PENGARUH WAKTU APLIKASI DAN PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS KOMPOS AZOLLA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merrill)
SKRIPSI
Oleh: ARY WIBOWO
050301041/BDP AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH WAKTU APLIKASI DAN PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS KOMPOS AZOLLA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merrill)
SKRIPSI
OLEH :
ARY WIBOWO
050301041/BDP AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
Judul Skripsi : Pengaruh Waktu Aplikasi Dan Pemberian Berbagai Dosis Kompos Azolla Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine Max (L) Merrill)
Nama : Ary Wibowo NIM : 050301041
Departemen : Budidaya Pertanian Pogram Studi : Agronomi
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Rosita Sipayung, MP) (Ir. Sanggam Silitonga)
Mengetahui,
Prof. Edison Purba, Ph.D
ABSTRAK
ARY WIBOWO : Pengaruh waktu aplikasi dan pemberian berbagai dosis kompos azolla terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine
max (L) Merrill), dibimbing oleh ROSITA SIPAYUNG dan SANGGAM
SILITONGA.
Untuk itu suatu penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada bulan Maret sampai Juli 2010 menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor yaitu waktu aplikasi kompos azolla (21, 14, 7 hari sebelum tanam dan saat tanam) dan berbagai dosis kompos azolla (0, 20, 40, 60 g kompos azolla per tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, berat kering akar, berat basah akar saat panen, berat kering akar saat panen, bobot kering 100 biji, produksi per tanaman, dan produksi per plot.
Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan waktu aplikasi kompos azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot basah akar dan bobot100 biji. Pemberian berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, cabang produktif, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot basah akar saat panen, bobot kering saat panen, bobot kering 100 biji, produksi biji persampel dan produksi biji pertanaman. Sedangkan Interaksi antara perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering 100 biji.
ABSTRACT
ARY WIBOWO: The effect in growth and production of soybean (Glycine max L.) to the time application and the addition variant of
doses of azolla compost, supervised by ROSITA SIPAYUNG and SANGGAM SILITONGA.
Therefore, a research had been conducted at experimental field of College of Agriculture USU (± 25 m asl.) in March until July 2010 using factorial randomized block design with two factor, i.e. time application of azolla compost (21, 14, 7 day before planted and when planted) and variant doses of azolla compost (0, 2 0, 40, 60 g per plant). Parameters measured were plant’s height, numbers of leaf, numbers productive branch, shoot wet weight, shoot dry weight, root wet weight, root dry weight, root wet weight after harvest time, root dry weight after harvest time, yield of each plant, yield of each block, the dry weight of one hundred seeds.
The result showed that the treatment of time application of azolla compost were significantly impact plant’s height, root wet weight and the dry weight of one hundred seeds. Treatment of variant doses of azolla compost significantly impact plant’s height, numbers of leaf, numbers productive branch, shoot wet weight, shoot dry weight, root wet weight, root dry weight, root wet weight after harvest time, root dry weight after harvest time, yield of each plant, yield of each block, the dry weight of one hundred seeds. The interaction between the treatment of time application of azolla compost and the variant doses of azolla compost significantly impact to the numbers of leaf, root wet weight and the dry weight of one hundred seeds.
RIWAYAT HIDUP
Ary Wibowo lahir di Medan pada tanggal 13 Januari 1985 merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara, putra dari Ayahanda Suwirman dan Ibunda
Ratnawati.
Tahun 2004 penulis lulus SMA Negeri 13 Medan, dan pada tahun 2005
masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agronomi Departemen
Budidaya Pertanian.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN II kebun
Sawit Seberang, Kabupaten Langkat pada bulan Juli –Agustus 2009. Penulis
pernah mengikuti Training Organisasi Profesi Mahasiswa (TOPMA) HIMADITA
pada tahun 2006, Masa Orientasi Perkenalan (MOP) HmI Kom’s Pertanian USU
pada tahun 2007, Basic Training I (LK I) HmI Cab. Medan pada tahun 2008. Saat
ini penulis aktif di Badan Kenaziran Mesjid Jami’ Aur sebagai Sekretaris Umum
dan organisasi masyarakat Nasional Demokrat kecamatan Medan Maimun bidang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul ” Pengaruh waktu aplikasi dan pemberian kompos azolla terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max (l) merrill) ”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Ir. Rosita Sipayung, MP dan Bapak Ir. Sanggam Silitonga selaku komisi
pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam
menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Suwirman dan Ibunda
Ratnawati atas segala kasih sayang, nasehat, motivasi serta do’anya. Ungkapan
senada penulis sampaikan untuk abanganda tercinta Rahmad Doni, SH, M.Hum,
Hendra Jaya, Hendri Syahputra, Rahmadi dan Adik-adik tercinta Ramdania, SH
dan Sajidah atas do’a dan dukungannya. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada adinda Irma Yana, kawan-kawan Armyplant 05, stambuk 2005
se-Pertanian, adik-adik BDP dan se-Pertanian stambuk 2008, 2009 AET, kawan –
kawan seperjuangan HmI Kom’s Pertanian USU, bang Zhiboer, bang Jiweng,
bang Boim, Babet, bapak H. Salamuddin selaku ketua umum beserta seluruh
pengurus BKM-JA priode 2009-2011 atas segala bantuan, dukungan dan do’anya,
Yakin Usaha Sampai.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR ISI
Hipotesa Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 6
Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai ... 7
Kompos Azolla ... 9
Waktu Aplikasi Kompos Azolla ... 11
METODE PENELITIAN Tempat dan waktu penelitian ... 13
Bahan dan alat ... 13
Metode Penelitian ... 14
Pengamatan Parameter ... 15
Tinggi tanaman (cm) ... 15
Jumlah daun (helai) ... 16
Jumlah cabang produktif (cabang) ... 16
Bobot basah tajuk (g) ... 16
Bobot basah akar (g) ... 16
Bobot kering tajuk (g)... 16
Bobot kering akar (g) ... 16
Bobot basah akar (g) saat panen ... 17
Bobot kering akar (g) saat panen... 17
Produksi biji per sampel (g) ... 17
Produksi biji per plot (g) ... 17
Bobot kering 100 biji (g) ... 17
Pengapuran ... 18
Penyiapan media ... 18
Aplikasi kompos azolla ... 18
Penanaman ... 19
Penyiraman ... 19
Penjarangan ... 19
Pemupukan ... 19
Penyiangan ... 19
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19
Panen ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 49
Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Rataan tinggi tanaman umur 2 MST (cm) pada perlakuan waktu
aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 22
2. Rataan tinggi tanaman umur 4 MST (cm) pada perlakuan waktu
aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 23
3. Rataan tinggi tanaman umur 5 MST (cm) pada perlakuan waktu
aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 24
4. Rataan jumlah daun 4 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 26
5. Rataan jumlah daun 5 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 27
