasi dan sebagian lainnya untuk pembentukan berat basah dan kering (Bilmat et. al, 2002).

Peranan Gliocladium sp. dapat menyediakan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Gliocladium sp. yang merupakan bahan aktif bioaktivator Gliocladium sp dapat menurunkan C/N rasio bahan organik dari 50 menjadi 20, meningkatkan pertumbuhan dan vigor tanaman di lapangan dan mendegradasi bahan organik didalam tanah (Nurwadani, 1996).

Dengan demikian kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat terpenuhi sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pembelahan sel dan pembesaran sel, tetapi yang paling umum dipakai adalah pertambahan berat basah dan berat kering yang meliputi diferensiasi sel. (Kristanto, 2006).

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bioaktivator

Gliocladium sp memberikan pengaruh

positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai baik dilihat dari tinggi

tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat basah maupun berat kering tanaman.

Pada penelitian ini dosis bioaktivator Gliocladium sp yang terbaik untuk pertumbuhan tinggi, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman kedelai adalah 25 gram per tanaman. Nilai rata-rata pada pengamatan terakhir yakni hari ke 25 yaitu : tinggi tanaman sebesar 53.683 cm, jumlah daun sebesar 6.000 serta berat basah dan berat kering tanaman masing-masing sebesar 9.362 gram dan 1.2952 gram.

Sedangkan panjang akar terbaik diperoleh dari tanaman yang diberikan bioaktivator Gliocladium sp dengan dosis 20 gram per tanaman dengan nilai rata-rata sebesar 21.708 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Bilman, W., Simanuhuruk, Abimanyu, D. Nusantara dan Faradilla F. 2002. Peran Em4 dan Pupuk NPK

Dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis Pada Lahan Alang-Alang, Jurnal Ilmu Pertanian volumen 4.

http://distan.kalselprov.go.id.05/11/ 2009.

http://pustaka.unpad.ac.id.02/11/ 2009.

Kristanto Heri, 2006. Pengaruh khitosan,

Gliocladium sp Serta Kombinasi Gliocladium sp dan Khitosan Terhadap Perkecambahan dan Pembibitan Padi var. Pandanwangi,

Skripsi.

Pengaruh Pemberian Bioaktivator gliocladium sp dalam Berbagai Dosis Terhadap Pertumbuhan Vegetatif

(11)

Nurdin. 2007. Proses Biakan Massal

Gliocladium sp. Laporan Praktek Kompetensi Dasar. Universitas

Suryakancana. Cianjur.

Nurdin. 2008. Pengaruh Biokomplek

Terhadap Pertumbuhan Bibit Padi Varietas Pandanwangi (Oriza sativa L.) Pada Persemaian System Of Rice Intensification (SRI). Skripsi.

Universitas Suryakancana. Cianjur.

Nurwadani. 1996. Pengendalian Hayati

Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.s.p melonis) pada Melon (Cucumis melo cv. Casntralupensisi NAUD) dan Perbanyakan Masal Gen Pengendali Hayati (Gliocladium s.p.), Tesis

Nuryani. W. 2000. Aplikasi agens hayati

dalam pengendalian penyakit tular

tanah pada tanaman hias. Makalah Kursus Peningkatan Ketrampilan Petugas dalam Penerapan Teknologi Pengendalian OPT. Cipanas. 1-7

Oktober 2000. 1-6.

Rabil, Nur. 2008. Pengaruh Dosis dan

Waktu Aplikasi Biokomplek Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bibit Cabai Keriting Varietas TM 999 (Capsicum annum var. longum).

Skripsi. Universitas Suryakancana Cianjur.

Toha, Khalimi. 2008. Pengaruh Waktu

Aplikasi Pemberian Biokomplek terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis (Zea Mays var. Saccharata). Skripsi. Universitas Suryakancana. Cianjur.

(12)

DAMPAK PEMEKARAN TERHADAP PEMBANGUNAN

PERTANIAN KOTA CIMAHI

Oleh

Rosda Malia SP M.Si *

RINGKASAN

Semenjak menjadi kota otonom Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Cimahi mengalami kenaikan. Dari sisi sektoral, laju pertumbuhan tiap sektor masih diatas empat persen kecuali sektor : pertanian, konstruksi, pengangkutan dan komunikasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak pemekaran terhadap pembangunan pertanian Kota Cimahi. Metode analisis yang digunakan yakni statistik deskriptif dan analisis partisipatif. Hasil penelitian menunjukan : pertumbuhan sektor pertanian mengalami penurunan, kontribusi sektor pertanian dalam PDRB Kota Cimahi semakin kecil, terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian serta kesejahteraan masyarakat desa yang belum berubah.

ABSTRACT

From the autonomous town of regional gross domestic product (GDP) Cimahi grew. On each sektor sektoral growth rate is still over four per cent, except : agriculture, construction, transport and communications. This study aims to determine the impact of the expansion of the Cimahi agricultural development. The method of analysis used are descriptive analysis and participative analysis. The results showed that the growth of the agricultural sektor has declined, the contribution of the agricultural sektor in GDP Cimahi increasingly smaller, passing the role of agricultural land to non-agricultural activities, as well as the well-being of rural communities that have not changed.

Key words: regional expansion, agriculture development

* Dosen Faperta UNSUR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan selama ini yang perencanaannya dominan menggunakan pendekatan top down, telah banyak menimbulkan kegagalan. Keadaan ini menimbulkan berbagai tuntutan dari daerah, mulai dari keinginan untuk merdeka ataupun melepaskan diri dari ikatan administrasi wilayah di atasnya ( isu pemekaran). Tuntutan umumnya berasal dari daerah yang merasa kaya potensi sumberdaya namun hasilnya kurang dapat dirasakan. Praktek pengurasan sumberdaya untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di pusat yang

kurang memberi pengaruh balik pada pertumbuhan daerah asal sumberdaya, menjadi semakin tegas fenomena kesenjangannya (Agusniar, 2006).

