• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi kompos azolla berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 3, dan 6 MST, jumlah daun 2-5 MST, jumlah cabang produktif, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot kering akar (tanaman sampael destruktif), bobot basah akar saat paanen, bobot kering akar saat panen, produksi biji persampel dan produksi biji perplot tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 5 MST, bobot basah akar (tanaman sampael destruktif) dan bobot100 biji. Perlakuan berbagai dosis kompos azolla menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 3, 5 dan 6 MST, jumlah daun 2, 3, dan 4 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2 dan 4 MST, jumlah daun 5 dan 6 MST, cabang produktif, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar (sampael destruktif) bobot basah akar saat panen, bobot kering akar saat panen, bobot kering 100 biji, produksi biji persampel dan produksi biji per plot. Interaksi antara perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 4 dan MST, bobot kering 100 biji dan bobot basah akar (tanaman sampael destruktif).

Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengamatan tinggi tanaman 2 MST dan daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MST dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 2 MST.

Uji beda rataan tinggi tanaman 2 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :

Tabel 1. Tinggi tanaman umur 2 MST (cm) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3 W1 13.72 14.81 14.97 13.88 14.34 W2 13.78 14.08 14.42 15.34 14.40 W3 13.14 14.18 15.38 15.93 14.66 W4 14.43 15.23 15.63 15.48 15.19 Rataan 13.77 b 14.57 ab 15.10 a 15.16 a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A3 berbeda nyata dengan A0, dan berbeda tidak nyata dengan A1 dan A2.

Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan tinggi tanaman 2 MST dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan tinggi tanaman 2 MST

Hasil pengamatan tinggi tanaman 4 dan 5 MST dan daftar sidik ragam 4 dan 5 MST dapat dilihat pada lampiran 5, 6, 7dan 8. Hasil analisis sidik ragam

sedangkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman 4 dan 5 MST.

Uji beda rataan tinggi tanaman 4 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :

Tabel 2. Tinggi tanaman 4 MST (cm) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3 W1 20.50 25.23 25.69 23.64 23.77 c W2 22.78 25.64 25.78 26.38 25.15 bc W3 23.55 24.43 28.05 28.16 26.05 ab W4 28.64 28.85 28.59 26.13 28.05 a Rataan 23.87 26.04 27.03 26.08

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla, perlakuan W4 berbeda nyata dengan W2 dan W1 dan berbeda tidak nyata dengan W3.

Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan tinggi tanaman 4 MST dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan tinggi tanaman 4 MST

Uji beda rataan tinggi tanaman 5 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :

Tabel 3. Tinggi tanaman 5 MST (cm) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3 W1 31.89 35.27 35.68 33.66 34.13b W2 31.81 35.11 35.67 36.59 34.79b W3 31.48 34.19 38.98 38.88 35.88ab W4 39.53 39.08 39.73 35.97 38.58a Rataan 33.68 35.91 37.51 36.27

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 3. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla, perlakuan W4 berbeda nyata dengan W2 dan W1 berbeda tidak nyata dengan W3.

Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan tinggi tanaman umur 5 MST dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan tinggi tanaman 5 MST

Perlakuan waktu aplikasi kompos azolla berpengaruh nyata pada para meter tinggi tanaman 4 dan 5 MST, hal ini disebabkan karena pemberian kompos

azolla pada saat tanam mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, dan ini menunjukkan waktu aplikasi kompos setiap tanaman berbeda, pada tanaman kedelai pengaplikasian saat tanam memberikan pertumbuhan tinggi tanaman yang baik. Hal ini sesuai pernyataan dari pernyataan Sutedjo (2002), kebutuhan tanaman akan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan dan perkembangannya (terutama dalam hal penyerapan) adalah tidak sama, membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak sama banyaknya, dengan demikian pemupukan tak boleh dilakukan sembarang waktu, harus diperhatikan waktu yang dibituhkan.

Jumlah Daun (helai)

Hasil pengamatan jumlah daun 4 dan 5 MST dan daftar sidik ragam jumlah daun 4 dan 5 MST dapat dilihat pada lampiran 15, 16, 17 dan 18. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi waktu aplikasi kompos azolla, terhadap jumlah daun 4 dan 5 MST.

Uji beda rataan jumlah daun 4 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini.