6. Rataan jumlah daun 6 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 29
7. Rataan jumlah cabang produktif (cabang) pada perlakuan waktu
aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 31
8. Rataan bobot basah tajuk (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos
azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 33
9. Rataan bobot basah akar (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos
azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 35
10.Rataan bobot kering tajuk (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos
azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 37
11.Rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos
azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 38
12.Rataan bobot basah akar (g) saat panen pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 40
13.Rataan bobot kering akar (g) saat panen pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 41
14.Rataan produksi biji per sampel (g) pada perlakuan waktu aplikasi
15.Rataan produksi biji per plot (g) pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 44
16.Rataan bobot kering 100 biji (g) pada perlakuan waktu aplikasi
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Hubungan tinggi tanaman umur 2 MST dan berbagai dosis kompos azolla ... 22
2. Hubungan tinggi tanaman umur 4 MST dan waktu aplikasi kompos azolla ... 23
3. Hubungan tinggi tanaman umur 5 MST dan waktu aplikasi kompos azolla ... 24
4. Hubungan Jumlah daun umur 4 MST dan interaksi waktu aplikasi kompos azolla pada berbagai dosis kompos azolla ... 26
5. Hubungan Jumlah daun umur 4 MST dan interaksi berbagai dosis kompos azolla pada waktu aplikasi kompos azolla ... 27
6. Hubungan Jumlah daun umur 5 MST dan interaksi waktu aplikasi kompos azolla pada berbagai dosis kompos azolla ... 28
7. Hubungan Jumlah daun umur 5 MST dan interaksi berbagai dosis kompos azolla pada waktu aplikasi kompos azolla ... 28
8. Hubungan Jumlah daun umur 6 MST dan waktu aplikasi kompos azolla ... 30
9. Hubungan Jumlah daun umur 6 MST dan berbagai dosis kompos azolla ... 30
10.Hubungan cabang produktif dan berbagai dosis kompos azolla ... 32
11.Hubungan bobot basah tajuk dan berbagai dosis kompos azolla ... 34
12.Hubungan bobot basah akar dan interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 35
13.Hubungan bobot basah akar dan interaksi berbagai dosis kompos azolla dan waktu aplikasi kompos azolla ... 36
14.Hubungan bobot kering tajuk dan berbagai dosis kompos azolla ... 38
16.Hubungan bobot basah akar saat panen dan berbagai dosis kompos azolla ... 40
17.Hubungan bobot kering akar saat panen dan berbagai dosis kompos azolla ... 41
18.Hubungan produksi biji per sampel dan berbagai dosis kompos azolla ... 43
19.Hubungan produksi biji per plot dan berbagai dosis kompos azolla ... 45
20.Hubungan bobot basah akar dan interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST ... 53
2. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MST... 53
3. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST ... 54
4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST... 54
5. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST ... 55
6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST... 55
7. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST ... 56
8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST... 56
9. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST ... 57
10. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST... 57
11. Data pengamatan jumlah daun 2 MST ... 58
12. Daftar sidik ragam jumlah daun 2 MST ... 58
13. Data pengamatan jumlah daun 3 MST ... 59
14. Daftar sidik ragam jumlah daun 3 MST ... 59
15. Data pengamatan jumlah daun 4 MST ... 60
16. Daftar sidik ragam jumlah daun 4 MST ... 60
17. Data pengamatan jumlah daun 5 MST ... 61
18. Daftar sidik ragam jumlah daun 5 MST ... 61
19. Data pengamatan jumlah daun 6 MST ... 62
20. Daftar sidik ragam jumlah daun 6 MST ... 62
21. Data pengamatan jumlah cabang produktif... 63
23. Data pengamatan bobot basah tajuk ... 64
24. Daftar sidik ragam bobot basah tajuk ... 64
25. Data pengamatan bobot basah akar ... 65
26. Daftar sidik ragam bobot basah akar ... 65
27. Data pengamatan bobot kering tajuk ... 66
28. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk ... 66
29. Data pengamatan bobot kering akar ... 67
30. Daftar sidik ragam bobot kering akar ... 67
31. Data pengamatan bobot basah akar saat panen ... 68
32. Daftar sidik ragam bobot basah akar saat panen ... 68
33. Data pengamatan bobot kering akar saat panen ... 69
34. Daftar sidik ragam bobot kering akar saat panen ... 69
35. Data pengamatan produksi biji per sampel ... 70
36. Daftar sidik ragam produksi biji per sampel ... 70
37. Data pengamatan produksi biji per plot ... 71
38. Daftar sidik ragam produksi biji per plot ... 71
39. Data pengamatan bobot kering 100 biji ... 72
40. Daftar sidik ragam bobot kering 100 biji ... 72
41. Rangkuman uji beda rataan ... 73
42. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Anjasmoro ... 75
43. Hasil Analisis Tanah ... 76
44. Bagan Lahan Percobaan ... 77
45. Bagan tata letak polibeg dalam plot... 78
ABSTRAK
ARY WIBOWO : Pengaruh waktu aplikasi dan pemberian berbagai dosis kompos azolla terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine
max (L) Merrill), dibimbing oleh ROSITA SIPAYUNG dan SANGGAM
SILITONGA.
Untuk itu suatu penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada bulan Maret sampai Juli 2010 menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor yaitu waktu aplikasi kompos azolla (21, 14, 7 hari sebelum tanam dan saat tanam) dan berbagai dosis kompos azolla (0, 20, 40, 60 g kompos azolla per tanaman). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar, berat kering akar, berat basah akar saat panen, berat kering akar saat panen, bobot kering 100 biji, produksi per tanaman, dan produksi per plot.
Hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan waktu aplikasi kompos azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot basah akar dan bobot100 biji. Pemberian berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, cabang produktif, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot basah akar saat panen, bobot kering saat panen, bobot kering 100 biji, produksi biji persampel dan produksi biji pertanaman. Sedangkan Interaksi antara perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering 100 biji.
ABSTRACT
ARY WIBOWO: The effect in growth and production of soybean (Glycine max L.) to the time application and the addition variant of
doses of azolla compost, supervised by ROSITA SIPAYUNG and SANGGAM SILITONGA.
Therefore, a research had been conducted at experimental field of College of Agriculture USU (± 25 m asl.) in March until July 2010 using factorial randomized block design with two factor, i.e. time application of azolla compost (21, 14, 7 day before planted and when planted) and variant doses of azolla compost (0, 2 0, 40, 60 g per plant). Parameters measured were plant’s height, numbers of leaf, numbers productive branch, shoot wet weight, shoot dry weight, root wet weight, root dry weight, root wet weight after harvest time, root dry weight after harvest time, yield of each plant, yield of each block, the dry weight of one hundred seeds.