Undang-Undang No. 22 tahun 1999 yang disempurnakan dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah membuka peluang adanya pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah. Kota Cimahi merupakan kota hasil pemekaran yang berada di Propinsi Jawa Barat. Terletak di sebelah barat Kota Bandung, dahulu Cimahi merupakan bagian dari

(13)

Kabupaten Bandung. Cimahi ditetapkan sebagai kota otonom berdasarkan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 2001 pada tanggal 21 Juni 2001.

Semenjak menjadi kota otonom Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Cimahi mengalami kenaikan. Nilai PDRB Kota Cimahi atas dasar harga konstan Tahun 2000 - 2006 cenderung bertambah, hanya laju peningkatannya berbeda setiap tahun. Begitupula dengan nilai PDRB Kota Cimahi atas dasar harga berlaku Tahun 2000 – 2006 cenderung meningkat. Dari sisi sektoral, laju pertumbuhan sektor – sektor masih diatas empat persen kecuali sektor pertanian, konstruksi serta pengangkutan dan komunikasi.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak pemekaran terhadap pembangunan pertanian Kota Cimahi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemekaran Wilayah

Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001 melalui pemberlakuan UU No. 22 Tahun 1999 sebagaimana direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pelaksanaan otonomi daerah tersebut memberikan kewenangan yang luas kepada daerah sehingga memberikan implikasi dan peluang kepada daerah-daerah tertentu untuk memekarkan wilayahnya sebagai daerah otonom. Pada prinsipnya dengan pemekaran/penataan daerah menjadi daerah otonom diharapkan terjadi efisiensi dan efektifitas

pelayanan publik, peningkatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah, serta terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

2.2 Pembangunan Daerah

Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembangunan daerah adalah aspek ekonomi. Menurut Arsyad (1999) pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Dalam kebijakan pembangunan ekonomi daerah penekanannya didasarkan pada

kekhasan daerah yang bersangkutan

(endogenous development ) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia dan sumber fisik secara lokal.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dikatakan sebagai ukuran produktifitas wilayah yang paling umum diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah. Oleh karenanya, walaupun memiliki berbagai kelemahan, PDRB dinilai sebagai tolak ukur pembangunan yang paling operasional dalam skala negara di dunia (Rustiadi. 2004).

2.3 Pembangunan Pertanian

Pembangunan ekonomi sektor pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian agar dapat meningkatkan pendapatan petani dan pemerataan pembangunan pedesaan.

(14)

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat sebagai hasil dari pemekaran Kabupaten Bandung, dari Bulan Januari – Juni 2009.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengambil langsung di lapangan melalui wawancara dengan responden yang dipilih secara sengaja

(purposive sampling) . Responden yang

diwawancara sebanyak 48 orang dengan latar belakang jenis kelamin, pendidikan, usia dan pekerjaan yang berbeda-beda . Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi dan dinas-dinas yang terkait dengan penelitian, BPS dan hasil penelitian terdahulu. Data yang digunakan setelah pemekaran mulai tahun 2001-2006.

3.3 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan meliputi statistika deskriptif dan analisis partisipatif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Wilayah

Penelitian

Kota Cimahi berada antara 107˚ 30’ 30” BT – 107˚ 34’ 30” BT dan 6˚ 50’ 00” - 6˚ 56’ 00” Lintang selatan dengan batas – batas sebagai berikut : batas utara dengan Kabupaten Bandung, batas selatan dengan Kabupaten Bandung, batas timur dengan Kota Bandung dan batas barat dengan Kabupaten Bandung. Kota Cimahi termasuk wilayah Propinsi Jawa

Barat, meliputi tiga kecamatan dan 15 kelurahan. Areal pertanian terletak di Cimahi Utara.

Luas Kota Cimahi secara keseluruhan mencapai 40,25 Ha dengan penggunaan lahan diperuntukan, pemukiman mencapai 1,609 Ha (39,21%), lahan militer 375 Ha (9,14%), Industri 700 Ha (17,06%), Pesawahan 326 Ha (7,94%), Tegalan 382 Ha (9,31%), Kebun Campuran 367 Ha (8,94%), Pusat Perdagangan 140 Ha (3,41%) dan lahan yang dipergunakan untuk lain-lain mencapai 204.73 Ha (4,99%).

4.2 Karakteristik Responden Penelitian

Kelompok responden berpendidikan SD berusia antara 43 - 50 tahun. Responden wanita umumnya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Usia lanjut menyulitkan responden wanita dalam memperoleh pekerjaan. Sementara responden pria umumnya bekerja sebagai buruh. Buruh pabrik atau bangunan.

Kelompok responden berpendidikan SMP berusia antara 29 – 48 tahun, umumnya di atas 40 tahun. Responden wanita bekerja sebagai buruh, ibu rumah tangga dan wirausaha. Responden pria bekerja sebagai pegawai swasta, buruh dan wirausaha. Jenis pekerjaan responden kelompok ini, hampir sama dengan pekerjaan kelompok responden berpendidikan SD.

Kelompok responden berpendidikan SMA berusia antara 20 – 34 tahun, tergolong usia produktif. Tidak terdapat perbedaan pekerjaan antara responden pria dan wanita. Pekerjaan responden kelompok ini lebih bervariasi yaitu sebagai pegawai swasta, PNS atau wirausaha. Sebagian besar responden bekerja sebagai PNS.