Tabel 4. Jumlah daun 4 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3

W1 4.50 d 5.75 abc 5.50 abc 5.42 abcd 5.29 W2 4.50 d 4.92 cd 5.00 bcd 5.92 abc 5.08 W3 4.58 d 5.00 bcd 5.83 abc 6.25 a 5.42 W4 6.00 ab 5.33 abcd 5.42 abcd 5.08 bcd 5.46

Rataan 4.90 5.25 5.44 5.67

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 4. diatas dapat dilihat bahwa pada interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla perlakuan W3A3 berpengaruh nyata dengan W1A0, W2A0, W2A1, W2A2, W3A0, W3A1, W4A3, dan berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan W1A1, W1A2, W1A3,W2A3, W3A2, W4A0, W4A1, dan W4A2.

Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada waktu aplikasi kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada waktu aplikasi kompos azolla

Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada berbagai dosis kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 4 MST pada berbagai dosis kompos azolla

Uji beda rataan jumlah daun 5 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :

Tabel 5. Jumlah daun 5 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi

azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3

W1 8.33f 10.92abcde 10.25cdef 11.33abcd 10.21 W2 8.75fg 10.75bcdef 10.33cdef 12.58ab 10.60 W3 8.83efg 9.67defg 12.00abc 12.92a 10.85 W4 11.58abcd 10.83abcd 11.08abcd 11.08abcd 11.15

Rataan 9.38 10.54 10.92 11.98

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 5. diatas dapat dilihat bahwa pada interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla perlakuan W3A3 berpengaruh nyata dengan W1A0, W1A2, W2A0, W2A1, W2A2, W3A0, W3A1, dan berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan W1A1, W1A3,W2A3 W3A2 W4A0, W4A1, W4A2, W4A3.

Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada waktu aplikasi kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada waktu aplikasi kompos azolla

Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada berbagai dosis kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 5 MST pada berbagai dosis kompos azolla

Hasil pengamatan jumlah daun 6 MST dan daftar sidik ragam Jumlah Daun 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos

azolla berpengaruh nyata, sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap Jumlah Daun 6 MST.

Uji beda rataan rataan jumlah daun 6 MST pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :

Tabel 6. Jumlah daun 6 MST (helai) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3

W1 12.83 15.67 15.00 17.08 15.15b

W2 12.33 17.25 16.33 16.58 15.63b

W3 13.75 14.25 17.92 19.00 16.23ab

W4 16.83 16.58 17.00 18.50 17.23a

Rataan 13.94c 15.94b 16.56ab 17.79a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 6. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla W4 berbeda nyata dengan W2, W1 dan berbeda tidak nyata dengan W3. Pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A3 berbeda nyata dengan A1, A0 dan berbeda tidak nyata dengan A2.

Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan jumlah daun 6 MST Interaksi antara waktu aplikasi kompos azolla dan waktu aplikasi kompos azolla teradapat pada perlakuan W3 (waktu aplikasi kompos azolla 7 hari sebelum tanam) A3 (dosis kompos azolla 60 g) berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4 dan 5 MST. Pengaplikasian kompos azolla pada 7 hari sebelum tanam dan semakin tinggi kompos azolla yang diberikan maka hasil yang diperoleh semakin meningkat, hal ini disebabkan semakin banyak bahan organik dalam tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Sementara waktu aplikasi kompos azolla, diaplikasikan

tepat pada waktunya maka kompos akan terdekomposisi sehingga semakin bagus untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dan akan mudah diserap oleh tanaman,. Dengan demikian, unsur hara yang ada dalam kompos tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa, dengan pembenaman selama 7-15 hari sebelum tanam dapat menghasilkan nitrogen yang akan tersedia sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman. Dan didukung oleh pernyataan Isroi (2007) yang menyatakan kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah.

Jumlah Cabang Produktif (Cabang)

Hasil pengamatan jumlah cabang produktif dan daftar sidik ragam jumlah cabang produktif dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif.