The result showed that the treatment of time application of azolla compost were significantly impact plant’s height, root wet weight and the dry weight of one hundred seeds. Treatment of variant doses of azolla compost significantly impact plant’s height, numbers of leaf, numbers productive branch, shoot wet weight, shoot dry weight, root wet weight, root dry weight, root wet weight after harvest time, root dry weight after harvest time, yield of each plant, yield of each block, the dry weight of one hundred seeds. The interaction between the treatment of time application of azolla compost and the variant doses of azolla compost significantly impact to the numbers of leaf, root wet weight and the dry weight of one hundred seeds.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L) Merrill) adalah salah satu tanaman pangan yang
telah lama diusahakan di Indonesia karena kedelai mempunyai peranan cukup
besar dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Komoditi tersebut merupakan
sumber protein nabati yang efesien (Sumarno dan Harnoto, 1983) dan juga
sumber protein yang menduduki tempat pertama diantara tanaman
kacang-kacangan .
Sebagai sumber utama protein nabati dan minyak biji yang dapat dimakan
kedelai tidak di ragukan lagi merupakan legume pangan terpenting di dunia.
Amerika serikat , Brazil, dan Cina adalah negara produsen terbesar. Pada tahun
1994 , AS menghasilkan sekitar 50% produksi dunia, yaitu 136 juta ton. Brazil
sekitar 25 juta ton, dan Cina 16 juta ton. Walaupun terutama di tanam untuk
menghasilkan biji kering, penggunaan biji muda secara luas, khususnya di Asia
timur, menyebabkan kedelai merupakan salah satu sayuran yang terpenting
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Produksi kedelai tahun 1992 merupakan puncaknya, karena mencapai 1,86
juta ton. Akan tetapi sejak 1993 produksinya terus menurun. Pada tahun 2003
tinggal 671.600 ton. Menurunnya produksi kedelai ini disebabkan oleh
menurunnya gairah petani untuk menanam kedelai. Masuknya kedelai impor
dengan harga murah, juga turut memicu penurunan minat akan budidaya ini.
Produksi kedelai untuk daerah Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 4.345
Penurunan ini disebabkan penurunan luas panen sebesar 2.564 atau 40.63% (BPS
Sumut, 2008). Melihat masalah diatas diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan
produksi kedelai Nasional dan Sumatera Utara khususnya, yakni dengan
penerapan teknologi budidaya yang memanfaatkan sumber daya sekitar.
Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan
hasil perombakan oleh fungi aktynomisetes, dan cacing tanah. Pupuk hijau
merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti
sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan
sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman,
kacang-kacangan, dan tanaman paku air azolla. Pupuk kandang merupakan
kotoran ternak (Tyasmoro, 2006).
Adanya bintil akar pada tanaman kedelai adalah penting untuk mencapai
hasil yang maksimal dan menghemat pupuk N. Bintil akar dapat disamakan
dengan pabrik alami karena di tempat itu terdapat bakteri rhizobium yang mampu
menambat N2 di udara. Pembentukan bintil akar dan penambatan N2 sangat
ditentukan oleh keserasian hubungan antara bakteri dan tanaman inang, keadaan
hara dan lingkungan tanah (Ngadiman, dkk, 1992).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai
adalah dengan penambahan bahan organik. Bahan organik yang diberikan dapat
berfungsi sebagai pengikat butiran-butiran tanah sehingga agregatnya menjadi
mantap. Keadaan ini berpengaruh terhadap porositas, daya penyimpanan, dan
penyediaan air serta aerase tanah. Perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
ini akan menjadikannya media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
Pada saat ini pupuk organik mulai popular dikalangan petani perkebunan
maupun masyarakat yang cinta terhadap lingkungan. Cukup banyak informasi dari
hasil penelitian bahwa kesuburan tanah dan hasil tanaman tidak dapat
ditingkatkan dengan hanya pupuk kimia saja. Pandangan umum saat ini bahwa
bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan kesuburan
fisik, kimia dan biologi tanah. Salah satu bahan organik ialah kompos.
Azolla adalah sejenis pakis (fern) air tawar yang hidup di kolam, danau,
rawa dan sungai kecil baik di kondisi daerah tropis maupun sub tropis. Untuk
berabad lamanya, azolla telah digunakan sebagai pupuk hijau di Cina Selatan dan
Vietnam Utara (Imanuddin, 2007).
Meski azolla sudah diperkenalkan dan dipopulerkan sejak awal tahun
1990-an, ternyata belum banyak petani yang memanfaatkan tanaman azolla
(Azolla pinnata) untuk usaha taninya. Padahal manfaat tanaman air yang satu
cukup banyak. Selain bisa untuk pupuk dan media tanaman hias, azolla juga bisa
dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan. Di Bali, azolla biasa dan sering
dijumpai terapung di perairan sawah dan kolam ikan. Karena dianggap gulma,
para petani lantas menyingkirkannya. Ditumpuk dan dibuang begitu saja. Padahal,
bila dimanfaatkan sebagai pupuk, azolla ini bisa menekan penggunaan pupuk urea
sampai 65 Kg/ha (http//kolamazollablogspot.com).
Pemanfaatan azolla sebagai pupuk ini memang memungkinkan. Pasalnya,
bila dihitung dari berat keringnya dalam bentuk kompos (azolla kering)
mengandung unsur Nitrogen (N) 3 - 5 %, Phosphor (P) 0,5 - 0,9 % dan
Pertumbuhan dan produksi tanaman sangat ditentukan oleh keberadaan air
tanah dan kesuburannya. Jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman sangat
bergantung pada jenis tanaman dan iklim. Jumlah air yang dibutuhkan oleh
tanaman kedelai untuk pertumbuhan sampai panen antara 450-700 mm,
bergantung pada kondisi iklim dan umur tanaman. Fase pembungaan memerlukan
air yang lebih banyak dari fase vegetatif. Dengan demikian aspek penting dari
pengairan adalah sampai pada tingkat kekeringan tanah tertentu yang mana
pengairan harus diberikan. Kalau tingkat ini diketahui maka akan diperoleh
pengairan yang tepat waktu dan jumlah (Hanafiah, 2005).
Bahan organik dalam waktu yang lama dapat menyumbngakan unsur hara
sehingga perlu dilakukan penelitian waktu aplikasi. Waktu aplikasi dan pemberian
dosis kompos Azolla yang tepat diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman dipandang dari sudut kuantitas dan kualitas sertamemberikan
hasil yang baik bagi tanaman kedelai.
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melalkuakan penelitian yang
berjudul ’Pengaruh waktu aplikasi dan pemberian brbagai dosis kompos azolla
terhadap Petumbuhan dan Produksi tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill)’.
Tujuan Penelitian
Untuk menguji pengaruh waktu aplikasi dan berbagai dosis kompos azolla
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill).