(15)

Kelompok responden berpendidikan Perguruan Tinggi berusia antara 27 – 40 tahun, umumnya di atas usia 30 tahun. Usia yang masih produktif. Tidak terdapat perbedaan antara pekerjaan responden wanita dan pria. Responden kelompok ini bekerja sebagai PNS, pegawai swasta dan wirausaha. Sebagian besar bekerja sebagai PNS.

4.3 Dampak Pemekaran terhadap Pembangunan Pertanian Kota Cimahi

4.4

a. Pertumbuhan Sektor Pertanian Mengalami Penurunan

Pada saat pemekaran (Tahun 2001), laju pertumbuhan sebesar 4.254 persen. Setahun setelah pemekaran laju mengalami penurunan menjadi sebesar 4.033 persen. Penurunan terjadi karena proses adaptasi pemekaran. Tahun berikutnya pertumbuhan

ekonomi naik menjadi 4.171 persen, sekalipun mengalami peningkatan namun laju belum sebesar sebelum pemekaran. Tahun 2004 laju mengalami meningkat menjadi 4,353 persen dan terus mengalami peningkatan menjadi sebesar 4.56 persen dan 4.804 persen di tahun – tahun berikutnya. Berarti pada Tahun 2004 – 2006 laju pertumbuhan sudah melebihi sebelum pemekaran.

Kalau dibandingkan, laju pertumbuhan ekonomi daerah otonom baru di bawah daerah induk. Artinya kinerja daerah otonom baru belum seperti daerah induknya.

Proporsi setiap sektor sebelum maupun setelah pemekaran relatif sama. Industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar sementara kontribusi kedua disumbang sektor perdagangan.

Gambar 1 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Cimahi

LAJU PERTUMBUHAN PDRB KOTA CIMAHI TAHUN 2000-2006

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 TAHUN P E R S E N 1. Pertanian

2. Pertambangan Dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, Dan Air Bersih 5. Banguna/konstruksi 6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran

7. Pengangkutan Dan Komunikasi 8. Keuangan Dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa PDRB Sumber data : BPS Kota Cimahi (Tahun 2002 - 2007)

Kalau membandingkan laju pertumbuhan tahun 2001 dan 2006

(16)

(gambar 1) terlihat bahwa enam sektor mengalami penurunan. Sektor yang mengalami penurunan yakni sektor pertanian, industri, pertambangan, lisrik, keuangan dan jasa. Penurunan terbesar dialami sektor pertambangan dan penggalian. Sektor yang mengalami peningkatan yakni sektor bangunan, perdagangan dan pengangkutan. Kenaikan terbesar dialami sektor perdagangan.

b. Kontribusi Sektor Pertanian dalam PDRB Kota Cimahi semakin kecil

Sektor ini merupakan gabungan dari sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Besarnya PDRB sektor pertanian Tahun 2000 – 2006 dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. PDRB Sektor Pertanian Kota Cimahi Tahun 2000 - 2006

6,500.00 7,000.00 7,500.00 8,000.00 8,500.00 9,000.00 9,500.00 1

PDRB SEKTOR PERTANIAN KOTA CIMAHI TAHUN 2000 - 2006

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Sumber data : BPS Kota Cimahi (Tahun 2002 – 2007

Sekalipun nilai PDRB sektor pertanian meningkat terus, namun kontribusinya dalam PDRB Kota Cimahi semakin kecil, yakni sekitar 0,2 persen. Tahun 2000 sub sektor tanaman pangan memiliki kontribusi terbesar dalam sektor pertanian yakni sebesar 53 persen. Kontribusi terkecil berasal dari sub sektor perkebunan yakni sebesar 1,3 persen. Tahun 2006 kontribusi terbesar tetap berasal dari sub sektor tanaman pangan yakni sebesar 52,4 persen. Sub sektor perkebunan tetap sebagai penyumbang terkecil yakni sebesar 1,1 persen. Berarti sebelum dan setelah pemekaran

tidak terdapat perubahan dalam proporsi sub – sub sektor pertanian.

c. Alih Fungsi Lahan Pertanian ke non Pertanian

Setelah pemekaran terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Data BPS (2006) menunjukan 221 ha lahan pertanian telah beralih fungsi. Lahan tersebut merupakan lahan : beririgasi teknis (183 ha), irigasi setengah teknis (8 ha), tadah hujan (7ha) dan irigasi bukan PU (23 ha). Lahan pertanian yang beralih fungsi umumnya terletak di Kecamatan Cimahi tengah dan selatan.

Sebelum beralih fungsi, lahan tersebut ditanami : padi sawah (69 ha),

(17)

jagung (25 ha), ubi kayu (3 ha), ubi jalar (8 ha) dan tomat (16 ha). Tidak ditemukan data produksi tanaman lainnya.

d. Kesejahteraan Masyarakat Desa Belum Berubah

Salah satu tujuan pemekaran adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengukuran tingkat kesejahteraan umumnya dilakukan berdasarkan data sekunder. Angka – angka statistika terkadang memberikan informasi yang menyimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat semakin lebih baik, namun belum tentu dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Untuk melengkapi pengukuran tingkat kesejahteraan, perlu dilakukan berdasarkan persepsi masyarakat (responden)

Dalam penelitian ini kesejahteraan didekati melalui empat hal yaitu dampak pemekaran terhadap bidang ekonomi, pelayanan pemerintah, partisipasi masyarakat dan fasilitas umum.

1). Bidang ekonomi

Pengukuran dampak pemekaran terhadap bidang ekonomi didekati melalui tiga hal, yaitu pengaruhnya terhadap pendapatan, lowongan kerja dan kesempatan berusaha. Secara umum responden berpendapat pemekaran memiliki pengaruh positif terhadap perekonomian dengan meningkatnya pendapatan, bertambahnya lowongan kerja dan meningkatnya kesempatan berusaha. Namun perubahan tersebut baru dinikmati responden berpendidikan SMA dan perguruan tinggi terutama yang tinggal di Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan.