Uji beda rataan jumlah cabang produktif pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :

Tabel 7. Jumlah cabang produktif (cabang) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3

W1 3.58 3.75 4.25 4.25 3.96

W2 3.33 4.17 4.00 3.83 3.83

W3 3.17 3.58 4.25 4.58 3.90

W4 3.42 4.33 4.25 3.83 3.96

Rataan 3.38b 3.96ab 4.19a 4.13a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 7. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A2 berbeda nyata dengan A1 dan A0 dan berbeda tidak nyata dengan A3.

Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan cabang produktif dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 10

Gambar 10. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan cabang produktif Perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang produktif, tinggi tanaman 2 MST dan jumlah daun 4, 5 dan 6 MST. Dari tabel rataan tinggi tanaman 2 MST menunjukkan bahwa perlakuan A3 (60 g dosis kompos azolla) berbeda nyata dengan A0 dan tidak berbeda nyata pada perlakuan A1 dan A2. Dari tabel rataan jumlah daun 6 MST menunjukkan perlakuan A3 berbeda nyata pada perlakuan A1 dan A0 dan tidak berbeda nyata dengn A2. Hal ini diduga karena semakin banyak bahan organik yang diaplikasikan ke dalam tanah, maka unsur hara dalam tanah semakin meningkat dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pada kompos azolla unsur hara N paling menonjol (3-5%), dimana unsur N sangat berperan dalam paertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut redaksi Agromedia (2007), bahwa salah satu yang dibutuhkan oleh tanaman untuk membangun tubuhnya

adalah protein. Mengingat protein dibentuk dari unsur Nitrogen, maka tanaman pun banyak memerlukan unsur Nitrogen pada masa vegetatifnya. Itulah sebabnya tanaman membutuhkan pupuk Nitrogen atau pupuk yang berkadar N yang tinggi. Hal ini juga didukung penyataan Ngadiman, dkk (1992) yang menyatakan kandungan yang menonjol dalam azolla adalah Nitrogen (3-5%). Mineralisasi hara nitrogen berperan dalam mendukung pertumbuhan vegetatif dimana hara Nitrogen sangat diperlukan dalam mensitesis asam amino dan asam nukleat sebagai senyawa esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Bobot Basah Tajuk (g)

Hasil pengamatan bobot basah tajuk dan daftar sidik ragam bobot basah tajuk dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk.

Uji beda rataan bobot basah tajuk pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 8. Bobot basah tajuk (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan

berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3

W1 19.89 20.07 23.32 25.47 22.19

W2 13.55 30.48 29.23 35.86 27.28

W3 26.33 21.59 29.27 24.09 25.32

W4 18.68 27.18 32.82 27.67 26.59

Rataan 19.61b 24.83a 28.66a 28.27a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak

Pada tabel 8. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A2 berbeda nyata dengan A0, dan berbeda tidak nyata dengan A1 dan A3.

Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah tajuk dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah tajuk Bobot Basah Akar (g)

Hasil pengamatan bobot basah akar dan daftar sidik ragam bobot basah akar dapat dilihat pada Lampiran 27 dan 28. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar.

Uji beda rataan bobot basah akar pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :

Tabel 9. Bobot basah akar (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3

W1 10.89e 14.71de 13.78de 22.42abc 15.45 W2 11.45e 19.05abcd 23.24abc 23.61ab 19.34 W3 14.46de 16.67bcde 13.79de 15.87cde 15.20 W4 16.78bcde 18.18abcd 24.76a 19.46abcd 19.79

Rataan 13.39 17.15 18.89 20.34

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 9. diatas dapat dilihat bahwa pada interaksi waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla perlakuan W4A2 berpengaruh nyata dengan W1A0, W1A1, W1A2, W2A0, W3A0, W3A1, W3A2, W3A3, W4A0, , dan berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan W1A3, W2A1, W2A2, W2A3 W4A1, W4A3.

Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar pada waktu aplikasi kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar pada waktu aplikasi kompos azolla

Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan bobot basah akar pada berbagai dosis kompos azolla dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Hubungan waktu aplikasi kompos azolla dengan bobot basah akar pada berbagai dosis kompos azolla

Interaksi antara waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata pada perlakuan W4A2. Pada tabel terlihat perlakuan W4A2 berbeda nyata dengan W1A0, W1A1, W1A2, W2A0, W3A0, W3A1, W3A2, W3A3, W4A0, , dan berpengaruh tidak nyata dengan perlakuan W1A3, W2A1, W2A2, W2A3 W4A1, W4A3. Hal ini diduga karena waktu aplikasi kompos azolla pada saat tanam dan semakin banyak kompos azolla diaplikasikan kedalam tanah maka unsur hara yang terdapat dalam pada kompos azolla langsung tersedia ketika diaplikasi. Ketersediaan kompos azolla dapat memperbaiki struktur tanah. Struktur tanah yang mempunyai aerse dan drainase yang baik dapat sangat menentukan pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif. Hal ini sesuai pernyataan Prihatman (2000) menyatakan kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup. Menurut Isroi (2007)

yang menyatakan bahwa kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dengan penambahan kompos. Bobot Kering Tajuk (g)

Hasil pengamatan bobot kering tajuk dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 25 dan 26. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

Uji beda rataan bobot kering tajuk pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 10. Bobot kering tajuk (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan

berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3

W1 7.63 7.88 10.02 9.13 8.66

W2 5.44 11.49 9.64 11.81 9.59

W3 9.18 7.86 10.50 9.75 9.32

W4 7.03 9.81 12.70 10.59 10.03

Rataan 7.32b 9.26a 10.71a 10.32a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 10. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A2 berbeda nyata dengan A0 dan berpengaruh tidak nyata dengan A1, dan A3.

Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering tajuk dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering tajuk Bobot Kering Akar (g)

Hasil pengamatan bobot kering akar dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 29 dan 30. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berbeda nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Uji beda rataan bobot kering akar pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini : Tabel 11. Bobot kering akar (g) pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan

berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3

W1 2.64 3.33 3.67 4.60 3.56

W2 3.36 3.68 5.74 5.12 4.48

W3 3.64 3.37 3.91 3.78 3.68

W4 3.16 3.59 5.02 5.89 4.41

Rataan 3.20b 3.49b 4.58a 4.85a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 11. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A3 berbeda nyata dengan A1 dan A0 dan berbeda tidak nyata dengan A2.

Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering akar dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering akar Bobot Baasah Akar (g) Saat Panen

Hasil pengamatan bobot basah akar saat panen dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 31 dan 32. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar saat panen.

Uji beda rataan bobot basah akar saat panen pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :

Tabel 12. Bobot basah akar (g) saat panen pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3

W1 11.43 13.29 11.25 14.47 12.61

W2 10.60 15.25 15.97 16.45 14.57

W3 12.71 12.05 14.84 17.00 14.15

W4 13.43 14.50 16.96 14.49 14.84

Rataan 12.04b 13.77ab 14.75a 15.60a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 12. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A3 berbeda nyata dengan A0 dan berbeda tidak nyata dengan A2, dan A1.

Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar saat panen dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot basah akar saat panen

Bobot Kering Akar (g) Saat Panen

Hasil pengamatan bobot kering akar saat panen dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada Lampiran 33 dan 34. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata,

sedangkan perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar saat panen.

Uji beda rataan bobot kering akar saat panen pada perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla dapat dilihat pada tabel diberikut ini :

Tabel 13. Bobot kering akar (g) saat panen Pada Perlakuan waktu aplikasi kompos azolla dan berbagai dosis kompos azolla

Waktu aplikasi azolla Dosis kompos azolla Rataan

A0 A1 A2 A3 W1 2.68 2.83 2.65 3.34 2.87 W2 2.77 3.36 3.26 3.76 3.29 W3 3.04 2.77 3.75 3.81 3.34 W4 2.91 3.28 3.63 3.19 3.26 Rataan 2.85 c 3.06 b 3.32 ab 3.52 a Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Pada tabel 13. diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan berbagai dosis kompos azolla, perlakuan A3 berbeda nyata dengan A0 dan A1 dan berbeda tidak nyata A2.

Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering akar saat panen dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Hubungan berbagai dosis kompos azolla dengan bobot kering akar saat panen

Dari hasil uji beda rataan, perlakuan berbagai dosis azolla pada parameter bobot, bobot basah akar, bobot basah akar saat panen, pada perlakuan A3 (60 g dosis kompos azolla) berbeda nyata terhadap perlakuan A0, dan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan A1 dan A2. Pada parameter bobot kering akar, dan bobot

Dokumen terkait