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan pengaruh yang nyata akibat waktu aplikasi dan berbagai
dosis kompos azolla terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai serta interaksi
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusun skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan, dan diharapkan dapat pula berguna untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Kedelai adalah tanaman tahunan yang termasuk dalam famili leguminosae.
Kedelai memiliki tinggi yang bervariasi mulai dari 30-150 cm (1-5 kaki). Sistem
perakaran kedelai dapat menembus tanah pada kedalaman 150 cm (5 kaki),
terutama pada tanah yang subur. Perakaran tanaman kedelai mempunyai
kemampuan membentuk bintil-bintil (nodula-nodula) akar. Bintil akar ini
biasanya akan terbentuk 15-20 hari setelah tanam (Hartman et al., 1981).
Tanaman kedelai termasuk berbatang semak yang dapat mencapai
ketinggian antara 30-100 cm. Batang ini beruas-ruas dan memiliki percabangan
antara 3-6 cabang. Jumlah cabang tidak mempunyai hubungan yang signifikan
dengan jumlah biji yang diproduksi. Artinya, walaupun jumlah cabang banyak,
belum tentu produksi kedelai juga banyak (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).
Daunnya berselang-seling, beranak daun tiga, licin atau berbulu; tangkai
daun panjang, terutama untuk daun-daun yang berada di bagian bawah; anak daun
bundar telur sampai bentuk lanset, (3-10) cm x (2-6) cm, pinggirannya rata,
pangkalnya membulat, ujungnya lancip sampai tumpul (Purseglove, 1982).
Perbungaannya berbentuk tandan-aksilar atau terminal, berisi 3-30 kuntum
bunga; bunganya kecil, berbentuk kupu-kupu, lembayung atau putih; daun
kelopaknya berbentuk tabung, dengan dua cuping atas dan tiga cuping bawah
yang berlainan, tidak rontok; lunasnya lebih pendek daripada sayapnya, tidak
menyatu di sepanjang kampuh (sutur)-nya; benang sarinya 10 helai, dua tukal;
tangkai putiknya melengkung, berisi kepala putik yang berbentuk bonggol
Polongnya agak bengkok dan biasanya pipih, (3-15) cm x 1 cm, mudah
pecah, lazimnya berisi (2-3) tetapi dapat (1-5) butir biji; bijinya umumnya bundar.
Menurut Splittstoesser (1984) menyatakan sebagian besar biji kedelai berwarna
kuning, hijau, coklat atau hitam, atau berbintik (blotched) dan lurik (mottled),
dengan kombinasi warna-warna tersebut di atas; hilumnya kecil; kotiledon
berwarna kuning atau hijau, biasanya dahulu, ukurannya sangat bervariasi. Berat
100 biji berkisar antara 5-40 g, tetapi sebagian besar berat bijinya 10-20 gr
(Purseglove, 1982).
Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai
Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20 -25 0C. Suhu 12 – 20 0C
adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman,
tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah,
serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi
dari 30 0C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok
bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung.
Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman
kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar
100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman
kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang
pertumbuhan tanaman kedelai 23-270C. Pada proses perkecambahan benih kedelai
memerlukan suhu yang cocok sekitar 300C (Prihatman, 2000).
Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu
basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik
bagi kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai.
Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan
tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai
dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan
busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal
drainase dan aerasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial,
regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning
dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang
baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah
cukup (Prihatman, 2000).
Tanaman ini pada umumnya dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis
tanah dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase
baik. Tanaman ini peka terhadap kondisi salin Toleransi pH yang baik sebagai
syarat tumbuh yaitu antara 5,8 – 7 , namun pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai
masih dapat tumbuh baik. Dengan menambah kapur 2 – 4 ton per ha, pada
umumnya hasil panen dapat di tingkatkan (Rukmana dan Yuniarsih, 2002).
Ultisol adalah tanah yang berwarna kuning dengan reaksi yang agak
masam sampai masam, pH dibawah 6, memiliki kandungan liat yang agak tinggi.
Karena bersifat asam, tanah ultisol memiliki tingkat kesuburan yang rendah.
sehingga sensitif terhadap erosi. Meskipun demikian tanah ultisol dapat menjadi
produktif apa bila ditambah kapur, bahan organik, pemupukan dan pengolahan
tertentu (Hanafiah, 2005).
Kompos Azolla
Telah disadari bahwa usaha pertanian intensif pada suatu lahan menguras
persediaan unsur hara dalam tanah baik makro maupun mikro. Kehilangan ini
disebabkan oleh meningkatnya dekomposisi bahan organik dalam tanah dan
terangkutnya unsur-unsur tersebut dalam hasil panen, sementara itu tidak ada
masukan-masukan bahan organik baru. Masukan bahan organik kedalam tanah
(pupuk organik) selain memasok berbagai macam hara tanah juga berdaya
membenahi sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Kadar dan kualitas bahan organik
didalam tanah sangat menentukan kecocokan alami untuk pertanaman, sehingga
harkatnya perlu dipertahankam pada kisaran tertentu dengan pasokan bahan
organik (Ngadiman, dkk, 1992).
Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran
yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan
senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah
juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit
Pupuk organik merupakan pupuk yang dengan bahan dasar yang diambil
dari alam dengn jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Dalam
pemberian pupuk untuk tanaman beberapa hal yang harus diingat, yaitu ada
tidaknya pengaruh terhadap perkembengan sifat fisik tanah (sifat fisik, kimia,
maupun biologi) yang merugikan serta tidak adanya gangguan keseimbangan
unsur hara dalam tanah yang berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara tertentu
oleh tanaman. Secara kualitatif, kandungan unsur hara dalam pupuk anorganik
tidak dapat lebih unggul dari pada pupuk organik. Namun penggunaan pupuk
organik secara terus menerus dalam rentang waktu tertentu akan menjadikan
kualitas tanah menjadi lebih baik, dibandingkan denagn pupuk anorganik
(Musnamar, 2007).
Pengomposan dimaksudkan untuk menurunkan kadar karbon terhadap
nitrogen atau sering disebut C/N ratio. Kompos yang bahan dasarnya masih
mentah atau kadar C/N-nya masih tinggi tidak baik bagi tanaman dan tanah. Sisa
tanaman atau sisa rumah tangga yang belum dikomposkan bila diberikan langsung
ke dalam tanah akan terjadi proses pengomposan dalam tanah
(Marsono dan Sigit, 2001).
Azolla adalah jenis tumbuhan paku air yang mengapung banyak terdapat
di perairan yang tergenang terutama di sawah-sawah dan di kolam, mempunyai
permukaan daun yang lunak mudah berkembang dengan cepat dan hidup
bersimbosis dengan Anabaena azollae yang dapat memfiksasi Nitrogen (N2) dari
udara. Hasil penelitian Setyono menunjukkan bahwa peningkatan jumlah azolla, P
dan Mo mengakibatkan peningkatan pertumbuhan tanaman dan bobot kering padi
Azolla sangat berguna sebagai pupuk organik dalam produksi tanaman,
khususnya pada tanaman padi di daerah tropis dataran rendah Asia Tenggara.