Sebanyak 24 orang (50%) menjawab mengalami peningkatan pendapatan, 12 orang responden tidak mengalami perubahan (25%) pendapatan dan sisanya mengalami penurunan pendapatan. Yang mengalami kenaikan pendapatan umumnya responden berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi. Sebagian besar tinggal di Kecamatan Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan. Tanggapan responden terhadap perubahan pendapatan dapat dilihat

pada tabel 1.

Tabel 1. Tanggapan Responden terhadap Perubahan Pendapatan Jawaban

Kecamatan Cimahi Jumlah

Responden

(org) %

Utara Tengah Selatan

Turun 4 4 4 12 25

Tetap 6 2 4 12 25

Naik 6 10 8 24 50

Jumlah Responden 16 16 16 48 100

Sumber data : data primer (Tahun 2009)

Sebagian besar responden berpendapat terdapat peningkatan lowongan kerja. Namun bagi responden yang berpendidikan SD, mereka menilai pemekaran justru menurunkan tingkat lowongan kerja.

Responden berpendidikan SMP menilai belum terdapat perubahan dalam lowongan kerja. Tanggapan responden terhadap perubahan lowongan kerja dapat dilihat pada tabel 2.

(18)

Tabel 2. Tanggapan Responden terhadap Perubahan Lowongan Kerja Jawaban

Kecamatan Cimahi Jumlah Responden

(org) %

Utara Tengah Selatan

Turun 4 4 4 12 25

Tetap 6 2 4 12 25

Naik 6 10 8 24 50

Jumlah Responden 16 16 16 48 100

Sumber data : data primer (Tahun 2009)

Sebagian besar responden (20 orang ) berpendapat terdapat peningkatan kesempatan berusaha, 16 orang menilai tidak terdapat perubahan. Yang menjawab terdapat peningkatan kesempatan berusaha

adalah responden yang tinggal di Kecamatan Cimahi Tengah dan berpendidikan SMA dan Perguruan tinggi. Tanggapan responden terhadap perubahan kesempatan berusaha dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Tanggapan Responden terhadap Perubahan Kesempatan Berusaha Jawaban

Kecamatan Cimahi Jumlah Responden

(org) %

Utara Tengah Selatan

Turun 4 4 4 12 25.00

Tetap 8 2 6 16 33.33

Naik 4 10 6 20 41.67

Jumlah responden 16 16 16 48 100

Sumber data : data primer (Tahun 2009)

2). Pelayanan Pemerintah

Indikator pelayanan pemerintah didekati dari layanan administrasi kependudukan (KTP, KK, IMB dll) dan administrasi usaha

(terkait izin pendirian usaha). Umumnya responden berpendapat pemekaran telah meningkatan pelayanan pemerintah.

Sebagian besar responden (39 orang ) menjawab pelayanan pemerintah dalam administrasi

kependudukan semakin baik dan sisanya menjawab belum ada perubahan. Tidak ada respoden yang berpendapat pelayanan pemerintah semakin menurun. Yang menjawab tidak terdapat perubahan adalah responden berpendidikan SD dan tinggal di Kecamatan Cimahi selatan dan utara. Tanggapan responden terhadap perubahan pelayanan administrasi kependudukan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 . Tanggapan Responden terhadap Perubahan Pelayanan Adm Kependudukan Jawaban

Kecamatan Cimahi Jumlah Responden

(org) %

Utara Tengah Selatan

Turun 0 0 0 0 0.00

Tetap 5 0 4 9 18.75

Naik 11 16 12 39 81.25

Jumlah 16 16 16 48 100

Sumber data : data primer (Tahun 2009)

(19)

Tiga puluh orang responden menjawab ada peningkatan dalam pelayanan izin usaha dan sisanya menjawab tidak terdapat perubahan. Yang menjawab terdapat peningkatan pelayanan izin usaha adalah responden berpendidikan SMA dan perguruan tinggi. Responden

yang berwirausaha dan berpendidikan SMP, umumnya tidak mengurus izin usaha. Sehingga mereka berpendapat tidak terdapat perubahan. Tanggapan responden terhadap perubahan pelayanan administrasi usaha terdapat dalam tabel 5.

Tabel 5. Tanggapan Responden terhadap Perubahan Pelayanan Administrasi Usaha Jawaban

Kecamatan Cimahi Jumlah Responden

(org) %

Utara Tengah Selatan

Turun 0 0 0 0 0.00

Tetap 5 5 8 18 37.50

Naik 11 11 8 30 62.50

Jumlah responden 16 16 16 48 100

Sumber data : data primer (Tahun 2009)

3). Partisipasi Masyarakat

Dampak pemekaran terhadap partisipasi masyarakat didekati melalui realisasi usulan program dari masyarakat, kesempatan mengkritik pemerintah, keterlibatan dalam program pendidikan, kesehatan dan pengentasan kemiskinan. Sebagian besar responden berpendapat belum terdapat perubahan dalam partisipasi masyarakat.

Lima puluh delapan persen lebih respoden berpendapat terdapat peningkatan dalam realisasi usulan program dari masyarakat. Namun masih terbatas pada realisasi pembangunan kelurahan. Responden yang berpendapat demikian berpendidikan SMA dan perguruan tinggi. Tanggapan responden terhadap perubahan realisasi usulan program dari masyarakat terdapat dalam tabel 6.