Azolla bersimbiosis dengan anabaena azollae. Simbiosis ini menyebabkan azolla
dapat menambat nitrogen dari atmosfer. Dan selanjutkan dapat digunakan sebagai
pupuk organik (kompos) (http//www.kehati.or.id, 2009).
Hal itu dimungkinkan, karena pada penebaran pertama 1/4 bagian unsur
yang dikandung azolla langsung dimanfaatkan oleh tanah. Seperempat bagian ini,
setara dengan 65 Kg pupuk Urea. Pada musim tanam ke-2 dan ke-3, azolla
mensubstitusikan 1/4 - 1/3 dosis pemupukan.Dibanding pupuk buatan, azolla
memang lebih ramah lingkungan (http//1bp.blogspot.com, 2008)
Waktu Aplikasi Kompos Azolla
Kebutuhan tanaman akan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan
dan perkembangannya (terutama dalam hal penyerapan) adalah tidak sama,
membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak sama banyaknya. Selama
pertumbuhan dan perkembangannya (sejak kecambah hingga mati tanaman
tersebut) terdapat berbagai proses pertumbuhan yang intensitasnya berbeda.
Sesuai dengan dengan kegiatan kepentingan berbagai proses fisiologis tumbuhan,
tanaman memerlukan unsur hara yang cukup. Berdasarkan kegiatan tanaman
tersebut perlu dilakukan pemupukan (pemberian unsur hara) yang saesuai dengan
kebutuhan tanaman. Dengan demikian pemupukan tak boleh dilakukan sembarang
waktu, harus diperhatikan waktu yang dibituhkan (Sutedjo, 2002).
Pada masa pertumbuhannya, tanaman muda memerlukan nutrisi yang tepat
untuk mendukung pertumbuhan vegetatifnya, baik batang, cabang, maupun daun.
yang kuat dan sehat. Salah satu yang dibutuhkan oleh tanaman untuk membangun
tubuhnya adalah protein. Mengingat protein dibentuk dari unsur Nitrogen, maka
tanaman pun banyak memerlukan unsur Nitrogen pada masa vegetatifnya. Itulah
sebabnya tanaman membutuhkan pupuk Nitrogen atau pupuk yang berkadar N
yang tinggi (Redaksi Agromedia, 2007)
Kandungan hara yang menonjol dalam azolla adalah Nitrogen (3-5%).
Mineralisasi hara Nitrogen sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan
vegetatif. Hara Nitrogen sangat diperlukan tanaman untuk mensitesis asam amino
dan asam nukleat sebagai senyawa essensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Ngadiman dkk, 1992).
Hasil penelitian oleh IRRI yaitu dengan menggunakan Azolla sebagai
pupuk hijau pada tanaman padi, pembenaman selama 7-15 hari sebelum tanam
menghasilkan Nitrogen yang segera tersedia sehingga mempercepat pertumbuhan
bibit padi, setelah 2 minggu, kurang lebih 40% Nitrogen tersedia dalam tanah.
Diperlukan waktu hampir 8 minggu untuk melepaskan sebanyak 75% Nitrogen
BAHAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada
bulan Maret hingga bulan Juli 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah ultisol, benih
kacang kedelai varietas Anjosmoro, kompos azolla, Urea, TSP, KCl, insektisida
decis 2,5 EC, fungisida M - 45, dan bahan yang lain yang mendukung penelitian
ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibek 30 x 40 cm,
cangkul, gembor, meteran, timbangan analitik, handsprayer, dan alat yang lain
yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Waktu aplikasi kompos azolla (W) dengan 4 taraf, yaitu:
W1 = 21 hari sebelum tanam
W2 = 14 hari sebelum tanam
W3 = 7 hari sebelum tanam
Faktor II : Berbagai dosis kompos azolla (A) dengan 4 taraf, yaitu :
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot seluruhnya : 48 plot
Panjang plot : 130 cm
Jumlah sampel/plot : 4 sampel
Jumlah sampel seluruhnya : 192 sampel
Jumlah tanaman seluruhnya : 288 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam berdasarkan model linier
sebagai berikut :
Dimana :
Yijk :Hasil pengamatan dari blok ke-i dengan perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla taraf ke-j dan perlakuan berbagai dosis kompos azolla
taraf ke-k.
µ : Nilai tengah ρi : Efek blok ke-i
αj : Efek perlakuan waktu aplikasi kompos azolla taraf ke-j βk : Efek perlakuan berbagai dosis kompos azolla taraf ke-k
(αβ)jk : Efek interaksi perlakuan waktu aplikasi kompos azolla taraf ke-j dan
berbagai dosis kompos azolla taraf ke-k
єijk : Efek galat yang mendapat perlakuan waktu aplikasi kompos azolla taraf
ke-i dan perlakuan berbagai dosis kompos azolla taraf ke-j dan interaksi
perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan perlakuan berbagai dosis
kompos azolla taraf ke-k.
Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan
dengan menggunakan Uji DMRT dengan taraf 5%.
Parameter Yang Diukur Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur dari pangkal tanaman sampai
titik tumbuh dengan menggunakan meteran, dilakukan mulai 2 minggu setelah
tanam (MST) dan diulangi setiap satu minggu sekali sampai masuk masa generatif
Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung sejak tanaman berumur 2 MST dengan interval
satu minggu sampai masuk masa generatif yang ditandai dengan keluarnya bunga.
Jumlah cabang produktif (cabang)
Jumlah cabang produktif yang dihitung adalah cabang yang berasal dari
batang utama pada setiap tanaman.
Bobot basah tajuk (g)
Bobot basah tajuk dihitung pada akhir vegetatif. Bobot basah tajuk
dihitung dengan menimbang seluruh tajuk tanaman dengan menggunakan
timbangan analitik.
Bobot basah akar (g)
Bobot basah akar dihitung pada akhir vegetatif. Akar yang ditimbang
adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan dari kotoran yang
ada dengan menggunakan air, lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan
analitik.
Bobot kering tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman yang telah dipisahkan dari akar dan telah di timbang
bobot basahnya dimasukkan kedalam oven dengan suhu 700C sampai bobot tajuk
konstan. Setelah itu dikeluarkan lalu ditimbang bobot keringnya.
Bobot kering akar (g)
Akar yang ditimbang adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan
dibersihkan dari kotoran yang ada lalu dimasukkan kedalam oven dengan suhu
700C sampai bobot akar konstan. Setelah itu dikeluarkan dan dimasukkan
Bobot basah akar (g) saat panen
Akar yang ditimbang adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan
dibersihkan dari kotoran yang ada lalu ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik.
Bobot kering akar (g) saat panen
Akar yang ditimbang adalah akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan
dibersihkan dari kotoran yang ada lalu dimasukkan kedalam oven dengan suhu
700C sampai bobot akar konstan. Setelah itu dikeluarkan dan dimasukkan
kedalam desikator, lalu ditimbang bobot keringnya. Akar yang dikeringkan
merupakan akar yang diambil dari tanaman saat panen.
Produksi biji per sampel (g)
Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang seluruh produksi
biji masing-masing tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang
adalah biji yang telah dipisahkan dari polongnya dan dijemur dibawah sinar
matahari selama 2 hari.
Produksi biji per plot (g)
Produksi biji per plot dihitung dengan menimbang produksi seluruh
tanaman dari masing-masing plot. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah
dipisahkan dari polongnya dan dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.
Bobot kering 100 biji (g)
Bobot kering 100 biji dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai yang
telah dipisahkan dari polongnya dan dijemur dibawah sinar matahari selama
2 hari. Untuk memperoleh 100 biji kedelai dilakukan pengambilan biji secara
Pelaksanaan Penelitian Penyiapan lahan
Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma dan
sisa-sisa akar tanaman, kemudian tanah diratakan dengan menggunakan cangkul.
Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 130 cm x 70 cm. Dibuat parit
drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm.
Pengapuran
Tanah yang digunakan adalah tanah ultisol. Sebelum pengapuran
dilakukan, terlebih dahulu pH awal tanah ultisol dianalisis, kemudian dihitung
kebutuhan kapur sesuai dengan bobot tanah ultisol, pH awal tanah ultisol adalah
5,6, dilakukan pengapuran untuk menaikkan pH sesuai kebutuhan tanaman
kedelai, pH tanah setelah dilakukan pengapuran adalah 6,4.
Penyiapan media
Tanah ultisol dimasukkan dalam polibek dengan ukuran 30 cm x 40 cm,
dengan volume 10 kg. Tanah yang di masukkan dalam polibek kemudian
diguncang hingga padat, sehingga terisi tanah dengan batas 10 cm dari bibir
polibek.
Aplikasi kompos azolla
Aplikasi kompos azolla dilakukan 21 hari sebelum tanam, 14 hari sebelum
tanam, 7 hari sebelum tanam dan pada saat tanam sesuai dengan perlakuan.
Aplikasi kompos azolla dilakukan dengan mencampur media tanam dan kompos
azolla dengan cara menuangkan tanah yang di dalam polibeg, kemudian
dimasukkan kembali tanah yang telah bercampur kompos azolla. Kemudian
polibek disusun sesuai dengan bagan lahan penelitian.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan melubangi tanah yang di dalam polibek
sampai kedalaman +
Penyiraman
2 cm. Di tanam 3 benih per lubang tanam.
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Apabila kondisi
tanah di polibek kering penyiraman dilakukan sore dan pagi hari. Apabila kondisi
tanah di polibek masih lembab, penyiraman tidak dilakukan.
Penjarangan
Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 HST.
Penjarangan dilakukan dengan menyisakan satu tanaman yang pertumbuhannya
baik.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk Urea 0,25 g, TSP 0,90 g
dan KCl 0,45 g per tanaman. Seluruh jenis pupuk diberikan pada waktu
bersamaan yaitu 7 hari setelah benih ditanam.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
ada di polibek, di lahan penelitian dan di sekitar lahan penelitian. Untuk
menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah.
Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis
penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 1 g/l air. Penyemprotan
dilakukan sesuai dengan kondisi serangan hama dan penyakit pada tanaman
Panen
Panen dilakukan sekali dengan cara memotong 5 cm dari pangkal batang
utama dengan menggunakan pisau atau sabit. Adapun kriteria panennya adalah
ditandai sebagian besar daun sudah menguning tetapi bukan karena serangan
hama penyakit, lalu gugur, buah berubah warna dari hijau sampai kuning
kecoklatan, batang berwarna kuning agak kecoklatan. Kemudian polong dijemur
dibawah sinar matahari selama 4 hari, setelah 4 hari kemudian biji diambil dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan waktu
aplikasi kompos azolla berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, dan
6 MST, jumlah daun 2-5 MST, jumlah cabang produktif, bobot basah tajuk, bobot
kering tajuk, bobot kering akar (tanaman sampael destruktif), bobot basah akar
saat paanen, bobot kering akar saat panen, produksi biji persampel dan produksi
biji perplot tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 5 MST, bobot
basah akar (tanaman sampael destruktif) dan bobot100 biji. Perlakuan berbagai
dosis kompos azolla menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman 3, 5 dan 6 MST, jumlah daun 2, 3, dan 4 MST, tetapi berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman 2 dan 4 MST, jumlah daun 5 dan 6 MST, cabang
produktif, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot
kering akar (sampael destruktif) bobot basah akar saat panen, bobot kering akar
saat panen, bobot kering 100 biji, produksi biji persampel dan produksi biji per
plot. Interaksi antara perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis
kompos azolla berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 4 dan MST, bobot kering
100 biji dan bobot basah akar (tanaman sampael destruktif).
Tinggi Tanaman (cm)
Hasil pengamatan tinggi tanaman 2 MST dan daftar sidik ragam tinggi
tanaman 2 MST dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata,
sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya
Uji beda rataan tinggi tanaman 2 MST pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut
ini :
Tabel 1. Tinggi tanaman umur 2 MST (cm) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
W1 13.72 14.81 14.97 13.88 14.34
W2 13.78 14.08 14.42 15.34 14.40
W3 13.14 14.18 15.38 15.93 14.66
W4 14.43 15.23 15.63 15.48 15.19
Rataan 13.77 b 14.57 ab 15.10 a 15.16 a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis
kompos azolla, perlakuan A3 berbeda nyata dengan A0, dan berbeda tidak nyata
dengan A1 dan A2.
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan tinggi tanaman 2 MST
dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan tinggi tanaman 2 MST
Hasil pengamatan tinggi tanaman 4 dan 5 MST dan daftar sidik ragam 4
sedangkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla dan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 4 dan 5 MST.
Uji beda rataan tinggi tanaman 4 MST pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut
ini :
Tabel 2. Tinggi tanaman 4 MST (cm) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
W1 20.50 25.23 25.69 23.64 23.77 c
W2 22.78 25.64 25.78 26.38 25.15 bc
W3 23.55 24.43 28.05 28.16 26.05 ab
W4 28.64 28.85 28.59 26.13 28.05 a
Rataan 23.87 26.04 27.03 26.08
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla, perlakuan W4 berbeda nyata dengan W2 dan W1 dan berbeda tidak
nyata dengan W3.
Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan tinggi tanaman 4 MST
dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 2.