Tabel 6. Tanggapan Responden terhadap Perubahan Realisasi Usulan Prog Dari Masyarakat Jawaban

Kecamatan Cimahi Jumlah responden

(org) %

Utara Tengah Selatan

Turun 0 0 0 0 0.00

Tetap 10 8 10 28 58.33

Naik 6 8 6 20 41.67

Jumlah 16 16 16 48 100

Sumber data : data primer (Tahun 2009)

Sebagian besar responden (36 orang) menilai belum ada perubahan dalam partisipasi mengkritisi kinerja pemda. Sebagian lagi (12 orang) menjawab terdapat peningkatan kesempatan, yang menjawab demikian

adalah responden berpendidikan perguruan tinggi. Tanggapan terhadap perubahan partisipasi mengkritisi kinerja pemda dapat dilihat pada tabel 7.

(20)

Tabel 7. Tanggapan Responden terhadap Perubahan Partisipasi Mengkritisi Kinerja Pemda Jawaban

Kecamatan Cimahi Jumlah Responden

(org) %

Utara Tengah Selatan

Turun 0 0 0 0 0.00

Tetap 12 12 12 36 75.00

Naik 4 4 4 12 25.00

Jumlah 16 16 16 48 100

Sumber data : data primer (Tahun 2009)

Dua puluh tujuh responden menjawab belum terdapat perubahan dalam program pendidikan, kalaupun ada baru dinikmati 9 responden. Sisanya menjawab terdapat penurunan

dalam program pendidikan. Yang menjawab demikian adalah responden berpendidikan SD karena mahalnya biaya pendidikan.

Tabel 8. Tanggapan Responden terhadap Perubahan Partisipasi Program Pendidikan Jawaban

Kecamatan Cimahi Jumlah Responden

(org) %

Utara Tengah Selatan

Turun 4 4 4 12 25.00

Tetap 10 8 9 27 56.25

Naik 2 4 3 9 18.75

Jumlah responden 16 16 16 48 100

Sumber data : data primer (Tahun 2009)

Lima puluh persen responden menjawab belum terdapat peningkatan dalam program kesehatan. Sisanya menjawab terjadi penurunan program kesehatan. Mahalnya biaya kesehatan

menjadi alasan penilaian tersebut. Tanggapan responden terhadap perubahan partisipasi program kesehatan dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Tanggapan Responden terhadap Perubahan Partisipasi Program Kesehatan Jawaban

Kecamatan Cimahi Jumlah Responden

(org) %

Utara Tengah Selatan

Turun 8 8 8 24 50.00

Tetap 8 8 8 24 50.00

Naik 0 0 0 0 0.00

Jumlah responden 16 16 16 48 100

Sumber data : data primer (Tahun 2009)

Sebagian besar responden (32 orang) menjawab belum terdapat perubahan dalam program pengentasan kemiskinan. Delapan orang menjawab terjadi peningkatan dan sisanya menjawab terjadi penurunan. Yang menjawab terjadi peningkatan adalah

responden berpendidikan perguruan tinggi. Sementara responden berpendidikan SD umumnya menjawab terjadi penurunan program kemiskinan. Tanggapan responden terhadap perubahan partisipasi

(21)

program pengentasan kemiskinan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Tanggapan Responden thdp Perubahan Partisipasi Prog Pengentasan Kemiskinan Jawaban

Kecamatan Cimahi Jumlah Responden

(org) %

Utara Tengah Selatan

Turun 4 2 2 8 16.67

Tetap 9 9 14 32 66.67

Naik 3 5 0 8 16.67

Jumlah responden 16 16 16 48 100

Sumber data : data primer (Tahun 2009)

4.) Fasilitas Umum

Pemekaran diharapan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas umum. Fasilitas umum yang dimaksud yakni jalan, air bersih, listrik, irigasi, sekolah, fasilitas kesehatan,

transportasi, terminal dan pasar. Terdapat peningkatan pada fasilitas umum, sehingga sebagian besar responden menilai sejak pemekaran Kota Cimahi semakin bagus kondisinya.

Tabel 11. Tanggapan Responden terhadap Perubahan Infrastruktur setelah pemekaran Jawaban

Kecamatan Cimahi Jumlah Responden

(org) %

Utara Tengah Selatan

Turun 4 1 2 7 14.58

Tetap 4 5 7 16 33.33

Naik 8 10 7 25 52.08

Jumlah 16 16 16 48 100

Sumber data :data primer (Tahun 2009)

4.4 Pembahasan

Pemekaran wilayah telah memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan struktur ekonomi. Setelah pemekaran, pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik. Selain jumlah PDRB setiap tahunnya meningkat, laju pertumbuhannya pun cenderung meningkat. Namun nilai PDRB Kota Cimahi masih jauh di bawah nilai PDRB Kab. Bandung. Laju pertumbuhan PDRB Kota Cimahi juga di bawah laju pertumbuhan PDRB Kab. Bandung.

Kontribusi terbesar dalam PDRB berasal dari sektor industri pengolahan, yakni sebesar 61 persen. Ini menunjukan bahwa Kota Cimahi merupakan kota industri. Strategi ini

sudah dicanangkan sebelum pemekaran dan masih dilakukan sampai kini. Karena itu sektor industri tetap memimpin perekonomian sampai sekarang.

Setelah pemekaran lima sektor mengalami penurunan laju pertumbuhan, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor keuangan. Bahkan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian hanya sampai Tahun 2002. Penurunan laju pertumbuhan sektor pertanian diakibatkan berkurangnya lahan pertanian. Pemekaran membutuhkan sejumlah lahan pertanian untuk dijadikan perkantoran, perumahan, pertokoan dan kebutuhan lainnya.

(22)

Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menurunkan daya beli masyarakat. Ini menyebabkan penurunan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor keuangan. Sementara hilangkan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian karena sudah habisnya sumberdaya alam yang dimiliki Kota Cimahi.

Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian pada dasarnya merupakan respon perubahan kebijakan ekonomi. Konversi lahan pertanian pada hakekatnya tidak hanya menyangkut hilangnya peluang memproduksi pangan tetapi menyangkut substansi permasalahan kesempatan usaha dan berusaha, pendapatan petani dan keadilan sosial. Disinilah sumber permasalahan yang patut mendapat perhatian dengan seksama (Sumaryanto, Hermanto, E. Pasandaran, 1995)

Meningkatnya aktifitas pemerintah dan perekonomian telah meningkatkan pendapatan, kesempatan kerja dan berusaha sebagian masyarakat. Hanya masyarakat berpendidikan baik yang mampu menangkap peluang tersebut. Harus ada perubahan, agar pemekaran dapat dinikmati semua lapisan masyarakat.

Pemekaran telah mendekatkan pemerintah kepada masyarakat, hal ini dilihat dari meningkatnya pelayanan kepada masyarakat dan mulai terbukanya kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Pelayanan administrasi kependudukan dan perizinan usaha menjadi lebih mudah. Selain letak kantor pemda yang lebih dekat, pemda juga berusaha meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kesempatan berpartisipasi baru terealisasi dalam usulan pembangunan kelurahan.

Pemekaran yang baru berusia tujuh tahun, masih sibuk berbenah dalam pembangunan sarana dan prasarana. Sehingga program pendidikan, kesehatan dan pengentasan kemiskinan belum banyak dilakukan.

Pembangunan sarana dan prasarana telah membuat kondisi Kota Cimahi lebih baik setelah pemekaran. Beberapa fasilitas umum dinilai lebih baik setelah pemekaran. Fasiltas tersebut yaitu jalan, listrik, sekolah (SD) dan pasar. Hal ini karena alokasi dana sarana pelayanan umum untuk bidang pendidikan dan infra struktur cukup besar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dampak pemekaran terhadap pembangunan pertanian Kota Cimahi berupa :

a. Pertumbuhan sektor pertanian mengalami penurunan.

b. Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB Kota Cimahi semakin kecil.

c. Terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang menyebabkan produksi hasil pertanian mengalami penurunan dan hilangnya sebagian fasilitas irigasi.

d. Kesejahteraan masyarakat desa belum mengalami perubahan.

5.2 Saran

1. Pembangunan pertanian harus lebih ditingkatkan. Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian harus dihindari, mengingat pentingnya fungsi lahan pertanian.

2. Manfaat pemekaran harus dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, program pendidikan,

22

(23)

kesehatan dan mengentasan kemiskinan harus lebih

ditingkatkan.

3. Kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi lebih ditingkatkan, agar pembangunan sesuai dengan keinginan masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan

mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Agusniar, A. 2006. Analisis Dampak

Pemekaran Wilayah terhadap Perekonomian Wilayah dan Kesejahteraan

Masyarakat (Tesis). Bogor : Pascasarjana IPB.

Anonymous, Peraturan Pemerintah

Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah.

_______. Undang – undang Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

_______. Undang – undang Republik

Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan

dan Pembangunan Ekonomi Daerah.

Jogjakarta : PT. BPFE.

BPS. 2006. Profil Pemerintah Kota Cimahi. _______. 2002. 2006. Kota Cimahi

dalam Angka.

Rustiadi, E, S. Saefulhakim dan D.R. Panuju. 2004. Diktat Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor : Fakultas

Pertanian IPB.

Sumaryanto, Hermanto, E. Pasandaran. 1995. Dampak

Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap Pelestarian Swasembada Beras dan Sosial Ekonomi Pertanian. Makalah Lokakarya

Persaingan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air : Dampaknya Terhadap Keberlanjutan Swasembada Pangan. Bogor

(24)

Biologi Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan Lampam

(

Barbonymus schwanenfeldii

) Di Sungai Musi, Sumatera

Selatan

Budi Setiawan, S.Pi dan

R. Selfi Nendris Sulistiawan, S.Pi

RINGKASAN

Ikan lampam yang tertangkap selama penelitian berjumlah 425 ekor terdiri atas 238 ekor (56%) ikan jantan dan 187 ekor (44%) ikan betina, panjang total berkisar antara 51-280 mm. Nisbah kelamin ikan jantan dan ikan betina 1,27:1. Pola pertumbuhan ikan lampam jantan dan betina adalah allometrik positif. Nilai kisaran faktor kondisi ikan lampam jantan (0,98–1,07) lebih besar daripada ikan betina (0,95–1,01). Ikan lampam jantan dan betina pertama kali matang gonad berada pada selang ukuran panjang 97–119 mm. Kisaran nilai IKG ikan betina lebih besar (0,863%-9,347%) daripada ikan jantan (0,506%-2,826%). Fekunditas ikan lampam berkisar antara 1.393-7.826 butir dan rata-rata fekunditas per ekor ikan 5.096 butir telur. Sebaran diameter telur ikan lampam membentuk satu puncak pada TKG III dan IV, dapat diduga bahwa pola pemijahannya bersifat total spawner.