Uji beda rataan tinggi tanaman 5 MST pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut
ini :
Tabel 3. Tinggi tanaman 5 MST (cm) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
W1 31.89 35.27 35.68 33.66 34.13b
W2 31.81 35.11 35.67 36.59 34.79b
W3 31.48 34.19 38.98 38.88 35.88ab
W4 39.53 39.08 39.73 35.97 38.58a
Rataan 33.68 35.91 37.51 36.27
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 3. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla, perlakuan W4 berbeda nyata dengan W2 dan W1 berbeda tidak
nyata dengan W3.
Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan tinggi tanaman umur 5
MST dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan tinggi tanaman 5 MST
Perlakuan waktu aplikasi kompos azolla berpengaruh nyata pada para
azolla pada saat tanam mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, dan
ini menunjukkan waktu aplikasi kompos setiap tanaman berbeda, pada tanaman
kedelai pengaplikasian saat tanam memberikan pertumbuhan tinggi tanaman yang
baik. Hal ini sesuai pernyataan dari pernyataan Sutedjo (2002), kebutuhan
tanaman akan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan dan
perkembangannya (terutama dalam hal penyerapan) adalah tidak sama,
membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak sama banyaknya, dengan demikian
pemupukan tak boleh dilakukan sembarang waktu, harus diperhatikan waktu yang
dibituhkan.
Jumlah Daun (helai)
Hasil pengamatan jumlah daun 4 dan 5 MST dan daftar sidik ragam
jumlah daun 4 dan 5 MST dapat dilihat pada lampiran 15, 16, 17 dan 18. Hasil
analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi waktu aplikasi kompos azolla,
terhadap jumlah daun 4 dan 5 MST.
Uji beda rataan jumlah daun 4 MST pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut
ini.
Tabel 4. Jumlah daun 4 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
Pada tabel 4. diatas dapat dilihat bahwa pada interaksi waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla perlakuan W3A3 berpengaruh
nyata dengan W1A0, W2A0, W2A1, W2A2, W3A0, W3A1, W4A3, dan berpengaruh
tidak nyata dengan perlakuan W1A1, W1A2, W1A3,W2A3, W3A2, W4A0, W4A1, dan
W4A2.
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada
waktu aplikasi kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada waktu aplikasi kompos azolla
Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada
Gambar 5. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada berbagai dosis kompos azolla
Uji beda rataan jumlah daun 5 MST pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut
ini :
Tabel 5. Jumlah daun 5 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi
azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
W1 8.33f 10.92abcde 10.25cdef 11.33abcd 10.21 W2 8.75fg 10.75bcdef 10.33cdef 12.58ab 10.60 W3 8.83efg 9.67defg 12.00abc 12.92a 10.85 W4 11.58abcd 10.83abcd 11.08abcd 11.08abcd 11.15
Rataan 9.38 10.54 10.92 11.98
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 5. diatas dapat dilihat bahwa pada interaksi waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla perlakuan W3A3 berpengaruh
nyata dengan W1A0, W1A2, W2A0, W2A1, W2A2, W3A0, W3A1, dan berpengaruh
tidak nyata dengan perlakuan W1A1, W1A3,W2A3 W3A2 W4A0, W4A1, W4A2,
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada
waktu aplikasi kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada waktu aplikasi kompos azolla
Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada
berbagai dosis kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada berbagai dosis kompos azolla
Hasil pengamatan jumlah daun 6 MST dan daftar sidik ragam Jumlah
Daun 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20. Hasil analisis sidik ragam
azolla berpengaruh nyata, sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap Jumlah Daun 6 MST.
Uji beda rataan rataan jumlah daun 6 MST pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut
ini :
Tabel 6. Jumlah daun 6 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
W1 12.83 15.67 15.00 17.08 15.15b
W2 12.33 17.25 16.33 16.58 15.63b
W3 13.75 14.25 17.92 19.00 16.23ab
W4 16.83 16.58 17.00 18.50 17.23a
Rataan 13.94c 15.94b 16.56ab 17.79a
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 6. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla W4 berbeda nyata dengan W2, W1 dan berbeda tidak nyata dengan
W3. Pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A3 berbeda nyata
dengan A1, A0 dan berbeda tidak nyata dengan A2.
Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST
Gambar 8. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST
dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST
Interaksi antara waktu aplikasi kompos azolla dan waktu aplikasi kompos
azolla teradapat pada perlakuan W3 (waktu aplikasi kompos azolla 7 hari sebelum
tanam) A3 (dosis kompos azolla 60 g) berpengaruh nyata terhadap parameter
jumlah daun 4 dan 5 MST. Pengaplikasian kompos azolla pada 7 hari sebelum
tanam dan semakin tinggi kompos azolla yang diberikan maka hasil yang
diperoleh semakin meningkat, hal ini disebabkan semakin banyak bahan organik
dalam tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan memperbaiki sifat
tepat pada waktunya maka kompos akan terdekomposisi sehingga semakin bagus
untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dan akan mudah diserap oleh
tanaman,. Dengan demikian, unsur hara yang ada dalam kompos tersedia bagi
tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutanto (2002) yang menyatakan
bahwa, dengan pembenaman selama 7-15 hari sebelum tanam dapat menghasilkan
nitrogen yang akan tersedia sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman. Dan
didukung oleh pernyataan Isroi (2007) yang menyatakan kompos memperbaiki
struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah.
Jumlah Cabang Produktif (Cabang)
Hasil pengamatan jumlah cabang produktif dan daftar sidik ragam jumlah
cabang produktif dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. Hasil analisis sidik
ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata,
sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif.
Uji beda rataan jumlah cabang produktif pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut
ini :
Tabel 7. Jumlah cabang produktif (cabang) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
Pada tabel 7. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis
kompos azolla, perlakuan A2 berbeda nyata dengan A1 dan A0 dan berbeda tidak
nyata dengan A3.
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan cabang produktif dalam
bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 10. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan cabang produktif
Perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata pada
parameter jumlah cabang produktif, tinggi tanaman 2 MST dan jumlah daun 4, 5
dan 6 MST. Dari tabel rataan tinggi tanaman 2 MST menunjukkan bahwa
perlakuan A3 (60 g dosis kompos azolla) berbeda nyata dengan A0 dan tidak
berbeda nyata pada perlakuan A1 dan A2. Dari tabel rataan jumlah daun 6 MST
menunjukkan perlakuan A3 berbeda nyata pada perlakuan A1 dan A0 dan tidak
berbeda nyata dengn A2. Hal ini diduga karena semakin banyak bahan organik
yang diaplikasikan ke dalam tanah, maka unsur hara dalam tanah semakin
meningkat dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pada kompos
azolla unsur hara N paling menonjol (3-5%), dimana unsur N sangat berperan
dalam paertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut redaksi Agromedia (2007),
adalah protein. Mengingat protein dibentuk dari unsur Nitrogen, maka tanaman
pun banyak memerlukan unsur Nitrogen pada masa vegetatifnya. Itulah sebabnya
tanaman membutuhkan pupuk Nitrogen atau pupuk yang berkadar N yang tinggi.
Hal ini juga didukung penyataan Ngadiman, dkk (1992) yang menyatakan
kandungan yang menonjol dalam azolla adalah Nitrogen (3-5%). Mineralisasi
hara nitrogen berperan dalam mendukung pertumbuhan vegetatif dimana hara
Nitrogen sangat diperlukan dalam mensitesis asam amino dan asam nukleat
sebagai senyawa esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Bobot Basah Tajuk (g)
Hasil pengamatan bobot basah tajuk dan daftar sidik ragam bobot basah
tajuk dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata,
sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk.
Uji beda rataan bobot basah tajuk pada perlakuan waktu aplikasi kompos
azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :
Tabel 8. Bobot basah tajuk (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak
Pada tabel 8. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis
kompos azolla, perlakuan A2 berbeda nyata dengan A0, dan berbeda tidak nyata
dengan A1 dan A3.
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah tajuk dalam
bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah tajuk
Bobot Basah Akar (g)
Hasil pengamatan bobot basah akar dan daftar sidik ragam bobot basah
akar dapat dilihat pada Lampiran 27 dan 28. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos
azolla berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar.
Uji beda rataan bobot basah akar pada perlakuan waktu aplikasi kompos
Tabel 9. Bobot basah akar (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
W1 10.89e 14.71de 13.78de 22.42abc 15.45 W2 11.45e 19.05abcd 23.24abc 23.61ab 19.34 W3 14.46de 16.67bcde 13.79de 15.87cde 15.20 W4 16.78bcde 18.18abcd 24.76a 19.46abcd 19.79
Rataan 13.39 17.15 18.89 20.34
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 9. diatas dapat dilihat bahwa pada interaksi waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla perlakuan W4A2 berpengaruh
nyata dengan W1A0, W1A1, W1A2, W2A0, W3A0, W3A1, W3A2, W3A3, W4A0, ,
dan berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan W1A3, W2A1, W2A2, W2A3 W4A1,
W4A3.
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar pada
waktu aplikasi kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar pada waktu aplikasi kompos azolla
Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan bobot basah akar pada
Gambar 13. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan bobot basah akar pada berbagai dosis kompos azolla
Interaksi antara waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos
azolla berpengaruh nyata pada perlakuan W4A2. Pada tabel terlihat perlakuan
W4A2 berbeda nyata dengan W1A0, W1A1, W1A2, W2A0, W3A0, W3A1, W3A2,
W3A3, W4A0, , dan berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan W1A3, W2A1,
W2A2, W2A3 W4A1, W4A3. Hal ini diduga karena waktu aplikasi kompos azolla
pada saat tanam dan semakin banyak kompos azolla diaplikasikan kedalam tanah
maka unsur hara yang terdapat dalam pada kompos azolla langsung tersedia ketika
diaplikasi. Ketersediaan kompos azolla dapat memperbaiki struktur tanah.
Struktur tanah yang mempunyai aerse dan drainase yang baik dapat sangat
menentukan pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif. Hal ini sesuai
pernyataan Prihatman (2000) menyatakan kedelai dapat tumbuh baik pada
berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Pada tanah-tanah
podsolik merah kuning pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi
yang menyatakan bahwa kompos memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dengan penambahan kompos.
Bobot Kering Tajuk (g)
Hasil pengamatan bobot kering tajuk dan daftar sidik ragam bobot kering
tajuk dapat dilihat pada Lampiran 25 dan 26. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata,
sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.
Uji beda rataan bobot kering tajuk pada perlakuan waktu aplikasi kompos
azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :
Tabel 10. Bobot kering tajuk (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 10. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis
kompos azolla, perlakuan A2 berbeda nyata dengan A0 dan berpengaruh tidak
nyata dengan A1, dan A3.
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering tajuk dalam
Gambar 14. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering tajuk
Bobot Kering Akar (g)
Hasil pengamatan bobot kering akar dan daftar sidik ragam bobot kering
tajuk dapat dilihat pada Lampiran 29 dan 30. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berbeda nyata, sedangkan
perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot kering akar.
Uji beda rataan bobot kering akar pada perlakuan waktu aplikasi kompos
azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :
Tabel 11. Bobot kering akar (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
W1 2.64 3.33 3.67 4.60 3.56
W2 3.36 3.68 5.74 5.12 4.48
W3 3.64 3.37 3.91 3.78 3.68
W4 3.16 3.59 5.02 5.89 4.41
Rataan 3.20b 3.49b 4.58a 4.85a
Pada tabel 11. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis
kompos azolla, perlakuan A3 berbeda nyata dengan A1 dan A0 dan berbeda tidak
nyata dengan A2.
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering akar dalam
bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering akar
Bobot Baasah Akar (g) Saat Panen
Hasil pengamatan bobot basah akar saat panen dan daftar sidik ragam
bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 31 dan 32. Hasil analisis sidik
ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata,
sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar saat panen.
Uji beda rataan bobot basah akar saat panen pada perlakuan waktu aplikasi
kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut
Tabel 12. Bobot basah akar (g) saat panen pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
W1 11.43 13.29 11.25 14.47 12.61
W2 10.60 15.25 15.97 16.45 14.57
W3 12.71 12.05 14.84 17.00 14.15
W4 13.43 14.50 16.96 14.49 14.84
Rataan 12.04b 13.77ab 14.75a 15.60a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 12. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis
kompos azolla, perlakuan A3 berbeda nyata dengan A0 dan berbeda tidak nyata
dengan A2, dan A1.
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar saat
panen dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar saat panen
Bobot Kering Akar (g) Saat Panen
Hasil pengamatan bobot kering akar saat panen dan daftar sidik ragam
bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 33 dan 34. Hasil analisis sidik
sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar saat panen.
Uji beda rataan bobot kering akar saat panen pada perlakuan waktu
aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel
diberikut ini :
Tabel 13. Bobot kering akar (g) saat panen Pada Perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla
Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan
A0 A1 A2 A3
W1 2.68 2.83 2.65 3.34 2.87
W2 2.77 3.36 3.26 3.76 3.29
W3 3.04 2.77 3.75 3.81 3.34
W4 2.91 3.28 3.63 3.19 3.26
Rataan 2.85 c 3.06 b 3.32 ab 3.52 a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.
Pada tabel 13. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis
kompos azolla, perlakuan A3 berbeda nyata dengan A0 dan A1 dan berbeda tidak
nyata A2.
Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering akar saat
panen dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 17.