ABSTRACT

Lampam fish caught during the study amounted to 425 tail consisting of 238 individuals (56%) male and 187 fish tail (44%) female fish, total length ranges from 51-280 mm. Sex ratio of male fish and female fish 1,27:1. Lampam growth patterns of male and female fish were positive allometrik. Value range lampam male fish condition factor (0.98 to 1.07) greater than female fish (0.95 to 1.01). Fish lampam first male and female gonads are mature at a length of 97-119 mm hose. The range of values IKG larger female fish (0.863% -9.347%) than male fish (0.506% -2.826%). Lampam fish fecundity ranged between 1393-7826 points and the average fecundity per fish eggs5096. Diameter distribution of fish eggs lampam form a single peak at TKG III and IV,can be presumed that the spawning pattern is total spawner.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sungai Musi terletak di Pulau Sumatera. Daerah aliran Sungai Musi terletak diantara 1˚40’ sampai 5˚ Lintang Selatan (LS) 102˚7’ sampai

108˚ Bujur Timur (BT). Daerah Aliran Sungai Musi bagian tengah yang sebagian besar merupakan daerah rawa banjiran adalah daerah produksi ikan utama di propinsi Sumatera Selatan dengan potensi perikanannya sebesar 50 kg/ha/th. Ikan Lampam (B.

schwanenfeldii) termasuk salah satu hasil

Biologi Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan Lampam (Barbonymus schwanenfeldii) Di Sungai Musi, Sumatera Selatan, Budi Setiawan, S.Pi dan R. Selfi Nendris Sulistiawan, S.Pi 24

(25)

perikanan yang ditemukan di perairan tersebut.

Permasalahan yang timbul dewasa ini adalah punahnya berbagai jenis ikan di Sungai Musi. Kecenderungan penangkapan ikan yang dilakukan nelayan kurang memperhatikan kelestarian sumberdayanya seperti penangkapan dengan aliran listrik (strum) dan penggunaan racun (obat potas), sehingga dapat menyebabkan penurunan hasil tangkapan dan hal ini dikhawatirkan dapat terjadinya penurunan populasi. Salah satu upaya pencegahan penurunan populasi maka dibutuhkan suatu informasi biologi reproduksi dan kebisaan makanan yang dapat menunjang pengelolaan dan pengembangan ikan lampam termasuk upaya ke arah domestikasi.

Perumusan Masalah

Kepunahan berbagai jenis ikan di Sungai Musi mengancam keberadaan serta kelestarian ikan yang hidup di perairan tersebut. Kepunahan dapat terjadi akibat dari alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan tidak selektf serta penangkapan yang dilakukan secara terus menerus. Selain itu, belum adanya budidaya ikan lampam. Oleh karenanya diperlukan pengelolaan sumberdaya perikanan ikan lampam. Aspek biologi reproduksi dan studi kebiasaan makanan merupakan informasi mendasar bagi upaya pengelolaan dan pengembangan ikan tersebut. Sehingga dapat mencegah terjadinya kepunahan ikan tersebut.

Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan mengetahui aspek reproduksi ikan lampam (B. schwanenfeldii) mencakup faktor nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, diameter telur dan pola pemijahan serta mengetahui jenis-jenis organisme yang menjadi makanan dan kebiasaan makan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dalam pengelolaan, baik untuk kepentingan budidaya maupun untuk perikanan tangkap yang optimal dan lestari.

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di perairan Sungai Musi yang terletak di Propinsi Sumatera Selatan dengan pengambilan stasiun sebanyak 62 titik. Pengambilan ikan contoh dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada bulan Januari 2011, Maret 2011 dan Mei 2011. Analisis terhadap ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Ikan Fakultas Pertanian Universitas Suryakancana Cianjur.

Prosedur Kerja

Ikan contoh yang telah diawetkan di dalam larutan formalin 10% dibedah dengan menggunakan gunting bedah, dimulai dari anus menuju bagian atas perut di bawah garis linea lateralis dan menyusuri garis linea lateralis sampai ke bagian belakang operculum kemudian ke arah central hingga ke dasar perut. Otot dibuka sehingga organ dalam ikan dapat terlihat dan jenis kelamin dapat

(26)

ditentukan dengan melihat morfologi gonad menggunakan metode menurut Siregar (1991) in Yustina dan Arnentis, 2002. Gonad dan saluran pencernaan dipisahkan dari organ dalam lainnya lalu diawetkan dengan larutan formalin 4%.

Saluran pencernaan dikeringkan dari larutan pengawet (formalin), isi usus dipisahkan dari daging usus melalui pengerikan dan ditimbang berat makanan yang telah dikeluarkan dari saluran pencernaan, kemudian diencerkan dengan akuades sebanyak 10 ml. Analisis makanan meliputi jenis dan jumlah makanan dilakukan dengan mengambil 1 ml dari usus yang telah diencerkan diletakkan pada SRC, lalu diamati dan volume jenis-jenis organisme makanan yang ada. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x10, menggunakan metode sensus dengan tanpa ulangan dan organisme makanan diidentifikasi.

Analisis Data

Hubungan Panjang-Berat

Hubungan panjang dan berat menggunakan rumus Hile (1963) in Effendie (1979) yaitu sebagai berikut : W = aLb

Keterangan :

W = Berat tubuh ikan (gram) L = Panjang tubuh ikan a dan b = Konstanta

Dari persamaan tersebut dapat diketahui pola pertumbuhan panjang dan berat ikan

tersebut. Jika didapatkan nilai b=3, berarti pertumbuhan ikan seimbang antara pertumbuhan panjang dengan pertumbuhan beratnya (isometrik). Akan tetapi, jika nilai b<3 berarti pertambahan panjangnya lebih dominan dari pada pertambahan beratnya (alometrik negatif) dan jika b>3, maka pertambahan beratnya lebih dominan dari pertambahan panjangnya (alometrik positif).

Faktor Kondisi

Faktor kondisi (K) berdasarkan pada panjang dan berat ikan contoh. Ikan memiliki pertumbuhan yang bersifat isometrik apabila nilai b=3, maka faktor kondisi menggunakan rumus dengan persamaan (Effendi 1979) : 3 5

10

L

W

K 

Keterangan :

K(TI) = faktor kondisi

W = berat rata-rata ikan dalam satu kelas (gram)

L = panjang rata-rata ikan dalam satu kelas (mm)

Ikan yang mempunyai pertumbuhan yang bersifat allometrik apabila b≠3, maka persamaan yang digunakan adalah : b

aL

W

K 

Keterangan : K = faktor kondisi

Biologi Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan Lampam (Barbonymus schwanenfeldii) Di Sungai Musi, Sumatera Selatan, Budi Setiawan, S.Pi dan R. Selfi Nendris Sulistiawan, S.Pi 26

(27)

W = berat rata-rata ikan satu kelas (gram)

L = panjang total rata-rata satu kelas (mm)

a dan b = konstanta dari regresi

Aspek Reproduksi Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan jantan dan ikan betina.

F

M

Rk 

Keterangan : Rk = rasio kelamin

M = jumlah ikan jantan (ekor) F = jumlah ikan betina (ekor)

Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Tingkat kematangan gonad ditentukan dengan menggunakan standar tingkat kematangan gonad secara morfologi dari ikan kapiek (Puntius schwanefeldi, Bleeker) modifikasi dari Siregar (1991) in Yustina dan Arnentis (2002) dan secara histology.

Metode yang digunakan untuk menduga ukuran rata-rata ikan lampam pertama kali matang gonad yaitu metode Spearman-Karber (Udupa in Yulianti, 2003):

xk

x

x

pi

m

2

        ) 1 ( ) * ( * 2 * 96 , 1 log ni qi pi X m anti Keterangan :

m = log panjang ikan pada kematangan gonad pertama

xk = log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad

x = log pertambahan panjang pada nilai tengah

pi = proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i

ni = jumlah ikan pada kelas panjang ke-i

qi = 1 – pi

M = panjang ikan pertama kali matang gonad sebesar antilog m,

Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Nilai indeks kematangan gonad (IKG) dapat diketahui dengan menggunakan rumus menurut Effendi (1979) :

%

100

W

Bg

IKG

Keterangan :

IKG = indeks kematangan gonad Bg = berat gonad (gram) W = berat tubuh total (gram)

(28)

Fekunditas

Fekunditas dihitung dengan menggunakan metode gravimetrik dan rumus yang dipakai menurut Effendi (1979) adalah : Q GxVxX F  Keterangan : F = fekunditas (butir) G = berat gonad (gram) V = volume pengenceran (ml) X = berat telur contoh (gram) Q = jumlah telur (butir)

Aspek Kebiasaan Makanan

Indeks Kepenuhan Lambung

(Index of Stomach Content)

Konsumsi pakan ikan (ISC) dapat mendeskripsikan aktivitas makanan ikan dengan mengetahui keadaan isi lambung. Indeks isi lambung bertujuan untuk mengetahui persentase konsumsi pakan ikan contoh yang dievaluasi dengan menggunakan rumus perhitungan menurut Sphatura dan Gophen, 1982

in Sulistiono, 1998 yaitu : 100 (%) X BW SCW ISC        Keterangan :

ISC = persentase konsumsi pakan relatif (%)

SCW = berat isi lambung (gr)

BW = berat individu ikan (gr)

Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance)

Menurut Natarajan dan Jhingran (1961) in Effendie (1979),

Index of Preponderance (Indeks Bagian

Terbesar) merupakan gabungan dari metode frekuensi kejadian dengan metode volumetrik dengan perumusan sebagai berikut :

Keterangan :

Vi = persentase volume satu macam makanan

Oi = persentase frekuensi keadaan satu macam makanan ΣvixOi = jumlah VixOi dari semua

macam makanan Ii = Index of Preponderance

Untuk menganalisis kebiasaan makanan pada ikan, maka urutan makanan dibedakan dalam tiga kategori berdasarkan persentase Index of

Preponderance (IP), yaitu :

IP > 40 % : Makanan utama 4%≤ IP≤40% : Makanan pelengkap IP < 4 % : Makanan tambahan

Luas Relung Makanan

Luas relung makanan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat selektivitas kelompok ukuran ikan antara spesies yang sejenis. Nilai tumpang tindih relung makanan

100

Vi

Oi

Oi

Vi

Ii

Biologi Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan Lampam (Barbonymus schwanenfeldii) Di Sungai Musi, Sumatera Selatan, Budi Setiawan, S.Pi dan R. Selfi Nendris Sulistiawan, S.Pi 28

Gambar

Gambar 1. Grafik Pengaruh Dosis Bioaktivator Gliocladium sp terhadap Tinggi Tanaman Kedelai
Gambar 2. Grafik Pengaruh Dosis Bioaktivator Gliocladium sp terhadap Jumlah Daun Tanaman Kedelai
Tabel 6. Pengaruh Dosis Bioaktivator  Gliocladium sp  terhadap Berat Kering Tanaman Kedelai
Gambar 1  Laju Pertumbuhan PDRB Kota Cimahi  LAJU PERTUMBUHAN PDRB KOTA CIMAHI TAHUN 2000-2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, cabang produktif, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian biourine sapi dengan konsentrasi 600 ml/l + 100% dosis anjuran pupuk dasar mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah daun, jumlah buku

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asam askorbat nyata meningkatkan bobot 100 butir, tinggi tanaman umur 2, 6 dan 8 MST serta jumlah cabang produktif dimana hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian asam askorbat250 ppm berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong berisi pertanaman, produksi pertanaman dan bobot 100

Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu dan Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L.(Merill)).. Pemberian Bokashi dengan Dosis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jenis pupuk kotoran kambing mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, didapatkan konsentrasi terbaik yaitu 40 ml/l air Bioboost® pada parameter jumlah daun 36,70 helai, berat segar polong

Berdasarkan hasil penelitian bahwa perlakuan pemberian limbah cair tahu dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50, dan60 ml L -1 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan tanpa pemberian